Anda di halaman 1dari 20

Malaria pada Kehamilan

Eddy Suparman*, Aloysius Suryawan**


* Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Fak. Kedokteran Univ. Sam Ratulangi/ RSUP Manado
** Bagian Obstetri dan Ginekologi Fak. Kedokteran,UK. Maranatha/ RS Immanuel Bandung

Abstrak
Malaria pada kehamilan merupakan masalah kesehatan yang serius. Malaria pada
kehamilan perlu penanganan yang intensif mengingat dampak yang dapat terjadi baik bagi ibu,
janin yang dapat menjadi beban bukan hanya dari segi perawatan kesehatan saja tetapi juga
berkurangnya produktifitas dan partisipasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Oleh
karena itu perlu dilakukan berbagai upaya medis yang bersifat edukatif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

Kata kunci : malaria, kehamilan

Pendahuluan nyebabkan anemia, malaria se-


Infeksi malaria sampai sa- rebral, edema paru, gagal ginjal
at ini masih merupakan problem bahkan dapat menyebabkan ke-
klinik di negara-negara berkem- matian. Pada janin menyebab-
bang terutama negara yang ber- kan abortus, persainan prema-
iklim tropik, termasuk Indone- tur, berat badan lahir rendah,
sia. Di Indonesia penyakit mala- dan kematian janin. Infeksi pada
ria masih merupakan penyakit wanita hamil oleh parasit mala-
infeksi utama di kawasan Indo- ria ini sangat mudah terjadi, hal
nesia bagian Timur. Infeksi ini ini disebabkan oleh adanya pe-
dapat menyerang semua masya- rubahan sistim imunitas ibu
rakat dari segala golongan, ter- selama kehamilan, baik imunitas
masuk golongan yang paling seluler maupun imunitas humo-
rentan seperti wanita hamil ral, serta diduga juga sebagai
(Tambajong EH, 2000). akibat peningkatan horman
Infeksi malaria pada ke- kortisol pada wanita selama
hamilan sangat merugikan baik kehamilan.
bagi ibu dan janin yang di- Data-data yang dilaporkan
kandungnya, karena infeksi ini oleh Steketee dkk tentang penga-
dapat meningkatkan kejadian ruh buruk malaria pada keha-
morbiditas dan mortalitas ibu milan di daerah endemis
maupun janin. Pada ibu me- malaria (Sub-Sahara Afrika)

21
JKM.
Vol. 4, No1, Juni 2004

tahun 1985 sampai tahun 2000 CD4+ berfungsi sebagai regula-


cukup tinggi. Disebutkan risiko tor dengan membantu produksi
terjadinya a-nemia (3-15%), antibodi dan aktifasi fagosit-
berat badan lahir rendah (13- fagosit lain sedangkan CD8+
70%) dan kematian neonatal (3- berperan sebagai efektor lang-
8%). sung untuk fagositosis parasit
Kejadian infeksi malaria dan menghambat perkembang-
di daerah Sulawesi Utara an parasit dengan menghasilkan
sampai saat ini masih cukup IFN-γ.1,3
tinggi, ya-itu sekitar 9% dari Epitop-epitop antigen pa-
kasus rawat inap di rumah sakit- rasit akan berikatan dengan re-
rumah sakit. Berdasarkan hal septor limfosit B yang berperan
tersebut, maka perlu dipahami sebagai sel penyaji antigen ke-
bahwa wanita hamil pada sel limfosit T dalam hal ini
membutuhkan perhatian yang CD4+. Selanjutnya sel T akan
ketat bila terjangkit infeksi berdeferensiasi menjadi sel Th-1
malaria selama periode kehamil- dan Th-2. Sel Th-2 akan meng-
an, persalinan maupun nifas hasilkan IL-4 dan IL-5 yang me-
(Nugroho A, 2000). macu pembentukan Ig oleh lim-
fosit B. Ig tersebut juga mening-
katkan kemampuan fagositosis
Immunopatologi makrofag. Sel Th-1 menghasil-
Respon Imun terhadap Infeksi kan IFN-γ dan TNF-α yang
Malaria selama Kehamilan mengaktifkan komponen imuni-
Respon imun spesifik ter- tas seluler seperti makrofag dan
diri dari imunitas seluler yang monosit serta sel NK.
dilaksanakan oleh limfosit T Wanita hamil memiliki
dan imunitas humoral yang kemungkinan terserang malaria
dilaksanakan oleh limfosit B. falciparum lebih sering dan lebih
Limfosit T dibedakan menjadi berat dibandingkan wanita tidak
limfosit T helper (CD4+) dan hamil. Konsentrasi eritrosit yang
sitotoksik (CD8+) sedangkan terinfeksi parasit banyak dite-
berdasarkan sitokin yang diha- mukan di plasenta sehingga
silkannya dibedakan menjadi diduga respon imun terhadap
subset Th-1 (menghasilkan IFN- parasit di bagian tersebut meng-
γ dan TNF-α) dan subset Th-2 alami supresi. Hal tersebut
(menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6, berhubungan dengan supresi
IL10). Sitokin tersebut berperan sistim imun baik humoral mau-
mengaktifkan imunitas humoral. pun seluler selama kehamilan

