Nama : MULIADI
NIM : 041873237
Soal :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penalaran oposisi dan bentuk penalaran
oposisi sebagai penyimpulan langsung?
2. Lalu, berikan dua contoh setiap bentuk penalaran oposisi?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan silogisme beraturan dan bentuk silogisme
beraturan sebagai penyimpulan tidak langsung?
4. Lalu, berikan dua contoh setiap bentuk silogisme beraturan?
Jawaban :
2. Contoh:
Pertama
a. Benarkah pengertian identitas sebagai bangsa Indonesia pada generasi
muda berbeda dengan generasi tua? Benar
b. Identitas bangsa yang dirasakan oleh generasi muda dan generasi tua
mengalami perbedaan (distinction) dalam praktiknya. Globalisasi telah
memberikan ruang “antara”, sehingga konstruksi identitas “antara” tumbuh di
kalangan generasi muda, bukan penipisan rasa identitas sebagai bangsa.
Kedua
a. Dalam studi budaya dan studi poskolonial, poskolonialisme merupakan
upaya rekonstruksi diri, yang menjelaskan bahwa “identitas bangsa
Indonesia” dikonstruksi di dalam konteks antar-budaya. (Benar)
b. Generasi muda atau generasi tua yang progresif-kritis lebih lekat dan sadar
atas identitas “antara” dalam memaknai identitas bangsa. Identitas bangsa
sebagai hasil interaksi antar-budaya. Dengan demikian, pluralitas adalah
keniscayaan realitas sosial-budaya Indonesia, bukan keseragaman.
3. Silogisme beraturan adalah silogisme lengkap yang terdiri dari dua proposisi
yang berupa premis mayor dan premis minor, dan sebuah konklusi.
4. Contoh:
a. Pertama
- Relasi antara habitus, kapital budaya, dan ranah menghasilkan praktik
dengan strategi, sesuai dengan formula {(habitus) (capital)} + field =
practice (Bourdieu, 1984: 101)
- Gus Dur bersama The Wahid Institute mereproduksi misi plural and
peaceful Islam.yang dipraktikkan melalui habitus dengan kapital budaya
di dalam ranah (field) pendidikan kritis-emansipatoris
- Konsepsi habitus Bourdieu itu menjelaskan Gus Dur sebagai
cendikiawan, budayawan, dan politikus memiliki skemata sebagai wujud
dari habitus yang mempunyai kapital budaya, ekonomi dan politik
b. Kedua
- Identitas bangsa yang dirasakan oleh generasi muda dan generasi tua
mengalami perbedaan (distinction) dalam praktiknya. Globalisasi telah
memberikan ruang “antara”, sehingga konstruksi identitas “antara”
tumbuh di kalangan generasi muda, bukan penipisan rasa identitas
sebagai bangsa. Generasi muda atau generasi tua yang progresif-kritis
lebih lekat dan sadar atas identitas “antara” dalam memaknai identitas
bangsa. Identitas bangsa sebagai hasil interaksi antar-budaya. Dengan
demikian, pluralitas adalah keniscayaan realitas sosial-budaya Indonesia,
bukan keseragaman