Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Rencana Bisnis


2.1.1 Pengertian Rencana Bisnis
Menurut Rangkuti (2000), business plan atau perencanaan bisnis
merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan
kebijakan perusahaan. Perencanaan bisnis juga merupakan pedoman untuk
mempertajam rencana-rencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan
bisnis dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, arah tujuan perusahaan, dan cara
mencapai sasaran yang ingin dicapai.
perencanaan bisnis yang baik harus memuat hal-hal berikut: lembar judul
atau sampul luar, ringkasan eksekutif, daftar (isi, tabel, dan gambar), kondisi pasar
serta strategi pemasaran, kondisi manajemen dan strategi manajemen, kondisi
keuangan dan strategi keuangan. kondisi operasional dan strategi operasional,
strategi untuk pengembangan di masa yang akan dating, ringkasan informasi
keuangan, dan lampiran-lampiran (memuat lampiran-lampiran data dan cara
perhitungan).
2.1.2 Tujuan Rencana Bisnis
Menurut Rangkuti (2000), terdapat dua tujuan dari penyusunan rencana
bisnis yaitu:
1. Sebagai alat kontrol agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun yang
sedang berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Sebagai alat untuk mencari dana dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan,
investor, lembaga keuangan, dan sebagainya.
2.1.3 Manfaat Rencana Bisnis
Menurut Murpi (2012), manfaat rencana bisnis terdapat dua sisi manfaat
yang dapat disentuh untuk menarik hati investor, yaitu sisi keuntungan materi, dan
sisi manfaat sosial.

7
1. Keuntungan Materi
Keuntungan ini untuk merebut hati investor, jadi perlu memahami harapan
dalam benak mereka dapat terpenuhi bahwa dana yang akan diserahkan akan
kembali. Tidak hanya jumlah investasi saja, melainkan ada tambahan berupa
bagi hasil dari usaha yang dijalankan sesuai perhitungan dan jangka waktu
yang disepakati. Secara singkat, proyek keuangan dapat dibuat dengan
menggunakan metode proyeksi arus kas, yang terdiri atas:
a. Proyeksi pendapatan, yaitu total perolehan hasil penjualan seluruh produk
dari bisnis yang akan didapatkan.
b. Proyeksi pengeluaran, merupakan berbagai macam biaya baik dari segi
harga pokok produksi maupun seluruh komponen biaya operasional yang
akan dikeluarkan untuk menjalankan usaha.
c. Proyeksi laba yang mencerminkan jumlah keuntungan yang secara logis
dapat diperoleh setelah menjalankan usaha. Proyeksi arus kas tersebut
nantinya dapat dihitung berapa lama jangka waktu pada saat kondisi titik
impas atau balik modal, dan tentu saja pada saat kondisi laba maksimum.
2. Manfaat Sosial
Selain keuntungan materi, banyak investor maupun pengusaha yang
memasukkan unsur dampak sosial bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,
akibat kelangsungan usaha yang akan dijalankan. Hal tersebut dilakukan
karena masih banyaknya kalangan yang ingin melakukan bisnis disertai nilai-
nilai prinsip kemanusiaan, baik bersumber dari agama atau norma lainnya.
2.1.4 Aspek-Aspek dalam Rencana Bisnis
Menurut Rangkuti (2000), secara umum prioritas aspek yang dilakukan
dalam penyusunan rencana bisnis adalah sebagai berikut:
1. Aspek pasar dan pemasaran menilai apakah perusahaan yang akan melakukan
investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang
diinginkan atau tidak.
2. Aspek teknologi dan produksi meneliti mengenai spesifikasi produk, kapasitas
produksi, teknologi proses produksi yang dipilih, kebutuhan bahan baku, bahan

8
penolong, tenaga kerja langsung, bangunan, peralatan dan mesin, lokasi dan
tata letak pabrik serta kegiatan umum yang digunakan.
3. Aspek organisasi dan manajemen, meneliti para pengelola usaha dan struktur
organisasi yang ada.
4. Aspek keuangan menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan
seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan serta meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek jadi dijalankan.
2.2 Aspek Pasar dan Pemasaran
2.2.1 Definisi Pemasaran
Menurut Nasution (2006) pemasaran adalah suatu proses sosial (yang di
dalamnya berupa individu atau kelompok) untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dengan pihak lain.
2.2.2 Pemasaran Barang
Menurut Nasution (2006) pemasaran mempunyai peran yang dominan
dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pengembangan produk serta
memberi informasi permintaan pasar. Peran pemasaran pasca produksi dapat
mendorong penciptaan kesadaran akan merek tertentu, dan membangun preferensi
konsumen. Pelanggan menilai manfaat produk selama mengonsumsi, menilai
kelebihan dan kelemahan produk sesuai preferensinya.
Karakteristik pemasaran barang menggambarkan kontribusi pemasaran
pasca produksi, konsumsi, dan gethok tular, yang ditimbulkan oleh adanya
pengalaman pelanggan pada produk yang telah dikonsumsi. Kondisi fisik dan
demonstrasi nyata dari produk mendorong bagian pemasaran untuk melakukan
keempat fase tersebut yang selanjutnya akan berakibat mendorong komitmen
pelanggan untuk membeli produk.
2.2.3 Segmentasi Pasar
Menurut Nasution (2006) pasar terdiri dari banyak pembeli di mana
masing-masing pembeli berbeda dalam satu hal atau lebih mengenai kebutuhan
dan keinginannya. Pembeli dapat berbeda dalam hal sumber daya, lokasi, sifat

