KEHAMILAN
Oleh :
dr.Soebagjo Loehoeri, SpPD-KTI
Pendahuluan
• Malaria terdapat di negara yang beriklim tropis
terutama negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia seperti Indonesia.
1. Infeksi aktif
2. Infeksi kronik, paling banyak mengenai primigravida
yang mencerminkan pembersihan parasit dari
plassenta tidak efektif.
3. Pasca infeksi kronik, hanya menunjukkan pigmen
pada fibrin.
4. Tanpa infeksi (Bulmer et al.)
Komplikasi
A. Abortus, prematuritas, kematian janin
dan bayi lahir mati.
• Adanya gangguan atau mikrosirkulasi
yang berhenti pada plasenta, demam
yang tinggi pada malaria akan
mengaktifkan uterus sehingga dapat
menyebabkan pengeluaran hasil
pembuahan.
• Pada daerah endemisitas rendah, diduga
ada hubungan antara terjadinya abortus
dengan infeksi malaria.
• Di daerah koloendsemis tidak ada
hubungan nyata antara infeksi malaria dan
terjadinya abortus.
• Mc greger (1983) berpendapat bahwa
tidak ada hubungan antara bayi lahir mati
dengan infeksi plasenta.
• Tenyata bayi lahir mati di daerah urban
tertinggi pada paritas tertinggi pula,
sedangkan di daerah lain tertinggi pada
primigravida (Sit. Tjitra, 1991)
• Greenwood et al. 1989, stillbirth atau
kematian neonatal secara bermakna
terjadi banyak pada primigravida (11,5%)
dibanding multigravida (5,6%).
• Kejadian ini dicurigai malaria plasenta
dimungkinkan suatu akibat penting pada
kematian resiko terjadinya stillbirth
terutama pada primigravida di daerah
pedesaan.
• Th. 1951 di Vietnam, rerata kematian janin
14% dari ibu dengan infeksi plasenta.
• Sebagian terbesar terjadi selama
kehamilan trisemester pertama dan setiap
saat terancam abortus (A… et al. 1990)
B. Berat badan lahir rendah
• Berat badan lahir rendah sering dijumpai
pada plasenta yang terinfeksi malaria
dibanding plasenta yang tidak mengalami
infeksi malaria
• Anemia pada ibu menyebabkan
gangguan plasenta dan mempengaruhi
janin.
• Suatu Postulat mengemukakan bahwa
infiltrasi parasit yang berat, keterlibatan
limfosit dan makrofag dalam sirkulasi
darah ibu sampai plasenta berakibat
transport oksigen dan nutrisi janin
menurun.
• Bruce-Chwatt melaporkan infeksi
plasesnta menurunkan berat badan lahir
145 gr.
• McGregor mengestimasi suatu penurunan
berat 170 gr. diantara wanita hamil
dengan plasenta terinfeksi malaria, dan
derajat infeksi malaria pada plasenta
mencapai 20,2%.
• McGregor et al., 1983, melaporkan
insidensi berat badan lahir rendah
hubungannya dengan paritas di Gambia di
daerah urban dan pedesaan dan kalkulasi
datanya dari resiko relatif untuk berat
badan lahir rendah dihubungkan dengan
primiparitas memberi nilai 1,4 sampel
urban (p<0,00) dan 2,9 untuk sample
pedesaan (p<0,000).
C. Partus sulit
• Pembesaran limpa yang dapat mencapai pelvis
dan pembesaran hati merupakan faktor mekanis
yang mendesak diagfragma dan menyulitkan
persalinan.
• Pada saat proses infeksi, makrofag ditarik
menuju arah limpa dan hati untuk melakukan
fagositosis dan mensekresi substansi yang
toksik terhadap parasit
• Kekebalan yang minimal merupakan faktor resiko
terjadinya komplikasi hati dan limpa (Zingman & Viner, 1993)
D. Anemia
• Banyak faktor ikut kontribusi terjadinya
anemia pada wanita hamil yang terinfeksi
malaria, tetapi dua faktor terpenting di
daerah endemis malaria sebagai
penyebabnya, adalah kejadian proses
hemolitik dan defisiensi asam folat (H.M. Gilles,
J.B. et al., 1969)
• Wanita dengan anemia berat dan splenomegali
hubungannya dengan malaria dan kehamilan,
timbulnya suatu sindroma anemia hemolitik
berat dan akut dikemukakan para peneliti di
Nigeria, Uganda dan Tanzania (Kortman, 1972);
Fleming, 1989; Nzare, 1978).
