Anda di halaman 1dari 154

-~-

HUBUNGAN FUNGSIONAL

TEKNIK SIPIL
DENGAN
TATA RUANG KOTA DAN DAERAH

SUATU PENGANTAR

Jilid I

oleh
lr. Soefaat, MCPI.
Nama Kode : UR-24.
Judul : Hubungan Fungsional Tata Ruang dan
Teknik Sipil : Suatu Pengantar.
Disusun oleh : Ir. Soefaat, MCPI.
Editor :Drs. Busrodin.
Cetakan : Pertama.
Tahun Penerbitan : 1999.
Jumlah Halaman : 148 halaman.
Ulruran Bulru : (15 x 23,5) em.
Penerbit : PT. Mediatama Saptakarya.
Percetakan : PT. Safir Alam.
Hak Cipta : Dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta
Tahun 1987 Pasal44.

Dilarang mengutip atau merekam dengan cara apapun isi bulru ini,
baik sebagian ataupun seluruhnya tanpa izin dari PT. Mediatama
Saptakarya (PT. Medisa)
PENGANTAR PENERBIT

Yayasan Badan Penerbit PU dan PT. Medisa menyambut baik


buku Hubungan Fungsional Tata Ruang dan Teknik Sipil :
Suatu Pengantar, karangan Ir. Soefaat., MCPI, yang
disampaikan kepada PT. Medisa untuk diterbitkan. Bukan saja
buku semacam itu belum pernah diterbitkan. tetapi
pengarangnya adalah orang yang mempunyai otoritas dalam
bidang bidang tersebut, baik melalui pendidikan maupun melalui
pengalaman dalam jabatan untuk masalah tersebut di
Departemen PU. seperti yang tertera dari biodata pengarang.

Sudah selayaknya kalau masyarakat juga dapat merasa gembira


dengan diterbitkannya buku ini. Buku ini tidak saja berisi teori
tentang Teknik Sipil. tetapi sudah menyangkut analisis
penerapannya untuk Tata Ruang secara fungsional, seperti
Pengembangan Wilayah. Pengembangan Kota, Pengembangan
Pedesaan dan Aspek-aspek Utama dalam Tata Ruang.

Walaupun buku ini terutama ditujukan kepada mahasiswa


Teknik Sipil sebagai kelengkapan bekal sebelum mereka terjun
ke lapangan, tetapi untuk para praktisi, buku ini sangat penting,
terutama bagi para pejabat PU di lingkungan Cipta Karya.

Sernoga perkiraan kami benar, dan buku ini dapat memenuhi


harapan dan kebutuhan pembacanya.

Jakarta, 15 Februari 1999

PT. Medisa.
BAB KATA PENGANTAR

KA TA PENGANTAR

Buku kecil ini disusun berdasarkan pengalaman memberi


kuliah 'lata Kota dan Daerah" pada Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dengan pemekaran
diktat perkuliahan secara besar-besaran, baik secara struktural
kualitatif maupun kuantitatif.
Sejak kira-kira tahun 70-an, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, memandang perlu para
mahasiswanya yang senior mengenal Tata Kota dan Daerah.
atau sering disebut juga Planologi atau Tata Ruang. Program
tersebut merupakan salah satu mata kurikulum Jurusan Teknik
Sipil yang berlanjut sampai sekarang dan kurikulum tsb
resminya pernah menjadi acuan bagi semua Universitas Swasta
se-Jakarta, Kopertis III, dalam Jurusan Teknik Sipil-nya. Tahun
1921 - 1960 di ITB juga pernah ada program semacam tersebut,
dan dalam tahun 80-an pernah ada lagi rencana melanjutkannya,
tetapi karena sesuatu hal tidak dapat dilaksanakan. Tahun 60-an
itu pula di Amerika Serikat terbit majalah teknik sipil yang
khusus membahas peran teknik sipi1 dalam Perencanaan Kota
yaitu "Journal of The Urban Planning Division, Proceeding of
The American Society ofCivil Engineering" 02
Buku ini pertama-tama dimaksudkan sebagai bantuan
kepada mahasiswa Teknik Sipil dalam perku1iahan Tata Kota
dan Da.erah. Dalam pada itu penulis berharap buku ini akan juga
ada manfaatnya bagi para pakar teknik sipil dalam pekerjaan
lapangan, terutama mereka yang hams b~kerja dalam Tim Tata
Ruang dengan para pakar disiplin-disiplin lain di luar teknik
sipil, baik pada tingkat perencanaan maupun pelaksanaan.
Harapan tersebut didasarkan kepada perkembangan urbanisasi
di Indonesia sejak sebelum merdeka, kemudian disusul secara
besar-besaran sejak tahun 70-an dengan upaya
pengembangannya lewat proyek-proyek "Program
ii BAB KATAPENGANTAR

Pembangunan Prasarana Kota Terpadu ", disingkat P 3KT, atau


terkenal dalarn istilah Inggris "Integrated Urban Infrastructure
Development Program", disingkat IUIDP, yang memerlukan
keberadaan Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan sebagai latar
belakang.
Untuk penanganan perencanaan dan manajemen
pelaksanaan proyek-proyek di lapangan diperlukan apa yang
disebut profesi municipal engineering •J (telcnik kekotaan);
seorang pakar teknik, terutama teknik sipil, dalam pekerjaan
tata ruang sangat diperlukan untuk "menerjemahkan rencana
dan pelaksanaan tata ruang Ice dalam langkah-
langkahltindakan-tindakan telcnik sipil" Dan dengan tingkat
urbanisasi di Indonesia yang cukup tinggi akhir-akhir ini dan
yang akan masih berlanjut dalarn waktu-waktu mendatang,
kebutuhan akan "pakar-pakar teknik kekotaan" tersebut dapat
diprakirakan semakin banyak.
Latar belakang pengetahuan planologi selain untuk
perkotaan juga diperlukan untuk "pengembangan wilayah" di
berbagai daerah dalarn wilayah nasional Indonesia. Seperti
halnya pembangunan kota, pengembangan wilayahpun men-
cakup pekerjaan-pekerjaan perencanaan, pembangunan dan
operasi serta peme-liharaan prasarana dan sarana yang sebagian
besa.r juga menjadi porsi para pakar teknik sipil.
Dengan demikian barangkali isi buku ini (terutarna Bab-
bab II, ill dan IV dalarn buku Jilid-1, dan V dan VI dalarn Jilid-
11, juga dapat bermanfaat sebagai pengetahuan latar belakang
perkembangan kota dan daerah bagi siapa saja yang menaruh
minat terhadap fenomena itu.
Melihat hal-hal tsb di atas diharapkan isi buku ini juga
bermanfaat sebagai bahan dialog pakar tata ruang dengan pakar
teknik sipil.
Penulis memandang perlu di sana-sini memperkenalkan
kata-kata padanan dalam bahasa lnggris, tiada lain untuk
memudahkan pembaca menghadapi kepustakaan dalam bahasa
tersebut.

"l merupakan sa1ah satu mata kuliah di Departemen Planologi ITB


beberapa tahun sejak didirikan th 1959
BAB KATA PENGANTAR iii

Sementara itu, beberapa tanggapan sewaktu penulisan


naskah buku ini bahwa hubungan fungsional selain Teknik Sipil
dengan Tata Ruang sebenarnya juga terdapat antara banyak
disiplin ilmu lain dengan tata ruang, seperti arsitektur,
demografi, dsb.,dsb, paling tidak semua disiplin seperti
yang diuraikan dalam Bab IV: Aspek-aspek utama dalam Tata
Ruang. Penulis sepakat dengan pemikiran tsb, dan merasa
senang apabila dapat membantu sekedamya dalam upaya tsb.
Selanjutnya, penulis telah menerima sumbangan fikiran
yang besar artinya bagi finalisasi naskah buku ini dari :
Prof.,Dr.Jr. Budhi Tjahjati S. Soegijoko, Guru Besar pada
Departemen Planologi ITB merangkap Deputi Ketua Bappenas,
yang mengenal dunia akademik dan sekaligus kebijakan
Pemerintah dalam penanganan Penataan Ruang; Ir. Ruslan
Diwirjo, mantan Direktur Tata Kota dan Daerah, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Direktur
Jenderal Bina Marga. dan terakhir sebelum pensiun menjabat
Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum, karier tsb
penting mengingat pengalaman dan pandangannya sebagai
Sarjana Teknik Sipil tentang Tata Ruang; dan Profesor Ir.
Yutata Hadihardaya, yang kini selain sebagai Guru Besar
Teknik Sipil Universitas Diponegoro juga menjabat Direktur
Perguruan Tinggi Swasta (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan), Ketua Perhimpunan Sarjana Teknik Sipil seluruh
Indonesia; dia secara konseptual melihat perlunya Sarjana
Teknik Sipil mempunyai perspektif terhadap disiplin ilmu lain-
lainnya. Sungguh berbesar hati penulis mendapat berbagai
komentar dari ketiga rekan pakar tsb. Namun, segala tanggung
jawab terhadap isi buku ini, semata-mata tetap ada pada penulis
sendiri.
Bantuan berharga dapat penulis terima juga dari 2 rekan
pengajar di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia berupa beberapa saran-saran dari sudut pedagogik,
yaitu Ir. Igig, Ir. Surnard.ikatmodjo dan Ir. Jachrizal
Sumadibrata, MSc. Perlu pula terima kasih banyak penulis
sampaikan kepada Mas Hartono yang membantu dengan sabar
dan tekunnya mengetik naskah ini sampai berulang kali. Dan
bersama itu terima kasih banyak diucapkan kepada PT Planars
Konsultan dalam bantuannya menyediakan berbagai fasilitas
pengetikan dan penggambaran.
iv BAB KATAPENGANTAR

Penerbit buku w, PT. Mediatama Saptakarya,


mengedarkan buku ini dalam Jilid-1 dan Jilid-ll. Jilid-1 berisikan
Bab-bab I s/d N, dan Jilid-ll memuat Bab-bab V s/d IX
lengkap dengan Lampirannya Berupa Undang-Undang Tata
RuangNo. 24 Th 1992, dan kedua-duanya disertai indeks dan
daftar bibliografi. Atas kesediaan PT. Mediatama Saptakarya
menerbitkan buku ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Semoga buku kecil ini dapat ikut membantu dalam
memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Kami sadar buku ini
masih memerlukan berbagai perbaikan. Maka segala saran ke
arab itu kami nantikan dengan ucapan serta terima kasih
terlebih dahulu.

Jakarta, 1998

Penulis
DAFTAR lSI v

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ...................................... .


DAFTAR lSI... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR TABEL... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... vtn
DAFTAR GAMBAR... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . tx

BAB I. PENDAHULUAN... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1
1.1. PENGERTIAN UMUM TENTANG
TATA KOTA DAN DAERAH... ... .... 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
PLANOLOGI... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.3. HUBUNGAN FUNGSIONAL TEKNIK
SIPIL DENGAN PEN ATAAN
RUANG.................................... 9

BAB II. PENGEMBANGAN WILAYAH DAN


KOTA.............................................. 12
11.1. UMUM. .. . .. ... .. . ... . . . . . . .. . . . . ... .. . ... . 12
Il.l.l.Karakteristik Planologi............ 12
11.1.2. Ancangan Sistem... ... .. . . . . .. . . . . 13
11.2. PENGEMBANGAN WILAYAH...... 16
11.2.1. Perencanaan Wilayah... . . . . . . . . . . 17
TI.2.2. Klasifikasi Wilayah. .. . .. . .. . .. . .. 21
TI.2.3. Lingkungan... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. .. 28
11.2.4. Survei... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 31
• Unsur- unsur Fisik :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
• Unsur - unsur Fisik - Ekonomi :. . . . . . 34
• Unsur - unsur Sosial - Ekonomi :. . . . . 35
11.3. PENGEMBANGAN KOTA........... 36
11.3.1. Urbanisasi..................... .. . . . . . . . . . 36
11.3.2. Proses Urbanisasi... ... ... . .. ... . .. .. . .. 43
11.3 .3. Perencanaan Kota... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
11.3.4. Beberapa Tipe Kota.................. .. 48
11.3 .5. Peremajaan Kota (Urban
vi DAITARISI

Reneva1). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
11.3.6. Standar Perencanaan. .. .. . ... ... .. . ... .. 52

11.4. PENGEMBANGAN
PERDESAAN 2· 10· 2 ·25 ···· 52
11.5. AN ALI SA DAN PENYAJIAN
DATA................................... 56
11.5.2. Statistik dan Tabel... .. . . . . . . . . . . . . . . . . 60
11.5.3. Matematik Terpakai (Applied
Mathematics). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61

BAB III. ASPEK - ASPEK UTAMA DALAM


PERENCANAAN TAT A RUANG... . . . .. 62
Ill. I. UMUM... ... ...... ... ... ... ... ... ... ..... 62
III.2. ASPEK SO SIAL... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
111.2.1. Kependudukan... ... ... ... ... ... 72
111.2.2. Aspek Sosio - Budaya... . . . . . . 83
111.2.3. Aspek Po1itik.................. .. 88
111.2.4. Aspek Hukum................... 89
111.2.5. Aspek Administrasi... ... ... ... . 91
III.3. ASPEK EKONOMI... . . . . . . . . . . . . . . . . . . 93
III.3.l. Ekonorni.... .. . . . . .. . .. .. . . . . . . . .. 93
III.3.2. Pertanian....... .. .. . . . . . . . . .. . . . . 97
III.3.3. lndustri...... ... ... ... ... ... ... ... 97
III.3 .4. Biaya .. , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
III.4. ASPEK FISIK... ... ... ... ... ... ... ... .. . 100
III.4.l. Sumber Daya Alam... ... ... ... 100
111.4.2. Teknik Sipil... ... . .. ... ... ... ... 102
III.4.3. Arsitektur... ... ... ... ... ... . .. .. . 103
III.4.4. Geografi... .. . ... . . . .. . ... . .. . .. .. 105
IV .4 .5. Geodesi... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106
IV.4.6. Geologi... ... ... ... ... ... .. . ... .. . 109
III.5. ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI (IPTEK)................ 111
III.5.l.Umum............................ 111
III.5.2. llmu Pengetahuan.... .. . . . . .. . . . 111
III.5.3. Teknologi... ... .. . .. . . .. ... ... . .. 112
III.6. CATATAN... ... ... ... ... ... ... ... ... ..... 113
DAFTAR lSI vii

BAB IV. TATAGUNALAH AN.................... ... 114


IV.l. UMUM............. ..................... 114
IV.2. TATA GUNA LAHAN WILAYAH/
KOTA............ ...... ............... ... 119
IV.2.1. Pantai... ... ... ... ... ... ... .... ... 120
IV.2.2. Pegunungan...... ... . . . . . . . . . . . . 121
IV.2.4. Perpetakan... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 122
INDEKS ... ... ... ... ......... ... ... ... ... ... ... ...... ... .... 123
BffiLIOGRAFI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 128
viii DAFTART ABEL

DAFTAR TABEL

1. Tabel2.1. Proyeksi Penduduk Indonesia Daerah


Perkotaan 1980 - 2000 .................. 39
2. Tabel2.2. Proyeksi Penduduk di Indonesia, Desa,
Kota th 1980 - 2000 ..................... 40
3. Tabel2.3. Pertumbuhan Rata-rata Penduduk dalam
Wilayah Asia-Pasifik 1970 - 1990 ...... 41
4. Tabel2.4 Penduduk di Wi1ayah Asia - Pasifik
1970- 1990 dan Persentase
Perkotaan ................................... 42
DAFfARGAMBAR ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Diagram Hubungan Faktor-faktor


Perencanaan Tata Ruang (Definisi
Planologi) ............................... 12
2. Gambar 2.2a. Sistem Terbuka ......................... 14
3. Gambar 2.2b. Sisitem Tertutup ........................ 14
4. Gambar 2.3. Suatu Sistem ............................ 14
5. Gambar 2.4-. Sistem Wisma- Karya- Marga-
Suka - Sarana .......................... 16
6. Gambar 2.5. Skema 3(tiga) Unsur Pokok
Perencanaan Tata Ruang .............. 17
7. Gambar 2.6. Gambar Daerah Perencanaan dan
Daerah Studi/Pengamatan ............. 18
8. Gambar 2.7. Skema yang Menunjukkan Zona-zona
Hijau Radial Masuk ke Dalam Daerah
Perkotaan ................................ 50
9. Gambar 2.8. Perubahan Daerah Perumahan menjadi
Datrah Perkotaan ....................... 51
10. Gambar 2.9. Penunjukan Lokasi Gorong-gorong
di Jalur "Pantura" ....................... 57
11. Gambar 2.10. Gambar Asal- Tujuan ................. 59
12. Gambar 2.11. Pola dan bentuk Arsiran ............... 60

13. Gambar 3.1. Tata Ruang sebagai Pusat Studi ....... 64


14. Gambar 3.2. Struktur I Komposisi Bidang
Keahlian Tingkatan Nasional,
Sub-nasionallregional dan Lokal ...... 66
15. Gambar3.3. Suatu Model Hirarki Perencanaan
Tata Ruang dan Tim Antar-Disiplin ... 67
16. Gambar3.4. Suatu Konsep Tahap Perencanaan dan
Desain Lingkungan Pembangunan ..... 69
17. Gambar 3.5. Tiga Ciri Penduduk ...................... 78
X DAFTARGAMBAR

'18. Gambar 3.6. Contoh lain Wujud Piramida Penduduk :


Prosentase Penduduk Usia Sekolab
Menurut Umur dan Jenis Kelamin
untuk Daerab Pedesaan di Indonesia
1961 dan 1971.. ............ ' ......... 79
19. Gambar 3.6. Stratifikasi Sosial. .................... 87

20. Gambar 4.1. Penggunaan Laban Rinci


Sebagian dari Peta Penggunaan Laban
Daerab Pancoran-Jakarta Kota
( ± Th. 1960 ) ...... '.' . ' .. '. '' ....... '' 118
21. Gambar 4.2a. Po1a Tata Guna Laban Wi1ayah Pantai
1857 ..................................... 120
22. Gambar 4.2b. Pola Tata Guna Laban Wi1ayah Pantai
1940 ......................... ,, ........... 120
23. Gambar 4.2c. Pola Tata Guna Laban Wilayah Pantai
1969 ...................................... 120
24. Gambar 4.3 Tata Guna Laban Wilayab
Pegunungan ...... ............ 121
BAB I PENDAHULUAN

DAB I. PENDAHULUAN

Buku kecil ini mencoba membahas pengetahuan yang


mengantarkan dasar-dasar hubungan fungsional Teknik Sipil
dengan Tata Kota dan Daerah. Sejarah perkembangan kota dan
daerah mengemukakan bahwa di Inggris para pakar teknik sipil
(bersama arsitek dan insinyur geodesi) 1 1 merupakan salah satu
pencetus gagasan bahwa pembangunan dan perkembangan kota
dan daerah itu berdasar pengalaman dilapangan perlu
didasarkan pada atau diawali dengan suatu konsep utuh, jadi
tidak lagi dikerjakan bagian demi bagian secara insidental atau
sporadik seperti yang sudah-sudah. seakan-akan tidak ada
hubungan antara bagian kota/daerah yang satu dengan bagian
yang lain. Namun upaya pengembangan hubungan jimgsional
teknik sipil - tata ruang yang dimaksud di atas kurang dapat
ditemukan dalam bacaan-bacaan. Mudah-mudahan buku ini
dapat ikut mengisi kekurangan tsb.
Sesuai dengan judulnya, buku ini masih terbatas pada
uraian-uraian pengantar atau ana/isis tentang dasar-dasar
hubungan jungsional tsb, jadi belum bersifat "nonnatif'.
Dengan kata, lain masih perlu dikembangkan lebih lanjut, entah
dengan menambah atau mengembangkan sendiri pengetahuan
tsb lewat bacaan-bacaan lain yang relevan, atau dengan
penulisan buku-buku semacam ini yang lebih mendalam,
meluas dan/atau dengan cara lain yang lebih teknis-praktis.

Ll. PENGERTIAN UMUM TENTANG TATA KOTA DAN


DAERAH

lstilah Tata Kota dan Daerah menunjuk kepada keadaan


suatu kota atau daerah yang telah hadir sebagaimana adanya :
besar atau kecil, bersih atau kotor, menyenangkan atau tidak,
padat bangunan, padat lalu lintas, padat penduduknya atau
sebaliknya, dsb-dsb. Tapi istilah tsb sekaligus dapat diartikan
sebagai suatu proses pekerjaan yang perlu ditangani dalam
bentuk pekerjaan merencanakan, menata, atau membangun/ ·
2 BAB I PENDAHULUAN
. mengatur agar kota dan daerah menjadi lebih baik demi
kepentingan kehidupan penduduknya.
Tata. Ruang di Indonesia, paling tidak secara teoretis-
ilmiah, ketinggalan 50 tahunan. Kalau negara-negara Barat
telah sempat membangun negaranya dan terutama kota-kotanya
selama berpuluh-puluh tahun sejak beberapa ratus tahun yang
lalu dan dengan demikian arti Tata Ruang dewasa ini bagi
mereka dalam banyak hal lebih bersifat perbaikan,
penyempurnaan atau penyesuaian metode pembangunan
negaranya berdasar standar-standar atau tuntutan-tuntutan baru
masyarakatnya (modernisasi). Bagi Indonesia, dan negara
berkembang lainnya, penataan ruang lebih berarti penataan
pembangunan sejak awal: kerugiannya ialah lebih banyak
masalah yang harus diselesaikan secara serentak untuk menutup
ketinggalannya, tapi sebaliknya ada harapan juga bahwa
hasilnya akan dapat lebih baik karena sempat memanfaatkan
pengalarnan-pengalarnan negara yang lebih dahulu mulai
pembangunannya. Buku ini berharap dapat memandang konsep
penataan ruang dari sudut keadaan dan kebutuhan Indonesia.
Pendefmisian kata Rencana Tata Kota dan Daerah. [atau
dev,:asa ini lebih sering disebut Rencana Tata Ruang (Daerah
dan Kota}'. sebagaimana dikemukakan berbagai pihak],
tidaklah terlalu mudah, tiada lain karena sifatnya yang cukup
kompleks. Pengertian "Ruang'' (space) menunjuk kepada
"rongga" berdemensi tiga: yang dimaksud ialah rongga atau
wadah berbagai kegiatan manusia di permukaan tanah. di atas
dan di bawahnya. dan dengan demikian terkait pengertian atau
makna ':fisik ". Maka secara umum definisi '·rencana tata ruang ··
tsb dapat dikatakan sbb. : Suatu upaya memberi wujud fisik
berdasarkan suatu rencana pembangunanfisik. yang berangkat
dart kebijaksanaan pembangunan ekonomi dan soswl. Rencana
fisik ini mengutamakan upaya secara realistik menczptakan
lingkungan yang mengandung kualitas hidup. seraya
memperhitungkan potensi atau kemungkinan-kemungkinan
yang tersedia serta kendala-kendala yang dihadapi dan
dengan memanfaatkan sumber daya secara e.fisien.
Dengan demikian lahan dan penggunaan lahan
mempunyai arti penting dalam Tata Ruang dan memiliki nilai
ekonomi dan sosial yang harus dperhitungkan.

Regional and City Spatial Planning


BAB I PENDAHULUAN 3
Agar rencana tsb tidak tinggal rencana di atas kertas saja,
maka Undang-undang Penataan Ruang 1992, (selanjutnya
disebut dengan singkatan : UUPR92), menentukan bahwa
Penataan Ruang terdiri atas 3 kegiatan, yaitu Perencanaan
Ruang dilanjutkan dengan Pemanfaatan Ruang dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruanrf. Penataan Ruang secara
geografis menjangkau 4(empat) tingkatan, yaitu tingkat
Nasional, Wilayah atau Daerah. Kota dan Desa.
Pada dasamya buku ini lebih menitik-beratkan kepada
tahap atau aspek perencanaan, dan soal tahap pelaksanaan dan
pengelo/aan berikutnya akan disinggung sebagai pengetahuan
umum atau bila perlu saja.
Secara konseptuaL Tara Ruang Nasional mengintegrasikan
rencana-rencana wilayah, rencana wilayah pada gilirannya
mengintegrasikan rencana-rencana kota dan rencana-rencana
desa, dan rencana perkotaan merupakan perpaduan seluruh
daerah perkotaan. Dalam kenyataannya perhatian terbesar
diberikan kepada rencana-rencana perkotaan terlebih dahulu
karena dirasakan sudah sangat mendesak tanpa menunggu
adanya rencana Nasional atau rencana Wilayah.
Meskipun rencana-rencana kota pada umurnnya dibuat
mendahului rencana wilayah (atau rencana daerah), tapi pada
prinsipnya kota tidak boleh terpisah dari daerah sekitamya.
Dengan kata lain perlu diusahakan ada keterkaitan antara kota
dengan wilayah dan demikian juga antara wilayah yang satu
dengan wilayah yang lainnya, dan antara wilayah dengan
rencana nasional.
Pengertian istilah "'wi/ayah" dan "daerah" dapat dikatakan
sebagai bel"ikuf : ''wilayah" atau "daerah" merupakan suatu luasan
geografis yang d.ibatasi oleh kebutuhan fisik dan atau ekonomi dan
atau sosial dan atau administrasi (kepemerintahan); dan atau beberapa
kebutuhan tsb dan atau keempat-empatnya sekaligus.
Wilayah merupakan kesatuan geografis yang direncanakan
berdasarkan berbagai potensi atau permasalahan (terutama yang
dominan) yang terkandung di dalamnya, atau dengan kata lain
berdasarkan tujuan pemecahan permasalahan tsb, misalnya
dikenal "wilayah budaya", "wilayah terbelakang", "wilayah
2 lihat him 5
3 lihat lebih lanjut hlm 4 "Beberapa Peristilahan Utama da/am
P/anologi ", dan Bab-bab lain berilrutnya.
4 BAB I PENDAHULUAN
. transmigrasi", "wilayah industri", "wilayah aliran sungai", dsb.

Beberapa Peristilahan Utama Lain Dalmn Planologi

Seperti halnya disiplin ilmu lain menggunakan sejumlah


istilah-istilah khas bidang keilmuannya, maka planologipun
memiliki istilah-istilah yang mempunyai pengertian khusus
pula. Beberapa di antaranya dibahas di bawah ini, yang
sementara ini terbatas pada apa yang akan sering ditemui dalam
Bab-bab pertarna tulisan ini. Istilah-istilah lain cukup banyak
jumlahnya, dan itu akan dibahas di dalam Bab-bab yang
bersangkutan, yang akhimya dikumpulkan dalam Bab INDEKS
pada akhir buku ini. Pendefinisian istilah-istilah ini biasanya
penting, agar ada pengertian yang jelas atau sesuai dengan yang
dimaksud dalam tulisan atau perbincangan ybs. Dalam pada itu
dimaklumi bahwa bahasa Indonesia masih dalam keadaan
perkembangan dan dalam proses pembakuan istilah yang sangat
cepat, hingga mungkin perlu diperkenalkan suatu istilah yang
dianggap "baru", mungkin malahan "canggung. sulit", dsb
Misalnya istilah lain yang dipakai untuk "Tata Kota &
Daerah" seperti "Planologi" yang berarti "Perencanaan Fisik
Kota dan Daerah" (Physical Planning, City & Regional
Planning, Town and Country Planning), makin sering pula
digunakan istilah "Perencanaan Tata Ruang Kota & Daerah ··
(City and Regional Spatial Planning) dan "Penataan Ruang ··
(Spatial Arrangement).
Beberapa istilah utama lain . yang sering dipakai a.l. di
dalam buku ini dan perlu diketahui, ialah :
• Kota (city, town): (City merupakan kota yang cukup besar.
dan Town dipakai dalam arti kota kecil) = daerah tertentu
yang berpenduduk dalam jumlah relatif besar dengan
kepadatan relatif tinggi (dibanding dengan daerah luar
kota), dengan mata pencaharian yang dominan bukan -
pertanian; gaya hidup perkotaan cenderung individualistik,
rasional, dan daerah kota penuh bangunan prasarana.
sarana dan perumahan. Dalam proses perencanaan tahap
awaL maka lingkup geografisnya mencakup apa yang
disebut Daerah Perkotaan, yaitu Daerah Kota berikut
daerah sekitamya yang terkena pengaruh kehidupan kota.
BAB I PENDAHULUAN 5
(Kotamadya = kota otonom yang mempunyai batas administratif
jelas dan merupakan Daerah Tingkat II, sejajar dengan
Kabupaten. Kota Administrnsi = serupa dengan Kotamadya, tapi
merupakan bagian dari Kabupaten dan bertanggungjawab
kepada Bupati).
Daerah (region) = menunjuk kepada wilayah administratif
yang lebih luas dibanding dengan kota. Daerah ini dapat
berupa Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, Daerah
Kecamatan atau Daerah Desa.
• Wilayah = pengertian yang dipakai dalam buku ini : suatu
daerah geografis yang mempunyai luas tertentu tanpa atau
dengan/ada batas administratif: batas ini ditentukan
berdasar pertimbangan tujuan rencana tata ruang yang
bersangkutan, mis. wilayah pengembangan
kepariwisataan, pengembangan \vilayah sungai, wilayah
pengembangan perekonomian daerah terbelakang, dsb.
Istilah daerah dan wilayah ini dalam pengertian dan
pemakaian sehari-hari dalarn bahasa Indonesia belum terlalu
baku. Untuk mernudahkan pembacaan guna membentuk
pemaharnannya, maka dalarn buku ini selanjutnya akan
digunakan istilah Daerah ditulis dengan "D" huruf kapital, jika
menunjuk kepada suatu kesatuan kewenangan administratif. dan
istilah yang ditulis dengan "d" kecil dipakai untuk kesatuan
geografis tanpa batas administratif tertentu, jadi sama dengan
istilah "wilayah".
Berkaitan dengan "daerah" dan "wilayah" ini juga ada
istilah lain yang mirip definisinya, yaitu kawasan. Istilah ini
menunjuk kepada suatu daerah tertentu yang menurut isi
substansial maupun tujuannya didominasi oleh persyaratan atau
sifat homogenitas tertentu, misalnya Kawasan Perurnahan,
Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Industri, dsb. Dengan
dernikian.. luas kawasan secara geografis dapat lebih atau
kurang luas daripada "'wilayah".
Selain itu sudah mernasyarakat istilah Daerah Aliran
Sungai, disingkat DAS, yang menurut defmisi tersebut di atas
sebutulnya hams disebut ''Wilayah Aliran Sungai", karena tidak
ditentukan atas dasar batas administratif kepernerintahan.
• Urbanisasi pada hakekatnya merupakan perubahan secara
keseluruhan atau transforrnasi tatanan masyarakat yang
semula dominan pedesaan menjadi dominan perkotaali.
6 BAB I PENDAHULUAN
Arti urbanisasi ini akan dibahas lebih lanjut secara khusus
dalam sub bah "Urbanisasi" dalam Bah II ini juga.
• Arti kata "lahan" dalam istilah "penggunaan lahan" atau
"tata guna lahan" atau disingkat "guna laban" (land use)
berbeda dengan "tanah" dalam bidang Teknik Sipil. Dalam
Teknik-Sipil tanah berarti tempat bangunan berdiri atau yang
potensial untuk itu dengan segala kriteria teknis atau
persyaratannya (soil, ground). Dalam planologi laban adalah
''tanah" yang mempunyai arti atau fungsi tempat dalam
hubungannya dengan kegiatan sosial atau ekonomi yang hadir
di atas bidang tanah tadi. Jika kegiatan tsb. misalnya berupa
rumah tempat orang berdiam maka dikatakan laban tsb adalah
digunakan untuk "kediaman atau perumahan", tapi jika
bangunan rumah tsb misalnya dipakai untuk taman kanak-
kanak, maka disebut penggunaan laban untuk "pendidikan".
Demikianlah maka terdapat penggunaan laban (untuk) industri,
pertanian, kehutanan dan sebagainya.
Kata Pengembangan yang cukup banyak dipakai dalam
pembicaraan atau pembahasan secara umum, juga sering
dipakai dalam aspek planologi, acap dengan artian atau warna
khusus. Secara spesifik arti Pengembangan berbeda dengan
kata Pembangunan. Pembangunan berarti pengadaan,
pembuatan atau pengaturan benda atau hal baru, sedang
pengembangan mengacu kepada upaya memajukan,
memperbaiki, membiakkan sesuatu atau meningkatkan kualitas
atau kuantitas dari apa yang sudah ada. Dalarn hubungan
dengan planologi pada buku ini dipakai arti berikut : lebih berat
mengacu kepada upaya meningkatkan kesejahteraan material
dan immaterial suatu daerah tertentu, dan dapat juga berarti
perluasan daerah atau wilayah fungsional, yang bisa berskala
nasional, regional maupun lokal.

Selanjutnya Perencanaan tata ruang merupakan


tindakanlrekayasa yang ditujukan untuk Pengembangan Ruang
danlatau Pembangunan Ruang. Bahasan buku ini menggunakan
pengertian Perencanaan seperti yang diuraikan di atas ini, yang
sebetulnya merupakan suatu Proses seperti halnya yang
dimaksud dalam UUPR 92. Maka dalarn · bahasa Undang-
undang tsb, bahasan buku ini berat kepada proses Perencanaan
Tata Ruang, seperti yg telah disebut di depan.
BAB I PENDAHULUAN 7
Pada halarnan-balaman berikutnya akan diperkenalkan
definisi atau nomenklatur lainnya yang sering dipakai dalam
ilrnu tata ruang.
Hal lain lagi yang dapat dikemukakan dalam Kata
Pendahuluan ini, ialah bahwa tata ruang itu disebut sebagai
suatu i/mu tapi sekaligus juga suatu seni. Disebut "ilmu"
karena ada keharusan memakai pendekatan ilmiah, penggunaan
rasio atau objectivitas dalam perencanaan. Dalam pada itu
setiap kota atau wilayah selalu mempunyai karteristik yang
spesifik, maka penangaruuinya akhimya memer:..tukan kepekaan
dan irnajinasi si perencana juga terhadap hal-hal yang spesifik
hadir di masing-masing daerah tsb. Maka planologi disebut
pula suatu ··seni".
Ruang merupakan lingkungan hidup manusia dengan
segala kegiatannya, di sana dia berhubungan dengan sesama
manusia lainnya, di sana pula dia mempunyai mata
pencahariannya, menyekolahkan anaknya, merawat kesehatan,
menjalankan ibadat, dsb-dsb. Segala aspek kehidupan hadir
dan berkembang di dalamnya. Maka segala aspek tsb menjadi
bagian integral dari rencana ekonomi. sosia/ dan .fisik
lingkungan. Dengan demikian Penataan Ruang dikatakan
merupakan suatu kegiatan yang mu/tidisip/iner. sangat dekat
dengan berbagai ilmu sosial : ekonomi. sejarah. administrasi.
dsb, serta aspek-aspek atau disip/in ilmu alam!.fisik seperti :
geogra.fi, arsitektur. teknik sipil, lahan, sistem transportasi dsb,
dan terutama sangat erat dengan aspek demo graft. Hal ini akan
dibahas lebih jelas dalam Bab Ill tentang Aspek-aspek Utama
dalam Tata Ruang.
Sejak beberapa lama sudah dikemukakan oleh berbagai
pakar untuk menciptakan suatu Kota Barn yang sejak awal
dapat dibangun atas dasar suatu rencana yang memikirkan
segala segi kehidupan manusia, ibarat membuat gambar pada
selembar kertas putih yang belum ada coretannya sedikitpun,
untuk kemudian membangun kota di atas tanah kosong sampai
selesai siap dihuni. Dikatakan bahwa membuat "kota baru"
yang demikian itu lebih mudah, mungkin lebih murah dan
hasilnya "lebih berkualitas" jika dibanding dengan
"membenahi" kota lama. ltu agaknya memang benar demikian,
walaupun menurut pengamatan sejumlah ahli hasilnya sering
ada juga celah-celahnya, tidak selalu semulus atau seideal yan~
diharapkan.
8 BAB I PENDAHULUAN
Dalam pada itu kota-kota dan daerah-daerah yang sudah
terlanjur ada, dan yang pada wnumnya akan berkembang terus
itu, tetap minta perhatian yang besar dan tidak dapat dibiarkan
cenderung menjadi semakin penuh sesak, atau semakin kurang
teratur, tidak efisien, polusi semakin mengganas, semakin tidak
aman, dsb.

L2. MAKSUD DAN TUJUAN PLANOLOGI


Apa maksud dan tujuan Tata Kota dan Daerah atau
Planologi itu ?. Dalam UUPR92, seperti yang telah disebut di
atas, dipakai istilah "Penataan Ruang", dengan arti bahwa
kegiatan "penataan" itu terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap
Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang. Tahap Perencanaan merupakan proses menuangkan
gagasan atau keinginan serta kebijaksanaan ke dalam bentuk
suatu rencana; tahap Pemanfaatan Ruang merupakan upaya
pengelolaan perkembangan fungsi-fungsi ekonomi, sosial dan
fisik kota atau daerah sesuai dengan kebijaksanaan serta
petunjuk Rencana Tata Ruang: Pengendalian Pemanfaatan
Ruang berupaya agar kegiatan pemanfaatan ruang oleh
masyarakat dan instansi-instansi pemerintah dikendalikan
(diawasi dan disalurkan) sesuai maksud semula, a.l. dengan
menggunakan ketentuan-ketentuan seperti 1MB (lzin
Mendirikan Bangunan). penertiban lalu lintas, dsb.
Kebanyakan sarana atau instrumen yang dipakai dalam
pengendalian ini berupa (peraturan) pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan perundangan (penegakan peraturan
perundang-undangan!law enforcement): peraturan-peraturan
pelaksanaan ini untuk setiap lokasi Rencana diterbitkan secara
berkesinambungan serta konsisten sejak Rencana Tata Ruang
disyahkan, disusul dengan peraturan-peraturan pelaksanaan
yang terbit menjelang dan sewaktu tahap-tahap Pemanfaatan
dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang berjalan dan dianggap
perlu. Standar-standar Perencanaan/Perancangan yang baku
termasuk dalam kategori ketentuan Pengendalian Pemanfaatan
Ruangtsb.
Semuanya ini bermaksud atau merupakan suatu ikhtiar
memberi dukungan atas upaya peningkatan kualitas lingkungan
hidup penduduk, demi kemaslahatan (kegunaan, kebaikan,
manfaat, kepentingan) masyarakat, meningkatkan harkat
(derajatlkemuliaan, taraf, nilai) dan martabat (harga diri)
BAB I PENDAHULUAN 9
rnanusia di daerah atau kota ybs. Oleh karena itu perencanaan
kota dan daerah dikatakan perlu memperhatikan skala insani
(human scale).

LJ. BUBUNGAN FUNGSIONAL TEKNIK SIPIL DENGAN


PENATAAN RUANG4

Hubungan fungsional berarti kaitan antara dua (atau lebih)


kegiatan atau fungsi, dan karenanya saling memerlukan, atau
setidak-tidaknya saling mempengaruhi. Dalam hal hubungan
teknik sipil dengan tata ruang, maka juga dapat tetjadi bahwa
teknik sipil harus berperan atau mendukung tata ruang agar
betjalan lancar atau berhasil, dan sebaliknya teknik sipil tidak
dapat ditinggalkan dalam proses perencanaan atau pelaksanaan
tata ruang.
Istilah Penataan Ruang memberi petunjuk ada aspek fisik
(ruang) yang perlu mendukung kegiatan-kegiatan ekonomi dan
sosial penduduk beserta interaksi antara aspek fisik dan faktor
rnanusia dalam suatu ruangan: ruang itu terdapat di pennukaan
bumi, di atas serta di bawahnya. Dalam ruang tsb, seperti
dikatakan di atas, ada interaksi antara aspek-aspek sosiaL
ekonomi dan fisik. Aspek fisik ini terdiri atas unsur-unsur
geografi, geologi, iklim, arsitektur, geodesi dan teknik sipil.
Teknik sipil mencakup terutama bangun-bangunan
prasarana dan sarana bagi kehidupan ekonomi dan sosial.
Prasarana dalam hubungan ini. merupakan bangun-bangunan
yang menjadi landasan atau ffi~'fiyediakan jasa-jasanya bagi
kegiatan ekonomi dan sosial: dengan demikian harus hadir
terlebih dahulu serta siap berfungsi melayani kegiatan ekonomi
dan sosial, misalnva jaringan bangunan untuk keperluan
transportasi (darat:c:air, udara) seperti jalan raya, jalan rei,
jembatan, dsb.: kemudian jaringan bangun-bangunan untuk
teknik penyehatan lingkungan seperti jaringan air bersih dan
jaringan sanitasi; jaringan bangun-bangunan penyediaan arus
energi listrik; jaringan perairan untuk pertanian, pencegahan
banjir, pembangkit tenaga listrik, jaringap. bangun-bangunan
untuk keperluan perdagangan, pemerintahan, dsb .
..
4 Sejajar dengan ini, barangkali dapat juga diuraikan "hubungan
fungsional Penataan Ruang" dengan disiplin yang lain, mis.
demografi, ekonomi, arsitektur, geografi. dsb.
10 BAB I PENDAHULUAN
Sarana di sini berarti bangun-bangunan yang diperlukan
· sebagai tempat berbagai kegiatan ekonomi dan sosial
masyarakat seperti perniagaan, perindustrian, pemerintahan,
pendidikan, kesehatan, peribadatan, dsb. Sarana ada kalanya
disebut "bangunan pelengkap" ini bertebaran di pusat-pusat
kegiatan masyarakat, baik di kota maupun di luamya, yang pada
umumnya baru dibangun atau dapat berfungsi secara efektif
atau efisien setelah prasarana hadir dan menyediakan jasanya.
Seperti telah dikatakan terlebih dahulu, maka kandungan bahasan
buku ini dibatasi pada hal-hal yang mengarah kepada atau langsung
berhubungan dengan soal "Hubungan Fungsional" itu saja, disertai
bahasan tentang latar belakang planologis. Teori-teori tentang
penataan ruang hanya diuraikan jika diperlukan untuk pemahaman
"hubungan fungsional" tadi.
Dan sesuai dengan maksud dan judul buku ini pula, maka,
sekali lagi, pada dasamya tulisan di sini lebih bersifat ··upaya
analisis" atau teoretis dan bukan bersifat ··normatif". Dan
diharapkan isi buku ini juga dapat bermanfaat bagi
pembentukan atau memperluas wawasan (pengertian. apresiasi)
para mahasiswa teknik sipil khususnya, dan berbagai pihak-
fihak lain tentang masalah atau disiplin ilmu tata ruang a.l.
dalam hubungannya dengan teknik sipil. Perkembangan
masyarakat Indonesia dan lingkungannya lima dekade terakhir
ini berjalan sangat cepat, yang membawa konsekuensi masih
sulit menemukan norma-norma atau standar-standar yang
diperlukan. (Dan Undang-undang Penataan Ruang yang terbit
tahun 1992 pun kini masih dalam tingkat '·akan segera ., disusul
oleh berbagai peraturan pelaksanaannya).
Susunan dan isi buku ini dimaksudkan dan diupayakan
agar memudahkan orang pemula dalam ilmu ketata-ruangan
mempelajarinya. Bab I Pendahuluan memberikan gambaran
umum tentang Tata Kota dan Daerah dan menginggung sepintas
peran teknik sipil dalam tata ruang. Bab II membahas secara
garis besar lingkup/cakupan Tata Kota dan Daerah disertai
berbagai contoh bentuk kesatuan wilayah (perencanaan). Bab
III menguraikan berbagai aspek yang terkait pada ruang. Bab IV
menguraikan pengertian "laban", yang akan sangat penting
dalam pekerjaan atau disiplin tata ruang. Dan dalam jilid II
nanti : Bab V membahas definisi dan fungsilarti prasarana dan
sarana yang diperlukan dalam kehidupan penduduk dan
masyarakat. Bab VI memberi uraian ringkas tentang arti
BAB I PENDAHULUAN 11
perumahan dan permukiman yang mempunyai peran sangat
penting bagi kehidupan manusia. Bab VII merupakan bagian
inti bagi mahasiswa teknik sipil yang mempelajari kaitan
bidang studinya dengan tata kota dan daerah. Bab VII Peraturan
Perundang-undangan Kelembagaan dan Proses Perencanaan
menjadi bahasan pembulatan yang penting bagi mekanisme
perencanaan dalam praktek. Bab VIII Penutup Kata memberi
beberapa kesimpulan yang diharapkan dapat mempertajam
berbagai pengertian atau konsep yang telah diulas dalam Bab-
bab sebelurnnya.
Dengan demikian, maka Bab L IL III dan IV bersifat
perkenalan terhadap tujuan dan sistem tata ruang, yang
diperlukan sebagai pengetahuan latar belakang bagi seorang
pakar teknik sipil; Bab V, \1.1 dan VII membahas peran teknik
sipil dalam perencanaan tata ruang yang dasar-dasarnya
diperlukan untuk Bab VIII Proses Perencanaan Bab VI
Perumahan dan Permukiman merupakan untuk merupakan
bagian penting dan esensial yang perlu diketahui artinya yang
langsung atau tak langsung berkaitan dengan pekerjaan tata
ruang dan teknik sipil. Selanjutnya disertakan Lampiran berupa
Undang-undang Penataan Ruang 1992, karena merupakan
ketentuan dasar (hukum) untuk pekerjaan Penataan Ruang di
Indonesia.. Pengetahuan ten tang proses mempunyai arti yang
penting bagi mereka yang menerirna tanggung jawab dalam
pekerjaan penataan ruang.
12 BAB II PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOTA

DAB II. PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

ll.l. UMUM

11.1.1. Karakteristik Planologi

Planologi merupakan suatu ilmu berdasarkan pendekatan


multidisipliner, yaitu berkaitan kuat sekali dengan berbagai
disiplin lain, yaitu ilmu-ilmu sosial serta ilmu-ilmu eksakta.
Planologi diartikan sebagai upaya memberi perwujudan fisik
sebagai realisasi keinginan atau rencana-rencana ekonorni dan
sosial dan mengacu kepada kepentingan demografi dan sumber
daya alam. Secara diagramatis hubungan antara unsur-unsur tsb
atau "de.finisi" planologi tersebut dapat digambarkan seperti
terlihat pada Gambar 2.1.

Sumber Daya
Rencana Fisik
Alam

Gambar 2.1.
Penduduk di sini merupakan sasaran obyektif dan sekaligus
menjadi acuan subyektif, dalam arti bahwa pembangunan
ekonorni. sosial dan politik tsb dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan kesejahteraan penduduk; tidak saja kebutuhan yang
bersifat material (obyektif) tapi sekaligus memperhatikan
aspirasinya (subyektif). Pengetahuan serta data tentang
penduduk, baik kuantitatif maupun kualitatif merupakan salah
BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 13

satu data dasar di samping pengetahuan tentang potensi alam.


Dalam bentuk rencana, maka planologi berorientasi kepada
(kebutuhan, keadaan) "hari depan" yang ingin dicapai, sambil
berpijak pada keadaan ·'waktu kini ": rencana tata ruang
berangkat dari keadaan yang nyata sehari-hari, dalam arti
melihat atau memperhitungkan keadaan "masa kini".
mempelajari keadaan masa lalu ., , dan mengantisipasi
perkembangan di "kemudian hari".
Sikap melihat ke depan yang memperhitungkan masa kini
dan masa lalu itu menunjuk sekaligus kepada watak planologi
yang lain. yaitu mengacu kepada kecenderungan perkembangan
(trend oriented). Masyarakat kota dan daerah merupakan suatu
organisme hidup yang selalu mengalami perkembangan. cepat
atau lambat. serta mengalami penyesuaian secara terus-menerus
terhadap perkembangan tsb.
Dengan demikian maka karakteristik penting Planologi
sebetulnya ialah bersifat empat demensionaL yaitu mengacu
kepada ruang (3 dimensi) dan waktu.

11.1.2. Ancangan Sistem

Perencanaan kota dan daerah menggunakan ancangan


sistem. karena faktor-faktor dan bagian-bagian di dalamnya
mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain, atau dengan kata
lain saling pengaruh mempengaruhi. Secara sederhana
pengertian tentang sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
Merupakan rangkaian arus berkesinambungan "masukan
(input) ---+ pengolahan atau proses ---+ keluaran (output)". Ini
berarti bahwa keluaran bergantung pada masukan dan proses,
atau dengan kata lain : kehendak memperoleh suatu jenisibentuk
produk tertentu memerlukan masukan yang tertentu pula dan
sistemlmetode proses tertentu juga. Sistem ini dapat berupa
sistem terbuka atau sistem tertutup. Sistem terbuka berarti
bahwa tidak ada hubungan lagi antara produk (keluaran) dan
siklus proses berikutnya. Sistem tertutup berarti bahwa terjadi
suatu siklus dalam proses, karena keluaran (seluruh atau
sebagian) masuk kembali dalam proses awal (menjadi masukan
barn). ·
14 BAB IT PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOTA

Slst!m Terbuka S!st!m TtrtutuP

T~)~ ~>t
umpan(balik

Gambar2. a Gambar2. b

b. Sistem dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut


(Gambar 2.3) :
1. suatu kesatuan terdiri atas bagian-bagian yang saling
berhubungan dalam satu wadah dan berinteraksi
antar bagian tsb.
u. suatu kumpulan unit-unit (pendapat, konsep-konsep
atau prinsip-prinsip, dsb) yang saling berhubungan
dalam satu wadah dan menyandang suatu fungsi
untuk mencapai suatu tujuan.

~
'
/
'
'~
/
suatu sistem
I
I " \
\
I ~ dtsebut suatu subststem,
\
I '
karena seluruh ststem tru
I
I 1*- 1- merupakan suatu bag tan
I I 5aJ3 dari suatu S!Stem yang
I I lebih besar
I I
I I
suatu sub-subsistem merupakan

/,'~~
\
\ suatu bagian dari suatu sub-
\
ststem, dan dalam dtrinya
\
\ __ dapat lagi mengandung sub-
' .... .... sub-subsistem

Gambar 2.3. Suatu sistem : Suatu perangkat terdiri atas bagian-


bagian yang saling terkait dan bersama-sama menjadi suatu kesatuan

Sistem yang terbentuk di sini hampir secara keseluruhan


berupa sistem tertutup, karena hampir seluruh bagian atau unit
dalam sistem ini berinteraksi secara berkesinambungan.
BAB IT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA 15

Bagian dari suatu sistem biasanya disebut subsistem, dan


jika subsistem ini pada dirinya merupakan suatu sistem
tersendiri, maka bagian dari sistem ini merupakan suatu sub-
subsistem dalam kerangka sistem yang besar tadi.
Misalnya Prasarana dalam suatu lingkungan tertentu (kota
dan wilayah) pada umumnya perlu koordinasi yang erat satu
dengan yang lain, misalnya koordinasi antara jaringan jalan dan
jaringan saluran drainase, demikian pula prasarana dan sarana
tertentu, misalnya jaringan jalan dan terminal atau perparkiran.
Demikian pula banyak berbagai sarana yang saling
berhubungan, misalnya antara terminal dengan tempat
berbelanja.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbagai atau
malahan (hampir) semua prasarana dalam suatu lingkungan
merupakan sistem, dan sistem prasarana membentuk suatu
sistem pula dengan sistem sarana, sehingga secara keseluruhan
merupakan suatu sistem besar prasama dan sarana.
Suatu permukiman (desa, kota atau yang lebih luas lagi
berupa suatu wilayah atau daerah) selalu ada perumahan atau
lingkungan kediamannya (Wisma): ada pusat kegiatan mata
pencaharian (Karya): setiap man usia pada dasamya
mendambakan untuk tempat-tempat melepas Ielah atau
kejenuhan. hiburan atau rekreasi (Suka): di samping itu perlu
tersedia bangunan utilitas yang mendukung kebersihan,
kemudahan, dsb., yang semakin modem suatu masyarakat.
semakin penting artinya; di dalam buku ini diberi nama
"Sarana"(di dalam buku lain ada yang memakai sebutan
"Penyempurna"). Kemudian perlu aksesabilitas dan sistem
komunikasi (Marga) yang merupakan kebutuhan mutlak, agar
"permukiman" dengan keempat unsur tsb tadi dapat memenuhi
fungsinya.
Maka kumpulan subsistem-subsistem "Wisma, Karya.
Suka, Sarana, dan Marga" Gb. 2.4. itu bersama-sama
merupakan suatu sistem yang harus hadir dalam keadaan
seimbang dalam arti mengenai jenis, jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat/permukiman ybs; kalau
tidak demikian maka keadaan permukiman tadi terasa ada
kekurangannya.
16 BAB IIPENGEMBANGAN WllAYAHDAN KOTA

ll.2. PENGEMBANGAN WILA YAB

Pengembangan Wilayah

Istilah Wilayah selain berarti seperti yang tsb di atas, juga


dapat mempunyai arti luasan geografis yang meliputi seluruh
kekuasaan negara dan disebut Wilayah Nasional. Dalam satu
skala lebih rendah terdapat wilayah-wilayah sebagai sub-bagian
wilayah nasional dan yang perlu direncanakan agar dimaksudkan
mempunyai fungsi saling mendukung dan dikembangkan secara
terkoordinasi oleh kebijakan nasional. Satu tingkat lagi di
bawahnya terdapat wilayah lokal yang pada umumnya berupa
wilayah kota. Wilayah kota ini merupakan bagian integral dari
wilayah tingkatan di atasnya tersebut, tetapi urusan rumah
tangga internal pada prinsipnya diatur sendiri oleh kota tersebut.
(otonom).

Gam bar 2.4. Karena merupakan suatu sistem.


maka bila salah satu subsistem
kurang berfungsL akan berakibat
terhadap fungsi subsistem lainnya.
dan dengan demikian juga berakibat
terhadap seluruh sistem permuki-
man tadL mis. tirnbul suatu masalah
kekurangan atau kelebihan salah
satu (atau lebih) W\Sur tsb.

Pengembangan dalam bahasan buku ini seperti diterangkan


di atas_ mengandung arti kualitatif dalam arti peningkatan
kesejahteraan_ modemisasi atau mungkin juga peran dan
fungsinya, dan dalam arti kuantitatif berarti perluasan daerah
administratif dan atau geografisnya. Kedua-duanya dilaksanakan
berdasar suatu rencana yang mengandung pembangunan fisik
rnaupun non fisik (sosial-ekonomi). Maka pengembangan
wilayah di sini berarti peningkatan kualitas dan atau perluasan
daerah (kuantitatif) cakupannya yang dilaksanakan berdasarkan
suatu rencana lata ruang.
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 17

Gambar 2.5: Diagram


menggambarkan Tata Ruang
berperan sebagai perwujudan
fisik berdasar araban faktor-
faktor sosial. ekonomi dan
fisik alam

Seperti dikatakan di muka, buku ini membatasi diri pada


aspek perencanaan, dan bahasan selanjutnya dibagi ke dalam
bab Perencanaan Wilayah dalam arti wilayah di bawah
tingkatan wilayah nasional, dalam bab Perencanaan Kota, dan
bab Tata Ruang Desa.

11.2.1. Perencanaan Wilayah

Perencanaan Tata Ruang Wilayah (regional spatial


planning), selanjutnya disebut perencanaan wilayah (regional
planning), perlu batas-batas wilayahnya secara jelas, mempunyai
"daerah perencanaan" yang jelas batas-batasnya. Pembahasan
Rencana Wilayah ini prinsip-prinsipnya dipakai pula dalam
Perencanaan Daerah (administratif).
lstilah daerah Perencanaan (planning region) menunjuk
kepada fokus atau pusat perhatian untuk dibuatkan rencana tata
ruangnya. Biasanya daerah perencanaan memperhitungkan
"daerah pengamatan" atau "daerah studi"; daerah studi ini yg
dimaksud dalam bukku ini mencakup wilayah sekitar daerah
perencanaan dan yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi
oleh daerah perencanaan. Penarikan batas-batas atau deliniasi
wilayah tersebut merupakan suatu kebijaksanaan yang
didasarkan kepada berbagai faktor atau pertimbangan (yang tak
selalu mudah perurnusannya) dan dapat berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan rencana wilayah tsb. (Dalam hal Rencana
Daerah, pada umumnya dipakai batas-batas administratifuya).
18 BAB IT PENGEMBANGAN WllA YAH DAN KOTA

Perencanaan wilayah/daerah selalu memperhatikan tiga


unsur, yaitu fisik, sosial dan ekonomi, yang diatur secara
berimbang sesuai dengan maksud dan tujuan rencananya.
Keseirnbangan ini tidak berarti bahwa ketiga unsur mempunyai
kedudukan yang sama dengan memperhatikan salah satu unsur
tsb dalam fungsinya sebagai "ujung tombak" pengembangan.
Proses perencanaan tata ruang (dengan tujuan demi
kesejahteraan masyarakat yang akan mendiami) dilaksanakan
secara bertahap melalui pertirnbangan beberapa aspek. Biasanya
yang pertama-tama diperhitungkan ialah aspek Fisik dalam arti
luas yg mencakup fisik ruang. karena situasi dan kondisi lokasi
pembangunan/perkembangan biasanya sudah memberi indikasi
tentang potensi pembangunan atau pengembangannya lebih
lanjut. Fisik di sini didefinisikan sebagai laban dan ruang di atas
dan di bawah permukaannya (termasuk pertirnbangan kirnia.
fisika. biologi dan iklim).

Gombar l.6 ~ daerah perencanaan

~ daerah pengamatanlstudJ

Istilah tanah berarti bagian lapisan permukaan bumi yang


berasal dari hancuran oleh iklim terhadap batu-batuan induk.
secara fisik - tanah mulai dari permukaan sampai dengan batas
dengan batuan induk. Kata lahan ialah tanah ditambah sumber
daya bumi yang dikandung oleh tanah tsb. Pola pemakaian
ruang mencakup kegiatan yang bersifat sosiaL budaya. ekonomi
dan politik. Setelah dilakukan penilaian yang bersifat fisik.
barulah dilakukan pertimbangan yang kedua yaitu ekonomi.
kemudian sosial budaya dan yang terakhir barulah politik. Urut-
urutan tsb dapat berubah, tapi bagaimanapun, orang akan
melihat keadaan atau potensi suatu lingkungan/kawasan,
(sekalipun tidak secara intensif/teliti). terlebih dahulu. sebelum
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 19

melangkah ke faktor-faktor lainnya.


Pertimbangan Fisik: Alat utama untuk evaluasi fisik suatu
ruang berupa penyusunan kelas kemampuan lahan (rnisalnya
kemampuan berupa lahan kesesuaian lahan untuk pertanian,
pemukirnan, atau perdagangan). Kriteria untuk suatu macam
penggunaan lahan yang satu tentu tidak perlu sama untuk jenis
penggunaan yang lain, sehingga misalnya kriteria kesesuaian
lahan terhadap tanaman pangan lain dengan kegunaan
transportasi. Dalam pada itu dari penilaian fisik ini, suatu
bidang lahan juga dapat saja sesuai untuk berbagai jenis
kegiatan, sehingga penentuan kelas kesesuaian lahan belum bisa
langsung mengarah kepada keperluan penggunaan lahan, tapi
sebaiknya sudah diberi indikasi kearah ybs. Kegiatan-kegiatan
yg dilakukan untuk kesesuaian lahan harus dibandingkan arti
secara ekonornisnya masing-masing.
Pertimbangan Ekonomi : Sesuatu kegiatan dikatakan
ekonomis layak jika manfaat bersih penggunaan suatu ruang
untuk kegiatan ekonorni tertentu lebih besar dibanding dengan
korbanan berupa keseluruhan biaya (sacrifice) berupa dana,
perasaan, penderitaan, kesejahteraan sementara, dsb. untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Jadi kegiatan-kegiatan yang
secara ekonorni dianggap layak dapat saja ditentukan
peringkatnya [(manfaat ekonornisnya yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan total besar korbanan (rasio manfaat
terhadap korbanan)].
Setelah peringkat ekonorni ditentukan maka dilaksanakan
penilaian sosial-budaya, sehingga dapat diketahui apakah
kawasan tadi dapat atau tidak dapat menerima penggunaan
ruang yang dimaksud, kemudian keputusan terakhir ditentukan
oleh pertimbangan politik.
Pertimbangan Sosial Budaya: Suatu wilayah dibangun dan
dikembangkan lebih lanjut derni kesejahteraan penduduknya,
baik yang sudah menetap maupun yang dapat diperkirakan akan
datang dari luar dan bekerja serta bermukim eli daerah itu. Pola
perilaku, adat-istiadat, dan pola budaya mereka, jumlah dan
komposisi penduduk menjadi pertimbangan utama bagi
perencanaan wilayah, disamping faktor sosial ekonorni, seperti
a. I. jumlah dan jenis mata pencaharian yang akan tersedia.
20 BAB ll PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

Pertimbangan Politik : Politik di sini berarti kebijaksanaan


dan program yang akan ditentukan oleh pemerintah6 untuk
pembangunan dan pengembangan daerah tsb. Arah yang akan
ditempuh, a.l. mis. prioritas sektor-sektor ekonorni dan fisik yang
akan mendukung pengembangan ekonorni. Bagairnana masalah
dampak sosial budaya yang diperkirakan akan tirnbul dan apa
saja program penyelesaiannya. Dengan demikian diupayakan
akan diperoleh keseirnbangan baru yang terbaik bagi daerah itu.
Di sini diperlukan garis kebijaksanaan yang setepat-tepatnya
agar keseirnbangan dalam daerah tersebut dapat dicapai lewat
perencanaan wilayah dengan ketiga unsur tsb terdahulu (fisik.
ekonorni dan sosial- budaya) yang perlu saling memperhatikan
dan saling mendukung, unsur manapun yang dikedepankan
sebagai pangkal tolak atau dipakai sebagai ujung tombak
pembangunan/ pengembangan.
Secara ringkas juga dikatakan bahwa Perencanaan
Wilayah/Daerah selalu bermaksud mengatur agar unsur-unsur
konservasi alam. pengaturan arus barang dan Jasa. dan
pengembangan lingkungan fisik dan sosial berimbang dan saling
mendukung. Pengertian ini jelas hanya berbeda dalam kata-kata
dengan uraian di atas, tapi sama dalam maknanya.
Seperti telah dikatakan. pengembangan ·wilayah pada
azasnya membagi wilayah nasional ke dalam satuan-satuan
pembangunan yang disesuaikan dengan potensi wilayalmya
masing-masing dan saling mendukung. dapat berbeda tapi tidak
bertentangan. sehingga secara terpadu bersama-sama
melaksanakan pengembangan negara. Dalam pada itu menurut
Studi Ekitics- th 1970 ('~j2 12 belum ditemukan contoh pembagian
tata ruang nasional menjadi wilayah-wilayah pembangunan
secara terkoordinasi seperti yg dirnaksudkan itu.

6
Dalam hal yang besar atau sangat penting keputusan pemerintah
diambil setelah mendengar DPR(D)
Istilah Yunani diciptakan oleh arsitek-perencana yang berarti
"ilmu tentang permukiman manusia"
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 21

11.2.2. Klasifikasi Wilayah 8

Selanjutnya wilayah dapat diidentifikasikan menurut faktor-


faktor atau ciri-ciri perencanaan wilayah; pada umumnya
terdapat 4(empat) jenis wilayah, yaitu Wilayah Homogen,
Wilayah Fungsional. Wilayah Metropolitan dan Wilayah
Administratif keempat jenis atau bentuk wilayah mempunyai
ciri-cirinya sbb. :
a. Wilayah Homogen merupakan jenis wilayah yang
mengandung satu determinan (unsur penentu) yang
dominan, mis. wilayah geologi (geologi = unsur dominan,
wilayah budaya, wilayah ekonomi, wilayah sejarah.
wilayah vegetasi tertentu. dsb) (Tipe wilayah ini juga
disebut tipe formal).
b. Wilayah Fungsional : Wilayah ini bercirikan keadaan alam
yang berragam atau heterogen, sehingga timbul berbagai
jenis kegiatan penduduknya. sesuai dengan potensi
alamnya; di sini saling ketergantungan secara kultural
merupakan faktor penting. Misalnya suatu daerah
mengandung alam vegetasi kehutanan dan pertanian,
potensi perikanan, industri dan perdagangan, yang saling
mengisi dan saling mendukung kegiatan & kebutuhan
masing-masing. Ada kalanya wilayah ini disebut wilayah
organik. Batas-batas wilayah ini terutama ditentukan oleh
aspek atau pola sosial-budaya yang mengkaitkan penduduk
dalam satu kesatuan wilayah.
c. Wilayah Metropolitan merupakan wilayah yang
dipengaruhi oleh satu kota besar yang menjadi pusat
perkembangan daerah tsb, yang pada umumnya
perkembangannya sangat perlu diatur atau dikendalikan.
Banyak negara, termasuk Indonesia, mempunyai masalah

8
Klasifikasi Wilayah dalam buku ini masih menggunakan
satandar lama Artur Glickson, belwn sempat menggunakan
satndar terbaru. Standar Klasifikasi Wilayah cepat sekali
berkembang dengan memperhatikan berbagai unsur ilmu. Dalam
pada itu klasifikasi Glikson ini secara wnwn masih dapat
dipakai.
22 BAB ll PENGEMBANGANWILA YAH DAN KOTA

· berupa Wilayah Metropolitan. Perencanaan daerah ini biasanya


menghadapi perkembangan kota besar yang cepat dan yang sulit
dikendalikan atau malah sering lepas kendali dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap daerah dan kota-kota yang lebih
kecil eli sekitarnya. [Metropolis- berasal dari kata Yunani metro
= ibu, dan polis = kota; dapat berarti (I) ibukota suatu negara,
(2) kota yang dianggap atau menjadi pusat suatu kegiatan
tertentu (bisnis yang besar), atau kota besar yang berkedudukan
penting].
Perkembangan perlu diatur bersama dengan kota-kota dan
daerah di sekitarnya dalam pola atau prinsip saling membantu
dan saling menguntungkan. Dalam kenyataannya, biasanya kota
besar tersebut tetap dominan dalam perkembangan seluruh
wilayah, berarti perkembangan berorientasi pada kota besar tsb.
Oleh karena itu tipe ini juga disebut Wilayah Nodal, yaitu
wilayah yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh suatu
pusat (node).
Dengan demikian Wilayah Nodal menunjuk kepada
kehadiran suatu pusat. kutub atau inti dan daerah belakang, atau
daerah periferi/pinggiran. Saling ketergantungan antara pusat
dan daerah belakang menunjukkan kekuatan yg tak
seimbang, pusat lebih kuat peranannya terhadap daerah
periferi.
Biasanya fungsi pusat berupa konsentrasi pemukiman
penduduk, tempat pusat pelayanan. sebagai pasar barang
dagangan pertanian, industri, dan lokasi pemusatan industri
(manufaktur};.fimgsi daerah pinggiran menjadi produsen bahan
mentah danlbahan baku, sumber tenaga kerja (a.l. dalam kaitan
urbanisasi). tempat pemasaran barang-barang industri
manufaktur. penyeimbang ekologi (hidrologi/iklim,
keseimbangan C02, dll).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hierarki pusat - wilayah pada
umumnya berupa : a) jumlah penduduk. b) jurnlah sarana pelayanan
yang tersedia. c) jurnlah jenis sarana pelayanan.
Pada umumnya jurnlah penduduk berkorelasi kuat dengan
jurnlah sarana pelayanan dan jurnlah jenisnya. Pusat-pusat yang
berkedudukan pada tingkat hierarki yang lebih tinggi mempunyai
BAB II PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOTA 23

jumlah penduduk, jumlah jenis dan sarana lebih banyak


dibandingkan dengan yang ada pada tingkat hierarki lebih rendah.
Jadi penataan struktur tipe wilayah nodal itu berkaitan dengan
efisiensi ruang. Suatu pusat berfungsi melayani daerah belakangnya
dan pusat-pusat berhierarki lebih rendah, sehingga harus ada batas
hierarki pelayanan pusat-pusat. Sistem ruang semacam inilah (sistem
melayani dan dilayani) yang memungkinkan terbentuknya
interdependensi fungsiona/ antara unit-unit yang membentuk
wilayah. Wilayah dalam tipologi nodal ini sangat baik jika digunakan
untuk analisis wilayah. dalam kaitannya ketergantungan ekonomi.
pengembangan sistem transportasi, dsb.
d. Wilayah (Kesatuan) Administratif merupakan wilayah
yang meliputi ciaerah wewenang administratif
pemerintahan. seperti propinsi. kabupaten dan kotamadya.
Keempat bentuk wilayah tsb mempunyai dasar-dasar
kerangka acuan yang sarna, yaitu (a) alasan atau Jatar
belakang perencanaan dan (b) tujuanpengembangannya.
Tipe ini didasarkan kepada kenyataan bahwa satuan
wilayah perencanaan berimpit dengan wilayah kekuasaan politik.
kekuasaanladministrasi pemerintahan, misalnya wilayah
Propinsi (Daerah Tingkat 1). Kabupaten (Daerah Tingkat II),
Kotamadya (Daerah Tingkat II), dsb. Dari sudut ilrniah sering
tipe "Wi.layah ini kurang rasional, tapi dari sudut infrastruktur
kebijaksanaan pemerintahan (administratif) mempunyai berbagai
keuntungan, baik pada tahap kebijaksanaan, perencanaan
rnaupun pada tahap pelaksanaan. Perencanaan wilayah
administrasi berrnaksud mengatur pusat-pusat perkembangan
agar ada keseirnbangan yang menguntungkan bagi seluruh
propms1 dan mendorong daerah-daerahnya yang statis atau
mundur dapat berkembang dengan memanfaatkan potensi
dirinya rnaupun daerah sekitarnya, atau pusat-pusat
perkembangan Daerah Propinsi tersebut.
Wilayah ad.ministrasi pada wnunutya, seperti telah dikatakan di
atas, lebih mudah dikembangkan dibanding dengan wilayah non-
administrasi, a.l. karena telah ada aparat dan organisasi yang
berwenang mengambil kebijaksanaan dan tindakan administrasi yang
diperlukan, dengan catatan bahwa heterogenitas unsur perkembangan
sering merupakan masalah juga
Dalarn pengertian kewilayahan ini dikenal juga apa yang·
24 BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

disebut wilayah internasional dan wilayah nasional. Wilayah


Internasional meliputi wilayah kekuasaan 2(dua) atau lebih
negara, tapi mempunyai wilayah perencanaan bersama dengan
masing-masing bagian negara tersebut mempunyai ciri-ciri alarn
dan manusia yang mirip, sehingga dianggap akan dapat secara
bersama-sama dikembangkan dengan baik. Telah diketahui
misalnya SIJORI (Singapura, Johor, Riau) sebagai wilayah
kebijaksanaan pengembangan bersama negara-negara Singapura,
Malaysia dan Indonesia.
Wilayah Nasional seluruhnya terletak dalarn daerah
kekuasaan satu negara. Wilayah ini mengandung sejumlah sub-
wilayah dengan kandungan alarn dan sosial yang mirip, misalnya
Pantai Utara Jawa, dataran tinggi Bandung wilayah Sumatera
Bagian Utara (sedang dalarn tahap studi), dsb. Batas-batas sub-
wilayah ini banyak ditentukan oleh a.l. homogenitas dan
heterogenitas lahan, karakteristik daya penyesuaian manusia
terhadap potensi ekonomi.
Homogenitas dan heterogenitas tsb tidak statis atau
bergantung pada kondisi bersifat alarniah. tapi dapat berubah
dalarn suatu kurun waktu oleh proses teknologi atau sosial
budaya.
Misalnya daerah aliran sungai dapat dimasukkan ke dalarn
kategori homogen, apabila sungai merupakan satu-satunya
determinan yang dominan menentukan corak kehidupan dan
lingkungan fisiknya. Tetapi juga sejak semula dapat termasuk
atau kemudian berkembang menjadi fungsional, yaitu apabila
kemudian tumbuh atau sejak awal telah tumbuh beberapa
kegiatan berupa misalnya industri dan pariwisata, yang dapat
saling memberi dukungan terhadap kehidupan pertanian yang
pada mulanya merupakan satu-satunya yg dominan (contoh
DAS Jatiluhur).
Sebaliknya wilayah fungsional dapat pula berkembang
menjadi wilayah homogen apabila misalnya salah satu kegiatan
ekonominya menjadi sangat dominan. a.l. dalarn era
industrialisasi kehidupan berbagai corak pertanian secara
ekonomis menjadi kurang berarti karena terdesak oleh industri.
BAB IT PENGEMBANGAN WilAYAH DAN KOTA 25

Perkembangan Sektor Ekonomi

Hal ini perlu dibahas secara khusus di sini karena


keceoderungan dunia (termasuk Indonesia) memajukan
kescjahteraan masyarakat lewat sektor ekonomi mernpunyai
pengaruh yang besar terhadap pola pengembangan wilayah yg
semula banyak berorientasi kepada pengembangan alarn. Pemicu
perkembangan wilayah ini meogharuskan perencanaan ruang
mengadakan keseimbangan barn antara unsur-unsur alarn atau
fisik, sosial dan ekonomi. Dan karena tidak semua wilayah
mempunyai potensi yang sama, maka keadaan perkembangan
wilayah yang satupun berbeda dengan wilayah yang lain, baik
dalarn kecepatan, arab, maupun dalarn besaran serta kualitasnya.
Berdasarkan keadaan perkembangan ekonomi dikenal
beberapa kualififikasi wilayah. yaitu :
a. WilayahiDaerah Inti (core region). Wilayah ini harnpir
selalu berupa Daerah Metropolitan. seperti tsb di atas.
dengan tingkat perkembangan yang tinggi. Wilayah ini
terdiri atas kota utama yang besar dan beberapa kota yang
lebih kecil dengan pertanian di sela-sela dan di sekitarnya;
daerah pertanian perdesaan ini memasok kebutuhan kota-
kota tersebut dengan hasil buminya.
Daerah Inti /Metropolitan berkembang pesat, tidak hanya
karena faktor-faktor internal daerah itu sendiri, tetapi juga
karena hubungannya dengan luar daerah, malahan dunia
internasional.
Dengan daya tariknya yang kuat terhadap daerah yang luas
sekali, permasalahan daerah-d.aerah ini a.!. berupa bagaimana
mengendalikan perkembangan, sehingga tetap memenuhi
fungsinya sebagai pusat perkembangan ekonomi, sosial dan
fisik, seperti menyediakan mata pencaharian dan kebutuhan lain
penduduknya yg terns meningkat jumlahnya. menghadapi
kebutuhan akan ruangllahan yang terns meningkat, dsb. Contoh
daerah demikian di Indonesia ialah Jakarta-Bogor-Tanggerang-
Bekasi; (Jabotabek) Gresik-Jombang-Mojokerto-Surabaya-
Sidoarjo-Lawang (Gerbang-kertosusila), Belawan-Medan-
Tanjung Morawa (Belmera), dsb.
26 BAB II PENGEMBANGAN WILJ\YAH DAN KOTA

b. Sumbu Perkembangan (development axis). Golongan 101


merupakan jenis kedua yang banyak elitemui, yang berupa
surnbu hubungan anta.ra dua I lebih pusat-pusat
pertumbuhan. Pertumbuhan Surnbu Perkembangan ini
ban yak bergantung pada pusat-pusat pertumbuhan (core
regions) yang mereka layani: eli Indonesia kegiatannya pada
urnurnnya merupakan carnpuran antara terutama pertanian
dan peternakan, industri dan perdagangan (pemasaran basil
pertanian & peternakan).
Surnbu Perkembangan ini juga sering disebut surnbu
perkembangan maju (upward transitional axis). jika merupakan
\\i.layah yg sedang mengalami transisi I peralihan kehidupan
ekonorni yang berkembang semakin meningkat Sebagai contoh
surnbu perkembangan maju eli Indonesia dapat elisebut jalur
Jakarta - Bekasi. Jakarta - Cirebon. Jakarta - Semarang. Medan
- Belawan. dsb. Sebaliknya dapat saja teljadi daerah surnbu
perkembangan yg menurun (downward transitional axis)
c Daerah Sumberdaya Harapan (resource frontier region).
Daerah iru merupakan wilayah perkembangan baru yang
sedang dan akan menjadi daerah produktif karena
mengandung surnber daya alam yang potensial untuk
dieksploitasi menjadi produktif Daerah ini berkembang dan
menjadi salah satu sasaran pembangunan nasional.
Perkembangan yang cepat dapat teljadi karena tekanan
perkembangan ekonorni, perkembangan kebutuhan
penduduk dan elidorong Lebih Lanjut oleh perkembangan
teknologi.
Daerah Harapan ini dikelompokkan dalam dua bentuk. yaitu
daerah dengan perluasan dari daerah lain yang sudah
berkembang (contiguous frontrier) dan daerah yg be~jauhan dari
daerah berkembang Lainnya, mungkin malah terisolasi (non-
contiguous frontier)
Daerah Harapan tersebut pertama biasanya terletak eli
daerah pertanian dengan desa-desanya: daerah ini menghadapi
kebutuhan pembangunan berbagai prasarana seperti
transportasi. mgas1. sarana sosial dan ekonomi untuk
permukiman baru. Hal iru misalnya terdapat eli daerah
Takeungon di Aceh yang kiru berkembang lebih pesat karena
kandungan gas alam daerah itu.
d. Daerah/Wi/ayah Muram!Suram, atau dapat disebut juga
"daerah tertinggal" (depressed region). Sesuai dengan
oamanya, daerah ini kebidupan ekonominya berkembang
sangat lambat, malahan dapat juga sarna sekali, tidak
berkembang lagi, atau yang malahan menurun. Daerah
semacam ini mungk:in sa.ja dahulu mempunyai sumber daya
yang produktif, tetapi sudah habis terpakai. Mereka
mempunyai masalah menghidupi penduduk dan kesulitan
menyesuaikan tempatnya dalam kaitannya dengan
kehidupan ekonomi nasional . Ada pula daerah yang seakan-
akan belum pemah dapat hidup dengan wajar, karenanya
sejak semula secara potensial kronis bersifat kritis.
misalnya kesulitan air untuk keperluan apapun.
Perencanaan daerah yang demikian ini bermaksud
menghilangkan berbagai sebab kemunduran kesejahteraan atau
kendala perkembangan daerah dan menuju kep3.da
pengembangan dengan memanfaatkan potensi yang terpendam di
daerah yang bersangkutan. Misalnya daerah kekurangan air
mungkin dapat dikembangkan dengan pernbangunan waduk atau
kolam air dan penghijauan .
e. Daerah!Wilayah permasalahan khusus (special problem
region) . Persoalan khusus yang dimaksud di sini
menyangkut potensinya terutama dalam bentuk surnber
daya dan letak I lokasinya, misalnya Bali dengan pola
budaya (wilayah budaya) yang sa.ngat menarik dan
merupakan pulau sebagai kesatuan wilayah; letak yang
strategis atau rawan seperti di daerah perbatasan dengan
negara lain seperti daerah kepulauan Riau , bagian Timur
Irian Jaya, yang memerlukan proses dan prosedur dalam
perencanaan yang berbeda dengan daerah lain. Dalam
kategori ini dapat disebut wilayah terbelakang, wilayah
transmigrasi.
Dari beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan wilayah, bagaimanapun bentuk dan lokasinya,
senantiasa mengacu kepada pemenuban kepentingan manusia
agar dapat hidup dengan tenteram dan nyaman, pemenuhan
segala kebutuhannya tanpa merugik:an atau mengganggu
28 BAB IT PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

manusia atau masyarakat lainnya (layak, habitable). Maka


teijadilah istilah perencanaan demz pemenuhan kebutuhan
(planning for habitability: habitat berarti tempat tinggaL tempat
kediaman.

11.2.3. Lingkungan

Pada beberapa deka.de terakhir sering mengemuka perhatian


yang besar kepada hal-ihwal dan permasalahan lingkungan.
kelestariannya. pengaruhnya terhadap laju pembangunan.
dengan ungkapan pembangunan yang berkelanjutan. yang
berwcrwasan lingkungan dsb. Lingkungan menjadi paradigma
yang penting sekali dalam Perencanaan Wilayah.
Jlmu Lmgkungan merupakan aspek ilmu ekologz. Ekologi
dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik
antara mahluk hidup dengan alam lingkungannya. Mahluk hidup
itu dapat berupa manus1a. hewan. serangga dan tanam-tanaman.
Kemud1an ekologi berkembang dan meluas pengertiannya
menjadi a.l. ekologi administrasi yang berarti hubungan timbal
balik antara manusia dan ilmu atau pelaksanaan dan profesi
administrasi.
Ekologi berarti ada proses yang merupakan siklus atau aksi-
reaksi m::~hluk mempengaruhi lingkungan alam. lingkungan
mempengaruhi mahluk.. dan seterusnya sampa1 ada
keseimbangan keadaan. Lingkungan alam penting sekali dalam
pembangunan umumnya. dan bag1 pengembangan dan
Perencanaan Wilayah pada .khususnya
Perkembangan orientasi manus1a yang semakin berat
kepada kesejahteraan material. yang berarti pemakaian sumber
daya alam (SDA) semakm banyak dan semakm mtensif
Peningkatan ini dipercepat oleh pertambahan jumlah manusia
dan penemuan serta penggunaan teknolog1 yang semakm
canggih. efisien dan efektif Dengan demikian teijadilah
gangguan terhadap kelestarian alam atau SDA semakm besar.
Ketidak - seimbangan yang teijadi antara manusia dan alam
menimbulkan kerugian-kerugian pada manusia. Mulailah terfikir
akan perlunya konservasi dan preservasi alam, pelestarian alam.
pelestarian lingkungan. Daya tampung alam perlu dan mulai
BAB ll PENGEMBANGAN Wll.AYAH DAN KOTA 29

diperhatikan secara serius, terutama karena ada yang dirasakan


langsung oleh masyarakat dan pemerintah, a.l. masalah
pemakaian teknologi yang menyebabkan banjir dan penunman
pennukaan air tanah. penurunan pennukaan tanah, dan intrusi
air laut (perhatikan misalnya kasus Jakarta); ini berarti keadaan
tata ruang lindung dan tata ruang budi daya (umumnya berupa
kota/metropolis) kurang seimbang. kepadatan penduduk dan
bangunan yang terlalu tinggi mengganggu kesehatan kerja serta
menyebabkan kepadatan lalu lintas yang tmgg1. yang
menunjukkan kepada penggunaan lahan sebagai salah satu
sumber daya alam yang melampaui daya tampungnya. dsb. dsb.
Demikianlah. Perencanaan Wilavah bermaksud
menyeimbangkan alam atau lingkungan dengan perkembangan
ekonomi dan perkembangan sosial berikut akibatnya.
Perencanaan Wilayah yang satu dengan yang lain selalu
diupayakan agar saling mendukung. tidak saling bertentangan.
Perkembangan satu wilayah yang berhasil memperbaiki
kesejahteraannya dapat memberi kelebihan produknya kepada
,.,.ilayah lain dan sebaliknya dan dengan bersama-sama
membentuk kesatuan kesejahteraan naswnal.
Pengembangan kehidupan ekonomi sebagai orientasi
manusia untuk memperbaiki kesejahteraannya menyebabkan
proses perubahan lingkungan tersebut secara lebih cepat dan
lebih luas. Pengembangan Wilayah dengan diawali oleh
perencanaan ruang berupaya menemukan kembali
keseimbangan/ ekuilibrium alam-sosial-ekonomi, agar tercapai
lagi suatu situasi optimal bagi kehidupan masyarakat. Maka
dikatakanlah bahwa pengembangan wilayah terutama bertujuan
menjadikan habitat (tempat kediaman) menyenangkan sebagai
tempat hidup, meningkatkan kualitas hidup (habitable).
Perencanaan wilayah berupaya agar segala perkembangan
ekonomi berdampak positif terhadap keadaan sosial. Dengan
kata lain, Perencanaan Wilayah memilih keseirnbangan ekologi
sebagai dasamya. atau pangkal tolaknya.
Sekedar beberapa contoh3 36 atau ilustrasi mengenai masalah yang
dapat timbul dapat dibayangkan kejadian berikut : pembangunan
pertanian menggunakan pupuk dan pestisida, pestisida merupakan
racun yang ikut terbuang dalam larutan air ke sungai yang menjadi
tercemar dan berbahaya untuk air minum bagi penduduk sekitaf
30 BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

sungai dan juga sebagai bahan baku bagi perusahaan air rninum di
kota. Pembangunan industri biasanya di lokasi bagian yang maju
yang berarti padat penduduknya. Bahan buangan basil proses industri
yang dialirkan ke sungai dapat berbahaya bagi pengairan untuk
pertanian juga berbahaya sebagai bahan baku perusahaan air minum.
Demikian pula hasil teknologi berupa kemudahan bagi rumah tangga
membcri bahan buangan yang mencemari air sungai.
Dcmikianlah upaya melestarikan alam atau mengupayakan
pembangunan yang berkelanjutan yang dilaksanakan lewat
perencanaan ruang wilayah. Dalam perencanaannya Ruang
Wilayah dibagi dalam beberapa kategori kawasan :
(I) Kawasan Suaka Kawasan Suaka ini ditentukan oleh
bcrbagai pertimbangan biologis maupun sosial-budaya.
Pcrtimbangan biologis terutama didasarkan pada
pcrlindungan terhadap berbagai jenis flora dan fauna yang
tcrancam punah. Pertimbangan sosial-budaya terutama
ditujukan untuk pelestarian kebudayaan yang bersifat
tradisional dan mengandung nilai-nilai historis. misalnya
Kawasan Condet Kawasan Borobudur. dsb.
(2) Kawasan Lindung : Kawasan Lindung ini ditetapkan
bcrdasarkan pertimbangan yang bersifat ekologis.
Pcrt1mbangan ekologis utama yang perlu diperhatikan
adalah keseimbangan hidrologis. kemudian keseimbangan
tanah. baik pertimbangan mengenai erosi maupun
pcncucian: dan kemudian lagi keseimbangan kualitas udara.
Kawasan Lindung ini bersifat permanen: banyak kawasan
ini terletak pada lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari
40% dan ketinggiannya lebih dari 1500 meter di atas
permukaanlaut.
(3) Kawasan Penyangga Setelah atau sambil menyusun
kawasan lindung. ditetapkan suatu kawasan yang disebut
Kav·;asan Penyangga yang berfungsi sebagai perantara atau
ruang peralihan untuk menyelaraskan kawasan (hutan)
b1asa berupa lindung. Pada umumnya kawasan ini tidak
mempengaruhi keseimbangan ekologi. Oleh sebab itu sering
juga kawasan ini disebut kawasan budidaya terbatas,
kawasan budi daya yang disesuaikan dengan kemampuan
ruangnya.
BAB ll PENGEMBANGAN WlLAYAH DAN KOTA 31

(4) Kawasan Budi Daya: Ini merupakan daerah yang


"dibaogun", menga1ami berbagai perubahan, perkembaogan
buatan manusia (ekonomi, sosial, fisik), seperti kota,
kawasan industri, pertanian, dsb.

11.2.4. Survei

Perencanaan wilayah perlu memperhatikan terlebih dahulu


keadaan wilayah ybs seperti apa adanya, yang diperoleh dengan
pengumpulan data dengan metoda survei daerah, dan ini
mempunyai arti yang sangat penting, sebelum melangkah lebih
lanjut. Secara ringkas survei daerah (regional survey) berarti
pengumpulan data, menganalisisnya dan membuat kesimpulan,
dengan kata lain menafsirkannya dalam hubungan dengan
rencana daerahlkota.
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan ke dalam
data sekunder berupa bahan tertulis dari buku-buku dan
laporan-laporan: dan data primer yang perlu dikumpulkan
langsung dari lapangan. karena data sekunder tsb biasanya
kurang lengkap atau mungkin bersifat kurang/tidak mutakhir
untuk mendukung pembuatan rencana daerah, dan karena itulah
diperlukan data primer.
Data tentang keadaan daerahlkota sebelum dibangun
dikembangkan sangat penting artinya, maka basil survei
merupakan dasar bagi pekerjaan perencanaan.
Survei perlu dikerjakan secara terarah sesuai dengan
keperluan maksud dan tujuan perencanaan daerah; dengan
demikian pengumpulan data biasanya dibatasi jenis jumlah dan
kualitasnya pada yang diperlukan saja, sehingga waktu
pelaksanaannyapun lebih efisien dan efektif. Rencana Wilayah
Nasional tentunya memerlukan data lain dibanding dengan
rencana wilayah sebagai sub-bagian wilayah nasional; selain
berbeda dalam jenisnya, rencana subnasional juga memerlukan
data yang semakin rinci pula.
Rencana tingkat nasional memerlukan data terutarna dalam
bidaog sosial dan ckonomi, dan rencana daerah tingkat
bawahnya perlu dukungan data sosial, ekonomi dan fisik,
32 BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

·sedangkan rencana lokal lebih-lebih lagi memerlukan data dalarn


bidang fisik. Wilayah-wilayah pada tingkat yang samapun
berbeda dalarn karakteristik, potensi dan arah pengembangan
yang direncanakannya, maka diperlukan data tersendiri untuk
setiap wilayah.
Kualitas rencana dan proses perencanaannya sangat bergantung
pada kualitas data/ informasi yang mendasarinya. Perencanaan tata
ruang wilayah mengandung 2 (dua) unsur pokok. yaitu penduduk dan
a/am. Dan perkembangan tata ruang (alam) tsb_disebabkan oleh
perkembangan segi-segi ekonomi dan sosial. Maka salah satu metoda
atau sistematik unsur survei bertolak dari 3 (tiga) unsur : penduduk.
karya ekonomi dan ruang/fisik atau lokasi. yang dirumuskan oleh
Pattrick Geddes : "folk. work. plan'·.
Maka demikianlah data yang dikumpulkan mencakup unsur-
unsur:
1. Keadaan Penduduk (sosial) semua data tentang
karakteristik penduduk dan semua fenomena (a.l. termasuk
kegiatan sostal ekonorninya) mengenai penduduk (kualitatif
dan kuantitatit).
2. Keadaan Ruang penelitian topografi. iklim. geologi.
sumber daya alarn terutama air, keadaan tanah. dsb.
dilengkapi dengan peta-petanya.
3. Keadaan Ekonomi : meliputi data tentang semua potensi
ekonorni daerah ybs (pertanian, perdagangan, perindustrian.
pertambangan. dsb)
4. Kaitan antara Penduduk dan .Ekonomi : aspek ini sangat
penting bagi pengembangan ekonorni daerah: pengaruh
keadaan penduduk seperti tingkat kecerdasan. ketrarnpilan.
budaya. dsb) terhadap keadaan ekonomi daerah dan
sebaliknya: pengaruh ekonomi terhadap faktor penduduk
seperti standar hidup, mata-pencaharian, pengangguran.
dsb.
5. Kaitan Ekonomi dan Ruang : berbagai pengaruh keadaan
ekonorni terhadap perkembangan pertanian, industri
pertambangan dsb, dan sebaliknya : pengaruh daerah
terhadap ekonorni penduduk (rnis. pengaruh sumber daya
daerah terhadap sumber mata-pencaharian bagi penduduk).
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 33

6. Kaitan Penduduk dengan Ruang : pengaruh faktor-faktor


fisik/ruang terhadap keadaan penduduk (mis. pengaruh
faktor lokasi kegiatan terhadap kepadatan penduduk.
tingkat pendidikan, sikap sosial, dsb ). dan sebaliknya :
pengaruh keadaan sosial terhadap perkembangan daerah
(mis. berupa gejala daerah-daerah perkampungan kota.
daerah-daerah berpenduduk dengan penghasilan tinggi.
pusat-pusat pemerintahan. rekreasi. dsb ).
7. Sirkulasi komunikasi merupakan hubungan antara unsur-
unsur tsb di atas. yaitu : yang teijadi di daerab. sepert1
gambaran tentang arus lalu lintas orang. barang dan jasa.
Perkembangan daerah memerlukan beberapa ..gambaran
daerah ·· dalam kurun waktu tertentu: ini berarti bahwa survei
sebaiknya dilaksanakan beberapa kali. Dan masing-masing basil
survei dilaporkan dalam bentuk peta-peta. diagram dan bentuk
laporan tertulis.
Survei wilayah juga dapat dilaksanakan dengan klasifikasi
ke dalam cakupan unsur-unsur (a) Fisik. (b) Fisik dan Ekonomi.
dan (c) Sosial dan Ekonomi 2 1 ~

• Unsur - unsur Fisik :

1. Topografi memberikan gambaran bentuk permukaan bumi.


yang dapat berupa peta atau model I maket Peta tsb.
sebaiknya dibuat dalam skala yang sesuai dengan tingkat
akurasi yang diperlukan. Peta rencana lokal mempunyai
skala yang menunjukkan tingkat rincian yang lebih halus
daripada peta wilayah. baik mengenai beda ketinggian
(transe) maupun data lainnya. Peta-peta itupun sebaiknya
berwama agar gambaran tentang tinggi-rendah permukaan
bumi menjadi lebih jelas.
Ada kalanya peta ini juga harus mampu menunjukkan
kesulitan fisik bagi rencana pengembangan atau
pembangunannya dalam skala besar. misalnya kecuraman dan
ketinggian yang dapat membawa masalah. laban yang mudah
terancam oleh banjir atau genangan air, laban bekas galian
tambang, laban yang dipakai untuk penimbunan sampab, dsb.
2. Geologi Pengetahuan tentang geologi daerah yang
34 BAB II PENGEMBANGAN WlLA YAH DAN KOTA

bersangkutan dapat memberitahu permasalahan apa yang


mungkin dapat dihadapi. Apa saja yang dapat diketahuinya
tentang bunga tanah. struktur tanah sebagai dasar
bangunan. formasi geologis, dsb.
3. Bentang A/am (landscape). Pemandangan alam merupakan
suatu kekayaan wilayah yang bermanfaat dan perlu
dilindungi. baik yang memberi pemandangan indah yang
luas sekali: ataupun yang kecil tapi sangat menarik. Maka
untuk keperluan kawasan budi daya perlu dipiiih bagian-
bagian yang tidak terlaiu mengganggu keindahan-keindahan
tersebut.

• Unsur- unsur Fisik - Ekonomi :

I. Nilai Pertanian. Periindungan industri pertanian dengan


cara mencegah kehilangan lahan pertanian sampa1
rmrumum merupakan salah satu maksud penting
perencanaan ruang. Beberapa faktor yang menyangkut nilai
pertanian yang sangat penting dapat berupa:

Kesuburan lahan yang turun-temurun


Iklim setempat yang berpengaruh terhadap jenis-jenis
tanaman tertentu
Tanah curam dan mudah longsor
Potensi untuk pembuangan air
Posisi lahan terhadap jalur-jalur transportasi dan pasar

dan lain-lain.
2. Sumber daya A/am (SDA) termasuk Air. Selain informasi
langsung dari lapangan (data primer). masih diperlukan
dipetakan pula berbagai informasi dari sumber lain. a.l
lokasi bahan tambang: dan air perlu dipandang sebagai
bahan tambang yang khusus. baik yang ada di permukaan
maupun yang ada di bawah permukaan.
3. Transport. Sebaiknya dibuat 2( dua) jenis peta transport.
yaitu (I) memuat fasilitas yang sudah ada seperti jaringan
jalan raya, jalan rei. kanal dan sungai yang dapat dilayari
BAB II PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOT A 35

atau yang biasa dipakai jalur transport air: selain itu baik
juga diadakan peta yang menunjukkan tingkat kepadatan
lalu-lintas berupa beda tebal garis jalur-jalur ybs: dan (2)
peta asal - tujuan (origin-destination) akan sangat
membantu (pembuatan peta ini dapat sangat mahal).

• Unsur - unsur Sosial - Ekonomi :

Yang dimaksud "Sosial-Ekonomi'" di sini merupakan


aspek-aspek ekonomi yang mempunyai komponen
sosiallkependudukan . mis. mata pencaharian. pengangguran.
dsb.
1. Daerah pengaruh kota-kota dan desa-desa. Pusat-pusat
pelayanan masyarakat ini mempunyai hierarki. Pusat
pelayanan suatu daerah pada umumnya terbatas hanya
dimak.sudkan untuk keperluan penduduknya masing-masing
daerah ybs saja, tapi yang sebenamya dapat saja diperlukan
juga bagi daerah sekitamya. Salah satu tujuan Perencanaan
Wilayah ialah mengembangkan sistem pusat-pusat
pelayanan agar terbentuk suatu hierarki kepentingan yang
paling menguntungkan.
2. Mata Pencaharian. Dibuat peta yang menunjukkan jumlah
tenaga yang mendapat nafkahnya di kota-kota atau desa-
desa yang bukan tempat kediamannya sendiri (maupun
yang merupakan tempat kediaman). dan tujuan peljalanan
ke tempat pekeljaannya ditunjukkan secara diagramatis.
Pekeljaan ini sangat rumit dan perlu dipertimbangkan
benar-benar sebelum memulainya.
3. Perubahan kependudukan. Perubahan kependudukan dari
tahun ke tahun atau seri data kependudukan. paling tidak
berselang lima tahunan. misalnya tahun 1970. 1975. 1980,
1985, 1990, dst. ini perlu diketahui dan datanya dapat
disusun diperoleh dari monograf kawasan-kawasan dalam
wilayah itu.
4. Peta tata guna lahan. Peta ini dibuat untuk menunjukkan
pola guna laban dan intensitas guna laban dan disertai data
penggunaan laban lainnya untuk menambah kualitas
infonnasinya: misalnya suatu laban kawasan industri dapat
36 BAB IT PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

luas sekali tapi jumlah pabriknya hanya sedikit saja, atau


sebaliknya; atau suatu kota yang arealnya luas, tapi
kepadatan penduduknya kecil sekali atau sebaliknya, dsb.
Catatan : Jenis peta berikut infonnasi tersebut di atas dalam beberapa
kasus agaknya masih cukup rumit tapi bennanfaat sebagai
··pengetahuan ,. dan pengembangannya secara umum dalam waktu
tak terlalu lama lagi sudah terarah ke sana, mungkin malahan sudah
dapat dan perlu lebih rinci lagi.

11.3. PENGEMBANGAN KOTA

11.3.1. Urbanisasi

Urbanisasi seperti telah dikatakan di depan berarti


perubahan secara keseluruhan atau transformasi tatanan
masyarakat dari tatanan masyarakat yang semula dominan
perdesaan menjadi dominan perkotaan.
Latar belakang atau sebab-sebab perubahan tsb di atas
dapat dirinci fenomena (gejala. peristiwa) berikut :
pertambahan penduduk yang disebabkan oleh nugras1
penduduk dari daerah luar kota ke dalam kota. atau dari kota
lain ke kota tertentu (aspek demografis).
perubahan mata-pencaharian yang semula bersumber pada
pertanian menjadi berorientasi pada industri. dagang dan
berbagai jenis jasa lainnya (aspek sos1al ekonorni).
perubahan penggunaan laban yang semula agraris menjadi
berorientasi kepada industri. dagang dan jasa (aspek ruang
dan ekonorni)
perubahan gaya hidup penduduk yang bermigrasi seperti
tersebut diatas dari gaya pedesaan menjadi gaya perkotaan
(urban) (aspek sosial-budaya).
Migrasi masuk kota disebabkan oleh kesejahteraan yang
menurun di luar kota-kota dan orang mencari perbaikan nasib
di (atau terdorong ke) dalam kota; sebab ini dinamakan faktor-
dorongldesak (push factor). Dapat juga karena rnata
pencaharian di dalam kota memerlukan tenaga kerja barn hingga
BAB IT PENGEMBANGAN Wll..AYAH DAN KOTA 37

ada daya-tarik terhadap tenaga kerja yang ada eli luar kota; dan
sebab ini elisebut faktor-tarik (pull faktor). Jadi migrasi masuk
kota dapat terjadi karena faktor-tarik dengan adanya mata
pencaharian barn eli dalam kota, juga dapat elisebabkan oleh
faktor-dorong karena di luar kota sulit eliperoleh mata-
pencaharian atau keamanan kurang terjamin, seperti pemah
elialami oleh beberapa negara, termasuk Indonesia.
Migrasi masuk kota ini mempunyai arti multisektoral dan
kompleks, a.l. dapat elilihat dari segi-segi :
a. Demografi, karena menunjukkan proses pernbahan
penyebaran penduduk dan pernbahan jumlah penduduk
dalam suatu wilayah: dan karena terjadi pernbahan mata
pencaharian migran dari bidang pertanian menjadi
perdagangan, perindustrian dan jasa. Struktur demografi
kota juga bernbah dalam hal komposisi usia, kepadatan
penduduk, angkatan kerja dan mata pencahariannya dengan
segala konsekuensinya. Selain itu terjadi pergeseran-
pergeseran penggunaan lahan untuk menampung berbagai
kebutuhan kegiatan seperti perumahan, perdagangan.
transportasi dll. Selain itu berangsur-angsur terjadilah pula
perkembangan pada pola tata guna lahan wilayah. a.l.
karena perluasan lahan kota ke arah lahan pertanian di
sekitamya.
b. Sosial, yang a.l. bernpa pernbahan perilaku dan selera
penduduk barn kota ke arah pergeseran gaya hidup
perdesaan ke arah gaya hid~p kota: gemerlapan yang
menjadi ''simbol" hidup kota menjadi daya tarik tersendiri
bagi migrasi masuk ke kota. Lambat laun penelidikanpun
makin menarik dan makin banyak orang tua menyekolahkan
anak-anaknya ke tingkatan penelidikan yang lebih tinggi;
demikian pula sektor kesehatan mendapat perhatian lebih
baik., serta struktur dan "standar" administrasi kota harns
semakin dikembangkan.
c. Ekonomi yang pada umumnya menjadi penyebab utama
urbanisasi membuat kota-kota berkembang: yang
potensinya lebih besar akan berkembang lebih cepat
daripada yang kurang potensial. Terjadilah pola
perkembangan barn bagi kota-kota lama maupun kota-kota
38 BAB IT PENGEMBANGAN WitA YAH DAN KOTA

barn.
d. Permasalahan sebagai akibat dari urbanisasi terasa sekali
dalam hal kebutuhan akan perumahan berikut lahan
perumahan. Kekurangan akan perumahan dan laban
perumahan dan peningkatan harganya menjadi semakin
sulit ditanggulangi. Berbarengan dengan itu perkampungan
kota semakin meluas dan memburuk keadaannya. Belum
lagi kekurangan akan prasarana dan sarana. baik untuk
transportasi maupun untuk kesehatan dan keperluan lainnya
semakin tidak mencukupi. Sistem administrasi kotapun
kurang siap menghadapi semua keadaan yang dirasakan
berkembang mendadak dan berjalan sangat cepat itu.
Migrasi penduduk besar-besaran masuk kota ini juga
membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan. Perkembangan kebutuhan akan lahan kota
untuk kegiatan ekonomi ini berbarengan perkembangan dengan
kebutuhan akan lahan untuk keperluan perumahan berikut
fasilitas-fasilitasnya yang meningkat pula.
Prasarana dan sarana kota yang perlu dibangun besar-
besaran dan dipelihara memerlukan biaya yang besar.
Konsekuensinya ialah anggaran biaya kota yang sangat
meningkat.
Banyak pengangguran, baik yang bersifat penuh maupun
terselubung, merupakan suatu fenomena urbanisasi yang sangat
penting bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah
dan jenis mata pencaharian yang tersedia tidak sesuai dengan
jumlah dan kemampuan para pencari kerja. Pengangguran ini
perlu mendapat perhatian dan penyelesaian agar tidak timbul
masalah yang semakin sulit ditanggulangi.
Pemerintah mempelajari berbagai kecenderungan
urbanisasi sebagai dampak pembangunan ekonomi yang berjalan
sejak 1970. Suatu studi antar-departemen dengan pelaksanaan
sehari-hari di Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah (Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) selesai th
1985 dengan basil berupa saran-saran Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan (SNPP) atau Nasional Urban
Development Strategy (NUDS). Tabel 2.1 dan 2.2 memberi
BAB II PENGEMBANGAN WlLA YAH DAN KOTA 39

suatu gambaran tentang perkembangan perkotaan di Indonesia


1980 - 2000 basil SNPP tsb.
Tabel 2.1 memberi gambaran pertumbuhan penduduk
perkotaan yang didasarkan kepada beberpa asumsi
pertumbuhan. Asumsi-asumsi tsb diperlukan karena belum
cukup tersedia data yang dapat diandalkan.

Tabel2.1 : Proyeksi Penduduk eli Daerah Perkotaan 1980- 2000" 31

Jumlah Penduduk di Daerah Perkotaan


Tahun Asumsi Pertumbuhan Penduduk Perkotaan
I II III IV v
1980 32.846 32.846 32.846 32.846 32.846

1985 38.078 39.011 40.932 39.962 41.921

1990 44.143 46.333 48.620 51.009 53.503

1995 51.174 55.029 59.154 63.156 68.285

2000 59.325 65.357 71.970 79.216 87.151

Keterangan : I = 3 persen; II = 3,5 persen; ill = 4 persen; IV =4,5


persen; V = 5 persen

Lingkup permasalahan yang ditimbulkan oleh urbanisasi


sebagai fenomena nasional perlu diperhatikan. diantisipasi dan
diambil langkah-langkah yang mendasar, baik pada tingkat
nasional, regional maupun lokal oleh negara, pemerintah
propinsi, kabupaten dan kota-kota ybs, dan dituangkan ke dalam
Kebijaksanaan Nasional, seperti telah dikatakan di atas.
SPPN tsb memberi dorongan agar secepatnya setiap kota
mempunyai Rencana Tata Ruangnya untuk menampung
perkembangannya. Strategi ini bersifat menyeluruh dan
mencakup (a) aspek Tata Ruang, (b) mekanisme Administrasi.
40 BAB IT PENGEMBANGAN Wll.AYAH DAN KOTA

Pemerintahan dan Pengembangan Perkotaan, (c) mekanisme


Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah bagi Pengembangan
Perkotaan, dan (d) Bidang Hukum yang berhubungan dengan
Perencanaan Pembangunan Kota dan Daerah. ·

Tabel 2.2 Proyeksi Penduduk di Indonesia. Desa, Kota, tahun 1980 -


2000 231
Proyeksi Propon;i Penduduk (%)

Asumsi Pertumbuhan Penduduk Perkotaan

Tahun I II III IV v
Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota

1980 77.81 22.19 77.81 22.19 22.81 22.19 77.81 22.19 77.81 22.19

1985 76.94 23.06 76.38 23.62 75.80 24.20 75.22 24.78 74.62 25.38

1990 75.94 24.()6 74.74 25.26 72.50 26.05 72.20 27.811 70.84 29.16

1995 74.76 25.24 72.86 27.14 70.82 29.18 68.6' 31.3' b6.3c 33.68

2000 73.37 26.63 70.66 29.34 57.69 32.31 64.44 35.56 60.88 39.12

Kererangan : I = 3 pen;en; II = 3.5 pen;en; III = ;I pen;en; IV = 4,5 pen;en. V = 5


pen;en

Tabel 2.2 Menarik juga untuk diketahui gambaran mengenai


perbandingan perkembangan penduduk perkotaan dan penduduk
perdesaan, yang pada tahun 2000 diperkirakan akan dapat
mencapai 40 persen dan 60 persen dari seluruh penduduk
Indonesia
Lembaran Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 memberi gambaran
perbandingan antara Indonesia dan beberapa negara lainnya.
BAB II PENGEMBANGAN Wll.A YAH DAN KOTA 41

Tabel2.32...s
PERTIJMBUHAN PENDUDUK RATA-RAT A DALAM W1LAYAH AS1A-P AS1FIK
1970-1990
1970- 1975 1975 - 1980 1980 - 1985 1970-1990
Total Perko- Total Perko- Total Perko- Total Perko-
Win taan taan taan
Seluruh Dunia 1.96 2.61 1.73 2.63 1.74 3.06 1.81 2.89
Seluruh wilayah ESCAP 2.26 3.65 1.83 3.31 1.83 3.46 1.94 3.98
NEIB J
Hongkong' 2. 11 2.40 2.77 2.96 1.60 1.90 1.84 2(>9 t
Republik Korea 2.80 540 155 4.70 1.36 3.20 1.48 400
Singapore 1.73 1.73 1.30 1.30 1.1 5 1.1 5 1.37 137
ASEAN 5
Brunei Darussalam 3.63 3.73 3 41 2.72 3.80 207 3.65 3 50
Indonesia 2.41 4.92 2. 14 4 .88 2.06 5.37 2.16 5 17
Malaysi a' 2.59 4.70 2. 17 4.58 2.61 4.87 2.48 4 79
Philipina 2.51 4.02 2.53 3.54 2.63 3.97 2.57 390
Thailand 2.92 5.59 2.44 5.05 1.99 4 .66 2.24 5.(1(1
Negara-negara Asia Tenggara Lainnya
Myarunar 2.32 3.25 2.11 2.15 2.09 2. 13 2.19 2 59
Kamboja 0.46 2.09 2.09 2.07 2.59 3.54 0.87 0 . ~4

Republik R.akyat Laos 2.18 5.52 1.16 4 .50 2.29 5.58 2.13 5 56
Vietnam 2.34 2.86 2.23 2.75 2. 19 3.22 2.25 5 (1(1

Asia Seiatan
Afganistan 2.42 6. 11 0.87 4.17 202 047 0.98 3<"•
Bangladesh 2.77 6 74 2.83 6.76 2.73 6.57 2.79 6 83
India 2.24 3.76 2.08 3.66 2.21 3.80 2.17 3 7R
Nepal 2.47 6.72 2.67 7.35 2.59 7.21 2.59 7. ~ 9

Pakistan 2.57 3.76 2.64 3.87 3.87 5.01 3.17 4.47


Sri Lanka 1.67 1.83 1.71 1.28 1. 28 1.23 1.61 1.49
Republik R.akyat Cina 2.20 2.09 1.43 3.94 3.94 6.7: 1.59 4.96
Iran (Republik Islam) 3. 19 5.35 3.08 4.71 4 .05 5.43 3.32 5(1()
Negara-negara Kepulauan Paslftk
Fiji 2.03 3.13 1.91 2.47 1.97 2.36 1.94 2.56
Papua New Guinea 2.38 6.32 24? 4.25 2.29 4.06 2.38 4P
Samoa 0.15 1.41 0. 8 1 1.01 0.91 1.01 0.81 1:3
Republik Salomon 3.36 3.73 3.01 3.38 3.77 4.82 3.40 4. 18
Tonga 0.58 0.22 2. 10 1.29 0. 27 0.27 0.56 0.27
Vanuatu 2.89 6.51 3.89 7.39 3 07 6.38 3.27 6.80
Negara-negara Maju
Australia 1.64 1.82 1.52 1.47 1.40 1.33 1.49 1.51
Japan 1.33 2.55 0.93 1.06 0.68 0.81 0.85 1.24
Selandia Baru 1.79 2.19 0.19 0.33 0.92 0.92 0.93 1.10
*) NEIB = Negara-negara EkonomJ lndustn MaJU ; a)= Data Pemenntah
**) ESCAPE = Economic and Social Conunission for Asia and Pacific = Komisi
Ekonomi dan Sosial Asia dan Pasiflk (Badan PBB).
Sumber: Perserikatan Bangsa-Bangsa (1991) World Urbanization Prospects, 1990. New
York, Department of International Economic and Social Affairs (Sales No. E.9l.Xlll.H)
p.166. Social indicators Republic of Korea, 1992.
42 BAB ll PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 2.4 248


PENDUDUK DALAM WILAY AH ASIA·PASIFIK 1970 • 1990 DAN PERSENTASE
PENDUDUKPERKOTAAN
1970 1980 1990
Total (000) %Perkotaan Total (000) %Perkotaan Total (000) o/oPerkotaan
Seluruh Dmala 3,697,849 36,6 4,4411,037 39,5 5,292,195 45.2
Seluruh wllayah ESCAP '"J l ,Ol9,106 11,3 l,484,7l0 14,2 1,979,676 18.7
NEIB *)
Hongkong") 3,959 89,7 5,039 91,6 5.105 94. 1
Republik Korea 31,466 50, 1 37.436 68.8 43,411 79.8
Singapore 2,075 100.0 2,414 100,0 2.723 100.0
LASEAN5
Brunei Darussalam 130 61,7 185 59.9 266 51.1
Indonesia 120.28 17.1 146.776' 22,4' 179,321' 30.q'

Malavsia•l 10,852 27,0 13,763 34,6 17.567' 43.0


Philipina 37,54 33,0 48,317 37.4 62,413 42.6
Thailand 35,145 13,3 46,718 17,3 55,702 22.6
Negara-neg•ra Asl• TenUJira Lalnn}'11
Myanmar 27,102 22,8 33,821 24,0 41 ,675 24.8
Kamboia 6,938 11 ,7 6,400 10,3 8.246 11.6
Republik Rakva1 Laos 2,713 9,6 3.205 13.4 4. 139 18.6
Vietnam 42.729 18.3 53.100 19.3 66,693 21.9
Asia Seiatan
Afganistan 13,623 11 ,0 16.063 15,6 16.551 18:2
Banl!ladesh 66,671 7,6 88.219 11,3 115.593 16.4
India 554,991 19,8 688,856 23,1 853,094 270
Nepal 11 ,488 3.9 14,857 6,1 19.143 9.6
Maldives' 114 14,0 158 21.5 213 25.8
Pakistan 63,706 24,9 85.299 28. 1 122,626 32.0
Sri Lanka 12,514 21 ,9 14,8 19 21,6 17,217 21.4
Repub1ik Rakvat Cinab 830,675 17,4 996, 134 19,6 1, 139.060 33.4
Iran (Republik Islam) 28,429 41,0 38.900 49,6 54,607 56.1
Nerara-nerara Kepu)auan PasUlk
Fiii 520 34,8 634 37,8 764 39.3
Paoua New Guinea 2.422 9.8 3.086 13.0 3.874 15.8
Samoa 143 20.3 155 21,2 168 ~:: . o

Republik Salomon 164 8,9 225 9,2 320 IU.6


Tonga 85 21.4 97 19.7 95 20.5
Vanuaiu 83 13,1 117 18,7 158 25.8
Nerara-nerara Maju
Australia 12,552 85,2 14,695 85,8 16.873 85.5
Japan 104,331 71 ,2 116,807 76.2 123,460 77.0
Selandia Baru 2,820 81,1 3,113 83,3 3.392 84.0
*) NEIB - Negara-nepra Ekonoau lndustri MaJu; a) - Data Pemermtah; b) =Pemermtah RRC baru-
baru ini menyediakan data berikut mengenai jumlab selurub penduduk dan persentase penduduk
per\:otaan yq bukan ..,.ns : 1970 : 825.420 - 12,2; 1980 : 982,550 - 13,6; 1990 1.129,543 - 18,98;
1992 : 1,152,428. 20.4
••) ESCAPE =Economic and Social Commission for Asia and Pacific =Komisi Ekonomi dan Sosial
As1a dan Pasifik (Baden PBB).
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 43

Sumber Penerikatan Banpa-Banpa ( 1991 ) World Urbaruz.atiOn Prospects, 1990. New York.
Department oflntcmatJonal Econmruc and SoCial Affam; (Sales No. E 91 Xliii!) p.l42 and I 06
Repubhc of Korea Population & Housmg Cei'ISilS Repon, Nat10nal SlatlstJcal Office, 1992 Social
mdJcaton; Republic of Korea. 1992

11.3.2. Proses Urbanisasi

Secara ringkas proses ini dapat dikatakan sebagai berikut :


Urbanisasi dikatakan terjadi hampir di manapun di dunia
disebabkan oleh perkembangan ekonomi. Di Indonesia
perkembangan ini cepat sekali sejak tahun 70-an: sebelum itu
urbanisasi juga sudah berjalan tapi dalam langgam lebih lambat
dan terbatas. Daya tarik kota sebagai pusat mata pencaharian
yang membengkak ini sering dibarengi dan diperbesar lebih
lanjut oleh kemunduran ekonomi di luar kota. Penduduk kota
sek.itar th. 1970 berjumlah sekitar 30 juta atau 20 % JUmlah
penduduk seluruh Indonesia. Tahun 1995 diperk.irakan menjadi
sekitar 50 juta atau 33 % seluruh jumlah penduduk Indonesia.
Peningkatan sekitar 20 juta atau 13 % itu diperkirakan akan
berkembang terus sampai ada keseimbangan (tahun 2000
diprakirakan penduduk kota menjadi 37 OJ., dan th 2010 meningkat
lagi menjadi 4:' % dan th 2030 menjadi 52 %): 51 . Jika angka-
angka tsb. diterjemahkan ke dalam tambahan lahan kota
yang diperlukan, atau jurnlah perumahan, prasarana dan
sarana, dsb. yang diperlukan, dan ini diterjemahkan lebih
lanjut ke dalam biaya pengadaan yang diperlukannya, akan
mencapai jurnlah yang sulit dibayangkan, lebih sulit lagi
untuk disediakan oleh pemerintah sendiri.

11.3.3. Perencanaan Kota

Beberapa istilah penting. Dalam pembahasan Perencanaan


Tata Ruang Kota akan digunakan istilah yang perlu diketahui
artinya lebih lanjut :
Rencana Struktur 2·23 : dalam suatu wilayah kota atau
wilayah fungsional lainnya selalu terdapat banyak masalah yang
ingin diselesaikan lewat perencanaan tata ruang. Rencana
struktur sebagai suatu bentuk rencana tata ruang merupakan
pemikiran perencanaan yang mengutamakan permasalahan kritis
untuk diselesaikan lewat perencanaan serta mengidentifikasikan
44 BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

kawasan fungsional (kawasan yang mempunyai fungsi atau


mengandung kegiatan utama tertentu), atau wilayah kota yang
dianggap mungkin akan mengalami perkembangan dan
perubahan. Jadi metode perencanaan struktur dapat juga dipakai
dalam perencanaan wilayah administrasi kota maupun wilayah
fungsional lain.
Produk Perencanaan Struktur ini dianggap lebih baik
daripada Rencana Induk (Masterplan). karena pengalaman
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. ternyata
menunjukkan Rencana Induk terlalu luas cakupan aspeknya,
terlalu mahal. terlalu lama dalam proses pembuatan, karena
memerlukan data yang terlalu banyak (yang sebagian terbesar
belum tersedia). kurang luwes mengikuti perkembangan wilayah
ybs, dan berbagai kekurangan lainnya. Rencana Induk sejak
lama dipakai sebagai cara yang baik untuk memberi pedoman
yang menyangkut seluruh masalah wilayah perencanaan
(kota misalnya),- rnenyangkut seluruh aspek, dan dengan
demikian bersifat betul-betul menyeluruh.
Rencana Strategi : merupakan jabaran kebijaksanaan yang
menggariskan cara ancangan (approach) untuk perumusan dan
upaya mencapai sasaran dan tujuan pembangunan seesifien-
efisiennya dan seefektif-efektifnya. Produk perencanaan strategi
merupakan gambaran abstraksi (metode untuk mendapatkan
gejala atau peristiwa yang menunjukkan sebab-akibat atau
pengertian umum) yang memberi pe~gertian tentang prinsip dan
konsep umum yang menyangkut distribusi penduduk dan tata
guna laban.
Rencana Strategi dibuat berdasar indikator-indikator yang
diperoleh dari survei dan anggapan-anggapan dalam lingkup
wilayah yang akan dibuat rencananya. Indikator-indikator
tersebut mencakup a.l. : (a). sasaran kependudukan berikut
distribusinya, (b). pola penggunaan laban, (c). ketenagakeijaan,
(d). peningkatan produktivitas, (e). perimbangan kehidupan kota
dan wilayahldaerah, dan (f). pelibatan peranan sektor swasta
dalam usaha pengembangan wilayah ybs. Rencana strategi 1ni
masih dapat dirubah/disesuaikan dengan rencana pembangunan
nasional dan daerah.
Telah dikatakan di atas bahwa dalam proses pembuatan
BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 45

rencana tata ruang, biasanya dikenal daerah pengamatan atau


daerah studi yang lebih luas dari daerah perencanaan dan
rneliputi daerah sekitar daerah perencanaan (daerah yang dibuat
rencananya). Dalam hal rnenyangkut kota dikenal istilah
perkotaan dapat diibaratkan sebagai daerah pengarnatan dan
wilayah adrninistrasi kota sebagai daerah perencanaannya.
Maka Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan. sering
disingkat RUTRP (atau daerah pengarnatan/studi), rnerupakan
rencana struktur ruang perkotaan (daerah perencana) yang
bertujuan rnenjaga :
- konsistensi perkernbangan pernbangunan suatu kota
(wilayah) dengan strategi perkotaan nasional dalam jangka
panJang.
- keserasian perkernbangan kota (wilayah) dengan daerah
sekitarnya.
Tujuan RUTRP ini dikaitkan dengan pengendalian program
sektoral dan program Daerah. lsi RUTRP 2·23 rneliputi (a)
rurnusan tentang kebijaksanaan pengernbangan penduduk, (b)
rencana struktur pernanfaatan ruang perkotaan. (c) rencana
struktur pelayanan kegiatan perkotaan. (d) rencana sistern
transportasi. (e) rencana pengernbangan surnber daya air dan
energi, serta sistem jaringan utilitas perkotaan, (f) tahapan
pelaksanaan pernbangunan dan (g) indikasi unit pelayanan
perkotaan.
Untuk rencana kota sebenarnya semua unsur perencanaan perlu
digambarkan eli dalam rencana tersebut. Namun secara umum yang
perlu dicanturnkannya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rencana daerah Pusat Kota!Pusat Perdagangan
2. Rencana daerah Kantort-kantor Pemerintah
3. Rencana daerah Perumahan
4. Rencana daerah Perindustrian
5. Rencana Pola Transportasi
6. Rencana Teknik Penyehatan (assainering) Kota
7. Rencana Tata-Hijau/Daerah Rekreasi
46 BAB ll PENGEMBANGAN Wll..AYAH DAN KOTA

8. Rencana Penyediaan Fasilitas Umum.


Khusus untuk rencana daerah industri perlu diperhatikan antara
lain faktor-faktor sebagai berikut :
a. Sifat/macam industri yang akan direncanakan.
b. Faktor transport
c. Faktor pembuangan bahan-bahan buangan industri/arah angin
d. Kondisi tanah.

RUTRP dibuat pada peta-peta dengan skala 1 : 50.000


atau lebih besar. (Dalam membaca istilah '·perkotaan" dapat
selalu clipikirkan sebagai atau dihubungkan dgn perwilayahan
fungsional).
Rencana Umum Tata Ruang Kota. Rencana Umum Tata
Ruang Kota, sering disingkat RUTRK. mengandung pengertian
rencana pemanfaatan ruang kota yang clisusun untuk menjaga
keserasian pembangunan antar-sektor dalam kaitannya dengan
penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan
kota jangka panjang. (Sektor = lingkungan suatu usaha.
misalnya sektor perhubungan, perniagaan, industri, transport,
perumahan, kesehatan dsb).
RUTRK berisi 223 : (a) rumusan kebijaksanaan
pengembangan penduduk.. (b) rencana struktur pemanfaatan
ruang kota. (c) rencana struktur pelayanan sistem jaringan
utilitas, (d) rencana kepadatan bangunan lingkungan. (e) rencana
ketinggian bangunan. (f) rencana pemanfaatan air baku. (g)
rencana penanganan lingkungan kota, dan tahapan pelaksanaan
pembangunan, dan (h) indikasi unit pelayanan kota. RUTRK
clibuat pada peta-peta rencana berskala 1 : 20.000 atau lebih
besar (minimal 1 : 50.000).
Rencana Rinci Tata Ruang Kota, dengan singkatannya
RRTRK. d.irnaksudkan sebagai rencana pemanfaatan ruang kota
secara terrinci, yang clibuat sebagai persiapan bagi dan hila
datang waktu atau upaya pelaksanaan program-program
pembangunan kota.
lsi RRTRK ini meliputi : (a) rumusan kebijaksanaan
pengembangan penduduk (b) rencana pemanfaatan ruang kota.
BAB IT PENGEMBANGAN WIT....A YAH DAN KOTA 47

(c) reacana struktur pelayaoan kota. (d) rencana struktur


kegiatan kota, (e) rencana sistem jaringan pergerakan, (f)
rencana sistem jaringan utilitas kota. (g) rencana kepadatan
bangunan lingkungan, (h) rencana ketinggian bangunan, (i)
rencana perpetaan bangunan. (j) rencana garis sepadan, dan (k)
tahapan pelaksanaan pembangunan.
Rencana Teknik Tata Ruang Kota (RTRK), merupakan
rencana geometri pemanfaatan ruang kota: rencana ini disusun
sebagai upaya memberi ujud pembentukan ruang dalam rangka
pelaksanaan pembangunan. Rencana geometri eli sini berarti
rencana yang memberi ukuran-ukuran bangun-bangunan,
pepohonan, keairan, dsb., yang akan memanfaatkan atau mengisi
ruang pembangunan itu: rencana ini memberi gambaran
konfigurasilbentuk ruang pembangunan seperti yang
diperlihatkan oleh maket.
lsi RTRK mencakup (a) rumusan tentang rencana tapak
pemanfaatan ruang kota. (b) perencanaan teknik jaringan
utilitas, © prarencana teknik jaringan jalan. d) prarencana teknik
bukan bangunan gedung beserta indikasi proyek-proyek. RTRK
ini digambarkan pada peta-peta rencana dengan skala 1 : 2000.
Selain istilah-istilah atau pengertian tersebut yang sudah
mulai dipakai atau diterapkan dalam proses perencanaan, masih
ada beberapa istilah yang sedang dalam tahap pemikiran
menyusun rumusannya yaitu Strategi Nasiona/ Pola
Pembangunan Tata Ruang dengan singkatan SNPPTR. Yang
dimaksud dengan SNPPTR ini dapat dirumuskan sbb. : suatu
kebijaksanaan tingkat nasional yang berupaya mendukung
keberhasilan sektor-sektor strategi pembangunan nasional,
seperti swasembada pangan, pembangunan industri. ekspor non-
migas seperti kepariwisataan. pelestarian lingkungan hidup,
dsb. 2·so SNPPTR ini baru merupakan suatu garis kebijaksanaan
yang belum berupa rencana tata ruang.
Konsep ini perlu dilanjutkan dengan rinciannya berupa
Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP) yang sudah
berupa rencana tata ruang yang berupa struktur. Dan RSTRP ini
kemudian akan "dibagi" lebih lanjut menjadi Rencana struktur
Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat ll atau Rencana
Struktur Tata Ruang Kotamadya Daerah Tingkat ll (RSTRK). .
48 BAB ll PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

11.3.4. Beberapa Tipe Kota

Pengamatan berbagai kota menunjukkan berbagai


perbedaan peran atau fungsi pokok kota-kota tsb., yang ikut
berperan dalam proses perkembangannya. Klasi:fikasi fungsi-
fungsi tsb memberi gambaran sbb : sebagian besar mempunyai
dasar ekonomi dan lainnya di bidang non-ekonomi, dll.
1. Peran Kota Berdasar Ekonomi : terdapat dua kategori.
yaitu kota lndustri Khusus dan kota lndustri Biasa.
a. Kota lndustri Khusus : mengandung jenis-jenis industri,
biasanya hanya satu atau dua jenis saja, yang tidak
mempunyai kaitan sosial-ekonomi dengan keadaan daerah
sekitamya. Keadaan demikian itu membuat kota ybs rentan
terhadap perubahan bila suatu waktu industri itu menyusut
atau mati. maka matilah juga kota itu. Kota seperti itu
biasanya mengolah sumber daya setempat seperti minyak
bumi dan bahan tambang lainnya. contoh kota demikian a.l.
Plaju. Dumai. dll.
b. Kota Jndustri Biasa : kehidupan kota didasarkan kepada
satu atau beberapa jenis industri dengan pasar a.l. daerah
belakangnya; dan sebaliknya pasokan sebagian kebutuhan
kota datang dari daerah sekitamya tsb., contoh : Surabaya.
Bandung. Medan, dll.
c Kota Perdagangan biasanya sekaligus berkembang
perdagangan besar (grosir) . dan perdagangan eceran
sekaligus. Banyak kota mempunyai fungsi ini. contoh
Medan. Palembang. bandung. dll.
d. Kota Transportasi : kota-kota jenis ini merupakan simpul-
simpul lalu-lintas. terutama lalu-lintas darat dan laut
seperti kota pelabuhan Tanjung Priok. Palembang, dsb.
Kota-kota "persimpangan lalu-lintas darat" banyak tersebar
di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Kepulauan
lain di Indonesia Timur.
2. Kota dengan Fungsi Buk.an-ekonomi : kota jenis ini
biasanya berfungsi, berragam, berarti dasar hidupnya ada
di berbagai kegiatan sekaligus. Menurut fungsi utamanya
(atau "fungsi-asalnya") dikenal :
BAB II PENGEMBANGAN WllA YAH DAN KOTA 49

a. Kota Pemerintahan karena Pusat Administrasi


Pemerintahan, seperti Ibukota Propinsi, Ibukota
Kabupaten, Kotamadya, dst.
b. Kota Budaya yang biasanya menjadi pusat
pelestarian/kelestarian kebudayaan tertentu. Kota-kota ini
dewasa ini dikembangkan menjadi kota wisata.
c. Kota Wisata menyediak.an jasa-jasa untuk menikmati atau
mempelajari kebudayaan setempat, seperti Yoyak.arta,
Denpasar. dsb.
d. Kota Jasa merupak.an pusat kegiatan berikut berbagai
Lembaganya yang me-nyediakan jasa dalam bidangnya
masing-masing, seperti kesehatan, konferensi. dsb.
e. Kota Pendidikan : kota ini dapat juga dimasukkan ke dalam
kategori Kota Budaya. Di dalam kota ini biasanya terdapat
berbagai tingkatan dan jenis pendidikan (Bandung, Yogya.
dsb).
Di samping jenis tsb di atas yang semuanya sudah terdapat
di Indonesia. ada beberapa jenis lagi yang sudah ada di
beberapa negara lain. tapi yang baru ada dalam pemikiran
kita, yaitu :
a. (Kota) Agropolis : jenis ini merupak.an pusat kegiatan
bidang pertanian. seperti Pusat Pemasaran Hats! Pertanian
(Agro Bisnis) dan Pusat Peng~Iahan Hasil Pertanian (Agro
lndustri). Kota ini lokasinya di daerah pertanian dan
menjadi pusat Perdesaan
b. Kota Teknologi (technopole) : merupak.an permukiman
yang dibangun berdasarkan pendekatan prakiraan mengenai
yang bertolok dari teknologi dan kota (polis == kota, bhs
Yunani), atau teknologi pengembangan kota, yang ditandai
oleh kompleks industri, fasilitas mempunyai ilmu
pengetahuan, taman teknologi dan pabrik yang menjadi
pusat penelitian dan pengembangan (research and
development).
c. Kota Ilmu Pengetahuan merupakan permukiman yang
dibangun di sekitar kompleks penelitian, yang baru maupun
yang dipindahkan dari tempat lain.
50 BAB II PENGEl'vffiANGAN WllA YAH DAN KOTA

Selain itu semua, sudah dikenal konsep Kota Taman


(Garden City), yaitu kota yang dikelilingi oleh jalur hijau dan di
dalarnnya pun bangun-bangunannya dikelilingi taman. Kota ini
sengaja dibuat tidak terlalu besar, agar fasilitas-fasilitas dan
berbagai kemudahan seperti kota lainnya yang hadir lengkap
tetap dapat mendukung kehidupan sosial masyarakat kota tsb.
Proses Perkembangan kota dan dengan demikian
perencanaannya memperhatikan juga karakter geografis lokasi
kota ybs., yaitu di tepi laut, lain dengan yang di daerah
pegunungan atau di daerah landai atau datar yang kering dan
yang berrawa.

, ... ~ ........•' _,_ .. '...


·-·-··· ./ \

... ·~· ..... .. i ~

-·~

i •
:
/
{

·.
. ......... .
·· .. ·······

Gambar 2.7. : Skema yang menunjukkan zona-zona hijau radial


masuk ke dalam daerah perkotaan <2 .27 )
BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 51

11.3.5. Peremajaan Kota (Urban Reneval)

Bila suatu kota semakin tua, selalu ada bagian-bagian


atau daerah-daerah yang menjadi usang atau kurang sesuai
fungsinya dengan perkembangan zaman, dengan perubahan
tuntutan masyarakat, dan juga kurang memenuhi persyaratan
teknis sehingga perlu diremajakan bangun-bangunannya secara
individual ataupun sebagian kota tersebut. Lebih-lebih pada
masa perkembangan ekonomi dan sosial dengan tingkatan
urbanisasi yang tinggi.

Gb. 2.8: menggambarkan perubahan sekitar jalur jalan penting


dari daerah perumahan menjadi daerah pertokoan
karena ada peremajaan kota; bawah menggambarkan
keadaan lama, yang atas keadaan setelah peremajaan
lebar jalan dan pepohonan dipertahankan; perkerasan
diperlebar.
52 BAB ll PENGEMBANGAN Wll..AYAH DAN KOTA

Kota demikian tadi perlu meninjau RUTR-nya, artinya


membuat rencana baru perkotaan secara keseluruhan atau paling
tidak bagian-bagian tertentu. Rencana peremajaan pun sering
perlu melihat perkembangan seluruh kota. Di bawah ini
digambarkan suatu contoh peremajaan kota, semula daerah
perumahan menjadi daerah pertokoan.

11.3.6. Standar Perencanaan

Standar Perencanaan (Planning Standards) merupakan


bagian penting dari pekerjaan perencanaan pada umumnya.
karena setelah tahapan perencanaan secara urnum (atau garis
besar) selesai, perlu diikuti oleh perencanaan yang terinci agar
siap dilaksanakan. Tahapan pemberian bentuk fisik secara rinci
dernikian ini dalam pekerjaan tata ruang maupun teknik sipil ini
penting karena sesudah pembangunan terjadi akan sulit atau
mahal untuk merubah atau membongkamya. Standar
perencanaan mempunyai fungsi memberi pedoman atau
ketentuan agar proses perancangan dan konstruksi dapat
berjalan efisien dan lancar, serta telah memperhatikan berbagai
persyaratan berdasarkan pemikiran atau konsep ilrniah maupun
praktis (budaya. estetika, adat kebiasaan. ketentuan. dan
sebagainya).
Dewasa ini beberapa kota telah mempunyai Standar
Perencanaan: pedoman tersebut pada waktunya perlu
dirubahldisesuaikan dengan perubahan berbagai segi kehidupan
dan IPTEK, dan sesuai dengan diriamika perkembangan kota
yang bersangkutan. Direktorat Tata Kota dan Daerah pada
tahun 1962 pemah menerbitkan Buku Pedoman tentang itu, yang
dimaksudkan sebagai pedoman urnurn (garis besar) bagi kota-
kota di Indonesia untuk menyusun Standar Perencanaan
Permukiman masing-masing, sesuai dengan kondisi setempat,
(lihat Buku Standar-standar Perencanaan Perkampungan
(permukiman), Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum
(1962).

ll.4. PENGEMBANGAN PERDESAAN 2·10· 2·25

Desa. Desa merupakan suatu permukiman yang


BAB II PENGE.MBANGAN Wll.AYAH DAN KOTA 53

mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk relatif kecil, dengan


mata pencaharian terutama di bidang pertanian dan perikanan,
yang kuat memperlihatkan pola hidup bersifat agraris, kegotong-
royongan, keakraban, semua orang kenai semua orang, dsb.
Desa, seperti halnya kota. dapat terletak di daratan (dataran,
pegunungan atau pinggir sungai) dan di pantai. Jumlah
penduduk sangat bervariasi, hanya puluhan jiwa sampai
beberapa ribu orang. Demikian pula variasi luas arealnya.
Perkembangannya juga sangat berbeda-beda. yaitu ada yang
sangat cepat sangat lambat atau malah statis. baik dalam hal
jumlah penduduk, maupun mata pencaharian, atau tingkat
pendidikan, kesehatan, dsb.
lstilah Perdesaan menunjuk kepada seluruh daerah yang
pusat kegiatannya terdapat di desa-desa, sehingga secara teoritis
meliput seluruh daerah di luar perkotaan.
Masyarakat Desa. Perencanaan pembangunan Desa
dewasa ini dikatakan masih sangat memerlukan pengembangan
pengetahuan kita tentang segi sosial-budayanya (pola pikir, adat
kebiasaan, potensi, kendala. dsb ), karena penduduk desa
dimaksudkan secara intensif dilibatkan langsung dalam
pembangunan daerahnya; karena itu lebih sering dipakai
sebutan dan pengertian Pembangunan Masyarakat Desa
dibandingkan dengan Pembangunan Desa.
Seperti halnya masyarakat jenis wilayah lainnya, desa yang
satu cukup berbeda dengan yang lain, a.l. di daerah Jawa dan
daerah di luar Jawa pada umum-nya. Dalam pada itu ada
berbagai persamaan penting yang "memerlukan prinsip-prinsip
ancangan pembangunannya yang hampir sama, meskipun juga
tetap tidak dapat diseragamkan atau diukur dengan satu standar
yang baku dan kaku.
Pada umumnya Pembangunan Masyarakat Desa
dihadapkan pada masalah yang menyangkut kemiskinan yang
diderita oleh sebagian (besar) masyarakat itu, dan kemiskinan ini
bukan hanya menyangkut segi ekonomi atau material saja.,
melainkan juga bidang pendidikan, perwnahan., kesehatan--dan
fasilitas sosial lainnya. Maka tujuan Pembangunan Masyarakat
Desa ialah memerangi kemiskinan itu dalam segala bentuknya
seperti tsb di atas. Upaya mencapai tujuan ini diupaya.ka.D
54 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

didukung oleh berbagai lembaga sosial dan ekonomi seperti


Lembaga Sosial Desa (LSD), Lembaga Masyarakat Desa
(LKMD), Koperasi Unit Desa (KUD), dsb.
Desa - Kota. Banyak atau sedikit, intensif atau tidak, selalu
tetjadi hubungan timbal-balik Desa dan Kota. Ini dapat
membawa pengaruh yang besar dan penting terhadap
perkembangan masyarakat desa. Makin tinggi frekuensi
hubungan tsb, makin banyak dan makin cepat timbul perubahan
pandangan dan sikap pada warga desa, yang terutama
dimungkinkan oleh tersedianya jaringan jalan raya dan angkutan
modem; perubahan-perubahan juga tetjadi karena listrik-masuk-
desa dan koran-masuk-desa, yang ikut berperan dalam proses
sosiologis memperluas cakrawala pengetahuan masyarakat desa
terhadap "dunia-luar". Perubahan-perubahan yang dialami oleh
masyarakat perdesaan perlu mendapat perhatian yang cukup
besar karena jumlah desa sekitar 63.000 buah dengan jumlah
penduduk dewasa ini lebih dari 65% seluruh penduduk Indonesia
itu (diprakirakan akan menjadi sedikit kurang dari 50%)
mengandung berbagai potensi sebagai sumber bahan pangan,
sumber tenaga ketja dan sumberdaya alam. Dengan demikian
tampak ada sifat saling ketergantungan antara kota dan desa dan
angka-angka tsb merupakan salah satu indikator yang cukup
penting.
Peranan kota dan sifat sating ketergantungan kota dengan
desa itu membuktikan posisi desa dalam kehidupan kota pada
khususnya dan kehidupan negara pada umumnya. Maka
program pembangunan masyarakat desa perlu diintegrasikan
ke dalam satu kesatuan dengan daerah perkotaan dalam
kerangka Pengembangan Wilayah secara terpadu. Perkenalan
teknologi yang dapat mengangkat kehidupan masyarakat dan
perlu diupayakan dengan baik. Perlu dipilah-pilahkan budaya
arif dengan budaya yang perlu dimodernisasikan. Dengan
demikian pengembangan desa dan masyarakatnya dapat
seirama dengan perkembangan kota dan sehingga tidak terjadi
polarisasi pembangunan.
Pembangunan dan Tata Ruang Desa. Pembangunan
Desa menyangkut kepentingan penduduk yang, seperti telah
dikatakan di atas, relatif masih sederhana dan miskin, bermaksud
BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 55

meningkatkan taraf hidupnya dalam segala bidang.


Pembangunan ini yang akan membawa perubahan dalam alam
yang sederhana tsb diharapkan berjalan secara adil dan merata,
dengan memperhatikan ketidak-seragaman struktur sosial,
ekonomi dan fisik desa-desa. 210 Ancangan kehati-hatian serta
kesungguhan dalam merencanakan perubahan ini (a.l. dengan
masa persiapan sosiologis, sosial antropologis dan sosial-
psikologis) diharapkan mengoptimalkan keikut -sertaan dan
motivasi penduduk dan hasil pembangunan. Rencana
pembangunan masyarakat desa biasanya diatur dalam kerangka
pengembangan Wilayah Kabupaten, dengan Kota Kecamatan
menjadi pusat pengadministrasian dan Desa sebagai pusat
pelaksanaan.
Perencanaan fisik terdiri atas pengembangan prasarana dan
sarana, terutama jalan darat atau sungai yang menghubungkan
Desa dengan daerah-daerah pertumbuhan di Kecamatan dan
Kabupaten. Pusat-pusat Wilayah Pengembangan Desa sebaiknya
berupa lbukota Kecamatan, atau dalam hal tertentu desa-desa
yang sudah dalam keadaan lebih lengkap fasilitasnya. Karena
desa-desa, seperti sudah dikatakan di depan, bervariasi dalam
besarannya dan keadaan kehidupannya secara internal, rnaupun
dalam pola hubungan dan kaitannya secara eksternal, maka
perencanaan fasilitas-fasilitas lainnya bergantung pada fungsi
desa ybs dalam peta wilayah ybs.
Secara umum dapat dikatakan bahwa standar jurnlah dan
persebaran prasarana dan sarana sosial-ekonomi menyangkut
tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan perdagangan serta
yang mendukung pengembangan bidang pemerintahan. Pola
prasarana dan sarana tsb bergantung pada lokasi dan keadaan
geografis desa, di samping pola perkembangan desa yang telah
terbentuk dan pola perkembangan yang dianggap potensial bagi
desa ybs.

Catalan:
Dalam pembangunan masyarakat desa biasanya terbesit
pertama-tama pemikiran tentang pengembangan pertanian;
kemudian pemikiran ke arab pengembangan kerajinan tangan atau
industri' perumahan eli samping pertanian tadi. Telah lama pula
56 BAB II PENGEMBANGAN Wll.A YAH DAN KOTA

diprogramkan "koran masuk desa" agar penduduk berkembang pula


dunia pengetahuannya mengenai keadaan dan perkembangan di luar
daerahnya sendiri. Kemudian lagi dikenal "listrik masuk desa".
Barangkali langkah-langkah "modernisasi" tsb perlu dibarengi
dengan "teknologi masuk desa", agar berbagai program tsb di atas
secara terpadu mempunyai efek seperti yang diharapkan. Tentu saja
pemilihan jenis teknologi perlu tepat dan disertai kewaspadaan
terhadap aspek perkembangan budaya setempat-setempat. Dengan
demikian maka maksud mengembangkan kesejahteraan perdesaan
dapat diperkirakan akan lebih cepat menjadi kenyataan, jika disertai
anggaran yang memadai.
Dalam kaitan ini barangkali dapat pula sekaligus difikirkan
konsep pengembangan agronomi/agrobisnis dengan ancangan
pembangunan agropolis (kota tani).

ll.5. ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA

Beberapa teknik penyajian pada hasil-ahtara atau hasil-


akhir pekerjaan perencanaan tata ruang biasanya mempunya1
bentuk seperti di bawah ini.

11.5.1. Sajian Secara Grafis

Informasi bersifat visual grafis sangat penting dan dalarn


banyak hal mutlak diperlukan a.l. untuk penyajian hasil survei,
analisis survei dan usulan rencana tata ruang. Meskipun
garnbar-gambar ini masih perlu diperjelas lebih lanjut dengan
kata-kata/kalimat-kalimat, dan mungkin juga tabel, tapi
sementara itu sudah memberi informasi yang biasanya lebih
tajam dan lebih ringkas-padat daripada kata-kata atau angka-
angka. Gambar-gambar tsb dapat berupa peta-peta, grafik-grafik
dan diagram, yang penyajiannya dapat menggunakan wama dan
atau arsiran. Bila penyajian tsb berupa gambar yang jelas dan
menarik, hasilnya sangat efektif, karena ringkas dan mudah
dipaharni.
Penggunaan peta sebagai bentuk sajian grafis untuk
menunjukkan lokasi suatu kegiatan atau bangunan hampir-
hampir tidak dapat diganti dengan seperangkat kalimat yang
sebaik apapun (lihat juga Bab Survei (ll.2.4) dan Bab IV Tata
BAB IT PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOTA 57

Guna Laban).

Penunjukan Lokasi Gorong-gorong di Jalur "Pantura" 222

Gb. 2.9 Arus lalu lintas jalur pantai utara arab Cikampek -
Cirebon terhambat karena ada kerusakan gorong-gorong
di Desa Slaur, Indramayu. Seluruh kendaraan dari
Cikampek menuju Cirebon (dan sebaliknya) dialibkan
sejak Celeng (Lohbener) lalu ke Indramayu dan ke luar
di Karangampel atau Jatibarang.
58 BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA

Penggunaan peta sebagai bentuk sajian grafis untuk


menunjukkan lokasi suatu kegiatan atau bangunan hampir-
hampir tidak dapat diganti dengan kalimat-kalimat yang sebaik
apapun. (lihatjuga Bab Survei dan Bab Tata Guna Laban).
Peta juga sangat penting sebagai "alat" untuk menunjuk
suatu situasi, a.l. situasi daerah yang direncanakan dalam daerah
yang lebih luas, misalnya letak situasi suatu tempat tertentu.
atau suatu kejadian tertentu dalam suatu daerah yang luas Gb.
2.11. Sering juga ditunjukkan dengan peta letak dan batas-batas
daerah perencanaan dalam batas-batas daerah studi (Gb. 2.6).
BAB ll PENGEMBANGAN WllA YAH DAN KOTA 59

,-
, ,,
/
,
I
/
' \
\
I
\
I
\
\
I
I
I
I
I
I
I
I
I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I

,,
I
''
' ' .... .... .... ,
--
.;

0 ASAL
(daerah-daerah perumahan)
(\
U
TUmAN
(pusat-pusat karya)
- - - - - - - - - batas kota

Gambar 2.10. Gambar Asal- Tujuan


Luas bulatan dan segi tiga pada Gb. 2.11 menunjukkan proporsi
jumlah penduduk dan jumlah pekerja di masing-masing tempat asal
dan tujuan, dan Iebar garis itu proporsional dengan volume lalu
lintas. Garis asal - tujuan yang menghubungkan kota/daerah A dan B
secara langsung memberi indikasi kemungkinan perlu dibangun jalan
pintas.
60 BAB II PENGEMBANGAN Wll.A YAH DAN KOTA

Gb. 2.11. Pola dan bentuk Arsiran pada contoh ini dalam
prakteknya dapat didesain mencapai jumlah yang banyak. sehingga
mencukupi untuk dipakai sebagai tanda-tanda/petunjuk guna laban
yang sangat beragam pada peta yang luas. Selain arsiran biasa, juga
dapat dipakai simbul-simbul atau nomenklatur (tanda atau gambar

~ ~ ~ [ill] D "~ u._r~


~~§[ll]][Jflll
~~~-[ill]~
standaryang dipakai dalam bidang (atau kasus) tertentu. a.I. biasa
dipakai dalam perpetaan). mis. untuk lokasi pabrik-pabrik/industri.
padang rumput. dsb.
Diagram banyak digunakan untuk menjelaskan suatu
konsep atau alam pikiran, proses dsb. Apa yang disebut "hagan
alir" (flow diagram) sangat membantu serta efektif untuk
memperjelas secara ringkas atas pernyataan dengan kalimat-
kalimat yang cukup panjang (lih. Gb 2. L Gb. 2.6. dll) Diagram
juga sangat efektif untuk menjelaskan hasil survei. misalnya
survei atau studi "asal-tujuan" (origi.c-destination survey/study).
Arsiran Data yang sangat banyak yang dikumpulkan dan
disajikan (dilaporkan) dalam bentuk peta menggunakan warna-
warna untuk tiap jenis informasi. Tapi pada umumnya akan
diperlukan teknik penyajian dalam bentuk arsiran atau gabungan
warna dan arsiran, karena jwnlah jenis warna sering tak
sebanyak jenis data yang perlu disajikan.

11.5.2. Statistik dan Tabel

Perencanaan tata ruang memerlukan banyak data


kuantitatif, di samping yang kualitatif. Dan ini memerlukan
penggunaan statistik berupa grafik atau tabel. Misalnya angka-
BAB ll PENGEMBANGAN Wll.A YAH DAN KOTA 61

angka penduduk, seperti jumlah seluruhnya. jumlah kelahiran


tiap tahun, dsb. sejak 10 sampai 20 tahun y.l., untuk menjadi
bahan proyeksi ke depan. Data kuantitatif yang diperoleh di
lapangan berdasarkan teknik. sampling memerlukan perhitungan-
perhitungan yang juga menggunakan pengetahuan Statistik. Dan
seperti halnya dengan Grafik. statistik dan tabel ini merupakan
pemyataan yang sangat ringkas-padat: hila dipakai pada
tempatnya sering lebih jelas daripada pemyataan dengan banyak
kata-kata.
Banyak studi sosial-budaya dan ekonomi mengandalkan
pada pekerjaan statistik yang dapat rumit-rumit. Kemampuan
mengenai penggunaan statistik mencegah berbuat kesalahan-
kesalahan yang sebetulnya mudah dihindari.

11.5.3. Matematik Terpakai (Applied Mathematics)

Berbagai teknik. metode dan model matematik sudah


banyak dipakai dan dikembangkan untuk mendukung
perencanaan tata ruang. Misalnya komputer telah banyak
membantu efisiensi pekerjaan perencanaan karena mempercepat
dan meningkatkan akurasi penyimpanan data yang sering sangat
kompleks, dan penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi
pekerjaan perencanaan: a.l. pengujian sistem jalan-raya. dan
analisis biaya-keuntungan (cost-benefit analysis).
Dalam pada itu dikatakan. model matematik sampai kini
tampaknya masih kurang (?) mampu mengatasi masalah di luar
yang bersifat spesifik-spesifik tsb: a.l.. masalah yang bersifat
struktural a.l. berupa Proses Perencanaan.
62 BAB ill ASPEK-ASPEK UIAMA DAI,.AM PERENCANAAN
TATARUANG

BAB III. ASPEK- ASPEK UTAMA DALAM


PERENCANAAN TATA RUANG

111.1. UMUM

Bab III ini bermaksud memberi gambaran tentang salah


satu sifat ilmu Tata Ruang, yaitu interdisipliner. Ilmu ini
mengandung banyak aspek atau disiplin ilmu, sesuai dengan
keragaman kehidupan manusia dan masyarakat di lingkungan
atau daerah yang dibuat rencana tata ruangnya.
Pengertian "Tata Ruang" secara jelas dijumpai dalam
skala kecil pada sebuah bangunan rumah yang mempunyai
susunan ruang dengan fungsinya masing-masing a.l. ruang tamu,
ruang makan, ruang tidur, dsb. sesuai dengan adat kebiasaan dan
budaya penghuni. Rumah tsb digambar secara tiga-dimensional
untuk memberi kesan tentang bentuk. estetikanya, dan secara
dua-dimensional berupa denah yang menunjukkan hubungan
serta luas ruang (ukuran-ukuran) ruang tsb.
Demikian pulalah tata ruang dalam skala besar berupa
kota atau wilayahldaerah : efisiensi, keserasian dan pola budaya
dsb menjadi pedoman perencanaannya. Dan pada peta dua
dimensional ruang-ruang tsb tergambar sebagai tata guna
lahannya.
Pada tahap awal perkembangan Planologi sebagai ilmu
kira-kira akhir tahun 30-an abad ke-20 di lnggris sebagai
lingkungan yang pada umumnya dianggap sebagai sumber awal
perkembangan ilmu tata ruang, dikatakan ada dua "golongan"
yang terlibat dalam profes? 7 ini. Mereka itu menganggap perlu
ada suatu konsep dan program yang cukup jelas tujuannya,.
cukup luas lingkupnya, a.l. memperhatikan lingkungannya
sebagai dasar pembangunan bagi suatu daerah. Kelompok
pertama terdiri atas mereka yang tidak punya pengetahuan teknis
yang khusus, tapi terdorong oleh semangat untuk mengadakan
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 63
TATARUANG

perohahan-perohaban sosial; ini merupakan reaksi masyarakat


waktu itu terhadap pemhangunan kota dan daerah yang seolah-
olah waktu itu lehih herat ditujukan hanya kepada kepentingan
atau selera orang-orang tertentu saja, yaitu orang-orang kaya,
penguasa atau raja, dsh. Golongan kedua adalah mereka yang
mempunyai pengetahuan teknis dan langsung terlihat dalam
pemhangunan fisik, yaitu seperti telah dikatakan dalam Bah
Pendahuluan, para pakar teknik sipil, arsitektur, dan teknik
geodesi, yang langsung terlihat dalam pekerjaan pemhangunan
fisik tsh: mereka merasakan masalah-masalah yang harus
mereka hadapi dalam pekerjaan lapangan.
Kelanjutan perkemhangan akhimya melibatkan berhagai
profesi lainnya, yang hanyak herasal dari ilmu-ilmu sosial
rnaupun ilmu-ilmu "fisik" lainnya. Proses ini herkemhang terus
dan menjurus kepada pemhentukan profesi haru yang
mempelajari planologi (tata ruang) lewat pendidikan tinggi yang
khusus ke arah apresiasi terhadap herhagai disiplin sehagai
disiplin ilmu haru tsb.
Berhagai aspek atau disiplin yang terlibat dalam planologi
dalam jumlah serta variasinya sernakin herkembang dan dewasa
ini herlingkup sangat luas. Dengan demikian seorang pakar
planologi perlu mampu memiliki apresiasi terhadap (kesadaran
terhadap adanya) aspek-aspek tersehut. Dia rnalaban
diharapkan, hila perlu, dapat herupaya menjemhatani pendapat
yang herheda. atau rnalahan yang herlawanan. antara disiplin
yang satu dengan yang lain.
Untuk itulah pengetahuan dasar tentang aspek-aspek tsb
perlu dimilikinya, tanpa perlu menjadi pakar sendiri dalam
disiplin-disiplin tsb; pada waktunya, pakar disiplin yhs harus
dilihatkan secara langsung sejak tahap ancangannya: proses
perencanaan tata ruang sudah menuju ke arah multidisipliner8 .
Misalnya perlu dia ketahui, bahwa perencanaan hangunan fisik
terutarna herkepentingan akan laban; maka hanyak informasi
mengenai seluruh potensi laban atau tanah yang sangat
diperlukan : hentuknya, kesuhuran, penampilan (menarik atau

8 kadang-kadang disebut juga "inter-disipliner" atau malahan


"metadisipliner''
64 BAB m ASPEK-ASPEK UTAMA DAI.AM PERENCANAAN
TATARUANG

tidak) dan nilainya dalam arti ekonomi atau sosial; selain itu
tentu juga perlu diketahui struktur atau sifat-sifat fisiknya, a.l.
sebagai pondasi bangunan. Kemudian latar belakang dan tujuan-
tujuan sosial dan ekonomi menjadi semakin penting dalam
menentukan tujuan dan bentuk planologi.
Demikianlah kemudian disepakati adanya pendekatan
multidisipliner/ interdisipliner yang perlu memperhitungkan
berbagai kaidah masing-masing disiplin tsb secara seimbang.
sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh kebijakan awal dan
yang ingin dicapai, yang perlu dipahami oleh profesi planologi.
Karena merupakan cabang ilmu yang bersifat multi atau inter-
disipliner, maka banyak aspek-aspek yang harus diperhitungkan
sebanyak yang hadir di dalam kehidupan manusia.

ILMU-ILMU
SO SIAL

- pengaturan industri
- perangkatperaturan - evaluasi pengaruhnya
perundang-undangan terhadap perkembangan
- organisasi & fungsi ekonomi
kelembagaan
REKAYASA/ GEOGRAFI
TEKNIK - sumber daya alam
- arr - data tata guna laban
- prasarana pertanian
- sarana
- lalu lintas - perlindungan &
pemeliharaan
- bentuk arsitektur
-lanskap

Gambar 3.1. : (saduran dari Bibliografi 3.2.)


Tata Ruang d.i sini d.ianggap sebagai bidang stud.i yang
mengkoordinasikan berbagai sektor atau disiplin ilmu.
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 65
TATARUANG

(Pada sektor "Rekayasa" perlu ditambahkan unsur-unsur


"komunikasi" dan "energi")
Di Indonesia ancangan (approach) demikian sudah mulai
perlu diterapkan seja.k penyusunan Strategi · Nasional
Pengembangan Pola Tata Ruang (SNPPTR) yang merupa.kan
derivasi dari garis besar kebijaksanaan pembangunan negara
jangka panjang. SNPPTR belum merupa.kan rencana tata ruang
(fisik), tapi aspek fisik sudah lebih diperhitungkan dibandingkan
dengan muatan garis besar kebija.ksanaan pembangunan negara
jangka panjang tsb.
Secara diagrarnatis pola ancangan multi/interdisipliner
dapat dibaca pada Gb.3.3: "Suatu Model Hierarki Perencanaan
Tata Ruang dan T,jpl Antar-Disiplin", dan Gb. 3.4 : ''Suatu
Konsep Perencanaan Lingkungan Pembangunan". Tiap tahap
atau tingkatan Petencanaan tsb dikerja.kan oleh tim ahli masing-
rnasing yang susunan keahlian anggotanya bergantung pada
sifat, luas dan intensitas liputannya. Dan jenis keahlian yang
utama dalam rnasing-rnasing•tim disesuaikan juga dengan sifat
atau tujuan rencananya.
Secara urnum dapat dikatakan bahwa pada rencana bertingk.at
nasionaJ maka jenis keahlian bidang sosial, ekonomi, teknologi dan
politik yang dominan: ahli teknologi diperlukan untuk menentukan
jenis atau tingk.at teknologi yang mana saja yang akan dipakai atau
dikembangk.an guna pembangunan tahap-tahap yang akan datang.
Semakin konkrit rencananya secara fisik, yaitu semakin sempit
lingk.up geografis atau sasaran pembangunan, semakin seimbang
kehadiran pakar-pakar sosial dan tekntk, dan kemadian dalam skala
lokal maka semakin terbatas lingk.up aspek sosialnya. dan pakar
teknik atau ilmu fisik semakin dominan. Secara diagramatis struktur/
komposisi tim bidang keahlian tsb dapat dibaca pada Gbr. 3.2' :
66 BAB Ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN
. TATARUANG

POL - EK - SOS - BUD - TEK - HANKAM

Nasional

Regional

Loka I

FISIK

Gambar 3.2.

Secara garis besar aspek-aspek tsb dapat dikelompokkan


ke dalam ilmu-ilmu sosial termasu.k ekonomL dan
kelompok ilmu fisik serta ilmu eksakta lainnya. Aspek-
aspek utama ilmu sosial meliputi kependudu.kan.
sosiologi, budaya, kelembagaan. hukum dan administrasi.
Sedang ilmu-ilmu fisik dan eksakta mencakup ilmu teknik
sipil, geologi. geodesi. arsitektur, geografi fisik dan
statistik. Pokok-pokok hal-ihwal aspek-aspek tsb di atas
yang biasanya perlu diketahui dalam kaitannya dengan
planologi dan sesuai dengan tujuan buku ini dipaparkan
di bawah ini.
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DAI.J\M PERENCANAAN 67
TATARUANG

SUATU MODEL HIRARKI PERENCANAAN TAT A RUANG DAN TIM


ANT AR-DISIPLIN *)

Po/itik, Ekonomi, Sosial Budaya,


I Kebijaba....n Sosial Ekonomi
I Geografi, Teknologi, Hankom,
Tata Ruang
T
-------.r--------r--------------------- Ekonomi, Sosial Buodaya, dsb.
Tata Ruong, Geografi, Geologi,
Pertanian, Arsitektur, Telcnik
Sipi/, Administrasi, Hukum, dsb.

Tat a Ruang, Geografi, Geologt.


Perencanaan Struktur Daerahi Arsitektur, Pertantan, Teknik
Wilayah Tertentu Stpil, Admintstrasi, Hukum, dsb

-----------~--------------------------
1

Tata Ruong, Teknik Stpil,


Pertan1an, Admtnistra.li, Hukum,
dsb.

-----~--------------------------------
Tata Ruang, Teknik Stptl,
Pertan1an, A rsztektur Lansekap,
}vfana;er Pembangunan,
Developer, dsb.
___________ ! _________________________ _

Tata Ruang, Teknik Stpil,


I Perencanaan Rencana Teknik Tata Pertantan, Arsitektur, Ars1tektur
i Ruang Lansekap, Manajer
Pembangunan, Developer, dsb.

-----------t-------~------------------
Rencana Proyek-proyek ' Arsitektur, Arsitektur Lansekap,
Pembangwuon (Bangwuon - Jalan. Teknik Sipil, Mana;er
dab), Penghijauan. dsb Pembangunan, Developer, dsb.

Gambar3.3

"Suatu Model Hirarki Perencanaan Tata Ruang dan Tim


Antar Disiplin"
Penjelasan terhadap Gbr. 3. 3. :
Rencana Pembangunan Nasional yang dirumuskan
menjadi SNPPTR, kemudian dijabarkan dalam Rencana
pembangunan Regional (daerah/wilayah) dan selanjutnya sampai
pada Rencana Pembangunan Lokal, didasari oleh Suatu
Kebijaksanaan Ekonomi Nasional Jangka Panjang. Di Indonesia
(Kebijaksanaan Nasional tsb kemudian dirumuskan menjadi
Rencana Pembangunan Sosial, Ekonomi dan Tata Ruang.
68 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

Pembangunan Lima Tahun (Repelita), disebut Juga


Pembangunan Jangka Menengah PJM))
Tahap berikutnya berupa Perencanaan Regional. Rencana
ini dapat meliputi 2(dua) jenis wilayah yaitu daerah administratif
propinsi atau kesatuan wilayah geografis tertentu; perencanaan
regional jenis ke-2 ini bertujuan pengembangan suatu wilayah
atau suatu potensi tertentu. (rnisalnya pertambangan, pertanian
atau hasil burni tertentu, budaya, dsb.)
Rencana Regional ini kemudian dijabarkan dalam bentuk
rencana-rencana kota, desa, dsb. Rencana ini lebih lanjut
dijabarkan menjadi Rencana Kawasan tertentu, seperti pusat
kota, daerah permukiman, industri, dsb.
Rencana yang masih bersifat makro (garis besar) ini
dirinci menjadi Rencana Rinci Tata Ruang. dan selanjutnya
disusun Rencana Teknis Tata Ruang. Rencana inilah menjadi
dasar untuk Rencana Pembangunan yang konkrit, seperti
Rencana Bangunan Bertingkat, Jalan Raya. suatu Kompleks
Pendidikan, dsb.
(Seperti diketahui dan telah dikatakan di muka.
perencanaan tata ruang, tidak selalu harus memperhitungkan
atau mengikutkan semua aspeklsektor, tapi memerlukan kejelian
sang perencana dalam menentukan spektrum sektor-sektor atau
disiplin-disiplin ilmu yang mana saja perlu diperhitungkan dalam
pembuatan rencana tata ruang, tanpa menganggu kepentingan-
kepentingan atau disiplinlsektor yang lain yang tidak
diperhitungkan. Telaah juga jenis disiplin pada hirarki di Gb. 3.3
dan Gb 3.4 itu)
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 69
TATARUANG

SUATU KONSEP TAHAP PERENCANAAN DAN DESAIN LINGKUNGAN


PEMBANGUNAN

KEBIJAKSANAAN SOSIAL DAN EKONOMI

STUDI-STUDI Polrtik. Ekonomr, Sosial,


PERENCANAAN
TATA RUANG (T.R) :
KELAYAKAN Penataan Ruang Kota &
Wrilayah

Perencanaan Wilayah dan


Perencanaan Kota. Pemetaan
Tanah. Geologr. Geografi.
Scallstrk. Penilawn Harga
Tanah & Bangunan, Pe;abat
PERENCANAAN _____________ Kesehacan. Tekmk Slpil dan
STRUKTUR T.R. Lalu Lmca;,, Desam
Perkotaan. Arsitek Bangunan
dan Arsnek Lansekap.

Partlsrpasr Masyarakat

Perencanaan Koca. Arsrtektur


DESAIN KOTA Bangunan dan Lansekap.
Pe;abat Tekms Kota setempat.
para Cal on (Pengembang!

i
RENCANA (Pemermtah dan Swasta
PEMBANGUNAN
I Partzsrpasr Masyarakat
--- -:.------------------------------
1 ARSITEKTUR DAN Pengembang dan Pemi/ik 1
TEKNIK SIPIL Pemrakarsa Proyek. Arsztek,
~ lnsmyur Struktur dan Mesrn &
Lzstrrk. Pemeta Tanah,
PROYEK.PROYEK Quantity Surveyor. Ahlz-ahlr
SPESIFIK
Konstruksr. dsb.

Gambar. 3.4.

Penjelasan terhadap Gbr. 3. 4. :


"Suatu Konsep untuk Lingkungan tingkat Lokai/Kota,
dsb".
1. Perencanaan Tata Ruang Perkotaan didahului oleh
penentuan kebijaksanaan sosial dan ekonomi (social and
70 BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

economic policies) kota yang dijabarkan berdasarkan


kebijaksanaan Nasional dan SNPPTR. Garis kebijaksanaan ini
menjadi dasar untuk berbagai studi kelayakan (feasbility
studies}, yang kemudian disusul oleh perencanaan fisik kota
dengan memanfaatkan basil studi-studi kelayakan tsb. Rencana
Tata Ruang Kota tsb dijabarkan menjadi Rencana Struktur
(Structure Plan) yang pada gilirannya dilanjutkan dengan
Rencana Pembangunan (Action Plan). Setelah Rencana Struktur
selesai, dibuatlah Disain Kota (Urban Design), yang sebagian
terbesar (hampir keseluruhannya) terdiri atas pekerjaan
Arsitektur dan Teknik Sipil. Desain kota merupakan suatu
perwujudan tiga-demensional kota yang menggambarkan bentuk
umum fisik kota. Desain kota ini kemudian dirinci ke dalam
proyek-proyek pembangunan secara spesifik (specifik projects)
dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan (Action Plan)
tsb di atas. Proyek-proyek ini didesain secara bertahap dan
sendiri-sendiri yang akan menghasilkan bangunan kota (yang
dengan sendirinya diselesaikan secara bertahap pula). (The Built
Environment Stages of Design).
2. Tahapan perencanaan, desain dan pembangunan masing-
masing melibatkan berbagai tim ahli. Susunan masing-masing
tim pada umurnnya adalah sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan ditentukan oleh para politisi, ahli ekonomi
dan pakar sosial-budaya. Studi-studi kelayakan tsb di atas
diarahkan oleh rumusan kebijaksanaan ini.
2. Pekerjaan Perencanaan Fisik sebagai kelanjutan dari basil
studi-studi kelayakan tsb diserahkan kepada tim pada
umumnya terdiri atas para Perencana Wilayah dan
Perencana Kota, Ahli-ahli Pemetaan Tanah, Geologi,
Geografi, Sosiologi, Statistik, Penilaian Harga Tanah &
Bangunan Pejabat Kesehatan, Teknik Sipil dan Lalu Lintas,
Ahli Disain Perkotaan, dan Arsitek Bangunan dan Arsitek
Lansekap.
Dalam proses tahapan ini diundanglah masyarakat untuk
memberi umpan-balik (feed back) dan masukan/pendapat
lainnya (partisipasi masyarakat/public participation). Rencana
Pembangunan dirumuskan oleh tim yang terdiri atas ahli-ahli
BAB ill ASPEK-ASPEK lJTAMA DALAM PERENCANAAN 71
TATARUANG

Perencana/Para Arsitek setempat, para calon pengembang


(developer) (yang dapat terdiri atas pemerintah dan swasta).
Akhimya desain dan pembangunan proyek-proyek
ditangani oleh tim terdiri atas para Ahli Desain Bangunan
dan/atau para Teknisi Profesional, Pengembang dan
Pemilik/Pemrakarsa proyek, Insinyur Struktur dan Mesin,
Pemeta Tanah, Quantity Surveyor, Arsitek. Ahli-ahli
Konstruksi dsb.

Bab Ill ini hanya membahas secara umum saja segi-segi


atau disiplin-disiplin ybs. sedangkan kaitan atau penerapannya
secara khusus dalam program atau tindakan dalam proses
penataan ruang dibahas langsung dalam bab lain ybs. Selain itu
Bab III ini sekaligus memberi kesan atau gambaran sepintas
tentang lingkup ilmu tata ruang. (Seringkali masih perlu dan
akan dapat dibuat lebih lengkap/cermat lagi dalam lingkup dan
perkembangan internal masing-masing ilmu itu kemudian hari).
Selanjutnya yang diharapkan dari para perencana tata
ruang ialah agar mereka cukup profesional serta trampil
(mempunyai kemampuan praktis) untuk mengkaji bagaimana
masing-masing aspek ybs berperan dalam proses Perencanaan
Ruang, dan kadar pengetahuannya yang perlu dimilikinya
mengenai masing-masing ilmu tsb.
Catatan : Desain bagian-bagian kota yang tentukan dalam
Rencana (Penyelenggaraan) Pembangunan (Action Plan),
biasanya tidak semua aspek disiplin diikut-sertakan, tapi yang
dianggap relevant saja bagi lingkungan (bagian) ybs.
Bab Ill ini selanjutnya membahas secara (relatif) ringkas
aspek-aspek disiplin yang biasanya banyak ditemui dalam
kehidupan nasional maupun masyarakat lingkungan tertentu.
Dalam mengikuti bahasan tsb agaknya perlu dibayangkan peran
masing-masing disiplin yang "pas" dalam lingkungan
masyarakat ybs. skala peran masing-masing aspek pada
umumnya berbeda pada lingkungan atau situasi yang berbeda.
Dan peran yang "pas" ini diketahui dalam proses dialog antar
disiplin tata ruang. Dengan demikian menjadi tugas pakar tata
ruang untuk memilih/menentukan susunan spektrum atau
72 BAB ill ASPEK-ASPEK lTTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

komposisi aspek-aspek yang diperlukan bagi perencanaan ruang


ybs. sementara itu harus dijaganya pula agar spektrum tsb tidak
mengganggu penataan ruang lainnya, terutama yang berbatasan
dengannya. [Barangkali susunan spektrum atau komposisi
aspek-aspek tsb di atas dapat diibaratkan suatu mosaik (susunan
kepingan-kepingan gambar yang secara terpadu menunjukkan
gambaran situasi secara keseluruhan)].

111.2. ASPEK SOSIAL

111.2.1. Kependudukan

Mengingat kedudukan demografi yang sentral dan dengan


demikian peranannya yang sangat menentukan dalam planologi,
maka perlu diperoleh pengertian seperlunya dari fihak para
pakar berbagai disiplin ybs pada umumnya dan pakar teknik
sipil khususnya, sehingga tepat kalau diberi tempat pertama
dalam pembahasan Bab III ini, disertai penjelasan yang agak
rinci, melebihi aspek-aspek lain. Pokok-pokok aspek demografi
ini dapat diuraikan sbb :
1.1. Penduduk merupakan faktor penentu dalam kehidupan
bangsa dan negara. dan merupakan obyek, karena pembangunan
dan pengembangan merupakan upaya memperbaiki
kesejahteraannya, tapi sekaligus · subyek. karena manusia
mempunyai aspirasi, selera, pendapat, dsb yang perlu
diperhitungkan dan didengar dalam pembangunan. Sementara itu
diketahui, bahwa :
a. Masalah kependudukan merupakan masalah serius
dan rumit bagi semua negara di dunia, termasuk
negara berkembang seperti Indonesia yang jumlah
penduduknya besar sekali dan berkarya sangat
beragam. Pembangunan merupakan usaha untuk
menanggapi masalah tsb, terutama untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
penduduk. Dengan kata lain : penduduk menjadi titik
sentral perhatian dalam suatu rencana pembangunan.
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 73
TATARUANG

Dengan demikian perlu diketahui secara jelas


keadaannya pada waktu sekarang dan prakiraannya
di kemudian hari.
b. Maksud tunggal kehadiran segala kemudahan
kehidupan berupa fasilitas dan utilitas ialah untuk
memenuhi berbagai kebutuhan penduduk dalarn
kehidupannya di bidang fisik, ekonomi, sosial.
budaya dan pemerintahan. Maka keadaan penduduk
pada waktu yang akan datang merupakan faktor
penentu dalarn pengembangan ruang kota dan daerah.
antara lain dengan merencanakan penyediaan
perumahan, air minum, pelayanan penyehatan
lingkungan, jalan raya, dan proyek-proyek teknis
Jainnya.
1.2. Berkaitan dengan Tata Ruang maka buku ini aspek
demografi mempelajari 5(/ima) fenomena atau karakteristik
yang perlu diketahui. yaitu : (1) Jumlah atau Besaran dan
Persebaran Penduduk (Population Size and Composition). (2)
Perubahan atau Dinamika Kependudukan termasuk
pertambahan penduduk (Population Change), (3) Komposisi
atau Struktur Penduduk (Population Composition). (4)
Kepadatan (Population Density). (5) MobilitaslPergerakan
Penduduk (Population Mobility).
1. 2.1. a. Jumlah penduduk yang berdiam!bekelja di dalarn
daerah perencanaan dan . sebaiknya juga di daerah
sekitarnya: bagi daerah-daerah tertentu mungkin
malahan perlu diketahui data penduduk seluruh
negara, misalnya dalarn perencanaan transmigrasi .
.Pertama-tama harus diketahui keadaan penduduk pada
waktu rencana dibuat, karena erat hubungannya
dengan keadaan kota atau daerah pada waktu itu juga.
Cara memperkirakan jumlah tersebut dapat dikeljakan
dengan berbagai jalan :
(a) khusus mengadakan suatu perhitungan secara
lengkap (sensus), atau lewat suatu survei dengan
menggunakan teknik "sample". Cara lD.I
74 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

memberikan basil yang paling memuaskan, akan


tetapi mahal dan makan waktu.
(b) menggunakan basil-basil pendaftaran penduduk
(registrasi) yang dijalankan secara terns menerus
oleh pemerintah setempat.
(c) menggunak.an basil sensus terakhir dengan
menambahkan padanya hasil perhitungan migrasi
dan pertambahan alamiah; migrasi adalah
penduduk yang berpindah ke atau dari daerah
lain (emigrasi/imigrasi).
(d) menggunak.an metode ''perbandingan"
(apportionment method), yaitu membandingkan
jumlah penduduk daerah yang harus dibuatkan
rencananya itu dengan jumlah penduduk suatu
daerah sekitamya yang setingkat lebih tinggi.
1. 2.1. b. Pola distribusi dan angka distribusi penduduk dalam
daerah yang bersangkutan; hal ini biasanya ditujukan
oleh lokasi tentang jumlah dan kepadatan penduduk.
Distribusi penduduk berarti persebarannya secara
geografis atau secara administratif dan politis
per/propinsi, kabupaten. kota. kecamatan, kelurahan.
yaitu untuk Indonesia a.l. jumlah atau persentase
menurut pulau-pulau. mis di Jawa ± 64% seluruh
penduduk, dan Kalimantan ± 4,4%. (Penduduk dunia
secara geografis tersebar di benua-benua Asia, Afrika,
Amerika, Eropa dan Oseania).
1.2.2. Pertambahan atau Perubahan Jumlah Penduduk
1.2.2.a Pertambahan penduduk, dengan memperhatikan
angka-angka kelahiran dan angka kernatian, yang
biasanya dinyatakan dalam permil (seperseribu);
selain itu juga angka imigrasi dan emigrasi: sering
juga diperlukan data mengenai apa yang disebut
"faktor ta~" (= daya tarik masuk ke daerah
perencanaan) dan "faktor desak." atau "faktor dorong"
(= daya desak. ke luar daerah tertentu masuk ke daerah
perencanaan) (push factor). Adapula pengertian
BAB ID ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 75
TATARUANG

tentang pertambahan alarniah dan pertambahan karena


migrasi (migrasi = perpindahan penduduk, yang ke
luar atau masuk ke suatu daerah) (push factor) atau
aneksasi (aneksasi = penggabungan daerah di luar ke
dalam daerah ybs).
Pekerjaan kemudian yang merupakan salah satu yang
terpenting dalam tata kota dan daerah ialah
mengadakan prakiraan dan proyeksi penduduk untuk
waktu yang akan datang (population forecast dan
population projection). Cara-cara yang digunakan
untuk memperkirakan ke depan keadaan penduduk itu
ada beberapa, yaitu antara lain:
(a) Cara extrapolasi, suatu cara yang paling
sederhana tetapi yang paling kurang memuaskan.
karena berdasar anggapan bahwa semua faktor
yang mempengaruhi perkembangan penduduk
pada waktu-waktu yang akan datang itu sama saja
dengan pada waktu yang lampau (extrapolation by
mathematical function).
(b) menggunakan pembandingan dengan tempat-
tempat lain yang keadaan penduduknya beberapa
puluh tahun yang lalu kurang lebih sama dengan
keadaan penduduk tempat yang direncanakan
pada waktu sekarang; cara inipun tidak baik
karena alasan yang hampir sama dengan alasan
pada metoda (a) di atas.
(c) cara pembandingan dengan keadaan penduduk
daerah yang setingkat lebih luas/tinggi, apabila
daerah tersebut telah mempunyai prakiraan
keadaan penduduk untuk waktu yang akan datang,
dengan catatan bahwa tempat yang dibuatkan
rencana itu merupakan bagian daripada daerah
yang administratif atau geografis lebih luas/tinggi.
(d) perhitungan yang paling terinci dan paling dapat
dipercaya ialah metode pertambahan alamiah,
migrasi dan aneksasi; pertambahan karena
76 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DAlAM PERENCANAAN
TATARUANG

migrasi terjadi karena ada penduduk masuk


(migrasi) atau ke luar (emigrasi) daerah
perencanaan dan aneksasi terjadi hila ada
perluasan daerah bagi tempat yang sedang
direncanakan itu.
Perhitungan pertambahan alamiah dapat
menggunakan 2(dua) cara. yaitu menghitung
pertambahan jumlah penduduk secara keseluruhan
(single aggregate) atau memperhatikan pertambahan
kelompok-kelompok umur (metoda Cohort Survival)
Salah satu rumus yang dapat dipakai untuk
menghitung pertambahan penduduk secara
keseluruhan (agregrat) tersebut ialah rumus "bunga
berganda" :
Pt + n = Pt (1 +rt
misal:
p 1990 = p 1970 (1 + 2.2) 20
r = angka kenaikan penduduk rata-
rata pertahun;
t = tahun awal angka penduduk yang diketahui:
n = jumlah tahun di kemudian hari yang
diproyeksikan jumlah penduduknya.

1.2.2.b. Perubahan Kualitas Penduduk


Kualitas penduduk ikut menentukan perannya dalam
kehidupan bangsa dan rnasyarakat sehari-hari dan
dengan demikian juga dalam pengembangan negara.
(a) pembangunan bertujuan memperbaiki kualitas
kehidupan. termasuk kualitas penduduk.
Sebaliknya perubahan kualitas penduduk menjadi
faktor pula dalam menentukan tujuan
pembangunan.
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DAI.:AM PERENCANAAN 77
TATARUANG

(b) perubahan atau perkembangan kualitas penduduk


dapat terjadi dalam segala aspek, yaitu
kecerdasan, kesehatan, kesejahteraan, susunan
keluarga, minat, selera, dan sebagainya.
1. 2. 3. Komposisi atau struktur penduduk, yang dapat dibagi
menjadi komposisi menurut umur dan kelamin
(biologis), penghasilan (ekonomi), agama, etnik,
tingkat pendidikan, status perkawinan, dsb.(sosial):
dan berdasarkan tempat tinggal, daerah
perkotaan/perdesaan, propms1, dsb. (geografis).
Komposisi penduduk sering digambarkan dalam
bentuk piramida, yang menunjukkan komposisi
penduduk menurut umur dan kelamin. Komposisi
umur ditunjukkan dengan interval 5 tahun. Piramida
ini dapat menggambarkan karakteristik penduduk,
seperti terlihat pada Gambar 3.5 berikut :
78 BAB ill ASPEK-ASPEK lTfAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

TIGA CIRI PENDUDUK 3 · 10

Ekspansif Konstriksif Seimbang


UMUR Tahun Kelahjran
85 + sebelum 1891
80-84 1891 - 95
75-79 1896-00
70-74 1901-05
65-69 1906-10
60-64 1911 -15
55-59 1916-20
50-54 1921-25
45-49 1926-30
40-44 1931-35
35-39 1936-40
30-34 1941 -45
25-29 1946-50
20-24 1951-55
15- 19 1956-60
10 . 14 1961 . 65
5. 9 1966- 70
d1 bawah 1971-75
6 4 2 0 2 4 6 6 4 2 0 2 4 6
Gb. 3.5a Gb. 3.5b Gb. 3.5c
Sumber : Population Reference Bureau. dari data 1976

Gb. 3.5 : tiga bentuk piramida penduduk yang dapat terjadi di


suatu negara atau daerah tertentu : ekspans~f = sebagian besar
penduduk terdapat pada kelompo~ umur termuda; mis. di
Indonesia jumlah penduduk akan bertambah lebih lanjut:
konstriktif = sebagian kecil penduduk ada pada kelompok umur
muda, mis. Amrerika Serikat, jumlah penduduk akan mengalami
pengurangan; seimbang = jurnlah penduduk dalam tiap
kelompok hampir sama besamya, dan mengecil pada kelompok
umur tertentu; mis. Swedia.
BAB Ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 79
TATARUANG

Lain contoh wujud piramida :


1'ROSENTASE rENIJUDUK USIA
SEKOLAII MENURUT UllfUR DAN JENJS
KELAMIN UNTUK DAERAIJ PERDESAAN
Ill INDONESIA, 1961 DAN 1971 .

l - ............. .. .
t : = ) TW - l.e l ~ l'"' - 1 1' 71

Gambar 3.6

Gambar 3.6. menggambarkan kenaikan jumlah anak sekolah


pada tahun 1971 dibanding dengan tahun 1961 - gambar ini
juga memberi struktur umur anak laki-laki, anak perempuan dan
jumlahnya masing-masing. Data ini memberi petunjuk untuk
perencanaanjumlah sekolah dasar (SD), jumlah sekolah lanjutan
menengah pertarna dan menengah atas secara nasional; piramida
anak umur sekolah untuk suatu permukiman memberi petunjuk
untuk perencanaan gedung sekolah dalam lingkungan
permukiman tsb.

1.2.4. Kepadatan penduduk -yang biasanya dinyatakan


dalam jumlah orang per Ha atau jumlah keluarga
per Ha (ha), kadang-kadang per krn 2 (x/km.:_) hila
daerahnya luas sekali; masalah kepadatan penduduk
merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam perkembangan kota dan daerah.
1.2.5. Mobilitas!Pergerakan penduduk. Gejala ini berupa
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat
lain, yang bersifat sementara atau dalam jangka
waktu pendek; misalnya yang teljadi pada mereka
yang berdiarn di luar kota dan bekelja di dalam
kota, atau bertempat tinggal dibagia.Jl tertentu dan ·
80 BAB ill ASPEK-ASPEK UfAMA DAL1\M PERENCANAAN
TATARUANG

bekerja di bagian lain dalam kota/tempat yang sama,


atau pergerakan penduduk dari daerah permukiman
pergi berbelanja ke daerah perbelanjaan, dsb.
Karakteristik atau ciri-ciri lainnya mengenai penduduk di
Indonesia dan negara-negara berkembang lain pada umumnya
yang penting dan menarik, ialah sifat kekeluargaan yang disebut
"keluarga tambahan" (extended family), hingga perlu ada
perbedaan antara pengertian besar keluarga (family size) dan
besar rumah tangga (household size). Hal ini mempengaruhi
jumlah dan jenis prasarana dan sarana yang harus direncanakan.
Mobilitas penduduk berarti pergeseran jumlah penduduk dari
suatu lokasi ke lokasi yang lain, baik berupa gerakan bolak-balik
secara rutin sehari-hari (masuk ke luar kota atau kepergian dari
rumah ke tempat kerja dan sebaliknya), maupun secara tetap
dalam bentuk migrasi (urbanisasi, transmigrasi).
Kecenderungan-kecenderungan atau pola perkembangan
(trends) berbagai karakteristik tsb di atas berarti ada
kecenderungan berkuranglbertambah, membaik/memburuk,
ataukah tetap (mantap), atau mungkin terus-menerus naik-turun
dan sebagainya.
Karena merupakan pusat perhatian dan menjad.i "sasaran"
utama pembangunan, maka faktor kependudukan kedudukan atau
fungsinya merupakan :
{a) Variabel utama dalam perencanaan (subyek)
(b) Tujuan utama pembangunan (obyek)
Dengan demikian jelaslah bahwa data kependudukan secara
kuantitatif dan kualitatif menjad.i pangkal tolak perencanaan pada
urnumnya. Prakiraan dan proyeksi kepedudukan umumnya
memperhatikan semua karakteristik di atas. Kondisi data
kependudukan d.i Indonesia dewasa ini masih kurang tersed.ia secara
lengkap dan kurang teratur; keadaan tsb sudah mulai membaik,
antara lain karena telah tersed.ia data basil sensus tiap 10 tahun
sekali. Dalam pada itu masih sering d.ijumpai masalah untuk
menemukan data lainnya yang sangat penting artinya, misal "data
seri" tahunan selama beberapa tahun berturut-turut untuk suatu
daerah perencanaan atau untuk keperluan tujuan tertentu, misalnya
pendidikan, kesehatan, dsb.
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 81
TATARUANG

Pekerjaan identifikasi dimensi kependudukan dalam


perencanaan juga mempunyai arti penting sebagai pangkal-tolak
atau butir kesepakatan antar sektor dan antar segi untuk menentukan
tujuan perencanaan. Studi kependudukan untuk perencanaan pada
umumnya terdiri atas studi mengenai :
Jumlah pada saat perencanaan dimulai.
Jumlah dikemudian hari yang dapat diprakirakan secara wajar
c. Jumlah-jumlah pada waktu yang lalu
d. Komposisi dan karakteristik lainnya
e. Distribusi secara spasial, geografis atau administratif
f. Pergerakan harian penduduk atau mobilitas dalam
jangka waktu tertentu
g. Kasus-kasus seperti masalah kesehatan, perumahan. dsb
Pada umumnya data tentang perubahan kependudukan yang
mempunyai arti terpenting ialah dalam hal :
a. Jumlah dan komposisi dalam hal umur. kelamin. dsb
b. Pola distribusi
Esensi tujuan prakiraan jumlah, komposisi dan kepadatan
penduduk ialah melihat kebutuhan penduduk dikemudian hari. Pola
kepadatan penduduk mempunyai pengaruh besar terhadap
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan, baik dilihat secara
nasional. regional maupun lokal (mis.dalam suatu kota). Pekerjaan
prakiraan tersebut pada umurnnya sangat rumit dan sulit, dan perlu
mengenal keadaan setempat, perlu upaya yang intensif dan cermat,
memerlukan data yang lengkap, sekalipun sering mengalami
keterbatasan dan kendala yang cukup besar :
A. Prakiraan jum/ah meliputi (lihat juga hlm 74 dan 75
mengenai "Perubahan Jumlah Penduduk" :
a. Kecenderungan perubahan Penduduk : Kecenderungan
setempat (di daerah perencanaan) yang bersangkutan,
perlu dilihat dalam hubungannya dengan
kecenderungan wilayah yang lebih luas atau malahan
mungkin dalam lingkup nasional, antara lain
urbanisasi dan memperhitungkan hasil gerakan
Keluarga Berencana.
82 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DAIAM PERENCANAAN
TATARUANG

b. Metode Prakiraan (forecasting) untuk jangka waktu


tertentu, misal 10 tahun.
B. Prakiraan Komposisi mencakup unsur-unsur :
a. Umur dan kelamin, untuk perencanaan berbagai jenis
pelayanan yang mereka perlukan
b. Sosial dan budaya, untuk ketepatan pemilihan prasarana
dan sarana kehidupan
c. Tenaga kerja, yang penting dalam kaitannya dengan
perencanaan ketersediaan mata-pencaharian.
Kepadatan Penduduk merupakan faktor penting dalam
rencana perbaikan kesejahteraan, baik ekonomis. sosial
atau fisik. Jurnlah penduduk per kesatuan luasan yang
perlu mencari naskah dan yang perlu dilayani perlu
memperoleh perhatian rnasyarakat ybs sendiri dan
pemerintal1. Bagian-bagian tertentu kota yang terlalu
padat (mis. kampung-kampung). memerlukan jaringan
-prasarana dan sarana berbeda dengan bagian yang
kurang padat (diketahui, program transmigrasi a.l. juga
menangggapi rnasalah kepadatan penduduk Indonesia).
C. Perubahan-perubahan distribusi penduduk dalam
seluruh wilayah perencanaan dan dalam bagian-bagian
dari wilayah tersebut umunmya memerlukan 3 tipe
studi untuk ini :
a. Tentang pergeseran (shifts) penduduk dan
kecenderungan-kecenderungannya.
b. Prakiraan tetang distribusi di kemudian hari (probable
future distribution) yang sangat mungkin terjadi.
c. Prakiraan distribusi segmen-segmen penduduk di
kemudian hari, misalnya kelompok umur, kasus-kasus
penyakit patologis, dan lain-lain.
D. Aspek sosial ekonomi kependudukan merupakan salah
satu pusat perhatian rencana tata ruang, dan meliputi
a. Mata pencaharian dan pendapatan.
b. Tenaga kerja dan pendapatan.
c. Hubungan pendapatan dan jumlah penduduk
(dihubungkan dengan piramida pendapatan).
BAB ill ASPEK-ASPEK UfAMA DALAM PERENCANAAN 83
TATARUANG

Aspek sosio-budaya menyangkut kesejahteraan rohani


yang umumnya berupa :
a. Hubungan sosial-budaya dengan kebutuhan penduduk.
b. Perkembangan sosial-budaya dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
c. Hubungan pola sosial-budaya dengan tata ruang.
Aspek Kependudukan atau Demografi akan dibahas lagi
secara khusus pada Bah Prasarana dan Sarana sebagai unsur
yang terkait dan sebagai contoh peran sentralnya dalam tata
ruang sistem prasarana dan sarana.

111.2.2. Aspek Sosio - Budaya 3 4• 3 ·6

Budaya merupakan gaya hidup material, intelektual dan


spiritual yang terbentuk dalam proses perjalanan hidup manusia
dan masyarakat, dan dengan demikian mengandung secara tali-
temali pengetahuan, kepercayaan, agama, kesenian, moraL
hukum, adat-istiadat, serta berbagai kemampuan dan kebiasaan
yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan
karena basil dan suatu proses, maka budaya dapat berbeda dari
manusia ke manusia, dari kelompok masyarakat ke kelompok
yang lain, dst sampai dikenal perbedaan budaya bangsa yang
satu dengan budaya bangsa yang lain. Sosio-budaya
mengandung pengertian budaya yang berlaku di dalam suatu
masyarakat.
Latar belakang atau dasar perencanaan pengembangan
sosial, mengandung gejala-gejala dalam masyarakat dan
kebutuhan-kebutuhannya. Bahasan garis besar permasalahan
yang "konkrit" di bawah ini diharapkan akan menunjukkan
kaitan antara perencanaan aspek-aspek Sumber Daya Alam,
Kependudukan, Ekonomi dan Perencanaan Sosial dengan
perencanaan fisik (Gambar 1),
Semua upaya bangsa, negara dan pemerintah bertujuan
memperbaiki nasib dan kesejahteraan material dan nonmaterial
penduduk. Seperti sudah dijelaskan di muka, penduduk di sini ·
84 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

menduduki posisi sebagai obyek dan subyek sekaligus.


Kedudukannya sebagai obyek berarti upaya negara dan
pemerintah mengupayakan kehadiran serta pengembangan
kebutuhan rokhaniah dan jasmaniah bagi penduduk; posisi
sebagai subyek memberinya tempat hak dan kewajiban ikut
serta aspirasinya dalam "perumusan tujuan dan cara
perencanaan serta pelaksanaannya".
Berbeda dengan aspek dan perencanaan ekonomi, yang
tujuan perencanaan dan metode pembangunannya dapat
didasarkan pada ukuran yang dapat dikuantifikasikan, pada
perencanaan sosial-budaya sebagian besar baru dapat
dirumuskan secara kualitatif. Maka lalu perencanaan sosial
sementara ini menggunakan indikator-indikator (tanda-tanda
atau petunjuk-petunjuk) kualitatif. lndikator-indikator kebutuhan
akan tujuan obyektif secara ringkas adalah sbb.: 3·35
1. Kependudukan : Indonesia mempunyai tingkatan
perkembangan penduduk relatif masih tinggi,
penyebarannya kurang merata, perbandingan kota
dan perdesaan timpang, dan tingkat kondisi sosial-
ekonomi masih sangat perlu diperbaiki, selain
budaya dan tingkat kecerdasan yang berragam.
Keadaan ini memerlukan kebijaksanaan untuk
mengadakan berbagai perbaikan dalam semua
kondisi tsb. Beberapa tindakan konkrit yang dewasa
ini mendapat prioritas adalah misalnya keluarga
berencana, transmigrasi, kesehatan, pendidikan dan
perumahan.
2. Bidang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang
mempunyai pengaruh terhadap berbagai segi
demografis lainnya. Tujuan perbaikan kesehatan a.l.
adalah peningkatan kemampuan tenaga kerja agar
lebih produktif, meningkatkan kesejahteraan
material dan nonmaterial, dan mendukung upaya
perbaikan di berbagai upaya lainnya. Perbaikan Gizi
menyangkut• sektor perbaikan makanan dan yang
mendukung upaya bidang kesehatan sangat penting
bagi pembinaan kesehatan perorangan maupun
BAB ID ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANMN 85
TATARUANG

masyarakat. Kita ingat semboyan yang tepat sekali


dimasyarakatkan oleh Prof. Poerwo Soedanno 40
tahunan y.l. "Empat Baik, Lima Sempurna" yang
memberi pedoman yang mudah dicerna dan diingat.
3. Perhatian terhadap Tenaga Kerja bertujuan
peningkatan produktivitas tenaga kerja, terutama
lewat sudut kesehatan, pengetahuan dan kemampuan
serta ketrampilannya, dan upaya penyediaan
kesempatan kerja seluas-Iuasnya dan pendapatan
yang lebih wajar dan merata.
4. Pendidikan dan Kebudayaan perlu dikembangkan
untuk menciptakan kesempatan belajar seluas-
luasnya sejak taman kanak-kanak sarnpai perguruan
tinggi, pendidikan kejuruan dan pelatihan-pelatihan.
Semua ini perlu didukung oleh prasarana dan
sarananya, tenaga pengajar dan sistem proses
belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan,
kebutuhan dan kondisi masyarakat.
5. Kesejahteraan Sosial menuju kepada pemberian
dorongan kepada masyarakat tentang kesadaran
akan hak dan kewajibannya, rasa
tanggungjawabnya, kemampuannya untuk
mengatasi berbagai masalah; tujuan yang penting
lainnya ialah membantu menanggapi masalah
ketimpangan sosial, seperti kejahatan, kenakalan
anak-anak, dsb. secara positif.
6. Perumahan merupakan salah satu sasaran yang juga
berdimensi masal, erat kaitannya dengan
kesejahteraan rokhani dan jasmani perorangan dan
keluarga serta masyarakat pada umumnya.
Penyediaan perumahan sekaligus berarti juga
penyediaan kebutuhan utama hari-hari lainnya
seperti air bersih, sanitasi, listrik, dsb.
7. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat merupakan
fa.ktor penting dalarn upaya menjamin ketenangan
dan kelanciuan bekerja, perlindungan si lemah
86 BAB ill ASPEK-ASPEK l.ITAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

terhadap yang lebih kua.t, terhadap bahaya


kebaka.ran, penggsuran, dsb.
8. Bidang Sipiritual, kehidupan dan kebudayaan
merupakan kebutuhan dasar manusiawi dan
universal dalarn upaya manusia dan masyarakat
sebagai pegangan membina akhlak., kegairahan,
ketenterarnan jiwa. Fasilitas untuk kegiatan
peribahasa keagamaan menjad salah satu perhatian
dalarn planologi.
9. Hal-hal lain yang sebagian besar bersifat fisik yang
diperlukan sebagai sarana pelak.sanaan ke-9
kebutuhan tersebut di atas, a.l. berupa ketersediaan
sistem transportasi dan komunikasi serta informasi
pada umumnya, baik yang berupa kendaraan
maupun radio, televisi, buku, surat kabar, majalah,
dan informasi tentang berbagai peristiwa atau
perkembangan, indikasi tentang pendapatan dan
pengeluaran. index biaya hidup, dsb.
Dari bahasan tsb di atas terlihat ada sifat kait-mengkait
antara ke-9 indikator kebutuhan tsb di atas mengenai soal
kehidupan yang perlu diperhatikan dalarn perencanaan sosial.
Mak.a sifat persoalan yang kompleks tampaklah menjadi lebih
menarik lagi jika kemudian dibahas aspek manusia sebagai
subyek perencanaan, dengan gejala-gejala saling
ketergantuangan antara fungsi ob:yek dan subyek penduduk,
masing-masing dengan kesembilan "ciri-cirinya" seperti tsb di
atas. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat-sifat,
pendirian-pendirian, keinginan-keinginan, kecenderungan-
kecenderungan yang meminta perhatian dan perlu diberi wadah
atau saluran bagi pengembangan keberdayaannya sebagai
pribadi, warga negara yang diakui, dihargai dan dihormati
aspirasi, hak serta kewajibannya, harkat serta martabatnya.
Planologi mempelajari dan memperhitungkan ilmu-ilmu
sosial, terutama sosiologi dalarn proses perencanaannya karena
dua hal:
BAB ill ASPEK-ASPEK tiTAMA DALAM PERENCANAAN 87
TATARUANG

1. Sosiologi meogandung nilai-nilai praktis bagi


perorangan maupun bagi suatu kelompok atau
masyarakat, yang perlu diketahui dan
eliperhitungkannya.
Dalam (terutama) sosiologi perkotaan dikenal stratifikasi
sosial 35 , yang menunjuk fenomena struktur sosial berupa
piramida; piramida tsb terbagi atas lapisan atas, tengah dan
bawah, atau ke1as atas, kelas menengah dan kieas bawah (Gb.
3 .6). Dan masing-masing kelas tsb
terbagi lagi atas kelas atas-atas dan
kelas atas-bawah; kelas tengah-atas
dan kelas tengah-bawah, kelas
bawah-atas dan kelas bawah-
bawah. Kriteria stratifikasi pada
umumnya dan terutama berupa
pendapatan, tapi ada juga faktor
keturunan, dll. Dalam
perkembangan ekonomi stratifikasi
Gb. 3.6 semacam li1l dapat terbentuk
semakin jelas, seperti halnya yang
sudah teijadi eli negara-negara ekonomi maju. Dan secara garis
besar agaknya stratifikasi tsb dapat juga terlihat secara
nasional, bukan eli daerah perkotaan saja.
Sosiologi memberi gambaran tentang sifat dan
perkembangan masyarakat dan meliput kelompok-kelompok
masyarakat, hubungan antar manusia sebagai anggota
masyarakat, dan faktor-faktor yang pengaruh-mempengaruhi
hubungan antar manusia tadi. Dalam.tata ruang dikenal sosiologi
perkotaan dan sosiologi perdesaan. Sosiologi perkotaan
mengamati kehidupan penduduk perkotaan dalam proses
pembentukan dan pertumbuhan daerah perkotaan, dan sosiologi
perdesaan menyangkut kehidupan masyarakat perdesaan dan
pembentukan dan perkembangan daerah perdesaan.
2. Salah satu wujud penerapan sosiologi yang berupa
rencana sosial merupakan masukan tentang
kelompok atau masyarakat.
Nilai praktis sosiologi tsb. (1) eli atas berarti :
88 BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

3. Untuk perorangan merupakan suatu pengetahuan yang


menyebabkan peningkatan pengertiannya terhadap apa
yang dihadapi, dirasakan atau difikirkan.
4. Untuk masyarakat yang terdiri dari perorangan tersebut,
diperlukan juga secara terus menerus peningkatan
pengetahuan bersama tentang proses-proses kehidupan
para anggotanya secara individual maupun secara
kelompok berarti bahwa sosiologi merupakan suatu
sumber daya bagi masyarakat tsb.

111.2.3. Aspek Politik

Politik dapat didefinisikan sebagai (a) segala urusan dan


tindakan pemerintah. (b) kepedulian terhadap upaya
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah yang dijalankan oleh
kelompok-kelompok masyarakat. Politik merupakan seluruh
hubungan antara orang seorang dengan masyarakat dalam hal
pembentukan kebijaksanaan kenegaraan.
Dalam hal kaitannya dengan Tata Ruang, maka
keputusan-keputusan politik sangat mempengaruhi seluruh
proses atau tahapan Penataan Ruang : Perencanaan,
Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan. Keputusan-
keputusan tsb, seperti dikatakan di atas, berpengaruh a.l.
terhadap a/am atau .fisik; pemanfaatan alam fisik, menyangkut
pelestarian lingkungan, dapat berpengaruh yang beljangka
panjang, yang sulit serta mahal untuk merubahnya setelah
pembangunan teljadi.
Salah satu keputusan politik misalnya dapat dalam bentuk
model bawah-keatas (bottom-up approach) atau ancanganlmodal
atas-kebawah (top-down approach). Ini a.l. berupa atau
bergantung pada seberapa kuat kemampuan dan peran-serta
masyarakat dalam proses pembangunan sejak persiapan
perencanaan sampai peligendalian pembangunan.
Aspek ini dalam kaitannya dengan Tata Ruang
mempunyai arti sangat penting, terutama karena menyangkut
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA D~ PERENCANAAN 89
TATARUANG

keputusan yang diambil (a) oleh dan mengenail menyangkut


terhadap suatu lingkungan masyarakat (b) tentang (arab)
pembangunan dan pengembangan ruang, mana yang dipilih
menjadi ujung-tombaknya di antara ke-3 unsur ekonomi, sosial
dan fisik itu.

111.2.4. Aspek Hukum

Peraturan Perundang-undangan (dalam buku lfll


selanjutnya digunakan singkatan yaitu : PPUU) dapat dikatakan
merupakan salah sisi-lain lain dari Penataan Ruang yang
penting. PPUU merupakan suatu perwujudan konkrit dalam
bidang Hukum. Penataan ruang memerlukan suatu dasar hukum
(legal base), sebelum dapat dilaksanakan; dan selanjutnya
penegakan hukum (law enforcement) menjadi sangat penting.
Maka Perencanaan Tata Ruang perlu mempelajarinya, dan
meneliti batas-batas kebutuhan akan PPUU, di mana kegunaan
dan keterbatasannya.
Hidup bermasyarakat berarti hidup bersama dengan orang
banyak dengan segala persamaan dan perbedaan kepentingan
atau kebiasaan orang-orang atau kelompok-kelompok warga
masyarakat, hingga mudah terjadi gesekan atau pelanggaran
terhadap hak, kepentingan atau kebiasaan orang lain. Dengan
demikian perlu diadakan kesepakatan bersama berupa ketentuan-
ketentuan dalam bentuk Hukum. Kelanjutan dari kerumitan atau
kompleksitas masyarakat tsb, maka hukumpun tidak sederhana
dan perlu dipelajari secara khusus. Timbullah hukum sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari pencerminan tentang
kehidupan dan keadilan dalam masyarakat dari sudut tertentu,
misalnya sudut kejahatan, perniagaan, administrasi negara, dsb.
Aspek ini bagi penataan ruang kota dan daerah sangat
penting, karena beberapa peranan atau sifat hukum yang,
seperti beberapa pakar hukum mengatakan sbb.:
a. Hukum bermaksud mengatur tata tertib dalam
masyarakat, yang mengikat warga masyarakat baik
sebagai perorangan maupun dalam bentuk lembaga-
lembaga, termasuk lembaga pemerintah.
90 BAB Ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

b. Hukurn dengan demikian mengatur kehidupan dan


perilaku dengan dasar kead.ilan terhadap semua
pihak, dan dengan demikian sekaligus melindungi
warga masyarakat dari segala hal yang bertentangan
dengan kead.ilan.
c. Hukurn bersifat mengikat semua pihak, baik warga
masyarakat dan pemerintah, karena "semua orang
dianggap mengetahui semua undang-undang dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya"
Dengan demikian hukurn bermaksud menjaga keadilan
dan melindungi masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan yang
mengganggu ketertiban dan kead.ilan. Pengaturan ketertiban dan
kead.ilan tsb dijalankan lewat norma-norma atau kaidah-kaidah
tentang perilaku masyarakat dan pemerintah yang menyangkut
demikian banyak keanekaragaman kepentingan. Tata ruang
menyangkut seluruh masyarakat di dalam lingkungan yang
terkena penataan, tapi ada kalanya pula mereka yang ada di luar
lingkungan fisik penataan ruang, maka diperlukan pula
pengaturan soal keadilan dan perlindungan terhadap masyarakat
(dan/atau pemerintah), maka aspek hukurn mempunyai fungsi
yang sangat kuat.
Norma-norma atau kaidah-kaidah hukum tsb didasarkan
pada norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Karena kehidupan atau perilaku masyarakat bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain berbeda, maka hukumpun mempunyai
norma-norma yang berbeda di negara atau bangsa-bangsa yang
berbeda. Norma-norma ini dapat mencakup soal-soal sosial
(perorangan. masyarakat. pemerintah, hubungan antara
masyarakat dengan pemerintah. kebudayaan, politik. dsb.); ada
yang meliput soal ekonomi seperti perdagangan, perindustrian,
jasa, pajak, dsb.; ada yang menyangkut masalah-masalah fisik
seperti sumber daya alam, a.l. laban, flora dan fauna,
lingkungan, bangunan, dsb.
Berbagai Jerus hukurn berserta norma-normanya
dituangkan dalam bentuk perangkat PPUU. PPUU ini
mempunyai hierarki yang mengacu kepada Undang-undang
Dasar, berangkat dari bentuk Undang-undang yang merupakan
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 91
TATARUANG

garis kebijaksanaan tentang suatu bidang pokok, misalnya


Undang-undang tentang Penataan Ruang, tentang Lalu Lintas,
tentang Pemerintahan Daerah, dsb. Undang-undang masih
bersifat penggarisan pokok-pokok kebijaksanaan, dan masih
perlu ditindaklanjuti berupa banyak peraturan pelaksanaan untuk
keperluan tingkat pusat pemerintahan dan tingkat daerah.
Perumusan ketentuan pelaksanaan hukum atau upaya
menegakkannya (law enforcement) sangat penting/mend.asar
bagi Tata Ruang dan yang memerlukan berbagai lembaga.
Lembaga-lembaga tsb masing-masing membidangi ketentuan-
ketentuan yang mengatur hal-ihwal bidang tugasnya, misalnya
eksekuti.f seperti : bidang Penataan Ruang, Pemerintahan
Umum, Pemerintahan Daerah, pembangunan fisik, pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial, dsb; yang bersifat legislati.f
seperti Dewan Perwakilan Rakyat (Daerah), dsb.; yudikati.f
seperti Kehakiman, Kejaksanaan. Di samping itu, ada lembaga-
lembaga yang khusus menangani pelanggaran-pelanggaran yang
mengganggu ketertiban umum, seperti kehakiman. kejaksaan,
kepolisian, dsb.
Perangkat PPUU tentang Perencanaan Tata Ruang berikut
lembaga-lembaga yang membidanginya secara khusus dibahas
dalam Bab VII : Proses Perencanaan, Peraturan Perundang-
undangan, dan Kelembagaan.

111.2.5. Aspek Administrase· 24

Pengertian administrasi menyangkut keseluruhan proses


pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil; proses
pelaksanaan itu dilakukan oleh sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai
suatu rangkaian atau sistem usaha melaksanakan keputusan-
keputusan, maka perlu administrasi diatur dalam proses dan
prosedur serta penggunaan norma-norma yang barns menjadi
pegangan bagi semua pelaksananya.
Karena administrasi merupakan suatu sistem, maka harus
ada konsistensi antara keputusan-keputusan induk dan
keputusan-keputusan kelanjutannya, dan memperhitungkan
konsekuensi setiap keputusan beserta pelaksanaannya.
92 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

Demikianlah sistem administrasi perencanaan ba.rus


memperhatikan berbagai aspek sosial, ekonomi maupun fisik
dalam perencanaan ruang.
Sistem Administrasi Perencanaan Fisik sudah barang tentu
merupakan bagian dari Sistem administrasi Negara, dan dengan
demikian terkait dengan seluruh kegiatan negara. Sistem
administrasi planologi harus mencakup seluruh kegiatan
perencanaan tata ruang sampai pada aspek-aspek pelaksanaan
dan pengendaliannya.
Kurang lebih bersamaan waktu dengan timbul dan
perkembangan konsep "ekonomi pembangunan" dalam dekade
60-an (lihat Bab III Aspek Ekonomi), tumbuh pula kebutuhan
akan konsep sistem administrasi yang mempunyai cakupan yang
lebih luas daripada sistem administrasi "tradisional" seperti yang
berlaku di negara-negara Barat yang sudah mapan (affluent) itu.
Lingkup administrasi ini menampung segi-segi atau
masalah-masalah yang timbul dalam perkembangan negara-
negara yang terbelakang dan yang sedang membangun untuk
mengejar kemajuan-kemajuan seperti yang telah dicapai oleh
negara-negara yang telah mapan tsb. Konsep ''Administrasi
Pembangunan" 3·25 dan 3 .3 2 ini mempunyai pengertian dengan
cakupan luas dalam tujuannya, yaitu sistem administrasi yang
menampung usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berrencana sebagai akibat dart program pembangunan oleh
bangsa, negara dan pemerintah menuju kepada modernisasi
segi-segi kehidupan. Segi-segi ini mencakup aspek-aspek
politik, ekonomi, sosial,. budaya, serta administrasi.
Pengembangan kelembagaan yang baru maupun yang sudah ada
(dengan perkembangan yang sangat cepat sebagai akibat atau
sebagai persyaratan penerapan administrasi pembangunan ini)
merupakan upaya administrasi pembangunan yang sangat
penting.
Penataan Ruang yang pada hakekatnya merupakan suatu
sarana (instrument) pembangunan berrencana dengan sendirinya
perlu didukung oleh sistem administrasi yang dapat menampung
segi-segi yang kompleks tsb. Aspek-aspek yang terkandung
dalam Penataan Ruang seperti yang dikemukakan dalam Bab III
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 93
TATARUANG

ini dengan demikian mendapat dukungan administrasi yang


diperlukan untuk menjalankan proses perencanaan ruang sampai
pada proses pengendalian pemanfaatannya. Maka susunan
kelembagaan yang berfungsi dalam aspek tata ruang ini perlu
diatur sebagai mata-rantai dalam rangkaian pelaksanaan tahap-
tahap dan bagian-bagian dari perencanaan dan pelaksanaan tata
ruang. (a.L diatur dalam peraturan-peraturan pelaksanaan).
Peraturan-peraturan pelaksanaan inilah yang mengatur
proses dan prosedur perencanaan sampai dengan pengendalian
perkembangan tata ruang. (lihat lebih lanjut Bah VII : Proses
Perencanaan, Peraturan Perundang-undangan. dan
Kelembagaan).
Administrasi Negara merupakan fungsi/tugas Pemerintah,
hingga tak dapat dipisahkan dari Badan Pemerintahan. Salah
satu yang penting ialah mekanisme Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, dan antara keduanya. Mekanisme ID1
menyangkut wewenang, konstitusi dan tugas kewajibannya.

111.3. ASPEK EKONOMI

111.3.1. Ekonomi

Ilmu Ekonomi "tradisional" mengajarkan langkah-langkah


berproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia, dengan alokasi sumber-sumber daya
(resources)produktif secara efisien dengan biaya serendah-
rendahnya, disertai pertumbuhan sumber daya ini secara
optimal, sehingga menghasilkan barang dan jasa yang semakin
banyak. Yang dimaksud dengan "tradisional" di sini ialah
pengertian dan mekanisme yang berlaku sejak berabad-abad di
negara-negara yang telah mantap (affluent) perekonomiannya
dengan struktur masyarakatnya yang relatif sudah sangat stabil;
keadaan ekonomi dalam masyarakat demikian itu berlaku apa
yang disebut ilmu ekonomi klasik atau neoklasik yang dibahas
dalam buku-buku pelajaran di negara tsb.
Ilmu ekonomi yang berkembang akhir-akhir ini dan yang .
dikaitkan dengan negara-negara miskin atau yang sedang
94 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

berkembang dan membangun dirinya, telah mulai diakui sebagai


suatu ilmu tersendiri. "Ilmu baru" ini mempunyai cakupan yang
lebih luas daripada yang tradisional tsb. karena selain
membahas alokasi sumber daya secara efisien dan
pertumbuhan yang lestari dari waktu ke waktu, mengandung
pula berbagai mekanisme perekonomian. kemasyarakatan dan
kelembagaan, lingkungan pemerintah maupun swasta. demi
perbaikan yang meluas bagi kehidupan yang lebih baik bagi
kelompok masyarakat yang dilanda masalah-masalah
kekurangan. seperti kemiskinan, kelaparan. kesehatan dan buta
huruf3.33.
Mengingat arti yang demikian tadi, maka aspek ekonomi
yang erat berhubungan dengan tujuan dan cakupan tata ruang di
Indonesia, maka pembahasan selanjutnya difokuskan kepada
ekonomi pembangunan 321 .
Ilmu ekonomi sebagai ilmu sosial berhadapan dengan
situasi obyek studinya ialah manusia dalam kehidupannya yang
biasa sehari-hari. Pola pikir ilmu ekonomi pada umumnya
melihat "kecenderungan" yang bervariasi dalam berbagai
lingkungan budaya dan waktu yang berbeda, lain daripada ilmu
eksakta yang dapat menyatakan hukum-hukum keilmuannya
secara pasti dan menyeluruh. Karena itu maka ilmu ekonomi
pada umumnya, dan ilmu ekonomi pembangunan khususnya.
sejak awal mengakui dasar-dasar. tata nilai tentang yang
dikehendaki dan yang tidak dikehendaki, tentang yang dianggap
baik dan tidak baik, dsb. Ekonomi pembangunan berangkat dari
konsep atau tujuan pemerataan ekonomi dan sosial.
pemberantasan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan taraf
hidup, modernisasi kelembagaan, kepersertaan dan kemandirian
perseorangan, dengan kata lain mencakup segala permasalahan
pembangunan, baik melihat masyarakat maupun pemerintah.
Dengan demikian maka "ekonomi tradisional" seperti yang
dikatakan di atas relevansinya terbatas untuk keperluan segi-segi
dan proses ekonomi di negara-negara berkembang, karena tidak
memperhitungkan situasi dalam kehadiran segi-segi khusus tsb.
Ilmu ekonomi sebetulnya merupakan bagian dari ilmu
sosial dengan catatan bahwa ilmu ekonomi dapat
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 95
TATARUANG

mengkuantifikasikan tujuan-tujuan atau rencana-rencananya,


sedangkan. cabang-cabang ilmu sosial lainnya baru dapat
mengajukan indikasi-indikasi yang bersifat kualitatif. Namun
faktor-faktor non-ekonomi ini harus tetap menjadi variabel
dalam analisis ekonomi, karena sifat atau ciri pembangunan
masyarakat berkembang memang demikian.
Dalam ilmu ekonomi pembangunan masih ada beberapa
pengertian yang perlu dicatat yaitu :
ekonorni makro menyangkut perusahaan-
perusahaan, rumah-rumah tangga, harga-harga,
upah serta pendapatan secara keseluruhan:
ekonorni mikro mencakup secara indiviual
perusahaan-perusahaan, rumah-rumah tangga.
harga-harga dan pendapatan-pendapatan. ditinjau
sebagai perbandingan terhadap keseluruhan data
yang tercakup dalam ekonomi rnikro ini.
politik ekonomi berarti keseluruhan tindakan yang
dijalankan oleh pemerintah, yang bertujuan
mempengaruhi kehidupan ekonorni secara langsung
dengan berbagai cara.
Realisasi kebijaksanaan Indonesia tentang pemberian
otonorni kepada daerah pada hakekatnya memberi rnisi kepada
daerah untuk a.l. melaksanakan ekonorni pembangunan.
Otonorni ini terpusat pada Daerah-Daerah Tingkat Dua, yaitu
Kabupaten dan Kotamadya. Daerah-daerah ini akan harus
meningkatkan pendapatannya agar semakin mandiri, terutama
dalam hal keuangan. Maka yang menjadi salah satu sasaran
yang penting ialah "Pendapatan Asli Daerah", yang biasa disebut
dengan singkatan "PAD". PAD ini bergantung pada kegiatan
sumber-sumber ekonomi seperti perdagangan, industri, distribusi
dan jasa-jasa lainnya; berbagai jenis pajak juga dapat memberi
sumbangan besar kepada PAD.
Perkembangan ekonomi Wilayah, Daerah, Kota atau Desa
ini sebagian terbesar bergantung pada potensi yang ada pada
daerah tsb., yang terdiri atas 3 unsur yaitu : (a) asal-muasal .
atau sebab-sebab daerah tsb sudah atau bel urn berkembang; (b)
96 BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

letak atau lokasinya; (c) perkembangan unsur-unsur internal dan


unsur-unsur ekstemal daerab.
Asal-muasal perkembangan seperti yang telah dicapai,
biasanya disebabkan oleh sifat-sifat atau potensi dasar,
misalnya kekayaan alam dan budaya serta etos kerja penduduk.
Dalam skala makro dapat disebut Indonesia dengan kekayaan
akan swnber daya alam yang selalu menarik bangsa lain sebagai
tempat usahanya. Kemudian soal lokasi yang selalu menjadi
salah satu kriteria keberhasilan usaha ekonomi, misalnya
kedekatan dengan jalur transportasi dan keamanan berusaha.
Demikianlah letak geografis Indonesia antara benua Asia -
Australia dan di daerab cekungan Atlantik sejak dahulu kala
selalu menarik dunia. Dan unsur perkembangan daerah sebagai
unsur ke-3 baik yang bersifat internal maupun eksternal : unsur
internal biasanya terdiri atas perkembangan penduduknya yang
disebabkan oleh pertambahan alamiah (internal) dan atau
disebabkan migrasi (eksternal). Sebab internal lainnya ialah
keadaan topografi: permukiman barn yang datar atau landai
biasanya lebih menarik daripada yang terjal, karena lebih mudah
serta lebih murah untuk bangunan.
Rencana Pengembangan Wilayah agak berbeda dengan
Rencana Kota. Secara wnwn pengembangan Wilayah
bermaksud memberi bobot kepada fungsi (a) perwujudan
keseirnbangan tingkat pertwnbuhan antara wilayah yang satu
dengan wilayah yang lain, (b) memperkokoh kesatuan nasional,
dan (c) menwnbuhkan dan memelihara efisiensi nasional. Dan
aspek ekonomi wilayah mempertirnbangkan keberadaan swnber-
swnber daya alam dan swnber-swnber daya ekonomi yang a.l.
berupa kota-kota. Pengembangan Kota lebih memperhatikan
aspek perencanaan fisik, dengan aspek sosial dan ekonomi tetap
mendasar. Kegiatan ekonomi atau Dasar (kehidupan) Ekonomi
(economic base) kotalwilayah terdiri atas 2 (dua) kategori.
yaitu (a) produksi barang dan jasa yang akan dipakai o/eh
penduduk kotalwilayah• itu sendiri, dan (b) produksi barang
dan jasa yang akan "diekspor'' ke luar kota/wilayah, yang
sebagian akan menjadi sumber biaya bagi impor barang atau
BAB III ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 97
TATARUANG

;asa lain yang diperlukan 9 Selain ekspor, tentu saja sangat


penting ia/ah penciptaan matapencahanan yang cukup
memberi kesejahteraan dan menghapus pengangguran. Salah
satu aset ekonomi yang sangat penting adalah laban kota, dan
faktor pernbentuk penggunaan laban atau nilai laban dapat
diukur lewat analisis ekonomi.
Di samping itu ekonomi pembangunan kota (dan juga
wilayah) sangat memperhatikan sosial-ekonomi. yaitu
kesejahteraan penduduk berupa mata pencaharian dan
pendapatannya. Ekonomi juga bertujuan memperbanyak
kesempatan bekerja dan memerangi pengangguran.

111.3.2. Pertanian.
Pada tempatnya di sini dibicarakan masalah pertanian
sebagai bagian penting dari Aspek Ekonomi. a.l. mengingat
daerah pertanian yang merupakan laban nasional yang sangat
luas, apalagi jumlah penduduk perdesaan masih lebih banyak
daripada bukan-pertanian dewasa ini: menurut prakiraan th 1996
sekitar tahun 2020 jumlah penduduk perdesaan masih
merupakan lebih sedikit dari 50%: tetapi menurut perkiraan tsb.
jumlah nominal penduduk perdesaan tetap meningkat. sekalipun
tingkat urbanisasi tinggi.
Di negara yang sudah lebih maju pun sektor pertanian
masih sangat diperhatikan. Para perencana tata ruang di
Indonesia dapat a. I. ikut memikirkan masalah komoditi pertanian
(agro-bisnis) lewat misalnya perencanaan
Agropolitan!Agropolis. Dalam hal ini salah satu pengetahuan
yang perlu dirniliki ialah tentang sifat-sifat laban pertanian.

111.3.3. lndustri.

Dalam hubungan dengan ekonomi, industri merupakan


salah satu sektor yang diutamakan untuk dikembangkan. yang
dapat mernproduksi barang atau jasa, seperti industri
agro/pertanian, industri mesin, tekstil, industri pariwisata, dsb.

9 Aspek ekspor produksi suatu wilayah juga merupakan upaya


pengembangan wilayah.
98 BAB Ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

Ada 2(dua) pengertian yang sering dipakai dalam kaitan ini,


yaitu insdustri dasar (basic industry) dan industri pelayanan
(service industry). lndustri dasar berupa kegiatan yang
mendasar bagi ekonomi daerah, memberi dasar pokok bagi
kehidupan sebagian penduduk, dan pasarnya lebih luas dari
daerah pasar lokasinya (sebagian diekspor). lndustri Jasa/
Pelayanan mengisi kebutuhan luas pasar yang terbatas, dan
berkembang atas dasar kelebihan (surplus) sosial-ekonomi
sebagai a.kibat dari kekayaan pertanian, baban mentah atau
industri dasar. Biasanya industri macam kedua iru mengandung
mata-pencaharian yang besar dalam daerah ybs.
Usulan penggunaan laban (land use proposal) dalam
Rencana Tata Ruang tentang perlu benar-benar mendapat
perhatian. karena sebagian besar nilai atau masalah
pertambahan nilai atau besar biaya terletak pada laban, dan
bangunan di atasnya.
Pengertian tentang ekononu berupa a.l. permasalahan
ekonomi dalam industri. lokasi. tapak. tenaga kerja dan
persyaratan transportasi berbagai jenis industri perlu dipahami:
selanjutnya juga pengertian tentang kaitan-kaitan ekonomi
dengan berbagai kegiatan lainnya. sampai seberapa jauh arti
suatu Jerus kegiatan bermanfaat atau malaban merugikan bagi
suatu lahan atau tapak.

111.3.4. Biaya

Seperti telah dikatakan di atas, Rencana Tata Ruang pada


hakekatnya merupakan rencana pembangunan, dan suatu
renc:ana pembangunan perlu didampingi atau didukung oleh
suatu rencana keuangan a tau anggaran pembangunan.
Rencana Anggaran (Pendapatan dan Beaya) memberi ketajaman
kepada rencana tata ruang dan memberi penilaian seberapa jauh
tingkat rasionalitas rencana tersebut.
Anggaran pembangunan tata ruang itu sebaiknya terdiri
atas anggaran jangka panjang sesuai dengan jangkauan waktu
rencana pembangunannya. yang biasanya berupa Rencana
Umum Tata Ruang (RUfR) (biasanya 20 a 30 tahun). Rencana
jangka panjang tsb dijabarkan dalam rencana Pembangunan
BAB m ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 99
TATARUANG

Jangka Menengah, sering disebut dengan singkatannya PJM, yang


menjangkau 5 talmo.
Sebaiknya anggaran jangka panjang disusun bersama-sama
dengan rencana pembangunan fisik jangka panjang, atau RliTR tsb,
karena anggaran tsb merupakan "ukuran" apakah RliTR tsb rasional
atau tidak; dimensi keuangan ini memberi bobot yang kuat tentang
kelayakan RliTR. Selain biaya-biaya, rencana anggaran ini
mencakup juga anggaran pendapatan daerah. misalnya berbagai
macam pajak. pinjaman-pinjaman dan sumber-sumber Jainnya. yang
akan diperlukan untuk pembiayaan pembangunan beserta segala
pengeluaran lainnya. seperti biaya operasi dan pemeliharaan.
prasarana dan sarana. dan biaya-biaya tetap lainnya., yang diketahui
akan perlu diperhitungkan berdasar pengalaman-pengalaman y.l.
Dengan demikian tersusunlah Rencana Anggaran Pendapatan dan
Biaya Daerah tahunan. yang biasanya disebut dengan singkatannya
RAPBD. Tahun. Untuk keperluan tiap tahunnya disusun RAPBD
tahun-tahun ybs. (Setahu penulis rencana anggaran yang terkait
dengan RliTR merupakan suatu gagasan atau prinsip yang baik yang
agaknya masih belum pemah atau sangat terbatas dilaksanakan. dan
perlu diuji-coba).
Suatu rencana anggaran jangka panjang demikian tadi
sebaiknya terdiri atas program-program berikut :
1. Program pendapatan yang komprehensif. (menyeluruh.
mencakup semua unsur).
2. Program investasi pembangunan berdasar RliTR.
3. Program biaya operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana:
Rencana anggaran ini kemudian dilaksanakan dengan
memperhatikan rumusan-rumusan berikut:
a. Daftar prioritas investasi pembangunan yang diusulkan atau
dipertimbangkan.
b. Anggaran PJM 5-tahunan yang dibuat secara terkait dengan
rencana pembangunan fisik jbs.
c. RAPBD tahunan yang dibuat bersamaan dengan rencana
pembangunan tahunan.
Dalam perumusan RAPBD ini diperhatikan semua unsur
seperti yang telah dibahas dalam bah Ekonomi di atas. terutama yang
berupa anggaran berbagai sektor pemerintah dalam lingkup kegiatan
Daerah. Hal tsb terakhir sangat penting, karena anggaran masing-
masing sektor sudah harus merupakan komponen dalam RAPBD tsb.
100 BAB ill ASPEK-ASPEK UfAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

111.4. ASPEK FISIK

111.4.1. Sumber Daya Alam 3· 14


Indonesia dikaruniai Tuhan memiliki Sumber Daya Alam
(SDA) (natural resources) melimpah-limpah. Dalam pada itu banyak
negara yang sebaliknya sangat miskin akan SDA. akan tetapi
merupakan contoh-contoh negara yang sejahtera secara material dan
rokhaniah.
lni membuktikan lagi bahwa tanpa mengurangi ani aspek-
aspek lainnya. aspek demografi dalam artian sumber daya manusia
memang merupakan segi yang memerlukan perhatian yang sangat
besar dalam perencanaan pembangunan material dan ImmateriaL
Diketahui bahwa SDA terdiri atas (a) tanah atau laban (b)
air. (c) flora. (d) fauna. (e) mineral, (f) angin dan (g) sinar matahari.
a. Tanah dan air bersifat tetap dalam kuantitas. tapi perlu upaya
manusia dalam pelestarian kualitasnya.
b. Flora dan fauna perlu upaya khusus pula untuk pelestariannya.
c. Mineral akan dipakai habis: perlu diusahakan agar dampak
negatifnya dapat ditanggulangi secara maksimal.
d. Angin dan sinar matahari tidak akan habis dipakai.
Salah satu tujuan planologi ialah :
a. Memanfaatkan sumber daya alam (SDA) secara rasional dan
optimal. seimbang dengan kebutuhan umat manusia. baik atas
perhitungan jangka panjang maupun jangka pendek.
b. Melestarikan lingkungan yang berarti pula melestarikan SDA
atau mencegah perusakan lingkungan secara maksimal.
Dalam upaya pemanfaatannya perlu diperhttungkan bahwa SDA
dapat dibagi dalam dua kelompok :
a. Dapat berdaur-ulang secara otomatis dan atau yang
daur-ulangnya dapat diusahakan (renewable).
b. Tidak mempunyai kapasitas daur-ulang (unrenewable).
Sejarah dengan data statistiknya menunjukkan bahwa pemanfaatan
SDA makin lama makin intensifkarena:
a. Pertambahan jumlah penduduk. yang semuanya memerlukan
SDA.
b. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. yang semakin cepat
perkembangannya dalam hubungan dengan makin cepat pula
eksplorasi dan eksploitasinya.
Dampak dari pemanfaatan yang semakin intensif tersebut
BAB ill ASPEK.-ASPEK. UTAMA DALAM PERENCANAAN 101
TATARUANG

berupa:
a. Perlu upaya yang makin intensif pula untuk mengurangi
dampak yang negatif.
b. Semakin besar kesulitan yang dihadapi dalam upaya
tersebut.
Pengolahan dan Pemanfaatan SDA masing-masing
berbentuk sebagai berikut:
a. Tanah atau lahan : dalam bentuk kegiatan pertanian serta
jenis-jenis kegiatan/ penggunaan lain dan sebagai dasar
bangunan.
b. Air : untuk irigasi, tenaga air, air minum, dsb.
c. Flora : sebagai bahan makanan, bahan baku industri,
sarana dan sekaligus sasaran pelestarian alam.
d. Fauna : sebagai bahan makanan, bahan baku industri.
sarana dan sekaligus sasaran pelestarian.
e. Mineral : sebagai bahan baku industri, bahan baku energi.
f. Angin : sebagai energi penggerak mesin atau kapal.
g. Sinar Matahari : sebagai energi untuk pemanasan (rumah
kaca, air rumah tangga), penggerak mesin otomotif, dan
lain-lain.
Dalam planologi SDA merupakan salah satu dasar
bahasan dalam rangka pengembangan aspek ekonomi skala
Nasional. Wilayah atau Daerah. Kota dan Desa. yaitu
bagairnana memanfaatkannya seefisien-efisiennya menurut
kaidah-kaidah ekonomi dan bagaunana tindakan pelestarian,
konservasi atau preservasinya.
Sumber Daya Manusia (SDM) secara khusus dapat
disebut pula sebagai SDA yang dipersiapkan dan dikembangkan
kemampuannya untuk lebih bermanfaat dalam berbagai jenis
kegiatan (Pengembangan SDM).
Permasalahan SDA. Sejak empat a lima puluhan tahun
pengolahan dan pemanfaatan SDA semakin intensif, dan timbul
masalah fundamental berupa semakin berkurangnya ketersediaan
SDA dibanding dengan kebutuhan yang semakin meningkat,
karena penduduk terus bertambah. Masalah tersebut bersifat ·
I 02 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

kuantitatif maupun kualitatif: kualitatif dalam arti tiada


keseimbangan antara ketersed.iaan dan kebutuhan: kuantitatif
dalam bentuk penurunan kualitas kehidupan karena pencemaran
SDA.

111.4.2. Teknik Sipil

Teknik atau Rekayasa merupakan padanan kata


Engineering. yang dapat didefinisikan sbb : suatu ilmu terapan
yang menggunakan ilmu matematika sebagai dasar. dan
bertuJuan memanfaatkan sumber daya alam demi kesejahteraan
kehidupan manusia
Dalam proses studi, perencanaan. desain. dan pelaksanaan
di lapangan. semua cabang ilmu teknik. jadi demikian juga
teknik sipil. pada prinsipnya menggunakan metode dan teknik
yang berorientasi pada efisiensi. Efisiensi ini ingin dicapai dalam
pemilihan lokasi. struktur. bahan baku dan alat yang
dipergunakan. waktu dan tenaga kerja pembangunan yang
dtperlukan, teknologi yang dipakai dan pemilihan lokasi
bangunan. terutama yang besar dan berat. Konsekuensi dari
JOKa::.1 llll uapal m~;:ngar.u1 Kcpaud p.:Iru1lllal1 aiL.:maUI uar1 suuu,
teknis dan ekonomi dengan menggunakan analisis biaya (cost-
benefit analysis). Dan seperti halnya dengan bidang-bidang lain.
semuanya 1tu tadi banyak bergantung pada kemahiran pakar
yang menanganinya sena lingkungan yang mendukungnya.
Rekayasa ini kemudian berkembang ke arah spesialisasi
sesuai dengan kemajuan kebutuhan masyarakat. ilmu
pengetahuan dan teknologi. dan timbullah cabang-cabang seperti
ilmu teknik sipil. teknik mesin, teknik kimia, teknik listrik. teknik
pertambangan. teknik geodesi, teknik pertanian. dsb.
Pada awalnya Teknik Sipil (TS) mencakup seluruh bidang
cakupan rekayasa. dan nama itu timbul sebagai penegasan
adanya bidang rekasaya dalam kehidupan sipil di sarnping teknik
militer (military engineering). yaitu rekayasa mendukung
peperangan seperti pembuatan jembatan, saluran pelindung.
gedung-gedung, pergudangan dsb.
Teknik Sipil memperhatikan aspek konstruksi semua
BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN l 03
TATARUANG

bangunan sipil, bangunan bersifat statis berdiri di atas tanah


yang sebagian berupa struktur di bawah tanah yang disebut
substruktur, dan yang tarnpak di atas permukaan tanah yang
disebut superstruktur. Bangunan ini dapat berupa gedung,
bendungan, jaringan saluran air, jaringan jalan raya dan jalan
rel, jembatan, bandar udara, dennaga, bagian struktur tiang dan
bangunan pada jaringan listrik dan telekomunikasi, jaringan
bangunan teknik penyehatan, dsb, yang tersebar di dalam
maupun di luar kota, dan ada yang di dasar lautan, seperti kabel
tilpon, dll.
Dalan1 pendirian bangun-bangunan hampir selalu ada
faktor-faktor pembatas atau kendala dalam berbagai bentuk,
misalnya dalam pengadaan bahan bangunan seperti yang
dipersyaratkan, dalarn hal penyediaan jalan, penyediaan jalan.
air, listrik, gas. biaya, dsb. Misalnya, dalam hal lalu lintas
kendaraan jalan raya yang berkembang sangat cepat dan terkait
sangat erat dengan pembangunan dan perkembangan kota dan
daerah, hampir-hampir tak mungkin memisahkan tata ruang dan
transportasi: berarti pengetahuan transportasi dan lalu lintas
perlu dikuasai secara memadai oleh perencana tata ruang.
Berarti. selain memberi kemudahan dalam berbagai kegiatan
Qadi dalam tata guna laban), memberi batasan juga terhadap tata
guna laban, maka tata guna lahan barns dikembangkan sesuai
dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan oleh
sistem transporta.si ybs.
Soal teknik sipil akan dibahas secara lebih rinci dalam
Bab VII.

111.4.3. Arsitektur

Sebagian besar perobahan mengenai penggunaan laban,


terutarna dalam kota dalam pembangunan atau pengembangan
berupa pendirian bangunan gedung. Karena itu Perencana Ruang
perlu mengetahui secukupnya tentang permasalahan yang
dihadapi oleh para arsitek, a.l. dapat memperkirakan jenis
bangunan apa saja yang akan didirikan pada tapak-tapak ybs,
bentuk dan luas tapa-tapak, faktor konstruksi apa saja yang akan
mempengaruhi bentuk besar bangunan. Penting juga soal
104 BAB ill ASPEK-ASPEK UIAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

kepekaan terhadap misalnya efeklpengaruh apa saja oleh


sekumpulan gedung-gedung terhadap lingkungannya, dsb.
Arti atau definisi "arsitektur" 3 11 di kalangan para pakarnya
terus berkembang sejak zaman Romawi kira-kira 2000 tahun y.l.
hingga sekarang 31 1. Pernah dikatakan a.l. bahwa arsitektur itu
"pembangunan secara cerdik", "seni dan ilmu pembangunan
gedung yang besar", atau "tiada lain hanya merupakan tambahan
hiasan kepada gedung", "dekorasi sebuah gedung", "suatu fungsi
penyair dalam wujud teknis'', "bangunan yang romantis",
"bangunan yang indah". dst.
Maka bagaimanapun atau apapun definisinya. arti
arsitektur tertuju kepada lingkungan bangunan buatan,
menyangkut fungsi dan estetikanya dalam upaya manusia
menciptakan (kelompok) bangunan gedung, perumahan dan jenis
bangunan lainnya yang indah, serasi serta mencerminkan corak
budaya setempat pada wak-ru y.b.s. Bangunan demikian tadi ada
yang berdiri serta dikagurni selama berabad-abad. Namun
dalam perjalanan waktu makin banyak juga kritik-kritik terhadap
bangunan gedung yang megah-megah, mahal, tapi seakan-akan
hanya memperhatikan fungsi d~:: efisiensi saja, dianggap
monoton. kurang bernafaskan budaya setempat sehingga
kehilangan daya tarik estetikanya. yang sebenamya menjadi
falsafah rnisi arsitektur.
Profesi ini sebagian besar bergerak di pusat-pusat
kehidupan. peradaban dan kebuda~·'aan, yaitu di kota-kota.
Laban kota di manapun sebagian terbesar dipenuhi dengan
bangunan gedung dan perumahan dengan berbagai corak dan
selera arsitektur. Dan apabila sebuah bangunan sudah berdiri,
sulit serta mahal untuk merubah atau memindahkannya. Maka
arsitektur mempunyai fungsi, peran serta saham yang sangat
menentukan dalam bentuk fisik kota dan daerah. Kalau pada
awalnya para arsitek memusatkan perhatiannya kepada
bangunan gedung dan perumahan saja, sejak puluhan tahun
terakhir banyak bangunan lain disentuh pula oleh arsitektur,
seperti jembatan. terowongan, tiang listrik, dsb. Dan dengan
perkembangan teknik dan fungsi arsitektur lanskap maka
semakin lengkaplah peran arsitektur di dalam maupun di luar
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 105
TATARUANG

kota. Arsitektur berkembang dari waktu ke waktu dan setempat-


setempat, sejajar dengan perkembangan budaya.
Dengan demikian aspek "penampilan" (appearance) ini
dalam planologi mendapat tempat yang penting. Kerjasama
dalam bentuk desain kota (urban design) atau desain kelompok-
kelompok pusat bangunan penting (civic design) merupakan
keharusan. Sejarah arstektur terbaca di mana-mana, dan perlu
apresiasi pakar planologi.
Peran arsitektur penting dalam perencanaan kota atau
daerah: sebab kalau hanya efisiensi saja yang tercapai dalam
pembangunan, maka dapat terasa kering dan menjemukan untuk
hidup di kota atau wilayah itu. Demikianlah fungsi arsitektur
lansekap memberikan rasa segar, sejuk dan pemandangan yang
menarik di dalam maupun di luar kota, sekaligus menjaring
pelestarian alam.

111.4.4. Geografi

Istilah geografi merupakan gabungan kata "geo" yang


berarti "bumi" dan "graphic, graph atau graphiena" yang
berarti "gambaran, lukisan atau tulisan". Maka geografi berarti
gambaran/tulisan tentang bumi, atau ilmu tentang bumi berikut
makluk dan benda buatan yang terdapat di atasnya, seperti
penduduk, flora, fauna, iklim, dsb. Maka secara lebih
komprehensif geografi merupakan suatu "ilmu pengetahuan
mengenai persamaan dan perbedaan gejala a/am dan
kehidupan di muka bumi serta interaksi manusia dengan
lingkungannya dalam kaitan ke-ruangan dan ke-wilayahan 325 •
atau menemukan jawaban tentang kenapa terjadi perbedaan-
perbedaan ataupun persamaan antar wilayah 3 ·25 . Selanjutnya
diketahui bahwa geografi dapat dibagi menjadi geografi fisik dan
geografi sosial. Pengertian geografi fisik mencakup alam seperti
tanahllahan, flora, fauna, iklim, dsb dan yang berupa pola
persebaran permukiman desa dan permukiman kota; geografi
sosial mencakup kandungan manusia berikut berbagai
kegiatannya seperti pola sosial-budaya, perekonomian, berupa
persebaran pusat-pusat aktivitas penduduk/masyarakat seperti
pendidikan, perdagangan, pertanian, industri. Dapat pula·
106 BAB ill ASPEK.-ASPEK. UTAMA DA!..AM PERENCANAAN
TATARUANG

dikatakan bahwa geogra.fi .fisik, ekonomi dan sosia/ semuanya


terkait dengan tata ruang, dan memberi pengetahuan dasar
tentang daerah yang diperlukan oleh perencana tata ruang.
Maka dapat dikatakan hubungan antara geografi dan tata
ruang ialah : geografi mengandung data yang diperlukan
perencanaan tata ruang, dan dalam hal kewilayahan mendukung
analisis data wilayah, a.l. berbagai gejala geografis seperti tanah
longsor, gempa burni, bencana banjir, dsb.
Salah satu perkembangan terakhir yang sangat penting
bagi perencanaan tata ruang ialah metode Sistem Informasi
Geografi, disingkat SIG {Geographical Information System
(GIS)}, yang penting artinya bagi pemantauan perkembangan
tata ruang.
Iklim3 ·22 merupakan unsur· geografis yang penting dalam
mempengaruhi kehidupan manusia. tidak dapat menghindari
pengaruhnya dan tidak dapat pula mempengaruhinya. kecuali
dalam skala. batas-batas dan waktu tertentu.
Sifat dasar iklim Indonesia ada 4 (empat), yang ditentukan
oleh letak dan sifat kepulauan-kepulauan : ( 1) suhu rata-rata
tinggi, karena dekat khatulistiwa: (2) letak Indonesia di antara
benua Asia dan Australia membawa akibat daripada perbedaan
tekanan udara di daearatan Asia dan Australia yang membawa
musim hujan dan musim kemarau: (3) karena kepulauan
Indonesia sebagian besar terletak antara 10° LU dan 15° LS.
maka bebas dari hembusan angin Taifun; (4) sifat kepulauan
juga membawa akibat kadar kelembaban udara selalu tinggi
(iklim tropik basah): dan laut mencegah suhu ekstrim panas dan
dingin.
Sifat unsur-unsur iklim lainnya ialah ( 1) gerakan angin.
(2) gerakan suhu dan (3) curah hujan.
Selain iklim perlu pula diperhitungkan gejala alam lain
yang penting, yaitu gempa dan volkanisme.

111.4.5. Geodesi

Geodesi merupakan profesi yang menyangkut ukur tanah.,


BAB ill ASPEK-ASPEK liTAMA DALAM PERENCANAAN 107
TATARUANG

baik dengan cara memperhitungkan bentuk lengkung bumi,


maupun yang menganggap muka bumi itu tidak lengkung
melainkan datar, dengan produk berupa peta. Hampir semua
pekerjaan teknik sipil memerlukan peta dalam skala besar
maupun skala kecil. Planologipun memerlukan banyak peta, baik
pada awal pekerjaan secara makro, maupun pada tahap
membuat desain (terinci) teknis untuk daerah dengan luasan
terbatas yang akan dirancang dan dilaksanakan
pembangunannya oleh profesi teknik sipil, arsitek ataupun
profesi lainnya.
Peta diperlukan untuk pekerjaan survei dan penyajian
usulan rencana tata ruang. Jenis-jenis peta yang biasanya
dipakai untuk penyajian rencana tercakup ke dalam kelompok-
kelompok berikut :
1. Informasi rnisalnya tentang Tata Guna Laban yang
memuat Kesatuan-kesatuan Kegiatan Ekonorni (pertanian,
perkebunan, dsb), yang mempunyai ciri-cirinya masing-
masing;
2. Informasi tentang berbagai jenis intensitas penggunaan
tertentu, seperti kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan.
3. Informasi tentang arus, rnis. lalu-lintas, pergerakan
penduduk, aliran sungai dsb;
4. Distribusi pusat-pusat sarana pelayanan penduduk,
berikut wilayah pelayanannya, seperti pertokoan, sekolah
dan barisan pemadam kebakaran;
5. Perbandingan tentang berbagai hal yang berbeda-beda,
rnis. laban yang masih tersedia untuk penggunaan tertentu,
perbandingan antara kepadatan penduduk dengan
peristiwa penyakit yang tirnbul atau kepadatan lalu lintas,
dsb.
Peta Dasar (base map) 331 . Tingkat keberhasilan
perangkat peta-peta Tata Ruang sebagian besar bergantung pada
peta dasar yang dipakai. Peta Dasar yang menunjukkan pola
fisik tanah dan berbagai bangunan yang sudah ada, seperti yang ·
I 08 BAB ill ASPEK-ASPEK l.TfAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

terdapat pada waktu survei dilaksanakan dan yang digunakan


untuk menggarnbarkan basil survei atau untuk keperluan rencana
tata ruang secara jelas. Dengan demikian maka perlu dibuatkan
peta dasar secara khusus, apabila peta tsb. tidak tersedia
sewaktu diperlukannya.
Inti kegunaan peta dasar adalah untuk menunjukkan (a)
lokasi setiap unsur rencana secara jelas dan tepat dan (b)
hubungan karakter wilayah dengan butir-butir informasi rencana
yang digarnbarkan pada peta dasar itu.
Kriteria peta dasar yang baik ialah (a) sedapat-dapat tidak
terlalu banyak garis-garis, melainkan terbatas pada yang
diperlukan saja, tapi dalarn pada itu dicetak sedemikian rupa
hingga garis-garis tsb jelas terlihat. (b) nama-nama kota, nama-
nama desa, dan nama-nama jalan tercetak tidak terlalu besar tapi
juga tidak terlalu kecil. sehingga dapat dibaca dengan jelas.
Skala peta dasar disesuaikan dengan keperluan rencana. mis.
untuk Rencana Ruang Wilayah 1:100.000 sarnpai 1:25.000,
Rencana Tata Ruang Kota antara 1:25.000 dan 1:2.500 dan
untuk Rencana Rinci (Detail) antara 1:2.500 dan 1:500.
Rencana Tata Ruang Wilayah atau Daerah memerlukan
beberapa peta dasar, mis. :
( 1) yang hanya menunjukkan pola utama daerah ybs untuk
penyajian daerah-daerah aliran dan daerah-daerah sarana
pelayanan. yang sebetulnya hanya memerlukan luas dan
batas-batas daerah.
(2) yang menunjukkan ciri-ciri fisik dengan mengutamakan
topografi dan informasi sedikit tentang ciri-ciri binaan.
(3) menunjukkan ciri-ciri daerah binaan yang terutama
diperlukan untuk usul rencana garis besar dan analisis
surve1.
(4) untuk keperluan hal-hal pokok seperti tata guna laban
yang ada pada waktu awal perencanaan dan tata guna
laban yang diusulkan.
BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 109
TATARUANG

Untuk ini informasi. Rencana Tata Ruang Kota menggunakan


Peta Dasar yang berskala minimal 1:500. Peta dasar kota tidak
serumit peta wilayah, tapi harus lebih terinci dan jelas. Yang
penting a.l. ialah bangun-bangunan tidak perlu dicantumkan
karena tidak akan memberi gambaran ukuran yang benar
berhubung dengan skala peta yang cukup kecil. Dalam pada itu
jaringan jalan hams tampak jelas, berikut nama-nama jalannya.
Peta usulan rencana kota umumnya sebaiknya memakai
tanda -tanda arsiran untuk tata guna lahan yang ada dan
menggunakan warna-warna untuk usulan tata guna lahan.
Di luar daerah terbangun perlu ditunjukkan batas-batas
pola penggunaan lahan seperti biasa; beberapa jenis bangunan
khusus dapat ditunjukkan di peta, baik di dalam rnaupun di luar
daerah terbangun, tiada lain agar memudahkan membaca peta.
Topogra.fi, Peta topografi merupakan sarana mutlak
terutarna dalam pekerjaan tahap survei sampai konstruksi.
Topografi yang sebagian besar menjadi tanggung jawab teknik
sipil, menentukan berbagai pilihan ekonomis mengenai ( 1) letak
jalur (tracee) jalan raya, jalan rei, berikut lokasi/tapak jembatan:
(2) lokasi/tapak bangunan, baik individual dan lebih-lebih jika
kwnpulan bangunan; (3) jaringan utilitas seperti jaringan air
bersih dan drainase; (4) lokasi permukiman terutama dalam
skala besar seperti kota. Dan bangunan-bangunan tsb
merupakan investasi yang mahal dan berjangka panjang. Maka
pemilihan tapak tsb di atas menjadi sangat penting.

111.4.6. Geologi

Geologi 10 adalah ilmu tentang Komposisi Struktur dan


Sejarah Bumi, dan dengan demikian menyangkut tanah, baik
yang di permukaan rnaupun yang di bawahnya. Seperti diketahui
tata-ruang memperhatikan seluruh ruang secara tiga
dimensional, yaitu ruang yang di sebelah atas permukaan tanah,
yang ada di permukaan rnaupun yang ada di bawahnya. Dengan

10 Geofisika : ilmu tentang sifat alamiah bumi (panas, magnetisme,


dan sebagainya) dan gejala-gejalanya: mencakup bidang-bidang ·
meteorologi, oseanografi, vulkanologi, magnetisme dan geodesi
ll 0 BAB ill ASPEK-ASPEK l.ITAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG

demikian diketahui bahwa unsur geologi lingkungan adalah


esensial dalam perencanaan dan pengembangan kota dan daerah,
terutama pengetahuan tentang geologi terpakai yang menyangkut
karakteristik, lokasi dan metode penambangan terbuka perlu
diketahui, karena langsung mempengaruhi penecanaan wilayah.
Perencanaan kota dan daerah bertujuan agar kota &
daerah tersusun I terorganisasi dengan baik dan penggunaan
laban secara optimum, sehingga perkembangan kota secara fisik
dapat menanggapi kebutuhan penduduk akan gedung, jalan dan
sebagainya dengan sebaik-baiknya. Ini berarti bahwa keadaan
tanah di permukaan dan di bawahnya perlu diketahui secara
pasti. Bencana geologi seperti gempa bumi, tanah longsor (land
slide), dan sebagainya jarang terjadi, tapi hila terjadi biasanya
berakibat cukup besar. Maka perlu diperhitungkan bagaimana
cara menghindarinya dalam perencanaan kota dan daerah.
Beberapa peristiwa bencana atau berbahaya besar-kecil
yang pernah terjadi dapat dipelajari antara lain :
o peninggalan sejarah yang diungkapkan setelah
usaha-usaha penggalian (kota-kota tua di berbagai
negara).
o masalah-masalah kota pantai dengan bahaya penggerusan
dan intrusi air laut ke arab daratan dengan segala
akibatnya.
o penurunan tanah yang dapat sangat dalam
o masalah pondasi yang menyebabkan substruktur dan
superstruktur bangunan retak, miring, dan sebagainya.

Pekerjaan geologi teknik merupakan aplikasi di bidang


teknik sipil yang mencakup kemampuan membaca geologi dan
geomorfologi dan menginterpretasikannya untuk memilih
pondasi yang sesuai dengan bangunan teknik sipil ybs.
BAB III ASPEK-ASPEK tJIAMA DALAM PERENCANAAN Ill
TATARUANG

111.5. ILMU PEN GET AHUAN DAN TEKNOLOGI


(IPTEK)

111.5.1. Umum

Banyak fihak lebih suka menggunakan istilah "Sains"


untuk "Ilmu Pengetahuan", karena dipandang lebih jelas. Dalam
buku ini demi kemudahan akan dipakai istilah Ilmu Pengetahuan
karena a.l. ada kaitan dengan "llmu Pengetahuan dan Teknologi"
dan sering dipakai singkatan yang sudah lazim, yaitu "Iptek".

111.5.2. Ilmu Pengetahuan

1/mu Pengetahuan dikatakan bersifat obyektif, netral,


bebas nilai, tidak memihak, hanya menangani fakta saja (free
from value judgment 1\ Teknologi mencakup ilmu pengetahuan
dan teknik/rekayasa (engineering). Rekayasa meru-pakan
penerapan ilmu pengetahuan dengan tujuan menciptakan benda-
benda untuk kesejahteraan manusia, tapi temyata dapat juga
diterapkan untuk menyusahkan atau malah memusnahkan
manusia (misalnya penggunaan mesin untuk peperangan).
Dengan demikian teknologi sebagai ilmu terapan (applied
science) untuk kesejahteraan manusia, dan sekalipun pada
dasamya netral juga (karena merupakan ilmu juga), tapi pada
situasi tertentu mengandung potensi negatif.
lptek terdiri atas dua unsur llmu Pengetahuan dan
Teknologi, tetapi sebetulnya sangat sulit terpisahkan satu dari
yang lain, karena ada dalam kaitan yang bersifat interdependen.
Dan diketahui serta hampir selalu dimasukannya dalam satu
nafas, bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami
perkembangan yang semakin cepat, serta mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap manusia, menyangkut seluruh segi
kehidupan.
Menurut MT. Zen3·36 dalam bukunya "Sains, Teknologi
dan Hari Depan Manu9la"3·31 , IPTEK dalam perkembangannya

II penilaian ini kini dipertanyakan


112 BAB ill ASPEK-ASPEK lJfAMA DALAM PERENCANMN
TATARUANG

mempengaruhi 4 bidang, yiatu :


a. Langsung ke bidang intelektual; meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan, ataupun kepercayaan-kepercayaan tradisional
dan mengambil kebiasaan-kebiasaan baru
b. Pengaruh pada bidang industri dan kemampuannya di
medan perang.
c. Perubahan yang dibawakannya pada organisasi-organisasi
sosiallambat laun merambat dalam kehidupan politik.
d. Perubahan maupun benturan terhadap tata lingkungan.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa perkembangan
IPTEK perlu diperhitungkan dalam penataan ruang, sejak
tahapan perumusan kebijaksanaan hingga pada tingkat
pemanfaatan dan pengendalian perkembangannya di lapangan
Dalam pada itu Indonesia merniliki pola budaya yang berragam
yang berpengaruh terhadap teknologi. Maka kebijaksanaan
pernilihan penggunaan teknologi ada segi kandungan lokal dalam
hubungannya dengan pengembangan wilayah.

111.5.3. Teknologi

Biasanya kata ·leknologi" tidak didefinisikan secara


'·mutlak-tunggal", melainkan lebih. banyak langsung dipakai
dalam rangkaian penggunaannya. Di bawah ini disajikan 3(tiga)
definisi teknologi : (Hardjoso) (I) ancangan atau pendekatan
untuk menerapkan rekayasa produksi dan merupakan gabungan
ilmu pengetahuan dan rekayasa. (2) penerapan prinsip-prinsip
ilrniah dalam kegiatan usaha maupun prinsip-prinsip ilrniah
dalam kegiatan usaha maupun kegiatan memenuhi kebutuhan
kehidupan manusia dan masyarakat. Untuk itu perlu dipenuhi 3
(tiga) tolok-ukur atau kriteria, yaitu replicable, adaptable dan
efficient: sifat replicable (dapat ditiru) dimaksudkan dapat
dipakai orang lain dengan basil yang sama benar, sifat adaptable
(dapat menyesuaikan diri, dapat disesuaikan) ialah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan sesaat dan setempat dengan
prinsip ilrniah yang sama, dan efficient berarti merniliki daya
guna persatuan pengorbanan (dana, upaya. waktu) dibandingkan
dengan cara-cara lain (memerlukan pengorbanan lebih kecil
BAB III ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN 113
TATARUANG

dibandingkan dengan cara-cara yang lain) (Risman Maris), (3)


Tata cara menghasilkan produk yang dijabarkan dari ilmu
pengetahuan melalui penghayatan atas suatu teori ilmiah (Teknik
= tata cara menghasilkan produk yang dijabarkan dari seni,
penghayatan atas suatu teori seni) (Budi Prasetyo)o
Ketiga rumusan di atas tampak persamaannya, tapi
tampaknya rumusan kedua (= 2) memberi kriteria yang
mempertajam pengertian tentang teknologio
Sebagaimana diketahui telah dikenal berbagai jenis atau
tingkatan teknologi, seperti teknologi canggih, teknologi
sederhana, teknologi padat karya, teknologi padat modal.
teknologi tepat guna, dsbo Masing-masing jenis teknologi ini
penerapannya disesuaikan dengan tujuan atau budaya setempato
Teknologi Padat Karya yang menggunakan banyak tenaga kerja
manusia bertujuan menyediakan kesempatan kerja atau mata
pencaharian di suatu daerah yang sangat memerlukannya dan
jenis teknologi tepat guna diperhitungkan penggunaannya
mengingat tingkatan budaya yang bervariasi dan memerlukan
ancanganlkebijaksanaan yang paling tepat untuk masing-masing
tingkat/jenis budaya ybso

111.6. CA TATAN

Ulasan aspek-aspek seperti tsb di atas jelas masih dapat


atau mungkin malahan perlu dilengkapi dengan beberapa segi
lainnya (misalnya aol. aspek khusus kesehatan atau situasi yang
memerlukan ancangan psikologi sosial): dan sebaliknya, sekali
lagi, mungkin pula ada variasi komposisi kadar perannya
sehingga pada suatu lingkungan yang dibuatkan rencananya.
tidak semua aspek hadir, sehingga juga tidak . perlu
diperhitungkan, atau hadir tapi dalam kadar intensitas yang
sama tingginya dengan segi lainnyao Keperluan atau urgensi
salah satu atau beberapa aspek ikut atau tidak ikut
diperhitungkan dalam perencanaan., bergantung pada kebutuhan
atau keadaan wilayah ybs, mis pertimbangan budaya, dan
0

situasi atau kondisi Di sinilah peran penting pakar tata ruang,


0

karena persepsi atau apresiasinya untuk mengevaluasi dan ·


mengambil keputusan diperlukan disitu 0
114 BAB IV. TATA GUNA LAHAN

BAB IV. TATA GUNA LAHAN

IV.l. UMUM

Lahan merupakan sumber daya alam menyangkut kebutuhan


hidup setiap orang, maka perlu diatur dan direncanakan
penggunaannya. Seperti telah dikatakan di depan penggunaan
lahan (atau "guna lahan") mempunyai arti "kegiatan sehari-hari
yang ada di atas bidang lahan". Dengan demikian ada
penggunaan lahan untuk pertanian, industri. perumahan,
pendidikan, dsb. Pola penggunaan lahan ini diatur atau
direncanakan ke dalam rencana tata guna lahan.
Fungsi-fungsi Kota terdiri atas fungsi-fungsi kediaman,
pemerintahan, perdagangan, tempat-tempat karya, rekreasi,
sirkulasi (transport), dan sebagainya, sedangkan fungsi-fungsi
Daerah atau wilayah terdiri atas kegiatan pertanian, perkebunan.
persawahan. kehunian, sirkulasi dan sebagainya.
Tata guna lahan sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan
masyarakat badan atau perorangan, yang disebut juga
determinan (= unsur penentu), yang pada umumnya saling
pengaruh-mempengaruhi (interrelated), yaitu antara unsur-unsur
ekonomi, sosial dan umum. Unsur yang terkuat biasanya
menjadi penentu penggunaan lahan. Dalarn hal ada
pertentangan kepentingan, maka Pemerintah hams menentukan
determinan mana yang perlu didahulukan yang pada dasamva
demi kepentingan umum.
Penggunaan Lahan atau Tata Guna Laban, agaknya dapat
diibaratkan sisi lain dari "mata uang" yang disebut Tata Ruang;
tata guna lahan dapat dilihat sebagai proyeksi vertikal tata ruang
pada permukaan bumi, yaitu sesudah tata ruang tersusun sesuai
dengan tujuan.
Seperti diketahui, untuk dapat menguasai hal-hal tersebut, maka
diperlukan penyelidi.kaWsurvei mengenai :
a. Data jisiograjis (berupa kompilasi data tersebut) atau peta
dasar (base map) dengan semua jaringan jalan, jalan
kereta api, stasiun dan pelabuhan, sungai dan danau,
BAB IV. TATA GUNA LAHAN 115

bangunan umum dan tinggi rendah tanah (garis contour),


yang untuk kota dipetakan dengan ska.la 1 : 25.000. Skala
peta ini bergantung pada luas kota, untu.k rencana daerah
(regional) diperlukan peta dasar dari 1 : 50.000 sarnpai 1 :
250.000.
b. Penyelidikan berikutnya adalah berupa survei tata guna
laban itu sendiri. Terlebih dahulu ditetapkan penggolongan
penggunaan tanah. Untuk rencana rinci (peta dasar dengan
ska.la 1 : 1.000) tentunya dibutuhkan tata penggunaan yang
terinci pula, bahkan mungkin perlu diketahui penggunaan
setiap persil (Gb. 4.1).
c. sosial - budaya : pola guna laban selalu dipenga.ruhi oleh
pola sosial-budaya masyarakat I kebiasaan, adat-istiadat,
selera, dsb~ para perencana tata ruang perlu mengenal
masyarakat yang (bakal) menempati lingkungan yang
direncanakan.
c. nilai laban : ini pengaruh-mempengaruhi dengan pola
penggunaan laban; kelengkapan prasarana dan sarana
dapat meningkatkan harga laban, karena memberi nilai-
tambah kepada kawasan yang dilayaninya. Sebaliknya
pemanfaatan atau pemilihan jenis, kualitas atau lokasi
prasarana dan sarana dapat pula disesuaikan dengan nilai
(harga) laban.
Secara umum penggunaan laban kota dapat
digolongkan sbb : perumahan, bangunan umum, jalan raya,
jalan kereta api, stasiun/pelabuhan, industri, perdagangan,
pemerintahan, rekreasi, tanah kosong.
c. Penyelidikan mengenai harga tanah dan status pemilikan
tanah perlu pula dilakukan.
d. Selanjutnya penyelidikan mengenai tata air, daerah banjir,
dan sistem saluran drainage juga diperlukan untu.k
memperkuat pertimbangan mengenai tata guna tanah di
masadepan.
e. Yang terakhir adalah penyelidikan mengenai masalah
estetika dan sikap masyarakat.

Kebutuhan Yang Akan Datang.


Sebenarnya tidak ada sUa.tu standar yang berlaku eli manapun.
untu.k menghitung kebutuhan akan laban di masa yang akan
datang; seka.li lagi, karena kebutuhan akan laban terutama
116 BAB IV. TATA GUNA LABAN

ditentukan oleh keadaan I kebutuhan perkembangan setempat.


Untuk Indonesia sementara ini ada beberapa pegangan
mengenai standar perencanaan permukiman, yang dapat
membantu perencanaannya antara lain "Standar Rencana
Perkampungan" Direktorat Tata Kota dan Daerab, 1962,
"Pedoman Perencanaan - Lingkungan Pemukiman Kota"
Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1979, dan beberapa Daerah
juga sudah menyusunnya untuk keperluannya sendiri, dan lebih
rinci a.l. DKI.
Biasanya kebutuhan yang akan datang diperkirakan berdasarkan
perkembangan penduduk, kepadatan penduduk yang diingini
dan komposisi pekerjaan penduduk (employment).
Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu bagian sangat
penting dalam proses perencanaan kota (dan daerah).
Perencanaan tata guna laban memperhatikan hal-hal berikut:
a. interrelasi dengan perencanaan transportasi dan utilitas
b. lokasi, intensitas penggunaan, luas laban, pengelompokkan
atau distribusi penggunaan serta arab perkembangannya
untuk berbagai fungsi kota dan daerah yang memerlukan
ruang seperti yang sudah disebut di atas tadi.
c. pengaruh tata guna laban terhadap tata air.
Perencanaan tata guna laban sangat bergantung pada proyeksi
penduduk dan determinan-determinan sosial lainnya,
bergantung pula pada proyeksi ekonomi dan bergantung pada
pengertian atau penguasaan (pengetahuan, pemahaman yang
mendalam) akan interrelasi antara seluruh jenis penggunaan
laban.
Unsur-unsur apa yang perlu dipikirkan dalam perencanaan tata
ruang yang diproyeksikan kepada laban menjadi tata guna
laban?. Pada dasarnya jawabannya kita kembalikan kepada
fungsi prasarana dan sarana terhadap kebutuhan masyarakat
seperti yang telah dikemukakan pada awal Bab VI ini.
Selanjutnya dapat d.ikatakan, babwa unsur-unsur pokok atau
aspek-aspek utama yang menjadi dasar perencanaan terdiri atas:
a. unsur penduduk : jumlahnya, komposisinya menurut
umur, kelamin, anak umur sekolab (Gb. 4.5) (school age
children), susunan keluarga, stratifikasi sosial, struktur sosial -
ekonomi dan sosial - budaya, dsb.
BABIV. TATAGUNALAHAN 117

b. pengaruh transportasi : sebagaimana telah dikatakan di


atas, sistem transportasi mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap tata guna laban dibanding dengan prasarana yang
lain, karena semua kegiatan selalu berupaya dekat pada sistem
transportasL terutama prasarana berupa jalan raya, sedang jalan
rei dan prasarana transportasi jenis lain pengaruhnya lain lagi.
Maka ada penggunaan laban yang disebut ''guna laban
pembangkit lalu-hntas" (traffic generating land use), karena
kegiatan di atas bidang laban tsb merupakan daya tarik dan
sumber kegiatan lalu lintas (lihat ''bab "sistem transportasi").
Suatu studi di beberapa kota di Indonesia. menunjukkan suatu
kesimpulan sbb. : kesulitan mengatur kembali keadaan lalu
lintas kota terutama di pusat-pusat kota, tertumpu pada masalab
yang sarna, yaitu pola penggunaan laban di berbagai bagian
kota, terutama di pusat kota.

Dengan demikian tata guna laban berkaitan erat dengan sistem


prasarana dan sarana (lihat Bab V}, dan dengan demikian juga
teijadi interreaksi antar penggunaan laban. Lagi tata guna laban
dapat dikatakan merupakan proyeksi tata ruang pada laban.
Maka perencanaan tata ruang perlu memperhatikan hubungan
yang saling mendukung antara fungsi ruang yang satu dengan
fungsi ruang yang lain: dengan kata lain perencanaan penggu-
naan laban perlu memperhitungkan hubungan yang serasi antar
fungsi laban.
Seperti yang juga telab dikatakan di atas, tatanan wilayab yang
membentuk keija sarna antara kawasan lindung dan kawasan
budi daya serta pola komunikasi antar mereka. menjadi dasar
bagi tata guna laban. Tata guna laban ini memerlukan penelitian
dan pemikiran yang memperhatikan berragam unsur dan
memperhitungkan syarat-syarat geografis dan perkembangan
serta pengembangan sosio-ekonomi seluruh wilayah sebagai
upaya utamanya.
Dengan demikian rencana penggunaan laban "menentukan"
berbagai zonal daerah dan tipe-tipe kegiatan pertanian (alam.
hutan) dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya, dan tempat-
tempat serta bagian-bagian untuk keperluan permukiman. Kadar
atau tingkat intensitas penggunaan laban untuk permukiman I.
perumahan, industri, pertanian serta penggunaan cadangan air,
dsb. per1u diperhatikan serta dicatat. karena berarti perbedaan
118 BAB IV. TATA GUNA LAHAN

intensitas akan menyebabkan dampak atau pengaruh yang


berbeda pula.
Perencanaan Wilayah selain dinyatakan dalam bentuk uraian
kata-kata tentang kebijaksanaan, tujuan, unsur waktu, biaya,
dsb. juga dituangkan ke dalam peta-peta. Peta-peta ini a.l.
menunjukkan tata guna lahan yang misalnya menunjukkan
fungsi atau kegiatan pertanian, kehutanan, perdesaan,
perkotaan, industri, jaringan transportasi, dsb. Hal ini akan
dibicarakan lebih lanjut dalam Bab V : Prasarana dan Sarana.
Gambar 4.3 merupakan contoh peta tata guna lahan wilayah
pegunungan dan Gambar 4.2 contoh peta tata guna lahan
wilayah pantai. Gambar 4.3 sekaligus memberi informasi
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada wilayah itu

LEGENDA
~PAKAIAN
~TB<STL
IIJ NON-METAL
~~~~~~ ......_....,.._...._.,..,....,. .MAKAN.a.N
I] B.a.RAtok).BARANG KAREl
~~~ • r.ESf.l

Gambar 4.1. Penggunaan Laban Rinci


SEBAGIAN DAR/ PETA PENGGUNAAN LABAN DAERAH
PANCORAN- JAKARTA KOTA ( t TH. 1960)
Gambar 4.1
BABIV. TATAGUNALAHAN 119

IV.2. TATA GUNA LABAN WILAYAH/KOTA

Membicarakan suatu wi1ayab seraya mengingat akan fungsinya,


maka perhatian menuju kearah penggunaan laban dalam
kaitannya dengan fungsi wilayab yang lain. Tata guna laban
menempati posisi penting dalam proses perencanaan tata ruang
umumnya, dan perencanaan wilayah atau perencanaan kota dan
desa pada khususnya.
Secara umum penggunaan laban wilayah dikelompokkan
sebagai berikut : pertanian, hutan, perkebunan, kota/desa,
padang rumput, tanah tandus, rawa-rawa, danau, jalan raya,
jalan kereta api, dan industri.
Telab dikatakan diatas, bahwa membicarakan suatu wilayah
dengan mengingat akan fungsinya, maka perhatian melangkah
kepada penggunaan laban dalam kaitannya dengan fungsi
wilayah yang lain; dengan demikian tata guna laban menempati
posisi penting dalam proses perencanaan tata ruang umumnya.
Dalam membicarakan penggunaan laban (land use) dimaksud
pula ruang di atas permukaan tanah maupun yang di bawahnya,
sehingga yang dimaksud sebetulnya ruang di atas dan di bawah
permukaan tanah tersebut.
Telah dikatakan bahwa penggunaan laban dapat merupakan
proyeksi dari fungsi ruang, yaitu distribusi ruang dan masing-
masing ruang menunjukkan fungsi atau kegiatan kota atau
daerah yang bersangkutan. Demikianlah, penggunaan lahan
menunjuk kepada kegiatan atau usaha yang terdapat di atas dan
atau di bawah permukaan tanah yang bersangkutan. Seperti
pertambangan terbuka atau dibawah permukaan tanah, jalur
penerbangan terutama disekitar pelabuhan udara, pemasangan
dan penggunaan pipa di bawah tanah, dsb.
Dalam perencanaan tata guna lahan wilayah, terutama dekat
pantai sering perlu diantisipasi perubaban tata guna laban
karena perubaban alamiah yang banyak disebabkan oleh watak
sungai a.l. karena keadaan disebelah hilimya. Gambar 4.2a,
4.2b dan 4.2c menunjukkan contoh tentang hal tsb diatas.
120 BAB IV. TATA GUNA LAHAN

Pola Tata Guna Laban Wilayah Pantai

Dalam perencanaan tata guna lahan wilayah, terutama dekat


pantai, sering perlu diantisipasi perubahan tata guna lahan,
karena perubahan alamiah yang banyak disebabkan oleh watak
sungai antara lain karena keadaan disebelah hilimya. Gbr 4.2a,
4.2b, 4.2c mewujudkan contoh tentang hal tsb diatas.

1A57

Gambar 4.2a

1959

Gambar4.2b

Gambar4.2c
BAB IV. TATA GUNA LAHAN 121

Pola Tata Guna Laban Pegunungan.

Gambar4.3.

Keternagan untuk Gambar 4.3 :

Ta,ah rusak .
Perkompungan
Sowoh: 2:2 kol~ podi setohun . Pengljlaraman .
1 = 1 kal• padi sdahun.
Rewa tower . Hutan posang .
Hutan: " L:lebot.
l.Gosong 2. Tambak .
B: Belukor.
Tench baru dlbu.ka . Kehun C~mpuran .
122 BAB IV. TATA<JUNA LAHAN

IV.2.4. ·Perpetakan

Perpetakan~subdivision) merupakan pembagian sebi:d.ang laban


yang luas ataupun terbatas, di leota atau daerah, menjadi petak-
petak untuk berbagai k-eperluan, seperti jaringan jalan dan
prasarana I utilitas lainnya, perurnahan, berbagai jenis bangunan
sarana pemerintah (kantor k«amatan, kelurahan, pemadam
kebakaran, dsb) sosial {pendidikan, kesehatan, ruang terbuka
(open space}}, dan lcomersial (pasar, toko, dsb). Dengan
demikian rancangan perpetakan merupakan bagian penting dari
upaya pemberian bentuk kepadalbagi seluruh kota.
Pekerjaan perpetakan memerlukan wawasan, imajinasi dan
pandangan ke depan, sehingga tak mudah terjebak dalam
kebutuhan sesaat, atau berjangka pendek, memperhitungkan
perkembangan berjangka panjang, misalnya jalan-jalan yang
terasa -cepat menjadi terlalu sempit dan perlu perlebaran dengan
segala konsekuensinya.
Dengan demikian dapat dikatakan, balm·a perpetakan
mengandung berbagai ma/t:na : efisiensi dalam pembagian
lahan untuk berbagai penggunaan kegiatan masyarakat, nilai-
nilai sosial dan ekonomi, menduk.'Llng pengembangan halitas
kehidupan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dengan kata lain, peketjaan ini memerlukan sikap perancang
yang rasional, sosial dan tidak melupakan aspek estetika.
Perpetakan biasanya sangat mendapat perhatian di dalam daerah
perkotaan, karena guna lahan yang intensif dan mempunyai
nilai tinggi, tetapi diperlukan juga di daerah luar kota dalam
perencanaan \\ilayah.
Lahan merupakan salah satu SDA yang diperlukan oleh dan
berharga bagi setiap manusia, menyangkut kepentingan setiap
warga masyarakat. Kepentingan tsb dapat menyangk.'Llt soal
pertanian, perindustrian, peroagangan, pendidikan, peribadatan,
perumahan, dsb. Dengan demikian perpetakan, seperti halnya
tata guna lahan mencakup berbagai aspek ekonomi spt
pertanian, perindustrian, perdagangan, dsb.; aspek sosial spt
dalam bentuk a.l. : struktur dan dinamika masyarakat seperti
kehidupan keluarga, kehidupan bertetangga, berbagai kewajiban
sosial, silaturahmi, dsb.; aspek kepentingan umum seperti
perumahan, kesehatan, pendidikan, komunikasi, dsb.
INDEKS 123

INDEKS

Daerah (5)
A.
daerah (5)
administrasi (91,92)
daerah/wi1ayah inti (core
administrasi pembangunan
region) (25)
(92)
daerah dengan permasa1ahan
agropo1is/agropo1itan (2 9, 97)
khusus (special problem
ancangan bawah-atas region) (27)
(bottom-up approach) (88)
daerah murarnlsuram
ancangan atas-bawah (top (depressed region) (27)
down approach) (88)
daerah perencanaan
aneksasi (75) (planning region/district)
arsiran (60) (17,18)

arsitektur (104,105) daerah perkotaan (4)

arsitektur 1anskap ( 105) daerah studi/pengamatan ( 17)

aspek ekonomi (93) daerah sumber daya harapan


(resource frontier region)
aspek hukum (89) (26)
aspek politik (88) Daerah Tk I (23)
aspek sosial (72) Daerah Tk II (23)
aspek sosial-budaya (83) DAS (daerah a1iran sungai)
(5,24)
B
dasar hukum (legal base)
Balmera (25) (89)
Biaya (98, 99) demografi I kependudukan
Bentang alam (landscape) (72, 83)
(34) desa (masyarakat desa)
Budaya (83) (52,53)
desa-kota (54)
D
124 INDE.KS

diagram (60) I
llmu (tata ruang) (7)
E
ilmu ekologi (28)
ekonomi makro (95)
ilmu lingkungan (28)
ekonomi mikro (95)
imigrasi (76)
ekonomi pembangunan (94)
industri dasar (basic
ekstrapolasi (cara ekstr. industry) (97)
penduduk)(75)
industri pelayanan (service
F industry) (97)
Faktor dorong/desak (push interdisipliner (62-64)
factor) (36,72) iptek (112)
faktor tarik (pull factor)
(37. 72) J
fisik (2) Jabotabek (23)

fisiografi (Ill) Jumlah penduduk (73,74)

G K
geodesi ( l 06) karaktiristik penduduk (60)

geografi (105) kemaslahatan (8)

geologi (34, 11 0) kawasan (5, 30)

geoteknik ( Ill) kawasan budidaya (31)

Gerbang Kertosusila (25) kawasan lindung (30)


kawasan penyangga (30)
H
kawasan suaka (30)
habitat (28)
kecenderungan
harkat (8) perkembangan (trend
heterogenitas (24) oriented) (13)
homogenitas (24) keluarga tambahanlbesar
rurnah tangga (extended
hukurn (law, legal, base) (89-
family) (80)
91)
kepadatan penduduk (79)
INDEKS 125

komposisi dan struktur mobilitas penduduk (79)


penduduk (77)
multi-disipliner (7)
kota (city, town) (4)
kota dengan fungsi bukan N
ekonomi (48,49) nilai oertanian (34)

kota budaya (49) nomenklatur (60)

kota industri (48)


p
kotajasa (49) P3KT (IUJDP) (ii)
kota pemerintahan (49) PAD (93)
kota pendidikan (49) pembangunan masyarakat
kota perdagangan (48) desa (53)

kota teknologi (technopole) pembangunan (6)


(49) penataan ruang (spatial
kota transportasi (48) arrangement) (4,8)

kota taman (garden city) (50) perencanaan (tata ruang) (6,


18)
kota wisata (49)
penegakan peraturan per-
kotamadya (23)
undang-undangan (law
kualitas penduduk (76) enforcement) (91)
pengembangan
L (development) (6,16)
laban (6,8)
pengembangan wilayah (ii,
lingkungan (28) 16,96)
lokasi (76) penggunaan laban (2,6)
perdesaan (52, 53)
M
peremajaan kota (51)
marga (15)
perencanan fisik (4)
martabat (8)
perencanaan wilayah ( 17)
metropolis (kota
metropolitan) (22) perencanaan tata ruang kota
migrasi (36, 37, 38, 75) dan daerah (physical
126 INDEKS

planning, city and regional rencana struktur (structure


planning) (4) plan) (43)
pennukiman ( 15, 16) RRTRK ((Rencana Rinci
Rata Ruang) (46)
perpetakan (subdivision)
(122) RITRK (Rencana Teknik
Tata Ruang) (47)
pertambahan (penduduk) (74-
76) rencana tata ruang (2)
pertanian (97) RUTRK (Rencana Umum
Tata Ruang Kota) (46)
peta dasar (base map) (108,
109) RUTRP (Rencana Umum
Tata Ruang Perkotaan) (45,
pirarnida penduduk (77, 99)
46)
PJM (77, 99))
RSTRP (Rencana Struktur
pola distribusilpersebaran Tata Ruang Propinsi) (47)
penduduk (74, 81)
RSTRK (Rencana Umum
(pola) kepadatan penduduk Tata Ruang
(79) Kotamadya/Kabupaten) (4 7)
pola guna laban (land use
pattern) (115) s
sarana/fasilitas (10, 15)
politik (88)
SDA (Sumber Daya Alam)
politik ekonomi (95)
(28. 34)
prakiraan (jumlah penduduk)
SDM (Sumber Daya
(81)
Manusia) (101)
proses (1,6)
Seni (tata ruang) (7)
PPUU (89, 90, 91)
sistem (13, 15)

R SIG/GIS ( 106)
RAPBD (99) skala insani (human scale)
(9)
rencana anggaran (95)
rencana strategi (strategic SNPP (NUDS) (38,39)
plan) (44) SNPPTR (47, 62)
sosio-budaya (83)
INDEKS 127

sosio-ekonomi (35) unsur perkembangan daerah


(internal, eksternal) (96)
sosiologi (86, 88)
urbanisasi (5, 36, 43)
sosiologi perdesaan (87)
UUPR92 (3, 5, 8)
sosiologi perkotaan (87)
standar perencanaan (52) w
statistik (60) wawasan (10)
studi asal-tujuan (origin- wilayah (3, 5, 16)
destination study (59)
wilayah administratif (23)
stratifikasi sosial (87)
wilayah fungsional (21)
surnbu perkembangan
wilayah homogen (21)
(development axis) (26)
wilayah internasional (24)
survei daerah (regional
survey) (31-34) wilayah inti (core region)
(25)
T wilayah metropolitan (21)
tabel (60)
wilayah nasional (24)
tanah (soil, ground) (6, 18)
wilayah nodal (22)
tata ruang (i, 2, 62)
wisma (15)
(tata) guna laban (107, 114)
wilayah Surnber Daya
tata kota dan daerah (i, 4) Harapan (resource frontier
region) (26)
tekniklrekayasa (102, 112)
wilayah suram/muram
teknik kekotaan (municipal
(depressed regionO (27)
engineering) (i, 3, 4)
wilayah persoalan
teknik sipil (TS) (ii, 9, 103)
/permasalahan khusus
teknologi (113, 114) (special problem region)
(27).
town and country planning
(4)
topografi (33, 109)

u
128 BIBUOORAFI

BIBLIOGRAFI

KATAPENGANTAR
0.1. Keeble,Lewis, Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gazette United, 150 Wardour Street,
London WIV4BN, 1968.
0.2. Shelton,Marcel J.; ASCE F.; An Engineer Plans a New City in
Megalopolis, Journal of The Urban Planning and
Development Division, Proceeding of The American Society
of Civil Engineers, 1967.

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Keeble,Lewis. Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gazette United. 150 Wardour Street,
London WIV4BN. 1968.
1.2. Sujarto,Djoko. lr.,MSc .. Wisma - Karya - Marga - Suka dan
Penyempurna sebagai Dasar Pemikiran Penyusunan Pola Tata
Ruang Fisik Desa, Departemen Planologi, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, ITB.
1.3. Suselo,Hendropranoto, lr.,MPW., lnformasi dan Beberapa
Pemikiran Tata Ruang sebagai Masukan Penyusunan Strategi
Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR) di
Bidang Peketjaan Umurn, diskusi Tata Ruang pada Rapat
Ketja Departemen Peketjaan Umurn tanggal 11 Desember
1989, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Peketjaan
Urnurn.

BAB ll PENGEMBANGAN W1LA YAH DAN KOTA


2.1. Badan Pendidikan dan Latihan, Departemen Dalam Negeri
ketjasama dengan Lembaga Penelitian Planologi. ITB.,
Perencanaan Fisik Hierarkhi Permukiman, 1977.
2.2. Bintarto R., Prof.,Drs., lnteraksi Desa-Kota dan
Permasa/ahannya, 1983, Ghalia Indonesia.
2.3. Bintarto R., Prof.,Drs., Urbanisasi dan Permasa/ahannya,
1983, Ghalia Indonesia.
2.4. Baru.
2.5. Catanese,Anthony J; Snyder, James C; Susongko, Pengantar
Perencanaan Kota, Penerbit Erlangga, 1984.
BIBUOGRAFI 129

2.6. Govermental and


Community Facilities, (8).
2. 7. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1989.
2.8. Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, Departemen Pekeljaan
Umum, Inception Report, Perencanaan Pengembangan
Kawasan Jabotabek, 1984. Departemen Pekeljaan Umum.
2.9. Direktorat Jenderal Pembangunan Desa. Panduan Dasar
Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembangunan Desa, 1990.
2.10. Dunham,David M., Hilhorst Jos G.M., eds., Issues in Regional
Planning, 1971, Mouton, The Haque- Paris.
2.11. Ekistics, The Problems and Science of Human Settlements,
Report on Ecumenopolis, City of Tomorrow, (dedicated to
memory ofC.A. Doxiadis. 1913-1975).
2.12. Firman, Tommy, Ir.. Regional Inequalities dan Pengembangan
Regional, catatan kuliah Regional Planning 1976/1977.
Departemen Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITB.
2.13. Friedman,John: Regional Development Policy, A Case Study
ofVenezue/a, The M.I.T., Press, 1965.
2.14. Glikson,Artur. Regional Planning and Development. 1955.
Leiden A.W. Sijthoff's Uitgeversmaatschappij N.Y.
2.15. Hamer,Andrew M.: Steer,Andrew D.; Williams,David G..
Indonesia The Challenge of Urbanization, The World Bank
Staff Working Paper. Number 787.
2.16. Jayadinata, Johara T., Dra.,MSc., Faktor Geografi sebagai
Sumber Daya Dalam Pembangunan Wi/ayah, Desa, dan Kota,
Jurusan Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
ITB.
2.17. Jayadinata, Johara T., Dra.,MSc., Tata Guna Tanah Dalam
Perencanaan Pedesaan, Perkota'an, dan Wilayah, Departemen
Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB ..
Penerbit ITB Bandung, 1986.
2.18. Japan International Cooperation Agency (llCA), The Study on
The Integrated Regional Development Plan for The Northern
Part of Sumatra, (Final Report Vol. I, Executive Summary.
March 1990), Ministry of Public Works- nCA.
2.19. Keeble,Lewis, Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gezzette United, 150 Wardour Street.
London WIV4BN, 1968.
2.20. Kompas, Kerusakan Gorong-gorong mengganggu Jalur
Pantura, 8 Januari 1997
130 BIBLIOORAFI

2.21. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986,


tentang Perencanaan Tala Ruang Kota, Departemen
Pekerjaan Umum.
2.22. Lazaro,Timothy R., Professional Hydrologist, Urban
hydrology a Multidisciplinerary Prespective, ANN ARBOR
SCIENCE Publisher Inc. , 1979
2.23. Maroun B.N., SH., Proses Pembangunan Desa, Menyongsong
Tahun 2000, 1988 (edisi revisi), Peneroit Erlangga.
2.24. Maskun.H.,Sumitro, Pemikiran Tentang Peranan Otonomi
Dalam Pembangunan Daerah, makalah pada suatu Lokakrya
th 19 ..
2.25. Maskun.H.,Sumitro, Aspek Perencanaan Dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah, makalah pada suatu Lokakrya th 19 ..
2.26. McLoughlin,J.Brian, Urban and Regional Planning, A System
Approach, Faber and Faber. London, 1970.
2.27. National Urban Development Strategy Project.
Kecenderungan dan Proses dari Elemen-Eiemen yang
Mempengaruhi Perkembangan Kota-kota, (ringkasan),
Laporan Utama, NUDS - Departemen Pekerjaan Umum,
U.07/0584, Mei 1984.
2.28. NIX, Thomas, Dr.,Ir., Stedebouw in Indonesia en de
Stedebouwhundige Vormgeving, Uitgevers : Nix - Bandung en
the Toork - Humstede.
2.29. Nurzaman,Siti Sutriah, lr., Pengantar Pengembangan
Wilayah, Departemen Planologi, · Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITB.
2.30. Pamudji S., Prof.,Drs.,MPA., Pembinaan Perkotaan di
Indonesia, Tinjauan dari Aspek Administrasi Pemerintahan,
1985, Peneroit, PT. Bina Aksara. Jakarta.
2.31. Pradono, Ekonomika da/am Perencanaan Wilayah dan Kota,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, No.3 Maret 1992.
2.32. Proyek Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan {NUDS),
Laporan Akhir NUDS, Ringkasan dan Kesimpulan, September
1985, NUDS - Departemen Pekerjaan Umum.
2.33. PT. Planars Konsultan in Association with PT. Persero
Virama K.arya Consulting Engineers, Initial Activities for
Development of Urban Management Guidelines, 1994,
Technical Management Proposal.
2.34. Sandy, I Made, Dr., Penggunaan Tanah (land use) di
Indonesia, Pub1i.kasi No.: 75, Direktorat Tata Guna Tanah.
Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri, 1977.
2.35. So,Frank.; Hand.Irwing; Mcdovell,BruceD.; The Practice of
State and Regional Planning, Municipal Management Series,
APA.
BIBLIOGRAFI 131

2.36. Soefaat. Ir.,MCPI., Diktat Mata Kuliah Perencanaan Kota


dan Daerah, untuk Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Indonesia, untuk memudahkan mengikuti kuliah, 1987 dan
1990.
2.37. Sujarto,Djoko, Ir.,MSc., Beberapa Pengertian Tentang
Perencanaan Fisik, 1985, Penerbit Bhratara K.arya Aksara -
Jakarta.
2.38. Sujarto,Djoko, Ir.,MSc., Faktor Sejarah Perkembangan Kota
Dalam Perencanaan Pembangunan Kota, Departemen
P1ano1ogi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB, 1972.
2.39. Sujarto,Djoko, Ir.,MSc., Proses Perkembangan dan
Perencanaan Kota, Departemen P1anologi, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, ITB.
2.40. Sujarto,Djoko, Prof.. Dr.,Ir.,MSc.. Kota Baru Suatu
Tantangan dan Prospek Dalam Pembangunan Perkotaan di
Indonesia, orasi ilmiah Jurusan Teknik Plano1ogi, FTSP-ITB,
dalam rangka 35 tahun Pendidikan Plano1ogi di Indonesia, 7
Apri11995.
2.41. Sujarto,Djoko, Ir.,MSc., Rencana Struktur Kota, bahan
perkuliahan Studi Perencanaan Kota, PL. 333-334,
Departemen P1anologi, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITB.
2.42. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Pekeljaan Umum No. 650-1595, No. 503/KPTS/1985, tentang
Tugas-tugas dan Tanggungjawab Perencanaan Kota, 1985.
2.43. Suselo,Hendropranoto, Ir.,MPW., Informasi dan Beberapa
Pemikiran Tala Ruang sebagai Masukan Penyusunan Strategi
Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR) di
Bidang Pekerjaan Umum, makalah diskusi Tata Ruang pada
Rapat Kelja Departemen Pekeljaan Umum tanggal 11
Desember 1989, Direktorat Jenderal Cipta K.arya, Departemen
Pekeljaan Umum.
2.44. Suselo,Hendropranoto; Taylor,John; Wege1in,Emiel,A,
Indonesia's Urban Infra-structure Development Experience,
Critical Lessons of Good Practice, In Coope-ration with the
United Nations Centre for Human Settlements, (HABIT AT),
1995.
2.45. The Synectics Group, Australian - Indonesian Centre for
Sustainable Urban and Regional Development, Sustainable
Urban and Regional Development, Inception Report,
Technical Workshop 22 -23 April 1997, FTUI, Depok,
Indonesia.
132 BIBUOGRAF1

2.26. United Nations, Economic and Social Commision for Asia and
The Pasific, State of Urbanization in Asia and The Pasific,
1993, United Nations.
2.47. Watts. Kenneth, Survey, Departemen Planologi ITB, 1960 (?)

BAB Ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM TATA RUANG


3.1. ............................................................. Economic Studies, (4)
3.2. ............................................................. The Built
Environment ............. sebagai sumber rujukan.
3.3. Briggs, Martin S.. Architecture, Oxford University Press
London, New York- Toronto. 1947.
3.4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka 1989.
3.5. Harsojo, Prof.. Pengantar Antropology. 1972, Edisi Baru.
Penerbit Bina Tjipta.
3.6. Hatt.Paul K.: and Reiss.Albert. Cities and .Society. The
Revised Reader in Urban Sosiology. The Free Press. Glencoe
Illinois. 1956.
3.7. Jayadinata, Johara T .. Drs .. MSc .. Faktor Geografi sebagw
Sumber Daya Dalam Pembangunan Wilavah, Desa, dan Kota.
Jurusan Planologi. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
ITB.
3.8. Keeble,Lewis, Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gezzette United. 150 Wardour Street
London WIV4BN, 1968.
3.9. LeggeLRobert F .. & Zaruba. Quido. Professor.D.Sc .. Cities
and Geologv. McGraww-Hill Book Company. New York.
19 ...
3.10. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Dasar-dasar Demografi. Lembaga Penerbit
F.E.U.I.. 1981.
3 .11. Maskun.H .. Sumitro. Pemikiran Ten tang Peranan Otonomi
Dalam Pembangunan Daerah. makalah pada suatu Lokakrya
th 19 ..
3.12. McLoughlin,J.Brian. Urban and Regional Planning, A System
Approach, Faber and Faber. London. 1970.
3.13. Miller, G. Tyler Jr. Living in The Environment, Scond Edition,
Wads worth Publishing Company, Belmont California, 1979.
3.14. Pamudji S.. Prof.,Drs ..MPA., Pembinaan Perkotaan di
Indonesia, Tinjauan dari Aspek Administrasi Pemerintahan,
1985, Penerbit, PT. Bina Aksara, Jakarta.
3 .15. Pradono, Ekonomika da/am Perencanaan Wilayah dan Kota,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, No.3 Maret 1992.
BIBUOGRAFI 133

3.16. Quinn. James A., Urban Sociology, American Book


Company, New York, Cincinnati, Chicago, Atlanta , Dallas,
San Francisco,
3.17. Sandy ,I Made, Geografi, Perkembangannya di Indonesia dan
Pelajaran Geografi di Sekolah Lanjutan, Pidato Pengukuhan
Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa. Mata Pelajaran
Geografi pada Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.
3.18. Sandy, Prof.,Dr., I Made, Republik Indonesia, Geograji
Regional, Jurusan Geografi, FJvflPA, Universitas Indonesia,
PT. Indografi Bakti, Jakarta, 1966.
3.19. Shelton.Marcel J.; ASCE F.; An Engineer Plans a New City in
Megalopolis, Journal of The Urban Planning and
Development Division. Proceeding of The American Society
of Civil Engineers, 1967.
3.20. Siagian,Sondang P., Prof.,Dr., Administrasi Pembangunan,
1970, CV HAJJ MASAGUNG - Jakarta MCMXC.
3.21. So,Frank.; Hand,Irwing; Mcdovell,BruceD.; The Practice of
State and Regional Planning, Municipal Management Series,
APA.
3.22. Soefaat, lr.,MCPl., Diktat Mata Kuliah Perencanaan Kola
dan Daerah, untuk Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Indonesia, untuk memudahkan mengikuti kuliah, 1987 dan
1990.
3.23. Sujarto,Djoko, lr.,MSc., Faktor Sejarah Perkembangan Kota
Dalam Perencanaan Pembangunan Kota, Departemen
Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITB, 1972.
3.24. Sujarto,Djoko, lr.,MSc., Some View on The Development of
Legal Aspects of Urban Land in Indonesia, Ministry of
Educational and Culture, Department of Regional and City
Planning, Faculty of Civil Engineering and Planning, Institute
of Technology Bandung, A paper· presented to the Seminar on
Housing Development for Low Income Population Groups in
the Smaller Cities of South East Asia, Ministry of Public
Works/Bouwcentrum Rotterdam. 1981.
3.25. Suselo,Hendropranoto, lr.,MPW., Informasi dan Beberapa
Pemikiran Tata Ruang sebagai Masukan Penyusunan Strategi
Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR) di
Bidang Pekerjaan Umum, diskusi Tata Ruang pada Rapat
Kerja Departemen Pekerjaan Umum tanggal 11 Desember
1989, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan
Umum.
134 BIBUOGRAFI

3.26. Tim Nusantara, Buku Ajar Geograji I untuk Sekolah


Menengah Umum Kelas I Cawu I, 2, 3, Program Umum
Berdasarkan GBPP Kurikulum 1994, Penerbit YA3 Malang.
3.27. Tjokroa.midjojo,Bintoro, Pengantar Administrasi
Pembangunan, 1972, LP3S.
3.28. Todaro,Michael P.: Abdullah,Burhanuddin, Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi ketiga, Jilid I.
3.29. Wagio,Yudi, Drs., Aspek Hukum Dalam perencanaan,
Departemen Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITB.
3.30. Wagio,Yudi, Drs., Aspek Pembiayaan Dalam Perencanaan,
(cetakan ke II). Departemen Planologi. Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, ITB.
3.31. Wagio,Yudi, Drs., Pengantar Sosiologi Pembangunan (suatu
pemahaman), Departemen Planologi. Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan. ITB, 1981
3.32. Zen. M.T., editor. Sains, Teknologi dan Hari Depan Manusia,
PT. Gramedia, 1984.

BAB IV TATAGUNALAHAN
4.1. Keeble.. Lewis. Principles and Pratice of To"Ml and Countn
Planning. The Estate Gazette United. 150 Wardour Street.
London WIV4BN. 1068
4.2. Dunham, David M., Hilhorst G.M., eds. Issues in Regional
Planning, 1971, Mouton. The Hague-Paris.
4.3. Glickson, Artur, Regional Planning and Development, 1955,
Leiden A.W. Sijthoff' s Uitgeversmaatschappij N.Y.
4.4. Jayadinata, Johara T. Ora .. MSc .. Tata Guna Tanah Dalam
Perencanaan Pedesaaan. Perkotaan dan Wilayah, Departemen
Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITB.
Penerbit ITB Bandung. 1986.
4.5. McLoughlin. J. Brian, urban and Regional Planning. A
System Approach. Faber and Faber, London. 1970.
4.6. Sandy, I Made Dr.. Penggunaan Tanah (land use) di
Indonesia. Publikasi no5, Direktorat Tata Guna Tanah..
Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri, 1977.
4.7. Sujarto, Prof., Dr.. Ir., Msc., Kota Barn : Suatu Tantangan dan
Prosoek dalam Pembangunan Perkotaan di Indonesia. orasi
ilmiah Jurusan Teknik Planologi, Fisip-ITB, dalam rangka 35
tahun Pendidikan Planologi di Indonesia, 7 April 1995.
4.8. Watts, Kenneth, Survey, Departemen Planologi ITB, 1960.
4.9. Legget, Roberts F.& Zaruba, Quido, Prof., D.Sc., Cities and
Geology. McGrawHill Book Company, New York, 19 ..
BIBUOORAFI 135

4.10. Catanese, Anthony J., James C. Snyder, Susongko: Pengantar


Perencanaan Kot3, Penerbit erlangga, jakarta, 1986.
4.11. The International City managers' Association " Local
Palnning Administration"', 1948.
4.12. Gallion, Arthur B. in co1aboration with Simon Eisner : 1he
Urban Pattern. City palnning and Design", D. Van Nostrand
Company, Inc., Princton, New Jersey, Toronto, Iandon, New
York, 1956.
4.13. Hanjo, M. and T. Inoue. "Urban Development Policies and
Land management" Japan and Asia- City of Nagoya, 1984.
4.14. Doebele, William A. : "Land Reajustment" Lexington Books,
D.C. Health and Company, Lexinton, Massachusets, Toronto,
1982.

Anda mungkin juga menyukai