Anda di halaman 1dari 20

1

PENYELIDIKAN LINGKUNGAN
“KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH SABLON DI
DENPASAR BARAT TAHUN 2019”

Disusun Oleh :

Rizqia Syaffa Sabila P23133117033

Tingkat 4 STR A

Dosen Pembimbing : Natal Buntu Payuk, SE., M.Kes., M.M

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website :
http://poltekkesjkt2.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHLUAN ..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1

1.2 Tujuan PenelitiaN ...............................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... ....2


1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3

BAB 3 HASIL PENYIDIKAN .............................................................................................6

4.1 Rumusan Masalah .............................................................................................6


4.2 Paparan Kasus ....................................................................................................7
4.3 Hasil Penyidikan Terhadap Kasus .....................................................................7

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................................9

BAB 5 PENUTUP .................................................................................................................11

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................11


5.2 Saran ..................................................................................................................11

LAMPIRAN BERITA ACARA ..........................................................................................12


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................18

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi
yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
Lingkungan merupakan jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang
kita tempati yang mempengaruhi lingkungan hidup. Lingkungan hidup memberi fungsi
yang amat penting bagi manusia. Begitu pula, manusia dapat membina atau
memperkokoh ketahanan lingkungan melalui budi, daya dan karsanya.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap Warga Negara
Indonesia, tercantum di dalam Undang – Undang Dasar 1945, Pasal 28 H ayat ( 1 ) yang
menjelaskan bahwa “setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan”. Untuk mencegah dampak lingkungan yang ditimbulkan, perlu adanya upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didasarkan pada norma – norma hukum
lingkungan berarti secara seimbang antara kepentingan ekonomi, pelestarian fungsi
lingkungan dan kondisi sosial. Perlindungan dan pengelolaan dilakukan secara terpadu
mencakup bidang – bidang lingkungan hidup untuk keberlanjutan fungsi lingkungan
hidup. Pada akhirnya keseimbangan dan berkelanjutan akan tercapai kesejahteraan
masyarakat.
Untuk menanggulangi masalah pencemaran lingkungan, perlu adanya peraturan –
peraturan untuk mengatur masalah lingkungan hidup seperti Undang – undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, di dalam Pasal
20 ayat ( 3 ) menyatakan bahwa “setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media
lingkungan hidup dengan persyaratan:
 Memenuhi baku mutu lingkungan hidup,
 Mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.”
Dan di dalam Pasal 67 “ setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan
hidup.”
Dalam kasus pencemaran limbah yang dilakukan oleh USAHA SABLON MILIK HJ.
NURHAYATI yang beralamat di Jalan Pulau Misol I Nomor 23, Banjar Sumuh, Desa

1
2

Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat. Hasil dari produksi SABLON MILIK HJ.
NURHAYATI dalam produksinya menyisakan / menghasilkan limbah.
Limbah sablon yang semestinya ditampung dalam bak pengolahan limbah itu
langsung dibuang melalui saluran pipa yang terhubung dari usaha kain celup sablon ke
sungai.  Sehingga mengakibatkan air Tukad Badung tercemar warnanya berubah menjadi
merah dan apabila dipakai mandi pemakainya akan merasa gatal – gatal.
Melihat dampak negatif dari pembuangan limbah sablon terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan hidup seperti yang telah diuraikan di atas, maka perlu diupayakan
perlindungan lingkungan hidup dan kesehatan manusia melalui pengelolaan lingkungan
hidup yang baik dengan upaya pelestarian daya tampung lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan di Indonesia didasarkan pada asas
tanggungjawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat yang bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menarik minat penulis untuk menulis judul
penelitian tentang : KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH
SABLON DI DENPASAR BARAT TAHUN 2011.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.. TUJUAN UMUM
 Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap kasus pencemaran lingkungan oleh
Limbah sablon yang berasal dari toko sablon Hj.Nurhayati.
 Untuk mengetahui bagaimana kronologi yang mengakibatkan pencemaran di
Tukad Badung, Denpasar Barat.
2.. TUJUAN KHUSUS
 Untuk memenuhi mata kuliah Penyidikan Lingkungan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYIDIKAN LINGKUNGAN


 Penyidik dan Penyidikan.
Pasal 1 angka 1 KUHAP berbunyi:
"Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan"
Bunyi Pasal 1 angka 1 KUHAP dipertegas lagi oleh Pasal 6 ayat (1) Kitab
Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyebutkan bahwa
penyidik adalah:
 Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
Makna Penyidik dalam KUHAP berbeda makna dengan yang disebut dalam
Pasal 1 angka 10 Undang undang RI Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang berbunyi:
"Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan"
Sedangkan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
 Penyelidik dan Penyelidikan.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mencamtumkan bahwa
pengertian penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Sedangkan
penyelidikan disebutkan sebagai serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pi dana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.

