Anda di halaman 1dari 155

PEDOMAN KERJA

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS


NARAPIDANA RESIKO TINGGI (HIGH RISK)
KATEGORI BANDAR NARKOTIKA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 5

C. Ruang Lingkup ................................................................................. 5

D. Pengertian ........................................................................................ 5

BAB II SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................ 7

A. Kebutuhan Petugas .......................................................................... 7

B. Persiapan dan Seleksi Petugas ......................................................... 8

C. Pegawai dan Perusahaan Alih Daya ................................................ 10

BAB III SARANA PRASARANA DAN TEKNOLOGI INFORMASI ............... 10

A. Perkantoran ................................................................................... 10

B. Pembinaan ..................................................................................... 13

C. Perawatan ...................................................................................... 15

D. Pengamanan .................................................................................. 16

BAB IV PEMBINAAN ............................................................................. 25

A. Registrasi ....................................................................................... 25

B. Penempatan ................................................................................... 30

C. Program Pembinaan ....................................................................... 34

D. Penilaian Pembinaan dan Litmas Lanjutan .................................... 41

E. Program Integrasi ........................................................................... 42

F. Sidang TPP ..................................................................................... 43

BAB V PERAWATAN KESEHATAN ......................................................... 44

A. Penyajian dan Pendistribusian Makan dan Minum ......................... 44

B. Pemberian dan Pengambilan Pakaian ............................................. 45


C. Pemberian Peralatan Mandi ........................................................... 46

D. Pangkas Rambut ............................................................................ 46

E. Pemberian dan Pengambilan Perlengkapan Tidur ........................... 47

F. Pelayanan Kesehatan ..................................................................... 47

G. Pemeliharaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan ....................... 48

BAB VI PENGAMANAN .......................................................................... 50

A. Mekanisme Pencegahan ............................................................ 50

1. Penjagaan ................................................................................... 50

2. Pengawalan ................................................................................. 72

3. Penggeledahan ............................................................................ 79

4. Inpeksi ........................................................................................ 91

5. Kontrol........................................................................................ 92

6. Intelijen ...................................................................................... 94

7. Pengendalian Peralatan............................................................. 100

8. Komunikasi .............................................................................. 104

9. Pengendalian Lingkungan ......................................................... 105

10. Standar Penguncian ............................................................... 107

11. Penempatan ............................................................................ 111

12. Investigasi dan Rekontruksi .................................................... 113

13. Tindakan Pengamanan dan Penggunaan Kekuatan

Penindakan................................................................................... 114

B. Penindakan .................................................................................... 117

1. Penindakan Gangguan Kamtib Dalam Keadaan Biasa .............. 117

2. Penindakan Gangguan Kamtib Dalam Keadaan Tertentu .......... 126


3. Bantuan Pengamanan .............................................................. 131

4. Bantuan Internal ...................................................................... 143

5. Bantuan Eksternal ................................................................... 144

BAB VII PENUTUP .............................................................................. 146


PEDOMAN KERJA

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS NARAPIDANA RESIKO


TINGGI KATEGORI BANDAR NARKOTIKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM RI pada tanggal


29 Agustus 2017 telah mengeluarkan keputusan terkait
penempatan Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) pada lima Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan (UPT). Rencananya Lapas Kelas
II A Pasir Putih sebagai lokasi penempatan Narapidana Teroris,
sedangkan Lapas Kelas I Batu, Lapas Kelas III Langkat, Lapas
Kelas III Kasongan dan Rutan Klas IIA Gunung Sindur sebagai
lokasi penempatan Bandar Narkotika.1 Kepentingan dari
penetapan ini tidak lepas dari peristiwa berulangnya kendali
kejahatan peredaran narkotika dari dalam Lapas juga penyebaran
paham dan kaderisasi terorisme yang seringkali dimanfaatkan
karena lemahnya sistem pengamanan dan pengawasan.

Peristiwa fenomenal baru-baru ini yang terjadi di Lapas Kelas I


Batu Nusakambangan dimana sebanyak 1,2 juta butir ekstasi
diduga dipesan dari dalam Lapas ini oleh seseorang yang
sebelumnya telah dikenakan 15 tahun pidana penjara. Kejadian
ini jelas salah satu contoh lemahnya sistem pengamanan yang di
miliki oleh Lapas.2 Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi

1 Lihat lampiran Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:
M.HH.07.OT.01.01 Tahun 2017 Tentang Penetapan Lapas Kelas I Batu Nusakambangan, Lapas Kelas
II A BatuNusakambangan, Lapas Kelas III Langkat, Lapas Kelas III Kasongan dan Rutan Kelas IIA
Gunung Sindur sebagai Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Narapidana Negara Khusus Bagi
Narapidana Risiko Tinggi (High risk).

2 Kasus 1,2 Juta Butir Ekstasi, Napi Nusakambangan Dibawa ke Jakarta. Dapat diakses dalam:
http://nasional.kompas.com/read/2017/08/04/11542631/kasus-1-2-juta-butir-ekstasi-napi-
nusakambangan-dibawa-ke-jakarta
1
sebab sebelumnya pengendalian narkotika pernah terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya.

Selain pengulangan kasus pengendalian narkotika dalam Lapas,


kaderisasi dan penyebaran faham radikal sering luput dari
pengawasan. Laporan IPAC Nomor 34 menjelaskan masifnya
proses kaderisasi di dalam Lapas yang dilakukan langsung dari
dalam Lapas terhadap keluarga, pendukung dan narapidana lain.
Terkadang penyebaran faham-faham radikal menggunakan media
telepon genggam untuk merekam dan menyiarkan langsung
“tausiah” kepada pendukung yang berada di luar Lapas. 3
Perencanaan aksi teror pun pernah terjadi, dari persiapan,
pendanaan hingga siapa saja yang akan menjadi “pengantin”
diduga pernah dibahas di dalam Lapas yang berada di Pulau
Nusakambangan.

Penjelasan masalah diatas menjadi dasar bagi pemerintah untuk


merancang sebuah perlakuan khusus dalam menangani kejahatan
yang menjadi ancaman keamanan nasional. Dua kejahatan,
terorisme dan narkotika telah ditetapkan sebagai kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime)4 yang penanganannya membutuhkan
kekhususan. Secara umum, pemerintah telah memiliki cara
khusus dalam pencegahan dan penindakan terhadap kejahatan
teroris dan narkotika tetapi pada area pelaksanaan
Pemasyarakatan model perlakuan tersebut belum secara khusus
dibentuk dan dilaksanakan.

Menurut United Nations Office for Project Services (UNOPS) dalam


bukunya berjudul Technical Guidance for Prison Planning: Technical
and operational considerations based on the Standard Minimum
Rules for the Treatment of Prisoners dijelaskan bahwa penempatan
narapidana yang menunjukkan resiko tinggi dan berbahaya
idealnya ditempatkan pada pengamanan dan pengawasan yang
berbeda, salah satunya penempatan pada Lapas dengan

3 Update On Indonesiaan Pro-ISIS Prisoners and Deradicalisation Efforts. IPAC Report No. 34,
14 December 2016.
4 Lihat Konsideran Menimbang huruf a PP Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
2
pengamanan maksimum (maximum security prison) atau di
Lembaga Pemasyarakatan dengan pengawasan tinggi (high
supervision prison).

UNODC memberikan petunjuk mengenai indikator narapidana


berbahaya yang dapat dinilai dengan beberapa aspek. Aspek
penilaian terhadap Narapidana dilihat dari faktor keamanan
(security), keselamatan (safety), sosial (society) dan stabilitas
(stability).5 Hasil penilaian kemudian dijadikan dasar untuk
menentukan kebijakan pemisahan jangka panjang, pembatasan
gerak, dan pengawasan tingkat tinggi terhadap narapidana yang
terindikasi sebagai narapidana berbahaya.

Selain itu, terdapat prinsip-prinsip penempatan narapidana


berbahaya pada Lapas dengan pengamanan maksimum (maximum
security prison) atau pengawasan tinggi (high supervision prison).
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai sebagai
berikut:

1. Penempatan yang didasarkan pada hasil penilaian dengan


menempatkan narapidana yang paling buruk dari yang
terburuk (worst of the worst);

2. Penempatan membutuhkan lokasi dan bangunan yang


mendukung, sebab status resiko tinggi akan diikuti dengan
tingkat pengamanan dan pengawasan yang maksimal dan
terbatas aksesnya dari publik;

3. Memperhatikan pencegahan, dalam keadaan tertentu yang


dapat membahayakan orang lain, seperti penempatan dalam
satu ruangan antara narapidana dengan narapidana,
narapidana dengan orang yang berkunjung dan narapidana
dengan petugas;

4. Mendukung pelaksanaan sistem perlakuan yang telah


ditentukan secara internasional dengan merujuk pada
Standard Minimum Rules for Treatment of Prisoners (Mandela
Rules) maupun 10 prinsip Pemasyarakatan.

5 Handbook on the Management of High-Risk Prisoners-UNODC


3
Untuk mengakomodasi prinsip-prinsip perlakuan diatas, pada
diktum Kedua, Ketiga dan Keempat Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.HH.07.OT.01.01 Tahun 2017
telah menguraikan kebutuhan pelaksanaan Lapas High Risk
bukan hanya sebatas pengamanan tetapi ada kebutuhan
pembinaan narapidana, pelayanan narapidana dan perawatan
kesehatan yang menjadi fokus perlakuan. Artinya, pelaksanaan
Lapas High Risk mendatang juga memperhatikan upaya
rehabilitasi Narapidana Resiko Tinggi dengan tetap
mempertimbangkan haknya untuk beribadah, rekreasi 6 dan
interaksi dengan dunia luar.

Selain itu, keberhasilan pelaksanaan Lapas High Risk tidak lepas


dari, pertama: Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
Dibutuhkan petugas yang memiliki kualifikasi setidaknya dari
pengalaman, postur tubuh, keahlian dibidang keamanan,
pembinaan, kesehatan, dan psikologi serta tidak memiliki masalah
dalam integritas. Kedua: kebutuhan sarana prasarana dan
teknologi akan sangat mendukung pelaksanaan Lapas dengan
sistem pengamanan maksimal. Kebutuhan sarana prasarana yang
dapat mendukung pelaksanaan sistem pengamanan bukan saja
senjata api, tetapi juga kebutuhan pemagaran berlapis, kebersihan
daerah steril, ruang terbuka seperti lapangan dan lorong yang
terpagar, ruang kunjungan terpisah dengan teralis dan kaca,
ruang pengamanan di blok yang tertutup. CCTV beroperasi
diseluruh titik pintu, lorong, gedung perkantoran, hunian dan
kegiatan yang terhubung dengan ruang kontrol di Lapas, Kantor
Wilayah dan kantor pusat di Jakarta.

Tanpa ada pemenuhan model pengamanan dan pembinaan yang


mengarah para perlakuan secara individual bagi Narapidana maka
pelaksanaan Lapas Resiko Tinggi (High risk) tidak akan mampu
tercapai. Oleh karena itu dibutuhkan penyusunan pedoman kerja
sebagai dokumen operasional Lapas sehingga mampu
dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.

6 Rekreasi diartikan dalam Mandela Rules adalah kegiatan yang dilakukan demi menjaga
kesehatan mental dan fisik para narapidana. Kegiatan tersebut disediakan di semua lembaga penjara.

4
B. Maksud dan Tujuan
Dokumen ini menjadi pedoman kerja bagi jajaran Kementerian
Hukum dan HAM RI dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
dalam penyelenggaraan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Resiko
Tinggi (High risk) dalam rangka penanganan narapidana dengan
kualifikasi memiliki kemampuan mempengaruhi, mengendalikan,
mengorganisir dan mengarahkan pada kejahatan Narkotika.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi penjelasan mengenai Sumber
Daya Manusia (SDM), Sarana Prasarana dan Teknologi Informasi,
Pembinaan, Perawatan dan Pengamanan dalam rangka
operasional Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Resiko Tinggi (high
risk) kategori Bandar Narkotika.

D. Pengertian
a. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian
akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
b. Petugas Pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil di
lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
menjalankan tugas dan fungsi di bidang pemasyarakatan.
c. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut lapas
adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana
dan anak didik pemasyarakatan.
d. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.
e. Penilaian adalah suatu rangkaian penyusunan data,
pemberian kesimpulan dan rekomendasi mengenai Narapidana
yang melibatkan Petugas Wali, Pembimbing Kemasyarakatan
dan Psikolog;
f. Narapidana Resiko Tinggi adalah Narapidana yang
berdasarkan Penilaian dengan klasifikasi resiko dan indikator
tertentu pada aspek keamanan, aspek keselamatan, aspek
stabilitas, dan aspek relasi dengan masyarakat;
g. Pendaftaran adalah kegiatan pencatatan narapidana dan
barang-barang bawaannya, penyiapan administrasi, statistik
dan dokumentasi.
h. Admisi Orientasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
dalam melakukan pengamatan dan penelitian terhadap
narapidana (admisi) sekaligus mengenalkan narapidana

5
dengan lingkungan, peraturan yang berlaku, hak dan
kewajibannya serta hal lain yang wajib diketahui (orientasi).

5
i. Penempatan adalah kegiatan menempatkan narapidana pada
blok atau sel tertentu berdasarkan hasil penilaian resiko dan
kebutuhannya.
j. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap
dan perilaku profesional, kesehatan jasmani dan rohani
narapidana.
k. Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya
melayani kebutuhan perlengkapan, makanan dan kesehatan
narapidana/tahanan.
l. Pengamanan adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka
memberikan perlindungan, pencegahan dan penindakan
terhadap setiap ancaman dan gangguan dari dalam dan luar
Lembaga Pemasyarakatan.
m. Rekreasi adalah kegiatan “angin-angin” di dalam ruang
terbatas untuk menjaga kesehatan mental dan fisik
narapidana;
n. Intelijen Pemasyarakatan adalah disiplin fungsional yang
melakukan pendekatan dengan sejumlah kemampuan
pendekatan pengumpulan dan analisa informasi dalam rangka
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan dilingkungan
pemasyarakatan yang digunakan sebagai proses pengambilan
keputusan /kebijakan pimpinan.
o. Pembimbing Kemasyarakatan (PK) adalah pejabat fungsional
penegak hukum yang melaksanakan penelitian
kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan dan
pengawasan terhadap klien Pemasyarakatan.
p. Penelitian Kemasyarakatan (litmas) adalah kegiatan penelitian
untuk mengetahui latar belakang sebelum dan sesudah
melakukan tindak pidana.
q. Assessment resiko adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat resiko pengulangan tindak pidana
narapidana atau klien pemasyarakatan.
r. Assessment kebutuhan adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan pembinaan atau pembimbingan yang
paling tepat bagi narapidana atau klien pemasyarakatan
berdasarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tindak
pidana yang dilakukannya.

6
BAB II
SUMBER DAYA MANUSIA

A. Kebutuhan Petugas

Jumlah Petugas pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Resiko


Tinggi (High risk) kategori Bandar Narkotika membutuhkan
komposisi ideal. Adapun jumlah yang dibutuhkan saat ini
adalah sebagai berikut:

1. Pengamanan
Kebutuhan Jml
No Uraian Total
per Regu regu
1 Karupam 1 org 4 4 org
2 Wakarupam 1 org 4 4 org
3 Pos Gerbang Halaman 2 org 4 8 org
4 Pos Wasrik 2 org 4 8 org
5 P2U 3 org 4 12 org
6 Pos Lingkungan Blok 6 org 4 24 org
7 Pos Blok 16 org 4 64 org
8 Pos Atas 6 org 4 24 org
9 Ruang Kunjungan 4 org 4 16 org
Operator pemantauan
10 5 org 4 20 org
CCTV
Operator screening 3D
11 1 org 4 4 org
system
Operator body
12 1 Org 4 4 org
scanner
Operator pendeteksi
13 alat komunikasi 1 org 1 1 org

TOTAL 48 Org 193 org


14 Pengawalan 10 org 1 10 org
15 Tim Tanggap Darutat 15 org 1 15 org
TOTAL 25 Org 25 org
TOTAL JUMLAH PETUGAS PENGAMANAN 218 org

7
2. Pembinaan
No Uraian Kebutuhan
1 Registrasi 2 Borg
2 Operator SDP 2 Borg
3 Asesor 5 Borg
4 Konselor 2 Borg
5 Kepribadian 5 Borg
Total 16 Borg

3. Perawatan
No Uraian Kebutuhan
1 Dokter Umum 4 org
2 Dokter Gigi 1 org
3 Perawat 4 org
4 Psikolog 1 org
5 Staf Kebutuhan Dasar 1 org
6 Staf Pengelolaan Limbah & Sanitasi 1 org
Total 12 org

4. Tata Usaha dan Keuangan


No Uraian Kebutuhan
1 Staf kepegawaian 3 Borg
2 Staf IT 2 Borg
3 Pemeliharaan gedung 1 Borg
4 Staf keuangan 1 Borg
5 Staf Kelistrikan 1 Borg
Total 8 Borg

B. Persiapan dan Seleksi Petugas


Pengelolaan SDM yang dibutuhkan dalam hal ini perlu
mengikuti rangkaian aktivitas mulai dari proses analisa dan
disain, perencanaan, rekruitmen dan seleksi harus merujuk
pada kemampuan pejabat maupun petugas yang mampu
menjalankan fungsi-fungsi pengamanan, pembinaan dan
perawatan kesehatan bagi narapidana kategori bandar
narkotika.

Penjelasan aktifitas Persiapan dan seleksi (Preparation and


selection)terhadap pejabat struktural, petugas pembinaan,
petugas pengamanan dan perawatan adalah sebagai berikut:

8
1. Melakukan proses analisa dan disain pekerjaan dalam
rangka mempelajari pola-pola aktivitas untuk menentukan
tugas, kewajiban, dan tanggung jawabyang diperlukan oleh
masing- masing jabatan.
2. Merencakanakan SDM untuk mendapatkan nilai kebutuhan
SDM organisasi di massa depan sehingga organisasi bisa
mempersiapkan rencana staff (staffing plans) sesuai
kebutuhan.
3. Melakukan rekruitmen dalam rangka menarik,
mengundang, dan menemukan orang-orang yang dianggap
memenuhi kualifikasi untuk menduduki jabatan tertentu di
dalam suatu organisasi.
4. Melakukan seleksi terhadap kandidat terbaik lalu kemudian
ditempatkan pada posisi yang tepat.

C. Pegawai dan Perusahaan Alih Daya

Pengadaan tenaga outsourcing menggunakan standar yang telah


diatur di ketentuan Kementerian Hukum dan HAM RI dengan
mempertimbangkan hal sebagai berikut:

1. Tenaga yang dibutuhkan hanya untuk tenaga kebersihan


dan pencucian (laundry) yang tidak diperkenankan bertemu
dan berbicara dengan narapidana, bertemu dan berbicara
dengan keluarga narapidana, mengakses ruangan tanpa
pengawasan dan membawa barang ke dalam Lapas;
2. Tenaga kebersihan bekerja sesuai dengan jam kerja;

9
BAB III
SARANA PRASARANA DAN TEKNOLOGI INFORMASI

A. Perkantoran

Kebutuhan sarana prasarana di dalam Lembaga


Pemasyarakatan (Lapas) Resiko Tinggi (High risk) kategori
bandar narkotika adalah sebagai berikut:

1. Area Steril & Pemagaran

Area steril pada Lapas meliputi:


a. Jarak antara gedung dua dengan pagar pembatas tidak
boleh terdapat penghubung atap;

b. Selasar pada pintu III menuju lapangan dan blok


dibangun pagar pembatas agar menghindari pertemuan
langsung narapidana dengan narapidana serta membatasi
akses dan pemindahan narapidana dari blok ke blok;

c. Halaman parkir, ruang wasrik, P2U, Pagar luar, pagar


dalam, lapangan, lingkungan blok, MCK, ruang Kontrol,
dan seluruh pos.

2. Ruangan

Kebutuhan ruang terdiri dari:


a. Sel sementara
1) Sel sementara digunakan untuk fungsi
penerimaan, pendaftaran dan kegiatan bagi
narapidana;
2) Sel sementara diberi lubang pada pintu untuk
kepentingan pemborgolan kaki dan tangan.
3) Ukuran sel sementara memenuhi kebutuhan
untuk duduk narapidana di dalamnya.

b. Kantor
1) Ruang kantor utama sesuai dengan kebutuhan
terdapat dalam gedung 1 dan gedung 2;
2) Ruang kantor pengamanan terdapat dalam setiap
blok;

10
c. Pos Jaga
1) Pos terdiri dari: pos jaga pintu gerbang, pintu
halaman, pintu utama, lingkungan blok dan blok.
2) Pos Atas sesuai dengan kebutuhan Lapas;

d. Gudang
1) Gudang yang dibutuhkan meliputi: arsip kantor,
logistik petugas, senjata, kunci, borgol,
perlengkapan dinas, perlengkapan mandi, tidur dan
pakaian narapidana, dan listrik;
2) Gudang terdapat di gedung 2.

e. Kamar hunian
1) Kamar yang diperuntukan untuk 1 (satu)
narapidana 1 (satu) kamar;
2) Kamar yang tersedia hanya diperuntukan khusus
bagi Narapidana yang memenuhi kriteria resiko
tinggi sebagaimana ketentuan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan;

f. Ruang Kegiatan
1) Ruang kegiatan diperuntukkan bagi Narapidana
untuk mengikuti rekreasi, konseling, penilaian dan
kunjungan;
2) Jumlah ruang konseling sebanyak 5 (lima) dan
ruang kunjungan 10 (sepuluh) yang tersekat;
3) Ruang kegiatan berada di sekitar blok.

g. Ruang Perawatan Kesehatan


1) Ruang perawatan kesehatan diperuntukan untuk
kegiatan klinik, ruang periksa, ruang rawat inap,
ruang isolasi dan ruang gudang;
2) Ruang perawatan kesehatan berada berdekatan;
3) Ruang isolasi dipergunakan untuk penempatan
narapidana dalam rangka penyembuhan dari
penyakit menular dan gangguan jiwa.

h. Barak
1) Barak digunakan untuk tempat istirahat dan
berlatih petugas dan Tim Tanggap Darurat (TTD);
2) Barak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.

11
i. Ruang Cucian
1) Ruang cucian difungsikan untuk pencucian
pakaian pegawai dan narapidana;
2) Ruang cucian dilengkapi dengan mesin cuci, mesin
pengering dan peralatan setrika.

3. Teknologi Informasi

a. Kebutuhan teknologi informasi terpasang sesuai dengan


kebutuhan fungsi pembinaan, perawatan dan
pengamanan;

b. Kebutuhan pembinaan meliputi: registrasi, penempatan,


kegiatan konseling, rekreasi, penilaian, ibadah dalam
kamar, dan kunjungan melalui teleconference dan melalui
tatap muka;

c. Kebutuhan perawatan meliputi: klinik, ruang rawat inap,


dan gudang penyimpanan;

d. Kebutuhan Pengamanan meliputi pengawasan pada pintu


gerbang halaman, pintu wasrik, pintu utama, ruang
kontrol, kamar, blok, lingkungan blok dan perkantoran
serta seluruh perimeter pengamanan di dalam dan luar
lapas;

e. Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan


pembinaan, perawatan kesehatan dan pengamanan
meliputi:
1) Perangkat SDP;
2) Pembatasan Sinyal;
3) Penempatan CCTV;
4) Monitor;
5) Audio;
6) Alat perekam pada setiap ruang kegiatan;
7) Panic button;
8) Alat komunikasi;
9) Pengacak Sinyal;
10) Body Scanner;
11) X-ray;

12
12) Koneksi Internet

4. Kelistrikan
a. Pengelolaan listrik dilakukan oleh petugas khusus yang
memiliki keahlian dibidang kelistrikan;
b. Ketersediaan listrik dalam Lapas beroperasi 24 jam;
c. Setiap terjadi listrik padam, seketika petugas
mengoperasikan mesin listrik cadangan (genset) sebagai
pengganti listrik utama;
d. Sistem kelistrikan dikontrol dan dirawat secara berkala
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

B. Pembinaan

Sarana prasarana dan teknologi informasi yang dibutuhkan


pada kegiatan pembinaan adalah sebagai berikut:

1. Registrasi
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Perangkat registrasi 1 Buah
2 Buku Registrasi 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
7 Ruang Konseling 1 Buah
8 Sel Sementara 1 Buah
9 Panic Button 1 Buah

2. Penempatan
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 CCTV (digital & Infrare dalam kamar 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
7 Ruang Konseling 1 Buah

13
8 Kamar (1 orang 1 kamar) terhubung 1 Buah
dengan ruang “angin-angin”

3. Ruang Konseling
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
8 Sel Sementara 1 Buah
9 Alat perekam audio 1 Set

4. Ruang Assessment
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
8 Sel Sementara 1 Buah
9 Alat perekam audio 1 Set

5. Ruang Kunjungan
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat Monitor dan Audio 2 Buah
2 Kamera muka 2 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Sel Sementara 1 Buah
5 Alat perekam audio 1 Set

6. Ruang Minat & Bakat


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat Monitor dan Audio 2 Buah
2 Kamera CCTV (digital & Infrared 1 Buah
4 Sel Sementara 1 Buah

14
5 Alat perekam audio 1 Set

7. Kepribadian (ibadah, olahraga, kesadaran intelektual,


kesadaran berbangsa)
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat Monitor dan Audio di kamar 1 Buah
2 Kamera muka 1 Buah

C. Perawatan

1. Ruang klinik
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
7 Ruang Periksa & konsultasi 1 Buah
8 Sel Sementara 1 Buah
9 Lemari obat 1 Buah
10 Lemari Arsip 1 Buah
11 Peralatan medis umum 1 Set
12 Peralatan medis gigi 1 Set

2. Ruang Rawat Inap


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 Perangkat
7 Tempat Tidur & Sel Sementara 5 Buah
8 Peralatan medis 1 Set

15
3. Ruang Perlengkapan Pakaian, Mandi & Tidur
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
7 Lemari Pakaian 1 Buah
8 Lemari Perlengkapan mandi 1 Buah
9 Lemari perlengkapan tidur 1 Buah
10 Mesin Cuci & Pengering 1 Set

4. Ruang Pangkas Rambut


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Perangkat SDP 1 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 1 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Alat Tulis Kantor 1 perangkat
7 Sel Sementara 1 Buah
9 Lemari perlengkapan pangkas 1 Buah
10 Perlengkapan pangkas rambut 1 Buah

D. Pengamanan

1. Pintu Gerbang Halaman


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Hand Metal Detector 2 Buah
2 Buku Laporan 1 Buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 5 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
5 Jam 1 Buah
6 Lampu darurat (Emergency Lamp) 2 Buah
7 Senter 2 Buah
8 Daftar Telepon Penting 1 Buah

16
9 Inspection Mirror 2 Unit
10 Payung 2 Buah
11 Jas Hujan 2 Buah
12 Sepatu boot 2 Buah
13 Ruang Pos 1 Buah

2. Pintu Gerbang Utama (Wasrik)


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Hand Metal Detector 2 Buah
2 Buku laporan 1 Buah
3 Borgol tangan 2 Set
4 Tongkat “T” 1 Set
5 Kamera CCTV (digital &infrared) 2 Unit
6 Monitor CCVT 1 Unit
7 Alat komunikasi 2 Unit
8 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 1 Unit
9 Alat kelengkapan identifikasi 1 Set
tamu/pengunjung
10 Jam 1 Buah
11 Lampu darurat (Emergency Lamp) 2 Buah
12 Senter 2 Buah
13 Telepon/intercom 1 Unit
14 Daftar Telepon Penting 1 Buah
15 Alat sirkulasi udara ruangan 1 Buah
16 Payung 2 Buah
17 Jas Hujan 2 Buah
18 Sepatu boot 2 Buah

3. Pintu Utama (Portir)


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Lemari penyimpanan senjata api 1 Buah
2 Senjata api genggam 2 Pucuk
3 Amunisi 2 Magazine
Peralatan Pengendalian Hura Hara 10 Stel
4
(PHH)
5 Metal detector (through gateway) 1 Set
6 Hand Metal Detector 2 Buah
7 Borgol tangan 5 Set
8 Loker penitipan HP/barang 2 Unit
9 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit

17
10 Monitor CCTV 1 Unit
11 X-ray sensor 1 Unit
12 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
13 Body Scanner 1 Unit
14 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 1 Unit
Alat kelengkapan identifikasi 1 Set
15
tamu/pengunjung
16 Jam 1 Buah
17 Lampu darurat (Emergency Lamp) 4 Buah
18 Senter 4 Buah
19 Intercom 1 Unit
20 Papan kontrol lalu lintas penghuni 1 Buah
21 Papan instruksi/pengumuman 1 Buah
22 Ruang penggeledahan 2 Bilik
23 Buku Laporan P2U 1 Buah
24 Daftar Telepon Penting 1 Buah
25 Kotak P3K 1 Unit
26 Inspection Mirror 2 Unit
27 Denah Pengamanan dan evakuasi 1 Buah
28 Komputer SDP 1 Unit
29 Sel Sementara 3 Buah
30 Panic Button 1 Buah

4. Pos Lingkungan Blok


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Rompi dan sarung tangan anti sajam 1 Set
2 Tongkat “T” 1 Set
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 1 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 1 Unt
6 Jam 1 Buah
7 Lampu darurat (Emergency Lamp) 4 Buah
8 Senter 4 Buah
9 Papan kontrol lalu lintas penghuni 1 Buah
10 Papan instruksi/pengumuman 1 Buah
11 Buku Laporan dan inventaris 1 Buah
12 Denah evakuasi di Blok Hunian 1 Buah
13 Kotak P3K 1 Unit
14 Lonceng 1 Buah
15 Monitor SDP (display) 1 Set
16 Pengeras suara 1 Buah

