I. Proposisi ekuivalen
Adalah proposisi majemuk yang mempunyai hubungan ketergantungan kesetaraan
antara anteseden dan konsekuen. Hubungan kesetaraan tersebut maksudnya “jika
terjadi anteseden maka terwujud konsekuen, dan jika terjadi konsekuen maka pasti
akan terwujud anteseden.
Contoh : jika segitiga memiliki besar sudut yang sama, maka segitiga tersebut
merupakan segitiga sama sisi.
2. Proposisi disjungtif
Proposisi disjungtif adalah proposisi yang mengandung pilihan antara dua hal atau lebih.
Proposisi disjungtif didefinisikan sebagai proposisi majemuk yang mempunyai hubungan
peng-atau-an antara dua bagian yang keduanya sebagai pilihan, yaitu bagian pertama dan
bagian kedua. hubungan pengatauan dalam proposisi ini adalah pengungkapan pernyataan
untuk menentukan pilihan yang tiap bagiannya berkedudukan sama.
Contoh : "Seorang pencuri atau seorang pembunuh harus diajukan ke pengadilan."
bagian pertama (P1) : "seorang pencuri"
bagian kedua (P2) : "seorang pembunuh"
Proposisi disjungtif banyak digunakan dalam bidang hukum maupun dalam percakapan
sehari-hari, tidak banyak digunakan dalam pengolahan-pengolahan. Dalam bidang hukum
khusus digunakan sebagai konsekuen dari bentuk rumusan implikasi logika atau implikasi
imperatif.
Contoh : “barangsiapa di muka umum menyatakan permusuhan terhadap pemerintahan
Indonesia, maka dia diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun atau pidana
denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.”
3. Proposisi konjungtif
Proposisi yang ingin menunjukan adanya sifat-sifat tertentu dengan menyertakan dua hal
atau lebih sebagai unsurnya. Proposisi konjungtif didefinisikan sebagai pernyataan majemuk
yang mempunyai hubungan pernyataan dua bagian yang keduanya sebagai unsurnya.
hubungan pernyataan dalam proposisi konjungtif adalah pengungkapan pernyataan untuk
menyebutkan dua unsur atau penyertanya secara bersamaan dan yang berkedudukan
sama sehingga keduanya jika ditukar tidak akan mengubah maknya yang dikandungnya.
Contoh :
"Ir. Soekarno adalah seorang proklamator dan presiden pertama republik Indonesia."
4. Tabel nilai kebenaran adalah tabel yang digunakan untuk melihat nilai kebenaran dari suatu
premis/pernyataan. Jika hasil akhir adalah benar semua (dilambangkan B, T, atau 1), maka
disebut tautologi. Sedangkan jika salah semua (S, F, atau 0) disebut kontradiksi. Premis
yang hasil akhirnya gabungan benar dan salah disebut kontingensi.
Sumber referensi :
BMP ISIP4211 (Logika)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tabel_kebenaran