3
4

 Tindak pidana
Bertitik tolak dari istilah yang digunakan dan dasar atau alasan yang
dikemukakan oleh para sarjana hukum yang menggunakan istilab" tindak pidana",
maka dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dengan kesalahan dilakukan
atau tidak dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab, bersifat
melawan hukum, dilarang atau diharuskan dan diancam oleh undang-undang,
yang terjadi di tempat, waktu dan dalam keadaan tertentu.

2.2 PENCEMARAN LINGKUNGAN


 Pencemaran Iingkungan berarti masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Sedangkan perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan,
yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
 Penggunaan istilah tindakan “Pencemaran" dan "Perusakan" lingkungan hidup
sering dicampuradukkan orang. Secara sepintas memang tidak tampak adanya
perbedaan karena setiap orang yang melakukan perusakan lingkungan otomatis
juga melakukan pencemaran Iingkungan begitupun sebaliknya. Jadi batasan
perbedaannya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang dilakukan terhadap
lingkungan dan kadar kerugian yang diderita oleh Iingkungan akibat perbuatan
tersebut.
 Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 14 UUPPLH).
 Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPPLH menyatakan bahwa:
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu
lingkungan hidup. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 13 UUPPLH
menyebutkan bahwa:
5

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.”
 Perusakan Lingkungan Hidup
Perusakan lingkungan hidup adalah: "tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup."
(Pasal 1 angka 16 UUPPLH).

2.3 DASAR HUKUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN


 Dalam ketentuan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat pada Pasal 98 dan Pasal 99, yaitu
setiap orang yang dengan sengaja atau kelalaiannya melakukan:
a. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
b. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
dan mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia.
c. Perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
dan mengakibatkan orang luka berat atau mati.
 Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum:
 Perda Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Kota Denpasar.
BAB III HASIL PENYIDIKAN

3.1 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang terjadi pada kasus ini
Pada kasus lingkungan ini terjadi pecemaran Air Tukad Badung yang sebelumnya
berwarna jernih tiba-tiba berubah jadi warna merah pekat mirip darah. Limbah sablon
yang semestinya ditampung dalam bak pengolahan limbah itu langsung dibuang
melalui saluran pipa yang terhubung dari usaha kain celup sablon ke sungai. 

 Mengapa Pencemaran tersebut bisa terjadi


Pencemaran tersebut bisa terjadi karena kesalahan dari anak buah Hj. Nurhayati
yang teledor saat melakukan pembuangan limbah. Dia mengaku sudah memiliki
pengolahan limbah sebelum dilakukan pembuangan ke sungai. Namun, karena
keteledoran anak buahnya sehingga menyebabkan Tukad Badung menjadi merah.

 Dimana lokasi terjadinya kasus pecemaran tersebut


Pada kasus ini, pencemaran terjadi pada Tukad Badung itu mengalir hingga di
kawasan Jalan Imam Bonjol, Denpasar Barat dan Taman Pancing, Denpasar Selatan.

 Kapan terjadinya kasus pencemaran pada kasus tersebut


Kasus pecemaran tersebut terjadi pada Selasa pagi, 26 November 2019.

 Siapa yang menyebabkan pecemaran pada sungai tersebut


Pelaku pada kasus pencemaran sungai ini adalah sablon milik Hj Nurhayati di Jalan
Pulau Misol I No.23 Lingkungan/Banjar Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar
Barat.

 Team penyidik dan investivigasi


Perbekel Desa Dauh Puri Kauh, I Gusti Made Suandi, Kabid Penataan dan
Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Denpasar, Ida Ayu Indi Kosala Dewa, perwakilan Camat Denpasar Barat, dan
pihak Kepolisian.

