Anda di halaman 1dari 19

PENYIDIKAN LINGKUNGAN

“KASUS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PALANGKARAYA, KALIMANTAN


TENGAH TAHUN 2019”

Disusun oleh :

Fikih Prihantoro P23133117014

Kelas : 4 STR-A

Dosen Pembimbing :

Natal Buntu Payuk, SE., M.Kes., M.M

TINGKAT IV DIV SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp.021-7397641, 7397643
Fax.021-7397769

Jakarta, 2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebakaran Hutan ...................................................... 3


2.2 Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan .................................. 3
BAB III HASIL PENYIDIKAN

3.1 Tahap Perencanaan Penyidikan .................................................. 5


3.2 Tahap Pelaksanaan Penyidikan................................................... 6
3.3 Tahap Pelaporan Penyidikan ...................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

4.1 Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Palangkaraya ........... 10


4.2 Kebakaran Lahan Disengaja ....................................................... 10
4.3 Polisi Sulit Tangkap Pembakar Lahan ...................................... 10
4.4 Perlindungan Hukum .................................................................. 11
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 12


5.2 Saran ........................................................................................... 12
Lampiran ............................................................................................... 13

Daftar Pustaka ...................................................................................... 16

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepentingan Nasional adalah suatu citacita, sasaran yang bersifat umum dan abadi yang
digunakan sebagai landasan suatu bangsa untuk bertindak. Dalam kaitan dengan hukum
kehutanan dan Hukum Lingkungan maka kepentingan nasional tercantum dalam pasal 33 ayat
(2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yakni :
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
(3). Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam pengelolaan cabang-cabang produksi,
bumi, air dan kekayaan alam oleh Negara maka diperlukan strategi pengelolaan lingkungan
tersebut agar tidak memberikan dampak terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan
hidup sehingga kelestarian lingkungan hidup tetap terjadi untuk kepentingan generasi saat ini
dan masa depan.[UUD 1945]
Sudah lewat sepekan hampir 1 bulan terakhir ini, Provinsi Kalimantan Tengah khususnya
Kota Palangka Raya dan Indonesia pada umumnya, terutama Sumatera dan Kalimantan
sedang mengalami musibah, yakni kabut asap akibat terjadinya pembakaran hutan dan lahan.
Sebagai umat Islam, hal ini di samping sebagai musibah, juga bermakna peringatan yang
datang dari Allah SWT kepada umat manusia. Kerusakan di muka bumi sesungguhnya tidak
lain adalah ulah perbuatan manusia, yang pada akhirnya akan dirasakan akibatnya oleh
manusia sendiri. Musibah banjir atau kabut asap yang sekarang masih menyelimuti Kota
Palangka Raya, secara ilmiah disebabkan oleh perbuatan manusia, yakni membakar hutan dan
lahan.Undang-undang lingkungan, peraturan Daerah (PERDA) sudah mengatur tentang
larangan membakar hutan dan lahan, serta sanksi. Pengelola lahan yang lalai atau yang
sengaja melakukan pembakaran akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
perundangundangan yang berlaku, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
menjadi Undang-undang Ri Nomor 32 Tahun 2019 dan peraturan Menteri Lingkungan
Hudup RI Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan
Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan.

Setiap tahun kalimantan Tengah Khususnya Kota Palangka Raya kebakaran hutan dan
lahan masyarakat yang mengakibatkan kerusakan, kerugian lingkungan baik

1
tumbuhtumbuhan, hewan bahkan manusia, masyarakat banyak yang sakit Ispa, bahkan
meninggal akibat asap, sekolah-sekolah di liburkan karena kabut asap

1.2 Tujuan Penulisan


1. TUJUAN UMUM
 Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap kebakaran hutan dan lahan di
Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
 Untuk mengetahui bagaimana kronologi yang mengakibatkan kebakaran hutan
dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
2. TUJUAN KHUSUS
 Untuk memenuhi mata kuliah Penyidikan Lingkungan.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyidikan Lingkungan


1. Penyidik dan Penyidikan.
Pasal 1 angka 1 KUHAP berbunyi: "Penyidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan"
Bunyi Pasal 1 angka 1 KUHAP dipertegas lagi oleh Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyebutkan bahwa penyidik adalah:
 Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
Makna Penyidik dalam KUHAP berbeda makna dengan yang disebut dalam Pasal
1 angka 10 Undang undang RI Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang berbunyi: "Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan"
Sedangkan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.