• Di daerah endemis rendah seperti Thailand,
derajat anemia berkaitan dengan kadar
parasitemia P. falciparum.
• Penderita jarang mempunyai Hb kurang dari 7
gr.
(Tjitra, 1991)
• Di daerah yang resisten klorokuin digunakan SP
(fansidar), 3 tablet dosis tunggal.
• Menurut Marshaal (1986) kerja fansidar lambat,
sehingga perlu didahului pemberian kina 3
tablet/hari (1 tablet = 600 mg) selam 2 hari dan
diikuti 2 tablet fansidar.
• Penggunaan fansidar selama kehamilan harus
dibawah pengawasan dokter karena efek
samping teralogenik (Sit. Tjitra, 1991)
Prinsip penanganan malaria berat
I. Terhadap parasitemia
1. Obat anti malaria
a) Kina (HCL/Kinin Antipirin)
Dosis loading 20 mg/kg Kina Hcl dalam
100-200 cc Dextrose 5% atau NaCl
0,9% selama 4 jam, dilanjutkan dengan
10 mg/kg dalam waktu 4 jam.
• Apabila penderita sudah sadar, kina
diberikan per oral dosis 3x400-600 mg
selama 7 hari dihitung dari pemberian hari
I parenteral.
• Tidak berbahaya bagi wanita hamil
b) Kinidin.
• Dosis loading 15 mg basa/kg BB
dilarutkan dalam 250 cc cairan isotonik
selama 4 jam, diteruskan dengan 7,5 mg
basa/kg BB dalam 4 jam, diulang tiap 8
jam, dilanjutkan per oral setelah sadar.
c) Klorokuin
• Dosis loading 10 mg basa/kg BB
dilarutkan dalam 500 cc cairan isotonis
dalam 8 jam, dilanjutkan dosis 5 mg/kg BB
selama 8 jam diulang 3 kali.
• Keuntungannya tidak menyebabkan
hipoglikemia dan tidak mengganggu
kehamilan.
d) Infeksi kombinasi Sulfadoksin –
pirimitamin (Fansidar ).
Ampul 2 ml : 200 mg S-PDRB +
pirimitamin
2. Exchange transfusion (transfusi ganti)
• Indikasinya bila parasit > 10% dan
mempunyai gejala komplikasi yang berat
seperti hemoglobinuria, koagulasi
intravaskuler dan memburuknya gejala
neurologik
II. Pemberian cairan dan nutrisi
(White, 1996)
Kesimpulan
• Diantara empat spesies plasmodium,
malaria Falciparum merupakan spesies
yang lebih banyak menimbulkan masalah
terutama adanya resistensi terhadap
klorokuin dan komplikasi yang terjadi lebih
berat.
• Wanita hamil terutama primipra mudah
mendapat infeksi malaria, kepadatan
parasit lebih tinggi dan manifestasi klinik
berat karena adanya imunosupresi selama
kehamilan.
• Abortus, prematuritas, kematian janin, bayi
lahir mati, berat badan lahir rendah,
malaria kongenital, partus sulit, gangguan
ginjal dan hipoglikemia merupakan
komplikasi malaria pada kehamilan.
• Pencegahan malaria antara lain
menghindari gigitan nyamuk, insektisida,
kemoprofilaksis dan vaksinasi.
• Pengembangan vaksin perlu penelitian
lebih lanjut, mengingat masih kontroversi
dari aspek efikasi dan kemungkinan terjadi
perubahan strain parasit.
• Kemopofilaksis pada populasi umum
dianggap paling efektif.
• Tetapi pada kehamilan masih dilematis,
karena itu harus dipertimbangkan
mengenai usia kehamilan/paritas, endemis
daerah, adanya resistensi obat dan obat-
obat yang merupakan kontraindikasi