6
7

3.2 PAPARAN KASUS


Diketahui sebelumnya, warga diseputaran bantaran Tukad Badung tepatnya di
kawasan Banjar Batannyuh, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, sejak Selasa pagi (26/11)
dihebohkan dengan perubahan warna air disepanjang sungai. Air Tukad Badung yang
sebelumnya berwarna jernih tiba-tiba berubah jadi warna merah pekat mirip darah.
Bahkan memerahnya air Tukad Badung itu mengalir hingga di kawasan Jalan Imam
Bonjol, Denpasar Barat dan Taman Pancing, Denpasar Selatan.
Saat ditelusuri limbah sablon tersebut ternyata berasal dari usaha sablon milik Hajjah
Nurhayati. Dari investigasi, melihat, menganalisa dan melakukan penyidikan terhadap
pemilik usaha, Hajjah Nurhayati,  ditetapkan telah melanggar Perda Nomor 11 Tahun
2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Denpasar dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Selain melakukan pelanggaran pembuangan limbah, usaha Hajjah Nurhayati juga
tidak mengantongi perizinan yang terkait dengan usaha, sehingga segel yang
dilaksanakan bersifat permanen hingga yang bersangkutan mampu memenuhi persyaratan
yang tertuang dalam perda.

3.3 HASIL PENYIDIKAN SUATU KASUS


Usut punya usut, berubahnya warna air di sepanjang aliran Tukad Badung itu akibat
limbah sablon milik Hj Nurhayati di Jalan Pulau Misol I No.23 Lingkungan/Banjar
Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat. Limbah sablon yang semestinya
ditampung dalam bak pengolahan limbah itu langsung dibuang melalui saluran pipa yang
terhubung dari usaha kain celup sablon ke sungai. 
Dalam kasus ini pemilik usaha melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Ketertiban Umum dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk itu berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2015 tadi
kita laksanakan penyegelan yang tertuang dalam Keputusan Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Denpasar Nomor : 188.45/2489/SatpolPP/2019 tentang Penyegelan Kegiatan
Usaha Sablon Batik. Atas pelanggaran ini, pemilik usaha akan diganjar hukuman melalui
Sidang Tindak Pidana Ringan (Tipiring) sedangkan atas Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 dilimpahkan untuk selanjutnya ditangani oleh Polresta Denpasar.
8

Untuk mengentaskan permasalahan serupa secara berkelanjutan diperlukan sinergitas


seluruh komponen secara komperhensif guna meminimalisir pelanggaran perda dan
hukum.
Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, DLHK Kota
Denpasar, Ida Ayu Indi Kosala Dewi, mengaku kewalahan dengan pelanggar di
Denpasar. Dikatakan, banyak pengusaha sablon di Denpasar yang terus kucing-kucingan
dengan petugas.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Batik Sablon Indonesia (APBSI) ada sekitar
200 usaha sablon yang tercatat di Denpasar. Kendati ratusan yang bergabung, namun
masih banyak juga yang belum bergabung dalam asosiasi, sehingga untuk mengontrol
usaha tersebut sulit dilakukan. Semua usaha sablon di Kota Denpasar tidak memiliki izin
dan diperparah lagi tidak memiliki pengolahan limbah yang bagus dengan alasan
pembuatan pengolahan limbah sangat mahal. Dengan kondisi itu, Pihak DKLH hanya
bisa melakukan penindakan berupa tipiring yang eksekusinya bekerjasama dengan Satpol
PP Kota Denpasar.
Jauh sebelum kasus ini menguak sebenarnya sudah dilakukan sosialisasi secara rutin
sekaligus melakukan pengecekan ke lokasi. Kendati semua tidak berizin karena tidak
memenuhi apa yang menjadi persyaratan, namun tidak bisa melarang mereka untuk
membuka usaha karena tuntutan ekonomi.
Sementara, pemilik usaha sablon, Hajjah Nurhayati hanya bisa pasrah melihat
usahanya disegel. Dia mengakui kesalahan dari anak buahnya yang teledor saat
melakukan pembuangan limbah. Dia mengaku sudah memiliki pengolahan limbah
sebelum dilakukan pembuangan ke sungai. Namun, karena keteledoran anak buahnya
sehingga menyebabkan Tukad Badung menjadi merah.
BAB IV PEMBAHASAN