9
pembelian, dan pola pembeliannya sesuai keinginan yang dipengaruhi oleh kultur
mereka masing-masing.
Segmentasi pasar didasarkan pada pengelompokan pasar dengan melihat
kondisi dan karakteristik khusus dari pasar yang akan dipertimbangkan sebagai
pasar potensial yang akan dipilih. Segmentasi pasar bisa berupa kondisi geografis,
demografis, psikografis, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan sebagainya.
Adapun segmentasi pasar dan hubungannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Segmentasi Pasar dan Hubungannya dengan Perilaku Pembelian
Geografis Demografis Psikografis Perilaku Multiatribut
Wilayah Usia Gaya hidup Kejadian (hari raya, Menggabungkan
Ukuran Ukuran Kepribadian liburan) beberapa
kota keluarga Manfaat variabel dalam
Iklim Siklus hidup Status pemakai mengidentifi-
Jenis Tingkat pemakaian kasi kelompok
kelamin Status kesetiaan sasaran yang
Penghasilan Tahap kesiapan lebih kecil.
Pekerjaan pembeli
Pendidikan Sikap terhadap
Agama produk
Ras
Generasi
Sumber: Manajemen Pemasaran untuk Engineering, Nasution, dkk, 2006
2.2.4 Permintaan dan Penawaran
Menurut Kotler (2009) permintaan pasar suatu produk adalah volume total
yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu di wilayah geografis tertentu,
pada periode waktu tertentu, di lingkungan pemasaran tertentu, dan dengan
program pemasaran tertentu. Permintaan pasar bukanlah angka yang tetap,
melainkan fungsi dari sejumlah kondisi tertentu.
Permintaan pasar memberikan pandangan mendasar dan menjadikan dasar
pencapaian target pelanggan serta menjadi indikator awal terhadap efektifitas
program pemasaran dan penjualan. Permintaan yang meningkat dari pelanggan-
pelanggan baru biasanya dianggap sebagai tanda positif tumbuhnya pasar.
Penurunan jumlah pelanggan yang ada mungkin dapat menjelaskan bahwa
kompetitor mampu memberikan produk yang lebih baik dengan harga yang lebih
murah atau kombinasi dari keduanya.

10
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada
berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor–faktor yang
mempengaruhi penawaran adalah:
1. Harga barang itu sendiri,
2. Harga barang pengganti dan pelengkap,
3. Teknologi,
4. Masukan,
5. Tujuan perusahaan dan faktor khusus.
2.2.5 Metode Peramalan
Peramalan merupakan bagian integral dari pengambilan keputusan
manajemen. Peramalan mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum
pasti. Peramalan memiliki sifat saling ketergantungan antar divisi atau bagian.
Kesalahan dalam proyeksi penjualan akan mempengaruhi pada ramalan anggaran
pengeluaran operasi, arus kas, persediaan, dan sebagainya. Situasi hasil
sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya (Makridakis, 1999).
Dasar pemilihan metode peramalan adalah dengan memperhatikan pola
data. Ada empat jenis pola data yang mendasar yang terdapat dalam satu deret
berkala, yakni pola data horizontal, pola data musiman, pola data siklis, dan pola
data trend. Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode
mana yang akan digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal
serta tujuan yang hendak dicapai.
1. Metode Peramalan Regresi Linier
Regresi linier adalah regresi yang melibatkan hubungan antara satu variabel tak
bebas (Y) dihubungan dengan satu variabel bebas (X). Bentuk umum
persamaan regresi linier sederhana adalah:
Y = a + bX
Koefisien kemiringan slope b dapat dihitung dengan rumus:

b=
n ∑ xY −∑ x ∑Y
b=
∑ XY − X́ ∑ Y
2
n ∑ x −¿ ¿ ∑ X 2− X́ ∑ X
Setelah koefisien b diketahui, maka dapat diketahui koefisien a dengan rumus:

11
´ ) ∑ Y −b ∑ x
a=Ý −b ( X n n
2. Uji Korelasi
Uji korelasi atau uji r digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hubungan yang dipelajari adalah hubungan yang linier atau
garis lurus. Oleh karena itu, uji r ini sering disebut juga uji korelasi linier.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
n ∑ XY −∑ X ∑Y
r = 2 2 2 2
√ n∑ X −( ∑ X ) . √ n∑ Y −( ∑ Y )
Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah dan
kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan
arah hubungan antara X dan Y adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya
tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang
posotif. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi sebagai berikut:
r = 0,00 - 0,199 (sangat rendah)
r = 0,20 - 0,399 (rendah)
r = 0,40 - 0,599 (sedang)
r = 0,60 - 0,799 (kuat)
r = 0,80 - 1,000 (sangat kuat)
2.2.6 Peluang dan Pangsa Pasar
Setelah mengetahui permintaan dan penawaran, selanjutnya adalah
melakukan analisis peluang pasar dan pangsa pasar. Menurut Solihin (2002)
peluang usaha diperoleh melalui suatu analisis situasional terhadap pasar dengan
menggunakan berbagai metode. Market space adalah peluang pasar (market
potensial) yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan dan market space
terjadi apabila permintaan lebih besar dari penawaran. Selisih yang terjadi ini
merupakan ruang gerak bagi perusahaan untuk dapat memasuki pasar. Sedangkan
market share merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan usaha (proyek)
yang direncanakan. Dengan demikian, apabila market space tidak tersedia, tidak

12
mungkin terdapat market share. Kesempatan untuk mendapatkan market share
sangat tergantung pada masing-masing perusahaan dalam melakukan kompetisi
atau persaingan di antara perusahaan dalam harga, kualitas, kuantitas, teknis
produksi, penggunaan teknologi, dan lain sebagainya.
2.2.7 Strategi Bauran Pemasaran
Adapun strategi bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Strategi Produk
Pengertian produk menurut Kotler (2009) adalah sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.
Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Logo dan Moto
Logo merupakan ciri khas suatu produk, sedangkan moto merupakan
serangkaian kata-kata yang berisikan visi dan misi perusahaan dalam
melayani masyarakat. Pertimbangan pembuatan logo dan moto adalah
sebagai berikut:
1) Harus memiliki arti (dalam arti positif),
2) Harus menarik perhatian,
3) Harus mudah diingat.
b. Menciptakan Merek
Merek adalah nama, istilah simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya.
Penciptaan merek harus mempertimbangkan faktor-faktor antara lain:
1) Mudah diingat,
2) Terkesan hebat dan modern,
3) Memiliki arti (dalam arti positif), dan
4) Menarik perhatian.
c. Menciptakan Kemasan
Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Kemasan harus memenuhi
berbagai persyaratan, seperti kualitas kemasan, bentuk, warna dan
persyaratan lainnya.
d. Keputusan Label

