LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Akhir
Tahun 2020 i
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir
Tahun 2020 ii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
RINGKASAN EKSEKUTIF
A. PENDAHULUAN
Jasa ekosistem adalah gambaran indikatif atas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Profil jasa ekosistem akan memberikan informasi
penting bagi pemerintah untuk merencanakan pembangunan. Di Indonesia,
konsepsi daya dukung dan daya tampung indikatif berbasis jasa ekosistem telah
di atur mulai dari regulasi tertinggi sepeti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009.
Perencanaan pembangunan di Kota Palu tentu saja membutuhkan landasan
ekologi, yakni daya dukung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem. Atas dasar
itu, kegiatan penyusunan kajian dan pemetaan daya dukung jasa ekosistem Kota
Palu pada tahun 2020 menjadi urgen untuk dilaksanakan.
Kegiatan ini bertujuan mengkaji dan memetakan daya dukung indikatif
lingkungan hidup di Kota Palu berbasis status jasa ekosistem dengan menyediakan
data dan peta status jasa ekosistem di Kota Palu. Profil jasa ekosistem akan
memberikan informasi penting bagi pemerintah untuk merencanakan
pembangunan dengan mempertimbangkan status daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem.
B. METODE PELAKSANAAN
Metode perhitungan serta analisis jasa ekosistem Kota Palu, dilaksanakan
dengan merujuk kepada dokumen teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia melalui Direktorat Pencegahan Dampak
Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor, Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan. Dalam kajian jasa ekosistem di Kota Palu
dilakukan melalui 3 tahapan yaitu :
1. Klasifikasi karakteristik bentang lahan, tipe vegetasi serta karakteristik
penutup lahan .
2. Perhitungan indeks jasa ekosistem untuk menentukan daya dukung indikatif
berdasarkan bobot dan skor masing-masing dari komponen karakteristik
bentang lahan, tipe vegetasi serta karakteristik penutup lahan
3. Pembuatan peta daya dukung indikatif berbasis jasa ekosistem
C. PROFIL DAERAH
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Mantikulore yaitu 206,80 km²
(52,35%) dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Palu Timur yaitu seluas 7,71
km² (1,95%). Total jumlah Kelurahan di Kota Palu sebanyak 46 Kelurahan.
Sebagian besar Kelurahan berada pada daratan lembah Palu yaitu sebanyak 29
(dua puluh sembilan) Kelurahan, 17 (tujuh belas) Kelurahan lainnya berada di
sepanjang Pantai Teluk Palu. Kota Palu memiliki landscape yang unit dan khas
dimana Dibelah oleh aliran sungai yang mengalir dari arah selatan, sedangkan sisi
Laporan Akhir
Tahun 2020 iii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
barat dan timur terdapat pegunungan indah yang ceruk lonjongnya ke arah utara
membentuk garis pesisir teluk yang menawan. Dimensi gunung, sungai, laut dan
pesisir teluk itu memberi ciri khas tersendiri bagi Kota Palu.
1. Klimatologi
Berdasarkan data stasiun meteorologi mutiara Kota Palu tahun 2018 rata-rata
curah hujan kota palu 48,58 mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
juli yaitu 94 mm, jumlah hari hujan 11 hari dengan lama penyinaran 76 %, curah
hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 9 mm, jumlah hari hujan 19
hari dengan lama penyinaran 47 %.
Jumlah Hujan (Hari) Curah Hujan (mm) Penyinaran Matahari (%)
359
214
94
92
88
86
81
76
75
71
68
65
59
58
54
43
41
36
30
25
24
20
20
18
18
17
16
16
15
14
11
10
10
8
6
5
T
EI
R
IL
I
RI
R
RI
LI
R
N
RE
BE
BE
BE
PR
JU
M
BE
A
A
JU
ST
U
U
EM
O
EM
A
EM
BR
N
U
M
KT
JA
V
PT
FE
ES
O
A
O
SE
D
Gambar 1. Gambaran Jumlah Hujan, Curah Hujan Dan Peyinaran
Matahari di Kota Palu, Tahun 2020
Sumber: BPS Kota Palu, 2020
Kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara pada
kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan
pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar
sekunder. Kelembaban di Kota Palu di Kota Palu pada tahun 2019 berkisar antara
70,7 – 85,9 %, dan secara lengkap tersaji dalam grafik berikut ini.
100,00% 85,90%
76,20%71,50%74,20%77,80%78,60% 79,60%
73,70%71,60%73,00%70,70%74,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
I
R
RI
R
RI
LI
R
T
EI
R
IL
U
RE
BE
BE
BE
BE
JU
PR
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
O
EM
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
V
FE
O
A
D
SE
Laporan Akhir
Tahun 2020 iv
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
29 28,7 28,7
28,4 28,5
28,2 28,3 28,3
28,5
27,8 27,8
28
27,4
27,5 27,1
27
26,5
26
IL
R
RI
R
RI
LI
R
T
EI
R
N
U
RE
BE
BE
BE
BE
PR
JU
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
O
EM
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
V
FE
O
A
D
SE
N
Gambar 3. Suhu Udara Kota Palu Tahun 2019
Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2020
R
RI
R
RI
LI
R
T
R
N
U
RE
BE
BE
BE
BE
PR
JU
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
O
EM
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
V
FE
O
A
D
SE
Laporan Akhir
Tahun 2020 v
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
2. Kondisi Ekoreginal
3. Tutupan lahan
Tutupan lahan Kota Palu di dominasi oleh Belukar seluas 12.309,52 Ha atau
34,51 %, hutan lahan tinggi seluas 8.923,63 Ha atau 25,02% dan yang terendah
adalah hutan mangrove seluas 0,05 Ha atau 0,0001 %. Secara rinci tutupan lahan
Kota Palu disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tutupan Lahan Kota Palu
Luas
No. Tutupan Lahan
Ha %
1 Bangunan Bukan Permukiman 842,42 2,36%
2 Bangunan Permukiman/Campuran 2.001,03 5,61%
3 Danau/Telaga 3,13 0,01%
4 Herba dan Rumput 71,38 0,20%
5 Hutan Lahan Rendah 771,06 2,16%
6 Hutan Lahan Tinggi 8.923,63 25,02%
7 Hutan Mangrove 0,05 0,00%
8 Kebun dan Tanaman Campuran (Tahunan dan semusim)
3.428,53 9,61%
9 Lahan Terbuka (hamparan pasir, lava) 4.876,07 13,67%
10 Perkebunan 936,33 2,62%
11 Pertambangan 220,34 0,62%
12 Rawa Pesisir 3,53 0,01%
13 Savana/Padang rumput 20,07 0,06%
14 Semak dan belukar 12.309,52 34,51%
15 Sungai 249,48 0,70%
16 Tambak/Empang 18,20 0,05%
17 Tanaman Semusim Lahan Basah (Sawah) 191,82 0,54%
18 Tanaman Semusim Lahan Kering (Tegalan/Ladang) 793,00 2,22%
19 Waduk dan Danau Buatan 13,05 0,04%
Jumlah 35.672,66 100,00%
Laporan Akhir
Tahun 2020 vi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
4. Potensi Kebencanaan
5. Kepadatan Penduduk
Laporan Akhir
Tahun 2020 vii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Jasa ekosistem fungsi budaya adalah jasa yang dihasilkan oleh lingkungan
hidup yang dapat mendukung manusia dalam menopang kehidupan sosial dan
budaya. Jasa ekosistem fungsi budaya berupa jasa non material melalui
pengayaan budaya, perkembangan kognitif, refleksi, rekreasi dan estetika.
Lingkungan hidup memiliki daya dukung bagi manusia dalam memanfaatkan jasa
ekosistem bagi tujuan sosial budaya tersebut, dan pada saat yang bersamaan juga
menyerap limbah dari kegiatan sosial dan budaya tersebut. Daya dukung berbasis
jasa ekosistem fungsi budaya di Kota Palu disajikan pada gambar berikut.
Laporan Akhir
Tahun 2020 viii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 ix
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 x
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
berdasarkan faktor pembatas jasa ekosistem dan strategi pendekatan yang dapat
dilakukan.
Laporan Akhir
Tahun 2020 xii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Proyeksi dan strategi akan ideal ketika jasa ekosistem dikaitkan dengan
dokumen pengguna penggunanya, misalnya KLHS, RTR, RPJMD, dan dokumen
yang memiliki kebijakan, rencana, program (KRP) ainnya. Strategi akan dikaji
berbasis pada Kebijakan, Rencana, dan Program yang akan dilaksanakan pada
lokasi dengan jasa ekosistem dengan status tertentu. Proyeksi dan strategi akan
didesain dengan pendekatan system dynamics. Pada konteks ini, kita hanya
memiliki data profil (baseline data) jasa ekosistem. Olehnya, pendekatan strategi
dilakukan lebih makro dan terkait langsung dengan prosessor (abiotik dan biotik)
jasa ekosistem, serta aspek lain yang mempengaruhi dinamikanya.
Laporan Akhir
Tahun 2020 xiii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
iii. Adopsi praktik manajemen yang baik dan memperkuat kebijakan untuk
mengatasi dampak proyek pembangunan, termasuk polusi, dan
pembuangan bahan berbahaya dan beracun;
iv. Meningkatkan kebijakan dan pengembangan kapasitas dan praktik
terbaik untuk melestarikan, mengembangkan, dan mengelola
kelautan, lahan basah, keanekaragaman hayati, dan sumber daya lahan
dan air;
v. Mempromosikan pengembangan kapasitas dalam upaya berkelanjutan
untuk memiliki pengelolaan ekosistem dan sumber daya alam yang
berkelanjutan;
vi. Mempromosikan kerja sama dalam pengelolaan lingkungan menuju
pemanfaatan ekosistem dan sumber daya alam yang berkelanjutan
melalui pendidikan lingkungan, keterlibatan masyarakat dan
penjangkauan publik (outreach);
vii. Mempromosikan dan meningkatkan Dinas Lingkungan Hidup dan
Pemerintah terkait untuk meningkatkan dan menjaga keanekaragaman
Hayati sebagai pusat keunggulan dalam konservasi dengan
pemanfaatan secara berkelanjutan.
viii. Pemenuhan kebutuhan pangan, Kota Palu memiliki kapasitas produksi
pangan yang rendah dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
pangan penduduk di wilayahnya secara mandiri. Strategi pengelolaan
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan:
a) Menjaga kelestarian lahan pertanian berkelanjutan Kota Palu
yang termuat dalam RTRW Provinsi Sulawesi Tengah
b) Mendukung pertanian perkotaan dan pinggiran kota melalui
kerangka hukum dan peraturan yang menguntungkan bagi petani
c) Menjamin ketersediaan dan distribusi air yang memadai untuk
wilayah-wilayah pertanian.
ix. Keamanan air adalah kapasitas populasi untuk melindungi akses
berkelanjutan air dengan kualitas memadai yang dapat diterima untuk
mempertahankan mata pencaharian, kesejahteraan manusia, dan
pembangunan sosial-ekonomi. Strategi pengelolaan:
1) Pembangunan kota yang berkelanjutan untuk kualitas hidup,
perlindungan lingkungan dan keberlanjutan layanan air perkotaan.
Langkah- langkah yang dapat diterapkan sebagai berikut.
a) Memperbaiki infrastruktur penyediaan dan distribusi air pasca
bencana 28 September 2018.
b) Peningkatan daya dukung daerah tangkapan air
c) Perencanaan ruang hijau yang terkait dengan pengelolaan air
perkotaan
2) Pelestarian sumber pasokan air untuk konservasi dan kualitas air,
pengurangan risiko bahaya kesehatan, pengurangan kerawanan air,
dan alokasi sumber daya air yang lebih baik di kalangan pengguna.
Langkah- langkah yang dapat diterapkan sebagai berikut.
a) Mengatur penggunaan lahan di wilayah sumber air;
Laporan Akhir
Tahun 2020 xiv
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xv
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xvi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xvii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI xviii
DAFTAR TABEL xxi
DAFTAR GAMBAR xxiv
DAFTAR LAMPIRAN xxix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Dasar Hukum........................................................................................... 3
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ................................................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup ........................................................................................ 6
Laporan Akhir
Tahun 2020 xviii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xix
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xx
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DAFTAR TABEL
Halaman
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.1. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Pangan Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha). .... 64
Tabel 4.2. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Air Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha). ........... 69
Tabel 4.3. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Serat Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha). ........ 74
Tabel 4.4. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Bahan Energi Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ........................................................................... 78
Tabel 4.5. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Sumber Daya Genetik Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ........................................................................... 83
Tabel 4.6. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Tempat Tinggal Dan Ruang Hidup Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (ha).......................................................... 88
Tabel 4.7. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Rekreasi Dan Ekowisata Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ........................................................................... 93
Tabel 4.8. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Estetika (Alami) Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ........................................................................... 97
Tabel 4.9. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Pembentukan Lapisan dan Pemeliharaan Tanah
Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha). .................................. 102
Tabel 4.10. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Siklus Hara Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ......................................................................... 107
Tabel 4.11. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Siklus Hara Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ......................................................................... 110
Tabel 4.12. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (ha). ......................................................................... 118
Tabel 4.13. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Iklim Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (Ha). ..... 123
Tabel 4.14. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Tata Air Dan Banjir Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (Ha). ........................................................................ 129
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.15. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengatur Perlindungan Pencegahan Bencana Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha). ...................................................... 134
Tabel 4.16. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (Ha). ........................................................................ 141
Tabel 4.17. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai Limbah Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha). ...................................................... 146
Tabel 4.18. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha). ...................................................... 152
Tabel 4.19. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Penyerbukan Alami Berdasarkan Kecamatan
di Kota Palu (Ha). ........................................................................ 156
Tabel 4.20. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengendalian Hama Dan Penyakit Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha). ...................................................... 161
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxiii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Peta administrasi Kota Palu ....................................................... 16
Gambar 3.2. Gambaran Jumlah Hujan, Curah Hujan Dan Peyinaran
Matahari di Kota Palu, Tahun 2020 ........................................... 19
Gambar 3.3. Kelembaban Udara Kota Palu Tahun 2019 ................................ 19
Gambar 3.7. Suhu Udara Kota Palu Tahun 2019 ............................................ 20
Gambar 3.8. Tekanan Udara Kota Palu Tahun 2019 ...................................... 21
Gambar 3.9. Peta Kemiringan Lereng Kota Palu ............................................. 23
Gambar 3.10. Peta Ekoregion Kota Palu ........................................................... 32
Gambar 3.11. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Banjir
Bandang ..................................................................................... 39
Gambar 3.12. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Banjir...... 39
Gambar 3.13. Peta Rawan Bencana Banjir ....................................................... 40
Gambar 3.14. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Banjir
Bandang ..................................................................................... 41
Gambar 3.15. Peta Rawan Bencana Longsor .................................................... 42
Gambar 3.16. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana
Likuifaksi ................................................................................... 43
Gambar 3.17. Peta Rawan Bencana Likuifaksi ................................................. 44
Gambar 3.18. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana
Gempa Bumi .............................................................................. 45
Gambar 3.19. Peta Rawan Bencana Gempa Bumi di Kota Palu ........................ 46
Gambar 3.20. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Tsunami . 47
Gambar 3.21. Peta Rawan Bencana Tsunami ................................................... 48
Gambar 3.22. Persentase Sebaran Penduduk Kota Palu ................................... 52
Gambar 3.23. Indeks Pembangunan Kota Palu 5 Tahun Terakhir .................... 54
Gambar 3.24. Persentase Pemeluk Agama di Kota palu ................................... 56
Gambar 3.25. Angka Harapan Hidup Kota Palu dan Sulteng ........................... 57
Gambar 4.1. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Pangan di Kota Palu .................................... 63
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxiv
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxv
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxvi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxvii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxviii
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Nilai Koefisien Tipe Vegetasi dalam Analisis Jasa Ekosistem ...... 180
Lampiran 2. Nilai Koefisien Tutupan Lahan dalam Analisis Jasa Ekosistem ... 182
Lampiran 3. Nilai Koefisien Tutupan Lahan dalam Analisis Jasa Ekosistem .. 186
Lampiran 4. Indeks Jasa Ekosistem Kota Palu ................................................ 195
Lampiran 5. Penyelenggaraan Seminar Pendahuluan .................................... 197
Lampiran 6. Bahan Presentasi Seminar Pendahuluan ................................... 199
Lampiran 7. Kegiatan Survei Tim Pelaksana .................................................. 212
Lampiran 8. Undangan Penyelenggaraan Seminar Hasil ................................ 216
Lampiran 9. Bahan Presentasi Seminar Hasil ................................................. 223
Laporan Akhir
Tahun 2020 xxix
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
1
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
memulihkan ekosistem kota dan sekitarnya telah didorong oleh komitmen para
pihak pada Konvensi Keanekaragaman Hayati untuk memulihkan setidaknya 15%
ekosistem terdegradasi pada tahun 2020 (CBD, 2011). Infrastruktur hijau
perkotaan memberikan kontribusi nyata bahwa kota dapat membuat agenda PBB
tentang Ekonomi Hijau untuk abad ke-21 (UNEP, 2011) dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (sustainable develeopment goals, SDGs). Beberapa
hasil riset telah menyoroti pentingnya jasa ekosistem perkotaan (Dobbs et al.,
2014; Gómez-Baggethun et al., 2013; Haase et al., 2014; Kroeger et al., 2014),
dinamika ekosistem dalam lanskap perkotaan masih kurang dipahami, terutama
dalam hal merancang, menciptakan, dan memulihkan proses, fungsi, dan layanan
ekologis di wilayah perkotaan (Pataki et al., 2011).
