Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PELAYANAN PASIEN

DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT MATA SIANTAR


PENDAHULUAN

Rumah Sakit Mata merupakan Institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggaran


pelayanan Kesehatan Mata perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan Gawat
Darurat, pelayanan rawat inap,rawat jalan. pelayanan kesehatan Paripurna adalah pelayanan yang
meliputi promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif.

Mata adalah organ penglihatan yang sangat penting bagi kehidupan. otak lebih banyak
mendedikasikan akal untuk penglihatan daripada pendengaran,perasa, dan penciuman. Mata bekerja
dengan cara mendeteksi cahaya didalam pupil,difokuskan ke retina dibelakang mata,lalu retina
mengubahnya menjadi impuls listrik,dan dibawa ke otak melalui saraf optik

Sama halnya denan kesehatan tubuh lainnya, kesehatan mata juga perlu dijaga.sebab, kesehatan
mata yang diabaikan dapat menyebabkan gangguan pada mata.Mulai dari katarak,glaukoma,mata
merah,masalah refraksi, hingga kebutaan

Informasi penting yang diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit,pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien,rujukan kepelayanan lain baik didalam maupun keluar rumah sakit dan pemulangan
pasien yang tepat ke rumah. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat
skrining pada kontak pertama.
1. DEFENISI

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit integral dalam satu
r u m a h s a k i t dimana semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut
akan dapat menjadi  pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah
Sakit itusebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur
pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi - kondisi yang sif
atnya tidak gawat. IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat
memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan khusus mata, sesuai dengan standar.

Standar operasional prosedur dan alur pelayanan :


. IGD 24 jam
. pelayanan triase
. Ruang Observasi
. Standar tenaga kerja yang kompeten

Pasal 23 peraturan Menteri kesehatan No 159b/1955 Gawat darurat harus ada selama 24
jam.semua fasilitas yang tersedia di IGD semua dengan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan
akan pelayanan emegercy

II. INSTALASI GAWAT DARURAT


A. Jenis pelayanan Emergency yang paling sering dilakukan
. penanganan pasien trauma mata
. penanganan dengan benda asing di kornea mata
. penanganan pasien glaucoma akut /sekunder
. penagangan pasien selulitis orbita
. penanganan pasien penurunan penglihatan ( Ablasio retina,vitreus bleading)
. penanganan pasien kelainan kornea mata ( erosi,ulkus,abses )
. penanganan pasien trombosis sinus karvenosis
. penanganan pasien uveitis/ skleritis/ iritasi
B. Pelayanan 24 Jam Ambulans Gawat Darurat
. Untuk transportasi pasien dengan perawat ambulans sebagai pendamping
C. Fasilitas Gawat Daruarat Yang Tersedia Meliputi :
. Ruang tunggu
. Oksigen
. Monitor Tekanan Darah
. Peralatan Resuitasi

III. KRITERIA PASIEN YANG DITANGANI


Dalam pelayanan igd tidak dapat diperbolehkan untuk menolak pasien gawat darurat karena
keluarga pasien tidak sanggup membayar .IGD harus menerima semua pasien dan menangani
sesuai klarifikasi sebagai berikut
1. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamat nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut.
Misalnya luka bakar kimia

2. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
Misalnya ; benda asing dikornea