2. Penyelidik dan Penyelidikan.


Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mencamtumkan bahwa pengertian
penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang
oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Sedangkan penyelidikan
disebutkan sebagai serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pi dana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

3. Tindak Pidana
Bertitik tolak dari istilah yang digunakan dan dasar atau alasan yang dikemukakan
oleh para sarjana hukum yang menggunakan istilab" tindak pidana", maka dapat
diartikan sebagai suatu tindakan yang dengan kesalahan dilakukan atau tidak
dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab, bersifat melawan hukum,
dilarang atau diharuskan dan diancam oleh undang-undang, yang terjadi di tempat,
waktu dan dalam keadaan tertentu.

3
2.2 Pengertian Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan yaitu kebakaran
yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan adalah kebakaran yang
terjadi di luar kawasan hutan dan keduanya bisa terjadi baik disengaja maupun tanpa sengaja
(Hatta, 2008).
Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau
mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak dikendalikan,
karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami sebagai contohnya kilat
yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api yang menebarkan bongkahan bara
api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering yang mengandung minyak karena goyangan
angin yang menimbulkan panas atau percikan api (Notohadinegoro, 2006). Kebakaran yang
terjadinya akibat kesengajaan manusia dikarenakan oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan
ladang, perkebunan (PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), penyiapan lahan untuk ternak sapi,
dan sebagainya (Hatta, 2008).
Menurut Darwiati dan Tuheteru (2010) di Indonesia, kebakaran hutan dan lahan hampir
99% diakibatkan oleh kegiatan manusia baik disengaja maupun tidak (unsur kelalaian).
Diantara angka persentase tersebut, kegiatan konversi lahan menyumbang 34%, peladangan
liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 14%, proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya
1% yang disebabkan oleh alam. Faktor lain yang menjadi penyebab semakin hebatnya
kebakaran hutan dan lahan sehingga menjadi pemicu kebakaran adalah iklim yang ekstrim,
sumber energi berupa kayu, deposit batubara dan gambut.

2.3 Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan


Setiap tahun kebakaran hutan terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan yang sering terjadi
sebagian besar diakibatkan oleh faktor kelalaian ataupun kesengajaan manusia dalam rangka
pembukaan lahan secara besar besaran yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan dan
kehutanan secara ilegal, baik untuk usaha pertanian, kehutanan maupun perkebunan dan
hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh alam (petir atau lava gunung berapi)
(Qodriyatun, 2014).
Kebakaran hutan terjadi akibat adanya pembersihan lahan (land clearing) dan konservasi
hutan menjadi perkebunan dengan cara membakar seresah, daun dan sisa tumbuhan. Metode
pembakaran ini merupakan metode yang paling murah, mudah dan efisien. Namun akibat
tidak terkendalinya pembakaran tersebut, api merambat kemana-mana dan menimbulkan
kebakaran (Nugroho, 2000).
Faktor cuaca juga merupakan faktor penting yang menyebabkan kebakaran hutan,
meliputi: angin, suhu, curah hujan, keadaan air tanah dan kelembaban relatif. Waktu juga
mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan, karena waktu sangat terkait dengan kondisi cuaca
yang menyertainya. Waktu dipisahkan atas waktu siang dan malam hari. Terdapat hubungan
antara waktu dengan kondisi kebakaran hutan dan lahan. Faktor topografi yang
4
mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan mencakup tiga hal yaitu kemiringan, arah lereng
dan medan. Masing- masing faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku api kebakaran
hutan dan lahan (Hatta, 2008).
Kebakaran hutan telah menjadi masalah tahunan yang serius di Indonesia, terutama pada
musim kemarau. Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya berdampak pada daerah kejadian
saja, tetapi juga berdampak kepada negara tetangga (Nasution et al., 2013). Penyebaran
konsentrasi asap akibat kebakaran hutan dan lahan sangat luas hingga menutupi beberapa
wilayah di negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia dan Brunai Darrusalam. Akibat yang
ditimbulkan adalah berkurangnya jarak pandang (visibility), transportasi udara dan darat yang
terganggu, meningkatnya penderita infeksi saluran pernapasan atas, dan masalah- masalah
sosial ekonomi di masyarakat (Nugroho, 2000). Dampak asap akibat kebakaran menimbulkan
gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis,
pneumonia (radang paru), iritasi mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya kadar debu di udara
yang telah melampaui ambang batas (Perwitasari dan Sukana, 2012).
Selain asap akibat kebakaran yang mengganggu kesehatan masyarakat, serta sarana
transportasi baik darat, perairan, maupun udara, yaitu dampak negatif yang ditimbulkan oleh
kebakaran hutan juga cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya
keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan
iklim mikro maupun global (Saharjo dan Gago, 2011).
Berbicara mengenai produktivitas tanah, kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak
langsung terhadap kematian populasi dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan
lagi yaitu merusak habitat dari organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya
lapisan serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim
mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit,
kebanyakan organisme tanah mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan
perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah
mikroorganisme yang sangat besar dalam habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara
dan populasi organisme tanah akhirnya kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun
(Hatta, 2008).