Salah satu peluang paling menjanjikan untuk adaptasi perubahan iklim di
daerah perkotaan adalah perencanaan ruang terbangun yang melindungi dan
meningkatkan manfaat yang diberikan oleh ekosistem perkotaan. Ekosistem
perkotaan menyediakan berbagai layanan termasuk jasa penyediaan, seperti
makanan dari pertanian dan dukungan eksistensi ekosistem alami seperti hutan.
Wilayah hijau perkotaan juga menyediakan jasa pengaturan dalam hal
pengaturan iklim, termasuk pengurangan efek rumah kaca, pemurnian air, dan
pengendalian erosi. Lebih jauh, ekosistem perkotaan menghasilkan jasa budaya,
seperti perasaan memiliki fasilitas bersama, rekreasi, penghargaan, dan
spiritualitas. Habitat makhluk hidup yang memadai dan terdapatnya
keanekaragaman genetik adalah prasyarat untuk menghasilkan semua jasa
ekosistem (MA 2005; TEEB 2010). Dengan menganalisis jasa ekosistem perkotaan
dapat diketahui karakteristik atau profil daya dukung indikatif lingkungan hidup
sebagai landasan perencanaan kota selanjutnya (Larondelle dan Haase 2013).
Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia banyak mengalami
kehilangan keanekaragaman hayati sehubungan dengan perubahan fungsi
ekosistem. Konversi hutan, perubahan penggunaan lahan, intensifikasi
penggunaan lahan, dan bencana alam telah menyebabkan potensi degradasi pada
Laporan Akhir
2
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
sumber daya alam yang dapat mendegradasi jasa ekosistem (Sangadji et al.,
2019).
Jasa ekosistem mengacu pada fungsi alam yang dapat diperoleh untuk
kesejahteraan manusia. Jasa ekosistem menjadi perhatian besar karena alam tidak
akan memberikan fungsi layanan selamanya secara terus menerus. Dilain pihak,
manusia mendapatkan kebutuhan sehari-hari dari ekosistem yang akan terus
meningkat seiring peningkatan jumlah populasi. Profil jasa ekosistem dapat
menjadi alat penting untuk pengambilan keputusan pemerintah (Bagstad et al.,
2013; Daily et al., 2009). Profil jasa ekosistem akan mengintegrasikan trade off
jasa ekosistem untuk mengelola penggunaan lahan (Goldstein et al., 2012),
meramalkan dan merencanakan kondisi ekologis di masa depan (Clark et al.,
2001).
Jasa ekosistem adalah gambaran indikatif atas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Profil jasa ekosistem akan memberikan informasi
penting bagi pemerintah untuk merencanakan pembangunan. Di Indonesia,
konsepsi daya dukung dan daya tampung indikatif berbasis jasa ekosistem telah
di atur mulai dari regulasi tertinggi sepeti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009.
Perencanaan pembangunan di Kota Palu tentu saja membutuhkan landasan
ekologi, yakni daya dukung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem. Atas dasar
itu, kegiatan penyusunan kajian dan pemetaan daya dukung jasa ekosistem Kota
Palu pada tahun 2020 menjadi urgen untuk dilaksanakan.
Laporan Akhir
3
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
4
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Laporan Akhir
5
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
6
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
BAB 2
METODE PELAKSANAAN
1. Peta Bentang lahan (Ekoregion) Kota Palu skala informasi 1:50.000, sumber
dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu tahun 2018.
2. Peta Tipe Vegetasi Alami Kota Palu skala informasi 1:250.000, sumber dari
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor,
Laporan Akhir
7
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
3. Peta Penutupan Lahan Kota Palu skala informasi 1:50.000 Tahun 2018
sumber dari pembaharuan data tutupan lahan peta tematik penutupan lahan
RTRW Kota Palu.
4. Peta Batas Administrasi Kota Palu skala Informasi 1:50.000 sumber dari
RTRW Kota Palu.
5. Skoring jenis klasifikasi bentang lahan, tipe vegetasi dan penutupan lahan di
setiap Jasa Ekosistem yang bersumber dari Pusat Pengendalian
Pembangunan Ekoregion di Indonesia dan Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tahun 2017.
6. Bobot bentang lahan, tipe vegetasi dan penutupan lahan di setiap Jasa
Ekosistem, sumber: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2017;
Laporan Akhir
8
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Palu dari pembaharuan data tutupan lahan peta tematik penutupan lahan RTRW
Kota Palu.
Setiap klas dari hasil karakterisasi dari ketiga jenis sumber data spasial
tersebut, diberikan nilai skor dengan mengacu pada beberapa referensi mengenai
nilai koefisien pakar untuk jasa ekosistem, khususnya pada ekoregion Sulawesi.
Menurut Muta’ali (2019) penggunaan koefisien pakar yang dihasilkan oleh Pusat
Pengendalian Pembangunan Ekoregion di Indonesia pada tahun 2016-2017 dapat
menjaga konsistensi dan kesinambungan pembuatan peta dengan baik,
berdasarkan prinsip kedetailan.
Laporan Akhir
9
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Fungsi Jasa
No Jenis Jasa Ekosistem Keterangan
Ekositem
3 JASA BUDAYA 1. Tempat tinggal & ruang Manfaat non material yang
(CULTURAL)* hidup (sense of place) diperoleh dari ekosistem;
2. Rekreasi & ecotourism Budaya estetika: apresiasi
3. Estetika (Alam) pemandangan alam,
Budaya rekreasi: peluang
untuk kegiatan pariwisata
dan rekreasi, Budaya
warisan budaya dan
Identitas: rasa tempat dan
milik.
Laporan Akhir
10
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 2.2. Bobot Bentang Lahan, Vegetasi Asli Dan Penutupan Lahan Pada
Beberapa Jenis Jasa Ekosistem
Bentang Vegetasi Penutup
No Fungsi dan Jenis Jasa Ekosistem
Lahan asli Lahan
Fungsi Penyediaan
1 Pangan 0.28 0.12 0.60
2 Air 0.28 0.12 0.60
3 Serat dan material lain 0.15 0.35 0.50
4 Bahan bakar 0.15 0.35 0.50
5 Sumber daya genetic 0.10 0.40 0.50
Fungsi Pengaturan
1 Pengaturan iklim 0.08 0.32 0.60
Laporan Akhir
11
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
12
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Peta daya dukung indikatif lingkungan hidup didapatkan dari hasil analisis
spasial menggunakan teknik geoprocessing pada perangkat lunak sistem informasi
geografi (Quantum GIS), yaitu dengan cara melakukan overlay (tumpang susun)
terhadap tiga parameter daya dukung indikatif lingkungan hidup berbasis jasa
ekosistem, yaitu dari data vektor berupa peta ekoregion, peta vegetasi asli dan
peta penutupan lahan yang telah dilakukan pemberian skor dan bobot seperti
yang dijelaskan pada tahap sebelumnya.
Laporan Akhir
13
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
14
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
BAB 3
PROFIL DAERAH
Kota Palu berada di sekitar garis Khatulistiwa, secara geografis terletak pada
titik koordinat 0° 36”- 0° 56” Lintang Selatan dan 119° 45” - 121° 1” Bujur Timur
yang meliputi delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Palu Barat, Tatanga, Ulujadi,
Palu Selatan, Palu Timur, Mantikulore, Palu Utara, dan Tawaeli, terdapat 46
(empat puluh enam) Kelurahan di mana sebagian besar berada pada daerah
dataran lembah palu yaitu 29 (dua puluh sembilan) Kelurahan, 17 (tuju belas)
Laporan Akhir
15
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Kelurahan lainnya berada di sepanjang Pantai Teluk Kota Palu. Data luas Kota
Palu berdasarkan BPS Tahun 2019 disajikan pada Tabel 3.1 dan Gambar Peta
Administrasi Kota Palu disajikan pada Gambar 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Nama Kecamatan, Luas, Persentase Di Kota
Jumlah Letak
Luas Persentase Kelurahan
No Kecamatan
(Km2) (%)
Pantai Bukan Pantai
1 Palu Barat 8,28 2,10 1 5
2 Tatanga 14,95 3,78 6
3 Ulujadi 40,25 10,19 4 2
4 Palu Selatan 27,38 6,93 5
5 Palu Timur 7,71 1,95 1 4
6 Mantikulore 206,8 52,35 3 5
7 Palu Utara 29,94 7,58 4 1
8 Tawaeli 59,75 15,12 4 1
Jumlah 395,06 100 17 29
Sumber : BPS Kota Palu 2019
Laporan Akhir
16
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
17
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Kecamatan Tatanga dan Palu Selatan seluruhnya berada di wilayah lembah yang
tidak memiliki pantai.
3.1.2. Klimatologi
Berdasarkan data stasiun meteorologi mutiara Kota Palu tahun 2018 rata-
rata curah hujan kota palu 48,58 mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan juli yaitu 94 mm, jumlah hari hujan 11 hari dengan lama penyinaran 76 %,
curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 9 mm, jumlah hari hujan
19 hari dengan lama penyinaran 47 %. Data Suhu udara rata-rata Kota Palu
berada antara 28,0 °C – 30,8 °C di mana suhu minimum berada pada bulan
November 22,6 °C, dan suhu maksimum berada pada bulan Oktober dan
Desember yaitu 33,9 °C dengan kelembaban udara berada pada bulan Juni 80,5
%. Tekanan udara tahun 2018 di Kota Palu berdasarkan pada data stasiun
meteorologi mutiara berkisar antara 1009,5 mb sampai 1011,7 mb. Tekanan
udara maksimum terjadi pada bulan Agustus dan September sedangkan tekanan
udara minimum terjadi pada bulan Januari. Kecepatan angin berkisar antara 4 –
5 knot, dengan arah angin terbanyak dari utara. Data curah hujan, suhu udara
dan tekanan udara disajikan pada tabel dan gambar di bawah.
Tabel 3.3. Rata-rata jumlah hari hujan, curah hujan dan penyinaran matahari
setiap bulan di Kota Palu
Jumlah Curah Penyinaran
Bulan Hujan Hujan Matahari
(Hari) (mm) (%)
Januari 20 36 43
Februari 10 15 68
Maret 18 359 71
April 18 94 59
Mei 17 41 75
Juni 25 214 58
Juli 16 11 65
Agustus 6 8 88
September 10 30 92
Oktober 20 86 81
November 14 24 76
Desember 16 5 54
Sumber : BPS Kota Palu 2020
Laporan Akhir
18
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
359
214
94
92
88
86
81
76
75
71
68
65
59
58
54
43
41
36
30
25
24
20
20
18
18
17
16
16
15
14
11
10
10
8
6
5
EI
IL
I
RI
R
RI
LI
R
T
R
N
U
RE
BE
BE
BE
PR
JU
M
BE
A
A
JU
ST
U
U
O
EM
EM
A
EM
BR
N
U
M
KT
JA
PT
V
FE
ES
O
A
O
SE
D
Gambar 3.2. Gambaran Jumlah Hujan, Curah Hujan Dan Peyinaran
Matahari di Kota Palu, Tahun 2020
Sumber: BPS Kota Palu, 2020
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
T
EI
R
IL
R
RI
R
RI
LI
R
N
RE
BE
BE
BE
BE
PR
JU
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
EM
O
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
FE
O
A
D
SE
Laporan Akhir
19
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
29,5 29,2
29 28,7 28,7
28,5
28,4
28,5 28,3 28,3
28,2
28 27,8 27,8
27,4
27,5
27,1
27
26,5
26
I
R
RI
R
RI
LI
R
T
EI
R
IL
U
RE
BE
BE
BE
BE
JU
PR
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
O
EM
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
V
FE
O
A
D
SE
Laporan Akhir
20
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
1013,5
1013
1013
1010,5
1010
1009,5
T
EI
R
IL
R
RI
R
RI
LI
R
N
RE
BE
BE
BE
BE
PR
JU
M
A
A
JU
ST
U
U
EM
EM
O
EM
A
BR
N
U
M
KT
JA
ES
PT
FE
O
A
D
SE
N
Gambar 3.5. Tekanan Udara Kota Palu Tahun 2019
Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2020
3.1.3. Topografi
Laporan Akhir
21
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
22
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
23
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Deskripsi dan karakteristik fisik satuan ekoregion Kota Palu terdiri dari
ekoregion bentang lahan asal proses aliran sungai (Fluvial), ekoregion bentang lahan
asal proses gelombang (Marin), ekoregion bentang lahan asal proses denudasional,
ekoregion bentang lahan asal proses tektonik (Struktural) dan ekoregion bentang
lahan asal proses antrophogenik (Aktivitas Manusia).
Bentang lahan fluvial yaitu suatu lembah sungai yang polanya memanjang
mengikuti aliran sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Terdapat bentang lahan
minor seperti dataran banjir, teras aluvial dan daratan alluvial dan tebing lembah.
Karakteristik satuan bentang lahan ini berada pada morfologi datar sampai landai
dengan kelas lereng 0 – 8 %, berasosiasi pada lembah memanjang akibat patahan
dan tersusun atas dari material aluvial dari pengendapan aliran sungai dari
campuran pasir, kerikil, lempung dan lanau. Satuan ekoregion bentang lahan
merupakan satuan yang dapat menyimpan air tanah dengan baik, kandungan
unsur hara yang tinggi sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan
pemukiman, perkebunan dan sebagai sawah irigasi. Namun permasalahan dari
bentang lahan ini yaitu rawan terhadap banjir, oleh sebab itu pengembangan
pertanian perlu memperhatikan musim hujan dan banjir agar kegiatan pertanian
Laporan Akhir
24
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
tidak mengalami kerugian. Satuan ekoregion dataran aluvial (F) yang cukup luas
di Kota Palu berada di lembah palu bagian utara ke selatan hingga timur ke barat.
Klasifikasi satuan ekoregion bentang lahan fluvial disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Klasifikasi Satuan Ekoregion Bentang lahan Fluvial Kota Palu
MORFOLOGI:
NAMA
LERENG DAN ASAL PROSES STRUKTUR MATERIAL/BATUAN PENGGUNAAN LAHAN
EKOREGION
KETINGGIAN
Laporan Akhir
25
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Bentuk lahan pantai yang menyusun ekoregion pesisir ini adalah gisik
pantai, gemuk pasir dan beting gisik, merupakan cakupan wilayahnya berada
pada pesisir, namun bentuk lahan pantai mempunyai kondisi yang berbeda, jika
di daerah fluvia-marin tersusun atas material lumpur, maka untuk bentuk lahan
pantai/pesisir ini tersusun dari material berpasir. Gisik pantai dapat didefinisikan
sebagai bentuk lahan deposisional yang tersusun dari material kerikil, pasir atau
bebatuan yang terdeposisi oleh arus dan gelombang laut.
