Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRE KLINIK

KEPERAWATAN KGD
“LAPORAN PENDAHULUAN IGD”

DISUSUN OLEH :

VEVIOLA FITRI

1714201171

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERINTIS PADANG

2019/2020
1. INSTALASI GAWAT DARURAT
A. Pengertian
Instalasi Gawat Darurat Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat
(emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas,
diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat
disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan
yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan
adalah yang tergabung dalam rumah sakit
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan
berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab
utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari
unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama
dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.

B. Kegiatan IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan kegawatdaruratan
memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997)
kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Kegiatan utama yang menjadi
tanggung jawab IGD adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan.
Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh
pelayanan pertolongan pertama (first aid ) dan bahkan pelayanan rawat jalan
(ambulatory care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan
pelayanan rawat inap intensif. Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab
UGD adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan
lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat
darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat. Kegiatan ketiga yang
menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan informasi medis darurat
dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat
yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions).
C. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota
antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah
(Subagyo, 1993) :
1. FCFS : First Come-First Served  (pertama masuk, pertama dilayani)
2. LCFS : Last Come-First Served  (terakhir masuk, pertama dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order  (pelayanan dengan urutan acak)  
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan. Dalam hal
kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan prioritas
yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
a. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/
ancaman nyawa.
b. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat
(kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa )
c. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita
darurat, tetapi tidak gawat
d. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk
bukan penderita gawat
e. Hitam : Meninggal dunia
 Prioritas dari warna
a. Biru
o Henti jantung yang kritis
o Henti nafas yang kritis
o Trauma kepala yang kritis
o Perdarahan yang kritis
b. Merah
o Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
o Luka tusuk
o Penurunan tekanan darah
o Perdarahan pembuluh nadi
o Problem kejiwaan
o Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka
o Diare dengan dehidrasi
o Patah tulang
c. Kuning
o Lecet luas
o Diare non dehidrasi
o c) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %
d. Hijau
o Gegar otak ringan
o Luka bakar derajat I
Gawat : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien
Darurat : Suatu keadaan yang segera memerlukan
pertolongan Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani
pemilahan terlebih dahulu anamnesis untuk membantu
menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita
yang kena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat
visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang
penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan
penanganan awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit
distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain karena
berbagai alasan atau dikeluarkan Kebanyakan IRD buka 24
jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan
lebih sedikit.
D. Tujuan IGD
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi
dalam maupun diluar rumah sakit
4. Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan problem medis akut
E. Kriteria IGD
1. IRD harus buka 24 jam
2. IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang
memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu /
mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.
3. IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care
dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik
4. IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam
penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
5. IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat sekitarnya.
F. Kemampuan minimal petugas IGD
Menurut Depkes 1990
a. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
b. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
c. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)
d. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan
penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG
G. Kemampuan tenaga perawat IGD
Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 19991
1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
2. Mampu mengatasi pasien: syok, gawat nafas, gagal  jantung, kejang, koma,
perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah panggul dan kasus
ortopedi.
3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern
H. Sarana dan prasarana
fisik ruangan yang diperlukan di IGD Ketentuan umum fisik bangunan :
1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan
pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak
antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar
I. Prinsip penanggulangan
a. penderita gawat darurat Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami
kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem / organ seperti :
 Susunan saraf pusat
 Pernafasan
 Kardiovaskuler
 Hati
 Ginjal
 Pancreas
b. Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :
 Trauma / cedera
 Infeksi
 Keracunan (polsoning)
 Degenerasi (kailure)
 Asfiksi
 Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of
water and ectrolie)
Kegagalan sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan kehilangan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6
menit). Sedangkan kegagaln sistem / organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lebih lama. Dengan demikian keberhasilan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah
kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecacatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
 Ditempat kejadian
 Dalam perjalanan kerumah sakit
 Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah
Sakit
J. TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien yang
tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat. Triage merupakan
suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit dan
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan proses
yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Dalam Triage tidak ada standard
nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan
tindakan.
- Prioritas Nol (Hitam) :
 Mati atau jelas cedera fatal.
 Tidak mungkin diresusitasi.
- Prioritas Pertama (Merah)
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
 gagal nafas