5
BAB 3

HASIL PENYIDIKAN

3.1 Tahap Perencanaan Penyidikan


Berikut merupakan Tahap Perencanaan dalam Penyidikan, yaitu:
1. Dilakukan setelah ada informasi
2. Membentuk tim investigasi
 Koordinator Penyidikan : Fikih Prihantoro
 Penyidik 1 : Meilyana Triwulan
 Penyidik 2 : Amatullah Muthiah
3. Jenis Penyimpangan
 Kerusakan Hutan
4. Modus Operasi
 Pembukaan hutan untuk lahan pertanian secara cepat
5. Dugaan Sebab Penyimpangan
 Dugaan 1 : Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah.
 Dugaan 2 : Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) untuk industry kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
 Dugaan 3 : Penyebab structural, yaitu kombinasi antara kemiskinan,
kebijakan pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik
antar hukum adat dan hokum positif negara.
6. Unsur Kerjasama
 Unsur kerja sama dengan Pemerintah Daerah, Kementrian Kehutanan, Dinas
Lingkungan Hidup, Kepolisian, dan warga Sekitar
7. Pihak – pihak yang terlibat
 Hak Pengusaha Hutan (HPH)
 Pengusaha perkebunan
 Masyarakat sekitar
8. Estimasi besar kerugian yang di derita
 Areal hutan yang terbakar
 Kerugian yang ditimbulkannya
Kerugian yang diderita akibat kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh
lebih besar karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di
Indonesia tidak tersedia. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait
dengan kebakaran, seperti kayu, kematian pohon, kebuh, bangunan, biaya

6
pengendalian, dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap
seperti kesehatan, pariwisata, dan transportasi.
 Pencemaran lingkungan, di antaranya:
a. Asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara
b. Pencemaran udara dan meningkatnya gas rumah kaca yang disebabkan
oleh sisa pembakaran
 Kesehatan
a. Terganggunya kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran
pernafasan yang disebabkan oleh asap tebal dari kebakaran hutan
b. Iritasi mata karna asap yang berlebih
 Transportasi
a. Asap tebal juga mengganggu transportasi, khususnya transportasi
udara, seperti banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau
dibatalkan.
b. Pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus
tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan
harta benda.
 Ekosistem
a. Kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa.
b. Setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim
hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar karena disebabkan
oleh hilangnya tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan lahan terbuka
sehingga mudah tererosi.
 Berdasarkan perhitungan kasar yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kebakaran hutan menimbulkan dampak yang cukup besar. Bagi
masyarakat sekitarnya, bahkan dampak sampai ke Negara tetangga.

3.2 Tahap Pelaksanaan Penyidikan


1. Inspeksi
Melakukan pemeriksaan dengan metode pengamatan atau observasi menggunakan
panca indra untuk mendeteksi masalah. Inspeksi dilakukan terhadap keadaan di sekitar
hutan yang mengalami kebakaran
2. Wawancara
Melakukan wawancara kepada masyarakat dan para pelaku usaha atau kegiatan di
sekitar lokasi kebakaran hutan untuk mendapatkan informasi yang tepat terkait dengan
pencemaran yang terjadi di lokasi kebakaran hutan.
3. Observasi
Melihat secara langsung suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan
kemudian memahami pengetahuan dari kebakaran hutan berdasarkan pengetahuan dan