Satuan ekoregion yang berkembang pada wilayah pesisir di Kota Palu adalah
Dataran Pesisir (M) seperti gesik yang merupakan penampilan bentuk lahan
dengan material pasir yang berada pada wilayah pantai yang landai, Gisik seperti
ini banyak di jumpai di sekitar muara sungai palu, terdapat pula di sepanjang
pesisir pantai Palu bagian Utara, Palu bagian Timur hingga Palu bagian Barat.
Satuan ekoregion ini banyak dimanfaatkan untuk wisata alam pantai. Klasifikasi
satuan ekoregion bentang lahan marin di sajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Klasifikasi Satuan Ekoregion Bentang lahan Marin Kota Palu
MORFOLOGI:
ASAL MATERIAL / NAMA PENGGUNAAN
LERENG DAN STRUKTUR BATUAN EKOREGION LAHAN
PROSES
KETINGGIAN
Fluvio-marin
bongkah, krakal,
Dataran Fluvio-
kerikil batuan beku Permukiman dan
Marin (FMQa
dan metasedimen, Wisata pantai
Tr)
pasir kasar sampai
pasir halus (Qa Tr)
Konglomerat,
batupasir, Dataran Fluvio-
batulumpur, napal, Marin Permukiman dan
(FMQpm) Wisata pantai
dan batuan gamping
koral (Qpm)
Sumber : Kajian dan Pemetaan Ekoregion Kota Palu 2018
Laporan Akhir
26
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 3.7. Klasifikasi Satuan Ekoregion Bentang lahan Denudasional Kota Palu
MORFOLOGI:
ASAL NAMA PENGGUNAAN
LERENG DAN STRUKTUR MATERIAL / BATUAN LAHAN
PROSES EKOREGION
KETINGGIAN
Bongkah, kerakal, kerikil, Kaki Permukiman,
batuan beku dan Perbukitan Kebun campur,
metasedimen kemas Denudasional dan Belukar
terbuka dengan selingan (D1F2)
pasir kasar sampai pasir
Miring Rombakan Tidak
berstruktur halus (F2)
Lereng: 8 - 15% Lereng
Konglomerat, batupasir, Kaki Permukiman,
Elevasi: 30 - 250 batulumpur, napal, dan Perbukitan Kebun campur,
m batugamping koral Denudasional dan Belukar
(Qpm) (D1Qpm)
Serpih, batupasir, Kaki Permukiman,
batupasir malihan, filit Perbukitan Kebun campur,
dan sabat (Pra tersier) Denudasional dan Belukar
Agak curam / Pelarutan/ Berlapis (pT)
Perbukitan Terobosan (D1pT)
Perbukitan Hutan dan
Berbukit banyak
Lereng: 15 - 30% Pelapukan retakan Granit (Miosen- Pliosen) Denudasional Semak belukar
Elevasi: 250 - batuan Gr) (D2Gr)
500 m Perbukitan konglomerat, Perbukitan Hutan dan
batupasir, batulumpur Denudasional Semak belukar
napal dan batu gamping (D2Qpm)
koral (Qpm)
Laporan Akhir
27
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Bentuk lahan asal proses tektonik ini sangat dominan persebarannya di Kota
Palu karena Pulau Sulawesi merupakan terdapat 3 (tiga) lempeng aktif yaitu
Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Untuk
struktural lipatan mempunyai relief pegunungan, perbukitan, dan dataran,
sedangkan untuk struktur yang lain seperti struktur patahan dan struktur plutonik
(magmatik) mempunyai relief perbukitan dan pegunungan.
Patahan utama daerah ini yakni patahan Palu-Koro di daerah ini
memperlihatkan kinematika gerak patahan mendatar mengiri. Demikian pula halnya
dengan patahan sekunder atau percabangannya. Wilayah bagian timur Kota Palu
yang dilalui oleh dua jalur patahan yang saling sejajar berarah utara barat laut -
tenggara. Patahan ini dijumpai berarah relatif utara selatan, dijumpai di sisi bagian
barat dan timur Lembah dan Teluk Palu. Ke arah selatan patahan yang berada di
kedua sisi Teluk dan Lembah Palu ini menjadi Patahan Kulawi dan Patahan Matano.
Patahan Palu-Koro sisi barat ini, yaitu di sebelah barat daya pusat Kota Palu,
dipotong oleh Patahan Balane dengan arah relatif baratdaya- timur laut. Sebelah
tenggara pusat Kota Palu, patahan sisi timur Palu-Koro dipotong oleh Patahan
Palolo, dengan arah barat laut-tenggara. Klasifikasi Satuan ekoregion bentang lahan
struktural disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Klasifikasi Satuan Ekoregion Bentang lahan Struktural Kota Palu
MORFOLOGI: ASAL MATERIAL / NAMA
STRUKTUR PENGGUNAAN
LERENG DAN PROSES BATUAN EKOREGION LAHAN
KETINGGIAN
Batuan Kaki Permukiman,
Bongkah,kerakal, Perbukitan Kebun campur, dan
kerikil, batuan Struktural Semak belukar
beku dan sedimen, (S1F1)
kemas tertutup
Agak curam Struktural Berlapis
banyak
dengan sisipan
Lereng: 15 - akibat pasir kasar (F1) Permukiman,
retakan Batuan Kaki Kebun campur, dan
30% Elevasi: 30 penunjaman Bongkah,kerakal, Perbukitan Semak belukar
- 250 m tektonik kerikil, batuan Struktural
beku dan sedimen, (S1F2)
kemas
terbuka dengan
sisipan pasir
kasar(F2)
Laporan Akhir
28
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
29
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
30
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
antropogenik merupakan salah satu bentuk lahan mikro. Aktivitas tersebut dapat
berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk
lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia
yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Klasifikasi
satuan ekoregion bentang lahan angropogenik disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Klasifikasi Satuan Ekoregion Bentang Lahan Angropogenik Kota Palu
MORFOLOGI:
ASAL MATERIAL/ NAMA PENGGUNAAN
LERENG DAN STRUKTUR LAHAN
PROSES BATUAN EKOREGION
KETINGGIAN
Bentuk adaptasi
dan rekayasa
manusia terhadap
lahan, yang Antropogenik
umumnya Reklamsi Pantai
(A1)
berasosiasi dengan
bentanglahan
Datar Marin
Lereng: 0–8 %
Elevasi: 0 - 30 m Bentuk adaptasi
dan
rekayasa manusia
terhadap lahan,
Antropogenik
yang umumnya Pelabuhan
(A2)
berasosiasi dengan
bentanglahan
Fluvial
Aktivitas
Manusia/ Bentuk adaptasi
Antropogenik dan
rekayasa manusia Umumnya
terhadap lahan, berlapis Antropogenik Pertambangan
yang umumnya horizontal (A3) Emas
berasosiasi dengan
Agak curam / bentanglahan
Berbukit Lereng: Tektonik
15 - 30% Elevasi: Bentuk adaptasi
250 - 500 m dan
rekayasa manusia
terhadap lahan,
Antropogenik Pertambangan
yang umumnya
(A4) Pasir dan Batu
berasosiasi dengan
bentanglahan
Tektonik
Sumber : Kajian dan Pemetaan Ekoregion Kota Palu 2018
Laporan Akhir
31
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
32
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
2. Pelabuhan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 tahun 2001 tentang
kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang di lengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Bentang lahan
antropogenik di Kota Palu salah satunya adalah Pelabuhan Pantoloan di bangun
di tepi pantai yang dapat merusak hutan bakau dan terumbu karang.
Laporan Akhir
33
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
4. Penambangan Emas
1. Kehutanan
Tutupan lahan Kota Palu di dominasi oleh Belukar seluas 12.309,52 Ha atau
34,51 %, hutan lahan tinggi seluas 8.923,63 Ha atau 25,02% dan yang terendah
adalah hutan mangrove seluas 0,05 Ha atau 0,0001 %. Secara rinci tutupan lahan
Kota Palu disajikan pada Tabel 3.10.
Laporan Akhir
34
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
2. Pertambangan
Laporan Akhir
35
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan
banyak ditemukan. Batuan ini termasuk dalam kelompok batuan beku. Granit
kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu banyak digunakan
sebagai batuan untuk konstruksi. Granit terdapat di daerah Silae sampai
dengan Watusampu serta di Vatutela Tondo. Sedangkan batuan andesit
terdapat wilayah antara Buluri dan Watusampu.
§ Garam
Garam banyak dijumpai di sepanjang pantai di Kota Palu, khususnya di
Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur.
§ Emas
Wilayah Kota Palu, bahan galian yang termasuk golongan B ini terdapat
di Kelurahan Poboya. Luas areal pertambangan emas di Kelurahan tersebut
sekitar 7.120 Ha. Secara rinci potensi bahan tambang di Kota Palu dapat
dilihat pada Tabel 3.11. berikut
Laporan Akhir
36
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Nama Bahan
No. Lokasi Potensi/Sebaran Keterangan
Galian
Laporan Akhir
37
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
3. Pertanian
Laporan Akhir
38
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
1. Bahaya Banjir
Hampir sebagian besar area rawan banjir berada pada kawasan yang
direncanakan untuk pemukiman. Hasil kajian luas kawasan bahaya banjir pada
setiap kawasan terlihat Kecamatan Matikolore, Kecamatan Palu Selatan,
Kecamatan Tawaeli dan Kecamatan Palu Utara yang memiliki tingkat kerawanan
terhadap banjir. Sementara kawasan yang akan berpotensi bahaya banjir bandang
terdapat pada Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu
Selatan, Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Tawaeli. Adapun gambaran kondisi
bahaya banjir per kecamatan disajikan pada Gambar 3.8 dan banjir bandang di
sajikan pada Gambar 3.9, sementara peta kawasan banjir pada Gambar 3.10.
Gambar 3.9. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Banjir Bandang
Sumber : Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kota Palu, 2018
Laporan Akhir
39
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
40
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
2. Bahaya Longsor
Laporan Akhir
41
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
42
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
3. Bahaya Likuifaksi
Kajian ini berdasarkan dari data base di beberapa lokasi di Kota Palu,
namun setelah terjadinya gempa bumi pada bulan September 2018 silam maka
penelitian lebih lanjut terhadap potensi likuefaksi terus dilakukan. klasifikasi kelas
potensi likuefaksi dibuat berdasarkan Iwasaki (1986) dalam Taufiq (2011),
klasifikasi LPI terhadap risiko potensi likuefaksi. Adapun hasil pengkajian bahaya
likuefaksi disajikan pada Gambar 3.13 dan Gambar 3.14.
Laporan Akhir
43
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
44
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
4. Bahaya Gempa
Gambar 3.15. Luas Kecamatan Terhadap Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Sumber : Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kota Palu, 2018
Laporan Akhir
45
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
46
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
5. Bahaya Tsunami
Kota Palu masih banyak yang berada pada kawasan rawan bencana
tsunami, Sedangkan untuk tingkat kecamatan, terdapat lima kecamatan yang
perlu diperhatikan karena berada dalam kawasan tsunami tinggi, Kecamatan Palu
selatan dan Kecamatan tatanga adalah kecamatan yang kemungkinan kecil
terdampak tsunami.
Laporan Akhir
47
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
48
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
49
Tahun 2020
Tabel 3.13. Perkembangan Jumlah Penduduk 2016 Sampai Dengan 2025
Jumlah Penduduk
Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Palu Barat 61.424 62.293 63.251 64.171 65.105 66.052 67.013 67.988 68.977 69.980
Tatanga 39.369 39.997 40.612 41.238 41.874 42.520 43.176 43.842 44.518 45.204
Ulujadi 27.319 27.763 28.190 28.629 29.075 29.527 29.987 30.454 30.928 31.410
Palu Selatan 69.492 70.571 71.657 72.748 73.855 74.979 76.121 77.280 78.456 79.650
Palu Timur 70.378 71.452 72.552 73.647 74.759 75.888 77.033 78.196 79.377 80.575
Mantikulore 62.822 63.804 64.785 65.774 66.778 67.798 68.833 69.884 70.950 72.034
Palu Utara 22.834 23.196 23.550 23.911 24.277 24.649 25.027 25.410 25.799 26.194
Tawaeli 20.382 20.706 21.022 21.344 21.672 22.004 22.342 22.685 23.033 23.386
Jumlah 374.020 379.782 385.619 391.463 397.395 403.417 409.531 415.737 422.038 428.434
Sumber : BPS Kota Palu 2018 (Data Diolah Tim Pembuat KLHS, 2019)
Laporan Akhir
Tahun 2020
50
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Data Badan Statistik tahun 2019, Luas Kota Palu adalah 395,06 km2
dengan jumlah penduduk 371.365 jiwa, maka kepadatan penduduk Kota Palu
adalah 24.536 jiwa/km2. Hasil data kepadatan penduduk Tahun 2018 kecamatan
terbanyak adalah Kecamatan Palu Timur sebanyak 9.410 jiwa/km2 dan Tahun
2019 kecamatan terbanyak adalah Kecamatan Palu Barat sebanyak 6.180
jiwa/km2. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14. Kepadatan dan Sebaran Penduduk 2014 - 2019
Luas Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
No Kecamatan Kecamatan 2014 2015 2016 2017 2018 2019
(Km2)
1 Palu Barat 8,28 7185 7302 7418 7523 7639 6.180
2 Tatanga 14,95 2550 2592 2633 2675 2717 3.243
3 Ulujadi 40,25 657 668 679 690 701 840
4 Palu Selatan 27,38 2452 2498 2538 2577 2617 2.615
5 Palu Timur 7,71 8889 8907 9128 9267 9410 5.675
6 Mantikulore 206,8 293 299 304 309 313 344
7 Palu Utara 29,94 738 751 763 775 787 804
8 Tawaeli 59,75 330 333 341 347 352 394
Sumber : BPS Kota Palu 2020
Laporan Akhir
51
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
52
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
53
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
82
81,5
81,5
80,91
81
80,5 80,24
80 79,73
79,63
79,5
79
78,5
2015 2016 2017 2018 2019
Laporan Akhir
54
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
3.2.4. Ketenagakerjaan
Penduduk dengan angkatan kerja Kota Palu selama 5 (lima) tahun terakhir
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 penduduk dengan angkatan kerja
mencapai 174.308 orang, dan meningkat pada tahun 2018 mencapai 192.243
orang. sementara untuk partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan dari
64.06 pada tahun 2014 menjadi 65,82% pada tahun 2018. Untuk tingkat
pengangguran terbuka mengalami fluktuasi persentase tiap tahunnya. Untuk
jelasnya dapat di lihat pada Tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18. Ketenagakerjaan Kota Palu
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
I. Angkatan Kerja 177.951 - 190.455 192.243 193.860
1. Bekerja/Working 163.147 - 177.959 181.079 181.523
2. Pengangguran/ 14.804 - 12.496 11.164 12.337
Unemployment
II. Bukan Angkatan Kerja 99.254 - 98.354 99.327 103.103
Total 455.156 - 479.264 483.813 489.206
Tingkat Partisipasi Angkatan 64.19 - 66,28 65,82 67,30
Kerja (%)
Sumber : Dokumen RKPD 2018 dan BPS Kota Palu 2020
Laporan Akhir
55
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
56
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
57
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, Informasi dan Komunikasi, Transportasi dan
Pergudangan, Industri Pengolahan , Jasa Pendidikan, Pertambangan dan
Penggalian, Jasa Keuangan dan Asuransi dan Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan.