18
17 Payung 2 Buah
18 Jas hujan 2 Buah
19 Sepatu boot 2 Buah

5. Pos Blok
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Rompi dan sarung tangan anti sajam 1 Set
2 Tongkat “T” atau Tongkat Rotan 1 Set
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 4 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 1 Unt
6 Jam dinding 1 Buah
7 Lampu darurat (Emergency Lamp) 4 Buah
8 Senter 4 Buah
9 Papan kontrol lalu lintas penghuni 1 Buah
10 Papan Jadwal Kegiatan 1 Buah
11 Papan informasi pembinaan 1 Buah
12 Buku Laporan dan inventaris 1 Buah
13 Papan nama Petunjuk ruangan 1 Buah
14 Kotak P3K 1 Unit
15 Denah evakuasi keadaan darurat 1 Buah
16 Interkom 1 Unit
17 Pengeras suara 1 Buah
18 Lonceng 1 Buah
19 Jas Hujan 1 Buah
20 Payung 1 Buah
21 Sepatu boot 1 Buah
22 Papan daftar penghuni 1 Buah

6. Pos atas
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Shot gun semi otomatis 1 Buah
2 Amunisi 3 Magazine
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 4 Unit
4 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
5 Jam dinding 1 Buah
6 Lampu darurat (Emergency Lamp) 1 Buah
7 Senter 1 Buah
8 Buku Laporan Jaga dan inventaris 1 Buah
9 Toilet 1 Unit

19
10 Lonceng / Panic Button 1 Unit
11 Lampu sorot 1 Unit
12 Jas hujan 1 Buah
13 Sepatu boot 1 Buah
14 Payung 1 Buah

7. Ruang Kunjungan
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Tongkat Pengamanan 4 Set
2 Semprotan merica 2 buah
3 Kamera CCTV (digital & Infrared) 4 Unit
4 Monitor CCTV 1 Unit
5 Alat Komunikasi (HT) 4 Unit
6 Intercom 1 Unit
7 Jam dinding 1 Buah
8 Peluit / bel 1 Buah
9 Stop watch 1 Buah
10 Kotak P3K 1 Buah
11 Monitor SDP 1 Unit
12 Sel Sementara 10 Buah
13 Borgol 10 Buah

8. Pengawalan Dalam
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Borgol tangan dan Rantai Kaki 1 Buah
2 Borgol Rantai 1 Buah
3 Alat Komunikasi (HT) 2 Set
4 Gas air mata 2 buah
5 Rompi anti peluru 2 Buah
6 Senter 2 Buah
7 Alat dokumentasi 1 Unit
8 Tongkat Kejut (stun gun) 2 Buah
9 Payung 2 Buah
10 Jas hujan 2 Buah
11 Sepatu boot 2 Buah
12 Penutup kepala 5 Buah
13 Semprotan Merica 1 Buah
14 Panic Button 1 Buah

20
9. Pengawalan luar
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Senjata api laras panjang 1 Buah
2 Senjata api laras pendek 1 Buah
3 Amunisi 24 Butir
4 Borgol tangan dan Rantai Kaki 20 Buah
5 Borgol Rantai 20 Buah
6 Kendaraan Khusus 2 Unit
7 Alat Komunikasi (HT) 2 Set
8 Gas air mata 2 buah
9 Rompi anti peluru 2 Buah
10 APAR 1 Buah
11 Lampu darurat 2 Buah
12 Senter 2 Buah
13 Alat dokumentasi 1 Unit
14 Logistik (sickness bag, makanan, 1 Paket
minuman)
15 Tongkat Kejut (stun gun) 2 Buah
16 Payung 2 Buah
17 Jas hujan 2 Buah
18 Sepatu boot 2 Buah
19 Penutup kepala 20 Buah

10. Sarana dan Prasarana Penggeledahan

a. Sarana dan Prasarana Penggeledahan Badan


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Sarung tangan latex dan masker
2 buah
(sesuai kebutuhan)
2 Hand Metal Detector 1 buah
3 Metal detector (through gateway) untuk
1 buah
area P2U
4 Senter 1 buah

b. Sarana dan Prasarana Penggeledahan Barang


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Sarung tangan latex dan masker 2 buah
(sesuai kebutuhan)
2 Hand Metal Detector 1 Buah
3 Metal detector (through gateway) untuk 1 Buah

21
area P2U
4 Logistik (pisau, gunting, lakban, 1 Paket
kantong lastic makanan, karung goni)
5 Senter 1 buah

c. Sarana dan Prasarana Penggeledahan Kendaraan


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Sarung tangan dan masker 1 Buah
2 Hand Metal Detector 1 Buah
3 Inspection Mirror 1 Buah
4 Senter 1 Buah
5 Tongkat besi (ukuran panjang 2,5 1 Buah
meter)

d. Sarana dan Prasarana Penggeledahan Kamar


NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Sarung tangan (latex) dan masker 2 Buah
(disesuaikan dengan kebutuhan)
2 Metal Detector 1 Buah
3 Senter 1 Buah
4 Logistik (pisau, gunting, lakban, 1 Paket
kantong plastik makanan, karung
goni, tangga)
5 Tongkat 1 1
6 Alat tulis 1 paket

11. Kegiatan Intelijen

Setiap kegiatan intelijen di Lapas petugas dilengkapi sarana


keamanan yang terdiri atas:

NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN


1 Alat rekam 1 Buah
2 Kamera tersembunyi 1 Buah
3 Alat tulis 1 paket
4 Alat komunikasi 1 buah

12. Ruang Kepala Regu Pengamanan

22
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Pelontar gas air mata 1 Buah
2 Amunisi gas air mata 5 Buah
3 Hand Metal Detector 2 Buah
4 Tongkat Kejut (Stun gun) 2 Buah
5 Gembok pintu cadangan 6 Buah
6 Lemari anak kunci 1 Buah
7 Lemari master kunci 1 buah
8 Semprotan merica 10 Buah
9 Kamera CCTV(digital&Infrared) 1 Unit
10 Monitor CCTV 1 Unit
11 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
12 Alat pemadam api (APAR) 1 Unit
13 Jam dinding 1 Buah
14 Lampu darurat (Emergency Lamp) 4 Buah
15 Senter 4 Buah
16 Interkom 1 Buah
17 Papan kontrol lalu lintas penghuni 1 Buah
18 Papan instruksi/pengumuman 1 Buah
19 Payung 3 Set
20 Jas hujan 3 Set
21 Sepatu boot 3 Set
22 Buku Laporan Jaga dan inventaris 1 Buah
23 Daftar Telepon Penting 1 Buah
24 Papan nama Petunjuk ruangan 1 Unit
25 Kotak P3K 1 Unit
26 Lonceng/bel & Panic Button 1 Buah
27 Rompi dan sarung tangan anti sajam 5 Set
28 Denah Pengamanan dan evakuasi 1 Set
Lapas
29 Komputer SDP 1 Set
30 Pendingin ruangan 1 unit
31 Masker gas 10 Buah
32 Masker 5 Buah
33 Pengeras suara 1 Buah
34 Baterai cadangan HT 5 Set
35 Sarung tangan 5 Buah
36 Baju tahan api 1 buah

13. Ruang Kontrol

23
NO JENIS PERLENGKAPAN JML SATUAN
1 Pelontar gas air mata 1 Buah
2 Amunisi gas air mata 5 Buah
3 Hand Metal Detector 2 Buah
4 Tongkat Kejut (Stun gun) 2 Buah
5 Gembok pintu cadangan 6 Buah
6 Lemari anak kunci 1 Buah
7 Lemari master kunci 1 buah
8 Semprotan merica 10 Buah
9 Kamera CCTV(digital&Infrared) 1 Unit
10 Monitor CCTV 10 Unit
11 Alat Komunikasi (HT) 2 Unit
12 Alat pemadam api (APAR) 1 Unit
13 Jam dinding 1 Buah
14 Lampu darurat (Emergency Lamp) 4 Buah
15 Senter 4 Buah
16 Interkom 1 Buah
17 Papan kontrol lalu lintas penghuni 1 Buah
18 Papan instruksi/pengumuman 1 Buah
19 Payung 3 Set
20 Jas hujan 3 Set
21 Sepatu boot 3 Set
22 Buku Laporan Jaga dan inventaris 1 Buah
23 Daftar Telepon Penting 1 Buah
24 Papan nama Petunjuk ruangan 1 Unit
25 Kotak P3K 1 Unit
26 Lonceng/bel & Panic Button 1 Buah
27 Rompi dan sarung tangan anti sajam 5 Set
28 Denah Pengamanan dan evakuasi 1 Set
Lapas
29 Komputer SDP 1 Set
30 Pendingin ruangan 1 unit
31 Masker gas 10 Buah
32 Masker 5 Buah
33 Pengeras suara 1 Buah
34 Baterai cadangan HT 5 Set
35 Sarung tangan 5 Buah
36 Baju tahan api 1 buah

24
BAB IV
PEMBINAAN

A. Registrasi

1. Penerimaan
a. Petugas pendaftaran menerima narapidana dari Kepala
Regu Pengamanan.
b. Petugas meminta narapidana dimasukan dalam sel
sementara.
c. Petugas meminta kepada bagian perawatan kesehatan
untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan.
d. Selama berada dalam ruang pendaftaran, petugas
pendaftaran didampingi oleh petugas pengamanan.

2. Pendaftaran
a. Penelitian Dokumen
1) Selama pelaksanaan pendaftaran Narapidana
dimasukan ke dalam sel sementara.
2) Petugas pendaftaran meneliti keabsahan surat–surat
yang dibawa oleh petugas pengawal tersebut.
3) Petugas pendaftaran melakukan konfirmasi kepada
petugas pengawal dari instansi yang melaksanakan
eksekusi apabila berkas vonis yang diserahkan tidak
lengkap.
4) Jika dalam penerimaan berkas ternyata ada berkas
yang tidak lengkap maka Kalapas mengajukan
permohonan kelengkapan berkas dari instansi atau
pihak yang melakukan pemindahan selambat-
lambatnya 14 hari kerja.
5) Jika kelengkapan berkas tersebut tidak dipenuhi
selambat-lambatnya dalam 14 hari kerja, Kalapas
dapat mengembalikan narapidana bandar narkotika
pada instansi atau pihak yang melakukan
pemindahan.
6) Apabila surat-surat yang diserahkan setelah diperiksa
hasilnya sah, maka petugas pendaftaran selanjutnya
mencocokkan narapidana bandar narkotika sesuai
dengan berkas administratif yang diterima.
7) Pemeriksaan yang paling penting terutama untuk
narapidana bandar narkotika pindahan dari Lapas lain

25
maka berkas/dokumen merupakan dokumen yang
sangat penting dan wajib dilampirkan.
8) Kelengkapan berkas/dokumen Litmas yang mencakup
hasil assesement kebutuhan dan resiko merupakan
rekomendasi pelaksanaan penempatan yang dibuat
oleh PK.
9) Setelah pemeriksaan administrasi dan pencocokan
dinyatakan lengkap, petugas pendaftaran
menyerahkan narapidana bandar narkotika ke bagian
perawatan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan di
poliklinik.

b. Pemeriksaan Kesehatan
1) Pemeriksaan kesehatan mengikuti standar
pemeriksaan kesehatan yang mencakup pula
pemeriksaan laboratorium air seni atau kotoran (urine)
dan pemeriksaan darah yang hasilnya dituangkan
dalam rekam medis (medical record) dengan didukung
surat keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh
dokter atau perawat kesehatan.
2) Apabila dalam pemeriksaan, narapidana bandar
narkotika berada dalam keadaan kritis atau sakit yang
menurut hasil dianogsa membutuhkan perawatan,
maka perawatan di ruang isolasi harus segera
dilakukan. Bagi narapidana bandar narkotika yang
dinyatakan dirawat maka pendataan/pendaftaran
dilakukan setelah kesehatannya pulih.
3) Setelah pemeriksaan kesehatan selesai, petugas
memberikan pakaian yang telah disediakan oleh Lapas
kepada narapidana bandar narkotika, dan selanjutnya
petugas pengamanan memastikan agar pakaian
tersebut langsung dikenakan oleh narapidana bandar
narkotika.

c. Pendataan (Roll)
1) Setelah serah terima seketika, petugas pendaftaran
melakukan pendataan awal (roll) sesuai dengan
standar registrasi dan SDP.
2) Petugas melakukan pendataan awal berupa
pemeriksaan identitas, latar belakang perkara,
pekerjaan, pendidikan, silsilah keluarga, identitas
keluarga terdiri dari: orang tua, istri, anak, saudara

26
kandung, alamat, kesukaan (hobby), riwayat
kesehatan dan keterampilan yang dimiliki, termasuk
surat pernyataan sehat.
3) Pendataan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan
foto narapidana ukuran setengah badan terdiri dari
posisi: tampak depan, tampak kanan, tampak kiri.
4) Petugas melakukan pencatatan ciri-ciri khusus berupa
cacat fisik, bekas luka, tanda lahir, tato, dan
pengambilan sidik jari (sepuluh jari) dan dicocokkan
dengan sidik jari instansi penegak hukum lainnya.
5) Hasil pendataan ini dicatat dalam SDP dan kartu
identitas berwarna merah yang dibuat rangkap 3 (tiga)
untuk kepentingan dokumentasi, pembinaan dan
pengamanan.
6) Selesai dilakukan pendataan maka narapidana
diserahkan ke petugas pengamanan untuk segera
dilakukan penempatan;
7) Apabila kamar hunian narapidana tidak memenuhi
syarat penempatan 1 (satu) orang 1 (satu) kamar,
petugas menempatkan terlebih dahulu narapidana
dalam sel sementara hingga tersediannya kamar.

d. Barang Berharga
1) Petugas pendaftaran wajib melakukan pengecekan
kembali barang-barang bawaan dan apabila
ditemukan barang berharga, uang atau barang yang
dilarang menurut peraturan keamanan.

3. Pengeluaran dari lapas


a. Pengeluaran karena Habis Masa Menjalani Pidana
1) Menghubungi instansi BNN dan Polri sehubungan
dengan narapidana bandar narkotika yang bebas.
2) Melakukan pengecekan buku ekspirasi untuk
mengetahui narapidana yang akan bebas pada tanggal
yang telah ditentukan.
3) Menyiapkan berkas.
4) Membuat surat lepas.
5) Memanggil narapidana yang akan bebas.
6) Melakukan Roll call untuk mencocokan identitas
narapidana yang akan bebas.

27
7) Mengambil sidik jari tiga jari kiri yaitu jari telunjuk,
tengah dan manis pada surat lepas yang telah di
disiapkan.
8) Mencoret buku register dimana pada kolom
keterangan diisi tanggal bebas.
9) Meminta paraf untuk surat lepas kepada atasan dan
Meminta tandatangan kepala Lapas.
10) Meminta tanda tangan Kepala Lapas dalam buku
Ekspedisi lepas.
11) Memangkas rambut dan merapikan kumis serta
janggut ketika narapidana akan keluar.

b. Pengeluaran Sementara (Peminjaman Narapidana bandar


narkotika)
1) Pengeluaran sementara diberikan berdasarkan:
a) Adanya alasan Penyidikan terhadap narapidana
yang terlibat perkara lain baik sebagai
tersangka, terdakwa, atau sebagai saksi yang
dilakukan di Lapas tempat narapidana yang
bersangkutan menjalani pidana;
b) Penyerahan berkas perkara, rekonstruksi,
eksekusi mati atau pemeriksaan di sidang
pengadilan.
c) Dalam hal terdapat keperluan lain diluar
keperluan sebagaimana dimaksud narapidana
hanya dapat dibawa keluar Lapas setelah
mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal
Pemasyarakatan.
2) Petugas memeriksa berkas-berkas.
3) Petugas menghubungi atasan sehubungan dengan
adanya permintaan pengeluaran sementara dari
instansi BNN, Polri, Direktur Jenderal
Pemasyarakatan dan pengadilan.
4) Melakukan pencatatan dalam buku register;
5) Menyiapkan berkas serah terima.
6) Membuat surat keluar sementara.
7) Membawa narapidana yang akan keluar.
8) Melakukan Roll call untuk mencocokan identitas
narapidana yang akan keluar.
9) Mengambil sidik jari tiga jari kiri yaitu jari
telunjuk, tengah dan manis pada surat lepas yang
telah di disiapkan.

28
10) Meminta paraf untuk surat keluar sementara
kepada atasan dan Meminta tandatangan kepala
Lapas.
11) Melakukan serah terima dengan petugas yang
membawa.
12) Meminta tanda tangan Kepala Lapas dalam buku
Ekspedisi keluar sementara.
13) Jangka waktu narapidana dapat dibawa ke luar
Lapas setiap kali peminjaman sementara paling
lama 1 (satu) hari.

c. Pengeluaran dalam hal-hal luar biasa.


Narapidana tidak diizinkan ke luar Lapas dalam hal-hal
luar biasa yang diatur dalam Pasal 52 ayat (1) huruf (b)
PP Nomor 32 Tahun 1999.

d. Pengeluaran karena Pemindahan


1) Narapidana dapat dipindahkan dari satu Lapas ke
Lapas lain untuk kepentingan:
a) Pembinaan;
b) Keamanan dan ketertiban;
c) Proses peradilan; atau
d) Rawat Inap.
2) Narapidana yang dipindahkan dari satu Lapas ke
Lapas lain harus mendapatkan izin tertulis dari:
a) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia setempat, apabila
pemindahan dilakukan antara satu UPT ke UPT
lainnya didalam satu Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM R.I.
b) Direktur Jenderal Pemasyarakatan apabila
pemindahan dilakukan antara Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM yang satu ke
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
yang lainnya.
c) Presiden melalui Keputusan Presiden, apabila
pemindahan dilakukan antara negara Indonesia
dengan Negara lain. (UU Nomor 1 Tahun 1979
tentang Ekstradisi).
3) Syarat administratif pemindahan meliputi;
a) surat permohonan pemindahan;
b) Keputusan TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan)

29
Lapas tentang narapidana yang bersangkutan;
c) Salinan Keputusan Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tinggi dan atau Mahkamah Agung;
d) Daftar perubahan narapidana yang
bersangkutan;
e) Surat keterangan pihak Kejaksaan yang
mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak
terlibat perkara lain;
f) Kartu Pembinaan;
g) Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Litmas)
sehubungan perubahan perilaku dan kesehatan;
h) Surat Keterangan Dokter tentang kesehatan
narapidana yang bersangkutan.
4) Syarat Substantif Pemindahan meliputi :
a) Izin pemindahan tertulis dari Pejabat yang
berwenang;
b) Berkas-berkas pembinaan dan Hasil
pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan.
5) Biaya pemindahan antar Lembaga Pemasyarakatan
dalam satu wilayah Hukum Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI dibebankan pada
anggaran Rutin Lapas atau Kantor Wilayah
Kemenkumham yang memindahkan.
6) Dalam hal biaya pemindahan sebagaimana dimaksud
diatas tidak tersedia pada Lapas, maupun Kantor
Wilayah sedangkan pemindahan itu dianggap sangat
mendesak, maka biaya pemindahan dibebankan
kepada anggaran Rutin Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.

B. Penempatan

1. Penerimaan untuk Penempatan


a. Petugas pengamanan menerima narapidana dari
petugas pendaftaran;
b. petugas pengamanan melakukan pencocokan dan
pendataan untuk kepentingan penempatan dan
penentuan langkah pengamanan awal melalui SDP;
c. Petugas pengamanan menyerahkan narapidana
kepada Karupam;
d. Karupam menentukan kamar yang akan ditempati

30
narapidana berdasarkan hasil assessment resiko dan
klasifikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan;
e. Karupam menyerahkan narapidana tersebut ke
petugas blok untuk ditempatkan di kamar
berdasarkan hasil penilaian resiko dan klasifikasi
yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan;
f. Petugas pengamanan menerima dan memasang kartu
nama narapidana dari Karupam untuk ditempelkan
pada pintu sebelah luar kamar hunian;
g. Petugas mencatatkan nomor kamar narapidana ke
dalam SDP;
h. Membuat laporan pelaksanaan penempatan
narapidana ke dalam buku laporan.

2. Admisi dan Orientasi


Mekanisme pelaksanaan admisi dan orientasi mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan admisi dan orientasi dilakukan di dalam
masing-masing kamar narapidana;
b. Masa admisi dan orientasi terhadap narapidana
selama 30 (tiga puluh) hari terkait pemberian
informasi hak, kewajiban, larangan, sanksi dan
peraturan tata tertib yang berlaku serta pengenalan
unit-unit kerja yang melakukan pembinaan;
c. Pemberian informasi dilakukan dengan menayangkan
dalam monitor audio yang berada dalam kamar
narapidana;
d. Pada masa admisi dan orientasi dilakukan profiling,
assessment (resiko dan kebutuhan) maupun Litmas
bagi yang belum memiliki Litmas sebelumnya;
e. pemberian kartu identitas serta penempatan bagi
narapidana oleh petugas;
f. Kalapas menunjuk wali bagi narapidana berdasarkan
syarat dan ketentuan yang telah dibuat;
g. Wali yang melakukan pembinaan dan penelitian
terhadap narapidana melaporkan hasil tersebut
kepada Kalapas guna dijadikan bahan pertimbangan
pada saat sidang TPP untuk memutuskan program
pembinaan terhadap narapidana.

31
a) Penyampaian hak, kewajiban dan Larangan serta
jadwal makan, minum dan kegiatan
1) Pelaksanaan admisi dan orientasi dilakukan di
dalam masing-masing kamar narapidana;
2) Petugas pembinaan menayangkan dalam monitor
dan audio yang berada dalam kamar narapidana
mengenai tata tertib dalam Lapas berupa: hak,
kewajiban dan larangan;
3) Petugas pembinaan menayangkan dalam monitor
dan audio jadwal makan, minum dan kegiatan
narapidana selam berada di dalam Lapas;
4) Jika monitor dan audio belum terpasang, petugas
pengamanan setiap hari menyampaikan hak,
kewajiban dan larangan, dan jadwal makan, minum
dan kegiatan selama berada di dalam Lapas.

b) Assessment Resiko dan Kebutuhan


1) Asesor melakukan penilaian resiko dan kebutuhan
maksimal pada hari ketiga setelah narapidana
ditempatkan;
2) Asesor dalam melakukan kegiatannya dikawal oleh
petugas pengamanan;
3) Asesor menyampaikan hasil assessment resiko dan
kebutuhan kepada Kepala Lapas;
4) Kepala Lapas meneruskan hasil assessment kepada
bagian pembinaan dan pengamanan
5) Kepala Lapas dalam waktu 7 (tujuh) hari
menyampaikan permohonan kepada Bapas untuk
melakukan Litmas terhadap narapidana bandar
narkotika;
6) PK melakukan Litmas untuk memperkuat
rekomendasi pembinaan kepada narapidana;
7) Kepala Lapas dalam waktu 7 (tujuh) hari
menyampaikan permohonan kepada Bapas
sebelumnya untuk meminta Litmas terhadap
narapidana;
8) Jika belum ada Litmas pada Bapas sebelumnya,
maka Kepala Lapas Menyampaikan permohonan
kepada Bapas setempat untuk melakukan Litmas
Terhadap narapidana;

32
9) Hasil Litmas digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam rencana program pembinaan
pada saat siding TPP;
10) Paling lambat 30 (tiga puluh) hari narapidana sudah
dapat mengikuti program pembinaan yang telah
disusun oleh asesor bersama PK.
c. Profiling
Profiling dilakukan sebagai bagian dari laporan
pembinaan.
Mekanisme pelaksanaan profiling adalah sebagai berikut:
1) Profiling dilakukan oleh wali yang telah ditunjuk;
2) Wali mengumpulkan data dan mengisi format
profiling mengenai narapidana yang akan diprofiling
melalui salinan putusan pengadilan, media online,
instansi terkait, perilaku di Lembaga Pemasyarakatan
dan data dukung lainnya;
3) Dalam mengembangkan format profiling, wali dapat
memperoleh data melalui wawancara (terbuka dan
tertutup) dan observasi;
4) Wali melakukan analisis terhadap data yang
diperoleh dari hasil profiling sebagai bahan
pertimbangan untuk kebutuhan pembinaan dan
penempatan;
5) Data profiling dapat diperbaharui sesuai dengan
informasi yang berkembang, perubahan sikap,
tingkah laku dan komitmen untuk tidak terlibat
dengan jaringan peredaran narkotika dan kesediaan
mengungkap lebih jauh kasus yang menjeratnya
serta kesediaan dalam membangun NKRI;
6) Hasil profiling dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan rencana program pembinaan pada saat
sidang TPP.
7) Pemutakhiran informasi profiling narapidana
dilakukan setiap selesai menjalani program
pembinaan.

C. Program Pembinaan Kepribadian

1. Program Kesadaran Beragama


a. Pelaksanaan kegiatan ibadah sepenuhnya dilakukan
di dalam kamar;

33
b. Pelaksanaan kegiatan ceramah keagamanaan sesuai
dengan agama masing-masing, selama 30 (tiga puluh)
menit dilakukan di dalam kamar dengan
mendengarkan tayangan monitor dan audio yang
disiapkan oleh petugas pembinaan;
c. Materi ceramah mengenai kebermaknaan hidup,
peningkatan keimanan, peranan keluarga dan akibat
negatif tentang penyalahgunaan narkotika dan lain-
lain yang dihubungkan dengan kajian agama;
d. Wajib membaca dan mengkaji kitab suci sesuai
dengan yang dijadwalkan;
e. Pelaksanaan dzikir/berdoa yang dijadwalkan bagi
masing-masing agama.
f. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

2. Program Kesadaran Berbangsa dan Bernegara serta


Kesadaran Hukum
a. Pelaksanaan kegiatan kesadaran berbangsa dan
bernegara serta kesadaran hukum dilakukan dalam
kamar;
b. Pelaksanaan kegiatan setiap sesinya selama 30 (tiga
puluh menit) dilakukan di dalam kamar dengan
mendengarkan tayangan monitor dan audio yang
disiapkan oleh petugas pembinaan;
c. Materi kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
1) Sejarah perjuangan bangsa Indonesia;
2) Pancasila dan Nasionalisme;
3) Program Pemberatasan Narkotika;
d. Kegiatan kesadaran hukum meliputi:
1) Penyuluhan UU Pemberantasan Narkotika;
2) Dampak Penyalahgunaan Narkotika;
e. Keikutsertaan narapidana dalam program
merupakan bagian penilaian perubahan perilaku;
f. Asesor melakukan pengamatan, identifikasi tingkat
radikal dan pencatatan setiap kegiatan narapidana
melalui monitor CCTV.
g. Identifikasi tingkat resiko narapidana tindak pidana
narkotika dengan melihat indikator sebagai berikut:
1) Perilaku;
2) Jaringan;
3) Menjadi jusctice collaborator;

34
4) Bersedia menandatangani kesetiaan NKRI dengan
sukarela tanpa paksaan;
5) Bersedia untuk keluar dari jaringan peredaran
narkotika dan mengungkap lebih jauh kasus yang
menjeratnya.
h. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

3. Konseling Psikologi (Terapi Psikologi)


1. Konselor dilakukan sedikitnya setiap 1 minggu 1 kali
dan permintaan Narapidana yang dipertimbangkan
oleh Kalapas dan Pejabat Pembinaan melalui sidang
TPP;
2. Konselor meminta kepada petugas pengamanan
untuk mengeluarkan narapidana ke sel sementara
yang berada di dalam ruang konseling;
3. Konselor hadir dan menyapa narapidana serta
menjelaskan tujuannya untuk membantu
kepribadian narapidana;
4. Konselor menggunakan waktu konseling selama 15
(lima belas) menit bagi narapidana yang belum
kooperatif;
5. Konselor melalukan konseling sesuai dengan alat
konseling yang dibuat.
6. Konselor membuat laporan dan rekomendasi hasil
konseling yang dibuat kepada Kalapas dan Pejabat
Pembinaan Kepribadian.

Tahap pelaksanaan konseling adalah sebagai berikut:


a. Tahap Awal
1) Membangun hubungan awal (building report), yaitu
konselor melakukan pendekatan terhadap
narapidana agar terbentuk kepercayaan (trust)
sehingga narapidana mau terbuka dan sukarela
bercerita kepada konselor;
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah;
3) Membuat rencangan mengenai bantuan yang
mungkin dilakukan sesuai faktor penyebab
permasalahan yang dihadapi narapidana;
4) Menegosiasikan kontrak mengenai waktu dan
kesepakatan kegiatan konseling.
b. Tahap Pertengahan

35
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah dengan
menunjukkan rasa kepedulian terhadap
narapidana;
2) Konselor dapat mempengaruhi narapidana dengan
memberikan pemahaman moral yang seharusnya
dalam kehidupan masyarakat;

c. Tahap Akhir
1) Konselor dan narapidana membuat kesimpulan
mengenai hasil dari proses konseling yang sudah
dijalani;
2) Menyusun rendana tindak lanjut berdasarkan
kesepakatan yang telah dibangun dari proses
konseling sebelumnya.

Bentuk terapi psikologi dapat dilakukan dengan cara


berikut:
a) Teknik modifikasi perilaku (behavioral), yaitu
mengubah keyakinan maladaptif narapidana
dengan perilaku baru yang positif;
b) Teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan
pendekatan fenomonologi kepribadian yang
membantu menyadari diri sesungguhnya;
c) Teknik terapi kognitif, yaitu memberikan atau
memunculkan informasi baru kepada narapidana
sehingga dapat mengubah ekspektasi, keyakinan,
strategi pemikiran, cara pandang dan perilaku dari
yang bersifat negatif ke arah yang lebih baik.