3. Pasien tidak gawat darurat


Pasien yang haru mendapatkan pertolongan segera tetapi tidak mengancan nyawa

4. Pasien gawat tidak darurat


Kegawat daruratan ( emergency ) di bidang oftalmologi ( penyakit mata) diklarifikasikan
menjadi 3macam yaitu ;
a .Sangat Gawat
b. Gawat dan
c. Semi Gawat.
Berikut ini Kami Uraikan secara ringkas dan padat
1 . Sangat Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan “ Sangat Gawat “ Keadaan atau kondisi
pasien memerlukan tindakan yang harus diberikan dalam waktu beberapa
menit.Terlambat sebentar saja dalam mengakibatkan kebutaan . Adapun keadaan
atau kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini : Luka Bakar kimia
2. Gawat
Yang dimaksud denga keadaan “ Gawat “ adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan
penegakan diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa
jam. Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini adalah
a. Laserasi kelopak mata
b. Konjungtivitis gonorhoe
c. Erosi kornea
d. Laserasi kornea
e. Benda asing kornea
f. Descemetokel
g. Tukak cornea,ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian cornea akibat kematian jaringan
cornea
h. Hifema atau timbunan darah di dalam bilik mata depan. Terjadi akibat trauma tumpul
merobek pembuluh darah iris dan badan siliar.
i. Skleritis ( peradangan pada sklera) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata. Sklera bersama dengan jaringan uvea dan retina berfungsi
sebagai pembungkus dan pelindung bola mata.
j. Iridosiklitis akut
k. Endofaltalmitis merupakan infeksi intrafakular yang umumnya meliabatkan seluruh jaringan
segmen interior dan posterior mata,ulkus kornea perforasi, riwayat operasi intraokuler
(misalnya : ekstraksi katarak, operasi filtrasi,vitrektomy. gelaja klinis endofalmitis adalah
penurunan tajam penglihatan,visus menurun, mata merah,bengkak,nyeri
l. Glaucoma Kongestive
m. Glucoma sekunder
n. Ablasio Retina (retinal detachmen)suatu keadaan terpisahnya (separasi) sel kerucut
dan batang dan lapisan sensorik retina dengan sel epitel pigmen (retinal pigmen) .
o. S e l u l i t i s o r b i t a
p. Trauma tembus mata
q. Trauma radiasi

3. SEMI GAWAT
Yang dimaksud dengan " SEMI GAWAT "Adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan pengobatan yang harus diberikan dalam waktu beberapa hari atau minggu. Adapun
keadaan atau kondisi pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah
a Defisiensi adalah ( kekurangan Vitamin A)
b. Trakoma yang disertai dengan enterpion adalah keadaan kelopak mata yang terbalik atau
membalik kedalam tepi jaringan,terutama tepi kelopak bawah.Namun pada trakoma enterpion
terdapat dalam kelopak atas
c. Olfalmia simpatika adalah peradangan granulomatosa yang khas pada jaringan uvea,bersifat
bilateral dan didahului oleh trauma tembus mata yang biasanya mengenai badan siliar bagian
uvea yang lainnya atau akibat adanya benda asing
d. katarak Kongenital adalah ; kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir dan merupakan salah satu
penyebab kebutaan pada anak yang cukup sering dijumpai. Gejalanya : leukokoria ( bercak putih)
fotopobia ( silau dapat disertai atau tanpa rasa sakit), Srabismus (Juling) Nigtagmus (pergerakan
bola mata yang involunter). invlolunter dimaksud adalah tanpa gejala diluar kemauan dapat teratur
dan bolak balik.
e. Glaucoma Kongenital
f. Glaucoma Simplek
g. Perdarahan bahan kaca
h. Retinoblastoma ( Tumor ganas retina)Yaitu tumor ganas mata yang berasal dari neuretina (sel
kerucut dan batang )
i. Neuritisoptika /papilitis
j. Eksofalmus ( bola mata menonjol keluar atau lagoftalmus (kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna
k. Tumor Intraorbita
l. Perdarahan retrobulbar
IV. ALUR PENGAMBILAN TRIASE DI RS MATA SIANTAR

IGD

TRIAGE

GAWAT TIDAK TIDAK GAWAT DEATH ON


DARURAT TIDAK DARURAT ARRIVAL

RESISUTASI
TINDAKAN MEDIS
DAN
STABILISASI

RAWAT RAWAT KAMAR OPERASI RUJUK


JALAN INAP

Apotik

Kasir

PULANG

KAMAR JENAZAH
Penatalasanaan Pasien di Instalasi Gawat Darurat
Setiap  IGD  rumah  sakit  harus  mempunyai  Standar  Prosedur Operasional (SPO)
mengenai penatalaksanaan pasien di IGD. penanganan penderita gawat darurat harusmengikuti
prinsip dasar yang sudah berlaku umum, yaitu berdasar pri oritas 3 A. (airway),
B (breathing ) , c ( circulation. Untuk langkah berikutnya yaitu D-E dan seterusnya Dapat
berlainan sesuai kasus yang dihadapi. Pada penderita gawat darurat, waktu sangat penting karena itu
diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai
Initial assessment  ( penilaian awal) lalu kita harus melakukan primary survey, secondary survey,
dan terapi cairan.