Tahun 2018, laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan mencapai
8,71 persen. Empat dari sepuluh lapangan usaha tersebut cenderung mengalami
peningkatan kontribusi yaitu : Konstruksi, Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Informasi dan Komunikasi, dan
Pertambangan dan Penggalian. Dua diantaranya cenderung mengalami
penurunan kontribusi yaitu : Industri Pengolahan, dan Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan. Secara keseluruhan tujuh belas lapangan usaha terjadi peningkatan
kontribusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini (Pemerintah
Kota Palu, 2018):
Tabel 3. 20. PDRB Kota Palu Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Dalam Jutaan
Rupiah)
Harga
Berlaku
(HB)
Lapangan
No. dan 2015 2016 2017 2018 2019
Usaha
Harga
Konstan
(HK)
Pertanian,
A Kehutanan, dan HK 721.258 782.256 858.145 921.711 899.949
Perikanan
HB 588.382 612.566 644.506 662.060 629.762
Pertambangan 1095
B HK 1.243.257 1.421.139 1.451.687 1.552.479
dan Penggalian 986,97
HB 830.598 912.550 1.008.258 1.014.918 1.081.736
Industri
HK 1.407.897 1.481.945 1.540.744 1.607.913 1.609.938
Pengolahan
HB 1.156.561 1.172.291 1.179.481 1.180.608 1.179.521
Pengadaan
D HK 19.493 21.766 25.716 29.023 31.276
Listrik dan Gas
HB 25.546 27.134 28.671 3.078.030 31.424
E Pengadaan Air; HK 51.224 54.527 58.774 64.193 66.152
Pengelolaan
Sampah,
HB 44.790 46.754 48.629 5.061.439 49.274
Limbah, dan
Daur Ulang
Laporan Akhir
58
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Harga
Berlaku
(HB)
Lapangan
No. dan 2015 2016 2017 2018 2019
Usaha
Harga
Konstan
(HK)
F Konstruksi HK 2.915.694 3.000.341 3.267.247 3.724.379 4.871.252
HB 1.996.665 1.994.551 2.044.265 2.216.300 2.735.278
Perdagangan
G HK 1.647.260 1.852.889 2.034.442 2.220.024 2 350196,68
Besar dan
Eceran; Reparasi
Mobil dan
HB 1.351.650 1.446.400 1.504.427 1.547.307 1.532.819
Sepeda Motor
1 580
Transportasi dan HK 1.705.975 1.950.205 2.198.600 2.377.925
H 694,32
Pergudangan
HB 1.170.300 1.250.907 1.357.741 1.438.204 1.433.617
Penyediaan
I Akomodasi dan HK 188.310 210.922 234.647 249.006 241.778
Makan
HB 137.159 149.515 160.689 160.878 143.315
Informasi dan
J HK 1.448.432 1.572.447 1.752.796 1.994.364 2.288.772
Komunikasi
HB 1.263.010 1.365.415 1.471.406 159.798.835 1.755.683
Jasa Keuangan
K HK 970.850 1.117.952 1.225.842 1.267.975 1.244.037
dan Asuransi
HB 765.450 874.117 935.348 945.436 903.807
L Real Estat HK 4.395 471.327 515.581 565.959 577.804
HB 358.500 369.930 385.885 400.804 388.980
M,
Jasa Perusahaan HK 198.098 220.142 239.389 263.959 279.259
N
HB 153.044 163.142 172.175 179.578 188.654
Administrasi
O Pemerintahan, HK 2.358.576 2.553.228 2.761.360 3.240.726 3.439.827
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib HB 1.713.490 1.811.829 1.904.645 2.055.219 2.087.988
Laporan Akhir
59
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
60
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
BAB 4
DAYA DUKUNG BERBASIS
JASA EKOSISTEM
Laporan Akhir
61
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
62
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tinggi; 10,54
Rendah; 26,13
Sedang; 55,90
Gambar 4.1. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Pangan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
63
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
dan tutupan lahan yang sebagian besar adalah hutan, permukiman dan bangunan.
Tutupan lahan dan ekoregion yang sedemikian secara umum memberikan daya
dukung yang sedang, rendah dan sangat rendah dalam penyediaan pangan.
Tabel 4.1. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Pangan Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah tinggi
Mantikulore 438,93 3.337,25 14.245,76 1.190,73 509,07 19.72,.75
Palu Barat 18,99 458,40 81,83 49,81 7,07 61,10
Palu Selatan 1,34 1.205,98 119,85 594,51 137,63 2.059,31
Palu Timur 8,96 505,36 36,49 63,84 10,38 625,02
Palu Utara 31,30 990,93 797.24 530,76 490,92 2.841,15
Tatanga 3,50 426,17 301,44 236,82 304,26 1.272,20
Tawaeli 46,61 1.136,89 2.116,42 723,14 352,79 4.375,85
Ulujadi 151,63 1.261,89 2.240,38 371,68 135,69 4.161,27
Jumlah 701,26 9.322,88 19.939,41 3.761,29 1.947,81 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.2. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Pangan di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli, Tahun 2020
Laporan Akhir
64
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
65
Gambar 4.3. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Penyediaan Pangan Kota Palu
Sumber: diolah oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Banyak lahan di Kota Palu yang tidak dapat dikelola karena kondisinya
tandus dan kering. Padahal, jasa penyedia air terbilang cukup untuk wilayah Kota
Palu. Komoditas palawija dan hortikultura adalah jenis budidaya pertanian yang
dikembangkan di Kota Palu, terutama di Kecamatan Mantikulore, Palu Utara, dan
Tatanga. Sejak Tahun 2018, beberapa lahan pertanian di kecamatan lainnya
hamper tidak berproduksi lagi (BPS, 2020). Selain kendala distribusi air, pasca
gempa bumi 2019 silam, masyarakat enggan Bertani. Alih fungsi lahan juga
menjadi penyebab hilangnya lahan-lahan pertanian secara perlahan.
Laporan Akhir
66
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
yang tersedia. Daerah aliran sungai (DAS) adalah salah satu sumber daya alam
paling penting untuk menyediakan air bersih setiap hari. Namun, DAS terancam
oleh pembangunan kota di dalam dan sekitar sumber air minumnya, dan
menghadapi tekanan urbanisasi akut dan tidak terencana dengan potensi dampak
serius pada kualitas air dan keanekaragaman hayati (Wagner et al. 2007).
Ini telah menjadi tren global karena meningkatnya tuntutan manusia yang
telah melampaui tuntutan lingkungan. Prioritas yang bertumpu pada
pembangunan ekonomi dan sosial akan menyebabkan degradasi lingkungan. Ini
bukan masalah baru. Sebagian besar pembuat keputusan dan perencana sangat
menyadarinya. Namun, karena berbagai alasan, beberapa negara telah
mengambil langkah-langkah praktis untuk melakukan sesuatu. Apakah ini karena
kita kurang pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem, bagaimana
mengelola dan melestarikannya? Apakah ada kekurangan kapasitas individu dan
kelembagaan pada tingkat yang berbeda untuk mengelola lingkungan? Apakah
ini tentang biaya tambahan yang dibutuhkan? Ada kompleksitas masalah yang
melingkupinya.
Laporan Akhir
67
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tinggi; 34,37
Rendah; 40,62
Sedang; 21,11
Gambar 4.4. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Air Bersih di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
68
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.2. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah Tinggi
Mantikulore 873,13 8.849,04 2.355,96 7.636,99 6,64 19.721,75
Palu Barat 16,41 280,14 281,98 36,59 0,97 616,10
Palu Selatan 1,15 716,67 874,26 460,66 6,57 2.059,31
Palu Timur 7,80 234,13 318,15 64,63 0,31 625,02
Palu Utara 254,10 830,36 1.125,45 627,35 3,89 2.841,15
Tatanga 0,00 148,69 799,22 321,02 3,26 1.272,20
Tawaeli 63,44 1.698,92 1.019,82 1.585,97 7,70 4.375,85
Ulujadi 143,79 1.731,38 755,45 1.528,67 1,99 4.161,27
Total 1.359,82 14.489,33 7.530,28 12.261,88 31,34 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.5. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Air Bersih di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
69
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
memancar tanpa henti. Bisa jadi hal ini disebabkan pergerakan lapisan tanah
yang terjadi akibat gempa. Namun kondisi tersebut tak berlangsung lama.
Pada umumnya kebutuhan air masih sangat sulit di sebagian besar wilayah
terdampak bencana, khususnya bagi masyarakat yang berada di hunian
darurat, sampai saat ini.
Layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Palu maupun Donggala
yang memang sudah relatif kecil—sekitar 19,7 % saja—sejak sebelum bencana
menjadi semakin tidak berdaya. Sekarang ditambah lagi kerusakan di
beberapa pipa distribusi. Alhasil, bantuan berupa pengeboran sumur dalam
oleh pemerintah maupun para donatur lainnya menjadi solusi sementara yang
dapat segera dilaksanakan. Skema ini dapat diadopsi oleh Program Kota
Tanpa Kumuh (Kotaku) untuk penanganan air bersih Skala Lingkungan.
Tentu saja, skema tadi tentu belum cukup memenuhi kebutuhan. Apalagi
sumur dalam memiliki masa pakai yang terbatas sehingga perlu dipikirkan
agar pemenuhan kebutuhan air bersih untuk skala yang lebih luas dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan. Di saat yang sama, program pembangunan
ribuan hunian tetap dan rencana pemindahan beberapa fasilitas perkantoran
sangat membutuhkan sebuah perencanaan penyediaan air bersih
berkelanjutan yang dapat menjangkau seluruh wilayah
kota. Masterplan penyediaan air bersih perlu ditinjau kembali. Pemilihan
material dan sistem penyediaan air bersih juga mesti menimbang ketahanan
terhadap bencana. Sehingga jika terjadi bencana serupa maka kebutuhan air
bersih yang merupakan kebutuhan dasar dapat terpenuhi secara cepat dan
dalam jumlah yang cukup.
Kebutuhan sanitasi pun tidak jauh berbeda. Meskipun secara perlahan sudah
mulai berkurang masyarakat yang mempunyai kebiasaan buang air besar
(BAB) pada saat sebelum terjadinya bencana. Namun dengan kejadian
bencana ini disinyalir kebiasaan tersebut tumbuh kembali lantaran sulitnya
mengakses fasilitas BAB yang memadai. Di sisi lain kondisi septic
tank individual maupun komunal yang telah dibangun masyarakat baik secara
swadaya maupun melalui program pemerintah belum diketahui secara pasti
keandalannya.
Menurut data, pergerakan pembalikan permukaan tanah yang terjadi di
hampir seluruh wilayah kota dikhawatirkan menyebabkan keretakan pada
sebagian besar konstruksi septik tank. Hal ini membutuhkan observasi dan
evaluasi menyeluruh terhadap kualitas septik tank di kota Palu dan
sekitarnya.“
Laporan Akhir
70
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Gambar 4.3. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Penyediaan Air Bersih Kota Palu
71
Sumber: Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tanaman, hewan, dan proses
geologi (John et al., 20008) Serat dapat digunakan sebagai komponen bahan
komposit, di mana orientasi serat berdampak pada sifat-sifat tersebut (Sousa et
al., 2016). Serat alami juga bisa dipoles menjadi lembaran untuk membuat kertas
atau kain (Doelle at al., 2013). Serat alami dapat digunakan untuk aplikasi
teknologi tinggi, seperti bagian komposit untuk mobil.
Serat adalah suatu jenis bahan berupa komponen yang membentuk jaringan
memanjang yang utuh, zat yang panjang, tipis dan mudah dibengkokkan. Serat
dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis. Serat
alam terdiri dari serat tanaman, hewan dan mineral. Serat tanaman berasal dari
batang (contoh : rosela, pisang dan rami), buah (contoh: kelapa), daun (contoh:
nanas) dan biji (contoh: kapas dan kapuk). Serat hewan umumnya tersusun atas
protein sebagai contoh adalah sutera dan bulu domba (wol). Serat mineral
diperoleh dari bahan tambang dari perut bumi contohnya asbestos. Serat sintesis
merupakan hasil pengolahan bahan- bahan kimia yang dilakukan di pabrik.
Hasil kajian daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi penyediaan pangan
di Kota Palu terdapat 35.176,53 ha atau sekitar 98% potensi penyediaan sebesar
tinggi hingga sangat tinggi meliputi dari total luas wilayah Kota Palu, sisanya
memiliki kelas kinerja sangat rendah sampai sedang. Gambaran persentase daya
dukung fungsi penyediaan serat di Kota Palu dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Laporan Akhir
72
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah; 1,39%
Sedang; 20,58%
Sangat Tinggi;
42,43%
Tinggi;
35,60%
Gambar 4.6. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Serat di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Ekosistem menyediakan serat alami yang meliputi serat yang diproduksi oleh
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat
mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam (1) serat
tumbuhan/serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat hewan, dan (3) serat mineral
seperti logam dan carbon. Serat alami hasil hutan, hasil laut, hasil pertanian dan
perkebunan menjadi material dasar dalam proses produksi dan industri serta bio-
chemical.
Setiap wilayah kecamatan yang ada di Kota Palu memiliki potensi daya
dukung penyedia serat yang tinggi dan sangat tinggi, namun terdapat tiga
kecamatan yang ada berpotensi rendah seperti Kecamatan Palu Timur, Palu Barat
dan Palu Selatan. Potensi daya dukung penyediaan serat tinggi dan sangat tinggi
didukung oleh keberadaan ekoregion dominan pegunungan dan perbukitan
dengan tutupan lahan hutan dan pertanian atau kebun campuran. Beberapa
wilayah yang memiliki potensi sangat rendah dan rendah dikarenakan adanya
vegetasi savana dan tutupan lahan permukiman, semak dan tanah kosong.
Laporan Akhir
73
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.3. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Serat Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Total
tinggi
Mantikulore 112,32 2.888,70 7.735,03 8.985,71 19.721,75
Palu Barat 51,10 468,73 49,99 46,27 616,10
Palu Selatan 163,86 1.113,99 252,01 529,46 2.059,31
Palu Timur 116,20 443,15 10,86 54,82 625,02
Palu Utara 16,12 665,24 1.371,24 788,55 2.841,15
Tatanga 26,96 666,80 185,83 392,61 1.272,20
Tawaeli 9,56 508,61 1.732,44 2.125,23 4.375,85
Ulujadi 586,44 1.362,60 2.212,23 4.161,27
Total 496,12 7.341,66 12.700,00 15.134,88 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.7. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Serat di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
74
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
75
Gambar 4.8. Peta Sebaran Daya Dukung berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Penyediaan Serat Kota Palu
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
76
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangat
Rendah; 0,12%
Rendah;
24,37%
Tinggi; 36,41%
Sedang; 39,09%
Gambar 4.9. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Bahan Energi di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Hasil daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi penyediaan bahan energi
ini tidak aktual di sebagian besar wilayah Kota Palu sebagai kawasan perkotaan.
Penggunaan sumber energi dari kayu saat ini hanya dapat dijumpai di wiayah
terluar Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Ulujadi dan Kecamatan Tawaeli. Di
Kota Palu, potensi penyediaan energi terbilang tinggi terutama pada wilayah yang
didominasi tutupan lahan jenis hutan, terutama di Kecamatan Mantikulore dan
Ulujadi. Sementara status rendah terdapat pada wilayah urban murni dengan
tutupan vegetasi yang rendah. Adapun gambaran sebaran daya dukung
berdasarkan jasa ekosistem fungsi penyedia bahan energi di Kota Palu, disajikan
pada Tabel 4.4, Gambar 4.10 dan peta sebaran daya dukung pada Gambar 4.11
berikut.
Laporan Akhir
77
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.4. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Bahan Energi Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah
Mantikulore 0,19 3.844,10 7.361,56 8.515,89 19.721,75
Palu Barat 5,91 341,50 227,39 41,30 616,10
Palu Selatan 17,07 945,46 688,17 408,61 2.059,31
Palu Timur 17,76 343,16 221,64 42,46 625,02
Palu Utara 1.169,49 1.131,28 540,39 2.841,15
Tatanga 3,21 478,54 550,05 240,39 1.272,20
Tawaeli 0,01 1.135,71 2.148,77 1.091,36 4.375,85
Ulujadi 436,24 1.615,86 2.109,18 4.161,27
Jumlah 44,15 8.694,21 13.944,72 12.989,57 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.10. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Bahan Energi di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
78
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.11. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Penyediaan Bahan Energi Kota Palu
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
79
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
80
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
memiliki konsekuensi untuk siklus biogeokimia dan jasa ekosistem lainnya yang
disediakan oleh tanah (Weinbauer, 2004).