4. Program Pembinaan dari Instansi Lain


a. Narapidana wajib mengikuti program pembinaan
yang diadakan/difasilitasi oleh intansi lain (BNN,
Polri) dengan persetujuan dari Kepala Lembaga
Pemasyarakatan melalui keputusan sidang TPP.
b. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

5. Kunjungan Keluarga
a. Kunjungan hanya diberikan kepada istri dan anak
narapidana yang tercatat dalam SDP dan buku
kunjungan;

36
b. Kunjungan diberikan dalam rentan waktu 1 minggu
sekali atau 1 bulan sekali;
c. Selama menjalani sanksi disiplin, Narapidana tidak
diberikan hak untuk dikunjungi oleh keluarga;
d. Waktu kunjungan diberikan secara bertahap dengan
waktu lama kunjungan 10 (sepuluh) menit, 15 (lima
belas) menit, 20 (dua puluh) menit dan 30 (tiga
puluh) menit berdasarkan hasil rekomendasi asesor
dan PK.
e. Waktu kunjungan diberikan secara bergiliran dan
antar Narapidana tidak bertemu;
f. Kalapas atau Pejabat Pembinaan Kepribadian melalui
sidang TPP menggunakan hasil rekomendasi asesor
dan PK dalam memberikan kebijakan kunjungan
kepada Narapidana;
g. Bagi Narapidana yang masih memiliki resiko tinggi,
maka kunjungan menggunakan video conference;
h. Kunjungan melalui video conference melalui monitor
dan audio yang ada di kamar Narapidana sedangkan
pengunjung berada di ruang conference kunjungan
yang berada di dalam Lapas;
i. Pengunjung dapat menggunakan fasilitas kunjungan
melalui video conference di Lapas tempat asal
keluarga narapidana sesuai dengan jadwal dan
rekomendasi sidang TPP;
j. Bagi Narapidana yang telah memiliki penurunan
resiko kunjugan dilakukan dengan tatap muka tetapi
tidak bisa kontak fisik.
k. Selama berkunjung Narapidana diawasi pembicaraan
dan tingkah lakunya.
l. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

6. Kunjungan Pengacara
a. Kunjungan hanya diberikan kepada pengacara sesuai
dengan situasi;
b. Selama menjalani sanksi disiplin, narapidana tidak
diberikan hak untuk dikunjungi oleh pengacara;
c. Kunjungan diberikan dengan membawa surat kuasa
pendampingan selama di pengadilan;
d. Waktu kunjungan diberikan kepada pengacara
berdasarkan situasi dan kondisi dengan maksimal
waktu 30 (tiga puluh) menit;

37
e. Waktu kunjungan diberikan secara bergiliran dan
antar Narapidana tidak bertemu;
f. Nama pengacara yang berkunjung tercatat di dalam
SDP dan buku kunjungan;
g. Bagi Narapidana yang masih memiliki resiko tinggi,
maka kunjungan menggunakan video conference;
h. Kunjungan melalui video conference melalui monitor
dan audio yang ada di kamar Narapidana sedangkan
pengunjung berada di ruang conference kunjungan
yang berada di dalam Lapas;
i. Bagi Narapidana yang telah memiliki penurunan
kunjugan dilakukan dengan tatap muka tetapi tidak
bisa kontak fisik.
j. Selama berkunjung Narapidana diawasi pembicaraan
dan tingkah lakunya.

7. Kunjungan Dinas
a. Kunjungan hanya diberikan kepada perwakilan
kedinasan yang ada hubungannya dengan tindak
kejahatan narkotika;
b. Kunjungan diberikan dengan membawa surat dinas
dari instansi terkait;
c. Waktu kunjungan diberikan berdasarkan situasi dan
kondisi dengan maksimal waktu 60 (enam puluh)
menit;
d. Waktu kunjungan diberikan secara bergiliran dan
antar Narapidana tidak bertemu;
e. Nama perwakilan dinas yang berkunjung tercatat di
dalam SDP dan buku kunjungan;
f. Bagi Narapidana yang masih memiliki resiko tinggi,
maka kunjungan menggunakan video conference;
g. Kunjungan melalui video conference melalui monitor
dan audio yang ada di kamar Narapidana sedangkan
pengunjung berada di ruang conference kunjungan
yang berada di dalam Lapas;
h. Bagi Narapidana yang telah memiliki penurunan
resiko kunjugan dilakukan dengan tatap muka tetapi
tidak bisa kontak fisik.
i. Selama berkunjung Narapidana diawasi pembicaraan
dan tingkah lakunya.
j. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

38
8. Baca buku
a. Narapidana diberikan kesempatan membaca buku
dalam kamar;
b. Buku-buku yang dibaca harus disiapkan dari
petugas pembinaan;
c. Buku-buku yang disiapkan merupakan bagian dari
program pembinaan dalam rangka perubahan
perilaku;
d. Buku yang dibaca oleh Narapidana yang kemudian di
buat kesimpulannya dan mendapatkan penilaian dari
Asesor;
e. Asesor melakukan pengamatan dan pencatatan
setiap kegiatan narapidana melalui monitor CCTV.
f. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

9. Kebersihan kamar
a. Narapidana melakuan kegiatan pembersihan ruangan
selama 1 (satu) jam setiap harinya;
b. Kebersihan ruangan meliputi: kebersihan lantai,
kamar mandi, tempat tidur dan kerapihan tata letak;
c. Kebersihan ruangan menjadi bagian dari program
pembinaan dalam rangka penilaian perubahan
perilaku;
d. Asesor melakukan pengamatan dan pencatatan
setiap kegiatan narapidana melalui monitor CCTV.
e. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

10. Olahraga di kamar saat jam rekreasi


a. Narapidana diberikan waktu untuk berolahraga
selama 1 (satu) jam di dalam ruang rekreasi;
b. Selama berolahraga, Narapidana mendapatkan
cahaya matahari yang cukup untuk menjaga
kebugaran yang bersangkutan;
c. Kegiatan olahraga merupakan bagian dari program
pembinaan dalam rangka perubahan perilaku;
d. Asesor melakukan pengamatan dan pencatatan
setiap kegiatan narapidana melalui monitor CCTV.
e. Hasil kegiatan dilakukan penilaian.

11. Penyaluran Minat & Bakat

39
a. Narapidana diberikan waktu untuk menyalurkan
bakatnya selama 1 (satu) jam di dalam ruang minat
dan bakat;
b. Pemberian waktu untuk penyaluran minat dan bakat
berdasarkan pada hasil penilaian dan diusulkan
dalam sidang TPP bagi narapidana yang telah
menunjukan perubahan resiko dan perilaku;
c. Penyaluran minat bakat diberikan hanya untuk
kegiatan kesenian & ketrampilan yang tidak
menggunakan benda-benda berbahaya;
d. Selama kegiatan, Narapidana mendapatkan
pengawasan dari petugas dan tidak bertemu dan
berbicara dengan narapidana lain;
e. Asesor melakukan pengamatan dan pencatatan
setiap kegiatan narapidana melalui monitor CCTV.
f. Hasil kegiatan penyaluran minat dan bakat
dilakukan penilaian.

12. Letter F
a. Narapidana yang menolak mengikuti program
pembinaan secara tertib diberikan sanksi disiplin;
b. Sanksi berupa pengurangan waktu kunjungan,
olahraga, dan baca buku;
c. Sanksi diberikan selama 6 (enam) hari dan dapat
diperpanjang untuk 6 (enam) hari kedua;
d. Selama pelaksanaan sanksi, dokter malakukan
pemeriksaan kesehatan setiap harinya kepada
narapidana yang sedang menjalankan sanksi disiplin;
e. Asesor melakukan pengamatan dan pencatatan
setiap kegiatan narapidana melalui monitor CCTV.

13. Assessment Lanjutan


a. Asesor melakukan penilaian resiko dan kebutuhan
setelah narapidana menjalani 30 (tiga puluh) hari
program pembinaan di dalam kamar;
b. Asesor memberikan rekomendasi apabila Narapidana
melakukan pelanggaran selama berada di dalam
Lapas;
c. Kalapas dan Pejabat Pembinaan melalui Sidang TPP
mengambil keputusan penjatuhan sanksi;

40
d. Kalapas dan Pejabat Pembinaan melalui sidang TPP
merekomendasikan PK untuk melakukan Litmas
lanjutan;
e. Setiap perubahan perilaku narapidana akan dicatat
dalam SDP dan dilaporkan secara berkala kepada
atasan;
f. Asesor melakukan penilaian lanjutan setiap 30 (tiga
puluh) hari atau berdasarkan kebutuhan pembinaan;

14. Remisi
a. Pemberian remisi dilakukan sesuai dengan syarat
administratif dan syarat substantif dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Perubahan tingkat resiko;
2) Perubahan perilaku;
3) Ketaatan pada tata tertib Lapas;
4) Ketaatan pada peraturan perundang-undangan;
5) Ketaatan mengikuti secara tertib program
pembinaan dan kegiatan tertentu;
6) Mengungkap lebih jauh jaringan dan kasus yang
menjeratnya.
b. Bagi narapidana yang telah mendapatkan remisi di
Lapas sebelumnya, maka perlu ditinjau kembali
keberlanjutan pemberian remisi melalui keputusan
sidang TPP.

c. Keputusan pemberian remisi dengan


D. Penilaian Pembinaan dan Litmas Lanjutan
mempertimbangkan hasil sidang TPP.

1. Penilaian Pembinaan
a. Penilaian pembinaan dilakukan oleh asesor,
psikolog dan wali;
b. Penilaian dilakukan dengan menggunakan aplikasi
SDP atau kartu pembinaan;
c. Penilaian pembinaan untuk keikutsertaan
narapidana pada program dilakukan setiap saat;
d. Penilaian pembinaan untuk tingkat resiko dan
perubahan perilaku dilakukan dalam jangka waktu
6 (enam) bulan sekali;

41
e. Hasil penilaian disampaikan dalam sidang TPP.

2. Litmas Lanjutan
a. Litmas lanjutan dilaksanakan oleh petugas PK
dalam rangka memperkuat hasil penilaian
pembinaan;
b. Penilaian dilakukan dengan menggunakan aplikasi
SDP atau Litmas;
c. Penilaian untuk mengukur tingkat tingkat resiko
dan perubahan perilaku dilakukan dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan sekali;
d. Hasil penilaian disampaikan ke Kalapas dan sidang
TPP.

E. Program Integrasi

1. Program integrasi meliputi: Asimilasi, Cuti Bersyarat


(CB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Mengunjungi
Keluarga (CMK) dan Pembebasan Bersyarat (PB);
2. Selama berada di Lapas, narapidana bandar narkotika
tidak dapat mengikuti program integrasi;
3. Apabila narapidana bandar narkotika telah
menunjukkan penurunan resiko dan perubahan
perilaku berdasarkan penilaian serta mengungkap lebih
jauh jaringan dan kasus yang menjeratnya, Kalapas
dapat memindahkan narapidana tersebut ke Lapas
sekitar Nusakambangan untuk mengikuti program
integrasi dengan ketetapan dari Direktur Jenderal
Pemasyarakatan;
4. Pemindahan karena alasan program integrasi
mempertimbangkan rekomendasi asesor, konselor, wali
dan hasil sidang TPP.

F. Sidang TPP

1. Kalapas menyelenggarakan sidang TPP;


2. Sidang TPP untuk menentukan rencana program,
pembinaan, pengamanan dan perawatan serta
membahas evaluasi hasi program pembinaan;

42
3. Setiap sidang TPP dihadirkan data-data asesor,
konselor, petugas pembinaan, wali narapidana, hasil
Litmas oleh PK dan petugas pengamanan sebagai bahan
rekomendasi Kalapas;
4. Sidang TPP dapat melibatkan BNN atau Polri;
5. Tata cara sidang TPP berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor: M.02.PR.08.03 Tahun
1999 Tentang TPP dan BPP.

43
BAB V
PERAWATAN KESEHATAN

A. Penyajian dan Pendistribusian Makan dan Minum

1. Penerimaan makanan
a. Makanan yang disajikan untuk Narapidana berupa
makanan yang sudah masak, terbungkus dan siap santap
yang disiapkan oleh pihak diluar Lapas;
b. Makanan diterima oleh panitia penerima;
c. Makanan diperiksa secara acak dan dicicipi oleh panitia
penerima;
d. Makanan dihitung oleh Panitia Penerima sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan;
e. Panitia Penerima membuat tanda terima yang
menyebutkan jumlah dan kualitas makanan;
f. Makanan yang diketahui telah basi dikembalikan kepada
pihak pengirim;
g. Panitia penerima segera memberitahukan kepada Kepala
Lapas mengenai makanan basi;
h. Kepala Lapas segera mencari pengganti makanan;
i. Kepala Lapas membuat laporan mengenai makanan basi
kepada atasan.

2. Penyajian
a. Makanan narapidana yang disajikan harus memenuhi
kecukupan gizi dan menu;
b. Makanan yang disajikan makanan sudah masak,
terbungkus dan siap santap dikirim dari Lapas terdekat
ataupun pihak lain yang ditugaskan untuk ini;
c. Penyajian makanan dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu)
hari;
d. Penyajian air minum sebanyak 3 (tiga) liter dalam 1 (satu)
hari yang disajikan dalam galon atau derigen isi ulang;
e. Penyajian air minum panas sebanyak 2 (dua) gelas dalam
1 (satu) hari yang disajikan pagi dan sore

3. Pendistribusi Makanan dan Minuman ke kamar hunian


a. Panitia penerima makanan menyerahkan makanan
kepada petugas pengamanan;

44
b. Petugas pengamanan mengirim makanan ke kamar setiap
pukul 07.00, 12.00, 17.00;
c. Petugas pengamanan mengirimkan minuman ke kamar
bersamaan dengan makanan setiap pukul 07.00, 12.00,
17.00;
d. Petugas pengamanan malakukan pengambilan alat makan
1 (satu) jam setelah waktu makan dan minum;

B. Pemberian dan Pengambilan Pakaian

1. Pemberian
a. Narapidana dilarang membawa pakaian sendiri;
b. Pakaian yang disediakan bagi Narapidana sebanyak 5
(lima) item yang terdiri dari:
1) 3 (tiga) stel pakaian harian;
2) 2 (dua) stel pakaian perlengkapan ibadah;
3) 2 (dua) buah sandal jepit;
c. Pakaian Narapidana terdiri dari baju, celana, dan pakaian
dalam;
d. Pemberian pakaian dan sandal jepit dilakutan saat proses
pendaftaran sebanyak 1 (satu) stel untuk dipakai dan 1
(satu) stel untuk di dalam kamar;
e. Pakaian dan sandal jepit Narapidana telah diberi nomor
register;
f. Pakaian dan sandal jepit cadangan disimpan pada lemari
penyimpanan.
g. Pakaian dalam lemari penyimpanan digunakan saat
pakaian yang digunakan kotor;
h. Sendal jepit dalam lemari penyimpanan digunakan saat
sandal jepit yang digunakan rusak;
i. Penggunaan pakaian dan sandal jepit dilakukan
pencatatan dalam buku laporan dan SDP;

2. Pengambilan
a. Pakaian kotor dilakukan bersamaan dengan pemberian
makan dan minum setiap Pukul 07.00 atau 17.00;
b. Pakaian kotor diambil dan kemudian petugas
menyerahkan pakaian bersih seketika;
c. Pakaian kotor diletakan pada kotak yang disediakan;

45
d. Pakaian kotor kemudian diambil oleh petugas perawatan
di pos blok;
e. Sendal jepit yang dirusak diambil oleh petugas sesuai
dengan jadwal makan dan minum setiap pukul 07.00 atau
17.00;
f. Petugas melakukan pencatatan;

3. Pencucian (laundry)
a. Pakaian dan handuk narapidana yang kotor berada dalam
kotak dicuci oleh bagian pencucian;
b. Pencucian dilakukan oleh tenaga alih daya;
c. Pencucian meliputi kebersihan dan pelipatan sesuai
dengan nomor register.

C. Pemberian Peralatan Mandi

1. Narapidana mendapatkan perlengkapan mandi yang sudah


tersedia dikamar masing-masing;
2. Perlengkapan mandi terdiri dari:
a. Sabun mandi liquid transparan;
b. Shampo liquid transparan;
c. Pasta gigi transparan;
d. Sikat gigi dengan gagang berbahan lentur dan transparan;
e. Handuk mandi ukuran 50 cm x 35 cm berwarna putih.
3. Pergantian peralatan mandi setiap 1 (satu) minggu 1 (satu)
kali;
4. Pergantian peralatan mandi dilakukan bersamaan dengan
pemberian makan dan minum setiap Pukul 07.00 atau 17.00;

D. Pangkas Rambut

1. Narapidana mendapatkan waktu untuk pangkas rambut dan


janggut setiap 2 (dua) bulan 1 (satu) kali;
2. Pemangkasan dilakukan oleh petugas yang ahli dibidang
pangkas rambut;
3. Narapidana dalam keadaan terborgol saat dilakukan
pemangkasan;
4. Petugas pengamanan melakukan pengawalan selama
pemangkasan;

46
5. Peralatan yang digunakan untuk pangkas menggunakan alat
yang tidak berbahaya.

E. Pemberian dan Pengambilan Perlengkapan Tidur

1. Narapidana mendapatkan perlengkapan tidur berupa matras


standar yang menyerap keringat;
2. Pergantian perlengkapan tidur karena kotor sesuai dengan
kebutuhan;
3. Pergantian dilakukan bersamaan dengan pemberian makan
dan minum setiap Pukul 07.00 atau 17.00.

F. Pelayanan Kesehatan

1. Klinik
a. Klinik yang tersedia di dalam Lapas merupakan Klinik
Pratama yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar
baik umum maupun khusus;
b. Tenaga medis paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang yaitu
dokter dan/atau dokter gigi;
c. Klinik dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa
anestesi umum dan/atau spinal, rawat jalan dan rawat
inap;

2. Perawatan
a. Dokter umum yang tersedia terbagi ke dalam 3 (tiga)
waktu kerja (shift);
b. Pergantian waktu kerja (shift) dokter dilakukan 30 (tiga
puluh) menit setelah pergantian waktu kerja penjagaan;
c. Dokter melakukan pemeriksaan rutin setiap hari dengan
berkunjung ke kamar;
d. Secara insidentil dokter melakukan pemeriksaan
berdasarkan keluhan;
e. Pemeriksaan kesehatan karena dapat dilakukan di klinik
dengan pengawalan;
f. Dokter memutuskan untuk rawat inap di Klinik terhadap
Narapidana yang sakit;
g. Selama rawat inap Narapidana berada dalam sel
sementara untuk pasien sakit dan terborgol;

47
h. Pencatatan dan laporan dilakukan sesuai dengan standar
kedokteran dan perawatan;

3. Pemberian obat
a. Obat diberikan sesuai resep dokter dan hanya untuk 1
(satu) kali konsumsi;
b. Jadwal pemberian obat bersamaan dengan pemberian
makan dan minum setiap Pukul 07.00, 12.00 dan 17.00;
c. Petugas melakukan pencatatan dan laporan.

4. Rujukan Rawat Inap


a. Rujukan ke rumah sakit di luas Lapas diberikan setelah:
1) Dokter melakukan konsultasi dengan RSUD atau
RSUP terdekat;
2) dokter melakukan tindakan medis sesuai saran dari
RSUD atau RSUP terdekat;
3) dokter menggunakan obat-obatan dan peralatan medis
yang berasl dari dari RSUD atau RSUP;
b. Apabila dalam kondisi yang kritis dan tidak
memungkinkan lagi, Narapidana dapat dirujuk ke RSUD
terdekat untuk mendapatkan penanganan
c. Selama rawat jalan diluar Lapas, Narapidana
mendapatkan pengamanan dari Lapas dan bantuan
TNI/Polri.

G. Pemeliharaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

1. Kebersihan kamar
a. Kebersihan dilakukan secara mandiri oleh Narapidana
dengan menyapu lantai, mengepel lantai dan
membersihkan kamar mandi;
b. Penyimpanan peralatan kebersihan disimpan di luar
kamar setelah digunakan;
c. Peralatan kebersihan yang diberikan berupa sapu kecil,
kantong sampah & kain pel yang aman;
d. Pelaksanaan kebersihan bagian dari penilaian perilaku;

2. Kebersihan blok
a. Pemeliharaan kebersihan blok dilakukan oleh tenaga alih
daya;

48
b. Tenaga alih daya hanya dapat mengakses area blok;
c. Tenaga alih daya diawasi oleh petugas pengamanan
selama berada dalam blok;
d. Petugas dilarang berbicara dengan Narapidana.

3. Sanitasi dan Pengolahan Limbah


a. Pemeliharaan kebersihan sanitasi dilakukan oleh petugas
yang memiliki keahlian untuk ini;
b. Pengolahan limbah dilakukan dengan standar pengolahan
yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan;
c. Petugas hanya dapat mengakses area yang diawasi oleh
petugas pengamanan;
d. Petugas yang masuk dan keluar Lapas dilakukan
penggeledahan;
e. Petugas dilarang berbicara dengan pengunjung dan
Narapidana;

4. Peralatan kebersihan
a. Vacuum cleaner;
b. Sapu;
c. Alat pel;
d. Karbol;
e. Pembersih lantai.

5. Sirkulasi udara di kamar sel


a. Kamar hunian memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan
yang cukup;
b. Ruang rekreasi yang digunakan untuk olah raga dan
“angin-angin” memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan
yang cukup.

49
BAB VI
PENGAMANAN

A. Mekanisme Pencegahan

1. Penjagaan

a. Regu Pengamanan
Fungsi Regu Pengamanan meliputi fungsi penjagaan,
fungsi pengawasan CCTV, fungsi pengawalan, dan fungsi
penindakan.

b. Pembagian (Shift) Waktu Kerja


Pelaksanaan Penjagaan dilakukan dengan pergantian
petugas pengamanan antar waktu (shift) di bagi 3 (tiga)
kali dalam 1 (satu) hari;

c. Pembagian (Shift) Waktu Kerja Pengawasan CCTV


1) Pergantian pengawasan CCTV dilakukan 30 (tiga
puluh) menit setelah pergantian petugas
pengamanan;
2) Pergantian antar waktu (shift) di bagi 3 (tiga) kali
dalam 1 (satu) hari;
3) Pergantian antar waktu saat pengawasan CCTV
dilakukan 2 (dua) jam sekali.

d. Pelaksanaan Apel
1) Kehadiran Petugas Regu Pengamanan Pengganti
a) Petugas Regu Pengamanan Pengganti hadir
selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam dinas;
b) Petugas Regu Pengamanan Pengganti melakukan
pencatatan nama/absensi pada saat hadir di
dalam Lapas;
c) Petugas Regu Pengamanan Pengganti wajib
menggunakan seragam dinas;
d) Petugas Regu Pengamanan Pengganti menyimpan
barang bawaannya dalam loker atau tempat yang
disediakan;

50
e) Petugas Regu Pengamanan Pengganti mengambil
senjata api dan amunisi serta peralatan keamanan
lainnya kepada bagian yang mengurus peralatan
keamanan;
f) Petugas Regu Pengamanan yang sedang berjaga
dilarang meninggalkan pos tanpa ijin Kepala Regu
Pengamanan (Karupam) sebelum dilakukannya
pergantian dan serah terima tugas.

2) Apel Petugas Regu Pengamanan Pengganti


a) Apel dihadiri paling sedikit oleh 70% (tujuh puluh
persen) jumlah anggota Regu Pengamanan
Pengganti, Karupam dan Wakil Karupam
sebelumnya;
b) Dalam hal jumlah anggota Regu Pengamanan
pengganti kurang dari 70% (tujuh puluh persen),
tugas pengamanan masih menjadi tanggung jawab
Regu Pengamanan sebelumnya;
c) Kekurangan jumlah anggota Regu Pengamanan
dilaporkankepada Kepala Pengamanan;
d) Kepala Pengamanan dapat menambah petugas
regu pengamanan dari staf atas persetujuan
Kepala Lapas;
e) Setelah Regu Pengamanan dinyatakan lengkap,
Karupam menyiapkan barisan Anggota Regu
Pengamanan;
f) Pejabat yang ditunjuk menjadi Pembina Apel
menerima laporan kesiapan dari Karupam;
g) Pembina Apel melakukan Pemeriksaan
kelengkapan pakaian dinas, berambut pendek dan
rapih;
h) Pembina Apel menerima dan menyampaikan
informasi penting;
i) Pembina Apel memimpin do’a sebelum
pelaksanaan tugas;
j) Pembina Apel memberikan motivasi dalam bentuk:
pembacaan Tri Dharma Pemasyarakatan, Mars
Pemasyarakatan atau yel-yel;
k) Karupam Pengganti membagi tugas Anggota Regu
Pengamanan kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan Apel Penghuni;
l) Karupam memberi Laporan kepada Kepala Lapas.

51
3) Apel Penghuni
a) Apel penghuni dilakukan oleh Petugas Regu
Pengamanan Pengganti dan Petugas Regu
Pengamanan sebelumnya di dalam ruang kontrol;
b) Petugas Regu Pengamanan Pengganti dan Petugas
Regu pengamanan sebelumnya memastikan
narapidana berada dalam kamarnya masing-
masing dan dalam keadaan terkunci;
c) Petugas Regu Pengamanan Pengganti melakukan
pengecekan kesesuaian jumlah, penempatan dan
keberadaan narapidana di dalam kamar dan
disaksikan oleh Petugas Regu pengamanan
sebelumnya melalui pengamatan monitor CCTV;
d) Petugas Regu Pengamanan Pengganti meminta
kepada narapidana dalam kamar untuk berdiri dan
meminta narapidana untuk melambaikan tangan
apabila ada yang sakit;
e) Kepala Regu Pengamanan Pengganti menghubungi
dokter untuk melakukan pemeriksaan jika ada
keluhan sakit dari Narapidana;
f) Petugas Regu Pengamanan Pengganti melakukan
pengecekan terhadap kunci, gembok, dan
peralatan lain yang terkait keamanan di dalam
kamar dan disaksikan oleh Petugas Regu
pengamanan sebelumnya;
g) Petugas Regu Pengamanan Pengganti dapat
melakukan tindakan pengamanan apabila ada
ketidaksesuaian pelaksanaan prosedur;
h) Petugas Regu Pengamanan Pengganti menerima
laporan jumlah penghuni dan gangguan keamanan
yang terjadi dari Petugas Regu Pengamanan
sebelumnya;
i) Petugas Regu Pengamanan Pengganti dan Petugas
Regu Pengamanan sebelumnya melakukan serah
terima.

4) Timbang Terima Jaga

52
a) Serah terima pergantian Regu Pengamanan
dilakukan dengan menandatangani buku berita
acara serah terima.
b) Karupam Pengganti harus melakukan pengecekan
dan pencatatan dengan disaksikan oleh Karupam
sebelumnya;
c) Pengecekan dan pencatatan meliputi :
1. Jumlah dan kondisi narapidana
2. Jumlah dan kondisi senjata api dan amunisi;
3. Kunci-kunci dan gembok;
4. Sarana dan prasarana pengamanan lainnya;
5. Inventaris lainnya yang dianggap perlu;
6. Informasi penting tentang situasi dan kondisi
keamanan;
7. Laporan lalu lintas narapidana;
8. Jumlah petugas pengamanan.

5) Apel Petugas Pengamanan Sebelumnya


a) Petugas Pengamanan sebelumnya mengembalikan
senjata api dan amunisi serta peralatan keamanan
lainnya kepada bagian yang mengurus peralatan
keamanan;
b) Senjata api dan amunisi serta peralatan keamanan
lain yang telah disimpan dilakukan pengecekan
dan penyimpanan;
c) Karupam menyiapkan Anggota Regu Pengamanan;
d) Pejabat yang ditunjuk menjadi Pembina Apel
menerima laporan kesiapan Regu Pengamanan;
e) Pembina Apel melakukan Pemeriksaan
kelengkapan pakaian dinas;
f) Pembina Apel menerima dan menyampaikan
informasi penting;
g) Pembina Apel memimpin do’a sesudah
pelaksanaan tugas;
h) Pembina Apel memberikan motivasi dalam bentuk:
pembacaan Tri Dharma Pemasyarakatan,
menyanyikan Mars Pemasyarakatan atau yel-yel;
i) Karupam membubarkan Angota Regu
Pengamanan.

e. Penjagaan Pintu Gerbang Halaman


1) Serah Terima

53
a) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya dan
Petugas regu Pengamanan Pengganti melakukan
serah terima inventaris, tugas dan tanggungjawab
pengamanan pintu gerbang halaman luar;
b) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya
menyampaikan informasi penting kepada Petugas
Regu Pengamanan pengganti;
c) Petugas memastikan kelayakan penggunaan
senjata api operasional;
d) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengamanan Pengganti membuat dan
menandatangani berita acara serah terima.

2) Buka dan Tutup Pintu


a) Petugas memastikan pintu selalu dalam keadaan
terkunci.
b) Petugas membuka, menutup dan mengunci pintu
gerbang halaman luar sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan;
c) Petugas membuka pintu gerbang halaman luar di
luar jam yang telah ditentukan hanya untuk
keperluan dinas;

3) Pemeriksaan orang
a) Petugas menanyakan keperluan orang yang akan
memasuki area halaman Lapas;
b) Petugas meminta orang yang akan memasuki
area halaman untuk menunjukan identitas;
c) Petugas mengarahkan tamu pegawai ke ruang
tamu area kantor;
d) Petugas mengarahkan orang dan kendaraan
sesuai dengan keperluannya;
e) Petugas mengidentifikasi setiap orang yang akan
keluar dari halaman Lapas;
f) Petugas memeriksa orang yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.