22
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

sehubungan dengan keberadaan menyebabkan aliran darah ke


fetus sebagai “benda asing” di janin berkurang dan akan terjadi
dalam tubuh ibu. gangguan nu-trisi pada janin.
Supresi sistim imun sela- Lesi bermakna yang ditemukan
ma kehamilan berhubungan de- adalah penebal-an membrana
ngan keadaan hormonal. Kon- basalis trofoblas, pengurusan
sentrasi hormon progesteron mikrovilli fokal me-nahun. Bila
yang meningkat selama ke- villi plasenta dan si-nus
hamilan berefek menghambat venosum mengalami ko-ngesti
aktifasi limfosit T terhadap sti- dan terisi eritrosit berpa-rasit
mulasi antigen. Selain itu efek dan makrofag, maka aliran
imunosupresi kortisol juga ber- darah plasenta akan berkurang
peran dalam menghambat res- dan ini dapat menyebabkan
pon imun. abortus, lahir prematur, lahir
mati ataupun berat badan lahir
rendah.
Histopatologi
Pada wanita hamil yang
terinfeksi malaria, eritrosit ber- Gejala Klinis
parasit dijumpai pada plasenta Gejala utama infeksi ma-
sisi maternal dari sirkulasi tetapi laria adalah demam yang didu-
tidak pada sisi fetal, kecuali pa- ga berhubungan dengan proses
da penyakit plasenta. Pada in- skizogoni (pecahnya merozoit/
feksi aktif, plasenta terlihat hi- skizon) dan terbentuknya
tam atau abu-abu dan sinusoid sitokin dan atau toksin lainnya.
padat dengan eritrosit terinfeksi. Pada daerah hiperendemik
Secara histologis ditandai oleh sering di-temukan penderita
sel eritrosit berparasit dan pig- dengan pa-rasitemia tanpa
men malaria dalam ruang inter- gejala demam. Gambaran
villi plasenta, monosit mengan- karakteristik dari ma-laria ialah
dung pigmen, infiltrasi mono- demam periodik, ane-mia dan
nuklear, simpul sinsitial (synci- splenomegali. Sering terdapat
tial knotting), nekrosis fibrinoid, gejala prodromal seper-ti
kerusakan trofoblas dan pene- malaise, sakit kepala, nyeri pada
balan membrana basalis trofo- tulang/otot, anoreksia dan diare
blas. Terjadi nekrosis sinsitiotro- ringan. Namun sebenarnya efek
foblas, kehilangan mikrovilli klinik malaria pada ibu hamil
dan penebalan membrana lebih tergantung pada tingkat
basalis trofoblas akan kekebalan ibu hamil terhadap

23
JKM.
Vol. 4, No1, Juni 2004

penyakit itu, sedang-kan - Menyebabkan efek klinik


kekebalan terhadap malaria lebih sedikit, kecuali efek
lebih banyak ditentukan dari anemia maternal sebagai
tingkat transmisi malaria tempat komplikasi utama yang se-
wanita hamil tinggal/berasal, ring terjadi pada primigra-
yang dibagi menjadi 2 golongan vida. Anemia tersebut da-
besar : pat memburuk sehingga
A. Stable transmission / transmisi menyebabkan akibat seri-
stabil, atau endemik (contoh : us bagi ibu dan janin.
Sub-Sahara Afrika) Sebaliknya di daerah tidak sta-
- Orang-orang di daerah ini bil/non-endemik/endemik ren-
terus-menerus terpapar dah dimana sebagian besar
malaria karena sering me- populasinya merupakan orang-
nerima gigitan nyamuk in- orang yang non-imun terhadap
fektif setiap bulannya malaria, kehamilan akan me-
- Kekebalan terhadap mala- ningkatkan risiko penyakit ma-
ria terbentuk secara signi- ternal berat, kematian janin,
fikan. kelahiran prematur dan kema-
B. Unstable transmission / trans- tian perinatal. Ibu hamil yang
misi tidak stabil, epidemik atau menderita malaria berat di dae-
non-endemik (contoh : Asia rah ini memiliki risiko kemung-
tenggara dan Amerika selatan) kinan fatal lebih dari 10 kali
Orang-orang di daerah ini dibandingkan ibu tidak hamil
jarang terpapar malaria dan yang menderita malaria berat di
hanya menerima rata-rata < 1 daerah yang sama (Quinn TC,
gigitan nyamuk infektif/ta- 1992).
hun. Wanita hamil (semi-
imun) didaerah transmisi
stabil/endemik tinggi akan Etiologi
mengalami: Malaria adalah penyakit
- Peningkatan parasite rate infeksi yang disebabkan oleh pa-
(pada primigravida di Af- rasit Plasmodium yang masuk ke
rika parasite rate pada wa- dalam tubuh manusia, ditular-
nita hamil meningkat 30- kan oleh nyamuk anopheles be-
40% dibandingkan wanita tina (WHO 1981). Empat spesies
tidak hamil) Plasmodium penyebab malaria
- Peningkatan kepadatan pada manusia adalah :
(densitas) parasitemia pe- 1. Plasmodium falciparum (P. fal-
rifer ciparum)

24
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

2. Plasmodium vivax (P. vivax) - Tidak dapat didiagnosis


3. Plasmodium ovale (P. ovale) klinik.
4. Plasmodium malariae (P. mala- Pembagian Diagnosis Malaria
riae). pada Umumnya
Jenis Plasmodium yang 1.Diagnosis Klinis
banyak ditemukan di Indonesia (tanpa pemeriksaan laborato-
adalah P. falciparum dan P.vivax rium) :
atau campuran keduanya, se- a. Malaria klinis ringan/tanpa
dangkan P. malariae hanya dite- komplikasi.
mukan di Nusa Tenggara Timur b. Malaria klinis berat/de-
dan P. ovale ditemukan di ngan komplikasi.
Papua. Malaria ringan / tanpa komplikasi
Pada anamnesis :
Diagnosis Malaria pada Keha- - Harus dicurigai malaria pada
milan seseorang yang berasal dari
Malaria pada kehamilan daerah endemis malaria de-
dipastikan dengan ditemukan- ngan demam akut dalam se-
nya parasit malaria di dalam : gala bentuk, dengan/tanpa
- Darah maternal gejala-gejala lain.
- Darah plasenta / melalui - Adanya riwayat perjalanan
biopsi. ke daerah endemis malaria
Gambaran klinik malaria pada dalam 2 minggu terakhir.
wanita non-imun (di daerah - Riwayat tinggal di daerah
non-endemik) bervariasi dari : malaria.
- Malaria ringan tanpa kom- - Riwayat pernah mendapat
plikasi (uncomplicated malaria) pengobatan malaria.
dengan demam tinggi, sampai Pada pemeriksaan fisik :
- Malaria berat (complicated ma- - Temperatur > 37,5oC.
laria) dengan risiko tinggi pa- - Dapat ditemukan pembesar-
da ibu dan janin (maternal an limpa.
mortality rate 20-50 % dan se- - Dapat ditemukan anemia.
ring fatal bagi janin). - Gejala klasik malaria yang
Sedangkan gambaran klinik ma- khas terdiri dari 3 stadium
laria pada wanita di daerah en- yang berurutan, yaitu meng-
demik sering tidak jelas, mereka gigil (15 – 60 menit), demam
biasanya memiliki kekebalan (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).
yang semi-imun, sehingga : Di daerah endemis malaria, di
- Tidak menimbulkan gejala- mana penderita telah mempu-
gejala, misal : demam. nyai imunitas terhadap malaria,