Eukariota juga berlimpah di tanah. Satu gram tanah juga bisa
mengandung> 100 m hifa jamur (Leake et al., 2004). Meskipun beberapa jamur
bersifat patogen terhadap tanaman, sebagian besar lainya bersifat mutualis pada
tanah dan tanaman. Hifa jamur dapat menyebar dalam tanah dan memainkan
peran penting dalam agregasi tanah (Oades et al., 1991; Wilson et al., 2009) dan
penggunaan nutrisi tanaman (Brussaard et al., 2007). Sepuluh hingga ratusan
ribu protozoa (eukariota sel tunggal) juga dapat ditemukan dalam satu gram
tanah, dan pemberiannya pada bakteri dan jamur merangsang pergantian nutrisi
(Bouwman dan Zwart, 1994). Nematoda dapat menjadi yang paling banyak dari
semua hewan di dalam tanah dan menempati semua tingkat trofik konsumen
sebagai pengumpan bakteri, pemakan jamur, herbivora akar, predator dan
omnivora - berkontribusi terhadap kompleksitas besar dari sarang makanan tanah
(Coleman et al., 2004). Kelimpahan mikroarthropoda (collembolans dan tungau)
berkisar antara 103 hingga 105 individu per meter persegi tanah, dan terlepas
dari peran utama yang mereka mainkan dalam dekomposisi (Heneghan et al.,
1999), hanya 10% spesies yang telah dieksplorasi atau dideskripsikan (Andre et
al., 2002).
Enchytraeids, cacing tanah tidak berpigmen yang menelan mengkonsumsi
bahan organik, partikel tanah dan bakteri serta jamur yang terkait (Coleman et
al., 2004). Kelimpahan Enchytraeid dalam rentang tanah dari 103 hingga 105
individu per meter persegi dan spesies ini dapat mempengaruhi dinamika C dan
N selama dekomposisi, tergantung pada apakah mereka merangsang atau
menghambat aktivitas mikroba (van Vliet, 2000; van Vliet et al., 2004).
Makrofauna tanah termasuk serangga, isopoda, cacing tanah, laba-laba,
kelabang, kaki seribu dan invertebrata lainnya dengan panjang > 10 mm
(Coleman et al., 2004). Makroartropoda tanah mempengaruhi produktivitas
primer, pedogenesis, jaring makanan di bawah permukaan tanah, dekomposisi
serasah, daur hara, struktur tanah, infiltrasi air, kesuburan tanah, dan emisi gas
Laporan Akhir
81
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
rumah kaca (Lavelle et al., 2006; Osler dan Somnerkom, 2007; Folgarait, 1998;
Egara) al., 2009). Sebagai contoh, bioturbasi oleh kumbang kotoran
meningkatkan infiltrasi air, mineralisasi N dan produktivitas tanaman (Nichols et
al., 2008). Semut yang tinggal di tanah menguntungkan pertumbuhan tanaman
dengan memodifikasi aspek biotik dan abiotik tanah (mis. Struktur, kadar air, dan
ketersediaan unsur hara) dan meningkatkan kolonisasi mikoriza (Folgarait, 1998;
Cammeraat et al., 2002; Dauber et al., 2008).
Hasil kajian daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi penyediaan sumber
daya genetik di Kota Palu terdapat sekitar 77,42% potensi penyediaan sebesar
tinggi hingga sangat tinggi meliputi dari total luas wilayah Kota Palu, sisanya
memiliki kelas kinerja sangat rendah sampai sedang. Gambaran persentase daya
dukung fungsi penyediaan sumber daya genetik di Kota Palu dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Sedang;
16,37%
Tinggi;
75,26%
Gambar 4.12. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Sumber Daya Genetik di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
82
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.5. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Penyediaan Sumber Daya Genetik Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu (ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Tinggi
Mantikulore 1.506,59 1.604,73 16.610,42 19.721,75
Palu Barat 46,19 466,00 103,90 616,10
Palu Selatan 1,34 1.241,07 816,90 2.059,31
Palu Timur 8,96 523,18 92,88 625,02
Palu Utara 57,54 631,23 2.056,46 95,93 2.841,15
Tatanga 77,06 589,73 605,41 1.272,20
Tawaeli 83,95 434,23 3.185,35 672,32 4.375,85
Ulujadi 433,90 348,86 3.375,66 2,85 4.161,27
Jumlah 2.215,54 5.839,03 26.846,98 771,11 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
83
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.13. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Penyediaan Sumber Daya Genetik di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
84
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Gambar 4.14. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Penyediaan Sumber Daya Genetik Kota Palu
85
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
86
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tinggi; 0,84%
Sedang; 29,19%
Rendah; 65,13%
Gambar 4.15. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Tempat Tinggal Dan Ruang Hidup di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Persebaran wilayah dengan daya dukung jasa ekosistem fungsi ruang hidup
yang tinggi umumnya berada di Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu
Barat, selanjutnya ada Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu Selatan.
Keemapat tersebut adalah kecamatan yang daya dukung tinggi dan sangat tinggi
terluas diantaranya kecamatan lainnya. Ekoregion dataran alluvial sebagian besar
berada dalam empat kecamatan ini, dengan tutupan lahan dominan adalah
pemukiman, ruang terbuka hijau dan perkebunan campuran. Ekoregion dan
tutupan lahan yang demikian memberikan daya dukung yang tinggi dan sangat
tinggi untuk jasa tempat tinggal dan ruang hidup. Adapun gambaran sebaran daya
dukung berdasarkan jasa ekosistem fungsi ruang hidup di Kota Palu, disajikan
pada Tabel 4.6, Gambar 4.16 dan peta sebaran daya dukung pada Gambar 4.17
berikut.
Laporan Akhir
87
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.6. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya
Tempat Tinggal Dan Ruang Hidup Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 22,76 16.084,67 3.123,57 129,04 361,71 19.721,75
Palu Barat 83,50 328,24 12,85 191,51 616,10
Palu Selatan 29,19 1.630,71 0,04 399,38 2.059,31
Palu Timur 19,65 340,56 10,76 254,06 625,02
Palu Utara 887,56 1.808,95 27,70 116,95 2.841,15
Tatanga 0,01 213,63 829,61 10,03 218,91 1.272,20
Tawaeli 3,26 2.353,16 1.914,13 27,37 77,94 4.375,85
Ulujadi 0,66 3.561,19 436,62 81,36 81,45 4.161,27
Jumlah 26,69 23.232,56 10.412,38 299,14 1.701,89 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.16. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Budaya Tempat Tinggal Dan Ruang Hidup di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
88
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.17. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya Tempat Tinggal Dan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
89
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
90
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
91
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah; 34,46%
Tinggi; 36,51%
Sedang; 29,02%
Gambar 4.18. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Rekreasi Dan Ekowisata di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
92
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.7. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya
Rekreasi Dan Ekowisata Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Mantikulore 7.882,57 3.750,59 8.088,59 19.721,75
Palu Barat 318,49 257,83 39,78 616,10
Palu Selatan 548,24 1.033,81 477,26 2.059,31
Palu Timur 374,72 182,79 67,52 625,02
Palu Utara 604,47 1.574,57 662,12 2.841,15
Tatanga 395,35 686,10 190,75 1.272,20
Tawaeli 253,65 2.162,45 1.959,75 4.375,85
Ulujadi 1.915,88 705,49 1.539,91 4.161,27
Jumlah 12.293,35 10.353,62 13.025,68 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.19. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Budaya Rekreasi Dan Ekowisata di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
93
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
(Tahura) Sulawesi Tengah dan hutan lindung pada ketiga kecamatan tersebut.
Berbagai flora dan fauna langka banyak terdapat pada ekoregion ini. Adapun peta
daya dukung berdasarkan jasa ekosistem fungsi budaya rekreasi dan ekowisata
pada Gambar 20.
- Potensi Budaya
Potensi Budaya yang dimaksud adalah Kota Palu mempunyai beberapa
keunggulan budaya yang masih bisa untuk dikembangkan, seperti : Rumah
Adat, budaya lokal, Makam para Wali agama, Pemimpin Daerah dan beberapa
benda cagar budaya yang ada di Kota Palu.
- Potensi Pariwisata
Potensi Budaya yang dimaksud adalah Kota Palu mempunyai beberapa
keunggulan pariwisata yang masih bisa untuk dikembangkan, seperti :
Kawasan Wisata Teluk Palu, Hutan Kota, Kampung adat/kaili, Kawasan
Outbond, Kawasan Wisata Bukit.
Selain kawasan kawasan wisata tersebut di atas, Kota Palu juga dapat
menyediakan komoditas unggulan yang tersebar dibeberapa wilayah
kelurahan yang pekerjaannya bisa dijadikan salah satu penunjang untuk
menjadi daya tarik bagi pengunjung dari luar pulau Suawesi, domestik dan
mancanegara.
Disamping itu juga pelaksanaan event yang bertaraf Lokal, Nasional dan
Internasional merupakan suatu kegiatan yang sangat menguntungkan bagi
Kota Palu untuk mempromosikan segala sesuatu yang ada di Kota Palu
sehingga menjadi penguatan bagi Pemerintah Kota Palu yang nantinya akan
menjadikan Kota Palu sebagai Kota Kunjungan (Destinasi) Tahun 2021.
Laporan Akhir
94
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.20. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya Rekreasi Dan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
95
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Ekosistem bentang alam seperti laut, pegunungan, lembah, pantai dan lain
sebagainya telah memberikan nuansa keindahan alam dan nilai-nilai estetika
yang mengagumkan dan memiliki nilai jual. Paduan bentang alam dan bentang
budaya semakin memperkuat nilai keindahan dan estetika yang telah diberikan
oleh ekosistem.
Berdasarkan hasil kajian kinerja jasa ekosistem, kemampuan lingkungan
alami di Kota Palu sebagai fungsi estetika alami dengan kinerja tinggi meliputi
wilayah seluas 42,83 % dari total luas wilayah, sisanya memiliki kelas kinerja
sangat rendah sampai sedang. Estetika keindahan alam terbentuk dari perpaduan
berbagai bentang alam yang masing-masing memiliki keindahan dan keunikan
tersendiri. Penyediaan estetika keindahan alam ini bergantung pada kondisi saat
ini apakah masih dalam keadaan baik atau sudah mengalami banyak kerusakan.
Adapun gambaran persentase daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi budaya
estetika (alami) di Kota Palu sebagaimana disajikan pada Gambar 21 berikut.
Rendah; 1,95%
Tinggi; 42,83%
Sedang; 55,22%
Gambar 4.21. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Budaya Estetika (Alami) di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
96
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.8. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya
Estetika (Alami) Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Mantikulore 334,61 10.617,64 8.769,50 19.721,75
Palu Barat 14,79 357,98 243,33 616,10
Palu
1,10 1.200,24 857,97 2.059,31
Selatan
Palu Timur 7,05 297,97 320,00 625,02
Palu Utara 22,65 2.044,93 773,56 2.841,15
Tatanga 3`,50 800,06 468,64 1.272,20
Tawaeli 7,74 2.351,63 2.016,48 4.375,85
Ulujadi 305,23 2.028,08 1.827,96 4.161,27
Jumlah 696,67 19.698,53 15.277,45 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.22, Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Budaya Estetika (Alami) di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
97
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Gambar 4.23. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Budaya Estetika (Alami) Kota Palu
98
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
99
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
100
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
kedalaman, ketebalan, komposisi, sifat fisik, distribusi ukuran partikel, warna, dan
sifat lainnya. Pembentukan tanah memakan waktu ratusan hingga ribuan tahun,
dan, asalkan situs tersebut tetap tidak terganggu untuk jangka waktu yang lama,
profil tanah mencerminkan sejarah alam dari pengaturan tersebut.
Jasa ekosistem fungsi pendukung pembentukan lapisan dan pemeliharaan
tanah dalam konteks ekosistem perkotaan ditujukan untuk mendukung pertanian
kota (urban farming), infrastruktur hijau seperti ruang terbuka hijau (RTH),
mengendalikan erosi, mengatur nutrisi, dan peraturan infiltrasi. Potensi jasa
ekosistem fungsi pendukung pembentukan lapisan dan pemeliharaan tanah
disajikan Gambar 4.24, Tabel 4.9, Gambar 4.25 dan Gambar 4.26.
Rendah; 22,47%
Tinggi; 45,34%
Sedang; 31,62%
Gambar 4.24. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Pembentukan Lapisan dan Pemeliharaan Tanah di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
101
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
sisi lain, menurunkan muka air dan menghilangkan garam yang tersimpan dari
cakrawala tanah atas.
Tabel 4.9. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Pembentukan Lapisan dan Pemeliharaan Tanah
Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah Tinggi
Mantikulore 61,79 3.049,10 7.487,90 9.122,96 19.721,75 61,79
Palu Barat 24,89 497,02 21,94 72,26 616,10 24,89
Palu Selatan 20,00 1.246,57 23,97 768,77 2.059,31 20,00
Palu Timur 17,21 526,97 19,82 61,02 625,02 17,21
Palu Utara 0,87 726,24 789,61 1.324,43 2.841,15 0,87
Tatanga 6,03 683,39 56,23 526,55 1.272,20 6,03
Tawaeli 16,28 562,61 1.318,60 2.478,36 4.375,85 16,28
Ulujadi 59,86 722,77 1.560,73 1.817,92 4.161,27 59,86
Total 206,93 8.014,66 11.278,80 16.172,26 35.672,66 206,93
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4. 25. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pendukung Pembentukan Lapisan dan Pemeliharaan Tanah di Setiap
Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
102
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
103
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.26. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pendukung Pembentukan Lapisan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
104
dan Pemeliharaan Tanah Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
105
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Kesuburan adalah potensi tanah, sedimen, atau sistem air untuk memasok
unsur-unsur hara dalam jumlah, bentuk, dan proporsi yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal (secara implisit, dalam konteks
jasa ekosistem, untuk kepentingan manusia). Aliran nutrisi terbesar adalah
pelepasannya dari bahan organik, sebagai hasil dekomposisi oleh komunitas
mikroba. Aliran ini mungkin tidak dapat diukur, karena sebagian dari itu mungkin
segera diserap kembali dalam biomassa mikroba. Aktivitas mikroba terutama
tergantung pada ketersediaan sumber makanan dan pada faktor iklim, edafik,
atau hidrologi regional dan lokal. Secara lokal, parameter biologis seperti
komposisi kimia bahan organik (yang bergantung pada komunitas tanaman yang
memproduksinya) dan invertebrata tanah.
Jasa ekosistem fungsi pendukung siklus hara dalam konteks ekosistem
perkotaan juga ditujukan untuk mendukung pertanian kota (urban farming),
infrastruktur hijau seperti ruang terbuka hijau (RTH), mengendalikan erosi,
mengatur nutrisi, dan peraturan infiltrasi. Potensi jasa ekosistem fungsi
pendukung siklus hara disajikan Gambar 4.27, Tabel 4.10 dan Gambar 4.28.
