Zakky Ashidiqi
2006605861
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................................3
BAB 3. ANALISIS....................................................................................................................9
BAB 4. SIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR REFERENSI..........................................................................................................13
BAB 1. PENDAHULUAN
Gambar 1.Pendapatan Negara dalam APBN 2021 (triliun Gambar 2. Bagian Pendapatan Perpajakan Indonesia Tahun
Rupiah) 2018 (dalam %)
34
Hibah; 0.9
298.2
29
13 12
9
1,444.5
4
Share of Tax Revenue (%)
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak Personal income tax Social security contribution
Value added taxes Corporate income tax
Hibah
Other taxes on g&s Other taxes
Berdasarkan fakta dan data tersebut, pajak akan selalu menjadi sorotan utama dalam
setiap perencanaan pembangunan. Hal ini disebabkan penerimaan perpajakan
merepresentasikan gambaran besar kemampuan keuangan negara. Rencana besar
pembangunan Indonesia pada pemerintahan Joko Widodo dijabarkan pada Visi Indonesia
2045. Tujuan utamanya, dari sudut pandang ekonomi adalah membawa Indonesia keluar dari
middle income trap dan menjadi negara berpendapatan tinggi. Perjalanan untuk mencapai
tujuan tersebut membutuhkan dana yang besar dan pajak menjadi instrumen kebijakan yang
perannya krusial.
Sayangnya, Indonesia masih memiliki masalah dalam sistem perpajakannya. Menurut
studi kerumitan pajak oleh Paderborn University & LMU Munich (2020), Indonesia berada di
peringkat 95 dari 100 negara yang dinilai. Artinya, Indonesia masih memiliki birokrasi
perpajakan yang paling rumit apabila dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN.
Selain rumit, rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga
relative rendah apabila dibandingkan dengan negara serumpun seperti Malaysia, Singapura,
Thailand, ataupun Filipina. Padahal, jika dilihat dari sisi ekonomi dan demografi, penerimaan
pajak Indonesia memiliki potensi yang sangat besar.
Gambar 3. Peringkat Tingkat Kerumitan Pajak & Rasio Pajak Terhadap PDB
100 15 16
14 95
90
13 91 14
80 12
12
70 10
68 10
60
50 8
40
6
30 36
4
20
2
10 6
0 0
Singapore Malaysia Thailand Philippines Indonesia
Unstandardized
Model Coefficient Std. Error
B Sig
Dari hasil kajian restitusi pajak dalam Undang-Undang Cipta Kerja dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Penyederhanaan peraturan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak, sehingga pada klaster perpajakan dalam UU Ciptaker terkait restitusi
merupakan salah satu bentuk respon pemerintah terhadap masalah yang ada dan
memberikan kejelasan serta kemudahan bagi Wajib Pajak dalam hal pemenuhan hak
dan kewajibannya. Restitusi merupakan hak Wajib Pajak atas kelebihan pembayaran
pajak dari pajak yang seharusnya terutang, sehingga apabila restitusi dipermudah dan
memberikan kepastian hukum yang adil maka kepatuhan Wajib Pajak akan
meningkat.
2. Perubahan peraturan tentang restitusi dalam UU Ciptaker memberikan
penyederhanaan tentang pemungutan PPN yang berimplikasi terhadap kejelasan atas
restitusi, memberikan keadilan akan tarif imbalan bunga berdasarkan suku bunga
acuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan kepastian hukum yang jelas
mengenai restitusi atas Barang Kena Pajak (BKP) Batu Bara.
3. Perubahan klaster perpajakan terkait restitusi tidak hanya berdampak kepada
peningkatan kepatuhan wajib pajak, melainkan juga terhadap perekonomian secara
makro.
4.
DAFTAR REFERENSI
Strum, H. S. (2021, Januari). Global MNC Tax Compexity Project. Retrieved from
taxcomplexity.org: https://www.taxcomplexity.org/
IMF. (2021). Tax Revenue (% of GDP). Retrieved from https://data.worldbank.org/:
https://data.worldbank.org/indicator/GC.TAX.TOTL.GD.ZS
Alm, J., Martinez-Vazquez, J., & McClellan, C. (2016). Corruption and Firm Tax
Evasion. Journal of Economic Behavior and Organization, 124, 146-163.
Mardiasmo. (2013). Perpajakan edisi revisi 2013. Yogyakarta: Andi.
DDTC. (2020). Matriks persandingan klaster kemudahan berusaha: bidang perpajakan
dalam uu no. 11 tahun 2020 tentang cipta
kerja. https://ddtc.co.id/uploads/pdf/UU_CIPTA_KERJA_UU_KUP.pdf
Mangundap, P. V., & Tirayoh, V. Z. (2016). Analisis prosedur restitusi kelebihan pembarayan
pajak pertambahan nilai (PPN) pada kantor pelayanan pajak pratama Manado. Jurnal
EMBA, 4(1), 100-108.
Octavia, S., Mayowan, Y., & Karjo, S. (2015). Analisis proses restitusi pajak pertambahan
nilai (PPN) di Indonesia (studi pada PT. XYZ). Jurnal Perpajakan (JEJAK), 7(1).
Oktaria, R. (2011). Input value added tax refund policy for taxable enterprise experiencing
production failures. Journal of Administrative Science & Organization, 18(1), 43-52.
Rahmadani, S. E., & Munawaroh. (2017). Antisipasi restitusi pajak pertambahan nilai atas
kegiatan ekspor dan impor pada PT YKK Zipco Indonesia. Jurnal Akuntansi
Bisnis, 4(2).
Riftiasari, D. (2019). Pengaruh Restitusi Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan. Moneter - Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 6(1), 63-68. https://doi.org/10.31294/moneter.v6i1.5353
Maulida. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Individu dalam Membayar
Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh. Journal of Accounting
Research and Review, 55-56.