4) Pemeriksaan Kendaraan
a) Petugas mengarahkan kendaraan untuk parkir
diluar halaman atau dititipkan di dermaga;

54
b) Kendaraan yang diperbolehkan masuk hanya
kendaraan dinas, yang terdiri ambulans,
transpas, cell wagon, motor dan mobil dinas;
c) Petugas memeriksa kendaraan yang akan masuk
ke halaman Lapas;
d) Petugas mencatat nomor kendaraan yang akan
masuk ke dalam halaman Lapas;
e) Petugas memberikan kartu sebagai tanda izin
memasuki area halaman Lapas;
f) Petugas mengarahkan kendaraan sesuai dengan
keperluannya;
g) Petugas mengidentifikasi kendaraan yang keluar
dari halaman Lapas;
h) Petugas memeriksan kendaraan yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.

5) Pemeriksaan Barang
a) Petugas menanyakan keperluan barang yang
dibawa masuk dan keluar dalam Lapas untuk
kepentingan dinas;
b) Petugas meminta surat jalan membawa barang
apabila barang yang dibawa masuk dan keluar
Lapas digunakan untuk kepentingan dinas;
c) Petugas melarang barang bawaan untuk
kunjungan Narapidana.

6) Pemeriksaan Pagar Halaman


a) Petugas memastikan kondisi pagar halaman tetap
terjaga sesuai fungsinya;
b) Petugas mengecek kondisi pagar halaman setiap 2
(dua) jam sekali.

7) Penindakan
a) Petugas melarang orang, barang atau kendaraan
yang tidak diperkenankan masuk ke dalam
Lapas;
b) Petugas yang sedang bertugas melarang petugas
yang tidak berkepentingan memasuki dan/atau
berada di area pintu gerbang halaman, kecuali
dengan seijin Kalapas/Kepala Pengamanan;

55
c) Petugas melarang barang untuk kepentingan
dinas yang akan masuk atau keluar Lapas tanpa
adanya surat jalan;
d) Petugas mengamankan orang, barang atau
kendaraan yang diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban;
e) Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan
sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan
ketertiban.

8) Pelaporan
a) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di
halaman Lapas;
b) Petugas melaporkan situasi dan kondisi pagar
halaman kepada Karupam apabila ditemukan
adanya kerusakan dan kecurigaan terhadap
potensi gangguan keamanan dan ketertiban di
area pagar;
c) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
d) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

d. Penjagaan Pintu Gerbang Utama (Wasrik)


1) Serah Terima
a) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya dan
Petugas Regu Pengamanan Pengganti melakukan
serah terima inventaris, tugas dan tanggungjawab
penjagaan Pintu Gerbang Utama;
b) Petugas Pengamanan sebelumnya menyampaikan
informasi penting kepada Petugas Regu
Pengamanan Pengganti;
c) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya dan
Petugas Pengamanan regu Pengganti membuat
dan menandatangani berita acara serah terima.

2) Buka dan Tutup Pintu


a) Petugas memastikan pintu selalu dalam keadaan
terkunci.

56
b) Petugas membuka, menutup dan mengunci Pintu
Gerbang Utama sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan;
c) Petugas membuka pintu masuk utama di luar
jam yang telah ditentukan hanya untuk
keperluan dinas;

3) Pemeriksaan orang
a) Petugas menanyakan keperluan orang yang akan
masuk ke dalam Lapas;
b) Petugas meminta orang yang akan memasuki
area halaman untuk menunjukan identitas
berupa: KTP, SIM, Kartu Pelajar dan Passport
serta mencatatnya;
c) Petugas melakukan penggeledahan tanpa
terkecuali ;
d) Petugas menukar kartu identitas dengan kartu
tanda pengenal;
e) Petugas memberikan stempel pada tangan kanan
orang yang akan masuk ke dalam Lapas;
f) Petugas mengarahkan orang sesuai dengan
keperluannya;
g) Petugas mengidentifikasi setiap orang yang akan
keluar dari dalam Lapas;
h) Petugas memeriksa orang yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.
4) Pemeriksaan Petugas
a) Petugas menanyakan keperluan petugas yang
akan masuk ke dalam Lapas ;
b) Petugas melakukan penggeledahan terhadap
setiap petugas yang akan masuk ke dalam Lapas
tanpa terkecuali;
c) Petugas mengingatkan petugas yang akan
memasuki area Lapas untuk menitipkan barang
bawaanya di dalam loker atau tempat yang
disediakan;
d) Petugas mengidentifikasi setiap petugas yang
keluar dari dalam Lapas ;
e) Petugas memeriksa petugas yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.

5) Pemeriksaan narapidana

57
a) Petugas menerima informasi terkait narapidana
yang akan masuk dan keluar Lapas ;
b) Petugas mencocokkan fisik dan identitas
narapidana dengan kelengkapan dokumen dari
Kepala Lapas maupun instansi penegak hukum
lainnya;
c) Petugas melakukan penggeledahan;
d) Petugas mencatat jumlah narapidana yang akan
masuk dan keluar Lapas ;
e) Petugas melakukan konfirmasi kepada Karupam,
Kepala Pengamanan dan Kalapas saat ada
narapidana yang dikeluarkan pada malam hari.

6) Pemeriksaan Kendaraan
a) Petugas memeriksa kendaraan yang masuk ke
dalam Lapas;
b) Kendaraan yang diperbolehkan masuk ke dalam
Lapas hanya kendaraan dinas;
c) Petugas mencatat nomor kendaraan yang akan
masuk ke dalam Lapas;
d) Petugas menggeledah kendaraan dalam posisi
mesin kendaraan mati;
e) Petugas menggeledah orang yang berada di dalam
kendaraan dengan cara meminta turun dari
kendaraan;
f) Petugas mengarahkan kendaraan sesuai dengan
keperluannya;
g) Petugas mengidentifikasi kendaraan yang keluar
Lapas;
h) Petugas memeriksa kendaraan yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.

7) Pemeriksaan Barang
a) Petugas menanyakan keperluan barang yang
dibawa masuk dan keluar dalam Lapas untuk
kepentingan kunjungan atau dinas;
b) Petugas meminta surat jalan membawa barang
apabila barang yang dibawa masuk dan keluar
Lapas digunakan untuk kepentingan dinas;
c) Petugas menggeledah barang.
d) Petugas melarang barang bawaan untuk
kunjungan narapidana.

58
8) Penindakan
a) Petugas melarang orang, barang, dan kendaraan
yang tidak diperkenankan masuk ke dalam
Lapas;
b) Petugas yang sedang bertugas melarang petugas
yang tidak berkepentingan memasuki dan/atau
berada di area pintu gerbang utama kecuali
dengan seijin Kalapas/Kepala Pengamanan;
c) Petugas mengamankan orang, barang, dan
kendaraan yang diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban;
d) Melarang masuk petugas yang tidak
menggunakan seragam dinas pada saat jam
dinas;
e) Petugas melarang dan mengeluarkan petugas
yang tidak bersedia untuk dilakukan
penggeledahan;
f) Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan
sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan
ketertiban.

9) Pelaporan
a) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di
Pintu Gerbang Utama Lapas;
b) Petugas melaporkan situasi dan kondisi pintu
masuk utama kepada Karupam apabila
ditemukan adanya kerusakan dan kecurigaan
terhadap potensi gangguan keamanan dan
ketertiban;
c) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
d) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

e. Penjagaan Pintu Utama (Portir)


1) Serah Terima
a) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya dan
Petugas regu Pengamanan Pengganti melakukan

59
serah terima inventaris, tugas, dan
tanggungjawab penjagaan Pintu Utama;
b) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya
menyampaikan informasi penting kepada Petugas
Pengamanan Pengganti;
c) Petugas Regu Pengamanan sebelumnya dan
Petugas Pengamanan Pengganti membuat dan
menandatangani berita acara serah terima.

2) Buka dan Tutup Pintu


a) Petugas memastikan pintu selalu dalam keadaan
terkunci.
b) Petugas mendapatkan informasi dari SDP atau
radio komunikasi mengenai orang yang akan
memasuki pintu utama;
c) Petugas mendengarkan terlebih dahulu ketukan
atau suara dari balik pintu utama;
d) Petugas melihat, dari monitor CCTV dan lubang
pintu, orang yang mengetuk dan akan masuk ke
dalam Lapas;
e) Petugas menanyakan keperluan orang yang akan
masuk ke dalam Lapas;
f) Petugas membuka pintu untuk mempersilahkan
orang masuk dan kemudian langsung menutup
dan mengunci pintu;
g) Sebelum membuka pintu pastikan pintu kedua
portir dalam keadaan terkunci;
h) Apabila orang yang akan masuk terjadi antrian
maka petugas mempersilahkan masuk secara
bertahap;
i) Petugas membuka pintu utama di luar jam yang
telah ditentukan hanya untuk keperluan dinas.

3) Pemeriksaan orang
a) Petugas melakukan penggeledahan badan;
b) Petugas memberikan atau menukar kartu tanda
pengenal;
c) Petugas memberikan stempel pada tangan kanan
orang yang akan masuk ke dalam Lapas;

60
d) Petugas mengarahkan orang sesuai dengan
keperluannya;
e) Petugas mengidentifikasi setiap orang yang akan
keluar dari dalam Lapas;
f) Petugas memeriksa orang yang keluar pada
malam hari atau diluar jam dinas.

4) Pemeriksaan Petugas
a) Petugas menanyakan keperluan petugas yang
akan masuk ke dalam Lapas;
b) Petugas meminta petugas yang akan memasuki
area Lapas untuk menitipkan barang bawaanya
di dalam loker atau tempat yang disediakan;
c) Petugas melakukan penggeledahan;
d) Petugas mengidentifikasi setiap petugas yang
keluar dari dalam Lapas;
e) Petugas melarang petugas yang akan keluar pada
saat jam dinas kecuali dengan ijin
Kalapas/Kepala Pengamanan.

5) Pemeriksaan narapidana
a) Petugas menerima informasi terkait narapidana
yang akan masuk dan keluar Lapas;
b) Petugas menempatkan narapidana di dalam sel
sementara yang ada di P2U;
c) Petugas mencocokkan fisik, surat-surat dan
identitas narapidana, narapidana dengan
kelengkapan dokumen dari Lapas maupun
instansi penegak hukum lainnya;
d) Petugas melakukan penggeledahan;
e) Petugas mencatat jumlah narapidana yang masuk
dan keluar Lapas dalam SDP dan buku laporan;
f) Petugas melakukan konfirmasi kepada Karupam,
Kepala Pengamanan dan Kalapas saat ada
narapidana yang masuk dan dikeluarkan.

6) Pemeriksaan Kendaraan
a) Kendaraan yang dapat memasuki Lapas antara
lain:
1. Ambulans;
2. Pemadam kabakaran
3. Kendaraan narapidana (cell wagon);

61
4. Kendaraan pengangkut sampah dan sanitasi;
5. Kendaraan keperluan konstruksi bangunan
Lapas.
b) Petugas memeriksa kendaraan yang masuk ke
dalam Lapas;
c) Petugas mencatat nomor kendaraan yang akan
masuk ke area dalam Lapas;
d) Petugas menggeledah kendaraan;
e) Petugas menggeledah orang yang berada di dalam
kendaraan;
f) Petugas menggeledah barang yang berada di
dalam kendaraan;
g) Petugas mengarahkan kendaraan sesuai dengan
keperluannya;
h) Petugas mendampingi kendaraan yang memasuki
area dalam Lapas;
i) Petugas mengidentifikasi kendaraan yang keluar
Lapas;
j) Petugas melarang kendaraan pribadi baik roda
empat maupun roda dua masuk ke dalam Lapas;

7) Pemeriksaan Barang
a) Petugas menanyakan keperluan barang yang
dibawa masuk dan keluar dalam Lapas untuk
kepentingan dinas;
b) Petugas meminta surat jalan membawa barang
apabila barang yang dibawa masuk dan keluar
Lapas digunakan untuk kepentingan dinas;
c) Petugas menggeledah barang;
d) Petugas melarang barang untuk kepentingan
kunjungan.

8) Penindakan
a) Petugas melarang orang, barang, dan kendaraan
yang tidak diperkenankan masuk ke dalam
Lapas;
b) Petugas yang sedang bertugas melarang petugas
yang tidak berkepentingan memasuki dan/atau
berada di area pintu utama, kecuali dengan seijin
Kalapas/Kepala Pengamanan;

62
c) Petugas mengamankan orang, barang, dan
kendaraan yang diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban;
d) Melarang masuk petugas yang tidak
menggunakan seragam dinas pada saat jam
dinas;
e) Petugas melarang dan mengeluarkan petugas
yang tidak bersedia untuk dilakukan
penggeledahan;
f) Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan
sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan
ketertiban.

9) Pelaporan
a) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di
Pintu Pengamanan Utama Lapas;
b) Petugas melaporkan situasi dan kondisi pintu
masuk utama kepada Karupam apabila
ditemukan adanya kerusakan dan kecurigaan
terhadap potensi gangguan keamanan dan
ketertiban;
c) Petugas melaporkan adanya kendaraan yang
masuk dan keluar Lapas;
d) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
e) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

f. Penjagaan Pos atas


1) Serah terima
a) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengganti melakukan serah terima inventaris,
tugas, dan tanggungjawab penjagaan pos atas;
b) Petugas menyampaikan informasi penting kepada
Petugas Pengamanan Pengganti;
c) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengamanan Pengganti membuat dan
menandatangani berita acara serah terima.

63
2) Buka dan Tutup Pintu
a) Petugas memastikan pintu selalu dalam keadaan
terkunci.
b) Petugas membuka, menutup dan mengunci pintu
pos atas sesuai izin Karupam;
c) Petugas membuka, menutup dan mengunci pintu
pos atas hanya untuk keperluan penjagaan pos
atas.

3) Pengamatan
a) Petugas melihat situasi dan kondisi dari pos atas
ke arah dalam dan luar Lapas;
b) Petugas melihat tembok keliling dan memastikan
tidak ada aktifitas disekitarnya;

4) Penggunaan Lonceng
a) Petugas membunyikan lonceng 1 (satu) jam 1
(satu) kali sebagai tanda siaga;
b) Petugas membunyikan lonceng 5 (lima) kali
berturut-turut secara terus menerus dalam hal
terjadi pemberontakan;
c) Petugas membunyikan lonceng 4 (empat) kali
berturut-turut secara terus menerus dalam hal
terjadi percobaan pelarian;
d) Petugas membunyikan lonceng 3 (tiga) kali
berturut-turut secara terus menerus dalam hal
terjadi kebakaran.

5) Penindakan
a) Apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban di dalam tembok keliling dilakukan
dengan cara :
1. Memberikan isyarat tanda bahaya;
2. Memberikan perintah berhenti dan menjauh
dari tembok keliling bagi narapidana yang
tidak berkepentingan;
3. Jika perintah berhenti atau perintah untuk
menjauh dari tembok keliling tidak
diindahkan memberi tembakan peringatan ke
atas sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;

64
4. Narapidana dapat dilumpuhkan apabila
melakukan percobaan melarikan diri;
5. Menghubungi Karupam.
b) Apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban di luar tembok keliling dilakukan
dengan cara:
1. Memberikan isyarat tanda bahaya;
2. Memberikan perintah berhenti dan menjauh
dari tembok keliling bagi orang yang tidak
berkepentingan;
3. Jika perintah berhenti atau perintah untuk
menjauh dari tembok keliling tidak
diindahkan memberi tembakan peringatan ke
atas sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;
4. Apabila membahayakan jiwa dan merusak
fasilitas pengamanan maka dapat
dilumpuhkan.
5. Menghubungi Karupam.
c) Petugas tetap berada di pos atas pada saat terjadi
gangguan keamanan dan ketertiban sampai
dengan diperintahkan untuk turun oleh
Karupam.

6) Pelaporan
a) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di
area dalam dan luar tembok keliling Lapas;
b) Petugas melaporkan situasi dan kondisi area
dalam dan luar tembok keliling kepada Karupam
apabila ditemukan adanya kerusakan dan
kecurigaan terhadap potensi gangguan keamanan
dan ketertiban;
c) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
d) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

g. Penjagaan lingkungan blok


1) Serah Terima
a) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengganti melakukan serah terima inventaris,

65
tugas, dan tanggungjawab penjagaan lingkungan
blok;
b) Petugas menyampaikan informasi penting kepada
Petugas Pengamanan Pengganti;
c) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengamanan Pengganti membuat dan
menandatangani berita acara serah terima.

2) Buka dan Tutup Pintu


a) Petugas memastikan pintu selalu dalam keadaan
terkunci.
b) Petugas membuka, menutup dan mengunci
pintu bagi lalu lintas orang dilingkungan blok
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;
c) Petugas membuka pintu diluar jadwal hanya
untuk keperluan dinas.

3) Pemeriksaan
a) Petugas lingkungan blok membawahi beberapa
petugas blok;
b) Petugas mencatat narapidana masuk dan keluar
lingkungan blok hunian;
c) Narapidana yang keluar dari lingkungan blok
atas seijin Kalapas;
d) Petugas menjaga agar tidak ada narapidana
yang keluar masuk lingkungan blok hunian
dengan tidak sah;
e) Petugas mengawasi lalu lintas orang yang keluar
masuk yang melalui lingkungan blok;
f) Petugas melakukan penggeledahan terhadap
orang dan barang yang akan keluar atau masuk
lingkungan blok hunian;
g) Petugas membantu melaksanakan
penggeledahan insidentil di lingkungan blok dan
kamar hunian;
h) Petugas memastikan seluruh prosedur
pengamanan sudah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan.

4) Penindakan

66
a) Petugas menolak pemanggilan dan pengeluaran
narapidana tanpa disertai dengan ijin tertulis
dari Kalapas;
b) Melarang orang dan barang yang akan keluar
dan masuk lingkungan blok hunian yang diduga
dapat menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
c) Apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban di lingkungan blok dilakukan dengan
cara :
1. Memberikan isyarat tanda bahaya;
2. Memberikan perintah berhenti dan menjauh
dari area lingkunganblok
3. Jika perintah berhenti atau perintah untuk
menjauh dari area lingkunganblok tidak
diindahkan, petugas memberikan
peringatan;
4. Narapidana dapat dilumpuhkan apabila
melakukan percoban melarikan diri dan
membahayakan jiwa;
5. Menghubungi Karupam.
d) Petugas tetap berada di lingkungan blok pada
saat terjadi gangguan keamanan dan ketertiban
sampai dengan diperintahkan oleh Karupam.

5) Pelaporan
a) Petugas menerima laporan apel serah terima
narapidana dari petugas blok hunian;
b) Petugas melaporkan kepada Kepala Regu
Pengamanan dan membantu pelaksanaan
evakuasi jika terjadi kondisi darurat dan/atau
terdapat narapidana yang sakit atau meninggal
dunia;
c) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di
dalam lingkungan blok;
d) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
e) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

67
h. Penjagaan blok dan kamar
1) Serah Terima
a) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengganti melakukan serah terima inventaris,
tugas, dan tanggungjawab penjagaan blok;
b) Petugas melakukan penghitungan jumlah
penghuni dan pengecekan penempatan
penghuni pada saat apel;
c) Petugas menyampaikan informasi penting
kepada Petugas Pengamanan Pengganti;
d) Petugas Pengamanan sebelumnya dan Petugas
Pengamanan Pengganti membuat dan
menandatangani berita acara serah terima.

2) Buka dan Tutup Pintu


a) Petugas membuka, menutup dan mengunci
pintu bagi lalu lintas orang di blok;
b) Petugas membuka, menutup dan mengunci
pintu kamar hanya untuk keperluan dinas;
c) petugas memastikan pintu blok dan kamar
selalu dalam keadaan terkunci.

3) Pemeriksaan
a) Petugas melakukan penggeledahan terhadap
orang dan barang yang akan keluar atau masuk
blok;
b) Petugas membantu melaksanakan
penggeledahan insidentil di blok dan kamar.

4) Pelayanan
a) Petugas mengeluarkan narapidana dari dalam
kamar hunian sesuai dengan ijin yang diberikan
dari Kalapas untuk keperluan dinas;
b) Petugas mengidentifikasi perilaku radikal
narapidana selama berada di dalam kamar;
c) Petugas menerima, mencatat dan
menyampaikan keluhan dan pengaduan
narapidana kepada Kepala Regu Pengamanan;
d) Petugas melakukan pembagian makanan,
minuman dan pengambilan peralatan makan
melalui lubang pintu khusus yang sudah
disediakan;

68
e) Petugas melakukan pembagian perlengkapan
mandi, pakaian dan pengambilan sampah dan
pakaian kotor;
f) Petugas mengawasi kegiatan kebersihan di
lingkungan blok dan kamar;
g) Petugas wajib memberitahu tata cara kehidupan
dan perilaku di dalam blok sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, diantaranya:
1. Tata cara berpakaian dan berpenampilan;
2. Rambut pendek dan rapih;
3. Sikap dan perilaku terhadap sesama
narapidana atau petugas.

5) Penindakan
a) Petugas memberikan peringatan dan nasihat
kepada narapidana yang berperilaku dan
berpenampilan kurang baik;
b) Petugas melarang orang untuk mendekati area
blok dan kamar;
c) memastikan adanya pengawalan dari petugas
pengawalan;
d) Melarang orang dan barang yang akan keluar
dan masuk blok dan kamar;
e) Mengeluarkan barang-barang terlarang
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Tata
Tertib Lapas di dalam kamar dan blok;
f) Petugas yang sedang bertugas melarang petugas
yang tidak berkepentingan berada di dalam blok
dan kamar, kecuali dengan seijin
Kalapas/Kepala Pengamanan;
g) Melarang petugas yang tidak berkepentingan
berada di dalam blok dan kamar;
h) Apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban di blok dilakukan dengan cara :
1. Memberikan isyarat tanda bahaya;
2. Memberikan perintah berhenti dan menjauh
dari pintu blok dan kamar;
3. Jika perintah berhenti atau perintah untuk
menjauh dari area pintu blok dan kamar tidak
diindahkan, petugas memberikan peringatan;

69
4. Narapidana dapat dilumpuhkan apabila
melakukan percobaan melarikan diri,
melawan petugas, dan membahayakan jiwa;
5. Menghubungi Karupam.
i) Petugas tetap berada di blok pada saat terjadi
gangguan keamanan dan ketertiban sampai
dengan diperintahkan oleh Karupam.

6) Pelaporan
a) Petugas memberikan informasi mengenai
perilaku narapidana di dalam Blok dan Kamar
b) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada petugas Lingkungan Blok tentang situasi
dan kondisi keamanan dan ketertiban di dalam
blok;
c) Petugas melaporkan kepada Kepala Regu
Pengamanan dan membantu pelaksanaan
evakuasi jika terjadi kondisi darurat dan/atau
terdapat narapidana yang sakit atau meninggal
dunia;
d) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;
e) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

i. Penjagaan Ruang Kunjungan


1) Pemeriksaan
a) Petugas mengawasi kunjungan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan;
b) Petugas mengendalikan situasi apabila terjadi
gangguan keamanan dan ketertiban di ruang
kunjungan;
c) Petugas menggeledah pengunjung, narapidana
yang akan dan telah selesai berkunjung;
d) Petugas memberikan pengawalan terhadap
narapidana resiko tinggi baik pada saat
memasuki maupun meninggalkan ruang
kunjungan;
e) Melakukan pengawasan khusus terhadap
narapidana resiko tinggi yang menerima
kunjungan, diantaranya melalui :

70
1. Mengawasi komunikasi baik verbal maupun
non verbal;
2. Menggunakan fasilitas teknologi informasi;
3. Menempatkan kunjungan di ruang khusus
yang telah ditentukan.

2) Penindakan
a) Melarang petugas dan narapidana yang tidak
berkepentingan berada di ruang kunjungan;
b) Apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban di ruang kunjungan dilakukan dengan
cara :
1. Menghentikan kegiatan kunjungan;
2. Memberikan isyarat tanda bahaya;
3. Mengamankan orang yang memicu
terjadinnya gangguan keamanan dan
ketertiban;
4. Apabila perintah dan peringatan tidak
diindahkan, petugas melumpuhkan orang
yang memicu gangguan keamanan dan
ketertiban;
5. Apabila narapidana melakukan percobaan
melarikan diri, melawan petugas, dan
membahayakan jiwa dapat dilumpuhkan;
6. Menghubungi Karupam.
c) Petugas tetap berada di ruang kunjungan pada
saat terjadi gangguan keamanan dan ketertiban
sampai dengan diperintahkan oleh Karupam.

3) Pelaporan
a) Petugas memberikan laporan secara berkala
kepada Kepala Regu Pengamanan tentang
situasi dan kondisi keamanan dan ketertibandi
ruang kunjungan;
b) Petugas melaporkan kepada Karupam dan
membantu pelaksanaan evakuasi jika terjadi
kondisi darurat dan/atau terdapat narapidana
yang sakit atau meninggal dunia di ruang
kunjungan;
c) Petugas memberikan laporan seketika saat
adanya gangguan keamanan dan ketertiban
kepada Karupam dan/atau Kepala Pengamanan;

71
d) Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan
tugas.

2. Pengawalan

a. Pengawalan di Dalam Lapas


1) Persiapan
a) Petugas dalam melakukan pengawalan dengan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pengawalan didalam lapas dalam rangka
pelaksanaan assessment, konseling,
kunjungan, rawat jalan dan rawat inap di
klinik, dan evakuasi yang disebabkan oleh
gangguan keamanan dan ketertiban;
2. Petugas mempersiapkan peralatan
pengamanan untuk pengawalan;
3. Petugas memberitahukan kepada petugas
lingkungan perihal adanya pemanggilan
dinas terhadap narapidana;
4. Petugas memastikan pintu blok dan kamar
dalam keadaan terkunci serta lingkungan
blok dalam keadaan aman.

2) Penjemputan
a) Petugas memberitahukan kepada narapidana
perihal adanya pemanggilan dinas;
b) Petugas memerintahkan narapidana berdiri di
depan pintu dengan mengeluarkan tangan dan
kaki mendekat pada lubang pintu khusus yang
disediakan;
c) Petugas melakukan pemborgolan tangan dan
rantai kaki;
d) Petugas melakukan penggeledahan;
e) Petugas membuka pintu dan membawa napi
keluar;
f) Pengawalan dilakukan secara ketat dengan
formasi 2 (orang) petugas berjalan di kiri dan
kanan mendampingi narapidana dengan posisi
memegang tangan narapidana, sedangkan 3
(tiga) petugas berjalan mengawasi dari depan
dan belakang;

72
3) Penyerahan
a) Menyerahkan narapidana sesuai dengan
keperluan dan perintah;
b) Penyelesaian administrasi penyerahan;
c) Selama kegiatan, petugas pengawalan tetap
melakukan pengawasan terhadap narapidana;
d) Pengembalian narapidana setelah selesai
melaksanakan keperluannya dikawal sesuai
dengan standar pengamanan;
e) Penyelesaian administrasi pengembalian.

b. Pengawalan di Luar Lapas


1) Persiapan
a) Petugas memastikan kelengkapan seluruh
dokumen yang berhubungan dengan
pengawalan dalam rangka pelaksanaan
hukuman mati, rawat jalan ke rumah sakit,
sidang, dan pemindahan.
b) Pengawalan dibantu oleh Polri/TNI;
c) Petugas dalam melakukan pengawalan dengan
dengan cara sebagai berikut:
1. Narapidana dilakukan penggeledahan;
2. Narapidana pemborgolan tangan dan rantai
kaki;
3. Menggunakan tutup kepala jika diperlukan.

2) Penjemputan
a) Petugas datang langsung ke kamar hunian
narapidana yang akan dibawa;
b) Pada saat penjemputan narapidana berada
dalam kamar dalam kondisi terkunci dan pintu-
pintu blok hunian lainnya terkunci;
c) Petugas melakukan pemborgolan pada saat
narapidanaakan dibawa;
d) 2 (orang) petugas berjalan di kiri dan kanan
mendampingi narapidana dengan posisi
memegang tangan narapidana, sedangkan 3
(tiga) petugas berjalan mengawasi dari depan
dan belakang;
e) Narapidana dibawa dengan segera;
f) Petugas melakukan penyelesaian administrasi
pengeluaran narapidana;

73
g) Petugas memeriksa kendaraan;
h) Petugas memasukan narapidana ke dalam
kendaraan yang telah dipersiapkan dengan
posisi 2 (dua) orang petugas duduk disamping
kanan dan kiri narapidana dan 3 (tiga) orang
petugas duduk diposisi depan dan belakang
narapidana;
i) Penjemputan terhadap narapidana yang dinilai
akan melakukan perlawanan dibantu oleh
Polri/TNI.