Sedang; 9,05%
Tinggi; 68,08%
Gambar 4.27. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Siklus Hara di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
106
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.10. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Siklus Hara Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah Tinggi
Mantikulore 394,34 2.673,89 1.340,94 15.312,58 19.721,75
Palu Barat 18,99 501,46 1,65 94,01 616,10
Palu Selatan 1,34 1.257,75 9,17 791,05 2.059,31
Palu Timur 8,96 534,88 0,34 80,83 625,02
Palu Utara 31,57 691,76 513,33 1.604,50 2.841,15
Tatanga 3,52 680,84 6,99 580,84 1.272,20
Tawaeli 46,66 527,93 759,32 3.038,20 3,74 4.375,85
Ulujadi 151,50 628,45 597,04 2.784,27 0,02 4.161,27
Total 656,88 7.496,95 3.228,78 24.286,28 3,76 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
Gambar 4.28. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pendukung Siklus Hara di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
107
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Gambar 4.29. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Pendukung Siklus Hara Kota Palu
Laporan Akhir
108
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
109
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangat Rendah;
0,36% Rendah; 14,93%
Sangat Tinggi;
28,82%
Sedang;
23,07%
Tinggi; 32,82%
Tabel 4.11. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Siklus Hara Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 38,17 2.394,90 3.316,85 6.478,64 7.493,20 19.721,75
Palu Barat 17,91 395,83 107,36 91,01 4,00 616,10
Palu
1,15 967,82 292,67 741,95 55,73 2.059,31
Selatan
Palu Timur 8,36 425,00 110,50 68,67 12,50 625,02
Palu Utara 1,03 175,38 1.262,87 1.014,47 387,40 2.841,15
Tatanga 0,03 193,50 490,96 430,85 156,85 1.272,20
Tawaeli 9,61 205,40 1.411,98 1.931,34 817,53 4.375,85
Ulujadi 52,26 569,51 1.235,29 949,33 1.354,89 4.161,27
Jumlah 128,51 5.327,32 8.228,47 11.706,26 10.282,09 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
110
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.31. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pendukung Produksi Primer di Setiap Kecamatan Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
111
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Gambar 4.32. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pendukung Produksi Primer Kota Palu
112
Sumber: Data Diolah Oleh Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Ada beberapa kondisi yang dapat berperan besar dalam penurunan kualitas
air yang diikuti dengan penurunan produktivitas primer yakni adanya aktivitas
penduduk dalam pemanfaatan lahan dan adanya alih fungsi lahan dan hutan
(Setiawan Dkk., 2015). Keberadaan kerusakan lahan dan lahan kritis yaitu adanya
alih fungsi lahan, terutama terkait dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS
seharusnya memiliki fungsi menampung, menyimpan, mengalirkan air hujan
secara alami. Jika DAS dialih fungsikan untuk keperluan industri, permukiman,
dan perkebunan besar, maka dapat mempercepat kelangkaan air dan
menyebabkan lahan pada DAS rentan kritis. Masalah yang dihadapi adanya
percepatan lahan kritis di Kota Palu antara lain: kemiskinan, keterbatasan
alternatif lapangan kerja, serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
pertanian lahan kering dan hewan ternak (Dinas Lingkungan Hidup, 2018).
Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemerintah Kota Palu dan para
pemangku kepentingan dalam menjamin dan mempertahankan areal hutan dan
pertanian/perkebunan Kota Palu dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan dan
hutan menjadi penggunaan lainnya. Melakukan pemberdayaan masyarakat petani
dan masyarakat yang berada sekitar kawasan hutan dalam pengelolaan hutan
lestari. Selain itu perlu melakukan pengawasan dan evaluasi izin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan di Kota Palu agar tidak terjadi kerusakan lahan
dan hutan.
Laporan Akhir
113
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Hutan Kota Palu termasuk kawasan RTH Kota Palu yang terdapat di
Kecamatan Palu Timur bertujuan sebagai zona konservasi, pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi lokal masyarakat. Hutan Kota Palu memiliki luas 4,0
ha, berada pada areal dengan ketinggian sekitar 57 mdpl, di areal Hutan Kota
Palu terdapat tiga jenis pohon yang termasuk ke dalam tiga famili, yakni
akasia (Acacia greggi), johar (Senna siamea), dan gamal (Gliricidia sepium).
Keanekaragaman vegetasi di Hutan Kota Palu tergolong rendah, yakni dengan
nilai indeks Shannon sebesar H'=0,51. Namun demikian berdasarkan strata
tajuk pohon maka di Hutan Kota ini memiliki strata yang lengkap, yakni dari
tingkat E hingga tingkat stratum A. Tinggi pohon di areal Hutan Kota Palu
berkisar antara 5–10 m. Akasia (A. greggi) merupakan salah satu jenis pohon
yang termasuk dalam stratum B dengan tinggi pohon 10 m.
Laporan Akhir
114
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Taman Kota Palu Timur memiliki dengan ketinggian sekitar 2,5 mdpl.
Vegetasi yang menyusun stratifikasi tajuk RTH Taman Kota Palu Timur terdiri
atas empat jenis tumbuhan, yakni angsana (Pterocarpus indicus), beringin
(Ficus benjamina), palem (Arecaceae), dan asam (Tamarindus indica). Tinggi
pohon berkisar antara 7–26 m. Angsana (P. indicus) merupakan spesies pohon
yang termasuk dalam strata A dengan tinggi terbesar mencapai 26 m.
Laporan Akhir
115
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
116
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangat Rendah;
0,45%
Rendah; 21,81%
Sangat Tinggi;
28,10%
Sedang; 3,09%
Tinggi; 46,55%
Gambar 4.33. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Biodiversitas di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
117
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.12. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pendukung Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (ha).
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Kecamatan Rendah Tinggi Jumlah
Ha Ha Ha Ha Ha
Mantikulore 26,87 2.979,00 257,15 8.877,74 7.580,99 19.721,75
Palu Barat 18,99 493,04 12,99 61,75 29,33 616,10
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.34. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pendukung Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
118
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Menurut Dewi et al. (2007) habitat yang memiliki jenis vegetasi yang
beragam akan menyediakan berbagai jenis keanekaragaman hayati akan lebih
banyak. Faradila dan Sjarmidi (2012) menyatakan bahwa kekayaan spesies
burung akan semakin tinggi apabila habitat semakin berhutan, dan sebaliknya
kekayaan spesies burung akan semakin rendah apabila habitat semakin terbuka.
Rendahnya kekayaan spesies burung di lokasi ini, diduga karena adanya ancaman
yang tinggi terhadap kehidupannya. Kekayaan jenis yang rendah juga disebabkan
oleh respons burung terhadap habitat yang di tempati. Kerapatan bangunan di
lokasi RTH akan menurunkan kekayaan jenis burung di habitat tersebut dan
sebaliknya semakin berkurang bangunan di area tersebut maka kekayaan jenis
burung akan meningkat. Karakteristik dan kondisi habitat akan mempengaruhi
perbedaan dalam kehadiran dan jumlah individu spesies burung tersebut terhadap
habitatnya (Vikar, Kartono dan Mulyani, 2020). Adapun gambaran sebaran jasa
ekosistem fungsi pendukung biodiversitas di Kota Palu, disajikan pada peta di
Gambar 4.35
Selain itu adanya kerusakan kawasan hutan dan lahan seperti alih fungsi
lahan, perambahan hutan dan kebakaran hutan, kerusakan Mangrove dan
terumbu karang akibat aktivitas manusia. Adanya pertambangan yang tidak sesuai
pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi permasalahan seperti ini dapat
menurunkan jasa ekosistem pendukung biodiversitas di Kota Palu. Menurut
IKPLHD Tahun 2018, bahwa hasil arahan rekomendasi kajian lahan kritis di Kota
Palu diprioritaskan pada kawasan lindung (kawasan hutan lindung dan kawasan
perlindungan setempat) dan kawasan hutan produksi (tetap dan terbatas) dengan
tingkat kekritisan lahan mulai dari “sangat kritis” hingga “agak kritis”. Kegiatan
rehabilitasi lahan secara umum adalah, kegiatan konservasi vegetatif melalui
kegiatan reboisasi, penghijauan, pengayaan jenis tanaman untuk memperbaiki
kesuburan tanah, konservasi sipil teknis melalui pembuatan bangunan dam
pengendali, dam penahan, terasering, saluran pembuangan air, sumur resapan,
embung, dan biopori untuk pencegahan erosi dan sedimentasi.
Laporan Akhir
119
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
Gambar 4.35. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pendukung
120
Biodiversitas Kota Palu
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Fungsi operasional dari jasa ekosistem ini adalah untuk Pengaturan suhu,
kelembaban dan hujan, pengendalian gas rumah kaca dan karbon serta melihat
pengaruh ekosistem terhadap iklim lokal dan global melalui tutupan lahan dan
proses yang dimediasi secara biologis. Secara alamiah ekosistem memiliki fungsi
jasa pengaturan iklim, yang meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan hujan,
angin, pengendalian gas rumah kaca & penyerapan karbon. Fungsi pengaturan
iklim dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik khususnya vegetasi, letak dan
faktor fisiografis seperti ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan
kepadatan vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang besar seperti
pegunungan akan memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih baik yang
bermanfaat langsung pada pengurangan emisi karbon dioksida dan efek rumah
kaca serta menurunkan dampak pemanasan global seperti peningkatan
permukaan laut dan perubahan iklim ekstrem dan gelombang panas.
Kota Palu memiliki karakter klimatologi yang spesifik karena Kota Palu
tidak dapat digolongkan daerah musim atau biasa disebut Non-zona Musim.
Kondisi iklim Kota Palu dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir cukup stabil,
namun pada Tahun 2016 sedikit mengalami perubahan yang cukup berarti.
Perubahan yang cukup besar terjadi pada perubahan curah hujan. Curah hujan
terus mengalami penurunan setiap tahunnya, dari rata-rata 71,8 mm pada Tahun
2011 menjadi rata-rata 41,06 pada Tahun 2016 (DLH, 2019).
Laporan Akhir
121
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
penurunan, dimana pada Tahun 2012 rata-rata 76,1% menjadi 72,51% pada
Tahun 2016. Kecepatan angin terus mengalami peningkatan, dimana pada Tahun
2011 rata-rata 3,00 knots menjadi 4,53 knots pada Tahun 2017. Arah angin di
Kota Palu selama lima tahun terakhir umumnya bertiup dari arah Barat Laut
kecuali pada Tahun 2013 angin bertiup umumnya dari arah Utara (DLH, 2019).
Rendah; 12,01%
Sedang; 24,86%
Tinggi; 33,10%
Gambar 4.36. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Iklim di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Jasa ekosistem pengaturan iklim adalah juga jasa lingkungan yang sangat
penting untuk mengendalikan iklim mikro suatu wilayah. Wilayah yang
lingkungan hidupnya rusak akan mengalami peningkatan suhu, kelembaban
Laporan Akhir
122
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
udara yang tidak baik. Optimalisasi daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup memasukkan jasa pengaturan iklim sebagai salah satu indikatornya.
Persebaran wilayah dengan daya dukung jasa ekosistem pengatur iklim yang
tinggi dan sangat tinggi berada di Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Ulujadi,
Kecamatan Tawaeli, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tatanga. Pada
keenam kecamatan ini, tutupan lahan hutan lahan kering primer, hutan lahan
kering sekunder dan perkebunan campuran berada sebagian besarnya, sehingga
jasa pengaturan iklim menjadi sangat tinggi dan tinggi pada wilayah ini.
Sementara untuk ketiga kecamatan yakni Palu Barat, Palu Timur dan Palu selatan
masuk kategori yang rendah dan sedang dalam daya dukung jasa ekosistem
pengaturan iklim. Adapun gambaran distribusi daya dukung berbasis jasa
ekosistem fungsi pengaturan iklim di Kota Palu, disajikan pada Tabel 4.13 dan
Gambar 4.37
Tabel 4.13. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Iklim Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu (Ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Tinggi
Mantikulore 1.449,65 3.541,26 6.965,94 7.764,90 19.721,75
Palu Barat 428,59 118,70 53,88 14,94 616,10
Palu Selatan 1.124,86 298,55 626,41 9,49 2.059,31
Palu Timur 540,28 29,31 55,35 0,08 625,02
Palu Utara 95,00 1.516,40 843,09 386,67 2.841,15
Tatanga 86,51 652,33 306,85 226,50 1.272,20
Tawaeli 122,83 1.736,66 1.703,62 812,74 4.375,85
Ulujadi 436,33 974,98 1.252,21 1.497,75 4.161,27
Jumlah 4.284,07 8.868,18 11.807,33 10.713,08 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
123
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.37. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Iklim Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Sebarannya daya tampung jasa pengaturan iklim ini tertuang jelas dalam
Gambar 4.38. Bagian yang berwarna hijau tua dan hijau muda adalah wilayah
yang daya dukung dan daya tampungnya sangat tinggi dan tinggi. Daya dukung
yang sedemikian menyebarkan pada wilayah yang berada di Kota Palu. Wilayah-
wilayah tersebut terdapat ekoregion dominan perbukitan dan pegunungan
dengan tutupan lahan adalah hutan lahan kering primer dan sekunder. Bagian
yang rendah berwarna oranye terdapat pada bagian pusat perkotaan di Kota Palu.
Tutupan lahan berupa permukiman dengan ekoregion lembah antar perbukitan
memberikan daya tampung yang rendah dan sedang atas daya dukung jasa
pengaturan iklim ini.
Laporan Akhir
124
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
125
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.38. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan Iklim Kota Palu
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
126
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir adalah jasa lingkungan
dalam menigkatkan peran bentang alam dan penutup lahan dalam infiltrasi air
dan pelepasan air secara berkala dalam siklus hidrologi. Siklus hidrologi
(hydrology cycle), adalah pergerakan air dalam hidrosfer yang meliputi proses
penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara (kondensasi), hujan
(presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus hidrologi yang terjadi di atmosfer
meliputi terbentuknya awan hujan, terbentuknya hujan, dan evaporasi,
transpirasi, evapotranspirasi. Sedangkan siklus hidrologi yang terjadi di biosfer
dan litosfer yaitu ekosistem air yang meliputi aliran permukaan. ekosistem air
tawar, dan ekosistem air laut. Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada
pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan air.
Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh keberadaan
tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan.
Laporan Akhir
127
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangat Rendah;
Sangat Tinggi; 0,03%
0,20% Rendah; 6,51%
Sedang; 36,25%
Tinggi; 57,01%
Gambar 4.39. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Tata Air Dan Banjir di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Tingginya daya dukung berbasis jasa ekosistem pengaturan tata air dan
banjir ini disumbangkan oleh tutupan lahan yang sebagain besar adalah hutan
lahan kering primer dengan ekoregion berupa pegunungan dan perbukitan.
Persebaran wilayah dengan jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir yang
tinggi umumnya berada di Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Ulujadi,
Kecamatan Tawaeli, Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Tatanga dan Kecamatan
Palu Selatan. Pada ketujuh kecamatan ini, memiliki daya tampung yang tinggi
karena ekoregion, lahan bervegatasi dan tutupan lahan berhutan dan kebun
campuran. Sementara Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat Sebagian
besar wilayahnya berkategori rendah dan sedang dalam daya dukung jasa
pengaturan tata air dan banjir. Adapun gambaran distribusi daya dukung berbasisi
jasa ekosistem fungsi pengaturan tata air dan banjir di Kota Palu, disajikan pada
Tabel 4.14 dan Gambar 4.40.