13
Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk yang ditawarkan
dan merupakan bagian dari kemasan. Dalam label harus menjelaskan siapa
yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, cara menggunakannya waktu
kadarluarsa, dan informasi lainnya.
2. Strategi Harga
Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa. Strategi harga harus mempertimbangkan
hal-hal, yaitu harga harus dapat mencerminkan pasar sasaran, sifat produk,
kebutuhan dari lokasi, struktur harga, dan jenis produk atau jasa yang akan
ditawarkan. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menetapkan harga
yang tepat terhadap suatu produk adalah:
a. Menentukan tujuan penetapan harga,
b. Memperkirakan permintaan, biaya dan laba,
c. Memilih strategi harga untuk membantu menentukan harga dasar,
d. Menyesuaikan harga dasar dengan taktik penetapan harga.
Tujuan penetapan harga secara umum adalah:
a. Untuk bertahan hidup,
b. Untuk memaksimalkan laba,
c. Untuk memperbesar market share,
d. Mutu produk, dan
e. Karena pesaing.
Ada beberapa metode dalam penetapan harga yakni sebagai berikut:
a. Cost plus pricing method
Penentuan harga jual Cost plus pricing, biaya yang digunakan sebagai dasar
penentuan. Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga untuk
satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya ditambah dengan
suatu jumlah laba yang diinginkan. Dalam menghitung cost plus pricing,
digunakan rumus:
Harga jual = Biaya total +(% laba x biaya total)
b. Mark up pricing method

14
Mark up pricing banyak digunakan oleh para pedagang.. Dalam menghitung
harga jual, menggunakan rumus:
Harga jual = Harga beli + Mark up

c. Penetapan Harga berdasarkan Sasaran Pengembalian (BEP)


Penetapan harga ini digunakan untuk mengetahui bagaimana satuan produk
itu dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam
pada produk tersebut. Tingkat pengembalian tersebut berhubungan dengan
berapa banyak produk yang dihasilkan sehingga dapat memberikan tingkat
keuntungan.
Contoh:
Biaya tetap (Rp) = Rp300.000.000,00
Biaya variabel tiap unit (Rp) = Rp10.000,00
Harga jual = Rp15.000,00 per unit.
Biaya Tetap
Volume (BEP) ¿
( Harga Jual−Biaya Variabel Per Unit )

300.000 .000,00
¿ =60.000,00 per unit
(15.000,00−10.000,00 )
Dengan mengetahui volume tersebut, perusahaan dapat mempertimbangkan
keputusan terhadap fasilitas internal yang dimiliki untuk strategi penentuan
harga sampai pada range volume tertentu.
d. Penetapan harga berdasarkan nilai yang ditetapkan
Pelanggan mau membeli lebih mahal dari harga pasar karena secara realistis
mempunyai nilai lebih dibanding pesaing. Contoh, Caterpilar mampu
menunjukan kepada konsumen bahwa meskipun mereka membayar 100 juta
rupiah lebih mahal, tetapi sebenarnya konsumen mendapat nilai lebih dari
biaya perawatan selama periode tertentu sebesar 200 juta rupiah.
Adaptasi harga dalam pasar dilakukan dengan:
1) Penetapan harga geografis,
2) Diskon dan potongan harga,

15
3) Harga promosi,
4) Harga diskriminasi,
5) Harga bauran.
Dalam menghadapi harga pesaing, maka perusahaan dapat melakukan:
1) Memulai penurunan harga,
2) Memulai peningkatan skala produksi,
3) Mengonter reaksi pelanggan,
4) Mengonter reaksi pesaing.
3. Strategi Lokasi dan Distribusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi
adalah dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Dekat dengan kawasan industri dan perkantoran,
b. Dekat dengan lokasi pasar,
c. Dekat dengan pusat pemerintahan,
d. Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat,
e. Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain).
Barang konsumsi umumnya dijual melalui perantara dengan maksud menekan
biaya pencapaian pasar yang luas dan menyebar. Suatu saluran distribusi
adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi yang menghubungkan
produsen kepada konsumen akhir. Dasar penentuan saluran distribusi untuk
produk konsumen dan saluran distribusi untuk produk industri, yaitu:
a. Dasar saluran distribusi untuk produk konsumen terdiri dari:
1) Produsen  Konsumen,
2) Produsen  Pengecer  Konsumen,
3) Produsen  Grosir  Pengecer  Konsumen,
4) Produsen  Agen  Grosir  Pengecer  Konsumen.
b. Dasar saluran distribusi untuk produk industri terdiri dari:
1) Produsen  Pemakai barang industri,
2) Produsen  Dealer  Pemakai barang industri,
3) Produsen  Agen  Pemakai barang industri.
4. Strategi Promosi

16
Ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap
perusahaan dalam mempromosikan baik produk maupun jasa, yaitu:
a. Periklanan
Bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa
yang dibayar oleh sponsor tertentu. Penggunaan promosi dengan iklan dapat
dilakukan dengan berbagai media seperti lewat:
1) Pemasangan iklan di jalan-jalan strategis,
2) Pencetakan brosur baik disebarkan di setiap cabang atau pusat-pusat
perbelanjaan,
3) Pemasangan spanduk di lokasi tertentu yang strategis,
4) Pemasangan iklan melalui koran,
5) Pemasangan iklan melalui majalah,
6) Pemasangan iklan melalui televisi,
7) Pemasangan iklan melalui radio,
8) Dan menggunakan media lainnya.
Terdapat empat macam tujuan penggunaan iklan sebagai media promosi,
yaitu:
1) Untuk pemberitahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan, seperti peluncuran produk
baru, keuntungan, dan kelebihan suatu produk atau informasi lainnya.
2) Untuk mengingatkan kembali kepada pelanggan tentang keberadaan atau
keunggulan produk yang ditawarkan.
3) Untuk perhatian dan minat para konsumen baru dengan harapan akan
memperoleh daya tarik dari para calon pelanggan.
4) Mempengaruhi pelanggan saingan agar berpindah ke perusahaan yang
mengiklankan.
b. Promosi Penjualan
Kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang
mendorong pembelian konsumen dan efektivitas pengecer. Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain: peragaan, pertunjukan dan pameran,
demonstrasi, dan sebagainya.