3) Penyerahan
a) Menyerahkan narapidana sesuai dengan
keperluan dan perintah;
b) Penyelesaian administrasi penyerahan;
c) Pengembalian narapidana setelah selesai
melaksanakan keperluannya;
d) Penyelesaian administrasi pengembalian.3

c. Keadaan Darurat dalam Perjalanan


1) Kerusakan Kendaraan
Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
kerusakan kendaraan sebagai berikut:
a) Memastikan narapidana atau narapidana untuk
tetap duduk ditempatnya;
b) Memastikan pintu kendaraan tetap dalam
keadaan terkunci;
c) Apabila kerusakan diperkirakan cukup lama,
maka pimpinan pengawal menghubungi Lapas,
POLRI/TNI terdekat untuk memberitahukan
kerusakan tersebut dan meminta bantuan
tambahan pengawalan dan kendaraan
pengganti;
d) Apabila keadaan tidak memungkinkan untuk
memperbaiki kendaraan, maka sedapat mungkin
membawa dan mengevakuasi narapidana atau
narapidana yang dikawal ke Lapas, POLRI/TNI
terdekat;
e) Menggunakan kendaraan pengganti yang dapat
digunakan untuk membawa narapidana atau

74
narapidana yang dikawal menuju ke tempat
tujuan;
f) Narapidana atau narapidana yang dipindahkan
ke dalam mobil pengganti tetap dalam kondisi
terborgol;
g) Memerintahkan narapidana atau narapidana
untuk masuk satu persatu ke dalam mobil
pengganti;
h) 1 (satu) orang Petugas menjaga pintu masuk
mobil pengganti dan 2 (dua) orang petugas
membantu pelaksanaan pemindahan
narapidana atau narapidana ke dalam mobil
pengganti;
i) Membuat berita acara kerusakan dan tindakan-
tindakan yang telah diambil, dan segera
melaporkannya kepada Kepala Lapas.

2) Bencana Alam
Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
bencana alam sebagai berikut:
a) Memastikan narapidana atau narapidana untuk
tetap duduk ditempatnya;
b) Memastikan pintu kendaraan tetap dalam
keadaan terkunci;
c) Apabila bencana alam diperkirakan cukup lama,
maka pimpinan pengawal menghubungi Lapas
terdekat untuk memberitahukan peridtiwa
tersebut dan meminta bantuan tambahan
pengawalan;
d) Apabila keadaan tidak memungkinkan untuk
melanjutkan perjalanan, maka sedapat mungkin
membawa dan mengevakuasi serta menitipkan
narapidana atau narapidana yang dikawal ke
Lapas terdekat;
e) Apabila bencana alam telah selesai, maka
narapidana dijemput kembali untuk dibawa ke
tempat tujuan.

3) Kerusuhan Massa
Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
kerusuhan massa sebagai berikut:

75
a) Memastikan narapidana atau narapidana untuk
tetap duduk ditempatnya;
b) Memastikan pintu kendaraan tetap dalam
keadaan terkunci;
c) Apabila kerusuhan massa diperkirakan cukup
lama, maka pimpinan pengawal menghubungi
Lapas dan Polri/TNI terdekat untuk
memberitahukan peristiwa tersebut dan
meminta bantuan tambahan pengawalan;
d) Mencari jalur alternatif untuk menghindari
daerah yang mengalami kerusuhan massa;
e) Apabila tidak ada jalur alternatif ke tempat
tujuan, maka kembali ke tempat semula atau
dititipkan di Lapas terdekat.
f) Apabila kerusuhan massa telah selesai, maka
narapidana dijemput kembali untuk dibawa ke
tempat tujuan.

4) Percobaan pelarian atau Pelarian dan Perlawanan


Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
percobaan pelarian atau pelarian dan perlawanan
terhadap petugas sebagai berikut:
a) Memberikan tanda bahaya;
b) Petugas mengarahkan senjata dan memberikan
perintah kepada narapidana untuk untuk
memegang kepala dengan posisi badan
telungkup atau jongkok;
c) Memberi tembakan peringatan keatas sebanyak
3 (tiga) kali apabila perintah tidak diindahkan
bagi yang melarikan diri atau melawan petugas;
d) Menembak kaki atau bagian tubuh yang tidak
membahayakan, apabila tembakan peringatan
juga tidak diindahkan;
e) Menembak ke bagian vital apabila
membahayakan jiwa;
f) Meminta bantuan pengamanan ke POLRI/TNI
terdekat.
g) Apabila perjalanan tidak mungkin untuk
dilanjutkan, maka ke Lapas atau kantor
Polri/TNI terdekat;

76
h) Apabila situasi telah kondusif, maka narapidana
dijemput kembali untuk dibawa ke tempat
tujuan atau ke tempat asal.

5) Kericuhan antar Narapidana


Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
kericuhan antar narapidana atau narapidana
sebagai berikut:
a) Memberikan tanda bahaya;
b) Memberikan perintah untuk menghentikan
kericuhan atau perkelahian;
c) Menghentikan perkelahian atau kericuhan
dengan cara memisahkan narapidana atau
narapidana yang terlibat;
d) Petugas mengarahkan senjata dan memberikan
perintah kepada narapidana untuk untuk
memegang kepala dengan posisi badan
telungkup atau jongkok;
e) Memberi tembakan peringatan keatas sebanyak
3 (tiga) kali apbila perintah tidak diindahkan;
f) Menembak kaki atau bagian tubuh yang tidak
membahayakan, apabila tembakan peringatan
juga tidak diindahkan;
g) Menembak ke bagian vital apabila
membahayakan jiwa;
h) Meminta bantuan pengamanan ke POLRI/TNI
terdekat.
i) Apabila perjalanan tidak mungkin untuk
dilanjutkan, maka narapidana atau narapidana
dievakuasi ke Lapas atau kantor Polri/TNI
terdekat;
j) Apabila situasi telah kondusif, maka narapidana
dijemput kembali untuk dibawa ke tempat
tujuan atau ke tempat asal.

6) Penyerangan dari Luar


Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
penyerangan dari luar sebagai berikut:
a) Memberikan tanda bahaya;
b) Memastikan narapidana atau narapidana untuk
tetap duduk ditempatnya;

77
c) Memastikan pintu kendaraan tetap dalam
keadaan terkunci;
d) Apabila penyerangan cukup membahayakan,
maka pimpinan pengawal menghubungi Lapas
dan Polri/TNI terdekat untuk memberitahukan
peristiwa tersebut dan meminta bantuan;
e) Mencari jalur alternatif untuk menghindari
daerah penyerangan;
f) Apabila perjalanan tidak mungkin untuk
dilanjutkan, maka narapidana atau narapidana
dievakuasi ke Lapas atau kantor Polri/TNI
terdekat;
g) Petugas mengarahkan senjata dan memberikan
peringatan kepada penyerang untuk menjauh
dari kendaraan;
h) Memberi tembakan peringatan keatas sebanyak
3 (tiga) kali apbila perintah tidak diindahkan;
i) Menembak kaki atau bagian tubuh yang tidak
membahayakan, apabila tembakan peringatan
juga tidak diindahkan;
j) Menembak ke bagian vital apabila
membahayakan jiwa;
k) Apabila situasi telah kondusif, maka narapidana
dijemput kembali untuk dibawa ke tempat
tujuan atau ke tempat asal.

7) Narapidana Sakit/Meninggal dunia


Petugas mengambil langkah-langkah saat terjadi
narapidana atau narapidana sakit/meninggal dunia
sebagai berikut:
a) Mengeluarkan narapidana yang sakit/meninggal
dunia dari kendaraan untuk mendapatkan
pertolongan pertama;
b) Segera berhenti pada Lapas atau kantor
POLRI/TNI terdekat untuk meminta bantuan;
c) Apabila narapidana atau narapidana yang sakit
harus dirawat, maka segera meminta bantuan
kepada Lapas terdekat untuk penitipan
sementara dengan membuat berita acara
penitipan.

3. Penggeledahan

78
a. Langkah-langkah penggeledahan terhadap
pengunjung adalah sebagai berikut:
1) Petugas meminta pengunjung untuk
mengeluarkan semua barang-barang,
melepaskan penutup kepala, topi, jaket, tas,
dompet, alas kaki dan/atau kaos kaki yang
dibawanya untuk diperlihatkan dan diletakan di
atas meja;
2) Petugas mempersilahkan pengunjung untuk
memasuki x-ray sensor untuk memastikan tidak
adanya barang-barang terlarang yang masih
melekat pada tubuh pengunjung;
3) Petugas mempersilahkan pengunjung untuk
berdiri berputar membelakangi petugas dengan
posisi kaki dibuka selebar bahu dan
merentangkan tangan lurus ke samping dengan
telapak tangan menghadap ke belakang, ibu jari
menghadap ke bawah, dan jari-jari diregangkan
sehingga dapat melihat sela di antara jari;
4) Petugas memberitahu kepada pengunjung
bahwa penggeledahan akan dimulai;
5) Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki
yang lebih dominan berada di belakang dan kaki
satunya lagi berada di antara kedua kaki
pengunjung;
6) Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan
dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga
telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan
pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan
Penggeledah kiri;
7) Petugas memeriksa dada depan dengan
menggunakan kedua telapak tangan dari leher
hingga batas pinggang dan naik ke samping
dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian
ketiak;
8) Petugas memeriksa bagian pinggang hingga
pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha
kanan hingga telapak kaki kanan dan kemudian
dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha
dan telapak kaki kiri;

79
9) Petugas kemudian memeriksa bagian punggung
belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik
kembali ke bagian leher;
10) Petugas kemudian mempersilahkan pengunjung
untuk berbalik badan berdiri menghadap
petugas;
11) Petugas meminta petugas membuka mulut dan
memeriksa rongga mulut bagian atas, bawah
lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung, rongga
telinga, dan matadengan dibantu senter jika
diperlukan;
12) Petugas memeriksa rambut bagian kanan depan
hingga belakang dan kiri depan hingga belakang;
13) Petugas memeriksa kerah baju, lengan baju,
jahitan baju, saku dan lipatan-lipatan baju;
14) Jika pengunjung perempuan maka dilakukan
pemeriksaan pada: lilitan kain di pinggang
(stagen) atau aksesoris lainnya, membuka cadar
dan pakaian dalam, pembalut dan menggantinya
dengan yang baru;
15) Jika pengunjung membawa balita, maka
dilakukan pemeriksaan secara seksama pada:
pakaian, peralatan dan aksesoris yang
digunakan dan melakukan penggantian popok;
16) Jika ditemukan barang, Petugas langsung
memisahkan barang-barang yang dilarang
dengan mengamankan atau menitipkan di
tempat yang telah disediakan;
17) Petugas mengizinkan pengunjung untuk
meninggalkan tempat penggeledahan setelah
dilakukan seluruh tahapan penggeledahan.

b. Langkah-langkah penggeledahan terhadap petugas


adalah sebagai berikut:
1) Petugas meminta petugas untuk mengeluarkan
semua barang-barang yang dibawanya, penutup
kepala atau topi, jaket, sepatu, jam tangan,
dompet, dan tas yang tidak memiliki hubungan
dengan pelaksanaan tugas, untuk diperlihatkan
dan diletakan di atas meja atau tempat yang
disediakan lainnya;

80
2) Petugas mempersilahkan petugas untuk
memasuki x-ray sensor untuk memastikan tidak
adanya barang-barang terlarang yang masih
melekat pada tubuh pengunjung;
3) Petugas meminta petugas untuk berdiri berputar
membelakangi dengan posisi kaki dibuka selebar
bahu dan merentangkan tangan lurus ke
samping dengan telapak tangan menghadap ke
belakang, ibu jari menghadap ke bawah, dan
jari-jari diregangkan sehingga dapat melihat sela
di antara jari;
4) Petugas memberitahu bahwa penggeledahan
akan dimulai;
5) Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki
yang lebih dominan berada di belakang dan kaki
satunya lagi berada di antara kedua kaki
pengunjung;
6) Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan
dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga
telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan
pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan
Penggeledah kiri;
7) Petugas memeriksa dada depan dengan
menggunakan kedua telapak tangan dari leher
hingga batas pinggang dan naik ke samping
dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian
ketiak;
8) Petugas memeriksa bagian pinggang hingga
pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha
kanan hingga telapak kaki kanan dan kemudian
dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha
dan telapak kaki kiri;
9) Petugas kemudian memeriksa bagian punggung
belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik
kembali ke bagian leher;
10) Petugas kemudian mempersilahkan petugas
untuk berbalik badan berdiri menghadap
petugas;
11) Petugas meminta petugas membuka mulut dan
memeriksa rongga mulut bagian atas, bawah
lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung, rongga

81
telinga, dan matadengan dibantu senter jika
diperlukan;
12) Jika ditemukan barang, Petugas langsung
memisahkan barang-barang yang dilarang
dengan mengamankan atau menitipkan di
tempat yang telah disediakan;
13) Petugas mengizinkan petugas untuk
meninggalkan tempat penggeledahan setelah
dilakukan seluruh tahapan penggeledahan;

c. Langkah-langkah penggeledahan terhadap badan


narapidana atau narapidana dengan pakaian
1) Petugas mempersilahkan narapidana atau
narapidana untuk memasuki x-ray sensor untuk
memastikan tidak adanya barang-barang
terlarang yang masih melekat pada tubuh
narapidana atau narapidana;
2) Petugas membuat jarak yang ideal berhadapan
dengan narapidana atau narapidana untuk
dilakukan penggeledahan;
3) Apabila ditemukan barang yang terjatuh,
petugas memerintahkan narapidana atau
narapidana untuk mundur, kemudian petugas
mengambil dan memeriksa barang tersebut
untuk diamankan;
4) Dalam memeriksa alas kaki yang memiliki
lapisan petugas memastikan lapisan tersebut
menempel secara permanen ke alas kaki
tersebut. Jika tidak, Petugas mengangkat
lapisan alas kaki untuk melihat apakah ada
barang yang disembunyikan;
5) Petugas meminta petugas untuk berdiri berputar
membelakangi dengan posisi kaki dibuka selebar
bahu dan merentangkan tangan lurus;
6) Petugas memberitahu bahwa penggeledahan
akan dimulai;
7) Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki
yang lebih dominan berada di belakang dan kaki
satunya lagi berada di antara kedua kaki
pengunjung;
8) Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan
dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga

82
telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan
pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan
Penggeledah kiri;
9) Petugas memeriksa dada depan dengan
menggunakan kedua telapak tangan dari leher
hingga batas pinggang dan naik ke samping
dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian
ketiak;
10) Petugas memeriksa bagian pinggang hingga
pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha
kanan hingga telapak kaki kanan dan kemudian
dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha
dan telapak kaki kiri;
11) Petugas kemudian memeriksa bagian punggung
belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik
kembali ke bagian leher;
12) Petugas kemuduian menelusuri bagian samping
tulang rusuk;
13) Petugas kemudian mempersilahkan narapidana
untuk berbalik badan berdiri menghadap
petugas;
14) Petugas meminta narapidana membuka mulut
dan memeriksa rongga mulut bagian atas,
bawah lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung,
rongga telinga, dan matadengan dibantu senter
jika diperlukan;
15) Jika ditemukan barang, Petugas langsung
memisahkan barang-barang yang dilarang
dengan mengamankan, menitipkan, atau
mengembalikan kepada keluarga;
16) Petugas mengizinkan narapidana untuk
meninggalkan tempat penggeledahan setelah
dilakukan seluruh tahapan penggeledahan.

d. Langkah-langkah penggeledahan badan narapidana


tanpa pakaian
1) Petugas yang melakukan penggeledahan tanpa
pakaian hanya boleh menyentuh pakaian
narapidana;
2) Narapidana berganti posisi untuk
memperlihatkan seluruh anggota tubuh kepada
Petugas yang melakukan penggeledahan untuk

83
secara visual menunjukkan tidak ada benda
terlarang pada bagian tubuh narapidana atau
narapidana;
3) Penggeledahan tanpa pakaian akan dilakukan di
daerah yang tertutup untuk menjaga harga diri
narapidana atau narapidanayang digeledah;
4) Petugas memerintahkan narapidana melepaskan
pakaian satu per satu;
5) Petugas memerintahkan narapidana untuk
memberikan pakaiannya satu per satu kepada
Petugas yang menggeledah;
6) Petugas menggeledah pakaian secara
menyeluruh dan memastikan tidak ada benda
terlarang yang disembunyikan pada jahitan
baju. Petugas menggeledah pakaian saat
diterima, lalu menyisihkan pakaian tersebut
setelah digeledah;
7) Jika narapidana tidak menghadap ke arah
Petugas, maka Petugas meminta untuk
menghadap ke arahnya lalu memerintahkan
untuk meluruskan tangannya ke depan dengan
telapak tangan menghadap ke atas untuk
meregangkan jari-jarinya;
8) Saat Petugas sudah memastikan bahwa tidak
ada sesuatu yang disembunyikan di antara jari-
jari narapidana atau narapidana, Petugas
memerintahkan narapidana atau untuk menyisir
rambutnya dengan tangan;
9) Petugas meminta narapidana atau
narapidanauntuk memiringkan kepala ke
samping dan menarik bagian atas telinga yang
menghadap Petugas sehingga Petugas dapat
melihat jika ada yang disembunyikan di balik
daun telinganya. Petugas meminta narapidana
untuk memiringkan kepala ke sisi lainnya agar
telinga yang satunya juga dapat diperiksa;
10) Petugas meminta narapidana untuk membuka
mulut dan menggerakkan lidahnya guna melihat
apakah ada sesuatu yang disembunyikan di
bawahnya. Dengan menggunakan jari,
narapidana atau narapidana perlu menggulung
bibirnya untuk memperlihatkan bahwa tidak

84
ada yang tersembunyi di antara bibir dan gigi,
baik di bagian bawah maupun di bagian atas
mulut;
11) Jika narapidana memakai gigi palsu, Petugas
meminta narapidana untuk melepasnya agar
Petugas dapat melakukan pemeriksaan
menyeluruh di dalam mulut;
12) Narapidana selanjutnya perlu mengangkat
kedua tangannya ke atas kepala. Petugas
memeriksa bagian tubuh dan ketiak narapidana
atau narapidana serta memeriksa jika ada bekas
luka atau kecelakaan;
13) Petugas meminta narapidana atau narapidana
untuk secara bergantian mengangkat satu kaki
untuk memeriksa bagian telapak kaki. Jika
diperlukan, Petugas meminta narapidana atau
narapidana menggunakan satu tangannya agar
seimbang;
14) Selanjutnya, Petugas meminta narapidana
untuk menunduk dari bagian pinggang dan
menggunakan kedua tangannya untuk
membuka bokongnya, agar Petugas dapat
melihat apakah ada yang disembunyikan di
antara lipatan bokong atau yang terlihat di anus
narapidana;
15) Petugas memerintahkan narapidana untuk
mengambil posisi jongkok dan mengejan;
16) Petugas tidak boleh memindahkan barang yang
ditemukan di rongga tubuh narapidana. Jika
Petugas melihat ada benda di dalam anus
narapidana atau narapidana, Petugas perlu
memberitahukan Karupam atau Kepala
Pengamanan supaya benda tersebut dapat
dipindahkan oleh ahli medis;
17) Jika ditemukan barang, Petugas langsung
memisahkan barang-barang yang dilarang
dengan mengamankan, menitipkan atau
mengembalikan kepada keluarga;
18) Petugas meminta narapidana untuk memakai
kembali pakaiannya yang telah digeledah.

e. Langkah-langkah penggeledahan barang

85
1) Petugas memastikan barang terlarang tidak
masuk ke dalam Lapas;
2) Barang-barang terlarang antara lain yaitu :
a) Barang Elektronik;
b) Alat telekomunikasi;
c) Senjata tajam;
d) Senjata Api dan Bahan Peledak;
e) Korek Api dan kompor;
f) Barang dari kaca dan besi;
g) Narkotika;
h) Minuman Keras;
i) Makanan dan minuman yang berbau tidak
sedap dan memabukan;
j) Video Compact Disc (VCD)/Audio Visual;
k) Kamera;
l) Buku-buku yang dianggap membahayakan;
m) Pakaian dan handuk basah;
n) Uang tunai;
o) Barang-barang lain yang dapat
membahayakan.
3) Petugas meminta pengunjung untuk meletakan
barang bawaan diatas meja atau tempat yang
disediakan lainnya;
4) Petugas memeriksa barang bawaan pengunjung
dan memisahkannya dari barang-barang yang
dilarang dibawa masuk atau berpotensi
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
5) Petugas memeriksa barang atau makanan yang
terbungkus dalam kemasan seperti rokok,
sabun, odol, minyak rambut, sandal, sepatu,
mie instant, buah-buahan, roti, gula, nasi,
bubur dan minuman dengan cara membuka,
membelah, mengaduk, atau mengocok;
6) Petugas memeriksa secara seksama barang
bawaan berupa pakaian dengan caramemeriksa
lipatan-lipatan dan saku pakaian;
7) Jika ditemukan barang, Petugas langsung
memisahkan barang-barang yang dilarang
dengan mengamankan, menitipkan atau
mengembalikan kepada pihak yang berwenang;

86
8) Petugas menyatukan barang bawaan yang dapat
dibawa masuk dengan memasukan ke dalam
kantong plastik transparan dan kemudian
diberikan ikatan;
9) Barang-barang yang dititipkan di petugas dicatat
dan dikembalikan kembali kepada pengunjung.

f. Langkah-langkah Penggeledahan Kendaraan


Petugas melakukan pemeriksaan kendaraan di area
gerbang halaman depan Lapas atau titik pemeriksaan
lain yang telah ditentukan Lapas;
1) Petugas mengeluarkan penumpang dari mobil;
2) Petugas memeriksa tanda pengenal resmi
penumpang;
3) Petugas memerintahkan pengemudi untuk
masuk ke dalam kendaraan dan mengemudikan
kendaraannya menuju area gerbang halaman
atau titik pemeriksaan lain sehingga kendaraan
dapat digeledah;
4) Petugas memerintahkan pengemudi keluar atau
turun dari kendaraan;
5) Petugas memeriksa kendaraan roda 3 (tiga) 4
(empat) dan 6 (enam) atau di atasnya dengan
cara membuka seluruh pintu, kap, serta bagasi
kendaraan;
6) Petugas melakukan pemeriksaan mulai dari kap
kendaraan kemudian memeriksa bagian mesin
sebagai berikut :
a) Kabel yang tidak biasa;
b) Peralatan atau perlengkapan yang tidak
lazim berada di dalam mesin mobil;
c) Cetakan tangan di debu atau kotoran yang
mengindikasikan bahwa seseorang
mengerjakan mobil tersebut baru-baru ini.
7) Petugas melihat bagian samping dan belakang
mesin kendaraan;
8) Petugas memeriksa bagian depan kendaraan
dan bagian bawah tempat mesin menggunakan
tongkat dengan cermin (inspection mirror);
9) Petugas menutup kap kendaraan sebagai tanda
bahwa Petugas telah menggeledah bagian depan
kendaraan dengan menyeluruh;

87
10) Petugas kemudian memeriksa bagian
penumpang;
11) Petugas melihat ke bagian dalam bagian setir
dan ban bagian penumpang depan;
12) Petugas memeriksa bagian penumpang depan
pada bagian:
a) Laci kompartemen;
b) Tempat penyimpanan tengah;
c) Di bawah kursi, dibawah karpet;
d) Bagian-bagian di antara jok kursi dan
sandaran kursi.
e) Di bawah karpet;
f) Dan daerah bagian penumpang depan untuk
melihat apakah ada yang mencurigakan.
13) Petugas menutup pintu sebagai tanda bahwa
Petugas telah menggeledah seluruh bagian
kendaraan;
14) Petugas bergerak ke bagian kursi belakang dan
memeriksa seluruh bagian;
15) Petugas menggunakan tongkat besi untuk
memeriksa bak pada kendaraan pengangkut
sampah dengan cara mengaduk dan menusuk-
nusuk sampah;
16) Petugas mendampingi pengemudi hingga pada
saat melakukan bongkar muat;
17) Penggeledahan terhadap kendaraan roda 2 (dua)
dilakukan dengan memeriksa kemudi, membuka
jok, tempat bahan bakar, mesin dan barang-
barang lainnya yang melekat;
18) Jika ditemukan barang yang diduga dapat
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban, Petugas langsung mengamankan,
menitipkan atau mengembalikan kepada pihak
yang berwenang.

g. Langkah-langkah Penggeledahan Kamar


Petugas yang akan melakukan penggeledahan harus
steril dari barang-barang yang tidak diperlukan pada
saat penggeldeahan;
1) Mengosongkan kamar hunian dan menutup
serta mengunci kamar-kamar hunian yang
hendak digeledah;

88
2) Petugas menggeledah narapidana sebelum ke
luar kamar;
3) Memerintahkan kepada narapidana yang akan
digeledahkamarnya untuk berbaris dengan tertib
didepan kamarnya masing-masing;
4) Melakukan penggeledahan kamar satu persatu
dengan mengikut sertakan 1 (satu) orang
narapidana dannarapidana kamar tersebut;
5) Untuk kamar yang telah selesai digeledah
narapidana diminta untuk kembali ke kamar
dengan terlebih dahulu digeledah satu persatu
dan selanjutnya mengunci kembali kamar
tersebut agar tidak mengganggu jalannya
penggeledahan kamar yang lainnya.

h. Langkah-langkah penggeledahan Ruangan


1) Penggeledahan ruangan meliputi :
a) Kantor;
b) Tempat Ibadah pegawai;
c) Ruang makan petugas;
d) Ruang control;
e) Barak petugas;
f) Gudang;
g) Klinik;
h) Menara air;
i) Ruang kebugaran pegawai;
2) Petugas yang akan melakukan penggeledahan
harus steril dari barang- barang yang tidak
diperlukan pada saat penggeldeahan;
3) Petugas memerintahkan narapidana, narapidana
atau petugas untuk meninggalkan barang-
barang di ruangan yang akan digeledah;
4) Petugas kemudian meminta semua narapidana
atau petugas untuk keluar atau dari ruangan;
5) Petugas menggeledah narapidana atau petugas
sebelum keluar ruangan;
6) Petugas memeriksa ruangan dengan cara
meraba, mengetuk atau membongkar bagian
dan fasilitas ruangan sebagai berikut:
a) Teralis besi;
b) Kawat berduri;
c) Dinding;

89
d) Lantai;
e) Plafon;
f) Toilet;
g) Peralatan mandi;
h) Perlengkapan tidur;
i) Lemari;
j) Meja;
k) Kursi;
l) Peralatan elektronik
m) Bak air;
n) Halaman;
o) Peralatan makan dan minum;
p) Peralatan kesehatan;
q) Peralatan kerja
r) Peralatan kantor
s) Peralatan ibadah;
t) Buku dan arsip;
u) Memeriksa pakaian, sarung dan mukena;
dan
v) Bagian lain yang dianggap perlu.
7) Petugas menggali tanah atau tanaman yang
diduga sebagai tempat menyembunyikan barang
terlarang;
8) Petugas tetap mengikutsertakan 1 (satu) orang
narapidana, narapidana atau petugas pada saat
dilakukannya penggeledahan;
9) Jika ditemukan barang yang diduga dapat
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban, Petugas langsung mengamankan,
menitipkan atau mengembalikan kepada pihak
yang berwenang.

i. Penindakan
1) Barang-barang yang ditemukan saat
penggeledahan dan diduga dapat menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban, dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengamankan barang;
b) Mengamankan orang pemilik barang;
c) Membuat berita acara;
d) Melaporkan kepada Kepala Pengamanan dan
Kepala Lapas;

90
e) Melaporkan kepada pihak Polri terhadap
barang-barang yang diduga mengandung
unsur pidana atas izin Kepala Lapas.
2) Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan
sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan
dan ketertiban;
3) Membuat pelaporan hasil penggeledahan.

4. Inspeksi
a. Persiapan
1) Inspeksi dilaksanakan oleh petugas
struktural/perwira piket/petugas lain yang
ditunjuk Kalapas;
2) Inspeksi dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) hari sesuai dengan pergantian
waktu penjagaan;
3) Petugas membawa daftar pelaksanaan tugas;
4) Petugas membawa alat tulis dan perlengkapan
inspeksi;
5) Inpeksi dilakukan di area-area sebagai berikut :
a) Pintu Gerbang Halaman;
b) Pintu Gerbang Utama (Wasrik);
c) Pintu Utama (Portir);
d) Lingkungan Blok Hunian;
e) Pos atas;
f) Pagar Luar dalam;
g) Kantor;
h) Ruang Kunjungan
i) Barak petugas;
j) Gudang;
k) Ruang makan pegawai;
l) Tempat Ibadah pegawai;
m) Ruang kontrol;
n) Klinik;
o) Menara air;
p) Ruang kebugaran pegawai

b. Pemeriksaan
1) Petugas mengecek absensi;
2) Petugas memeriksa perintah dan kesesuaian
pembagian tugas;
3) Petugas memeriksa buku laporan;

91
4) Petugas mencatat pelaksanaan tugas sesuai
dengan daftar yang dibawa;
5) Petugas memeriksa proses penguncian;
6) Petugas memeriksa sarana dan prasarana
pengamanan.
7) Petugas memberikan teguran, apabila mekanisme
pengamanan tidak dilaksanakan dan peralatan
pengamanan tidak digunakan sebagaimana
mestinya;
8) Petugas mengambil tindakan segera apabila
memperoleh temuan yang berpotensi mengganggu
pelaksanaan tugas penjagaan;
9) Kepala Lapas atau Kepala Pengamanan
melakukan inspeksi sewaktu-waktu.

c. Laporan
1) Petugas membuat laporan tertulis;
2) Petugas membuat laporan lisan dalam hal-hal
tertentu yang bersifat mendesak.