Kinerja jasa pengaturan pencegahan dan perlindungan tata air dan banjir
adalah bahwa ekosistem di dalamnya mengandung unsur pengaturan pada
infrastruktur alam untuk pencegahan dan perlindungan dari beberapa tipe
Laporan Akhir
128
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.14. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Tata Air Dan Banjir Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu (Ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 0,25 1.188,79 5.512,25 12.975,62 44,83 19.721,75
Palu Barat 3,05 107,13 406,60 98,35 0,96 616,10
Palu Selatan 0,23 221,14 1.040,73 792,03 5,17 2.059,31
Palu Timur 1,34 184,82 365,78 72,95 0,13 625,02
Palu Utara 68,93 1.503,48 1.264,29 4,45 2.841,15
Tatanga 0,00 45,55 641,01 581,16 4,47 1.272,20
Tawaeli 0,01 105,04 1.937,75 2.323,78 9,27 4.375,85
Ulujadi 4,26 399,96 1.525,00 2.228,56 3,49 4.161,27
Jumlah 9,15 2.321,37 12.932,61 20.336,76 72,77 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.40. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Tata Air Dan Banjir Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
129
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Arahan mitigasi untuk bahaya yakni sistem jaringan drainase yang baik
perlu diperhatikan pada setiap kawasan permukiman, begitu pun dengan kawasan
peruntukan lainnya. Perhutanan kembali (afforestation/reforestation) sebaiknya
dilaksanakan pada sub DAS yang berkontribusi buruk dalam menjaga tata air dan
proses sedimentasi pada DAS. Pengkonversian lahan hutan menjadi penggunaan
lahan lain perlu mempertahankan luasan optimal tutupan lahan hutan. Program
peningkatan efektifitas pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai upaya
terintegrasi pengendalian banjir. Review masterplan drainase kota dan
pengembangan sistem jaringan drainase kota secara berjenjang dan menerus serta
terintegrasi dengan sistem drainase alamiah kota
Laporan Akhir
130
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Gambar 4.41. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan Tata Air
Jasa Ekosistem Kota Palu
131
Dan Banjir Kota Palu
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
132
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah; 20,11%
Sangat Tinggi;
29,17%
Tinggi; 12,77%
Sedang; 37,95%
Gambar 4.42. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengatur Perlindungan Pencegahan Bencana di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
133
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.15. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengatur
Perlindungan Pencegahan Bencana Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu (Ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Tinggi
Mantikulore 2.753,64 8.568,34 856,51 7.543,26 19.721,75
Palu Barat 420,52 134,03 44,47 17,08 616,10
Palu Selatan 1.106,20 294,26 648,53 10,32 2.059,31
Palu Timur 530,83 27,33 63,90 2,96 625,02
Palu Utara 793,27 883,54 768,59 395,75 2.841,15
Tatanga 77,10 664,88 290,24 239,98 1.272,20
Tawaeli 1.125,53 1.165,68 1.356,44 728,19 4.375,85
Ulujadi 368,12 1.799,05 527,16 1.466,94 4.161,27
Jumlah 7.175,23 13.537,10 4.555,85 10.404,48 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.43. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pengatur Perlindungan Pencegahan Bencana Berdasarkan Kecamatan di
Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
134
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Salah satu yang mendasari bidang tata ruang perlu untuk melakukan
penataan kawasan adalah kondisi kerentanan fisik dan sebaran fasilitas umum
dan fasilitas krisis di area rawan bencana. Kota Palu dengan sebaran kerentanan
fisik, dan juga sebaran fasilitas umum dan kritis yang luas, harus menjadi sebuah
perhatian bagi sektor penataan ruang. Tujuan pengurangan risiko bencana
dengan cara pengelolaan kawasan menjadi permasalahan yang tidak sederhana
mengingat perkembangan Kota Palu eksisting sudah semakin padat. Namun
setidaknya kriteria umum arahan peraturan zonasi yang menjadi salah satu alat
yang dapat digunakan oleh bidang penataan ruang, dapat berkontribusi dalam
pengurangan risiko bencana di masa depan.
Laporan Akhir
135
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.44. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengatur
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
136
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
137
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
138
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
139
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah;
31,15%
Tinggi;
11,22%
Sedang;
29,65%
Gambar 4.45. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemurnian Air di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
140
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.16. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
(Ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 984,52 3.660,91 7.161,76 832,98 7.081,57 19.721,75
Palu Barat 4,68 509,80 55,77 45,85 616,10
Palu Selatan 0,33 1.244,35 358,61 456,02 2.059,31
Palu Timur 1,91 530,89 34,28 57,94 625,02
Palu Utara 87,44 1.484,92 746,93 521,86 2.841,15
Tatanga 0,00 664,76 316,33 291,11 1.272,20
Tawaeli 114,81 1.677,64 1.012,50 1.122,14 448,75 4.375,85
Ulujadi 20,36 1.339,06 891,11 675,71 1.235,02 4.161,27
Jumlah 1.214,06 11.112,35 10.577,30 4.003,61 8.765,34 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.46. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
141
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
142
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.47. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
143
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Berdasarkan data dari BPS Kota Palu pada buku Kota Palu Dalam Angka
2018 diketahui total jumlah industri di Kota Palu sebanyak 3.419 Kegiatan
industri menghasilkan buangan limbah cair yang berpotensi mencemari
lingkungan salah satunya media air. Selain usaha industri, pencemaran air juga
bersumber dari limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh penduduk Kota Palu,
baik itu limbah cair maupun padat berupa sampah (DLH Kota Palu, 2018).
Berdasarkan hasil kajian kinerja jasa ekosistem, kemampuan lingkungan alami di
Kota Palu yang berkontribusi dalam pengolahan dan penguraian limbah dengan
kinerja tinggi hingga sangat tinggi meliputi wilayah seluas 66,98 % dari total luas
wilayah, sisanya memiliki kelas kinerja sangat rendah sampai sedang. Adapun
gambaran persentase daya dukung berbasis jasa ekosistem pengaturan
pengolahan dan pengurai limbah di Kota Palu sebagaimana disajikan pada
Gambar 4.8.
Laporan Akhir
144
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah; 3,40%
Sangat Tinggi;
31,26%
Sedang; 29,61%
Tinggi; 35,72%
Gambar 4.48. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai Limbah di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Hasil pengujian pada pengambilan sampel di lokasi sungai palu, pada titik
lokasi pantau sungai Pondoh Poboya, Sungai Jembatan I Gajah Mada, Sungai
Jembatan Gantung Nunu, Sungai Jembatan IV Ponulele didapatkan nilai yang
sama yaitu < 0,01 mg/L masih jauh di bawah baku mutu. Berdasarkan hasil
pengukuran pada Sungai Palu dan Sungai Pondoh Poboya didapatkan kandungan
sulfat pada titik lokasi pemantauan dengan nilai yang terendah pada lokasi
Laporan Akhir
145
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
sampling di sungai Pondoh Poboya titik III yaitu 40,0 mg/L dan yang tertinggi
pada sungai Pondoh Poboya titik I yaitu 60,0 mg/L (DLH Kota Palu, 2018).
Tabel 4.17. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai Limbah Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha).
Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah
Mantikulore 984,52 3.691,03 7.229,57 7.816,63 19.721,75
Palu Barat 4,68 507,35 86,10 17,98 616,10
Palu Selatan 0,33 1.240,09 802,83 16,06 2.059,31
Palu Timur 1,91 530,16 89,68 3,28 625,02
Palu Utara 87,44 1.485,40 842,65 425,66 2.841,15
Tatanga 0,00 664,76 363,21 244,22 1.272,20
Tawaeli 114,81 1.686,41 1.662,53 912,09 4.375,85
Ulujadi 20,36 758,46 1.666,61 1.715,84 4.161,27
Jumlah 1.214,06 10.563,66 12.743,17 11.151,77 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.49. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai Limbah Berdasarkan Kecamatan di
Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
146
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi daya dukung berbasis
jasa ekosistem fungsi pengatur pengolahan dan penguraian limbah dalam
pengolahan dan penguraian limbah terletak pada ekoregion Pegunungan
struktural, perbukitan struktural, dataran aluvial dan dataran fluvio. Keempat
ekoregion ini didominasi oleh tutupan lahan hutan dan lahan bervegetasi
sehingga aktivitas kegiatan manusia masih terbatas. Sebagian besar lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengolahan dan penguraian limbah terletak kaki
perbukitan denudasional, batu pasir dan batu lumpur serta tutupan lahan terbuka.
Kawasan rendah jasa fungsi pengatur pengolahan dan penguraian limbah rendah
lebih tersebar pada kawasan permukiman, industri dan kawasan jasa
perekonomian. limbah akibat aktivitas manusia adalah sumber utama di beberapa
wilayah dan sering kali merupakan sumber terbesar berarah ke sungai dan muara
perkotaan. Sebarannya daya tampung berbasis jasa ekosistem fungsi pengatur
pengolahan dan penguraian limbah di Kota Palu disajikan pada Gambar 4.50.
Laporan Akhir
147
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.50. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
148
Pengolahan Dan Pengurai Limbah Kota Palu
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Kualitas udara yang baik merupakan salah satu manfaat yang diberikan
oleh ekosistem. Kualitas udara . sangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai
polutan udara dengan faktor -faktor meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar
matahari) dan pemanfaatan ruang permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas
pemanfaatan ruang, semakin dinamis kualitas udara. Jasa pemeliharaan kualitas
udara pada kawasan bervegetasi dan pada daerah bertopografi tinggi umumnya
lebih baik dibanding dengan daerah non vegetasi.
29,2
28,7 28,7
28,4 28,5
28,2 28,3 28,3
27,8 27,8
27,4
27,1
r
ri
ei
s
i
et
ril
li
r
ni
r
ar
be
be
be
be
tu
Ju
ua
Ju
ar
Ap
nu
us
m
em
to
m
br
M
Ja
se
ve
Ag
Ok
Fe
pt
De
No
Se
Laporan Akhir
149
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sedang; 15,30%
Tinggi; 32,41%
Gambar 4.52. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
150
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Gambar 4.53. Sebaran Usaha Penambangan Bahan Galian Batuan di Kota Palu
Sumber : Dinas Lingkungan hidup Kota Palu, 2019
Laporan Akhir
151
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sementara Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Barat dan Palu Selatan
termasuk wilayah memiliki daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi
pengaturan pemeliharaan kualitas udara berkategori rendah. Pada ketiga
kecamatan tersebut didominasi oleh tutupan lahan bangunan permukiman,
perkantoran dan industri. Hasil kajian DLH Kota Palu (2019), bahwa sumber
pencemaran udara dapat berasal dari berbagai jenis kegiatan, antara lain industri,
transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.
Penggunaan bahan bakar dari aktivitas industri maupun transportasi menjadi
faktor pemicu terhadap penurunan kualitas udara. Adapun gambaran distribusi
daya dukung berbasis jasa ekosistem Fungsi Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai
Limbah di Kota Palu, disajikan pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.54 dan Peta sebaran
daya dukung berbasis jasa ekosistem fungsi pengaturan pemeliharaan kualitas
udara disajikan pada Gambar 4.55
Tabel 4.18. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Berdasarkan Kecamatan di
Kota Palu (Ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 984,20 2.088,17 2.170,90 6.833,15 7.645,33 19.721,75
Palu Barat 16,28 504,48 24,56 55,72 15,07 616,10
Palu
1,39 1.262,33 87,53 698,58 9,49 2.059,31
Selatan
Palu Timur 7,80 536,20 26,23 54,71 0,08 625,02
Palu Utara 87,44 636,33 917,04 841,58 358,77 2.841,15
Tatanga 0,06 686,96 41,60 320,79 222,80 1.272,20
Tawaeli 114,81 460,00 1.554,10 1.563,74 683,19 4.375,85
Ulujadi 87,59 693,36 635,24 1.192,52 1.552,57 4.161,27
Jumlah 1.299,56 6.867,82 5.457,20 11.560,78 10.487,30 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
152
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.54. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
153
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.55. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
154
Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Kota Palu
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
155
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangat Rendah;
4,33%
Rendah;
18,19%
Sangat Tinggi;
32,69%
Sedang; 1,16%
Tinggi; 43,63%
Gambar 4.56. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Penyerbukan Alami di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Tabel 4.19. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Penyerbukan Alami Berdasarkan Kecamatan di Kota
Palu (Ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 984,37 2.061,55 159,41 8.734,39 7.782,04 19.721,75
Palu Barat 51,10 466,33 4,52 53,75 40,40 616,10
Palu
163,95 1.095,56 11,23 385,37 403,20 2.059,31
Selatan
Palu Timur 116,20 424,21 3,77 38,51 42,34 625,02
Palu Utara 87,44 601,48 52,71 1.712,86 386,67 2.841,15
Tatanga 26,96 645,38 22,82 340,80 236,24 1.272,20
Tawaeli 114,81 415,55 154,41 2.829,18 861,90 4.375,85
Ulujadi 778,84 5,70 1.467,60 1.909,14 4.161,27
Jumlah 1.544,84 6.488,89 414,57 15.562,45 11.661,91 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
156
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.57. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Penyerbukan Alami Berdasarkan Kecamatan di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Selain itu, efek dari tekanan yang disebutkan di atas pada kejadian dan
kelimpahan penyerbukan tampaknya sangat dipengaruhi oleh sifat ekologis
masing-masing spesies - termasuk durasi musim penerbangan, rentang pencarian
makan, dan strategi reproduksi.
Laporan Akhir
157
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.58. Peta Sebaran Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
158
Penyerbukan Alami Kota Palu
Sumber: Data Diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Musuh alami bagi hama tanaman misalnya burung hantu dan elang yang
memangsa hama tikus, serangga predator seperti belalang sembah dan kelompok
laba-laba yang memangsa serangga hama, dan masih banyak lagi. Bakteri, jamur,
nematoda, mikroarthropoda, dan arthropoda yang lebih besar di dalam tanah
diketahui mengendalikan hama dan patogen pertanian. Bakteri mengendalikan
penyakit tanaman melalui antagonisme patogen di rhizosfer (Weller, 1988).
Jamur entomopatogenik (Ascomycota) adalah musuh alami banyak hama
serangga pertanian di daerah beriklim sedang. Populasi jamur dan tanaman
entomopatogen mendapat manfaat dari praktik tanpa olah tanah dan konservasi
lainnya (Meyling dan Eilenberg, 2007). Nematoda tanah telah digunakan untuk
mengendalikan thrips, serangga bersayap kecil yang menularkan infeksi jamur
dan virus ke tanaman di seluruh dunia (Pappu et al., 2009). Bahkan populasi awal
nematoda Thripinema sp. dapat berkembang biak dan mengendalikan populasi
thrips setelah invasi thrips (Arthurs dan Heinz, 2006), mengurangi kebutuhan
akan pestisida atau intervensi manajemen intensif lainnya. Mikroarthropoda
Laporan Akhir
159
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Rendah; 22,31%
Tinggi;
46,71%
Sedang;
30,98%
Gambar 4.59. Persentase Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengendalian Hama Dan Penyakit di Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
160
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Tabel 4.20. Distribusi Luas Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Fungsi
Pengaturan Pengendalian Hama Dan Penyakit Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palu (Ha).
Sangat Sangat
Kecamatan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Tinggi
Mantikulore 3.021,29 7.185,02 9.515,44 19.721,75
Palu Barat 0,05 511,54 31,04 73,48 616,10
Palu
0,03 1.241,85 46,18 771,26 2.059,31
Selatan
Palu Timur 0,06 532,18 31,08 61,70 625,02
Palu Utara 688,77 884,17 1.268,22 2.841,15
Tatanga 0,00 666,84 76,94 528,41 1.272,20
Tawaeli 517,86 1.396,03 2.461,92 0,05 4.375,85
Ulujadi 778,98 1.401,54 1.980,75 4.161,27
Jumlah 0,14 7.959,30 11.051,99 16.661,17 0,05 35.672,66
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
ULUJADI
TAWAELI
TATANGA
PALU UTARA
PALU TIMUR
PALU SELATAN
PALU BARAT
MANTIKULORE
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 4.60. Distribusi Persentase Luas Daya Dukung Berbasisi Jasa Ekosistem
Fungsi Pengaturan Pengendalian Hama Dan Penyakit Berdasarkan Kecamatan di
Kota Palu
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Laporan Akhir
161
Tahun 2020
Laporan Akhir
Tahun 2020
Gambar 4.61. Peta Sebaran Daya Dukung berbasis Jasa Ekosistem Fungsi Pengaturan
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Tahun 2020
Jasa Ekosistem Kota Palu
162
Sumber: Data diolah Tim Ahli Jasa Ekosistem, Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
163
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
BAB 5
POTENSI PERMASALAHAN
LINGKUNGAN DAN
STRATEGI PENGELOLAAN
Pemerintah daerah terus berupaya mencari inovasi untuk memelihara dan
meningkatkan infrastruktur ekologis sebagai bagian dari perencanaan dan desain
perkotaan. Namun, banyak penelitian dan informasi yang menunjukkan bahwa
kemampuan otoritas lokal untuk mengimplementasikan infrastruktur ekologis ke
dalam sistem perencanaan tata ruang masih sangat terbatas.