25
JKM.
Vol. 4, No1, Juni 2004

gejala klasik di atas tidak timbul 3. Hipoglikemia (kadar gula


berurutan, bahkan tidak semua darah < 40 mg%).
gejala tersebut dapat ditemukan. 4. Udem paru / ARDS.
Selain gejala klasik diatas, dapat 5. Kolaps sirkulasi, syok, hipo-
juga disertai gejala lain/gejala tensi (tek. Sistolik < 70 mm
khas setempat, seperti lemas, sa- Hg pada dewasa dan < 50
kit kepala, myalgia, sakit perut, mmHg pada anak-anak),
mual/muntah,dan diare. 1 algid malaria dan
Malaria berat septikemia.
Malaria berat/severe ma- 6. Gagal ginjal akut (ARF).
laria/complicated malaria ada- 7. Ikterus (bilirubin > 3 mg%).
lah bentuk malaria falsiparum 8. Kejang umum berulang ( > 3
yang serius dan berbahaya, yang x/24 jam).
memerlukan penanganan segera 9. Asidosis metabolik.
dan intensif. Oleh karena itu 10. Gangguan keseimbangan ca-
pengenalan tanda-tanda dan ge- iran, elektrolit & asam-basa.
jala-gejala malaria berat sangat 11. Perdarahan abnormal dan
penting diketahui bagi unit pela- gangguan pembekuan darah.
yanan kesehatan untuk menu- 12. Hemoglobinuria
runkan mortalitas malaria. Bebe- 13. Kelemahan yang sangat (se-
rapa penyakit penting yang vere prostration)
mirip dengan malaria berat ada- 14. Hiperparasitemia
lah meningitis, ensefalitis, sep- 15. Hiperpireksia (Suhu > 40o C)
tikemia, demam typhoid, infeksi Seorang penderita malaria fal-
viral, dll. Hal ini menyebabkan siparum tanpa komplikasi (un-
pemeriksaan laboratorium sa- complicated) dapat menjadi be-rat
ngat dibutuhkan untuk menam- (complicated) kalau tidak di-
bah kekuatan diagnosis. obati secara dini dan
WHO mendefinisikan ma- semestinya.
laria berat sebagai ditemukan-
nya Plasmodium falciparum ben- 2. Diagnosis Laboratorium (de-
tuk aseksual dengan satu atau ngan pemeriksaan Sediaan Da-
beberapa komplikasi/manifesta- rah)
si klinik berat, yaitu : Pemeriksaan mikroskopik
1. Gangguan kesadaran sampai masih merupakan pemeriksaan
koma (malaria serebral). terpenting pada penyakit mala-
2. Anemia berat (Hb < 5 g%, Ht ria karena interpretasi peme-
< 15 %). riksaan ini selain dapat mengi-
dentifikasi jenis plasmodium

26
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

secara tepat sekaligus juga dapat yang spesifik, melalui peme-


menghitung jumlah parasit se- riksaan Reaksi Rantai Polime-
hingga derajat parasitemia dapat rase (PCR).
diketahui. Macam pemeriksaan Di daerah yang tidak
laboratorium: mempunyai sarana laboratori-
1. Pemeriksaan dengan mikros- um dan tenaga mikroskopis, di-
kop: agnosis malaria ditegakkan ha-
• Pewarnaan Giemsa pada nya berdasarkan pemeriksaan
sediaan hapusan darah klinis (anamnesis dan pemerik-
untuk melihat parasit saan fisik) tanpa pemeriksaan la-
• Pewarnaan Acridin Orange boratorium.
untuk melihat eritrosit
yang terinfeksi
• Pemeriksaan Fluoresensi Pengaruh Malaria terhadap Ibu
Quantitative Buffy Coat 1. Anemia
(QBC) 2. Gangguan Sistim sirkulasi
Sedangkan untuk pemeriksaan Pada infeksi P. falciparum se-
sediaan darah (SD) tebal dan ring dijumpai hipotensi orto-
tipis di Puskesmas/lapangan/ statik.
rumah sakit digunakan untuk 3. Edema pulmonum
menentukan nilai ambang para- 4. Hipoglikemia
sit dan mengetahui kepadatan 5. Infeksi plasenta
parasit (terutama penderita ra- 6. Gangguan elektrolit
wat inap) pada sediaan darah. 7. Malaria serebral
Metode diagnostik yang Malaria serebral sering di-
lain adalah deteksi antigen HRP jumpai pada daerah endemik
II dari parasit denga metode seperti Jawa Tengah (Jepara),
Dipstick test, selain itu dapat pu- Sulawesi Utara, Maluku dan
la dilakukan uji immunosero- Irian Jaya. Di Sulawesi Utara
logis yang lain, seperti: mortalitas 30,5% sedangkan
• Tera radio immunologik di RSUP Manado 50%.
(RIA)
• Tera immuno enzimatik
(ELISA) Pengaruh Malaria pada Janin
Adapun pemeriksaan genetika 1. Kematian janin dalam kan-
dan biomolekuler yang dapat dungan.
dilakukan adalah dengan men- 2. Abortus.
deteksi DNA parasit, dalam hal 3. Kelahiran prematur.
ini urutan nukleotida parasit 4. Berat badan lahir rendah.