7
gagasan yang sudah diketahui sebelumnya untuk mendapatkan informasi – informasi
suatu penyidikan.
4. Konfirmasi
Memastikan kebenaran terhadap kasus kebakaran hutan yang telah diamati pada
proses sebelumya.
5. Analisa
Usaha untuk mengamati secara detail kebakaran hutan yang terjadi dengan
menguraikan untuk dikaji lebih lanjut.
6. Pemeriksaan Bukti Tetulis (BAP)
Pembuktian dengan tulisan berupa percakapan/wawancara yang telah ditetapkan oleh
penyidik dengan bantuan narasumber (saksi/tersangka) yang dapat dijadikan barang
bukti di pengadilan.
7. Perbandingan
Membandingkan informasi yang diperoleh dengan bukti yang didapatkan dari
penyelidikan kasus kebakaran hutan
8. Perekonsiliasi
Meringkas rincian perbedaan antara bukti-bukti dan informasi yang telah didapatkan
dari penyeledikan sebelumnya
9. Penelusuran
Melakukan penjajakan secara keseluruhan agar mengetahui informasi lebih lengkap
dan valid
10. Perhitungan kembali kerugian – kerugian yang terjadi
Mengetahui secara jelas dan rinci kerugian yang ditimbulkan dari kasus kebakaran
hutan yang terjadi, untuk data pelengkap persidangan.
11. Penelaahan
Melakukan peninjauan proses penelusuran agar meminimalisir penyimpangan dan
memperkuat bukti – bukti penyidikan yang telah diperoleh
12. Review analisis
Menelusuri kembali usaha penyelidikan yang telah diuraikan secara menyeluruh agar
bukti-bukti yang telah terkumpul dapat dipertanggungjawabkan dengan baik di
pengadilan

3.3 Tahap Pelaporan Penyidikan


1. Dasar Hukum Pelaksanaan Investigasi
- Undang – undang No 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
- Peraturan Daerah Kota Palangkaraya No 07 tahun 2003 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Wilayah Kota
- UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan

8
- Pasal 78 ayat 3 berisi, pelaku pembakaran hutan dikenakan sanksi kurungan 5 tahun
dengan denda maksismal sebesar Rp 1,5 miliar
- Pasar 8 ayat 1 menyebutkan, seseorang yang sengaja membuka lahan dengan cara
dibakar, dikenakan sanksi kurungan 10 tahun dan denda maksimal Rp 10 miliar

2. Tujuan Audit Investigasi : Mengadakan temuan lebih lanjut atas temuan audit
sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan
pengaduan atau informasi dari masyarakat.
3. Manfaat Audit Investigasi : Untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau
informasi dari masyarakat
4. Ruang Lingkup Audit Investigasi : Membatasi ruang lingkup terhadap konsentrasi
masalah yang ada dan memfokuskan ke
5. Materi Temuan:
a. Jenis Penyimpangan : Pembakaran Hutan untuk Pembukaan lahan
b. Pengungkapan Fakta : Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan
perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya
mencakup areal yang cukup luas. Metode pembukaan lahan dengan cara tebang
habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat.
c. Proses Kejadian : Berawal dari suatu konflik antara para pemilik modal industri
perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang mersa kepemilikan
tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor
yang diberi pengesahan melalui humum positif negara. Akibatnya kekesalan
masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan
lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan
ketikadilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau
berpartisipasi untuk memandamkannya.
d. Proses Kejadian yang terlihat oleh saks: Pembakaran secara sengaja.
e. Penyebab :
- Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-
pindah
- Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
untuk indsutri kayu maupun perkebunan kelapa sawit
- Penyebab struktrural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antara
humun adat dan hukum positif negara.
f. Dampak penyimpangan : Dampak yang sangat luas disamping kerugian material
kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global
adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa
pembakaran menimbulkan kabut juga mencemari udra dan meningkatkan gas

9
rumah kaca. Sasap tebak dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat
mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan, selain
itu juga mengganggu transportasi khususnya transportasi udara disamping
transportasi darat sungai, danau dan laut.
6. Pihak-pihak yang diduga terlibat :
- HPH (Hak Pengusahaan Hutan)
- Pemilik Industri Perkayuan maupun Pertambangan
- Masyarakat yang terlibat dalam pembakaran hutan
7. Bukti-bukti yang diperoleh :
Didapati pelaku pembahakaran lahan secara sengaja oleh Satuan Polisi Pamongpraja
8. Saksi-saksi yang di BAP :
- Satuan Polisi Pamogpraja
- Pemilik Industri Perkayuan maupun pertambangan
- Masyarakat