17
c. Publisitas
Pendorongan permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa, atau
ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media massa dan
sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.
d. Penjualan Pribadi
Presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu calon pembeli atau
lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
2.3 Aspek Produk dan Teknologi
2.3.1 Spesifikasi produk
Maksud spesifikasi produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus
dilakukan oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan menggunakan istilah
kebutuhan produk atau karakteristik engineering untuk hal ini. Perusahaan lain
menggunakan spesifikasi atau spesifikasi teknik untuk menjelaskan variabel
desain utama dari produk, seperti kekentalan minyak atau konsanta pegas dari
sistem suspensi. Ini semua hanya perbedaan dalam istilah.
Spesifikasi adalah yang mengungkapkan detail-detail yang tepat dan
terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi produk tidak
memberitahukan tim bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi merek
menampilkan pernyataan yang tidak menduga mengenai apa yang harus
diusahakan oleh tim dalam upaya memuaskan kebutuhan pelanggan. Spesifikasi
produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah
produk atau menjelaskan variabel desain utama dari produk. (Ulrich dan
Eppinger, 2001)
Rancangan produk melibatkan penentuan produk dan jumlah yang akan
diproduksi. Keputusan terhadap produk yang akan diproduksi secara umum
ditentukan oleh manajemen puncak berdasarkan masukan dari pemasaran, dan
keuangan dengan memperhatikan kinerja ekonomis. Rancangan produk akan
menentukan tipe produk, tipe proses, dan tipe tata letak yang akan diterapkan.

18
Kebijakan penempatan produk akan menentukan tipe proses dan memudahkan
pemilihan tipe tata letak yang sesuai. Dalam rancangan produk bagi pendirian
pabrik baru maupun pengembangan produk bagi pabrik yang telah beroperasi,
pemilihan tipe tata letak ditujukan untuk perencanaan kebutuhan sumber daya.
2.3.2 Proses Produksi dan Kapasitas Produksi
Rancangan produk yang telah dipresentasikan dalam bentuk-bentuk
gambar teknik akan digunakan dalam perancangan proses produksi. Klasifikasi
proses menurut jenis atau peralatan yang digunakan dapat membantu perancangan
proses, tetapi klasifikasi yang sembarangan dapat menyesatkan. Misalnya mesin
yang sama dapat melaksanakan proses yang sangat berbeda.
Dalam merancang proses, perlu diperhatikan faktor-faktor yang terkait
dengan mekanis dan pengoperasian. Faktor mekanis misalnya keandalan,
karakteristik mesin, derajat tenaga kerja, dan lain-lain. Faktor pengoperasian
misalnya efisiensi, keselamatan, kebutuhan tenaga kerja, dan lain-lain.
Alasan penggunaan proses satuan secara umum adalah mempermudah
perancangan proses produksi. Secara khusus, alasan penggunaan proses satuan
antara lain:
1. Proses satuan lebih mudah dalam menentukan apa yang harus dilakukan pada
bahan untuk mengubahnya.
2. Proses satuan menawarkan dasar yang lebih mudah untuk mengatur informasi
proses yang terperinci.
3. Proses satuan memudahkan sintesis proses baru.
4. Proses satuan mempermudah pembandingan antara proses karena karakteristik
biaya dapat dibandingkan tanpa kesulitan.
Kegiatan proses produksi tentunya memerlukan proses perencanaan dan
pengendalian. Pemanfaatan proses satuan dalam perencanaan adalah penentuan
jenis proses dan jenis mesin yang diperlukan. Dalam konteks perancangan tata
letak, informasi yang diperoleh adalah spesifikasi produk dan jumlah target
produksinya. Untuk mempercepat mengetahui proses-proses pokoknya,
dibutuhkan informasi proses-proses baku. Misalnya dengan mengetahui proses
bakunya adalah milling, maka perlu ditindaklanjuti dengan tipe milling apa yang

19
diperlukan pada operasi tertentu. Perancang mungkin pula akan memerlukan
beberapa tipe milling untuk menyelesaikan pekerjaan milling secara keseluruhan.
Perencanaan kebutuhan sumber daya pabrik sangat memerlukan beberapa
peta kerja dasar yang umum digunakan dalam kajian teknik industri. Penggunaan
peta kerja bertujuan memberikan informasi dan memberikan kemudahan dalam
analisis. Kompleksitas proses produksi sulit diatasi apabila tidak dipetakan secara
terstruktur. Berikut ada beberapa peta kerja yang umum digunakan:
1. Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna untuk
mengumpulkan fakta-fakta dan penyajiannya dalam langkah penganalisaan
proses kerja dari tahap awal sampai akhir sehingga mempermudah dalam
perencanaan perbaikan metode kerja (Wignjosoebroto, 2003).
2. Simbol-Simbol Peta Kerja Keseluruhan
Tahapan proses harus dianalisa secara sistematis dan logis berdasarkan
langkah-langkah proses yang seharusnya hampir semua langkah atau kejadian
dalam suatu proses kerja akan terdiri dari elemen-elemen kerja. Untuk maksud
tersebut perlu digunakan berbagai macam simbol untuk menggambarkan
masing-masing aktivitas. Simbol-simbol aktivitas yang dalam hal ini telah
dilakukan ASME (American Society of Mechanical Engineers) simbol-simbol
tersebut (Wignjosoebroto, 2003), adalah sebagai berikut:
a. Operasi
Simbol:
Kegiatan operasi apabila suatu proyek akan mengalami suatu perubahan
fisik maupun kimiawi dalam suatu proses tranformasi.
b. Inspeksi
Simbol:
Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu obyek diperiksa,
baik pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas, apakah sudah sesuai
dengan karakteristik performance yang distandarkan.
c. Transportasi
Simbol:

20
Kegiatan trasnportasi terjadi bila fasilitas kerja lainya yang dianalisa
bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu
operasi kerja.
d. Delay atau Penyimpanan Sementara
Simbol:
Terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam
kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu.
e. Storage atau Menyimpan
Simbol:
Kegiatan penyimpanan terjadi apabila objek disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama.
f. Aktivitas Ganda
Simbol:
Aktivitas ganda dijumpai pada kondisi dimana dua elemen kerja harus
dilaksanakan secara bersamaan.
3. Jenis Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan keseluruhan antara
lain:
a. Peta Proses Operasi
Peta proses operasi menurut Wignjosoebroto (2003) adalah peta kerja yang
mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan
tersebut elemen-elemen operasi secara detail. Keseluruhan operasi kerja
dapat digambarkan dari awal sampai menjadi produk akhir sehingga analisa
perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urut-
urutannya secara keseluruhan
Untuk bisa menggambar peta proses operasi ini dengan baik, ada beberapa
aturan dasar yang perlu dipahami dan diikuti sebagai berikut:
1) Pertama kali tentukan dahulu apakah peta yang akan dibuat merupakan
Material Process Chart atau Man Process Chart.
2) Selanjutnya pada baris paling atas perlu dituliskan peta proses

21
operasi dan seterusnya tulis semua identifikasi kerja lainnya seperti:
nama objek, nomor gambar kerja dan lain-lain.
3) Lambang atau simbol ASME ditempatkan dalam arah vertikal secara
berurutan yang menunjukkan terjadinya perubahan proses untuk setiap
simbolnya.
4) Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan operasi yang diperlukan untuk pembuatan produk tersebut
atau sesuai dengan proses terjadi. Penomoran terhadap kegiatan
pemeriksaan diberikan tersendiri dan aturannya sama dengan aturan
pemberian nomor pada proses operasi.
5) Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, maka produk yang
paling banyak memerlukan proses operasi yang harus dipetakan terlebih
dahulu dan digambarkan pada garis vertikal paling kanan sendiri.
Setelah semua langkah-langkah proses kerja digambarkan dengan lengkap
maka perlu dibuatkan ringkasan yang mencantumkan informasi-informasi
total mengenai banyaknya operasi dan pemeriksaan yang dilaksanakan serta
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing proses tersebut.
Langkah-langkah sistematis pembuatan peta proses operasi dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Material/Komponen yg Dikerjakan & Dirakit
Material Material Material
(Mt) (Mt) (Mt)
Urutan/Prosedur Proses Kerja

W 0-N M
-

W 1-N M

Komponen (K)

Komponen (K)

Komponen (K)

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Sistematis Pembuatan Peta Proses Operasi


Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Wignjosoebroto, 2003

22
Keterangan:
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan
(dinyatakan dalam unit waktu menit atau jam),
O-N = Nomor urut untuk kegiatan operasi,
1-N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan,
M = Nama mesin atau lokasi kerja dimana kegiatan operasi atau
pemeriksaaan tersebut dilaksanakan,
K = Komponen yang tidak dikerjakan, tapi tinggal merakitnya.
b. Diagram Alir
Diagram alir aliran proses produksi dapat dipertimbangkan dalam rangka
suatu penyusunan tata letak tempat kerja yang baik. Tata letak baru dapat
diperoleh dengan memindahkan titik tempat berlangsungnya operasi,
pemeriksaan, dan penyimpanan sehingga ditemukan susunan tata ruang baru
yang paling ekonomis dari jarak dan waktu.
Kapasitas adalah hasil produksi atau volume pemrosesan, atau jumlah unit
yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas
pada suatu periode waktu tertentu. Kapasitas sering menentukan persyaratan
modal sehingga mempengaruhi biaya tetap. Kapasitas juga menentukan apakah
permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada berlebih (Heizer dan
Render, 2009).
Kapasitas desain adalah output maksimum sistem secara teoritis pada
suatu periode waktu tertentu dengan kondisi yang ideal, seperti jumlah baja yang
dapat diproduksi setiap minggu, setiap bulan, atau setiap tahun.
Kapasitas Desain = (Waktu Kerja Tersedia – Setup Mesin) x Output maksimum
2.3.3 Penentuan Lokasi dan Tata Letak Usaha
Penentuan di mana fasilitas akan dibangun memberikan dampak strategis
bagi perusahaan. Artinya, pemilihan lokasi merupakan salah satu rencana strategis
yang harus direncanakan dengan baik dan benar. Cukup banyak model pemilihan
lokasi yang telah dikembangkan agar memudahkan pengambil keputusan dalam
proses memilih lokasi (Hadiguna dkk, 2008).

23
Menurut M. Syamsul Ma’arif (2003) tujuan strategi penentuan lokasi
secara garis besar adalah untuk memaksimalkan benefit dari lokasi itu sendiri.
Benefit dari lokasi termasuk:
1. Efisiensi waktu,
2. Biaya yang minimum,
3. Citra perusahaan,
4. Keuntungan perusahaan,
5. Kredibilitas.
Dalam menentukan lokasi yang akan dipilih terdapat beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan. Menurut M. Syamsul Ma’arif (2003) dalam menentukan
pilihan lokasi yang terdapat di daerah, provinsi, dan kabupaten terdapat beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Lokasi pasar, Pasar atau lokasi dimana konsumen berdomisili merupakan salah
satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik.
2. Sumber Bahan Baku, Perusahaan yang karena sifat dan keadaan proses
manufakturing-nya maupun sifat bahan bakunya yang mudah rusak, memaksa
menempatkan pabrik yang berada dekat dengan lokasi sumber bahan baku.
3. Transportasi, Tersedia tidaknya fasilitas transportasi sangat menentukan dalam
proses pemilihan pabrik.
4. Sumber tenaga listrik dan air, Sudah dapat dipastikan bahwa semua industri
memerlukan energi/tenaga listrik dan air untuk kebutuhan proses produksinya.
5. Sikap masyarakat, Masyarakat merupakan aspek penting dalam menyelesaikan
masalah perburuhan.
Metode pemeringkatan faktor merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk memilih lokasi perusahaan yang tepat. Adapun langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberi bobot pada faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi,
2. Mengalikan bobot faktor-faktor yang dipertimbangkan dengan skor lokasi yang
dipilih,

24
3. Memilih bobot yang paling tinggi untuk selanjutnnya ditetapkan sebagai lokasi
yang dipilih.
Dalam merancang tata letak pabrik, perlu dipahami terlebih dahulu tipe-
tipe tata letak pabrik sebagai dasar perancangan. Pemahaman sangat perlu karena
tipe tata letak pabrik menentukan keberhasilan strategi manufaktur yang telah
ditetapkan. Secara umum, ada empat tipe tata letak, yaitu tata letak produk, tata
letak proses, tata letak lokasi tetap, dan tata letak group technology.
1. Tata letak produk
Tata letak produk umumnya digunakan untuk pabrik yang memproduksi satu
macam produk atau kelompok produk dalam jumlah yang besar dan waktu
produksi yang lama. Dengan tata letak produksi berdasarkan aliran produksi,
mesin dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut prinsip machine after
machine. Mesin disusun menurut urutan proses yang ditentukan pada
pengurutan produksi. Setiap komponen berjalan dari satu mesin ke mesin
berikutnya melewati daur operasi yang dibutuhkan. Tata letak berdasarkan
aliran produk merupakan tipe tata letak yang cocok untuk pabrik yang
berproduksi secara massal dan produknya relatif sedikit. Tujuan utama tata
letak produk adalah mengurangi proses pemindahan bahan baku dan
memudahkan pengawasan dalam aktivitas produksinya. Keuntungan tata letak
berdasarkan aliran produk:
a. Karena tata letak sesuai dengan urutan operasi, maka dapat memperlancar
aliran material,
b. Karena kerja satu proses ke proses berikutnya langsung dikerjakan, maka
persediaan pun kecil,
c. Waktu total produksi per unit kecil,
d. Karena mesin-mesin yang berurutan diletakkan sedekat mungkin, maka
pemindahan bahan dapat dikurangi,
e. Pekerja yang memiliki skill tinggi tidak diperlukan,
f. Perencanaan produksi sederhana dan sistem kontrol mungkin dilakukan,
g. Ruang yang dibutuhkan sementara sedikit.

25
Lebih lanjut, tata letak berdasarkan produk memiliki pula kelemahan-
kelemahan, yaitu:
a. Gangguan pada satu mesin dapat mengakibatkan terganggunya keseluruhan
proses,
b. Perubahan desain produk menyebabkan perubahan tata letak,
c. Waktu produksi ditentukan oleh mesin yang paling lambat,
d. Proses memerlukan mesin yang khusus umumnya mahal, sehingga investasi
pun tinggi,
e. Penambahan produk baru hanya dapat dilakukan untuk urutan yang sama
atau membutuhkan jenis mesin yang telah ada.
Contoh pabrik yang menggunakan tipe tata letak produk di antaranya lintasan
perakitan untuk tipe proses intermitten, sedangkan yang tipe kontinyu terdapat
pada pabrik pupuk, pengolahan kelapa sawit, dan seterusnya. Produksi dengan
tipe make to stock menggunakan pula tipe tata letak produk.
2. Tata Letak Proses
Tata letak proses merupakan pengaturan dan penempatan fasilitas dimana
fasilitas yang memiliki tipe dan spesifikasi sama ditempatkan ke dalam satu
bagian. Tata letak berdasarkan proses umumnya digunakan pada perusahaan
yang beroperasi dengan menerima pesanan dari pelanggan (make to order).
2.4 Aspek Organisasi dan Manajemen
Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi kaidah-
kaidah yang ada dalam manajemen. Secara Umum fungsi manajemen yang telah
disetujui dibagi dalam lima fungsi (Bachrudin, 2014) yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan penentuan dari apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan erat
dengan perencanaan dan merupakan suatu proses yang dinamis.
3. Pengarahan

26
Pengarahan merupakan fungsi yang paling dominan pada manajemen,
pengarahan dapat diterapkan bila perencanaan, organisasi, dan karyawan ada.
Jika fungsi ini diterapkan maka fungsi manajemen dalam merealisasikan tujuan
dimulai.

4. Pengendalian
Pengendalian sebagai fungsi dari manajemen memiliki peran penting dalam
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan, pengendalian dilakukan sebelum dan
sesudah suatu program dilaksanakan.
2.4.1 Bentuk Badan Usaha Perorangan
Usaha Perorangan adalah suatu usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh
satu orang, seperti: perusahaan dagang, usaha dagang, pedagang dan jasa ahli.
Dalam pendiriannya tidak wajib diperlukan akta pendirian, cukup dengan lisan
atau tulisan di bawah tangan. Tetapi surat perizinan lainnya tetap diperlukan, agar
usaha perorangan mempunyai kekuatan hukum, maka sebagai dasar hukum harus
memiliki beberapa surat perizinan (Harmaizar, 2008), yaitu:
1. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
2. SIUP (Surat Izin Usaha Pedagang),
3. TDI (Tanda Daftar Industri Perusahaan),
4. SITU (Surat Izin Tempat Usaha) dari pemda bagi yang dipersyaratkan atas
dasar Undang-Undang Gangguan (HO).
2.4.2 Organisasi
Organisasi merupakan wadah statis dalam pengorganisasian (Bachrudin,
2014). Dalam organisasi dilakukan penentuan pekerjaan yang harus dilaksanakan,
pengelompokkan tugas, penetapan pekerjaan untuk masing-masing bagian, serta
penentuan hubungan yang digambarkan dalam suatu struktur organisasi.
Sedikitnya terdapat empat komponen dasar yang seharusnya bekerja dalam
struktur organisasi, empat komponen ini dapat dikelompok menjadi dua bagian
(Chatab, 2009) yaitu:
1. Tiga komponen terlihat tegas dalam struktur organisasi dan relatif statis, yaitu:

27
a. Memperagakan pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu
maupun bagian pada suatu organisasi,
b. Memperagakan hubungan pelaporan resmi dalam suatu organisasi dan
banyaknya tingkatan hierarki,
c. Memperagakan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan
mengelompokkan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang
utuh.
2. Satu komponen tidak terlihat tegas dalam struktur organisasi, namun lebih
dinamis, yaitu:
a. Menerapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan
tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian segenap kegiatan
organisasi kearah vertikal maupu horizontal.
Contoh dari struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Direktur Prusahaan

BAGIAN PEMASARAN BAGIAN PRODUKSI BAGIAN KEUANGAN

Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi


Sumber: Mengawal Pilihan Rancangan Organisasi, Chatab, 2009
2.4.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan dalam fungsi
manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan, serta fungsi operatif (Dessler, 2006). Ada beberapa hal yang harus
dilakukan dalam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yaitu:
1. Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan adalah prosedur untuk menentukan tanggung jawab sumber
daya manusia (SDM) yang ada pada organisasi. Analisis pekerjaan
memberikan informasi yang digunakan untuk membuat deskripsi pekerjaan dan
spesifikasi pekerjaan (Dessler, 2006).
Perusahaan mengumpulkan beberapa informasi berikut melalui analisis
pekerjaan:

28
a. Aktivitas pekerjaan,
b. Perilaku manusia,
c. Mesin, perangkat, peralatan, dan bantuan pekerjaan,
d. Standar prestasi,
e. Konteks pekerjaan,
f. Persyaratan calon pegawai.
2. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja
Pada bagian ini diuraikan mengenai jumlah tenaga kerja langsung dan berapa
biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung tersebut. Tenaga
kerja langsung dapat berupa tenaga kerja harian atau tenaga kerja borongan.
Kebutuhan tenaga kerja langsung harus selalu disesuaikan dengan rencana
produksi yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kebutuhan jumlah tenaga
kerja menggunakan rumus:
Jumlah kebutuhan jam tenaga kerja
Kebutuhan Tenaga Kerja=
Jamkerja tersedia
3. Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan
sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2008).
Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi oleh beberapa tantangan
(Handoko, 2008), tantangan-tantangan tersebut adalah:
a. Suplai dan Permintaan Tenaga Kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi daripada yang
ditunjukan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar.
b. Serikat Karyawan
Semakin kuat kekuatan serikat berarti semakin kuat posisi perundingan
karyawan dalam penetapan tingkat upah mereka.
c. Produktivitas
Perusahaan harus memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup dan
tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak dapat membayar para karyawannya
melebihi kontribusi mereka kepada perusahaan melalui produktivitas
mereka.

29
d. Kesediaan untuk Membayar
Menajemen perlu mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas
mereka agar kompensasi yang lebih tinggi dapat dibayarkan.

e. Kemampuan untuk Membayar


Seperti yang telah dijelaskan, kemampuan membayar tergantung pada
pendapatan dan laba yang diraih, di mana hal ini dipengaruhi oleh
produktivitas karyawan yang tercermin dalam biaya tenaga kerja.
f. Berbagai Kebijaksanaan Pengupahan dan Penggajian
Banyak perusahaan mempunyai kebijaksanaan pembayaran bonus di atas
upah dasar untuk meminimumkan perputaran karyawan atau untuk menarik
karyawan terbaik.
g. Kendala-Kendala Pemerintah
Tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah dengan segala peraturannya
mempengaruhi penetapan kompensasi perusahaan. Peraturan upah minimun,
upah kerja lembur, dan pembatasan umur untuk tenaga kerja anak-anak
merupakan beberapa contoh kendala kebijaksanaan kompensasi yang
berasal dari pemerintah.
h. Pengendalian biaya,
Dengan sistem pemberian kompensasi yang baik, akan mengurangi
seringnya pelaksanaan rekruitmen, sebagai akibat dari makin seringnya
pegawai yang keluar mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan. Hal ini
berarti menghemat biaya rekruitmen dan seleksi pegawai baru.
i. Memenuhi peraturan.
Sistem administrasi kompensasi yang baik merupakan suatu tuntutan untuk
organisasi.
2.5 Aspek Keuangan
Di samping keahlian, investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang
bisnis sudah tentu memerlukan sejumlah modal (uang). Modal yang digunakan
untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari biaya pra-investasi, biaya investasi
dalam aktiva tetap, hingga dana operasional.

30
Sasaran utama dari aspek keuangan adalah menemukan dan berusaha
mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh investor selaku
penyandang dana usaha, sehingga dalam aspek keuangan didominasi oleh
pertanyaan bagaimana keadaan arus kas masuk dan arus kas keluar dan seberapa
jauh hal itu dapat diatur dalam perencanaan usaha untuk menjamin likuiditas dan
kriteria investasi usaha (Jumingan, 2011).
2.5.1 Sumber Dana
Kebutuhan dana yang diperlukan terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan
dana untuk modal investasi dan kebutuhan dana untuk modal kerja. Kebutuhan
dana untuk modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah,
bangunan, mesin-mesin, peralatan, dan inventaris lainnya. Sedangkan kebutuhan
dana untuk modal kerja digunakan untuk membiayai operasional perusahaan
seperti membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, dan biaya pemeliharaan,
serta biaya-biaya lainnya selama perusahaan beroperasi. Sumber dana ada dua
yaitu (Manullang, 2005):
1. Sumber Dana Jangka Panjang
Umumnya, sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam
dalam perusahaan untuk jangka waktu lebih dari 10 tahun.
a. Sumber Eksternal
Dana jangka panjang yang berasal dari luar atau sumber eksternal jangka
panjang terdiri dari tiga hal, yaitu:
1) Obligasi
Obligasi adalah surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk mendapatkan jumlah dana yang besar. Pada prinsipnya nilai
obligasi didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku.
2) Hipotek
Hipotek merupakan utang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva
tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Pengecualian dapat terjadi
bila utang tersebut dijamin dengan kapal sebagai jaminan hipotek.
3) Kredit Investasi Kecil