27
JKM.
Vol. 4, No1, Juni 2004

5. Malaria plasenta. 1. Diagnosis & pengobatan ma-


Malaria kongenital dapat laria ringan dan anemia ri-
dibagi menjadi 2 kelompok ngan sampai moderat.
yaitu : 2. Kemoprofilaksis.
1. True Congenital Malaria 3. Penatalaksanaan komplikasi-
(Acquired during pregnan- komplikasi severe malaria,
cy) termasuk anemia berat.
Pada malaria kongenital 4. Pendidikan kesehatan dan
ini sudah terjadi kerusak- kunjungan yang teratur
an plasenta sebelum bayi untuk ante natal care (ANC).
dilahirkan. Parasit mala- ANC yang teratur adalah da-
ria ditemukan pada darah sar untuk keberhasilan pena-
perifer bayi dalam 48 jam talaksanaan malaria dalam
setelah lahir dan gejala- kehamilan, yang bertujuan
nya ditemukan pada saat untuk: Memberikan pendi-
lahir atau 1-2 hari setelah dikan kesehatan termasuk
lahir. penyuluhan tentang malaria
2. False Congenital Malaria dan dampaknya (malaria se-
(Acquired during labor) rebral, anemia, hipoglikemi,
Malaria kongenital ini edema paru, abortus, per-
paling banyak dilaporkan tumbuhan janin terhambat,
dan terjadi karena pele- prematuritas, kematian janin
pasan plasenta diikuti dalam rahim, dll) pada ke-
transmisi parasit malaria hamilan di semua lini kese-
ke janin. Gejala-gejalanya hatan (Posyandu, Pustu, Pus-
muncul 3-5 minggu setlah kesmas dan Rumah Sakit).
bayi lahir. - Memonitor kesehatan ibu
dan janin, serta kemajuan
kehamilan.
Penanganan Malaria pada - Diagnosis dan pengobatan
Kehamilan. yang tepat (tepat waktu).
Pengontrolan Malaria - Memberikan ibu suplai
Pengontrolan malaria dalam ke- obat untuk kemoprofilak-
hamilan tergantung derajat sis.
transmisi, pengawasan 5. Perlindungan pribadi untuk
berdasar-kan suatu gabungan mencegah kontak dengan
hal-hal di-bawah ini : vektor, misal : pemakaian ke-
lambu.

28
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

6. Pemeriksaanhemoglobin dan setempat tidak mencukupi,


parasitologi malaria setiap perlu dirujuk dari
bulan. Puskesmas ke Rumah Sakit
7. Pemberian tablet besi dan yang mem-punyai fasilitas
asam folat serta imunisasi TT dan tenaga dokter spesialis.
harus lengkap. Pencegahan dan Pengobatan
8. Pada daerah non resisten Malaria dalam Kehamilan
klorokuin : A. Pada semua ibu hamil de-
y Ibu hamil non-imun dibe- ngan malaria, maka pada
ri Klorokuin 2 tablet/ kunjungan ANC yang per-
minggu dari pertama da- tama, diberikan pengobatan
tang sampai masa nifas. dosis terapeutik anti malaria
y Ibu hamil semi imun di- (lihat tabel di bawah).
beri SP pada trimester II B. Pencegahan terhadap anemia
dan III awal. dimulai pada saat ini :
9. Pada daerah resisten kloro- - Berikan suplemen besi : 300
kuin semua ibu hamil baik mg sulfas ferrosus (60 mg
non imun maupun semi i- elemen besi)/hari, dan 1
mun diberi SP pada trimester mg asam folat / hari.
II dan III awal ( Warouw - Untuk pengobatan anemia
NN, 2002). moderat (Hb 7-10 g/dl)
Penanganan Malaria di Puskes- maka diberikan dosis besi
mas dan Rumah Sakit 2xlipat.
I. Kriteria Rawat Jalan - Periksa Hb setiap kali
1. Gejala klinis malaria tan- kontrol.
pa komplikasi. Kebijakan pengobatan malaria
2. Bukan malaria berat. (P.Falciparum dan P.Vivax) di
3. Parasitemia < 5%. Indonesia hanya menganjurkan
II. Kriteria Rawat Tinggal pemakaian klorokuin untuk
1. Gejala klinis malaria pengobatan dosis terapeutik da-
dengan komplikasi. lam kehamilan, sedangkan kinin
2. Malaria berat. untuk pengobatan malaria berat.
3. Parasitemia > 5%. - Pada daerah dimana P. Falci-
III. Kriteria Rujukan parum sudah resisten terha-
Semua penderita yang me- dap klorokuin, maka dapat
menuhi kriteria rawat tinggal diberikan pengobatan alter-
(malaria berat) tetapi fasili- natif yaitu:
tas/kemampuan perawatan

29
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

Pengobatan Dosis Terapeutik OAM dalam Kehamilan :

Obat Dosis oral Keamanan


Anti malaria
Klorokuin 25 mg base/Kg selama 3 hari Aman untuk semua
(10 mg/Kg hari I-II, 5 mg/Kg hari trimester
III)
Amodiakuin 25 mg base/Kg selama 3 hari Tidak direkomendasi
untuk trimester I
Sulfadoksin- Sulfadoksin : 25 mg/Kg dosis Tidak direkomendasi
pirimetamin Pirimetamin : 1 mg/Kg tunggal untuk trimester I
Meflokuin 15-20 mg base/Kg (dosis tunggal) Tidak direkomendasi
untuk trimester I
Kinin 10 mg garam/Kg tiap 8 jam selama Aman untuk semua
5 - 7 hari trimester
Artesunat 10-12 mg/Kg per hari selama 2-3 Tidak direkomendasi
Atau: Artemether hari untuk trimester I