5. Kontrol
a. Persiapan
1) Kepala Regu dan Wakil Kepala Regu Pengamanan
saling berkoordinasi saat akan melakukan
kontrol;
2) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan salah satunya tetap berada di ruang
pengamanan/kontrol
3) Kontrol dilakukan secara rutin oleh Kepala dan
Wakil Kepala Regu Pengamanan;
4) Pelaksanaan kontrol dilengkapi dengan peralatan
kontrol;
5) Kepala atau Wakil Regu Pengamanan sekurang-
kurangnya melakukan kontrol setiap 1 (satu) jam
sekali atau sesuai dengan situasi dan kondisi;
6) Kontrol di area-area sebagai berikut :
a) Pintu Gerbang Halaman;
b) Pintu Gerbang Utama (Wasrik);
c) Pintu Utama (Portir);
d) Lingkungan Blok Hunian;
e) Pos atas;
f) Pagar Luar dalam;

92
g) Kantor;
h) Ruang Kunjungan
i) Barak petugas;
j) Gudang;
k) Ruang makan pegawai;
l) Tempat Ibadah pegawai;
m) Ruang kontrol;
n) Klinik;
o) Menara air;
p) Ruang kebugaran pegawai

b. Pemeriksaan
Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu Pengamanan
memeriksa keberadaan petugas pengamanan di area-
area masing-masing;
1) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan memastikan keberfungsian sarana
dan prasarana sebagai berikut:
a) Sarana dan prasarana pengamanan
sebagaimana yang diatur dalam standar ini;
b) Sarana dan prasarana administrasi
pengamanan, seperti : Buku laporan jaga,
absensi jaga petugas, daftar lalu lintas orang,
dan daftar peralatan keamanan;
c) Sarana dan prasarana kantor, seperti: pagar,
pintu, teralis, jendela, alat komunikasi, air,
hydran, dan listrik/genset.
2) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan memastikan narapidana berada
pada kamar atau melakukan aktifitas di tempat-
tempat yang telah ditentukan;
3) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan menghimpun dan mengembangkan
informasi terkait potensi gangguan keamanan dan
ketertiban;
4) Apabila diperlukan, Kepala Regu atau Wakil
Kepala Regu Pengamanan dapat meminta kepada
anggota regu pengamanan melakukan kontrol di
areanya masing-masing;
5) Kepala Lapas atau Kepala Pengamanan
melakukan kontrol sewaktu-waktu.

93
c. Penindakan
1) Kepala atau Wakil Kepala Regu Pengamanan
menegur dan memberi motivasi kepada petugas
yang lalai dalam melaksanakan tugasnya;
2) Kepala atau Wakil Kepala Regu Pengamanan
dapat memerintahkan Penggunaan kekuatan
sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan
ketertiban.

d. Laporan
1) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan membuat laporan berkala dan
dilaporkan langsung kepada Kepala Pengamanan
dan Kepala Lapas
2) Kepala Regu atau Wakil Kepala Regu
Pengamanan membuat laporan seketika jiak
terjadi gangguan keamanan dan ketertiban

6. Intelijen
a. Pengumpulan informasi
1) Petugas membangun jaringan untuk
mendapatkan informasi;
2) Petugas menerima informasi tentang aktifitas
seseorang yang dididuga akan melakukan
gangguan keamanan dan ketertiban.
b. Pengelolaan informasi
1) Petugas melakukan verifikasi informasi yang
diperoleh;
2) Petugas melakukan validasi informasi yang
diperoleh;
3) Petugas melakukan pengkajian dan penelahaan
informasi yang penting dan tidak penting;
4) Petugas pengelola menyajikan informasi kepada
Kalapas, Divisi Pemasyarakatan, dan/ atau
Dirkamtib Ditjenpas;
5) Memberikan rekomendasi.
c. Penyebaran informasi
1) Informasi diberikan kepada Kalapas, Kepala Divisi
Pemasyarakatan, dan/atau Direktur Keamanan
dan Ketertiban Ditjenpas;
2) Informasi diberikan kepada instansi lain yang
terkait.

94
d. Pelaporan
1) Laporan kegiatan intelijen dilakukan secara rutin
dan insidentil;
2) Secara rutin yaitu laporan yang dilakukan setiap
hari pada pagi atau malam hari.

7. Pengendalian Peralatan
a. Pengendalian Peralatan Senjata Api dan Amunisi
1) Penempatan
a) Senjata api dan amunisi yang akan digunakan
ditempatkan di:
1. Pengamanan Pintu Utama (P2U);
2. Lemari senjata yang ditempatkan di
ruangan antara Pintu 1 dan 2;
3. Pos atas.
b) Senjata api dan amunisi yang akan
dicadangan di tempatkan di Gudang senjata;
c) Gudang senjata api dan amunisi berada di
tempat yang aman, jauh dari jangkauan
narapidana serta mudah diawasi;
d) Amunisi ditempatkan terpisah dengan
ruangan dan lemari senjata api.
2) Inventarisasi Gudang Operasional
a) Senjata api yang digunakan ditempatkan di
gudang operasional;
b) Inventarisasi senjata api yang
dioperasionalkan dilakukan oleh Kepala
Pengamanan dan Kepala Regu Pengamanan;
c) Mencatat penggunaan dan pengembalian
senjata api dan amunisi;
d) Mencocokan jumlah dan kondisi senjata api
dan amunisi pada saat dikembalikan;
e) Memeriksa keabsahan dokumen;
f) Mencatat senjata api dan amunisi yang siap
dan telah digunakan;
g) Penguncian lemari dan gudang operasional
senjata api dilakukan oleh Kepala Regu
Pengamanan dan Kepala Pengamanan.

3) Inventarisasi di Gudang Cadangan

95
a) Inventarisasi senjata api yang dicadangkan
dilakukan oleh Administrasi Keamanan dan
Ketertiban di Lapas;
b) Melakukan pencatatan jumlah dan kondisi
senjata api di gudang cadangan;
c) Penguncian gudang penempatan senjata api
dilakukan oleh 3 (tiga) orang pejabat di Lapas
dengan 3 (tiga) buah gembok yang berbeda;
d) Dalam keadaan darurat tempat kunci gudang
dan lemari dapat dipecahkan;
e) Petugas memberi nomor inventaris senjata api
yang sudah dilakukan pencatatan.

4) Pemeliharaan sarana pengamanan:


a) Petugas melakukan perawatan senjata api
secara rutin, minimal satu kali dalam satu
bulan;
b) Petugas melakukan perpanjangan Buku
Pemilikan dan Penggunaan Senjata Api (PPSA)
setiap lima tahun sekali;
c) Petugas melakukan perpanjangan Ijin
Penguasaan Pinjam Pakai dan Penggunaan
(Pengpin) senjata api satu kali dalam satu
tahun;
d) Petugas melakukan perpanjangan surat ijin
angkut senjata api secara berkala satu kali
dalam satu bulan.

5) Pelaporan
a) Kepala Regu Pengamanan melakukan
pencatatan keluar masuk dan kerusakan
senjata api dan amunisi di gudang
operasional;
b) Administrasi Kamtib di Lapas melakukan
pencatatan keluar masuk dan kerusakan
senjata api dan amunisi di gudang cadangan.

b. Pengendalian Peralatan Huru Hara


1) Penempatan

96
a) Peralatan huru-hara yang akan digunakan
ditempatkan di:
1. Pengamanan Pintu Utama (P2U);
2. Lemari peralatan huru-hara yang
ditempatkan di ruangan antara Pintu 1
dan 2.
b) Peralatan huru-hara cadangan ditempatkan di
gudang cadangan;

2) Inventarisasi Gudang Operasional


a) Inventarisasi dilakukan oleh Kepala Regu
Pengamanan;
b) Mencatat penggunaan dan pengembalian
peralatan hura-hara;
c) Mencocokan jumlah dan kondisi peralatan
huru-hara pada saat dikembalikan;
d) Penguncian lemari penempatan peralatan
hura-hara dilakukan oleh Kepala Regu
Pengamanan.

3) Inventarisasi Gudang Cadangan


a) Inventarisasi peralatan huru hara yang
dicadangkan dilakukan oleh Administrasi
Keamanan dan Ketertiban di Lapas;
b) Melakukan pencatatan jumlah dan kondisi
peralatan huru hara di gudang;
c) Penguncian gundang dilakukan oleh Kepala
Seksi Admin Kamtib di Lapas;
d) Memberi nomor inventaris peralatan huru-
hara yang sudah dilakukan pencatatan.

4) Penggunaan
a) Penggunaan peralatan huru-hara untuk
menanggulangi gangguan keamanan dan
ketertiban;
b) Penggunaan peralatan hura-hara untuk
pelatihan;
c) Penggunaan peralatan huru-hara untuk
kepentingan bantuan pengamanan.

5) Pemeliharaan

97
a) Pembersihan rutin dilakukan 1 (satu) minggu
sekali;
b) Pengecekan keberfungsian peralatan.

6) Pelaporan
a) Petugas melakukan pencatatan keluar masuk
gudang;
b) Petugas melakukan pencatatan pemeliharan
dan perawatan setiap peminjaman dan
penggunaan Peralatan hura-hara secara
berkala;

c. Pengendalian Peralatan Pengamanan Kunci dan


Gembok
1) Penempatan
a) Anak kunci kamar dan blok hunian harus
ditempatkan dilemari kunci yang berada di
Ruang Kepala Regu Pengamanan;
b) Lemari penyimpanan kunci kamar dan blok
harus dalam keadaan terkunci setiap saat;
c) Anak kunci lemari tempat penyimpanan
kunci-kunci kamar dan blok pada siang hari
berada pada Kepala Regu Pengamanan;
d) Anak kunci lemari penyimpanan kunci kamar
hunian pada malam hari ditempatkan di
lemari kecil yang terbuat dari kaca pada
ruang kerja Kepala Lapas;
e) Jika sewaktu-waktu diperlukan dalam
keadaan darurat kaca lemari kecil tersebut
dapat dipecahkan;
f) Kunci ruang kantor, gudang, ruang kegiatan
pegawai, ruang makan pegawai, ruang
kebugaran pegawai, berada di bawah
tanggung jawab masing-masing petugas;
g) Pada malam hari dan hari libur, kunci kamar,
blok, ruang kantor, gudang, ruang kegiatan
pegawai, ruang makan pegawai, ruang
kebugaran dan menara ditempatkan di lemari
kaca khusus yang berada di area kerja Kepala
Regu Pengamanan;
h) Kunci pintu lingkungan blok, blok, P2U, pagar
dalam dan luar berada pada petugas masing-

98
masing, sedangkan untuk kunci duplikatnya
berada di lemari kunci Kepala Pengamanan;
i) Kunci dan gembok persediaan ditempatkan di
gudang cadangan.
2) Inventarisasi
a) Pencatatan dan penghitungan
1. Dilakukan pada saat serah terima regu
pengamanan dan pasca keadaan darurat
ataupun petugas yang meninggalkan tugas
sebelum waktunya;
2. Pencatatan dilakukan di buku catatan
khusus yang berisi tentang :
a. Identifikasi pemegang kunci;
b. Nomor kunci dan jumlah kunci;
c. Tanggal dan waktu pengeluaran dan
pengembalian kunci dan gembok;
d. Jika ada kerusakan dan patah ;
e. Paraf Petugas yang mengeluarkan dan
mengembalikan kunci dan gembok pada
berita acara.

3) Penggunaan
a) Gembok selalu dalam posisi terpasang dan
terkunci di pintu masing-masing;
b) Gembok harus diacak penggunaannya
minimal 1 (satu) bulan sekali;
c) Anak kunci tidak boleh diduplikasi;
d) Anak kunci tidak boleh berada di bawah
kendali narapidana;
e) Petugas perlu memastikan tidak membawa
kunci dan gembok saat keluar Lapas;
f) Kunci yang secara tidak sengaja dibawa
keluar perlu dikembalikan dengan segera. Bila
tidak dikembalikan dengan segera maka kunci
perlu diganti.
g) Untuk kunci yang patah, hilang atau rusak
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Untuk kunci yang patah seluruh sisa kunci
yang patah diamankan oleh petugas;
2. Dalam keadaan kunci rusak di dalam
lubang kunci, Petugas perlu mencari
pengganti kunci sementara dan

99
mengembalikan kunci yang rusak kepada
Kepala Regu Pengamanan atau Kepala
Pengamanan;
3. Dalam keadaan kunci patah di dalam
lubang kunci, Petugas harus tetap berada
di depan pintu agar narapidana tidak bisa
mengambil sisa kunci yang patah;
4. Petugas harus memberitahukan kepada
Kepala Regu Pengamanan atau Kepala
Pengamanan tentang masalah kunci dan
gembok yang hilang, patah, atau rusak;
5. Petugas perlu meminta pertolongan untuk
mengamankan daerah dimana terdapat
masalah kunci dan gembok yang hilang,
patah atau rusak, agar narapidana tidak
melarikan diri;
6. Kunci dan Gembok yang patah atau rusak
akan dihapus sesuai dengan prosedur
Lapas dan dicatat sampai penghapusan
dilakukan.

4) Pemeliharaan
a) Petugas harus memeriksa secara berkala
kondisi seluruh anak kunci dan gembok;
b) Anak kunci yang dalam kondisi rusak segera
diganti;
c) Gembok yang dalam kondisi rusak harus
segera diganti;
d) Anak kunci dan gembok harus diganti secara
berkala maksimal 1 (satu) tahun sekali.

5) Pelaporan
a) Petugas melakukan pencatatan keluar masuk
kunci dan gembok dari gudang;
b) Apabila anak kunci dan gembok hilang, rusak
dan patah, petugas segera melaporkan secara
tertulis kepada Kepala Regu Pengamanan atau
Kepala Pengamanan.

d. Pengendalian Peralatan Komunikasi

100
1) Penempatan
Peralatan alat komunikasi yang akan digunakan
untuk kegiatan pengamanan ditempatkan di:
a) Ruang Kalapas;
b) Pengamanan Pintu Utama (P2U);
c) Pintu Gerbang Halaman;
d) Pintu Gerbang Utama (Wasrik);
e) Pos Kunjungan;
f) Barak Tim Tanggap Darurat;
g) Ruang Kepala Regu Pengamanan;
h) Ruang Kepala Pengamanan;
i) Pos lingkugan Blok Hunian;
j) Pos blok Hunian;
k) Pos atas;

2) Inventarisasi Gudang Operasional


a) Inventarisasi dilakukan oleh Kepala Regu
Pengamanan;
b) Peralatan komunikasi meliputi HT dan
interkom (internal komunikasi);
c) Mencatat penggunaan dan pengembalian
peralatan komunikasi;
d) Mencocokan jumlah dan kondisi peralatan
komunikasi pada saat dikembalikan.

3) Inventarisasi Gudang Cadangan


a) Inventarisasi peralatan komunikasi yang
dicadangkan dilakukan oleh Administrasi
Keamanan dan Ketertiban di Lapas;
b) Melakukan pencatatan jumlah dan kondisi
peralatan komunikasi di gudang;
c) Memberi nomor inventaris peralatan
komunikasi yang sudah dilakukan
pencatatan.
4) Penggunaan
a) Penggunaan peralatan komunikasi untuk
koordinasi pelaksanaan tugas pengamanan;
b) Penggunaan peralatan komunikasi untuk
kepentingan bantuan pengamanan;
c) Alat komunikasi tidak diperbolehkan jatuh ke
tangan atau digunakan narapidana;

101
d) Alat komunikasi diperbolehkan dibawa keluar
Lapas untuk keperluan pengawalan;
e) Penggunaan alat komunikasi pribadi berupa
handphone atau sejenisnya tidak
diperkenankan untuk digunakan di Lapas;
f) Alat komunikasi pribadi disimpan di loker
khusus petugas yang berada di P2U;
g) Alat komunikasi yang hilang perlu dilakukan
penelusuran dan dibuat berita acara
pemeriksaan.

5) Pemeliharaan
a) Petugas harus memeriksa secara berkala
kondisi seluruh alat komunikasi;
b) Alat komunikasi yang rusak segera diganti;
c) Peningkatan kemampuan teknologi alat
komunikasi harus dilakukan sesuai
kebutuhan.

6) Pelaporan
a) Petugas melakukan pencatatan keluar masuk
peralatan komunikasi dari gudang;
b) Apabila peralatan komunikasi rusak atau
hilang, petugas segera melaporkan secara
tertulis kepada Kepala Regu Pengamanan atau
Kepala Pengamanan.

e. Peralatan Ruang Kontrol


1) Penempatan
a) Ruang kontrol berada di ruang khusus;
b) CCTV ditempatkan antara lain di:
1. Halaman luar;
2. Kantor;
3. Pengamanan Pintu Utama (P2U);
4. Blok Hunian;
5. Ruang Kunjungan;
6. Pos atas;
7. Ruang makan pegawai
8. Ruang kegiatan pegawai;
9. Tempat ibadah;
10. Steril area;
11. Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

102
c) CCTV ditempatkan pada tempat yang sulit
dijangkau.
d) Monitor ditempatkan di:
1. P2U;
2. Ruang Kepala Regu Pengamanan;
3. Ruang Kepala Pengamanan.
e) Pengeras suara ditempatkan di ruang Kepala
Regu Pengamanan dan Ruang Kontrol.

2) Inventarisasi
a) Petugas melakukan pencatatan jumlah dan
kondisi CCTV, Monitor dan pengeras suara;
b) Petugas memberi nomor inventaris peralatan
di ruang kontrol.

3) Penggunaan Ruang Kontrol


a) Mengamati dan mengawasi aktifitas orang
melalui layar monitor yang terhubung dengan
CCTV;
b) Mengamati dan mengawasi kondisi sarana
dan prasarana di Lapas;
c) Ruang kontrol tidak boleh diakses oleh
narapidana dan petugas yang tidak
berkepentingan;
d) Memberikan peringatan mengenai terjadinya
potensi gangguan keamanan dan ketertiban
kepada petugas pengamanan;
e) Memberikan peringatan darurat;
f) Meminta bantuan ke instansi luar.

4) Pemeliharaan
a) Petugas harus memeriksa secara berkala
kondisi CCTV, Monitor, Pengeras suara dan
sarana pendukung ruang kontrol;
b) Peralatan yang rusak segera diganti;
c) Peningkatan kemampuan teknologi peralatan
di ruang kontrol harus dilakukan sesuai
kebutuhan.

5) Pelaporan
a) Petugas melakukan pencatatan penggunaan
peralatan ruang kontrol;

103
b) Petugas melaporkan aktifitas petugas,
pengunjung, narapidana;
c) Apabila peralatan ruang kontrol rusak atau
hilang, petugas segera melaporkan secara
tertulis kepada Kepala Pengamanan.

f. Peralatan Sarana Lain


1) Pemeriksaan
a) Petugas memastikan peralatan kerja kantor,
ruang makan pegawai, dan peralatan
kebersihan berada pada tempatnya masing-
masing;
b) Petugas mengawasi narapidana yang
menggunakan peralatan kebersihan;
c) Pemeriksaan dilakukan oleh Kepala
Pengamanan dan/atau Staf Pengamanan.

2) Penindakan
Apabila ditemukan barang-barang yang diduga
dapat menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Petugas melakukan pengamanan barang;
b) Petugas melakukan pencatatan barang;
c) Petugas segera melakukan pencarian terhadap
barang yang hilang atau tidak berada di
tempat.

3) Pelaporan
a) Kepala Pengamanan mendapatkan tembusan
laporan dari masing-masing unit yang
mengeluarkan peralatan kerja kantor, ruang
makan pegawai dan peralatan kebersihan.
b) Petugas melaporkan segera peralatan yang
hilang atau tidak berada di tempat kepada
Kepala Pengamanan

8. Komunikasi
a. Pemeriksaan surat
1) Penerimaan dan Pengiriman
a) Petugas mencatat surat masuk dan keluar;

104
b) Petugas mencatat pengirim dan penerima
surat;

2) Pembukaan
a) Petugas membuka isi surat;
b) Petugas membaca isi surat;
c) Petugas memberikan persetujuan isi surat
dengan cara stempel;
d) Petugas menutup kembali surat yang telah
diperiksa atau diteliti;
e) Petugas menyita surat yang mengandung
materi berbahaya bagi keamanan dan
ketertiban untuk selanjutnya dilakukan
investigasi.

3) Pelaporan
a) Petugas melaporkan seluruh surat yang
masuk dan keluar;
b) Petugas melaporkan kepada atasan jika isi
surat mengandung materi yang berpotensi
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
c) Isi surat menjadi salah satu sumber informasi
kegiatan intelijen;

9. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian Steril Area
1) Pemeriksaan
a) Petugas memastikan tidak ada bangunan dan
aktitifas dalam jarak 5 (lima) meter dari
tembok luar;
b) Petugas memastikan tidak ada benda-benda
disekitar steril area menghalangi pandangan
petugas pos atas;
c) Petugas memastikan narapidana tidak berada
di daerah steril area;
d) Petugas memastikan tidak ada orang di steril
area pagar luar;
e) Petugas memastikan tidak ada benda atau
alat-alat yang dapat digunakan untuk
melarikan diri;

105
f) Petugas memastikan steril area yang ada di
dalam Lapas setiap pagi, sore, dan malam;
g) Petugas memastikan pagar pembatas steril
area dalam kondisi baik.

2) Penindakan
a) Petugas melarang dan memberikan peringatan
setiap orang berada di steril area;
b) Petugas mengambil tindakan membongkar
apabila ditemukan adanya bangunan di steril
area bagian dalam dan luar;
c) Petugas mengambil tindakan memindahkan
benda yang berada di steril area;
d) Petugas memerintahkan kepada setiap orang
untuk menghentikan kegiatan pada steril
area;
e) Petugas dapat menggunakan kekuatan
apabila terjadi perlawanan dan
pembangkangan terhadap perintah untuk
meninggalkan steril area.

3) Pelaporan
a) Petugas melakukan pencatatan hasil
pemeriksaan steril area ke dalam buku
laporan;
b) Petugas segera melaporkan kepada atasan
apabila ditemukan kesengajaan untuk
menggunakan area steril sebagai tempat
beraktifitas.

b. Pengendalian Lalu Lintas Orang


1) Pencatatan
a) Petugas mencatat setiap orang yang masuk
dan keluar dari lingkungan blok dan area
kegiatan lainnya;
b) Petugas mencatat setiap kegiatan pembinaan
narapidana.

2) Penindakan
a) Petugas dilarang membuka pintu kamar
hunian secara bersamaan (dilakukan secara
bergantian);

106
b) Petugas memiliki wewenang untuk
menghentikan kegiatan rekreasi dengan
alasan keamanan;
c) Petugas dapat menggunakan kekuatan
apabila terjadi perlawanan dan
pembangkangan terhadap perintah untuk
meninggalkan steril area.

3) Pelaporan
a) Petugas membuat laporan pencatatan lalu
lintas orang dalam buku laporan;
b) Petugas segera melaporkan kepada atasan
apabila terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban.

10. Standar Penguncian


a. Pintu Gerbang Halaman
1) Jadwal buka dan tutup
a) Waktu pembukaan pintu gerbang halaman
dilakukan pada pukul 07.00 sampai dengan
pukul 16.00 waktu setempat;
b) Pembukaan pintu hanya dilakukan untuk
kepentingan dinas;
c) Penutupan dan penguncian pintu gerbang
halaman dilakukan pada pukul 16.00 sampai
dengan pukul 07.00 waktu setempat;
d) Pada hari libur kerja pintu gerbang halaman
harus selalu dalam kondisi tertutup dan
terkunci.

2) Pemeriksaan
a) Petugas menerima anak kunci dari Kepala
Regu Pengamanan ;
b) Penguncian dilakukan oleh 2 (dua) orang
petugas di pintu gerbang halaman;
c) 1 (satu) orang petugas bertugas
mengunci/membuka pintu dan 1 (satu) orang
lainnya melakukan cek ulang;
d) Petugas wajib menyerahkan kembali anak
kunci kepada Karupam setelah selesai
menjalankan tugas.

107
b. Pintu Gerbang Utama (Wasrik)
1) Jadwal buka dan tutup
a) Waktu pembukaan pintu gerbang utama
(wasrik) dilakukan pada pukul 07.00 sampai
dengan pukul 16.00 waktu setempat;
b) Pembukaan pintu hanya dilakukan untuk
kepentingan dinas;
c) Penutupan dan penguncian pintu gerbang
utama (Wasrik) dilakukan pada pukul 16.00
sampai dengan pukul 07.00 waktu setempat;
d) Pada hari libur kerja pintu gerbang halaman
harus selalu dalam kondisi tertutup dan
terkunci.

2) Pemeriksaan
a) Petugas menerima anak kunci dari Kepala
Regu Pengamanan;
b) Penguncian dilakukan oleh 2 (dua) orang
petugas di pintu gerbang halaman;
c) 1 (satu) orang petugas bertugas
mengunci/membuka pintu dan 1 (satu) orang
lainnya melakukan cek ulang;
d) Petugas wajib menyerahkan kembali anak
kunci kepada Karupam setelah selesai
menjalankan tugas.

c. Pintu Utama (Portir)


1) Buka dan Tutup
a) Pintu Portir harus selalu dalam keadaan
tertutup dan terkunci;
b) Komunikasi hanya dilakukan melalui lubang
intip pintu;
c) Pembukaan dilakukan setelah diketahui
keperluan dan atas seizin petugas;
d) Pembukaan dilakukan untuk keperluan
keluar masuk narapidana berdasarkan
dokumen yang sah;
e) Pembukaan dilakukan untuk keperluan dinas
berdasarkan dokumen yang sah;
f) Pembukaan pintu utama 1 (satu) dan pintu
utama 2 (dua) tidak boleh dibuka secara
bersamaan;

2) Pemeriksaan

108
a) Petugas menerima anak kunci dari Petugas
Pengamanan sebelumnya;
b) Petugas wajib menyerahkan kembali kunci
kepada Petugas Pengamanan Pengganti
setelah selesai menjalankan tugas.

d. Kamar
1) Buka dan Tutup
a) Pembukaan pintu kamar dilakukan hanya
untuk keperluan rekreasi;
b) Pembukaan pintu kamar bagi narapidana
dilakukan pada pukul 07.00 – 08.00 waktu
setempat;
c) Pembukaan pintu kamar dilakukan untuk :
rekreasi, potong rambut, tindakan medis,
konseling, assessment, litmas dan kunjungan;

2) Pemeriksaan
a) Petugas melakukan penghitungan narapidana
dalam kamar sebelum dan setelah
pembukaan kamar;
b) Penguncian dilakukan oleh 2 (dua) orang
petugas;
c) 1 (satu) orang petugas melakukan penguncian
dan 1 (satu) orang lainnya melakukan cek
ulang kunci pintu kamar hunian dan
memeriksa jeruji;
d) Gembok selalu dalam posisi terpasang dan
terkunci di pintu masing-masing;
e) Petugas wajib menyerahkan kunci pada
Kepala Regu Pengamanan;
f) Kunci kamar hunian selanjutnya disimpan
ditempat lemari kunci;

e. Blok
1) Buka dan Tutup
a) Pintu Blok harus selalu dalam keadaan
terkunci;
b) Pembukaan pintu blok hanya dilakukan oleh
petugas blok untuk kepentingan pembinaan
narapidana;

109
2) Pemeriksaan
a) Petugas melakukan pencatatan keluar masuk
narapidana dari blok ;
b) Penguncian dilakukan oleh 3 (tiga) orang
petugas;
c) 2 (dua) orang petugas melakukan penguncian
dan 1 (satu) orang lainnya melakukan
pengawasan dan cek ulang kunci pintu blok
dan pagar pengamanan lingkungan;
d) Gembok selalu dalam posisi terpasang dan
terkunci di pintu blok;
e) Kunci blok disimpan oleh petugas blok.

f. Ruang Kantor
1) Buka dan Tutup
a) Pembukaan ruang kantor dilakukan pada
pukul 07.00 waktu setempat sampai dengan
jam kerja selesai;
b) Penutupan ruang kantor dilakukan setelah
selesai jam kerja sampai dengan pukul 07.00
waktu setempat.

2) Pemeriksaan
a) Petugas melakukan pemeriksaan inventaris
kantor;
b) Petugas mematikan air, listrik dan alat
elektronik;
c) Petugas melakukan penguncian jendela;
d) Petugas memastikan tidak peralatan yang
dapat digunakan untuk melarikan diri seperti
tangga, bangku dan sebagainya;
e) Penguncian pintu dilakukan oleh petugas
ruang masing-masing;
f) Petugas wajib menyerahkan dan
menyimpananak kunci pada lemari kunci di
ruang Kepala Regu Pengamanan.

g. Ruang Kegiatan
1) Ruang kegiatan terdiri dari :
a) Klinik;
b) Ruang makan pegawai;
c) Tempat ibadah pegawai;

110
d) Barak;
e) Ruang kebugaran pegawai;
f) Ruang konseling;
g) Ruang kunjungan;

2) Jadwal Buka dan tutup


a) Pembukaan dan penutupan disesuaikan
dengan jadwal kegiatan pada jam kerja;
b) Pembukaan diluar jam kerja harus seizin
Kepala Lapas.

3) Pemeriksaan
a) Petugas melakukan pemeriksaan inventaris
yang ada di ruang kegiatan;
b) Petugas memastikan tidak ada narapidana;
c) Petugas mematikan air, listrik dan alat
elektronik;
d) Petugas melakukan penguncian jendela;
e) Petugas memastikan tidak peralatan yang
dapat digunakan untuk melarikan diri seperti
tangga, bangku dan sebagainya;
f) Penguncian pintu dilakukan oleh petugas;
g) Petugas wajib menyerahkan dan menyimpan
anak kunci pada lemari kunci di ruang Kepala
Regu Pengamanan.

11. Penempatan
a. Kamar Terasing (Sel Pengasingan)
1) Penempatan
a) Narapidana yang mendapatkan sanksi disiplin
tetap berada dalam kamar hunian dengan
mendapatkan pengurangan waktu konseling,
kunjungan, dan rekreasi;
b) Apabila narapidana tetap tidak mengindahkan
sanksi disipilin yang diterapkan, narapidana
ditempatkan sementara pada sel pengasingan;
c) Penempatan dilakukan paling lama 6 (enam)
hari.

2) Perlakuan
a) Narapidana yang sedang menjalani tindak
disiplin tidak diperkenankan dikenakan

111
hukuman tambahan atau tindakan tidak
patut dari petugas (hanya tutupan sunyi);
b) Narapidana yang sedang menjalani tindakan
disiplin tetap berhak mendapatkan kebutuhan
dasar seperti makan, minum dan pelayanan
kesehatan;
c) Narapidana yang sebelum dan sedang
menjalani tindakan disiplin tidak boleh
mendapatkan penyiksaan;

3) Pelaporan
a) Petugas membuat laporan pelaksanaan
tindakan disiplin kepada Kepala Lapas dengan
tembusan kepada pihak keluarga atau
penasihat hukumnya;
b) Petugas segera melaporkan peristiwa
menyimpang saat pelaksanaan tindakan
disiplin.

b. Sel Isolasi
1) Penempatan
a) Dalam hal terjadi gangguan keamanan dan
ketertiban, petugas langsung menempatkan
narapidana yang terlibat di ruang isolasi
untuk kepentingan pengamanan;
b) Petugas menempatkan narapidana di sel
isolasi karena dikhawatirkan keselamatan
jiwa atau dapat membahayakan orang lain;
c) Penempatan narapidana di sel isolasi
berdasarkan permintaan narapidana tidak
diperbolehkan;
d) Penempatan yang berdasarkan pertimbangan
keamanan diberikan kepada narapidana yang
berasal dari mantan aparatur negara atau
aparat penegak hukum;
e) Penempatan narapidana yang berdasarkan
pertimbangan keamanan diberikan kepada
whistler blower;
f) Penempatan bagi narapidana karena
pertimbangan medis;

2) Perlakuan

112
a) Narapidana yang berada di sel isolasi bukan
sedang menjalani hukuman disiplin;
b) Narapidana sewaktu-waktu dapat dikeluarkan
dari sel isolasi berdasarkan sidang TPP;
c) Narapidana yang sedang berada di sel isolasi
tetap berhak mendapatkan kebutuhan dasar
seperti makan, minum dan pelayanan
kesehatan;
d) Narapidana yang sedang di sel isolasi tidak
boleh mendapatkan penyiksaan.

3) Pelaporan
a) Petugas membuat laporan pelaksanaan
penempatan narapidana di sel isolasi kepada
Kepala Lapas dengan tembusan kepada pihak
keluarga atau penasihat hukumnya;
b) Petugas segera melaporkan peristiwa
menyimpang saat penempatan di sel isolasi.

12. Investigasi dan Rekonstruksi


a. Pemeriksaan
1) Petugas menghimpun informasi awal sebab-sebab
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban;
2) Petugas mengambil keterangan saksi-saksi;
3) Petugas mengumpulkan barang bukti yang
digunakan dalam peristiwa gangguan keamanan
dan ketertiban;
4) Petugas mengambil keterangan pihak yang
terlibat dalam gangguan keamanan dan
ketertiban;
5) Seluruh proses pemeriksaan didokumentasikan
dalam bentuk tertulis dan visual (foto, audio atau
video).

b. Reka Ulang
1) Petugas melakukan reka ulang peristiwa
gangguan keamanan dan ketertiban;
2) Petugas mengamankan lokasi sebelum reka ulang
dilaksanakan;
3) Petugas memberikan pengamanan terhadap
pihak-pihak yang terlibat dalam reka ulang;

113
4) Petugas membawa saksi, barang bukti dan pihak
yang terlibat dalam gangguan keamanan dan
ketertiban untuk melakukan reka ulang;
5) Seluruh proses pemeriksaan didokumentasikan
dalam bentuk tertulis dan visual (foto, audio atau
video).

c. Pemusnahan
1) Petugas mencatat dan mendokumentasikan
terlebih dahulu barang bukti yang digunakan
dalam peristiwa gangguan keamanan dan
ketertiban;
2) Petugas memastikan bahwa barang yang akan
dimusnahkan tidak termasuk barang bukti untuk
kepentingan penyidikan;
3) Petugas menghancurkan barang bukti dengan
cara membakar, menggilas atau mencampurkan
dengan bahan kimia.

d. Pelaporan
1) Membuat berita acara pemeriksaan, reka ulang
dan pemusnahan;
2) Melaporkan dan menyerahkan pelaku kepada
instansi terkait untuk meminta bantuan apabila
ditemukan tindak pidana.

13. Tindakan Pengamanan dan Penggunaan Kekuatan


a. Pengawasan
1) Dilakukan berdasarkan hasil assessment resiko
dan assessment kebutuhan;
2) Pembatasan kunjungan, pembatasan komunikasi
dengan dunia luar dan pembatasan interaksi
dengan narapidana lainnya;
3) Pengawasan selama di dalam Lapas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang petugas mengawasi 1
(satu) orang Narapidana;
4) Pencatatan terhadap seluruh aktifitas yang
dilakukan;
5) Pengawalan dilakukan berdasarkan ketentuan
dalam standar ini.
b. Pemborgolan
1) Penggunaan

114
a) Penggunaan peralatan borgol hanya peralatan
yang sah dan sesuai dengan standar;
b) Borgol harus selalu dibawa oleh petugas yang
memiliki interaksi langsung dengan
narapidana;
c) Borgol hanya digunakan untuk kepentingan
pengamanan;
d) Borgol dikenakan pada kedua pergelangan
tangan dan/atau kaki;
e) Borgol rantai digunakan pada saat pengawalan;
f) Borgol tangan tidak boleh dikenakan pada
salah satu lengan tangan narapidana dengan
salah satu lengan tangan petugas;

2) Pemeriksaan
a) Borgol yang digunakan terhadap narapidana
harus diperiksa oleh petugas secara rutin
untuk memastikan ikatan tidak terlalu kencang
dan terlepas;
b) Borgol yang sedang digunakan selama dalam
perjalanan harus tetap diperiksa secara rutin
untuk memastikan ikatan tidak terlalu kencang
dan terlepas.

3) Pelaporan
a) Membuat berita acara penggunaan borgol;
b) Melaporkan dengan mencatat dalam buku
laporan.

c. Penggunaan Kekuatan
1) Kehadiran Petugas
a) Petugas mendatangi area yang diduga
berpotensi menimbulkan gangguan keamanan
dan ketertiban;
b) Petugas berbicara dengan pihak yang
menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban;
c) Petugas berbicara dengan pendekatan persuasif
dan profesional untuk mengambil langkah-
langkah penyelesaian;

115
d) Apabila pendekatan persuasif dan profesional
tidak diindahkan maka petugas melakukan
perintah lisan.

2) Perintah Lisan
a) Petugas memberi peringatan lisan terhadap
pihak yang tidak kooperatif;
b) Petugas memberikan peringatan pertama
dengan cara memberi perintah berhenti dengan
suara tegas;
c) Apabila peringtan lisan tidak diindahkan maka
petugas melakukan penggunaan kekuatan fisik
teknik ringan.

3) Penggunaan kekuatan fisik teknik ringan


a) Petugas memisahkan pihak yang terlibat dalam
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban;
b) Petugas langsung membawa pihak yang terlibat
dalam terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban jauh dari lokasi terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban;
c) Petugas membatasi gerak pihak yang terlibat
dalam terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban dengan cara cara menahan,
memborgol, menyelamatkan dan merawat;
d) Petugas memeriksa, menyita dan/atau
memusnahkan barang yang menimbulkan
gangguan keamanan dan ketertiban.
e) Apabila penggunaan kekuatan fisik teknik
ringan tidak diindahkan maka petugas
melakukan penggunaan kekuatan fisik teknik
keras dan melumpuhkan;

4) Penggunaan kekuatan fisik teknik keras dan


melumpuhkan
a) Petugas menjatuhkan pihak yang melakukan
perlawanan;
b) Petugas segera mengamankan dengan cara
membatasi gerak;
c) Petugas mengambil tindakan untuk
melumpuhkan pihak yang terlibat pada saat

116
tingkat perlawanannya membahayakan badan
petugas;
d) Petugas memberikan tembakan peringatan
sebanyak 3 (tiga) kali ke atas;
e) Apabila tembakan peringatan tidak diindahkan
maka petugas menembakan senjata api kearah
kaki pihak yang terlibat gangguan keamanan
dan ketertiban
f) Apabila penggunan kekuatan teknis keras dan
melumpuhkan tidak diindahkan maka petugas
melakukan penggunaan kekuatan yang dapat
mematikan.

5) Penggunaan kekuatan yang dapat mematikan


a) Petugas mengambil tindakan fisik kepada
pihak yang terlibat dalam gangguan keamanan
dan ketertiban pada daerah vital tubuh;
b) Apabila terjadi perlawanan yang
membahayakan jiwa petugas atau narapidana,
dapat menembakan senjata api secara
langsung pada bagian tubuh yang mematikan.

6) Pelaporan
a) Petugas melaporkan adanya dugaan gangguan
keamanan dan ketertiban;
b) Membuat berita acara penggunaan kekuatan.

B. Mekanisme Penindakan

1. Penindakan Gangguan Kamtib Dalam Keadaan Biasa


a. Perkelahian Perorangan di dalam Kamar yang Tertutup dan
Terkunci.
1) Petugas memberikan perintah untuk menghentikan
perkelahian dan menghimbau penghuni lainnya untuk
tetap tenang;
2) 2 orang (dua) petugas membuka pintu kamar apabila
perintah tidak dipatuhi;
3) Petugas melakukan pemisahan penghuni yang terlibat
perkelahian dengan yang tidak terlibat perkelahian;

117
4) Petugas dapat mengamankan atau menggunakan
kekuatan yang melumpuhkan pada saat melakukan
pemisahan;
5) Petugas mengeluarkan kedua pelaku perkelahian dari
kamar;
6) Petugas menutup dan mengunci kembali kamar serta
melakukan penghitungan penghuni;
7) Petugas melakukan penggeledahan badan dan
mengamankan barang bukti;
8) Pertugas dapat melakukan penggeledahan kamar apabila
dianggap perlu;
9) Petugas memberikan tindakan medis kepada yang
terluka;
10) Petugas memberikan pengarahan kepada penghuni
kamar untuk tidak melakukan tindakan perkelahian;
11) Petugas melakukan pemeriksaan awal terhadap saksi,
pelaku dan korban;
12) Petugas mengamankan kedua pelaku perkelahian pada
blok isolasi secara terpisah;
13) Kepala Regu Pengamanan mencatat dalam buku laporan
jaga dan memberikan informasi penting kepada Regu
Pengamanan selanjutnya;
14) Kepala Regu Pengamanan melaporkan kepada Kepala
Pengamanan;
15) Kepala Pengamanan melaporkan kepada Kepala Lapas;
16) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian

b. Perkelahian Perorangan di Luar Kamar


1) Petugas memberikan instruksi kepada seluruh penghuni
untuk masuk ke dalam blok dan kamar masing-masing
dan langsung melakukan penguncian seluruh blok dan
kamar hunian oleh petugas;
2) Petugas memberikan instruksi untuk menghentikan
perkelahian dan menghimbau penghuni lainnya untuk
tetap tenang
3) Petugas memerintahkan kembali kepada penghuni yang
tidak terlibat perkelahian dan belum masuk ke dalam

118
blok dan kamar untuk segera memasuki kamar serta
melakukan penghitungan;
4) Petugas melakukan pemisahan penghuni yang terlibat
perkelahian;
5) Petugas dapat mengamankan atau menggunakan
kekuatan yang melumpuhkan pada saat melakukan
pemisahan;
6) Petugas menggunakan standar penindakan
pemberontakan apabila perkelahian mengarah pada
pemberontakan;
7) Petugas melakukan penggeledahan badan dan
mengamankan barang bukti;
8) Petugas dapat melakukan penggeledahan kamar apabila
dianggap perlu;
9) Petugas memberikan tindakan medis kepada yang
terluka;
10) Petugas melakukan pemeriksaan awal terhadap saksi,
pelaku dan korban;
11) Petugas mengamankan kedua pelaku perkelahian pada
blok isolasi secara terpisah;
12) Petugas melaporkan kepada Kepala Pengamanan;
13) Kepala Regu Pengamanan mencatat dalam buku laporan
jaga dan memberikan informasi penting kepada Regu
Pengamanan selanjutnya;
14) Kepala Pengamanan melaporkan kepada Kepala Lapas;
15) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian

c. Penindakan Perkelahian Massal


1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan
kewaspadaan kepada seluruh petugas dan melaporkan
kepada Kepala Regu Pengamanan;
2) Petugas segera menyiapkan dan memerintahkan
penggunaan peralatan keamanan yang dibutuhkan
seperti PHH, gas air mata, semprotan merica, sesaat
setelah terdengar isyarat tanda bahaya dibunyikan;

119
3) Kepala Lapas memerintahkan seluruh petugas untuk
membantu melakukan penindakan gangguan keamanan
dan ketertiban;
4) Petugas memberikan himbauan kepada seluruh pihak
yang terlibat untuk menghentikan perkelahian;
5) Petugas melakukan pemisahan terhadap masing-masing
pihak yang terlibat dalam perkelahian massal ke tempat
yang aman dan dilakukan penguncian secara terpisah;
6) Petugas harus terlebih dahulu menyelamatkan,
mengamankan dan memindahkan segera korban
perkelahian massal berupa pengeroyokan ke Lapas atau
pos polisi terdekat;
7) Petugas memastikan narapidana yang tidak terlibat
perkelahian untuk masuk ke dalam blok dan kamar
masing-masing dan dilakukan penguncian serta
dilakukan penghitungan;
8) Petugas memerintahkan seluruh narapidana yang
terlibat dan telah diamankan untuk duduk di lantai dan
tetap tenang;
9) Petugas melakukan pemeriksaan awal terhadap saksi,
pelaku dan korban;
10) Petugas memindahkan segera korban perkelahian
massal ke Lapas atau kantor polisi terdekat apabila
diperlukan;
11) Kepala Regu Pengamanan mencatat dalam buku laporan
jaga dan memberikan informasi penting kepada regu
pengamanan selanjutnya;
12) Apabila skala perkelahian massal meningkat dan
membahayakan keselamatan jiwa petugas, narapidana,
atau ada upaya melarikan diri secara massal, maka
petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan;
13) Kepala Lapas meminta bantuan pengamanan kepada
TNI/Polri dan Pemadam Kebakaran dalam hal skala
perkelahian massal meningkat;
14) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis singkat
kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian;

d. Penyerangan terhadap petugas

120
1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan
kewaspadaan kepada seluruh petugas dan melaporkan
kepada Kepala Regu Pengamanan;
2) Petugas segera menyiapkan dan memerintahkan
penggunaan peralatan keamanan yang dibutuhkan
seperti PHH, gas air mata, semprotan merica, sesaat
setelah terdengar isyarat tanda bahaya dibunyikan;
3) Petugas menyelamatkan dan mengamankan petugas
yang menjadi sasaran penyerangan;
4) Petugas melakukan penggunaan kekuatan untuk
menghentikan penyerangan dan mengamankan pelaku;
5) Petugas melakukan pembatasan gerak kepada
narapidana berupa penguncian seluruh pintu;
6) Kepala Lapas memerintahkan seluruh petugas untuk
membantu melakukan penindakan gangguan keamanan
dan ketertiban;
7) Petugas memastikan narapidana yang tidak terlibat
perkelahian untuk masuk ke dalam blok dan kamar
masing-masing dan dilakukan penguncian serta
penghitungan;
8) Petugas melakukan penggeledahan kamar, blok dan
mengamankan barang bukti;
9) Melakukan pemeriksaan awal terhadap saksi, pelaku
dan korban dengan menghormati hak-hak narapidana;
10) Kepala Regu Pengamanan mencatat dalam buku laporan
jaga dan memberikan informasi penting kepada regu
pengamanan selanjutnya;
11) Kepala Lapas meminta bantuan pengamanan kepada
TNI/Polri dan Pemadam Kebakaran dalam hal skala
penyerangan meningkat;
12) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian;

e. Percobaan pelarian
1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk memberitahu
mengenai adanya percobaan pelarian;

121
2) Petugas memberikan informasi gangguan keamanan
dan ketertiban kepada Kepala Regu Pengamanan;
3) Petugas memberikan perintah kepada pelaku untuk
menghentikan percobaan pelarian dengan
menggunakan tembakan peringatan ke atas;
4) Apabila perintah tidak diindahkan dan upaya
percobaan pelarian membahayakan jiwa petugas,
narapidana atau narapidana dengan membawa senjata
tajam, petugas dapat melakukan penggunakan
kekuatan;
5) Petugas mendatangi dan mengamankan lokasi
percobaan pelarian;
6) Petugas melindungi dan mengamankan pelaku
percobaan pelarian ke dalam sel isolasi dan tanggun
jawab penguncian berada pada Kepala Regu
Pengamanan;
7) Petugas melakukan penghitungan ulang narapidana;
8) Kepala Regu Pengamanan mencatat dalam buku
laporan jaga;
9) Kepala Regu Pengamanan melaporkan kepada Kepala
Pengamanan;
10) Kepala Pengamanan meminta keterangan terhadap
pelaku percobaan pelarian dengan menghormati hak-
hak narapidana;
11) Petugas membuat denah alur percobaan pelarian;
12) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian.

f. Pelarian
1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk memberitahu
mengenai adanya pelarian;
2) Petugas memberikan informasi gangguan keamanan
dan ketertiban kepada Kepala Regu Pengamanan;
3) Petugas memastikan seluruh pintu blok dan kamar
hunian dalam keadaan tertutup dan terkunci serta
melakukan penghitungan penghuni;
4) Petugas medatangi dan mengamankan lokasi pelarian
beserta alat-alat yang digunakan dalam pelarian;

122
5) Petugas melakukan penggeledahan dan pemeriksaan di
lokasi pelarian, kamar dan/atau blok hunian;
6) Petugas Mengumpulkan informasi terkait lokasi
pelarian, data identitas pelaku pelarian dan tempat-
tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian;
7) Kepala Regu Pengamanan segera berkoordinasi dengan
POLRI/TNI terdekat dan melaporkan kejadian kepada
Kepala Lapas;
8) Kepala Regu Pengamanan melaporkan kejadian kepada
Kepala Lapas;
9) Kepala Lpas melakukan koordinasi kepada Polri/TNI
untuk melakukan pencarian dan penangkapan kembali;
10) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan segera melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas paling lama
1x24 jam setelah kejadian;
11) Kepala Lapas membuat surat perintah Pembentukan
Tim Pencarian yang dipimpin oleh Ketua tim Kepala
Pengamanan;
12) Petugas menyerahkan data informasi terkait lokasi
pelarian, data identitas pelaku pelarian dan tempat-
tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian
kepada Polri/TNI;
13) Petugas melakukan pencarian dan berkoordinasi
dengan kepolisian terdekat atau setempat;
14) Petugas melakukan pencarian terus menerus selama
3x24 jam;
15) Pencarian yang dilakukan setelah 3x24 jam diserahkan
kepada Polri;
16) Apabila pelaku pelarian sudah ditemukan segera
diamankan;
17) Apabila pada saat ditemukan pelaku melakukan
perlawanan, petugas dapat melakukan penggunaan
kekuatan;
18) Petugas memastikan tidak terjadinya tindakan
kekerasan selama dalam perjalanan;
19) Kepala Pengamanan melakukan pemeriksaan dengan
menghormati hak-hak narapidana serta membuat
berita acara pemeriksaan;
20) Kepala Pengamanan mengamankan dan memasukan
pelaku pelarian ke dalam sel isolasi;

123
21) Kepala Pengamanan membuat reka ulang kejadian
pelarian dan menggambarkan denah pelarian;
22) Kepala Pengamanan membuat dokumentasi dan
laporan terkait pelarian;
23) Kepala Pengamanan melaksanakan hukuman sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Lapas.

g. Penindakan Pelanggaran Tata Tertib


1) Petugas memberikan perintah untuk menghentikan
pelanggaran yang sedang dilakukan;
2) Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan
apabila perintah tidak dipatuhi;
3) Petugas mengamankan barang bukti dan membuat
berita acara;
4) Petugas mengamankan pelaku pelanggaran pada sel
isolasi;
5) Petugas melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi
dan pelaku dengan menghormati hak-hak narapidana;
6) Petugas membuat berita acara pemeriksaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala Lapas;
7) Petugas menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Kepala Lapas;
8) Dalam hal pelanggaran diduga tindak pidana, Kepala
Lapas meneruskan kepada Pihak Polri dengan
menyerahkan barang bukti dan pelaku;
9) Petugas membuat laporan kronologis kejadian dan
melaporkan kepada Divisi Pemasyarakatan Kanwil
Kemenkumham dan Direktorat Bina Keamanan dan
Ketertiban Ditjenpas.

h. Penindakan Percobaan bunuh diri dan bunuh diri


1) Petugas menerima laporan adanya narapidana yang
melakukan percobaan bunuh diri dan bunuh diri;
2) Petugas dalam waktu seketika segera mendatangi lokasi
dan menenangkan narapidana serta memindahkan
narapidana ke tempat yang lebih aman;
3) Petugas mendatangi lokasi dan menenangkan
narapidana serta memindahkan narapidana lainnya ke
tempat yang lebih aman;
4) Petugas mengamankan lokasi dan peralatan yang
digunakan untuk melakukan percobaan bunuh diri
atau bunuh diri;

124
5) Petugas memeriksa kondisi awal narapidana yang
melakukan percobaan bunuh diri dan bunuh diri;
6) Petugas menyelamatkan dan mengamankan pelaku
yang masih hidup;
7) Petugas melakukan penggunaan kekuatan kekuatan
apabila pelaku melakukan penyerangan;
8) Petugas menghubungi petugas medis Lapas;
9) Petugas melaporkan segera kepada Kepala Pengamanan
dan Kepala Lapas;
10) Petugas melakukan evakuasi pelaku yang masih hidup
ke Poliklinik Lapas;
11) Petugas menghubungi dan mendampingi Polri untuk
melakukan evakuasi korban apabila telah meninggal;
12) Petugas mendampingi Polri untuk melakukan
investigasi;
13) Petugas melakukan dokumentasi terhadap korban,
lokasi dan peralatan sebelum Polri tiba di lokasi;
14) Petugas melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi
dan pelaku yang masih hidup;
15) Petugas membuat berita acara pemeriksaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan;
16) Petugas menyerahkan pelaku dan barang bukti ke
pihak Polri jika diduga terjadi tindak pidana.

i. Penindakan Keracunan Massal dan Wabah Penyakit


1) Petugas menerima laporan adanya narapidana yang
melakukan keracunan massal dan wabah penyakit;
2) Petugas mendatangi lokasi terjadinya keracunan massal
dan wabah penyakit;
3) Petugas memisahkan narapidana atau narapidana yang
mengalami keracunan massal dan wabah penyakit
dengan yang sehat;
4) Petugas Melaporkan segera kepada Kepala Pengamanan
dan Kepala Lapas;
5) Petugas menghubungi dan mendatangkan Tim dokter
dan petugas medis;
6) Petugas menghubungi dan meminta bantuan
pengamanan Polri;
7) Petugas mengamankan lokasi dan barang bukti yang
diduga menyebabkan keracunan massal dan wabah
penyakit;

125
8) Petugas menenangkan narapidana yang tidak
mengalami keracunan massal dan wabah penyakit
9) Petugas melakukan investigasi bersama Polri;
10) Petugas melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perawatan;
11) Petugas menghitung kembali narapidana;
12) Petugas membuat berita acara pemeriksaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan;
13) Petugas menyerahkan pelaku dan barang bukti ke
pihak Polri jika diduga terjadi tindak pidana.

2. Penindakan Gangguan Kamtib Keadaan Tertentu


a. Penindakan Pemberontakan
1) Petugas memberikan informasi terjadinya aksi
pemberontakan kepada Kepala Regu Pengamanan;
2) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk memberitahukan
terjadinya pemberontakan;
3) Petugas mengunci pintu utama, pintu blok dan pintu
terdekat terjadinya pemberontakan;
4) Melaporkan segera kepada Kepala Pengamanan dan
Kepala Lapas;
5) Petugas membuat dokumentasi;
6) Kepala Pengamanan dan Kepala Regu Pengamanan
memerintahkan seluruh petugas untuk ke tempat
berkumpul yang lebih aman;
7) Kepala Regu Pengamanan meminta bantuan
pengamanan Tim Tanggap Darurat dan bantuan
keamanan lainnya seperti Polri/TNI dan pemadam
kebakaran ;
8) Kepala Pengamanan dan Kepala Regu Pengamanan
memastikan seluruh petugas menggunakan peralatan
keselamatan diri;
9) Kepala Pengamanan dan Kepala Regu Pengamanan
membuat rencana penindakan pemberontakan yang
meliputi:penggunaan peralatan pengamanan, perkiraan
jumlah yang terlibat pemberontakan, waktu
pemberontakan, kesiapan pasukan utama dan
cadangan, lokasi pemberontakan, rencana penggunaan
kekuatan dan perkiraan jumlah korban;
10) Petugas menghentikan pemberontakan dengan
menggunakan prosedur penggunaan kekuatan yang
sesuai dengan situasi gangguan yang terjadi;

126
11) Petugas mengusai lokasi pemberontakan dengan
memerintahkan narapidana untuk masuk ke dalam
Blok dan kamar masing-masing dan melakukan
penguncian;
12) Petugas melakukan penghitungan narapidana;
13) Petugas mengevakuasi narapidana yang menjadi
korban;
14) Petugas melakukan penggeledahan badan, kamar dan
blok hunian;
15) Petugas mengamankan dan memeriksa narapidana
yang menjadi otak pelaku dan terlibat dalam
pemberontakan, serta mengamankan alat bukti;
16) Petugas melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala
Lapas;
17) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan seketika melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas;
18) Kepala Lapas membuat Laporan Kronologis Kejadian
(LKK);
19) Kantor Wilayah Kemenkumham dan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melakukan investigasi dan
rekonstruksi.

b. Penanganan kebakaran
1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya berturut-
turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan
kepada seluruh petugas;
2) Petugas mematikan aliran listrik dan menghidupkan
alat penerangan darurat;
3) Kepala Regu Pengamanan memastikan petugas
menggunakan peralatan pemadam kebakaran dan
melakukan evakuasi sesuai dengan rencana evakuasi
yang telah dibuat;
4) Petugas mendatangi lokasi untuk memadamkan api
dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
5) Petugas mengeluarkan dan mengamankan narapidana
dari tempat kebakaran ke tempat yang aman di dalam
Lapas;
6) Petugas meningkatkan kesiagaan disetiap pos
penjagaan, untuk mencegah terjadinya kepanikan atau

127
gangguan keamanan lainnya dan meningkatkan
pengamanan pintu utama;
7) Kepala Regu Pengamanan segera melaporkan dan
berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat, Petugas
Pemadam Kebakaran dan POLRI terdekat untuk
meminta bantuan serta melaporkan kejadian kepada
Kepala Lapas;
8) Petugas membuat dokumentasi terkait kejadian
kebakaran;
9) Petugas memberikan himbauan agar narapidana untuk
tetap duduk, tenang, mengikuti aturan dan tidak
melakukan upaya melarikan diri;
10) Petugas melakukan penghitungan jumlah petugas,
narapidana;
11) Petugas mengidentifikasi, mengawal dan mengarahkan
petugas pemadam kebakaran dalam melakukan tugas-
tugas pemadaman dan mencatat peralatan yang
dibawa;
12) Petugas mengamankan dokumen penting, buku-buku
register, gardu listrik beserta jaringannya, gudang
persediaan makanan, gudang barang, kendaraan,
senjata dan amunisi dan aset negara lainnya;
13) Petugas melakukan evakuasi korban kebakaran;
14) Petugas menetapkan situasi keadaan darurat
kebakaran apabila skala kebakaran meningkat;
15) Jika skala kebakaran meningkat, petugas pengamanan
bersama-sama dengan aparat keamanan POLRI/TNI
dapat memindahkan narapidana ke Lapas terdekat
ataupun dititipkan di ruang narapidana POLRI
terdekat;
16) Dalam skala kebakaran yang merusak seluruh fasilitas
pelayanan Lapas, Kepala Lapas membentuk posko
darurat yang terdiri dari: dapur umum, layanan
kesehatan, MCK umum, pusat komunikasi dan lain-
lain, untuk kepentingan pemulihan;
17) Petugas mengamankan tempat kejadian kebakaran;
18) Memastikan peralatan pemadam kebakaran tidak ada
yang tertinggal;
19) Petugas melakukan investigasi terhadap kejadian
kebakaran bersama-sama dengan Polri dan dinas
Pemadam kebakaran;

128
20) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan seketika melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas;
21) Petugas membuat laporan terkait kebakaran.

c. Bencana alam
1) Petugas memberikan informasi dan tanda bahaya
kepada seluruh petugas narapidana bahwa Lapas
mengalami bencana alam;
2) Petugas membuka dan mengeluarkan narapidana dari
dalam kamar ke tempat yang lebih aman atau terbuka;
3) Petugas mengamankan narapidana serta melakukan
penghitungan;
4) Petugas memberikan laporan kepada Kepala
Pengamanan dan Kepala Lapas;
5) Petugas memberikan himbauan agar narapidana untuk
tetap duduk, tenang, mengikuti aturan dan tidak
melakukan upaya melarikan diri;
6) Kepala Lapas menetapkan keadaan darurat apabila
skala bencana alam meningkat;
7) Kepala Lapas mengarahkan seluruh petugas untuk
membantu melakukan evakuasi sesuai dengan rencana
evakuasi yang telah dibuat;
8) Petugas meningkatkan kesiagaan disetiap pos
penjagaan untuk mencegah terjadinya kepanikan atau
gangguan keamanan lainnya dan meningkatkan
pengamanan pintu utama;
9) Petugas memindahkan narapidana ke dalam Lapas
terdekat atau lokasi yang lebih tinggi dalam hal terjadi
banjir, tsunami dan dampak gunung meletus;
10) Petugas meminta bantuan dari Polri dan (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana) BNPB;
11) Petugas mengamankan dokumen penting, buku-buku
register, gardu listrik beserta jaringannya, gudang
persediaan makanan, gudang barang, kendaraan,
senjata dan amunisi dan aset negara lainnya;
12) Dalam skala bencana alam merusak seluruh fasilitas
pelayanan Lapas, Kepala Lapas membentuk posko
darurat yang terdiri dari: dapur umum, layanan

129
kesehatan, MCK umum, pusat komunikasi dan lain-
lain, untuk kepentingan pemulihan
13) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan seketika melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas;
14) Petugas memeriksa sarana dan prasarana Lapas
apabila bencana telah selesai;
15) Jika sarana dan prasarana sudah dapat
dioperasionalkan, petugas mengembalikan narapidana
yang dievakuasi untuk kembali menempati hunian
dengan melakukan pembersihan lingkungan dalam
Lapas dengan diawasi dan dikawal oleh petugas
keamanan dan bantuan pengamanan oleh POLRI/TNI;
16) Petugas melakukan pemeriksaan terhadap dampak
kejadian bencana alam;
17) Petugas membuat laporan terkait bencana alam.

d. Penyerangan dari luar


1) Petugas memberikan isyarat tanda bahaya secara
berturut-turut dan berantai untuk memberitahukan
terjadinya penyerangan dari luar;
2) Petugas memerintahkan kesegiaan disetiap pos
penjagaan;
3) Petugas memberikan tembakan peringatan dari pos
atas apabila terjadi penyerangan selain dari pintu
utama;
4) Petugas meminta bantuan pengamanan segera ke
Polri/TNI setempat;
5) Petugas Memastikan Pintu Pengamanan Utama (P2U)
dan pintu masuk lainnya tidak dibuka sampai dengan
bantuan pengamanan datang;
6) Petugas memerintahkan narapidana untuk masuk ke
dalam blok dan kamar serta memaastikan semua pintu
tertutup dan terkunci;
7) Petugas melaporkan kepada Kepala Lapas;
8) Apabila pihak dari luar melakukan penyerangan,
petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan;
9) Petugas melakukan evakuasi dalam hal penyerangan
menimbulkan korban jiwa;

130
10) Petugas melakukan penghitungan narapidana serta
melakukan penggeledahan badan, kamar dan
lingkungan bersama Polri/TNI;
11) Petugas mengamankan barang bukti dan lokasi
kejadian;
12) Petugas membuat dokumentasi;
13) Petugas melakukan investigasi bersama dengan pohak
Polri/TNI;
14) Kepala Lapas membuat laporan atensi kronologis
singkat kejadian dan seketika melaporkan kepada Divisi
Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham dan Direktorat
Bina Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas;
15) Petugas membuat laporan kejadian penyerangan dari
luar setelah situasi aman.

3. Bantuan Pengamanan
a. Satuan Tugas Keamanan dan Ketertiban (Satgas
Kamtib)
1) Persyaratan
a) Satuan Tugas Keamanan dan Ketertiban pada
Kantor Wilayah dibentuk berdasarkan usulan
Lapas serta Staf Divisi Pemasyarakatan Kantor
Wilayah;
b) Satuan Tugas Keamanan dan Ketertiban pada
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berasal
dari staf pada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan yang dibentuk dan ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
c) Ketua Satuan Tugas Kemanan dan Ketertiban
pada Kantor Wilayah diketuai oleh Kepala
Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah;
d) Ketua Satuan Tugas Kemanan dan Ketertiban
pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
diketuai oleh Kepala Subdit Pencegahan dan
Penindakan dan/atau Kepala Subdit Kode etik
dan Profesi.

2) Bantuan Keamanan
a) Ketua Satgas Kamtib mengumpulkan data dan
informasi intelijen mengenai gangguan
keamanan dan ketertiban di Lapas yang terdiri
dari: karakteristik dan frekuensi gangguan,

131
jumlah penghuni, jumlah petugas, tingkat
kepatuhan, ketersediaan peralatan, pemetaan
lokasi dan penentuan target utama;
b) Ketua Satgas kamtib Melakukan validasi dan
analisa informasi intelijen;
c) Ketua Satgas Kamtib menetapkan sasaran
operasi bantuan pengamanan;
d) Ketua Satgas Kamtib mengatur rencana kerja
kegiatan Satgas Kamtib;
e) Ketua Satgas Kamtib melakukan kegiatan dan
pencegahan gangguan Keamanan dan
Ketertiban di Lapas;
f) Anggota Satgas Kamtib melakukan
dokumentasi kegiatan pencegahan dan
penindakan;
g) Ketua Satgas membuat berita acara
pelaksanaan penyerahan barang hasil sitaan
dan membuat berita acara kegiatan
pencegahan dan penindakan;
h) Ketua Satgas membuat analisa peristiwa
gangguan keamanan dan ketertiban;
i) Ketuas Satgas Kamtib memberi masukan
kepada Kepala Lapas atau divisi
pemasyarakatan;
j) Anggota Satgas Kamtib menyusun evaluasi dan
laporan kegiatan Satgas Kamtib kepada Ketua;
k) Ketua Satgas Kamtib melaporkan hasil evaluasi
dan laporan kepada pimpinan;
l) Ketua Satgas Kamtib melakukan pengawasan
atas tindak lanjut dari masukan yang
diberikan;
m) Ketua Satgas Kamtib membuat laporan tindak
lanjut.

b. Tim Tanggap Darurat (TTD)


1) Persyaratan
a) Anggota Tim Tanggap Darurat dibentuk oleh
Kepala Lapas melalui seleksi dan penilaian;
b) Setiap Tim Tanggap Darurat berjumlah
minimal 15 orang setiap Lapas;

132
c) Anggota telah mengikuti 70 (tujuh puluh) jam
pelatihan tentang tanggap darurat dengan 12
(dua belas) materi pelatihan;
d) Anggota Tim Tanggap darurat memiliki fungsi
pengendalian pemberontakan, pengawalan
resiko sangat tinggi dan tinggi, penggeledahan,
penjeraan dengan penggunaan kekuatan,
penanganan pelarian dan tugas lain yang
diberikan;
e) Anggota Tim Tanggap darurat harus
melakukan latihan dan simulasi minimal 1
(satu) bulan 2 (dua) kali.

2) Persiapan
a) Kepala Pengamanan memerintahkan kepada
TTD untuk hadir dalam penanggulangan
gangguan keamanan dan ketertiban;
b) Ketua TDD mempersiapkan rencana
penggunaan kekuatan untuk penanggulangan
gangguan keamanan dan ketertiban;
c) Ketua TTD meminta kepada anggota TTD untuk
menggunakan peralatan keamanan;
d) Ketua TTD menyiapkan barisan;
e) Ketua TTD memberikan arahan dan pembagian
tugas kepada anggota TTD;
f) Ketua TTD menanyakan kesiapan pelaksanaan
kepada setiap anggota TTD dengan suara dan
perintah yang jelas;
g) Ketua dan Anggota TTD membentuk formasi
baris, formasi kolom, Formasi baji (panah) atau
Formasi diagonal Tim Tanggap Darurat;
h) Anggota TTD menggunakan Teknik Pembatasan
gerak pasif atau taktis;
i) Anggota TTD menggunakan Teknik Pembatasan
gerak pasif atau taktis;
j) Anggota menggunakan Taktik dan Teknik
tameng huru-hara;
k) Anggota menggunakan Taktik dan Teknik
Tongkat kendali apabila diperlukan;
l) Anggota menggunakan Taktik dan Teknik
Semprotan Merica apabila diperlukan;
m) Anggota menggunakan Tektik dan Tektik
Pemaksaan Keluar dari sel apabila diperlukan;

133
n) Ketua TTD melakukan evaluasi pelaksanaan
tugas;
o) Ketua TTD membuat laporan pelaksanaan
tugas.

3) Penggunaan Taktik, Teknik dan Prosedur Khusus


a) Pembatasan Gerak
1. Menggunakan borgol dan rantai kaki yang terdiri
dari pembatasan gerak pasif dan pembatasan
gerak taktis;
2. Pembatasan gerak pasif digunakan saat
narapidana patuh dan secara suka rela,
menghadiri sidang pengadilan, perawatan medis
dan pemindahan;
3. Pembatasan gerak taktis digunakan saat
narapidana melawan, menolak perintah dan
membahayakan orang;
4. Penggunaan borgol plastik (flex cuffs) yang
merupakan borgol sementara hanya dapat
digunakan sebanyak 1 (satu) kali dalam jumlah
besar untuk mengatasi perlawanan;
5. Memastikan borgol dan rantai kaki digunakan
sampai pada tahap atau jangka waktu dimana
pengendalian dibutuhkan;
6. Memastikan borgol dan rantai kaki tidak boleh
digunakan sebagai hukuman atau dengan
sengaja menimbulkan rasa sakit;
7. Memeriksa borgol dan rantai kaki yang
digunakan tidak menahan sirkulasi atau
peredaran darah, atau menyebabkan cedera yang
berkepanjangan;
8. Memeriksa borgol dan rantai kaki yang bersifat
mekanis harus selalu dikunci ganda setelah
dipasangkan;
9. Teknik Penggunaan Pembatas Gerak Pasif:
a) Memastikan jarak petugas cukup aman dari
narapidana;
b) Memastikan lubang kunci borgol menghadap
ke atas atau berlawanan dengan jari sebelum
digunakan terhadap narapidana atau
narapidana;

134
c) Meminta narapidana untuk membelakangi
petugas dengan tangan berada di belakang
punggung, telapak tangannya menghadap
keluar, dan ibu jarinya menghadap ke atas;
d) Petugas memegang borgol di tangan yang lebih
dominan (tangan kanan), dengan jari di sekitar
rantai penghubung yang memisahkan borgol.
Gelang ganda ditempatkan di tangan
berbentuk “V” sementara gelang tunggal
berada di bawah jari telunjuk. Petugas
kemudian memasang borgol mengitari
pergelangan tangan narapidana;
e) Petugas mendorong borgol ke atas tangan
sehingga gelang tunggal menggantung di
sekitar pergelangan tangan narapidana;
f) Petugas mengamankan gerigi borgol dengan
menaruh tangan kiri ke tangan narapidana
dan menutup borgol;
g) Petugas kemudian mengulangi prosedur yang
sama untuk tangan lainnya;
h) Petugas menempatkan jari kelingkingnya di
antara borgol dan pergelangan tangan
narapidana untuk memastikan bahwa borgol
tidak terlalu ketat. Jika tidak ada jarak untuk
memasukkan sebuah jari kelingking di antara
borgol dan pergelangan tangan, maka Petugas
menggunakan kunci untuk meregangkan
borgol;
i) Petugas mengunci borgol sebanyak dua kali,
yaitu dengan menekan lubang pin yang
terdapat pada gelang ganda, atau kunci ganda
(double lock), lalu memasukkan kunci ke
dalam lubang kunci borgol sebagai penguncian
terakhir.
j) Saat Petugas membuka alat pembatas borgol,
Petugas memerintahkan narapidana untuk
tetap diam dan berdiri agak condong ke depan
agar petugas dapat memiliki ruang yang lebih
baik untuk membuka borgol;
k) Jika satu tangan narapidana sudah terlepas
dari borgol, Petugas menutup gerigi borgol
yang terbuka dan memerintahkan narapidana

135
atau narapidana untuk menempatkan
tangannya yang sudah bebas tadi di belakang
kepalanya, sementara Petugas membebaskan
tangan narapidana atau narapidana yang
belum terlepas dari borgol.

b) Teknik Penggunaan Pembatas Gerak Taktis:


1. Memastikan bahwa petugas berjumlah minimal 2
(dua) orang yang bertugas masing-masing untuk
menekan atau menahan narapidana/narapidana
yang sudah terbaring dan melakukan
pemborgolan;
2. Membaringkan narapidana atau narapidana di
lantai dengan posisi satu kaki petugas berada di
atas dan menekan atau menahan punggung
narapidana atau narapidana;
3. Menggunakan prosedur sesuai dengan ketentuan
pembatas gerak pasif

c) Penggunaan Formasi Tim Tanggap Darurat


1. Formasi Baris Tim Tanggap Darurat
a. Formasi Baris terdiri atas regu yang berbaris
menghadap ke satu arah;
b. Jarak antara bahu anggota Tim Tanggap
Darurat dengan anggotanya yang lain adalah
sekira 40 sentimeter. Penyesuaian dapat
dilakukan berdasarkan kondisi yang ada;
c. Anggota dengan formasi Baris ini memberikan
“penunjukan kekuatan” atau untuk
mengosongkan area.
2. Formasi Kolom Tim Tanggap Darurat
a. TTD menggunakan Formasi Kolom untuk
mempercepat bergerak teratur dari satu lokasi
ke lokasi lainnya;
b. Para anggota Tim Tanggap Darurat berbaris ke
belakang dengan jarak yang sama antara satu
anggota Tanggap Darurat dengan anggotanya
yang lain.
3. Formasi Baji (panah) Tim Tanggap Darurat
a. Formasi Baji (Panah) digunakan untuk
membagi sekelompok narapidana menjadi dua
kelompok yang lebih kecil;

136
b. Para anggota berbaris dengan bentuk diagonal
dari tengah ke pinggir dan membentuk sebuah
baji (panah);
c. Anggota menjaga jarak tidak lebih dari satu
lengan dari anggotanya yang lain, yang berada
di depan mereka, saat melindungi sisi-sisinya.
4. Formasi diagonal Tim Tanggap Darurat
b. Formasi Diagonal bisa menuju ke kiri atau ke
kanan;
c. Formasi Diagonal digunakan untuk
memindahkan narapidana menjauhi dinding
dan mengarahkan narapidana ke area yang
berbeda.

d) Taktik dan Teknik Tameng Huru-Hara


1. Saat digunakan di dalam Formasi, Tameng Huru-
Hara membuat ‘dinding’ perlindungan untuk Tim
Tanggap Darurat dan dapat mengintimidasi
narapidana yang membuat gangguan;
2. Tameng Huru-Hara dapat digunakan di dalam
formasi apapun untuk melindungi anggota Tim
Tanggap Darurat;
3. Tameng Huru-Hara juga dapat digunakan untuk
menempelkan narapidana ke dinding atau ke
lantai jika narapidana memiliki senjata tajam.
4. Melucuti senjata narapidana dengan aman dan
memasangkan Pembatas Gerak.

e) Taktik dan Teknik Tongkat Kendali


1. Pengendalian dilakukan melalui penerapan
beragam pemblokiran dan penyerangan yang
tepat serta menargetkan ke area bagian tubuh
narapidana yang tepat dalam setiap kondisi;
2. Penggunaan Tongkat Kendali digunakan apabila
tahapan Penggunaan Kekuatan ini tidak efektif;
3. Tongkat Kendali dapat mencegah serangan
pemukulan narapidana yang memiliki jenis
senjata;
4. Tongkat Kendali efektif untuk digunakan dalam
formasi taktis dengan gerakan ‘injak dan seret’
saat melakukan gerakan menusuk yang berada di

137
area sekitar lengan, kaki (paha), dan lutut
narapidana;
5. Memastikan anggota tidak memukul bagian
wajah, kepala, leher dan ginjal dan tidak
digunakan terhadap narapidana yang patuh.

f) Taktik dan Teknik Semportan Merica / Gas air mata


1. Semprotan Merica/gas air mata dapat digunakan
pada tahap pelaksanaan Penggunaan Kekuatan
teknik ringan;
2. Semprotan Merica/gas air mata digunakan
sebagai respon pertama yang dapat dipilih pada
pelaksanaan Penggunaan Kekuatan;
3. Semprotan Merica/gas air mata tidak boleh
digunakan sebagai hukuman atau balas dendam;
4. Tabung-tabung Semprotan Merica berukuran
kecil dapat digunakan pada jarak hingga 3 (tiga)
meter;
5. Penggunaan Semprotan Merica/gas air mata
harus dilakukan dengan memperhatikan
keselamatan anggota, narapidana serta mengikuti
petunjuk penggunaan;
6. Semprotan merica/gas air mata digunakan oleh
salah satu anggota tim;
7. Pada saat penggunaan semprotan merica,
petugas mengambil posisi kuda-kuda kaki kiri di
depan dan kaki kanan di belakang, dengan
semprotan di pegang di tangan kanan dan posisi
tangan kiri lurus ke depan menghadap ke arah
narapidana;
8. Sedangkan pada saat penggunaan semprotan gas
air mata. Dengan kuda-kuda yang sama, petugas
memegang gas air mata di tangan kanan
menghadap ke arah narapidana atau narapidana;
9. Saat menggunakan Semprotan Merica/gas air
mata, anggota harus berdiri di arah yang
berlawanan dengan arah angin dan arah
narapidana;
10. Anggota perlu berhati-hati akan adanya cipratan
atau semprotan berlebih yang bisa mengarah
pada anggota, narapidana lain di area tersebut;

138
11. Demi keselamatan dan keefektifan maksimum
penyemprotan, anggota TTD harus tetap berada
pada jarak setidaknya 1 (satu) sampai 3 (tiga)
meter dari penyerang, atau tergantung situasi;
12. Jika narapidana berjalan ke arah anggota TTD
yang sedang mencoba untuk menyemprotkan
Semprotan Merica/gas air mata, maka anggota
TTD perlu berdiri sehingga tangannya yang bebas
menghadap ke narapidana dalam posisi bersiaga
(defensif) sehingga dapat menepis serangan, dan
memberikan kemungkinan untuk menyemprot
penyerang;
13. Anggota segera bergerak ke samping setelah
menyemprotkan Semprotan Merica/gas air mata,
untuk menghindari penyerang melanjutkan
gerakan ke depannya;
14. Anggota TTD perlu mengarahkan semprotan
langsung ke arah wajah narapidana, di area
antara alis, dengan jarak 1 (satu) sampai 3 (tiga)
meter sebanyak satu kali;
15. Jika narapidana tidak bereaksi terhadap
semprotan, dan masih melanjutkan perilaku
agresifnya 3 (tiga) detik setelah disemprot, maka
semprotan selanjutnya perlu diarahkan ke arah
mulut dan hidung narapidana tersebut;
16. Prosedur penanganan setelah terpapar Semprotan
Merica/gas air mata meliputi:
a. Anggota TTD dapat meminta narapidana
untuk mandi, sebagai cara yang paling cepat
dan efektif untuk menghilangkan paparan
semprotan Merica;
b. Jika mandi tidak mungkin dilakukan, maka
perlu membasuh mata dan muka narapidana
dengan air dingin;
c. Narapidana yang terpapar Semprotan Merica
harus segera dipindahkan ke area berudara
segar dan direkreasikan;
d. Narapidana yang terpapar Semprotan Merica
harus ditanyakan apakah menderita kondisi
medis yang serius, dan perlu ditanyakan
apakah mengalami kesulitan bernafas atau

139
masalah lain seperti asma. Jika iya, bantuan
medis perlu dilakukan.

g) Taktik dan Teknik Pemaksaan Keluar dari Sel


1. Teknik Pemaksaan Keluar dari Sel digunakan
untuk mengeluarkan narapidana dari dalam sel
karena adanya bahaya terhadap dirinya atau
terhadap orang lain;
2. Teknik Pemaksaan Keluar dari sel digunakan
sebagai cara terakhir;
3. Penerobosan sel dapat dilakukan dan harus
sesuai dengan pelaksanaan Penggunaan
Kekuatan;
4. Prosedur melakukan Pemaksaan Keluar dari Sel
a) Ketua TTD menerima perintah dari Kepala
Lapas atau Kepala Pengamanan;
b) Ketua TTD mengumpulkan anggota Tim pada
titik kumpul yang telah ditentukan dengan
seragam lengkap;
c) Kepala Lapas dan Kepala Pengamanan harus
memberikan pengarahan kepada TTD
mengenai alasan Pemaksaan Keluar dari Sel
perlu dilakukan, potensi bahaya yang ada, dan
lokasi penempatan narapidana ketika
Pemaksaan Keluar dari Sel sudah dilakukan
dengan tetap menghormati hak-hak
narapidana atau narapidana juga tidak
melakukan penggunaan kekuatan yang
berlebihan.
d) Kepala Pengamanan memastikan jumlah
anggota Tim dalam pengeluaran paksa yaitu
minimal 1 narapidana atau narapidana
berbanding 5 orang petugas;
e) Kepala Pengamanan memastikan bahwa
seluruh pintu blok dan sel hunian telah
dilakukan penguncian;
f) Ketua TTD memberikan pengarahan pada tiap
anggota TTD di dalam kelompoknya untuk
melakukan tugas khusus saat melakukan
Pemaksaan Keluar dari Sel;

140
1. Ketua TTD memastikan kembali tugas
anggota 1, anggota 2, anggota 3, anggota
4, anggota 5 dan seterusnya;
2. TTD menuju kamar akan menggunakan
Formasi Baris dan berpegangan pada
anggota TTD di depan mereka;
3. Ketua TTD memberikan instruksi kepada
narapidana untuk menyerah;
4. TTD melakukan pembatasan gerak pasif
apabila narapidana atau narapidana
menyerah;
5. Ketua TTD menyampaikan tindakan yang
akan dilakukan oleh Tim apabila
narapidana atau narapidana menolak
untuk menyerah atau keluar dari kamar;
6. TTD membuka pintu kamar narapidana
atau narapidana untuk segera melakukan
tindakan menyudutkan, melumpuhkan
dan melakukan pembatasan gerak taktis;
7. TTD menggunakan semprotan merica atau
gas air mata secara berulang apabila
dilakukan terhadap lebih dari 1 orang
narapidana atau narapidana;
8. TTD mengeluarkan narapidana atau
narapidana sebagai otak pelaku dengan
cepat apabila pengeluaran dilakukan
terhadap lebih dari 1 orang narapidana
atau narapidana dalam kondisi ruang
kamar terbatas;
9. TTD memindahkan narapidana atau
narapidana ke ruang isolasi;
10. TTD memastikan Petugas Medis
mengevaluasi narapidana setelah
pemindahan;
11. TTD memastikan seluruh dokumentasi
lengkap setelah melakukan Pemaksaan
Keluar dari Sel;
12. TTD membuat evaluasi pelaksanaan
kegiatan;
13. TTD membuat laporan pelaksanaan
kegiatan.

141
5. Tanggung Jawab Anggota Nomor 1 (satu) TTD
pada pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel
meliputi:
a. Menggunakan Tameng Huru-Hara dan
menyudutkan narapidana atau narapidana ke
tembok;
b. Anggota Nomor 1 (satu) TTD memberikan
komando verbal untuk mengarahkan tindakan
narapidana atau narapidana.
6. Tanggung Jawab Anggota Nomor 2 (dua) Tim TTD
pada pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel
meliputi:
a. Mengendalikan tangan kiri narapidana atau
narapidana;
b. Mendampingi Anggota Nomor 3 (tiga) TTD
dalam memasangkan borgol ke tangan
narapidana atau narapidana.
7. Tanggung Jawab Anggota Nomor 3 (tiga) TTD
pada pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel
meliputi:
a. Mengendalikan tangan kanan narapidana atau
narapidana;
b. Membawa borgol dan memasangkannya ke
tangan narapidana atau narapidana dengan
bantuan Anggota Nomor 2 (dua) TTD.
c. Menyerukan ke Komandan TTD bahwa
“tangan sudah aman” saat alat pembatas
gerak sudah dipasangkan.
8. Tanggung Jawab Anggota Nomor 4 (empat) TTD
pada pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel
meliputi:
a. Mengendalikan kaki kiri narapidana atau
narapidana;
b. Mendampingi Anggota Nomor 5 (Lima) TTD
dalam memasangkan alat pembatas gerak ke
kaki narapidana atau narapidana.
9. Tanggung Jawab Anggota Nomor 5 (lima) TTD
pada pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel
meliputi:
a. Mengendalikan kaki kanan narapidana atau
narapidana;

142
b. Membawa alat pembatas gerak (borgol) dan
memasangkannya ke kaki narapidana atau
narapidana dengan bantuan Anggota Nomor 4
(empat) TTD;
c. Menyerukan ke Komandan TTD bahwa “kaki
sudah aman” saat alat pembatas gerak sudah
dipasangkan.
10. Tanggung Jawab seluruh anggota TTD pada
pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel meliputi:
a. Seluruh anggota TTD akan memindahkan
narapidana atau narapidana dari dalam sel
dengan menggotongnya;
b. Masing-masing anggota TTD akan memegang
pundak, bawah lengan, dan bagian kaki di
atas lutut narapidana saat menggotongnya;
c. Seluruh anggota TTD akan membawa
narapidana atau narapidana ke tempat yang
diperintahkan oleh Komandan TTD.
11. Tugas-tugas seluruh anggota TTD setelah
pelaksanaan Pemaksaan Keluar dari Sel meliputi:
a. Seluruh anggota TTD bertanggung jawab atas
perlengkapannya masing-masing;
b. TTD akan diberikan pengarahan kembali oleh
Komandan TTD dan KPLP;
c. Laporan mengenai pelaksanaan Pemaksaan
Keluar dari Sel akan didokumentasikan.
h) Taktik dan Teknik Tugas-Tugas Lain yang
Diperintahkan
a. Pergerakan narapidana atau narapidana;
b. Pengejaran narapidana atau narapidana yang
melarikan diri.

4. Bantuan Internal
1. Bantuan Pengamanan Internal Lapas
a) Kepala Lapas memberikan perintah lisan dan/atau
tertulis kepada petugas untuk melakukan bantuan
pengamanan;
b) Kepala Lapas Mengumpulkan dan memberikan
arahan kepada petugas yang dilibatkan dalam
bantuan pengamanan;
c) Kepala Pengamanan membagi tugas pelaksanaan
bantuan pengamanan;

143
d) Petugas yang ditugaskan melakukan bantuan
pengamanan meembantu pelaksanaan pengamanan
bersama dengan petugas bantuan pengamanan
lainnya;
e) Petugas membuat laporan pelaksanaan tugas
bantuan pengamanan.

2. Bantuan Pengamanan dari UPT Pemasyarakatan


terdekat
a) Kepala Lapas dapat meminta bantuan pengamanan
dari petugas UPT Pemasyarakatan terdekat;
b) Kepala Lapas segera menghubungi Kepala UPT
Pemasyarakatan terdekat dan berkoordinasi dengan
Divisi Pemasyarakatan;
c) Kepala UPT Pemasyarakatan yang dimintai bantuan
memberikan perintah lisan dan/atau tertulis
kepada petugas untuk melakukan tugas bantuan
pengamanan di UPT yang mengalami gangguan
keamanan dan ketertiban;
d) Kepala Lapas memastikan petugas yang
diperintahkan untuk membantu melakukan tugas
bantuan pengamanan sesuai dengan perintah dari
Kepala UPT terdekat;
e) Kepala Lapas mengumpulkan dan memberikan
arahan kepada petugas yang dilibatkan dalam
bantuan pengamanan;
f) Kepala Pengamanan membagi tugas pelaksanaan
bantuan pengamanan;
g) Petugas melakukan pelaksanaan pengamanan
bersama dengan petugas bantuan pengamanan
lainnya;
h) Petugas membuat laporan pelaksanaan tugas
bantuan pengamanan;
i) Kepala Lapas membuat laporan pelaksanaan tugas
bantuan pengamanan kepada kepala divisi
Pemasyarakatan.

5. Bantuan Eksternal
1. Kepala Lapas dapat meminta bantuan dari:
a) TNI/Polri untuk keperluan bantuan pengamanan
dan penanggulangan gangguan keamanan dan
ketertiban;

144
b) Dinas Pemadam Kebakaran untuk keperluan
bencana kebakaran;
c) Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB)
untuk keperluan bencana alam;
d) Instansi terkait lainnya.
2. Kepala Lapas segera menghubungi pihak eksternal
dengan menggunakan alat komunikasi dan
menjelaskan situasi yang terjadi;
3. Kepala Lapas mengkoordinasi dan mengarahkan
pelaksanaan bantuan pengamanan;
4. Kepala Lapas membagi tugas pelaksanaan bantuan
pengamanan;
5. Kepala Lapas mengawasi pelaksanaan bantuan
pengamanan bersama dengan pihak internal dan
eksternal;
6. Kepala Lapas membuat laporan.

145
BAB VII
PENUTUP

Pedoman kerja ini akan menjadi pegangan bagi setiap petugas yang
ditempatkan pada Lapas Resiko Tinggi (High risk) dalam menangani
narapidana dengan kategori Bandar Narkotika. Setiap bab telah
menguraikan dasar pemikiran, konsep dan mekanisme pelaksanaan
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing bagian. Setiap uraian
telah melalui proses pengujian yang diambil dari masukan-masukan
internal Pemasyarakatan dan standar-standar yang berlaku. Secara
keseluruhan substansi dari pedoman telah mengacu pada prinsip-
prinsip perlakuan terhadap narapidana.

Dengan adanya pedoman ini diharapkan Keputusan Menteri Hukum


dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.HH.07.OT.01.01 Tahun 2017
Tentang Penetapan Lapas Kelas I Batu Nusakambangan, Lapas Kelas
II A Pasir Putih Nusakambangan, Lapas Kelas III Langkat, Lapas Kelas
III Kasongan dan Rutan Kelas IIA Gunung Sindur sebagai Lembaga
Pemasyarakatan atau Rumah Narapidana Negara Khusus Bagi
Narapidana Resiko Tinggi (High risk) dapat terlaksana dengan baik.

146

Anda mungkin juga menyukai