10
BAB 4

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

4.1 Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota Palangka Raya


Pengembangan usaha perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit merupakan faktor
penting dalam konversi hutan yang berpengaruh pada kebakaran.Kebakaran lahan dan kebun,
baik yang merupakan milik masyarakat maupun milik perusahaan perkebunan selalu terjadi
pada setiap tahunnya sehingga menimbulkan banyak kerugian dan berdampak pada berbagai
aspek kehidupan. Aspek ekologis : seperti yang ditandai dengan hilangnya keanekaragaman
hayati.Aspek ekonomi : seperti hilangnya tanaman perkebunan dan terganggunya
pertumbuhan tanaman pertanian. Aspek sosial yang ditandai dengan munculnya gangguan
kesehatan serta dengan munculnya gangguan kesehatan serta terganggunya sarana
transportasi.Kebakaran lahan dan kebun selain dapat di pengaruhi oleh iklim, juga dapat
disebabkan oleh perbuatan manusia baik secara disengaja maupun karena kelalaiannya. Oleh
karena itu, pengusaha dan masyarakat sebagai pengelola lahan, harus bertanggung jawab
terhadap akibat ditimbulkannya kebakaran, terutama terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangannya.

4.2 Kebakaran Lahan Disengaja


Ada 4 titik api di jalan Yos Sudarso, Nyaris Membakar Rumah Warga pada tanggal 07
Agustus 2019 siang, sedikitnya ada 4 titik api membakar semak belukar bergambut di daerah
pinggiran Kota Palangka Raya itu. Bahkan kobaran api sampat merambat dengan cepat
menuju pemukiman warga. Hampir saja merambat ke rumah penduduk yang ada di
sekitarnya. Warga sekitar berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya.[lihat
Kalteng Pos sabtu, 8 Agustus 2015] Menurut laporan warga ada yang sengaja membakar api
tiba-tiba muncul begitu saja. Petugas dari Badan Pengangulangan Bencana Daerah (BPBD)
tiba di lokasi setelah kobaran api meluas. truk Tanhki bermuatan 5.000 Liter air itu akhirnya
tiba setelah api menjalar lebih luas dan berhasil memadamkan titik api lainya. Termasuk yang
hampir merambat ke rumah warga. Herie Saksono, Asisten I Bagian Pemerintahan Kota
Palangka Raya yang juga melihat lokasi kebakaran membantah jika disebutkan bahwa petugas
terlambat datang kelokasi kebakaran, Dia menyatakan, Pemko Palangka Raya selalu responsef
terhadap laporan warga apabila terjadi kebakaran lahan dan hutan.

4.3 Polisi Sulit Tangkap Pembakar Lahan


11
Tidak di pungkiri, setiap hari, kebakaran lahan selalu ditemukan di Kota Palangka Raya.
Sampai saat ini, penegak hukum belum berhasil menangkap para pelaku pembakar lahan.
Kebakaran lahan juga terjdi di Koawaringin Timur sudah sangat menggangu langkah cepat
untuk segra mengatasinya. Aparat kepolisian setulnya bisa segera turun tangan menangkap
maupun menindak para pelakunya, tapi sampain saat ini belum ada satupun pelaku pembakar
yang ditindak maupun diproses, sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kapolres Kotim AKBP Hendra Wirawan melalui Kabag Ops Kompol Bambang
mengatakan polisi sejauh ini sudah melakukan antisisipasi seperti memasang baliho maupun
spanduk di lokasi yang dianggap sering terjadi kebakaran lahan. Tetapi memang belum ada
tindakan secara represif untuk menindak para pelaku pembakar lahan yang memang
ditemukan secara sengaja membakar lahan.

