Inisiasi 6 Silogisme Kategoris
Inisiasi 6 Silogisme Kategoris
SILOGISME KATEGORIS
Misalnya,
*Premis minor (B) : Logika adalah mata kuliah yang diajarkan di UT.
*Kesimpulan (C) : Logika adalah mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi di
Indonesia.
Diagram himpunannya:
A B
Premis mayor (term pangkal banding) adalah “proposisi yang mengandung term
predikat pada kesimpulannya”.
Premis minor (term yang dibandingkan) adalah “proposisi yang mengandung term
subyek pada kesimpulannya”.
Ada 2 macam silogisme kategoris: Silogisme beraturan dan Silogisme tidak berarturan.
Silogisme kategoris harus mematuhi Hukum dasar penyimpulan sebagai Penyimpulan
yang sah (tepat), bukan benar atau salah.
PRINSIP-PRINSIP PENYIMPULAN
1. Prinsip konotasi term dalam silogisme. Atas dasar prinsip konotasi term atau prinsip
persamaan dan prinsip perbedaan, ada 3 hukum dasar penyimpulan:
a) Dua hal yang sama, jika yang satu diketahui sama dengan hal ketiga, maka yang lain
pun pasti sama.
b) Dua hal yang sama, jika sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga, maka
sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya.
c) Antara dua hal, jika yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga, maka
dua hal itu berbeda.
2. Prinsip denotasi term dalam silogisme. Atas dasar prinsip denotasi term atau prinsip
distribusi dan prinsip distribusi negatif, ada 4 hukum dasar penyimpulan:
a) Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan keseluruhan, maka diakui
pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan.
b) Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu
keseluruhan, maka diakui pula sebagi bagian dari keseluruhannya itu.
c) Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan, maka meliputi pula
bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
d) Jika sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan, maka tidak diakui pula oleh bagian-
bagian dalam keseluruhan itu.
Selain, tepat, Penyimpulan juga harus pasti, dengan metode praktis penyimpulan “jika
dilukiskan dalam diagram himpunan dari hanya satu bentuk”. Sebaliknya, “jika
dilukiskan dalam diagram himpunan dari lebih satu bentuk, maka tidak pasti
SILOGISME BERATURAN
Silogisme beraturan adalah bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga proposisi:
proposisi kesimpulan, proposisi premis mayor, dan proposisi premis minor, (serta term
tengah). Ada 4 bentuk silogisme beraturan:
1. Silogisme Sub-Pre, yaitu: Bentuk silogisme, di mana term tengah sebagai term
subyek dalam premis mayor, dan sebagai term predikat dalam premis minor.
Misalnya,
*Kesimpulan : Salah satu anggota DPR adalah penjahat extraordinari bagi rakyat
Indonesia.
2. Silogisme Bis-Pre, yaitu: Bentuk silogisme, di mana term tengah sebagai term
predikat dalam premis mayor dan minor.
3. Silogisme Bis-Sub, yaitu: Bentuk silogisme, di mana term tengah sebagai term
subyek dalam premis mayor dan minor.
Dalam 7 hukum dasar penyimpulan, ada 13 macam silogisme Bis-Sub yang
berkesimpulan pasti.
4. Silogisme Pre-Sub, yaitu: Bentuk silogisme, di mana term tengah sebagai term
predikat dalam premis mayor, dan sebagai term subyek dalam premis minor.
d. Entimema dari silogisme, di mana premis mayor dan minor dihilangkan, karena
dianggap sudah diketahui.
2. Epikirema, yaitu: Bentuk silogisme. Bentuk silogisme, di mana salah satu atau kedua
premis (mayor dan minor) disertai dengan alasan. Terjadi di dalam buku-buku atau
percakapan sehari-hari.
3. Sorites, yaitu: Bentuk silogisme, di mana premis berhubungan lebih dari dua
proposisi, sehingga kesimpulan berbentuk hubungan antara premis mayor dan premis
minor, tanpa term tengah. Penyimpulan yang pasti dalam Sorites harus memenuhi
beberapa syarat:
a) Jika dalam hubungan itu universal ke partikular, maka hubungan selanjunya tidak
boleh dibalik, meski sebagai term subyek atau term predikat.
b) Jika dalam hubungan itu partikular ke universal, maka hubungan selanjutnya tidak
boleh dibalik, meski sebagai term subyek atau term predikat.
c) Jika dalam hubungan itu ada negasi, maka yang menegasi atau dinegasi harus
universal, atas dasar prinsip penyimpulan yang ketujuh.
d) Jika dalam hubungan itu tiap proposisi premis (mayor dan minor) berbentuk
ekuivalen, maka proposisi kesimpulan selanjutnya pun berbentuk ekuivalen, atas dasar
prinsip penyimpulan yang pertama.
Atas dasar kuantitas itu, Sorites dibagi 2 macam: Sorites progresif (dari partikular ke
universal, kesimpulannya hubungan antara term subyek dari premis mayor dengan term
predikat dari premis minor); dan Sorites regresif (dari universal ke partikular,
kesimpulannya hubungan antara term subyek dari premis minor dengan term predikat
dari premis mayor).
Tiap silogisme hingga silogisme akhir bisa memiliki penyimpulan yang tepat dan pasti,
jika mengikuti hukum dasar penyimpulan dan berbentuk hanya satu diagram
himpunannya.
Dengan demikian, Silogisme merupakan salah satu bentuk penyimpulan yang sah
(tepat), jika mengikuti Prinsip-prinsip penyimpulan sebagai hukum dasar penyimpulan.
Selain itu, penyimpulannya menjadi pasti, jika diagram himpunan berbentuk hanya satu
saja.
Sumber bacaan:
Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed. V. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2012, hal. 6.1-6.56.