Dalam kasus ini penerapan dari sanksi Hukum Administrasi dinyatakan pengusaha
sablon melanggar karena tidak menaati instrument yang tertera pada Pasal 14 Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
melekat pada kewenangan Pemerintah, sehingga dilakukan tanpa memerlukan bantuan
lembagai peradilan (nin- yuridisiil). Dimana di dalam prakteknya di lapangan DLHK dan
Satpol PP telah mengeluarkan surat peringatan terhadap pengusaha sablon yang
melakukan pelanggaran namun tidak ditaati untuk melakukan evaluasi. Tindakan turun ke
lapangan yang dilakukan oleh DLHK dan Satpol PP untuk memberitahu kepada para
pengusaha sablon yang melanggar tersebut serta memberikan mereka surat peringatan
atau menutup usaha sablon yang melanggar tersebut.
DLHK dan Satpol PP memberikan beberapa instruksi dalam pelaksanaanya
dilapangan berupa :
a. Peringatan secara lisan.
b. Penyuluhan tentang bagaimana mengolah limbah hasil sablon agar tidak
mencemarkan lingkungan.
 Pembuatan tempat penampungan (septic tank) atas limbah yang dihasilkan dari
usaha sablon.
 Mempunyai surat ijin, baik ijin usaha maupun surat ijin pembuangan limbah
sablon yang dihasilkan dari usaha sablon yang mereka miliki.
Akhir dari kasus ini pihak pengusaha sablon dikenakan pasal berlapis sanksi hukum
administrasi nya karena telah mengabaikan surat peringatan dan teguran yang
mengakibatkan usaha sablon harus ditutup. Penjabaran sanksinya berupa :
 Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum
o Pasal 57 yang berbunyi : Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Paal 5,
Pasal 6, Pasal 8, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 19, dan Pasal 40 ayat (3)
Peraturan Daerah ini dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000 (satu juta
rupiah).
 Perda Nomor 11 Tahun 2015
 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

9
10

o Pasal 14 pada UU No 32 Tahun 2009 tentang PPLH menjelaskan bahwa


AMDAL, UKL - UPL dan perizinan merupakan salah satu instrument pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan.
Penerapan sanksi pindana penjara dan denda tersebut di atas bersifat komulatif bukan
alternative, jadi sanksinya diterapkan keduanya yaitu sanksi pidana penjara dan pidana
denda, bukan salah satu diantaranya pemberatan sanksi dapat dikenakan bagi pemberi
perintah atau pemimpin tindak pidana yaitu diperberat sepertiga.
BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
 Mengenai sanksi yang diterap oleh DLHK dan Satpol PP Pemerintah Kota Denpasar
Barat itu masih mengacu pada Perda No 1 Pasal 57 Tahun 2015 dan Perda No 11
Tahun 2015 serta Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Pasal 14.
 Dalam sanksi tersebut toko dari pengusaha sablon telah disegel oleh DLHK dan
Satpol PP Pemerintah Kota Denpasar Barat dan dikenakan denda sebesar
Rp.2.000.000.
 Dalam kasus ini pemilik usaha melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Ketertiban Umum dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk itu berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun
2015 tadi kita laksanakan penyegelan yang tertuang dalam Keputusan Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Denpasar Nomor : 188.45/2489/SatpolPP/2019 tentang
Penyegelan Kegiatan Usaha Sablon Batik. Atas pelanggaran ini, pemilik usaha akan
diganjar hukuman melalui Sidang Tindak Pidana Ringan (Tipiring) sedangkan atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dilimpahkan untuk selanjutnya ditangani oleh
Polresta Denpasar.

5.2 SARAN
Diharapkan untuk pemilik usaha yang membuat surat izin pembuangan limbah. Serta,
melakukan pengelolaan limbah sablon sebelum dibuang ke badang sungai agar tidak
mencemari lingkungan.