4.4 Perlindungan Hukum


Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat dari Kebakaran Hutan
dan Lahan Kebakaran Lahan? Kalteng Dijadikan Ajang Bisnis?
Upaya yang dilakukan pemerintah saat ini untuk menaggulangi bencana kebakaran lahan
dan kabut asap dinilai tidak efektif. Peneliti tanah gambut Dr. Suwido H Limin menyebutkan,
bencana ini justru terlihat ajang bisnis, dikatakannya pemadaman dengan pesawat dan
helikopter itu terlalu mahal dan tidak efektif ,” kata Dr. Suwido H Limin Kepada Kalteng Pos,
Senin 10 Agustus 2019. Apabila jika dihitung dengan kamov (helikopter) maka pemerintah
membeli 1 liter air seharga Rp. 1.111. maka biaya yang dikeluarkan untuk memadamkan
lahan yang terbakar seluas 1 hektare berkisar Rp. 2.2-4,2 Miliar. Dikatakannya, berdasarkan
hasil penelitiannya untuk memadamkan 1 meter kubik lahan gambut yang terbakar
dibutuhkan sekitar 200 liter air. BPBD menyewa 2 unit kamov berdasarka jam pakai sekitar
Rp 20 miliar perbulan. Jika asumsi atau hari bekerja 12 jam dan melakukan 5 kali sorti
dimana sekali sorti mengangkut 5000 liter air. Maka biaya untuk pemadaman seluas 1 hektare
dibutuhkan sekitar Rp. 2.2-4,2 miliar.
Terlebih menurutnya biaya yang lebih mahal lagi jika menggunakan pesawat Beriev
BE200 dengan kapasitas 135 ton air, karena untuk sewa 1 jam saja, pemerintah harus
mengeluarkan biaya Rp 60 juta atau membayar sekitar Rp. 7.000-8.000 untuk satu liter air.
Hasil perhitungannya, jika yang membakar lahan gambut seluas 1 hektare saja maka
diperlukan biaya 17-35 miliar untuk pemadaman,” angka itu sangat besar dan bisa
dimanfaatkan untuk hal lain”. Diungkapkan Dr Suwido, dirinya memiliki konsep yang disebut
Kalteng Nantilang Asep. Diyakini, dengan konsep ini pemerintah hanya membayar sekitar Rp
40 untuk tiap liter air yang digunakan memadamkan api, konsep ini menurutnya akan di
sampaikan kepada presiden, karena konsepnya lebih efektif, mendidik dan membuka lahan
pekerjaan. Karena masyarakat bukan menjadi penonton tetapi pelaku penanggulangan
kebakaran lahan.

12
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Paradigma pemikiran manusia dewasa ini yang menganggap bahwa alam dan lingkungan
hidup adalah harta berlimpah yang disediakan sebesar-besarnya untuk kepentingan
kemakmuran umat manusia, sehingga alam dengan seluruh isinya dieksplorasi dan ekploitasi
melampaui batas dan mengabaikan aspek keterpeliharaan dan keberlanjutan lingkungan dan
merusak sumber daya alam itu sendiri. Akibatnya terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang
sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.
Belum ada perlindungan hukum bagi masyarakat akibat dari kebakaran hutan dan lahan
dan masih berkeliarannya para pembakar hutan dan lahan.

5.2 Saran
Adanya kerjasama pemerintah dengan masyarakat dalam penangulangan kebakaran hutan
dan lahan, tindakan pencegahan merupakan komponen terpenting dari seluruh system
penanggulangan bencana termasuk kebakaran. Bila pencegahan dilaksanakan dengan baik,
seluruh bencana kebakaran dapat diminimalkan atau bahkan dihindarkan. Pencegahan
kebakaran diarahkan untuk meminimalkan atau menghilangkan sumber api dilapangan.
Biaya yang besar untuk kegiatan penanggulangan kebakaran namun tidak efektif lebih
baik dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang terkena dampak kebakaran hutan dan
lahan, seperti pengobatan Ispa dan bantuan penenaman kembali kebun masyarakat yang
terbakar akibat oknum yang tidak bertanggung jawab.

