Anda di halaman 1dari 1

MONEY LAUNDERING

Money Laundering atau pencucian uang dilakukan oleh pejabat pemerintah pemegang
kekuasaan untuk memutar kemabli duit yang tidak sah setelah menjadi hasil yang bukan
miliknya. Dalam Bahasa Indonesia, money laundering diterjemahkan dengan istilah
“pencucian uang”. Uang yang “dicuci” dalam istilah pencucian uang adalah uang yang
berasal dari bisnis gelap atau uang hasil dari korupsi sehingga uang yang bersumber dari
secara illegal itu tidak terlihat sebagai uang yang berasal dari hasil kejahatan, melainkan
seperti uang-uang lainnya. Money Laundering atau pencucian uang merupakan tindak pidana
yang melibatkan kegiatan keuangan dalam Batasan yang sangat sulit untuk menentukan
keterlibatan institusi selain perbankan yang selama ini dikenal sebagai sarana aktivitasnya
Kasus Dirut Garuda
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Direktur Utama Garuda
Indonesia, Emirsyah Satar, dan eks Dirut PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Soetikno Soedarjo
sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang (TPPU). Penetapan tersangka dilakukan
KPK setelah melacak suap dan penerimaan hadiah dari pihak-pihak terkait.

Penetapan tersangka juga dilakukan KPK berdasarkan pengembangan penyidikan terhadap


Direktur Teknik Pengelolaan Armada PT Garuda Indonesia, Hadinoto Soedigno (HDS).
Soetikno juga merupakan beneficial owner pada Connaught International Pte Ltd, sebuah
perusahaan yang berdomisili di Singapura. Dalam kasus ini, Emirsyah diduga telah menerima
komisi dari Soetikno senilai Rp 5,9 miliar, US$ 680 ribu dan US$ 1,02 juta. Suap tersebut,
menurut KPK, berwujud uang dan barang yang tersebar di Singapura dan Indonesia.

Sebagian dari uang itu, kata Syarif, digunakan melunasi pembelian apartemen milik
Emirsyah Satar di Singapura. Emirsyah Satar dan Soetikno Soedarjo diduga melanggar Pasal
3 atau Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Emirsyah Satar telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK sebelumnya, setelah diduga
menerima suap dalam bentuk transfer uang dan aset yang nilainya diduga lebih dari 4 juta
dollar AS, atau setara dengan Rp 52 miliar dari perusahaan asal Inggris Rolls-Royce.

Suap tersebut diduga terkait pengadaan mesin Rolls-Royce untuk pesawat Airbus milik
Garuda Indonesia pada periode 2005-2014. Uang dan aset yang diberikan kepada Emir
diduga diberikan Rolls-Royce agar perusahaan asal Inggris tersebut menjadi penyedia mesin
bagi maskapai penerbangan nomor satu di Indonesia.

Sedangkan, Soetikno sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka setelah diduga menjadi


perantara suap dari Rolls-Royce kepada Emir. Beberapa aset dan uang yang ditransfer kepada
Emir diduga dilakukan menggunakan perusahaan milik Soetikno di Singapura.

Anda mungkin juga menyukai