Pemahaman yang lebih baik tentang jasa ekosistem, karakteristik spasial
dan hubungan keduanya sangat dibutuhkan untuk memindahkan jasa ekosistem
dari alat penilaian ke instrumen praktis untuk perencanaan, desain, dan
implementasi tata ruang. Banyak fitur lanskap yang dapat meningkatkan
penghidupan bagi manusia sekaligus dapat memainkan peran penting dalam
mempertahankan populasi fauna atau kekhasan flora.
Wilayah perkotaan dicirikan oleh prevalensi struktur yang dibangun dan
permukaan yang kedap air, yang mengubah ruang permukaan dan aliran air,
menurunkan kualitas air, mengurangi tutupan dan keanekaragaman vegetasi, dan
menyebabkan hilangnya habitat, fragmentasi, dan degradasi. Wilayah perkotaan
juga merupakan pusat kegiatan manusia yang dapat menggantikan flora fauna,
mengintroduksi, dan menyebarkan spesies invasif, menghasilkan polutan,
kebisingan, panas, dan pencahayaan buatan yang dapat mengganggu organisme
tertentu, dan faktor lainnya. Berikut ini disajikan strategi pengelolaan
berdasarkan faktor pembatas jasa ekosistem dan strategi pendekatan yang dapat
dilakukan.
Laporan Akhir
164
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Fungsi akan menjadi jasa ketika sudah dimanfaatkan oleh manusia atau
memberikan kontribusi pada kesehatan, kesejahteraan, dan lainnya. Dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk berimplikasi pada pemanfaatan sumber
daya alam sehingga dapat memberikan tekanan terhadap jasa lingkungan yang
dihasilkan.
Laporan Akhir
165
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
terobosan teknologi sangat penting dalam pencarian solusi berbasis alam. Basis
keterhubungan antar komponen disajikan pada gambar ini.
Laporan Akhir
166
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
167
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
B. Tekanan Langsung
4. Perubahan penutupan lahan dan penggunaan lahan.
5. Perubahan iklim adalah pendorong langsung perubahan ekosistem yang
sepatutnya mendapat perhatian besar.
6. Perubahan kondisi agro-ekologis
Proyeksi dan strategi akan ideal ketika jasa ekosistem dikaitkan dengan
dokumen pengguna penggunanya, misalnya KLHS, RTR, RPJMD, dan dokumen
yang memiliki kebijakan, rencana, program (KRPl) ainnya.
Strategi akan dikaji berbasis pada Kebijakan, Rencana, dan Program yang
akan dilaksanakan pada lokasi dengan jasa ekosistem dengan status tertentu.
Proyeksi dan strategi akan didesain dengan pendekatan system dynamics. Pada
konteks ini, kita hanya memiliki data profil (baseline data) jasa ekosistem.
Olehnya, pendekatan strategi dilakukan lebih makro dan terkait langsung dengan
prosessor (abiotik dan biotik) jasa ekosistem, serta aspek lain yang mempengaruhi
dinamikanya.
Laporan Akhir
168
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
169
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
170
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
171
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
172
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
173
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
174
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara, Jakarta.
Bai, X., and Schandl H., 2010. Urban Ecology and Industrial Ecology: The
Routledge Handbook of Urban Ecology. Abingdon: Routledge Publications.
Bagstad, K.J., Semmens, D.J., Waage, S., Winthrop, R., 2013. A comparative
assessment of decision-support tools for ecosystem services quantification
and valuation. Ecosystem Services 5, 27–39.
https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2013.07.004
Bolund, P., and Hunhammar S., 1999. Ecosystem Services in Urban Areas.
Ecological Economics 29 (2): 293–301. doi:10.1016/S0921-
8009(99)00013-0.
BPS, 2018. Kota Palu dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota Palu, Tahun
2018.
……, 2019. Kota Palu dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota Palu, Tahun
2019.
……, 2020. Kota Palu dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota Palu, Tahun
2020.
Burkhard B., and Maes J. (Eds.), 2017. Mapping Ecosystem Services. Pensoft
Publishers, Sofia, 374 pp.
Clark, J.S., Carpenter, S.R., Barber, M., Collins, S., Dobson, A., Foley, J.A., Lodge,
D.M., Pascual, M., Pielke, R., Pizer, W., Pringle, C., Reid, W.V., Rose, K.A.,
Sala, O., Schlesinger, W.H., Wall, D.H., Wear, D., 2001. Ecological
Forecasts: An Emerging Imperative. Science 293, 657–660.
https://doi.org/10.1126/science.293.5530.657
CBD, 2011.Ways and means to support ecosystem restoration (UNEP/
CBD/SBSTTA/15/4). Secretariat of the Convention on Biological Diversity.
Daily, G.C., Polasky, S., Goldstein, J., Kareiva, P.M., Mooney, H.A., Pejchar, L.,
Ricketts, T.H., Salzman, J., Shallenberger, R., 2009. Ecosystem services in
decision making: time to deliver. Frontiers in Ecology and the Environment
7, 21–28. https://doi.org/10.1890/080025
Dewi RS, Y Mulyani, dan Santosa Y., 2007. Keanekaragaman Jenis Burung Di
Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai [tesis]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
DISBUDPAR, 2018. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu. Tahun 2018
DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Sulawesi Tengah, 2017. Dokumen Informasi
Kinerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017.
Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tengah, Palu.
Laporan Akhir
175
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Palu, 2018. Dokumen Informasi Kinerja
Lingkungan Hidup Daerah Kota Palu Tahun 2018. Dinas Lingkungan Hidup
Kota Palu, Palu.
…….., 2019. Dokumen Informasi Kinerja Lingkungan Hidup Daerah Kota Palu
Tahun 2019. Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Palu.
DPRKP (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman), 2018. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Pemukiman, Kota Palu.
Dobbs, C., Nitschke, C.R., Kendal, D., 2014. Global Drivers and Tradeoffs of Three
Urban Vegetation Ecosystem Services. PLOS ONE 9, e113000.
https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0113000
Fardila D, Sjarmidi A. 2012. Bird distribution along environmental gradients in
North Bandung, West Java. Res J Sci (1): 23-32.
Goldstein, J.H., Caldarone, G., Duarte, T.K., Ennaanay, D., Hannahs, N., Mendoza,
G., Polasky, S., Wolny, S., Daily, G.C., 2012. Integrating ecosystem-service
tradeoffs into land-use decisions. PNAS 109, 7565–7570.
https://doi.org/10.1073/ pnas.1201040109
Gómez-Baggethun, E., Gren, Å., Barton, D.N., Langemeyer, J., McPhearson, T.,
O’Farrell, P., Andersson, E., Hamstead, Z., Kremer, P., 2013. Urban
Ecosystem Services, in: Elmqvist, T., Fragkias, M., Goodness, J., Güneralp,
B., Marcotullio, P.J., McDonald, R.I., Parnell, S., Schewenius, M., Sendstad,
M., Seto, K.C., Wilkinson, C. (Eds.), Urbanization, Biodiversity and
Ecosystem Services: Challenges and Opportunities: A Global Assessment.
Springer Netherlands, Dordrecht, pp. 175–251.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-7088-1_11
Gunawardena, K. R., M. J. Wells, and T. Kershaw. 2017. Utilizing Green and Blue
Space to Mitigate Urban Heat Island Intensity. New York (NY): Elsevier.
doi:10.1016/ j.scitotenv.2017.01.158.
Haase, D., Frantzeskaki, N., Elmqvist, T., 2014. Ecosystem Services in Urban
Landscapes: Practical Applications and Governance Implications. AMBIO
43, 407–412. https://doi.org/10.1007/s13280-014-0503-1
Herawaty , H dan H Santoso. 2007. Pengarus-utamaan adaptasi perubahan iklim
ke dalam agenda pembangunan: tantangan kebijakan dan pembangunan.
Adaptasi terhadap bahaya gerakan tanah di masa yang akan dating akibat
pengaruh perubahan iklim. Laporan pertemuan dialog pertama gerakan
tanah dan perubahan iklim. Cifor, Bogor.
IPCC 2014. Summary for Policymakers in Climate Change 2014: Impacts,
Adaptation, and Vulnerability. Cambridge: Cambridge University Press.
Kotaku Sulawesi Tengah, 2019. Laporan Perkembangan Pelaksanaan Program
KOTAKU OSP 9 Provinsi Sulawesi Tengah. Oversight Service Provider (OSP)
9 Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.
Laporan Akhir
176
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
177
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Sangadji, M.N., Edy, N., Nursalam, Rahman, A., Mozin, S., Rahmatu, R., Lakani,
I., Machmud, Z., Musbah, M., 2019. Environmental Carrying Capacity
based on Ecosystem Services for Sustainable Development in Banggai
Island. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 270, 012046.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/270/1/012046
Stone, B., and Norman, J., 2006. Land Use Planning and Surface Heat Island
Formation: A Parcel-Based Radiation Flux Approach. Atmospheric
Environment 40 (19): 3561–3573. doi: 10.1016/j.atmosenv.2006.01.015.
Tohjiwa Agus Dharma, 2015. Sense Of Place Kota Bogor Berdasarkan Persepsi
Penduduk Di Tiga Tipologi Permukiman. Tesa Arsitektur, Journal of
Architectural Discourses, Semarang.
TEEB, 2010. The Economics of Ecosystems and Biodiversity Ecological and
Economic Foundations. London and Washington: Earthscan.
UNEP, 2011. Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development
and Poverty Eradication — A Synthesis for Policy Makers.
Vikar Abdul, Kartono Agus Priyono dan Mulyani Yeni A., 2020. Komunitas Burung
Pada Ruang Terbuka Hijaudi Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Media
Konservasi Vol. 25, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yekti Win Elas, Lidya Paramita Kusman, Rif Abrar Raflis, Septiadi Ari Nugroho,
Larasati Pratiwi, Hendra Saputra, Dyah AYu Diandini, Nur Amalia,
Istiqomah Tya Dewi P., Mertiara Ratih Terry L., Rendra Miftadira, Nana
Sebastian, 2018. Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) di Kota Palu
2018. Direktur Jendral Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN, Jakarta.
Laporan Akhir
178
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
LAMPIRAN
Laporan Akhir
179
Tahun 2020
Lampiran 1. Nilai Koefisien Tipe Vegetasi dalam Analisis Jasa Ekositem
PENYEDIA SERAT
No Tipe Vgetasi
1 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 0,60 0,60 1,40 1,40 1,60 0,48 0,60
2 Vegetasi hutan pamah monsun merangas 0,24 0,36 1,40 1,40 1,60 0,48 0,60
3 Vegetasi hutan pegunungan bawah 0,48 0,60 1,40 1,40 1,60 0,48 0,60
Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun (monsoon
4 0,36 0,36 1,40 1,40 1,60 0,48 0,60
lower mountain forest)
5 Vegetasi savana monsun pamah 0,24 0,24 1,05 1,05 1,60 0,48 0,60
6 Vegetasi terna tepian sungai 0,48 0,48 0,70 0,70 1,60 0,48 0,60
FUNGSI PENGATUR
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN IKLIM
No Tipe Vgetasi
1 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 1,40 0,60 1,60 1,12 1,12 1
2 Vegetasi hutan pamah monsun merangas 0,84 0,36 0,96 0,84 0,84 0
PENYEDIA SERAT
RUANG HIDUP
EKOWISATA
GENETIK
No Penutupan Lahan
PENYEDIA SERAT
RUANG HIDUP
EKOWISATA
GENETIK
No Penutupan Lahan
FUNGSI PENGATUR
PERUNDUNGAN PENCEGAHAN
PENGATURAN TATA AIR DAN
PENGATURAN PENGOLAHAN
PENGATURAN PEMURNIAN
BENCANA
BANJIR
AIR
No Penutupan Lahan
PERUNDUNGAN PENCEGAHAN
PENGATURAN TATA AIR DAN
PENGATURAN PENGOLAHAN
PENGATURAN PEMURNIAN
BENCANA
BANJIR
AIR
No Penutupan Lahan
15 Tanaman Semusim Lahan Basah (Sawah) 2,04 2,16 1,68 1,92 1,80
Tanaman Semusim Lahan Kering
16 2,04 2,04 1,80 1,80 1,68
(Tegalan/Ladang)
17 Waduk dan Danau Buatan 1,92 2,52 2,40 2,28 2,16
TEMPATTINGGAL DAN
PENYEDIA SUMBER
FUNGSI REKREASI
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
DAN EKOWISATA
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
No Ekoregion
TEMPATTINGGAL DAN
PENYEDIA SUMBER
FUNGSI REKREASI
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
DAN EKOWISATA
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
No Ekoregion
TEMPATTINGGAL DAN
PENYEDIA SUMBER
FUNGSI REKREASI
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
DAN EKOWISATA
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
No Ekoregion
TEMPATTINGGAL DAN
PENYEDIA SUMBER
FUNGSI REKREASI
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
DAN EKOWISATA
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
No Ekoregion
TEMPATTINGGAL DAN
PENYEDIA SUMBER
FUNGSI REKREASI
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
DAN EKOWISATA
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
No Ekoregion
FUNGSI PEN
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN TATA
PEMURNIAN AIR
AIR DAN BANJIR
PERUNDUNGAN
PENCEGAHAN
PENGATURAN
PENGATURAN
BENCANA
No Ekoregion
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN TATA
PEMURNIAN AIR
AIR DAN BANJIR
PERUNDUNGAN
PENCEGAHAN
PENGATURAN
PENGATURAN
BENCANA
No Ekoregion
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN TATA
PEMURNIAN AIR
AIR DAN BANJIR
PERUNDUNGAN
PENCEGAHAN
PENGATURAN
PENGATURAN
BENCANA
No Ekoregion
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN TATA
PEMURNIAN AIR
AIR DAN BANJIR
PERUNDUNGAN
PENCEGAHAN
PENGATURAN
PENGATURAN
BENCANA
No Ekoregion
PENYEDIA SUMBER
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA BAHAN
PENYEDIA SERAT
BUDAYA FUNGSI
ESTETIKA ALAM
DAYA GENETIK
RUANG HIDUP
EKOWISATA
PANGAN
FUNGSI
BAKAR
NO. KECAMATAN
FUNGSI PENGATUR
PEMELIHARA KUALITAS
PENGATURAN IKLIM
PENGATURAN TATA
PENGURAI LIMBAH
PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN AIR
AIR DAN BANJIR
PERUNDUNGAN
PENCEGAHAN
PENGATURAN
PENGATURAN
PENGATURAN
BENCANA
UDARA
NO. KECAMATAN
Laporan Akhir
197
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
198
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
199
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
200
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
201
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
202
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
203
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
204
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
205
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
206
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
207
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
208
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
209
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
210
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
211
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
212
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
213
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
214
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
215
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
216
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
217
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
218
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
219
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
220
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
221
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
222
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
223
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Keluaran Kajian
Laporan Akhir
224
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Konsep Dasar
Secara operasional, kajian ini melakukan perhitungan Indeks Jasa Ekosistem berdasarkan
fungsi – fungsi ekosistem yang akan menjadi indikator kondisi daya dukung lingkungan
hidup di Kota Palu
Asumsi dasar bahwa semakin tinggi fungsi layanan ekosistem terhadap Jasa Ekosistem
suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya
Kajian daya dukung berbasis jasa eksositem memiliki kelebihan karena secara operasional
dapat dihitung dengan pendekatan keruangan (spatial), sehingga daya dukung daya
tampung dapat disajikan secara informatif dengan menggunakan peta yang mampu
menunjukkan sebaran, luasan serta mudah untuk diintegrasikan pada rencana
pembangunan wilayah baik di tingkat nasional, provinsi dan kota.
Laporan Akhir
225
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
226
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
227
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
228
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
229
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
230
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
231
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
232
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
233
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
234
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
235
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
236
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
237
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
238
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
239
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
240
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
241
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
242
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
243
Tahun 2020
Kajian dan Pemetaan Daya Dukung
Jasa Ekosistem Kota Palu
Tahun 2020
Laporan Akhir
244
Tahun 2020