11
12

LAMPIRAN BERITA ACARA


Pada hari ini jumat tanggal Dua November, tahun Dua Ribu Sembilan Belas
berdasarkan surat pemerintah Gakkum KLHK. No.KP.01.02/III/2811/2019, tanggal
28 November 2019. Tim Investigasi/Klarifikasi yang terdiri dari
1. Nama : Arina Da Selva
NIP : P23133117007
Pangkat/Gol : III/d
Jabatan : Kepala Sub Bagian pada sub bagian tata usaha Balai
Pengamanan dan
Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan wilayah jawa
timur

2. Nama : Ibnu Akil


NIP : P23133117018
Pangkat/Gol : IV/c
Jabatan : Kepala Seksi pada Seksi Wilayah I Sub Direktorat Penyidikan

Perambahan pemukiman direktorat penegakan Hukum Pidana


Direktorat Jendral Penegak Hukum lingkungan hidup dan kehutanan

3. Nama : Rizqia Syaffa Sabila


NIP : P23133117033
Pangkat/Gol : III/b
Jabatan : Kepala Seksi pada seksi penerapan sanksi Administrasi
Bidang
Industri Rumahan

4. Nama : Salma Irbah Qonitah


NIP : P23133117034
Pangkat/Gol : III/a
Jabatan : Kepala Seksi Prasarana dan jasa sub direktorat penerapan
sanksi
Administrasi direktorat pengaduan
13

Meminta keterangan kepada Pemilik Usaha Sablon yang bernama:


Nama : Hj. Nurhayati
Jabatan : Pemilik Usaha
Yang bersangkutan diminta keterangannya/klarifikasi sehubung dengan
adanya laporan pengaduan/tuntutan dari masyarakat pada tanggal 26 November 2019,
atas pencemaran lingkungan oleh Produksi Sablon Hj. Nurhayati atas pertanyaan yang
diajukan Tim Klarifikasi, yang bersangkutan memberikan jawaban, Sebagai berikut :
1. Apakah pada hari ini sudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?
Jawab : Ya, pada hari ini saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

2. Saudara diperiksa oleh penyidik pada hari ini untuk dimintai keterangannya sebagai
tersangka dalam perkara tindak pidana lingkungan melakukan kelalaian dalam proses
pembuangan limbah Produksi Sablon Hj. Nurhayati Denpasar Barat, Apakah saudara
bersedia diperiksa dan memberikan keterangan sebenar – benarnya?
Jawab : Ya. Saya bersedia diperiksa dan akan memberikan keterangan dengan sebenar
– benarnya.

3. Ceritakan secara singkat dan jelas riwayat hidup saudara?


Jawab : Saya lahir di Denpasar tanggal 30 Maret 1962, saya merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Ibu kandung saya bernama Intan dan Bapak saya bernama Roy.
Saat ini saya tinggal di Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat.

4. Apakah dalam pemeriksaan sekarang ini saudara akan menggunakan hak saudara
untuk didampingi pengacara atau penasehat hukum?
Jawab : Ya, pengacara atau penasehat hukum saya sudah disediakan.

5. Apakah saudara pernah di hukum atau ditahan atau tersangkut pidana lainnya?
Jawab : Saya belum pernah di hukum dan tersangkut perkara pidana

6. Sebagai apakah saudara di Produksi Sablon Hj. Nurhayati tersebut diatas?


Jawab : Saya adalah pemilik usaha Produksi Sablon Hj. Nurhayati.

7. Bergerak di bidang apa Produksi Sablon Hj. Nurhayati itu?


Jawab : Bergerak di bidang usaha textil.
14

8. Apakah benar saudara melakukan kelalaian dalam proses pengolahan limbah Produksi
Sablon Hj. Nurhayati?
Jawab : Ya, dalam pelaksanaan pengolahan limbah terdapat kelalaian oleh pekerja.
Tidak melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.

9. Sejak kapan saudara melakukan kegiatan tersebut diatas?


Jawab : Sekitar 1 bulan yang lalu sesuai apa yang sudah direncanakan oleh tim
perencanaan

10. Apakah dalam melakukan kegiatan tersebut diatas saudara mendapatkan perintah dari
seseorang atau berdasarkan keinginan pribadi?
Jawab : Ya saya mendapat perintah dan saya hanya melakukan sesuai apa yang sudah
direncanakan oleh tim perencanaan

11. Pada waktu kapan saudara melakukan kelalaian dalam proses pengolahan limbah
sablon?
Jawab : Sekitar satu bulan yang lalu.