- Meflokuin dapat dipakai jika hari I, disambung 2 mg/Kg


pengobatan dengan Kina a- BB oral dosis tunggal selama
tau SP sudah resisten, namun 6 hari. (dapat dipakai pada
penggunaannya pada keha- trimester II & III, dan jika
milan muda harus benar- tidak ada alternatif lain). Un-
benar dipertimbangkan, ka- tuk daerah Minahasa/ Sula-
rena data penggunaannya wesi Utara klorokuin masih
pada trimester I masih sangat efektif, demi-kian juga
terbatas. P. Vivax umumnya masih
Jika terjadi resistensi ganda sensitif terhadap klorokuin.
pilihan terapi adalah sbb:
- Garam Kina 10 mg/Kg BB
per oral 3 kali selama 7 hari Kemoprofilaksis Malaria dalam
DITAMBAH Klindamisin Kehamilan
300 mg 4 kali sehari selama 5 WHO merekomendasi-
hari. (dapat dipakai di dae- kan agar memberikan suatu do-
rah resisten kina). sis pengobatan (dosis
- ATAU Artesunat 4 mg/Kg terapeutik) anti malaria untuk
BB oral dlm beberapa dosis semua wa-nita hamil di daerah

30
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

endemik malaria pada − Pemakaian kawat nyamuk


kunjungan ANC yang pertama, pada pintu-pintu dan jende-
kemudian diikuti la-jendela.
kemoprofilaksis teratur. Saat ini
kebijakan pengobatan malaria di
Indonesia menghendaki hanya
memakai klorokuin untuk ke-
moprofilaksis pada kehamilan. Pengobatan Malaria Berat da-
Ibu hamil dengan status noni- lam Kehamilan
mun sebaiknya dihindarkan me- Pengobatan malaria berat
masuki daerah endemis malaria. memerlukan kecepatan dan ke-
Profilaksis mulai diberikan tepatan dalam diagnosis sedini
1sampai 2 minggu sebelum me- mungkin. Pada setiap penderita
ngunjungi daerah endemis, de- malaria berat, maka tindak-
ngan klorokuin (300 mg basa) an/pengobatan yang perlu di-
diberikan seminggu sekali dan lakukan adalah :
dilanjutkan sampai 4 minggu se- • Tindakan umum / simpto-
telah kembali kedaerah non en- matik.
demis (Bradley dan Warhurst, • Pemberian obat anti malaria.
1995). Beberapa studi memperli- • Pengobatan komplikasi.
hatkan bahwa kemoprofilaksis
menurunkan anemia maternal A. Penatalaksanaan Umum
dan meningkatkan BB bayi yang Perbaiki keadaan umum
dilahirkan. penderita (pemberian cairan dan
Perlindungan dari gigitan nyamuk: perawatan umum). Pemberian
Kontak antara ibu dengan cairan adalah faktor yang sa-
vektor dapat dicegah dengan : ngat penting dalam penanganan
− Memakai kelambu yang malaria berat. Bila berlebihan
telah dicelup dengan akan menyebabkan edema paru,
insektisida (misal : sebaliknya bila kurang akan
permethrin). menyebabkan nekrosis tubular
− Pemakaian celana panjang akut yang berakibat gagal ginjal
dan kemeja lengan panjang. akut.
− Pemakaian penolak nyamuk Monitoring tanda vital
(repellent). antara lain: keadaan umum, ke-
− Pemakaian obat nyamuk sadaran, pernafasan, tekanan
(baik semprot, bakar dan darah, suhu, dan nadi setiap 30
obat nyamuk listrik). menit (selalu dicatat untuk me-
ngetahui perkembangannya),

31
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

kontraksi uterus dan bunyi jan- Pada kala I :


tung janin juga harus dimonitor. • Wanita hamil dengan infeksi
Jaga jalan nafas untuk malaria berat harus dirawat
menghindari terjadinya asfiksia, di unit perawatan intensif
bila diperlukan beri oksigen. (bila memungkinkan).
Pemberian antipiretik untuk • Pemantauan ketat kontraksi
mencegah hipertermia : parase- uterus dan denyut jantung
tamol 10 mg/KgBB/x, dan da- janin (monitoring CTG) se-
pat dilakukan kompres. hingga dapat memantau
Bila kejang, beri anti- adanya kegawatan pada
konvulsan : Diazepam 5-10 mg janin lebih awal.
IV (secara perlahan selama 2 • Bila pada pemantauan dite-
menit) ulang 15 menit kemudian mukan tanda kegawatan ja-
bila masih kejang. Jangan dibe- nin pada persalinan maka
rikan lebih dari 100 mg/24 jam. merupakan indikasi untuk
Bila tidak tersedia Diazepam, mengakhiri dengan seksio
sebagai alternatif dapat dipakai sesarea.
Phenobarbital 100 mg IM/x Perawatan umum pada kala I:
(dewasa) diberikan 2 x sehari. • Demam.
Untuk konfirmasi diagno- Bila suhu rektal > 39oC maka
sis, lakukan pemeriksaan SD dikompres dan diberi antipi-
tebal. Penilaian sesuai kriteria retik (parasetamol 3-4x 500
diagnostik mikroskopik. mg/hari).
Apabila tidak tersedia • Anemia.
fasilitas yang memadai, persiap- Wanita hamil dengan ane-
kan penderita untuk dirujuk ke- mia dapat diberikan trans-
tingkat pelayanan kesehatan fusi PRC (packed red cell).
yang lebih tinggi yang menye- • Hipoglikemia.
diakan perawatan intensif. Diberi glukosa 50% sebanyak
50 ml bolus intravena dan di-
lanjutkan dengan infus glu-
Penanganan Malaria pada kosa 5% atau 10%.
Kehamilan. • Edema paru
Penanganan persalinan Penderita diletakkan pada
penderita malaria yang positif posisi setengah duduk, oksi-
pada pemeriksaan apusan da- genasi konsentrasi tinggi ser-
rah tebal/ DDR (+), perlu peng- ta diberi furosemid 40 mg in-
awasan yang lebih cermat, travena. Bila perlu dilakukan
sebagai berikut: ventilasi mekanik dengan te-