13
LAMPIRAN

“PRO JUSTITIA”

BERITA ACARA PEMERIKSAAN

(SAKSI)

Pada hari ini Selasa tanggal 20 bulan Agustus tahun 2000 sembilan belas pukul 10.00 WIB,
saya : FIKIH PRIHANTORO pangkat penata Penata (III/c) Nip 19823133 116006 6 006
selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup pada Kantor tersebut diatas
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : Skep / 669 /
DDS / IX / 2019, tanggal 10 Agustus 2019, telah melakukan pemeriksaan terhadap seorang
perempuan yang mengaku bernama :

NUR HIDAYAH lahir tanggal, 06 Desember 1998 di Tangerang, umur 21 tahun, pekerjaan
Polisi Pamong Praja, Kalimantan Tengah, agama islam, Kewarganegaraan Indonesia, suku jawa,
pendidikan D4, alamat jl Cimamae Rt 04/05, Palangkaraya, Kalimantan Tengah , ia diperiksa
dan didengar keterangannya sebagai saksi ahli dalam perkara Tindak Pidana perusahaan Hak
pengusahaan hutan yang melakukan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang no.32
tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

atas pertanyaan Penyidik yang memeriksa, yang diperiksa menjawab dan memberikan
keterangan sebagai berikut:

14
PERTANYAAN

1. Apakah saudara sekarang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?


ya, saya dalam keadaan keadaan sehat jasmani dan rohani

2. Saudara diperiksa oleh penyidik pada hari ini untuk dimintai keterangannya sebagai saksi
dalam perkara tindak pidana pembakaran hutan oleh Perusahaan Hak Pengusahaan
Hutan, Apakah saudara bersedia diperiksa dan memberikan keterangan sebenar –
benarnya ?
ya, saya bersedia diperiksa dan akan memberikan keterangan dengan
Sebenar - benarnya

3. Apakah sudara kenal dengan saudara Metawin dan apa ada hubungan keluarga
dengannya?
saya kenal dengan tersangka Metawin, karena ia sebagai anak dari
Bos Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan, dan saya tidak ada hubungan keluarga dengan
tersangka

4. Bergerak dibidang apa Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan ?


perusahaan Hak Pengusahaan Hutan bergerak di bidang perkebunan dan telah melakukan
pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.

5. Sejak kapan pembukaan lahan dengan membakar hutan oleh Perusahaab HPH terjadi ?
sejak bulan Juli 2014 sampai dengan sekarang

6. Apakah perusahaan HPH itu memiliki izin usaha dari dinas terkait?
sudah ada izin Dinas lingkungan hidup sebagai otoritas kedaulatan atas sumber daya alam

7. Apakah Perusahaan HPH itu melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar ?
Berdasarkan hasil temuan kami bahwa kami menemukan pelaku pembakaran hutan yang
dengan sengaja membakar untun membuka lahan perkebunan yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan berupa polusi udara yang terjadi sangat parah.

8. Apakah dampak bagi masyarakat dan lingkungan hidup?


Dampak yang dirasakan oleh masyarakat yakni kesehatan mereka terganggu karena asap
hasil pembakaran hutan yang menyebabkan penyakit ISPA. Kerusakan lingkungan yang
sangat parah. Dan menghambat perekonomian warga karena jarak pandang berkurang
akibat asap.

9. Apakah semua keterangan yang telah saudara berikan sekarang ini sudah yang
sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan didepan sidang pengadilan?

15
ya, saya bersedia mempertanggung jawabkan semua keterangan yang saya berikan
dimuka pengadilan

10. Apakah didalam pemeriksaan saat ini saudara merasa dipaksa atau ditekan baik oleh
pemeriksa sendiri maupun orang lain dalam memberikan keterangan diatas?
dalam pemeriksaan ini saya tidak merasa dipaksa atau ditekan baik oleh pemeriksa
sendiri maupun orang lain

setelah selesai berita acara pemeriksaan ini dibuat kemudian dibacakan kembali kepada yang
diperiksa dan yang diperiksa membenarkan semua keterangannya dengan membubuhkan tanda
tangan dibawah ini

YANG DIPERIKSA

NUR HIDAYAH

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenar – benarnya mengingat kekuatan
sumpah jabatan sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani pada hari dan tanggal tersebut
diatas.

PENYIDIK

FIKIH PRIHANTORO

Penyidik (III/c)

NIP 19823133 116006 6 006

16
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/235300822.pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Ri Nomor 32 Tahun 2019 dan peraturan Menteri Lingkungan Hudup RI Tahun
2013 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Undang-undang Nomor
18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
https://media.neliti.com/media/publications/258605-perlindungan-hukum-masyarakat-kota-
palan-ff98f1cf.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai