F KMS Book 20180727051059
F KMS Book 20180727051059
HUBUNGAN FUNGSIONAL
TEKNIK SIPIL
DENGAN
TATA RUANG KOTA DAN DAERAH
SUATU PENGANTAR
Jilid I
oleh
lr. Soefaat, MCPI.
Nama Kode : UR-24.
Judul : Hubungan Fungsional Tata Ruang dan
Teknik Sipil : Suatu Pengantar.
Disusun oleh : Ir. Soefaat, MCPI.
Editor :Drs. Busrodin.
Cetakan : Pertama.
Tahun Penerbitan : 1999.
Jumlah Halaman : 148 halaman.
Ulruran Bulru : (15 x 23,5) em.
Penerbit : PT. Mediatama Saptakarya.
Percetakan : PT. Safir Alam.
Hak Cipta : Dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta
Tahun 1987 Pasal44.
Dilarang mengutip atau merekam dengan cara apapun isi bulru ini,
baik sebagian ataupun seluruhnya tanpa izin dari PT. Mediatama
Saptakarya (PT. Medisa)
PENGANTAR PENERBIT
PT. Medisa.
BAB KATA PENGANTAR
KA TA PENGANTAR
Jakarta, 1998
Penulis
DAFTAR lSI v
DAFTARISI
BAB I. PENDAHULUAN... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1
1.1. PENGERTIAN UMUM TENTANG
TATA KOTA DAN DAERAH... ... .... 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
PLANOLOGI... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.3. HUBUNGAN FUNGSIONAL TEKNIK
SIPIL DENGAN PEN ATAAN
RUANG.................................... 9
Reneva1). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
11.3.6. Standar Perencanaan. .. .. . ... ... .. . ... .. 52
11.4. PENGEMBANGAN
PERDESAAN 2· 10· 2 ·25 ···· 52
11.5. AN ALI SA DAN PENYAJIAN
DATA................................... 56
11.5.2. Statistik dan Tabel... .. . . . . . . . . . . . . . . . . 60
11.5.3. Matematik Terpakai (Applied
Mathematics). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAB I. PENDAHULUAN
ll.l. UMUM
Sumber Daya
Rencana Fisik
Alam
Gambar 2.1.
Penduduk di sini merupakan sasaran obyektif dan sekaligus
menjadi acuan subyektif, dalam arti bahwa pembangunan
ekonorni. sosial dan politik tsb dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan kesejahteraan penduduk; tidak saja kebutuhan yang
bersifat material (obyektif) tapi sekaligus memperhatikan
aspirasinya (subyektif). Pengetahuan serta data tentang
penduduk, baik kuantitatif maupun kualitatif merupakan salah
BAB ll PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 13
T~)~ ~>t
umpan(balik
Gambar2. a Gambar2. b
~
'
/
'
'~
/
suatu sistem
I
I " \
\
I ~ dtsebut suatu subststem,
\
I '
karena seluruh ststem tru
I
I 1*- 1- merupakan suatu bag tan
I I 5aJ3 dari suatu S!Stem yang
I I lebih besar
I I
I I
suatu sub-subsistem merupakan
/,'~~
\
\ suatu bagian dari suatu sub-
\
ststem, dan dalam dtrinya
\
\ __ dapat lagi mengandung sub-
' .... .... sub-subsistem
Pengembangan Wilayah
~ daerah pengamatanlstudJ
6
Dalam hal yang besar atau sangat penting keputusan pemerintah
diambil setelah mendengar DPR(D)
Istilah Yunani diciptakan oleh arsitek-perencana yang berarti
"ilmu tentang permukiman manusia"
BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA 21
8
Klasifikasi Wilayah dalam buku ini masih menggunakan
satandar lama Artur Glickson, belwn sempat menggunakan
satndar terbaru. Standar Klasifikasi Wilayah cepat sekali
berkembang dengan memperhatikan berbagai unsur ilmu. Dalam
pada itu klasifikasi Glikson ini secara wnwn masih dapat
dipakai.
22 BAB ll PENGEMBANGANWILA YAH DAN KOTA
11.2.3. Lingkungan
sungai dan juga sebagai bahan baku bagi perusahaan air rninum di
kota. Pembangunan industri biasanya di lokasi bagian yang maju
yang berarti padat penduduknya. Bahan buangan basil proses industri
yang dialirkan ke sungai dapat berbahaya bagi pengairan untuk
pertanian juga berbahaya sebagai bahan baku perusahaan air minum.
Demikian pula hasil teknologi berupa kemudahan bagi rumah tangga
membcri bahan buangan yang mencemari air sungai.
Dcmikianlah upaya melestarikan alam atau mengupayakan
pembangunan yang berkelanjutan yang dilaksanakan lewat
perencanaan ruang wilayah. Dalam perencanaannya Ruang
Wilayah dibagi dalam beberapa kategori kawasan :
(I) Kawasan Suaka Kawasan Suaka ini ditentukan oleh
bcrbagai pertimbangan biologis maupun sosial-budaya.
Pcrtimbangan biologis terutama didasarkan pada
pcrlindungan terhadap berbagai jenis flora dan fauna yang
tcrancam punah. Pertimbangan sosial-budaya terutama
ditujukan untuk pelestarian kebudayaan yang bersifat
tradisional dan mengandung nilai-nilai historis. misalnya
Kawasan Condet Kawasan Borobudur. dsb.
(2) Kawasan Lindung : Kawasan Lindung ini ditetapkan
bcrdasarkan pertimbangan yang bersifat ekologis.
Pcrt1mbangan ekologis utama yang perlu diperhatikan
adalah keseimbangan hidrologis. kemudian keseimbangan
tanah. baik pertimbangan mengenai erosi maupun
pcncucian: dan kemudian lagi keseimbangan kualitas udara.
Kawasan Lindung ini bersifat permanen: banyak kawasan
ini terletak pada lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari
40% dan ketinggiannya lebih dari 1500 meter di atas
permukaanlaut.
(3) Kawasan Penyangga Setelah atau sambil menyusun
kawasan lindung. ditetapkan suatu kawasan yang disebut
Kav·;asan Penyangga yang berfungsi sebagai perantara atau
ruang peralihan untuk menyelaraskan kawasan (hutan)
b1asa berupa lindung. Pada umumnya kawasan ini tidak
mempengaruhi keseimbangan ekologi. Oleh sebab itu sering
juga kawasan ini disebut kawasan budidaya terbatas,
kawasan budi daya yang disesuaikan dengan kemampuan
ruangnya.
BAB ll PENGEMBANGAN WlLAYAH DAN KOTA 31
11.2.4. Survei
dan lain-lain.
2. Sumber daya A/am (SDA) termasuk Air. Selain informasi
langsung dari lapangan (data primer). masih diperlukan
dipetakan pula berbagai informasi dari sumber lain. a.l
lokasi bahan tambang: dan air perlu dipandang sebagai
bahan tambang yang khusus. baik yang ada di permukaan
maupun yang ada di bawah permukaan.
3. Transport. Sebaiknya dibuat 2( dua) jenis peta transport.
yaitu (I) memuat fasilitas yang sudah ada seperti jaringan
jalan raya, jalan rei. kanal dan sungai yang dapat dilayari
BAB II PENGEMBANGAN Wll..A YAH DAN KOT A 35
atau yang biasa dipakai jalur transport air: selain itu baik
juga diadakan peta yang menunjukkan tingkat kepadatan
lalu-lintas berupa beda tebal garis jalur-jalur ybs: dan (2)
peta asal - tujuan (origin-destination) akan sangat
membantu (pembuatan peta ini dapat sangat mahal).
11.3.1. Urbanisasi
ada daya-tarik terhadap tenaga kerja yang ada eli luar kota; dan
sebab ini elisebut faktor-tarik (pull faktor). Jadi migrasi masuk
kota dapat terjadi karena faktor-tarik dengan adanya mata
pencaharian barn eli dalam kota, juga dapat elisebabkan oleh
faktor-dorong karena di luar kota sulit eliperoleh mata-
pencaharian atau keamanan kurang terjamin, seperti pemah
elialami oleh beberapa negara, termasuk Indonesia.
Migrasi masuk kota ini mempunyai arti multisektoral dan
kompleks, a.l. dapat elilihat dari segi-segi :
a. Demografi, karena menunjukkan proses pernbahan
penyebaran penduduk dan pernbahan jumlah penduduk
dalam suatu wilayah: dan karena terjadi pernbahan mata
pencaharian migran dari bidang pertanian menjadi
perdagangan, perindustrian dan jasa. Struktur demografi
kota juga bernbah dalam hal komposisi usia, kepadatan
penduduk, angkatan kerja dan mata pencahariannya dengan
segala konsekuensinya. Selain itu terjadi pergeseran-
pergeseran penggunaan lahan untuk menampung berbagai
kebutuhan kegiatan seperti perumahan, perdagangan.
transportasi dll. Selain itu berangsur-angsur terjadilah pula
perkembangan pada pola tata guna lahan wilayah. a.l.
karena perluasan lahan kota ke arah lahan pertanian di
sekitamya.
b. Sosial, yang a.l. bernpa pernbahan perilaku dan selera
penduduk barn kota ke arah pergeseran gaya hidup
perdesaan ke arah gaya hid~p kota: gemerlapan yang
menjadi ''simbol" hidup kota menjadi daya tarik tersendiri
bagi migrasi masuk ke kota. Lambat laun penelidikanpun
makin menarik dan makin banyak orang tua menyekolahkan
anak-anaknya ke tingkatan penelidikan yang lebih tinggi;
demikian pula sektor kesehatan mendapat perhatian lebih
baik., serta struktur dan "standar" administrasi kota harns
semakin dikembangkan.
c. Ekonomi yang pada umumnya menjadi penyebab utama
urbanisasi membuat kota-kota berkembang: yang
potensinya lebih besar akan berkembang lebih cepat
daripada yang kurang potensial. Terjadilah pola
perkembangan barn bagi kota-kota lama maupun kota-kota
38 BAB IT PENGEMBANGAN WitA YAH DAN KOTA
barn.
d. Permasalahan sebagai akibat dari urbanisasi terasa sekali
dalam hal kebutuhan akan perumahan berikut lahan
perumahan. Kekurangan akan perumahan dan laban
perumahan dan peningkatan harganya menjadi semakin
sulit ditanggulangi. Berbarengan dengan itu perkampungan
kota semakin meluas dan memburuk keadaannya. Belum
lagi kekurangan akan prasarana dan sarana. baik untuk
transportasi maupun untuk kesehatan dan keperluan lainnya
semakin tidak mencukupi. Sistem administrasi kotapun
kurang siap menghadapi semua keadaan yang dirasakan
berkembang mendadak dan berjalan sangat cepat itu.
Migrasi penduduk besar-besaran masuk kota ini juga
membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan. Perkembangan kebutuhan akan lahan kota
untuk kegiatan ekonomi ini berbarengan perkembangan dengan
kebutuhan akan lahan untuk keperluan perumahan berikut
fasilitas-fasilitasnya yang meningkat pula.
Prasarana dan sarana kota yang perlu dibangun besar-
besaran dan dipelihara memerlukan biaya yang besar.
Konsekuensinya ialah anggaran biaya kota yang sangat
meningkat.
Banyak pengangguran, baik yang bersifat penuh maupun
terselubung, merupakan suatu fenomena urbanisasi yang sangat
penting bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah
dan jenis mata pencaharian yang tersedia tidak sesuai dengan
jumlah dan kemampuan para pencari kerja. Pengangguran ini
perlu mendapat perhatian dan penyelesaian agar tidak timbul
masalah yang semakin sulit ditanggulangi.
Pemerintah mempelajari berbagai kecenderungan
urbanisasi sebagai dampak pembangunan ekonomi yang berjalan
sejak 1970. Suatu studi antar-departemen dengan pelaksanaan
sehari-hari di Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah (Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) selesai th
1985 dengan basil berupa saran-saran Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan (SNPP) atau Nasional Urban
Development Strategy (NUDS). Tabel 2.1 dan 2.2 memberi
BAB II PENGEMBANGAN WlLA YAH DAN KOTA 39
Tahun I II III IV v
Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota
1980 77.81 22.19 77.81 22.19 22.81 22.19 77.81 22.19 77.81 22.19
1985 76.94 23.06 76.38 23.62 75.80 24.20 75.22 24.78 74.62 25.38
1990 75.94 24.()6 74.74 25.26 72.50 26.05 72.20 27.811 70.84 29.16
1995 74.76 25.24 72.86 27.14 70.82 29.18 68.6' 31.3' b6.3c 33.68
2000 73.37 26.63 70.66 29.34 57.69 32.31 64.44 35.56 60.88 39.12
Tabel2.32...s
PERTIJMBUHAN PENDUDUK RATA-RAT A DALAM W1LAYAH AS1A-P AS1FIK
1970-1990
1970- 1975 1975 - 1980 1980 - 1985 1970-1990
Total Perko- Total Perko- Total Perko- Total Perko-
Win taan taan taan
Seluruh Dunia 1.96 2.61 1.73 2.63 1.74 3.06 1.81 2.89
Seluruh wilayah ESCAP 2.26 3.65 1.83 3.31 1.83 3.46 1.94 3.98
NEIB J
Hongkong' 2. 11 2.40 2.77 2.96 1.60 1.90 1.84 2(>9 t
Republik Korea 2.80 540 155 4.70 1.36 3.20 1.48 400
Singapore 1.73 1.73 1.30 1.30 1.1 5 1.1 5 1.37 137
ASEAN 5
Brunei Darussalam 3.63 3.73 3 41 2.72 3.80 207 3.65 3 50
Indonesia 2.41 4.92 2. 14 4 .88 2.06 5.37 2.16 5 17
Malaysi a' 2.59 4.70 2. 17 4.58 2.61 4.87 2.48 4 79
Philipina 2.51 4.02 2.53 3.54 2.63 3.97 2.57 390
Thailand 2.92 5.59 2.44 5.05 1.99 4 .66 2.24 5.(1(1
Negara-negara Asia Tenggara Lainnya
Myarunar 2.32 3.25 2.11 2.15 2.09 2. 13 2.19 2 59
Kamboja 0.46 2.09 2.09 2.07 2.59 3.54 0.87 0 . ~4
Republik R.akyat Laos 2.18 5.52 1.16 4 .50 2.29 5.58 2.13 5 56
Vietnam 2.34 2.86 2.23 2.75 2. 19 3.22 2.25 5 (1(1
Asia Seiatan
Afganistan 2.42 6. 11 0.87 4.17 202 047 0.98 3<"•
Bangladesh 2.77 6 74 2.83 6.76 2.73 6.57 2.79 6 83
India 2.24 3.76 2.08 3.66 2.21 3.80 2.17 3 7R
Nepal 2.47 6.72 2.67 7.35 2.59 7.21 2.59 7. ~ 9
Sumber Penerikatan Banpa-Banpa ( 1991 ) World Urbaruz.atiOn Prospects, 1990. New York.
Department oflntcmatJonal Econmruc and SoCial Affam; (Sales No. E 91 Xliii!) p.l42 and I 06
Repubhc of Korea Population & Housmg Cei'ISilS Repon, Nat10nal SlatlstJcal Office, 1992 Social
mdJcaton; Republic of Korea. 1992
-·~
i •
:
/
{
·.
. ......... .
·· .. ·······
Catalan:
Dalam pembangunan masyarakat desa biasanya terbesit
pertama-tama pemikiran tentang pengembangan pertanian;
kemudian pemikiran ke arab pengembangan kerajinan tangan atau
industri' perumahan eli samping pertanian tadi. Telah lama pula
56 BAB II PENGEMBANGAN Wll.A YAH DAN KOTA
Guna Laban).
Gb. 2.9 Arus lalu lintas jalur pantai utara arab Cikampek -
Cirebon terhambat karena ada kerusakan gorong-gorong
di Desa Slaur, Indramayu. Seluruh kendaraan dari
Cikampek menuju Cirebon (dan sebaliknya) dialibkan
sejak Celeng (Lohbener) lalu ke Indramayu dan ke luar
di Karangampel atau Jatibarang.
58 BAB II PENGEMBANGAN WILA YAH DAN KOTA
,-
, ,,
/
,
I
/
' \
\
I
\
I
\
\
I
I
I
I
I
I
I
I
I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
\ I
,,
I
''
' ' .... .... .... ,
--
.;
0 ASAL
(daerah-daerah perumahan)
(\
U
TUmAN
(pusat-pusat karya)
- - - - - - - - - batas kota
Gb. 2.11. Pola dan bentuk Arsiran pada contoh ini dalam
prakteknya dapat didesain mencapai jumlah yang banyak. sehingga
mencukupi untuk dipakai sebagai tanda-tanda/petunjuk guna laban
yang sangat beragam pada peta yang luas. Selain arsiran biasa, juga
dapat dipakai simbul-simbul atau nomenklatur (tanda atau gambar
111.1. UMUM
tidak) dan nilainya dalam arti ekonomi atau sosial; selain itu
tentu juga perlu diketahui struktur atau sifat-sifat fisiknya, a.l.
sebagai pondasi bangunan. Kemudian latar belakang dan tujuan-
tujuan sosial dan ekonomi menjadi semakin penting dalam
menentukan tujuan dan bentuk planologi.
Demikianlah kemudian disepakati adanya pendekatan
multidisipliner/ interdisipliner yang perlu memperhitungkan
berbagai kaidah masing-masing disiplin tsb secara seimbang.
sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh kebijakan awal dan
yang ingin dicapai, yang perlu dipahami oleh profesi planologi.
Karena merupakan cabang ilmu yang bersifat multi atau inter-
disipliner, maka banyak aspek-aspek yang harus diperhitungkan
sebanyak yang hadir di dalam kehidupan manusia.
ILMU-ILMU
SO SIAL
- pengaturan industri
- perangkatperaturan - evaluasi pengaruhnya
perundang-undangan terhadap perkembangan
- organisasi & fungsi ekonomi
kelembagaan
REKAYASA/ GEOGRAFI
TEKNIK - sumber daya alam
- arr - data tata guna laban
- prasarana pertanian
- sarana
- lalu lintas - perlindungan &
pemeliharaan
- bentuk arsitektur
-lanskap
Nasional
Regional
Loka I
FISIK
Gambar 3.2.
-----------~--------------------------
1
-----~--------------------------------
Tata Ruang, Teknik Stptl,
Pertan1an, A rsztektur Lansekap,
}vfana;er Pembangunan,
Developer, dsb.
___________ ! _________________________ _
-----------t-------~------------------
Rencana Proyek-proyek ' Arsitektur, Arsitektur Lansekap,
Pembangwuon (Bangwuon - Jalan. Teknik Sipil, Mana;er
dab), Penghijauan. dsb Pembangunan, Developer, dsb.
Gambar3.3
Partlsrpasr Masyarakat
i
RENCANA (Pemermtah dan Swasta
PEMBANGUNAN
I Partzsrpasr Masyarakat
--- -:.------------------------------
1 ARSITEKTUR DAN Pengembang dan Pemi/ik 1
TEKNIK SIPIL Pemrakarsa Proyek. Arsztek,
~ lnsmyur Struktur dan Mesrn &
Lzstrrk. Pemeta Tanah,
PROYEK.PROYEK Quantity Surveyor. Ahlz-ahlr
SPESIFIK
Konstruksr. dsb.
Gambar. 3.4.
111.2.1. Kependudukan
l - ............. .. .
t : = ) TW - l.e l ~ l'"' - 1 1' 71
Gambar 3.6
111.3.1. Ekonomi
111.3.2. Pertanian.
Pada tempatnya di sini dibicarakan masalah pertanian
sebagai bagian penting dari Aspek Ekonomi. a.l. mengingat
daerah pertanian yang merupakan laban nasional yang sangat
luas, apalagi jumlah penduduk perdesaan masih lebih banyak
daripada bukan-pertanian dewasa ini: menurut prakiraan th 1996
sekitar tahun 2020 jumlah penduduk perdesaan masih
merupakan lebih sedikit dari 50%: tetapi menurut perkiraan tsb.
jumlah nominal penduduk perdesaan tetap meningkat. sekalipun
tingkat urbanisasi tinggi.
Di negara yang sudah lebih maju pun sektor pertanian
masih sangat diperhatikan. Para perencana tata ruang di
Indonesia dapat a. I. ikut memikirkan masalah komoditi pertanian
(agro-bisnis) lewat misalnya perencanaan
Agropolitan!Agropolis. Dalam hal ini salah satu pengetahuan
yang perlu dirniliki ialah tentang sifat-sifat laban pertanian.
111.3.3. lndustri.
111.3.4. Biaya
berupa:
a. Perlu upaya yang makin intensif pula untuk mengurangi
dampak yang negatif.
b. Semakin besar kesulitan yang dihadapi dalam upaya
tersebut.
Pengolahan dan Pemanfaatan SDA masing-masing
berbentuk sebagai berikut:
a. Tanah atau lahan : dalam bentuk kegiatan pertanian serta
jenis-jenis kegiatan/ penggunaan lain dan sebagai dasar
bangunan.
b. Air : untuk irigasi, tenaga air, air minum, dsb.
c. Flora : sebagai bahan makanan, bahan baku industri,
sarana dan sekaligus sasaran pelestarian alam.
d. Fauna : sebagai bahan makanan, bahan baku industri.
sarana dan sekaligus sasaran pelestarian.
e. Mineral : sebagai bahan baku industri, bahan baku energi.
f. Angin : sebagai energi penggerak mesin atau kapal.
g. Sinar Matahari : sebagai energi untuk pemanasan (rumah
kaca, air rumah tangga), penggerak mesin otomotif, dan
lain-lain.
Dalam planologi SDA merupakan salah satu dasar
bahasan dalam rangka pengembangan aspek ekonomi skala
Nasional. Wilayah atau Daerah. Kota dan Desa. yaitu
bagairnana memanfaatkannya seefisien-efisiennya menurut
kaidah-kaidah ekonomi dan bagaunana tindakan pelestarian,
konservasi atau preservasinya.
Sumber Daya Manusia (SDM) secara khusus dapat
disebut pula sebagai SDA yang dipersiapkan dan dikembangkan
kemampuannya untuk lebih bermanfaat dalam berbagai jenis
kegiatan (Pengembangan SDM).
Permasalahan SDA. Sejak empat a lima puluhan tahun
pengolahan dan pemanfaatan SDA semakin intensif, dan timbul
masalah fundamental berupa semakin berkurangnya ketersediaan
SDA dibanding dengan kebutuhan yang semakin meningkat,
karena penduduk terus bertambah. Masalah tersebut bersifat ·
I 02 BAB ill ASPEK-ASPEK UTAMA DALAM PERENCANAAN
TATARUANG
111.4.3. Arsitektur
111.4.4. Geografi
111.4.5. Geodesi
111.4.6. Geologi
111.5.1. Umum
111.5.3. Teknologi
111.6. CA TATAN
IV.l. UMUM
LEGENDA
~PAKAIAN
~TB<STL
IIJ NON-METAL
~~~~~~ ......_....,.._...._.,..,....,. .MAKAN.a.N
I] B.a.RAtok).BARANG KAREl
~~~ • r.ESf.l
1A57
Gambar 4.2a
1959
Gambar4.2b
Gambar4.2c
BAB IV. TATA GUNA LAHAN 121
Gambar4.3.
Ta,ah rusak .
Perkompungan
Sowoh: 2:2 kol~ podi setohun . Pengljlaraman .
1 = 1 kal• padi sdahun.
Rewa tower . Hutan posang .
Hutan: " L:lebot.
l.Gosong 2. Tambak .
B: Belukor.
Tench baru dlbu.ka . Kehun C~mpuran .
122 BAB IV. TATA<JUNA LAHAN
IV.2.4. ·Perpetakan
INDEKS
Daerah (5)
A.
daerah (5)
administrasi (91,92)
daerah/wi1ayah inti (core
administrasi pembangunan
region) (25)
(92)
daerah dengan permasa1ahan
agropo1is/agropo1itan (2 9, 97)
khusus (special problem
ancangan bawah-atas region) (27)
(bottom-up approach) (88)
daerah murarnlsuram
ancangan atas-bawah (top (depressed region) (27)
down approach) (88)
daerah perencanaan
aneksasi (75) (planning region/district)
arsiran (60) (17,18)
diagram (60) I
llmu (tata ruang) (7)
E
ilmu ekologi (28)
ekonomi makro (95)
ilmu lingkungan (28)
ekonomi mikro (95)
imigrasi (76)
ekonomi pembangunan (94)
industri dasar (basic
ekstrapolasi (cara ekstr. industry) (97)
penduduk)(75)
industri pelayanan (service
F industry) (97)
Faktor dorong/desak (push interdisipliner (62-64)
factor) (36,72) iptek (112)
faktor tarik (pull factor)
(37. 72) J
fisik (2) Jabotabek (23)
G K
geodesi ( l 06) karaktiristik penduduk (60)
R SIG/GIS ( 106)
RAPBD (99) skala insani (human scale)
(9)
rencana anggaran (95)
rencana strategi (strategic SNPP (NUDS) (38,39)
plan) (44) SNPPTR (47, 62)
sosio-budaya (83)
INDEKS 127
u
128 BIBUOORAFI
BIBLIOGRAFI
KATAPENGANTAR
0.1. Keeble,Lewis, Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gazette United, 150 Wardour Street,
London WIV4BN, 1968.
0.2. Shelton,Marcel J.; ASCE F.; An Engineer Plans a New City in
Megalopolis, Journal of The Urban Planning and
Development Division, Proceeding of The American Society
of Civil Engineers, 1967.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Keeble,Lewis. Principles and Practice of Town and Country
Planning, The Estate Gazette United. 150 Wardour Street,
London WIV4BN. 1968.
1.2. Sujarto,Djoko. lr.,MSc .. Wisma - Karya - Marga - Suka dan
Penyempurna sebagai Dasar Pemikiran Penyusunan Pola Tata
Ruang Fisik Desa, Departemen Planologi, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, ITB.
1.3. Suselo,Hendropranoto, lr.,MPW., lnformasi dan Beberapa
Pemikiran Tata Ruang sebagai Masukan Penyusunan Strategi
Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR) di
Bidang Peketjaan Umurn, diskusi Tata Ruang pada Rapat
Ketja Departemen Peketjaan Umurn tanggal 11 Desember
1989, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Peketjaan
Urnurn.
2.26. United Nations, Economic and Social Commision for Asia and
The Pasific, State of Urbanization in Asia and The Pasific,
1993, United Nations.
2.47. Watts. Kenneth, Survey, Departemen Planologi ITB, 1960 (?)
BAB IV TATAGUNALAHAN
4.1. Keeble.. Lewis. Principles and Pratice of To"Ml and Countn
Planning. The Estate Gazette United. 150 Wardour Street.
London WIV4BN. 1068
4.2. Dunham, David M., Hilhorst G.M., eds. Issues in Regional
Planning, 1971, Mouton. The Hague-Paris.
4.3. Glickson, Artur, Regional Planning and Development, 1955,
Leiden A.W. Sijthoff' s Uitgeversmaatschappij N.Y.
4.4. Jayadinata, Johara T. Ora .. MSc .. Tata Guna Tanah Dalam
Perencanaan Pedesaaan. Perkotaan dan Wilayah, Departemen
Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITB.
Penerbit ITB Bandung. 1986.
4.5. McLoughlin. J. Brian, urban and Regional Planning. A
System Approach. Faber and Faber, London. 1970.
4.6. Sandy, I Made Dr.. Penggunaan Tanah (land use) di
Indonesia. Publikasi no5, Direktorat Tata Guna Tanah..
Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri, 1977.
4.7. Sujarto, Prof., Dr.. Ir., Msc., Kota Barn : Suatu Tantangan dan
Prosoek dalam Pembangunan Perkotaan di Indonesia. orasi
ilmiah Jurusan Teknik Planologi, Fisip-ITB, dalam rangka 35
tahun Pendidikan Planologi di Indonesia, 7 April 1995.
4.8. Watts, Kenneth, Survey, Departemen Planologi ITB, 1960.
4.9. Legget, Roberts F.& Zaruba, Quido, Prof., D.Sc., Cities and
Geology. McGrawHill Book Company, New York, 19 ..
BIBUOORAFI 135