32
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

kanan positif akhir respirasi ƒ Tidak menyebabkan abortus


(PEEP). dalam dosis terapi.
• Malaria serebral. ƒ Pemberian IV untuk usia
Penderita harus dirawat de- kehamilan > 30 minggu tidak
ngan cermat, keseimbangan menyebabkan kontraksi ute-
cairan dan tingkat kesadaran rus (menginduksi partus) a-
diperhatikan. Dapat diberi tau menyebabkan fetal di-
suntikan natrium fenobarbi- stress.
tal 10-15 mg/kgBB intramus- ƒ Efek samping yang utama :
kuler dosis tunggal dan bila hipoglikemia
timbul kejang dapat diberi- Cara pemberian :
kan diazepam 0,15 mg/kgBB Cara I :
intravena (maksimal 10 mg). Karena kematian dapat terjadi
Pada kala II : dalam 6 jam pertama, maka
Bila tidak ada kontra indikasi diperlukan kadar yang ideal
persalinan dapat pervaginam, dalam darah secara cepat, yaitu:
indikasi persalinan dengan eks- − Loading dose/ dosis inisial :
traksi vakum/forseps tergan- Kina HCl 25 % (perdrip)
tung keadaan indikasi obsterik dosis 20 mg/Kg BB dengan
saat itu. cara dilarutkan dalam dek-
trosa 5 %(500 ml) atau dex-
trose in saline diberikan da-
Kemoterapi / Pemberian Obat lam 4 jam pertama dengan
Anti Malaria kecepatan konstan 2 ml/me-
Penderita malaria berat nit, 4 jam berikutnya istirahat
memerlukan obat anti malaria (infus saja); kemudian 8 mg/
yang mempunyai daya bunuh Kg BB setiap 8 jam (main-
terhadap parasit secara cepat tenance dose).
dan kuat, serta bertahan dalam − Namun loading dose dipakai
aliran darah dalam waktu yang bila penderita belum pernah
cukup lama. Oleh karena seba- mendapatkan pengobatan ki-
iknya obat diberikan parenteral, na atau meflokuin dalam 12
sehingga mempunyai efek lang- jam sebelumnya.
sung dalam darah. Obat anti − Berikan kemoterapi oral se-
malaria yang direkomendasi : gera bila penderita sudah da-
KINA ( Kina HCl 25%, 1 ampul pat minum, Kina IV diganti
500 mg/2 ml). dengan Kina tablet / per oral
ƒ Aman digunakan pada se- dengan dosis 10 mg/Kg BB/
mua trimester kehamilan. x dosis, pemberian 3 x sehari

33
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

(dengan total dosis 7 hari di- toksisitas pada jantung dan


hitung sejak pemberian load- kematian.
ing dose). - Bila karena berbagai alasan
Cara II : Kina tidak dapat diberikan
− Kina HCL 25 % (perdrip), melalui infus, maka dapat
dosis 10mg/Kg BB atau 1 diberikan IM dengan dosis
ampul (isi 2 ml = 500 mg) yang sama pada paha bagian
dilarutkan dalam 500 ml dex- depan masing-masing 1/2
trose 5 % atau dextrose in dosis pada setiap paha . Bila
saline diberikan selama 8 jam memungkinkan untuk pema-
dengan kecepatan konstan 2 kaian IM, kina diencerkan
ml/menit, diulang dengan dengan normal saline untuk
cairan yang sama setiap 8 mendapatkan konsentrasi 60-
jam sampai penderita dapat 100 mg/ml
minum obat. - Bila tidak ada perbaikan kli-
− Bila penderita sudah dapat nis setelah pemberian 48 jam
minum, Kina IV diganti de- kina parenteral, maka dosis
ngan Kina tablet/per oral maintenans kina diturunkan
dengan dosis 10 mg/Kg BB/ 1/3 - 1/2 nya (menjadi 5-7
x dosis, pemberian 3 x sehari mg Kina HCl) dan lakukan
(dengan total dosis 7 hari pemeriksaan parasitologi ser-
dihitung sejak pemberian ta evaluasi klinik harus di-
infus perdrip yang pertama). lakukan.
Catatan : - Total dosis kina yang
- Kina tidak boleh diberikan diperlukan :
secara bolus intra vena, Hari 0 : 30 mg/Kg BB
karena dapat menyebabkan Hari I : 30 mg/Kg BB
kadar dalam plasma sangat Hari II dan berikutnya : 15-20
tinggi dengan akibat mg/Kg BB.

Pemberian kina mulai hari 0 :


( Loading dose Mulai maintenance dose I Mulai maintenance dose II
4 Jam I ) 8 jam setelah loading dose 16 jam setelah loading dose
selama 4 jam selama 4 jam, dst

Jam ke 0 4 8 12 16 20 24

34
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

- Pemberian kina dapat diikuti karena adanya gangguan


dengan terjadinya hipoglike- metabolisme di otak.
mi, karenanya perlu diperik-
sa gula darah /12 jam. Prinsip penatalaksanaan
- Artesunate dan artemether Umumnya sama seperti
sudah pernah dipakai de- pada malaria berat, disamping
ngan aman dan berhasil un- pemberian OAM beberapa hal
tuk ibu hamil pada beberapa yang penting yang perlu diper-
kasus hatikan adalah :
Mengingat adanya keter- Terapi suportif meliputi :
batasan sarana maupun tenaga a. Perawatan pasien tidak sadar,
ahli di Puskesmas/RS, maka un- meliputi :
tuk beberapa kasus malaria be- • Pasang Intra Venous Fluid
rat yang memerlukan perawatan Drip (IVFD), kateter ure-
/pengobatan dengan fasilitas thra dengan memperhati-
tertentu (misal: hemo/peritoneal kan kaidah a/antisepsis.
dialisis, transfusi tukar, dll) yang • Jaga keseimbangan cairan :
tidak tersedia pada fasilitas pe- lakukan monitoring balans
layanan pengobatan tersebut cairan dengan mencatat in-
sebaiknya dirujuk ke RS tingkat take dan output cairan se-
yang lebih tinggi (fasilitas cara akurat. Bila fungsi
lengkap). ginjal baik, adanya dehi-
drasi atau overhidrasi da-
B. Pengobatan Komplikasi pat juga diketahui dari vo-
1. Malaria serebral lume urin. Normal volume
Malaria serebral didefi- urin : 1 ml/menit. Bila vo-
nisikan sebagai unrousable lume urin < 30 ml/jam,
coma (penilaian dengan Glasgow mungkin terjadi dehidrasi
coma scale) pada malaria (periksa juga tanda-tanda
falsiparum, dengan manifestasi lain dehirasi), maka tam-
sebagai pe-rubahan sensorium bahkan intake cairan mela-
yaitu mani-festasi perilaku lui IV-line. Bila volume
abnormal pada seorang urin > 90 ml/jam, kurangi
penderita dari mulai yang in-take cairan untuk
paling ringan sampai koma yang mence-gah overload yang
dalam. Gangguan kesa-daran menga-kibatkan udem
pada malaria serebral diduga paru.

35
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

• Mata dilindungi dengan - Pemeriksaan derajat ke-


pelindung mata untuk sadaran dengan modifi-
menghindari ulkus kornea kasi Glasgow Coma Scale
yang dapat terjadi karena (GCS) setiap 6 jam.
tidak adanya refleks me- - Hitung parasit setiap
ngedip pada pasien tidak 12-24 jam.
sadar. - Hb & Ht setiap hari.
• Menjaga kebersihan mulut - Gula darah setiap 4 jam.
untuk mencegah infeksi ke- - Parameter lain sesuai
lenjar parotis karena keber- indikasi (misal: ureum
sihan rongga mulut yang dan creatinin darah
rendah pada pasien tidak pada komplikasi gagal
sadar. ginjal).
• Ubah/balik posisi lateral b. Pengobatan simptomatik
secara teratur untuk men- Bila transfusi darah merupakan
cegah luka dekubitus dan indikasi (lihat tabel dibawah),
hypostatic pneumonia. berikan pengobatan dengan obat
• Hal-hal yang perlu dimo- anti malaria yang direkomen-
nitor : dasikan dan lakukan:
- Tensi, nadi, suhu dan
pernafasan setiap 30
menit.

2. Anemia berat
Beberapa definisi anemia dalam kehamilan:
Hemoglobin Volume Packed
(g/dl) cell/Ht (%)
Anemia ringan/mild anaemia 10 – 11 33 – 37
Anemia sedang/moderat anaemia 7 – 10 24 – 33
Anemia berat/severe anaemia <7 < 24
Anemia sangat berat <4 < 13

Indikasi pemberian transfusi darah:


Hb (g/dl) Ht (%) Implikasi untuk transfusi1)
<7 20 Transfusi sebaiknya dipertimbangkan
berdasarkan kondisi klinis dan umur
kehamilan.
<5 15 Indikasi kuat untuk transfusi : sangat berisiko
tinggi untuk terjadinya gagal jantung

36
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

4. Edema Paru
a. Transfusi PRC, akan mego- Edema paru merupakan
reksi anemia tanpa risiko komplikasi fatal yang sering me-
overhidrasi. nyebabkan kematian oleh kare-
b. Transfusi secara perlahan- nanya pada malaria berat seba-
lahan (slow transfusion) akan iknya dilakukan penanganan
mencegah overhidrasi, untuk untuk mencegah terjadinya
itu: edema paru. Penderita menda-
- Berikan furosemide 1-2 dak batuk, sesak, napas cepat
ampul IV selama dan dangkal, pada auskultasi
transfusi terdengan ronki penuh di semua
- Volume transfusi dima- bagian paru. Foto torak nampak
sukkan kedalam catatan infiltrasi yang luas diseluruh
balans cairan sebagai lapangan paru.
Intake. Bila ada tanda udema pa-
ru akut penderita segera diru-
3. Hipoglikemia juk, dan sebelumnya dilakukan
Hipoglikemia (kadar gula tindakan sebagai berikut :
darah < 40 mg%) sering terjadi a. Pemberian oksigen konsen-
pada ibu hamil baik sebelum trasi tinggi untuk perbaiki
maupun sesudah terapi Kina. hipoksia
Terjadi karena meningkatnya b. Pembatasan pemberian cair-
kebutuhan metabolik saat de- an
mam, hipoksia jaringan. Pe- c. Bila disertai anemia, berikan
nyebab lain diduga karena ter- transfusi PRC.
jadi peningkatan uptake glukosa d. Untuk mengurangi beban
oleh parasit malaria. jantung kanan dapat dilaku-
Tindakan : kan:
ƒ Berikan 50 – 100 ml Glukosa ¾ Posisi pasien ½ duduk.
40 % IV secara injeksi bolus. ¾ Pemberian furosemid 40
ƒ Infus glukosa 10 % perlahan- mg i.v bila perlu diulang
lahan untuk maintenans / 1 jam kemudian atau do-
mencegah hipoglikemia ber- sis ditingkatkan sampai
ulang. 200 mg (maksimum) sam-
ƒ Monitoring teratur kadar gu- bil memonitor urin out-
la darah setiap 4-6 jam. put dan tanda-tanda vital.