 cedera torako-abdominal
 cedera kepala / maksilo-fasial berat
 shok atau perdarahan berat
 luka bakar berat.
- Prioritas Kedua (Kuning)
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat :
 cedera abdomen tanpa shok
 cedera dada tanpa gangguan respirasi
 fraktura mayor tanpa shok
 cedera kepala / tulang belakang leher
 luka bakar ringan
- Prioritas Ketiga (Hijau)
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
 cedera jaringan lunak
 fraktura dan dislokasi ekstremitas
 cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
 gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang
sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation). Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera
atau apakah tidak memerlukan transport segera. Penuntun Lapangan START
dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi,
perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan kelompok korban :
- perlu transport segera / tidak
- tidak mungkin diselamatkan
- mati
a. Sistem triase
1. Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara
individu.
2. Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif
untuk sebanyak mungkin pasien
b. Objektif primer di ird
1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak
perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
6. 6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.
c. Aturan primer petugas
1. Skrining pasien secara cepat.
2. Penilaian terfokus.
d. Sasaran primer dan sekunder triase
1. Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya
e. Prinsip umum triase
1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat
mewawancara pasien.
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area
tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan
penyuluhan.
5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan
triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar
pelayanan memadai.
f. Pahami juga :
1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.
2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial
terancam hidup atau anggota badannya harus didahulukan dalam
penilaian hingga dapat segera ditindak.
Prinsip dari triage :
a. Triase harus cepat dan tepat  Kemampuan untuk merespon secara
cepat, terhadap keadaan yang mengancam nyawa merupakan suatu
yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat  Akurasi keyakinan dan
ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses
pengkajian
c. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan Keamanan dan
keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada
informasi yang adekuat dan data yang akurat
d. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji
dan memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan
yang sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur
diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk
perawatan
e. Kepuasan pasien tercapai – Perawat triase harus melaksanakan
prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien – Perawat triase
menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan
membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis
– Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga
pasien, atau Teman.
g. Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat di ruang gawat darurat antara lain :
1. Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus
menerapkan
2. Prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan
memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
3. Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
4. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan
untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
5. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama
perawat dan klien
6. System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
7. Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat
dan tepat
8. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan
perlu dijaga.
h. Tipe Triage
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
1. Daily triage Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai
dasar pada system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap
rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk
mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat
keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan
perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada
pasien dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis
buruk.
2. Mass Casualty incident  Merupakan triage yang terdapat ketika sestem
kegawatdaruratan di suatu tempat bencana menangani banyak pasien
tapi belum mencapai tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang
lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus
minimal bisa di tunda terlebih dahulu.
3. Disaster Triage Ada ketika system emergensi local tidak dapat
memberikan perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban
bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari
memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi
memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya
pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada
disaster triage dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka
ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan yang
mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya
ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level
luka.
4. Military Triage Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada
tujuan misi disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage
ini tetap mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal
untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada
kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
5. Special Condition triage Digunakan ketika terdapat faktor lain pada
populasi atau korban. Contohnya kejadian yang berhubungan dengan
senjara pemusnah masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan
kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan
oleh tenaga medis. Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien. Ada
beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan
Prioritas perawatannya, antara lain :
a. Gawat Darurat (P1) Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest,
penurunan kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat
b. Gawat Tidak Darurat (P2) Keadaan mengangancam nyawa tetepi
tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi
maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
c. Darurat Tidak Gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada
gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif.
Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur
minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat  Keaadaan yang tidak mengancam
nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzanlampoeng.http://www.scribd.com/doc/50079020/sarana-dan-prasarana-fisik-unh-gawat-
darurat

STIKBINAHUSADA.2008.http://blogspot.com/2008/12/konsep-dasar-keperawatan-gawat-
darurat.html

Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,Jakarta : EGC Oman, 2008.

Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC

Aninomous,1999. Triage officers course. Singapore: departement of emergency medicine


singapore general hospital Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online),
(http://en.wikipedia. org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).

Anda mungkin juga menyukai