12. Jelaskan secara singkat kronologis saudara dalam melakukan kelalaian dalam proses
pelaksanaan pengolahan limbah Produksi Sablon Hj. Nurhayati?
Jawab : Limbah sablon yang seharusnya ditampung di bak penampungan, limbah
tersebut malah langsung terbuang di Tukad Badung tanpa diolah terlebih dahulu.

13. Apakah saudara mengetahui akibat atau dampak dari kelalaian tersebut?
Jawab : Ya saya tahu berdasarkan dengan adanya aduan dari beberapa warga sekitar

14. Bagaimana pendapat saudara tentang perbuatan yang saudara lakukan?


Jawab : Saya tidak tau bahwa karyawan saya melakukan kelalaian dan saya hanya
bias pasrah saat usaha saya disegel.

15. Apakah saudara mengajukan saksi yang meringankan saudara sehubungan dengan
perkara tersebut diatas?
15

Jawab : Tidak

16. Apakah ada keterangan lain yang akan saudara tambahkan dalam pemeriksaan ini?
Jawab : Tidak ada

17. Apakah keterangan yang saudara berikan sudah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan di depan sidang pengadilan?
Jawab : Ya, saya akan bersedia mempertanggungjawabkan semua keterangan yang
saya berikan dimuka pengadilan

18. Apakah di dalam pemeriksaan sekarang ini saudara merasa terpaksa atau dipaksa
orang lain atau pemeriksa sehingga memberikan keterangan diatas?
Jawab : Dalam pemeriksaan ini saya tidak merasa dipaksa atau ditekan baik oleh
pemeriksa sendiri maupun orang-orang lain

Sampai disini permintaan keterangan ini kami akhiri ybs masih tetap pada keterangan
semua serta memberikan semua keterangannyna. Selanjutnya ybs membubuhkan
tanda tangannya dibawah ini dan membubuhkan parafnya pada halaman-halaman
dimuka, sebagai tanda mengerti dan setuju atas semua isi berita acara permintaan
keterangan ini.
Yang memberikan
keterangan

Materai 6000
16

Demikian Berita acara permintaan keterangan ini kami buat dengan sebenar-
benarnyan, kemudian ditutup serta ditandatangani pada hari dan tanggal tersebut

Tim Investigasi/Klarifikasi Poltekkes Jakarta II Kemenkes RI


1. Nama : Arina Da Selva
NIP : P23133117007
Pangkat/Gol : III/d
Jabatan : Kepala Sub Bagian pada sub bagian tata usaha Balai
Pengamanan dan
Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan wilayah jawa
timur

2. Nama : Ibnu Akil


NIP : P23133117018
Pangkat/Gol : IV/c
Jabatan : Kepala Seksi pada Seksi Wilayah I Sub Direktorat Penyidikan

Perambahan pemukiman direktorat penegakan Hukum Pidana


Direktorat Jendral Penegak Hukum lingkungan hidup dan kehutanan

3. Nama : Rizqia Syaffa Sabila


NIP : P23133117033
Pangkat/Gol : III/b
Jabatan : Kepala Seksi pada seksi penerapan sanksi Administrasi
Bidang
Industri Rumahan

4. Nama : Salma Irbah Qonitah


NIP : P23133117034
Pangkat/Gol : III/a
Jabatan : Kepala Seksi Prasarana dan jasa sub direktorat penerapan
sanksi
Administrasi direktorat pengaduan
17

Yang Menyelidiki
Penyidik 1 Penyidik 2 Penyidik 3 Penyidik 4

(................ ........) (.............................) (.............................)


(...........................)
18

DAFTAR PUSTAKA

https://radarbali.jawapos.com/read/2019/11/28/167821/air-tukad-badung-merah-darah-pol-
pp-segel-usaha-sablon-hj-nurhayati
http://blogmhariyanto.blogspot.com/2010/04/penyidikan-tindak-pidana-kehutanan.html
https://www.researchgate.net/publication/
318651661_Peranan_Polisi_dalam_Penyidikan_Perkara_Pidana_Lingkungan/fulltext/
597549b40f7e9b4016a07620/Peranan-Polisi-dalam-Penyidikan-Perkara-Pidana-
Lingkungan.pdf
https://www.nusabali.com/berita/64165/usaha-sablon-pembuang-limbah-disegel

Anda mungkin juga menyukai