37
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

¾ Venaseksi, keluarkan da- setiap 8-12 jam sampai penderita


rah pasien kedalam kan- menerima obat secara oral.
tong transfusi/donor se-
banyak 250-500 ml akan
sangat membantu me- Pencegahan
ngurangi sesaknya. Apa- Setiap wanita yang ting-
bila kondisi pasien sudah gal di daerah endemis atau akan
normal, darah tersebut bepergian ke daerah endemis se-
dapat dikembalikan ketu- baiknya diberikan kemoprofilak-
buh pasien. sis walaupun hal ini tidak mem-
Klorokuin merupakan o- berikan perlindungan absolut
bat pilihan yang paling aman terhadap infeksi malaria, namun
diberikan pada ibu hamil (aman dapat menurunkan parasitemia
dalam 3 trimester kehamilan) dan mencegah komplikasi ma-
dengan dosis 25 mg/kgBB se- laria berat dan meningkatkan
lama 3 hari berturut-turut atau berat badan bayi.
pada hari I-II sebanyak 600 mg Klorokuin merupakan o-
dan pada hari III sebanyak 300 bat yang paling aman bagi wani-
mg. Bila ditemukan resistensi ta hamil dengan dosis 300 mg
klorokuin, dapat diberikan kina basa (2 tablet) diberikan setiap
dengan dosis 3x400 mg selama 7 minggu. Bagi wanita hamil yang
hari. akan bepergian ke daerah ende-
Wanita hamil dengan mis malaria pemberian dimulai
malaria berat diberi infus kloro- 1 minggu sebelum berangkat,
kuin dengan dosis 10 mg/kgBB selama berada di daerah ende-
dalam cairan isotonik dengan mis, sampai 4 minggu setelah
kecepatan konstan selama 8 jam keluar dari daerah tersebut.
dan dilanjutkan dengan 15 Upaya lain untuk pence-
mg/kgBB selama 24 jam beri- gahan infeksi malaria adalah de-
kutnya atau dengan klorokuin ngan memutuskan rantai penu-
dosis 5 mg/kgBB diberikan de- laran pada host, agen ataupun
ngan kecepatan konstan selama lingkungan dengan cara :
6 jam dan diulangi setiap 6 jam • Mengurangi kontak/gigitan
dengan total 5 dosis. Alternatif nyamuk Anopheles dengan
lain dapat diberi kina dihidro- menggunakan kelambu, obat
klorida 20 mg/kgBB melalui in- nyamuk.
fus selama 4 jam dalam deks- • Membunuh nyamuk dewasa
trose 5% dan dilanjutkan dengan • Membunuh jentik nyamuk.
dosis rumatan 10 mg/kgBB

38
Malaria pada Kehamilan
Eddy Suparman, Aloysius Suryawan

• Meningkatkan daya tahan Nugroho A, Tumewu MG. 2000. Siklus


Hidup Plasmodium Malaria.
tubuh melalui vaksinasi. Dalam: Harijanto PN, eds.
Malaria: Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis &
Penanganan. Edisi I. Jakarta: EGC,
Kesimpulan dan Saran 38-52.
Malaria dalam kehamilan Nugroho A, Harijanto PN, Datau EA. 2000.
merupakan masalah yang serius Imunologi Pada Malaria. Dalam:
Harijanto PN, eds. Malaria:
mengingat pengaruhnya terha- Epidemiologi, Patoge-nesis,
dap ibu dan janin, yang bila Manifestasi Klinis & Penanganan.
tidak ditanggulangi secara cepat Edisi I. Jakarta : EGC, 129-47.
Kanwil DepKes Propinsi Kal-Sel Diklat
dan tepat dapat meningkatkan P2M, 1999. Penatalak-sanaan
angka kematian ibu dan neo- Malaria berat di Rumah Sakit dan
natal. Penanggulangan malaria Puskesmas. 37-40.
Quinn TC. 1992. Parasitic Disease During
dalam kehamilan dapat dimulai Pregnancy. Sciarra JJ, Eschenbach
secara dini melalui kunjungan DA, Depp R, eds. In: Gynecology
ANC dengan memberikan pe- and Obstetrics. Volume 3.
Philadephia : JB Lippincott
nyuluhan/pendidikan esehatan Company,1-6.
tentang pencegahan malaria dan Rumopa DM. Manfaat klorokuin sebagai
pengobatan profilaksis bagi kemoprofilaksis terha-dap malaria
pada ibu-ibu hamil dan pengaruh
yang tinggal di daerah endemis. malaria terhadap hasil kehamilan
Klorokuin masih merupakan di daerah endemis malaria di
Kabupaten Minahasa. Bag/ SMF
obat terpilih untuk pengobatan
Obsgyn FK Unsrat/RSUP
malaria dalam kehamilan dan Manado.
Kina untuk pengobatan malaria Sciarra JJ. Watkins TJ. 1997. Parasitic
Diseases During Pregnancy in
berat. Perlunya sistem pela- Maternal Fetal Medicine. Vol 3.
yanan kesehatan yang berjen- Saifuddin AB dkk. 2002. Demam dalam
jang (rujukan) dari Puskesmas Kehamilan Dan Dalam Persalinan.
Dalam Buku Pan-duan Praktis
ke Rumah Sakit dengan fasilitas Pelayanan Kese-hatan Maternal
yang memadai untuk mena- dan Neonatal, M87-9.
ngani kasus-kasus malaria berat Tambajong EH. Patobiologi Malaria. Dalam:
Harijanto PN, eds. Ma-laria:
dengan komplikasi. Epidemiologi, Patoge-nesis,
Manifestasi Klinis
Warouw N N. 2000. Infeksi Malaria pada
Kehamilan. Dalam : Kongres
Daftar Pustaka
Nasional Perinasia ke 7 &
FINAL DRAFT. 2002. Assessment of the
Simposium Internasional 18-21
Safety of Artemisinin Compounds in
Nopember, Semarang.
Pregnancy. UNDP/World
Bank/WHO Special Program-me
for Research and Training in
Tropical Diseases) .

39
40

40

Anda mungkin juga menyukai