A. Initial Assesment Penilaian Awal


1. Persiapan
a. Fase Pra Rumah Sakit

 Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
 Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai
diangkut dari tempat kejadian.
 Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktukejadian,
sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.

b. Fase Rumah Sakit


 Perencanaan sebelum penderita tiba.
 Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan
di tempat yang mudah dijangkau
 Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan,  disiapkan dan diletakkan
  p a d a tempat yang mudah dijangkau.
 Pemberitahuan terhadap tenaga lab oratorium dan radiologi apabila sewaktu!
waktu dibutuhkan.
 Pemakaian alat!alat proteksi diri.

2. Triase
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier , yang berarti " menseleksi"yaitu
teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau  korban,
saat sumber daya terbatas. Perhatian dititik beratkan pada pasien atau korban dengan kondisi
medis yang paling urgent dan paling besar kemungkinannya untuk diselamatkan.
TUJUAN ; pada saat IGD penuh dan sumber daya terbatas maka dengan sumber daya yang
minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.

KEBIJAKAN :
1. M e m i l a h k o r b a n b e r d a s a r k a n :
 Beratnya cidera
 Besarnya kemungkinan untuk hidup
 Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan

2. Triase tidak disertai tindakan

3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan


harus dilakukan segera mungkin.

Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R. atau
Simple Triage and rapid Treatment 
metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori
1 . S e g e r a ( Immediate)Merah
pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan dapat hidup bila
ditolong segera. Misalnya: tension pneumotoraks,cardiacarrest distress pernapasan dan perdarahan
hebat

2 T u n d a   ( Delayed )Kuning
Pasien perlu tindakan detinitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.pasien dapat
menunggu giliran pengobatan tanpa bahaya.Misalnya: Fraktur tertutup 
p a d a ekstremitas (perdarahan terkontrol), trauma tulang belakang, trauma kepala tanpa
gangguan kesadaran.

3. Minor Hijau
Pasien mendapat cedera minimal dapat berjalan dan menolong diri sendiriatau
mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor, memar dan lecet.
4. Morgue Hitam
Pa s i e n   m e n g a l a m i   C e d e r a   m e m a t i k a n   d a n   a k a n   m e n i n g g a l   m e s k i   m r e n d a
p a t  pertolongan. Misalnya :cedera kepala
 
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi
a. Multiple causalties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnyaperlukaan tidak m
e l a m p u i   k e m a m p u a n   r u m a h   s a k i t .   D a l a m   k e a d a a n   i n i   p e n d e r i t a   d e n g a n masalah
yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani lebih dahulu.

b.Mass Casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampui rumah sakit. Dalam
keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita
d e n g a n   k e m u n g k i n a n  survival
y a n g   t e r b e s a r ,   s e r t a   m e m b u t u h k a n   w a k t u ,  perlengkapan dan tenaga paling sedikit

  B. Primary Survey ABCDE


Penilaian keadaan penderita dan pri oritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-
tanda vital dan mekanisme trauma.
Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan efisien.
Tujuan : untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian
dilakukan tindakan live saving.

1. Airway (jalan nafas)


Pemeriksaan Jalan Nafas
Look = L i h a t g e r a k a n n a " a s a t a u p e n g e m b a n g a n d a d a , adanya retraksi
s e l a i g a , w a r n a mukosa kulit dan kesadaran
  L Listen =Dengar aliran udara pernafasan
F =Feel /Rasakan adanya aliran udara pernafasan

Pengelolaan Jalan Nafas


a.pengertian  : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan
j a l a n   n a p a s   d e n g a n t e t a p memperhatikan kontrol servikal. 
b. Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal
sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.
c. pengelolahan  jalan nafas tanpa alat
d. Pembuka jalan nafas dengan proteksi servikal

chin lift 
 Dilakukan dengan maksud mengangkat
o t o t   p a n g k a l   l i d a h   k e   d e p a n . caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk
memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
  Head Tilt 
 Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien. caranya : letakkan satu
telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi
tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat kedepan
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat kedepan.

  Jaw thrust 
 C a r a n y a : s u d u t r a h a n g k i r i d a n k a n a n k e a r a h d e p a n s e h i n g g a  barisan gigi
bawah berada di depan barisan gigi atas.
untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas
dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan cara
ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah maring atau adanya
henti nafas (apnea) bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui
mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan
dilakukan maneuver Heimlich.
i.M embers ihkan jalan nafas
Sapuan jari (Finger sweep) Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing
pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti  gumpalan
d a r a h ,   m u n t a h a n ,   b e n d a   a s i n g lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
 Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)
kemudian buka mulut dengan   jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas.
 Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
d e n g a n   s a r u n g   t a n g a n / k a s s a / k a i n   u n t u k   m e m b e r s i h k a n   r o n g g a   m u l u t denga
n gerakan menyapu.
ii.Mengatas i sumbatan nafas pars ial
Dapat digunakan teknik manual thrust :
 Abdominal Thrust 
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban
dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan s i s i
jempol tangan kepalan pada perut k orban, sedikit di atas pusar dan di atas
pusar dan
d i bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tanganlainnya.Tekan kepalan
tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan
gerakan yang jelas.

 Chest Thrust 
  Bila penderita sadar, lakukan chest thrust5 kali (tekan tulang dada dengan jari t e l u n j u k
atau jari tengah kira-kira satu j a r i d i b a w a h g a r i s i m a j i n a s i a n t a r a kedua
putting susu pasien). Bila penderita tidak sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust ,
tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

 Back - Blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti,
lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung(vertebrae)
e. Pengelolaan dengan alat
Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil denga
n sempurna dan fasilitas tersedia. Peralatan dapat berupa :
A. P e m a s a n g a n P i p a ( tube)
 Dipasang jalan naFas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa oroparing
(mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.
 Penggunaan pipa oroparing dapat digunakan untuk mempertahankan  jalan nafas
tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat
menutup jalan na"as terutama bagi penderita tidak sadar.

 Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap ter
b u k a , menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.

B. Pengisapan benda cair (suctioning  )

 Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh
b e n d a   c a i r .   P e n g i s a p a n dilakukan dengan alat bantu pengisap (pengisap
manual atau dengan mesin).

 Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras
untuk mencegah   suction masuk ke dasar
tengkorak.

C. Pembersihkan benda asing padat dalam jalan nafas


 Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hip ofaring maka
tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat bantu berupa laring oskop, alat
pengisap, alat penjepit.
D. Pembuka jalan  nafas
 Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi
 cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal
tidak m u n g k i n   d i l a k u k a n ,   d i p i l i h   t i n d a k a n  
k r i k o t i r o t i   d e n g a n   j a r u m .   u n t u k    petugas medis yang terlatih, dapat
melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi.
E. Proteksi servikal
 Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan k ontrol servikal
terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.
 Dipasang dari tempat kejadiaan. Usahakan leher jangan banyak bergerak. posisi
kepala harus "in line"(segaris dengan sumbu vertikal tubuh
  2. Breathing (Pernafasan )
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan bantuan
u n t u k   menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas karbon dioksida. Tujuan : menjamin
pertukaran udara di paru!paru secara normal.
Tindakan:
 Tanpa alat ; memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung
sebanyak 2 x tiupan awal dan diselingi ekshalasi
 Dengan Alat ; memberikan pernafasan buatan dengan alat "Ambu Bag"
yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan
d e n g a n menggunakan ventilator/respirator.
3.Sirkulasi ( pernafasan )
Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang
tadinya terhenti atau terganggu. Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi
normal.Gangguan sirkulasi ditandai dengan
a. tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak berkurang yang akan menyebabkan penurunan
kesadaran, tetapi penderita yang sadar belum tentu normovolemik.
 b.warna kulit
warna kulit dapat membantu diagn osahipovelemi. pasien tampak pucat, ekstremitas
dingin, berkeringat dingin dan capillary refil time lebih 2 detik
c. nadi
nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda dari hipovelemi

4. Disability (Status neurologi )


Tindakan :
1.tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS10
Metode penilaian Derajat Skala coma Glasgow GCS10 (Glasgow com Scale Score)
A. Eye Score (kemampuan membuka mata/eye opening response)
 Nilai 4 : membuka mata spontan (normal)
 Nilai 3 : dengan kata!kata akan membuka mata bila diminta
 Nilai 2 : membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri
 Nilai 1 : tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri
B. Verbal Score (memberikan respon jawaban secara verbal/verbal respon
 Nilai 5 : memiliki orientasi baik karena dapat memberi jawaban dengan baik dan benar
pada pertanyaan!pertanyaan yang diajukan (nama, umur, dll)
 Nilai 4 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya seperti
bingung(confused conservation)
 Nilai 3 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya hanya berupa kata!kata
yang tidak jelas (bukan merupakan kata.
 Nilai 2 : memberikan jawaban berupa suara yang tidak jelas bukan merupakan kata
(incomprehensible sounds)
 Nilai 1 : tidak memberikan jawaban berupa suara apapun

C.   Motor Score (menilai respon motrik ekstremitas/motor responses.


 Nilai 6 : dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan
 Nilai 5 : dapat menggerakkan ekstremitas se#ara terbatas karena nyeri (localiced pain)
 Nilai 4 : respon gerakan menjauhi rangsang nyeri (withdrawakan)
 Nilai 3 : respons gerak abnormal berupa fleksi ekstremitas.
 Nilai 2 : respons gerak abnormal berupa gerak ekstensi
 Nilai 1 : tidak ada respons berupa gerak.
2 Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi
3.Evaluasi dan Re evaluasi airway oksigenasi, ventilasi dan circulation
4. Exfosure
Pasien harus benar-benar buka pakaian, biasanya dengan memotong pakaian. &itaharus menutupi
pasien dengan selimut hangat untuk mencegah hipetermia. cairan infus harus dihangatkan dan
lingkungan yang hangat dipertahankan

6. Tambahan terhadap primary survey


 monitoring EKG
 kateter urin dan lambung
 monitoring saturasi, nadi dan tekanan darah
 pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan lainnya.
D. Secondary Survey
Ke t i k a s u r v e i p r i m e r s e l e s a i d a n t a n d a - t a n d a v i t a l n o r m a l , s u r v e i s e k u n d e r
d a p a t dimulai. Survey sekunder adalah mencari perubahan yang dapat berkembang menjadi
gawatdan mengancam jiwa harus segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki
(head to toe ). Survei sekunder seperti pemeriksaan fisik,(X- ray) dan termasuk penilaian
ulang darisemua tandatanda vital. Setiap daerah tubuh harus benar -benar diperiksa.
 Secondary survey
meliputi anamnesis (riwayat alergi,obat yang diminum sebelumnya penyakit sebelumnya
dan lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan) dan pemeriksaan fisik lengkap.
 Tujuan :untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga
dapatditangani lebih lanjut.
 Tambahan terhadap secondary survey
V KESIMPULAN

IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan
pelayanandaruratkepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami
kecelakaan, sesuaidengan standar.Standar operasi onal prosedur dan alur pelayanan
:pelayanan triase, Ruang resusitasi, Ruang observasi, pelayanan rekam medik 24 jam, Standar
fasilitas medis, Standar tenaga kerja yang kompeten.

Dalam melakukan penatalaksanaan penderita gawat darurat, kita


m e n g g u n a k a n  prinsip "Time saving is live saving "yang berarti diperlukan penanganan
secara cepat dan tepat untuk  menyelamatkan jiwa pasien serta mencegah kecacatan

Penderita gawat darurat harus dievaluasi dengan cepat dan tepat agar dapat dilakukan prioritas
terapi baik primary survey m a u p u n  secondary survey
harus dilakukan secara terus- menerus sehingga bisa memantau perubahan k ondisi
pasien agar dapat memberikanterapi yang sesuai. ketika penderita datang ke IGD,
penderita akan memasuki area triase dimana d okter akan dengan cepat dan tepat
menilai kondisinya sehingga dapat menentukan tindakan yang harus diambil.

Anda mungkin juga menyukai