31
Kredit investasi kecil adalah kredit dengan jumlah maksimal sebesar
Rp10.000.000,00 per nasabah. Bunga kredit adalah 10,5% per tahun,
berlaku mulai januari 1978. Jangka waktu kredit maksimal sepuluh
tahun termasuk masa tenggang yang diperlukan. Kewajiban pembiayaan
sendiri pemohon tidak ditetapkan secara mutlak 25% melainkan menurut
kemampuan yang nyata.
b. Sumber Internal
Dana jangka panjang yang berasal dari dalam perusahaan. Sumber dana
jangka panjang yang berasal dari dalam perusahaan ini dapat diperoleh dari
dua sumber, yaitu:
1) Cadangan Penyusutan
Pada umumnya perusahaan cenderung menggunakan dana atau
cadangan penyusutan yang sementara masih menganggur bila:
a) Berdasarkan penelitian dan pengalaman, perusahaan tersebut cukup
yakin akan mampu mengembalikan pada saatnya.
b) Berdasarkan perhitungan dan pengalaman, perusahaan tersebut cukup
yakin bahwa penggunaan dana penyusutan itu jika dimasukkan ke
dalam perusahaan akan lebih menguntungkan daripada didepositkan
di bank ataupun dibelikan barang, misalnya emas.
2) Laba yang Ditahan
Laba yang ditahan ditentukan berdasarkan besar/kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut. Disamping itu, besarnya
laba yang ditahan juga ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Adapun
motif perusahaan untuk menyisihkan sebagian labanya sebagai dana
jangka panjang adalah:
a) Ekspansi,
b) Meningkatkan efisiensi,
c) Stabilitas,
d) Memperbaiki Struktur Modal,
e) Berjaga-jaga.
3) Sumber Dana dari Modal Sendiri

32
Sumber dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berasal dari
luar perusahaan, yaitu saham. Saham tersebut merupakan kredit tidak
terbatas dan balas jasa yang diberikan berupa pembagian keuntungan.
Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Saham Biasa,
b) Saham Preferen,
c) Saham Preferen Komulatif.
2.5.2 Biaya Kebutuhan Investasi
Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang
memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Komponen
yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan
jenis usaha yang akan dijalankan (Prihadi, 2010). Secara umum biaya kebutuhan
investasi meliputi:
1. Biaya pra-investasi terdiri dari:
a. Biaya pembuatan studi,
b. Biaya pengurusan izin-izin.
2. Biaya pembelian aktiva tetap seperti:
a. Aktiva tetap berwujud antara lain:
1) Tanah,
2) Mesin-mesin,
3) Bangunan,
4) Peralatan,
5) Inventaris kantor.
b. Aktiva tetap tidak berwujud seperti:
1) Hak cipta,
2) Lisensi,
3) Merek dagang.
c. Biaya Operasional yang terdiri dari:
1) Upah dan gaji karyawan,
2) Biaya listrik,
3) Biaya telepon dan air,

33
4) Biaya pemeliharaan,
5) Pajak,
6) Premi asuransi,
7) Biaya pemasaran,
8) Biaya-biaya lainnya.
Pembiayaan untuk membeli aktiva tetap biasanya bersumber dari pinjaman
jangka panjang karena aktiva tetap digunakan dalam jangka waktu yang lama,
sehingga pengembalian pinjamannya dapat dilakukan secara jangka panjang.
Sedangkan untuk biaya operasional biasanya digunakan pinjaman jangka pendek.
2.5.3 Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan aliran kas yang ada di perusahaan
yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta
memberikan alasan mengenai perubahan kas dengan menunjukkan dari mana
sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Laporan arus kas
menunjukkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan
tersebut serta uang yang keluar dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Riyanto,
2010). Rincian sumber penerimaan kas adalah sebagai berikut:
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap, atau adanya penurunan
aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas,
2. Adanya emisi saham maupun penambahan modal oleh pemilik dalam bentuk
kas,
3. Pengeluaran surat tanda bukti utang serta bertambahnya utang yang diimbangi
dengan penerimaan kas,
4. Berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya
penerimaan kas,
5. Adanya penerimaan kas misalnya karena sewa, dan bunga.
2.5.4 Depresiasi dan Amortisasi
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset
karena waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya
disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor (Pujawan, 2009) yaitu:
1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut,

34
2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar,
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa,
4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan
teknologi,
5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk lebih baik dengan
ongkos lebih rendah dan tingkat keselamatan lebih memadai.
Besarnya nilai depresiasi dalam satu tahun biasanya tercantum dalam
neraca pada bagian aktiva sebelah kiri nilainya dibuat dalam tanda negatif di
bawah jumlah aktiva tetap sehingga secara tidak langsung akan mengurangi nilai
total dari aktiva tetap. Dengan demikian maka depresiasi termasuk dalam
pengeluaran sebelum pajak. Dengan rumus sebagai berikut:
Harga−Nilai Sisa
Penyusutan ¿
Umur Ekonomis
Umur ekonomis diartikan sebagai suatu periode atau umur fisik dimana
perusahaan dapat memanfaatkan aset tetapnya (masa manfaat) dan dapat juga
berarti sebagai jumlah unit produksi atau jumlah jasa operasional yang diharapkan
diperoleh dari harta (Hery, 2014).
2.5.5 Bunga
Bunga merupakan biaya modal. Metode perhitungan bunga yang dipakai
adalah metode anuitas. Perhitungan secara anuitas merupakan suatu perhitungan
pada rangkaian pembayaran dengan jumlah yang sama besarpada setiap interval
pembayaran, dimana besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval
tergantung kepada jumlah pinjaman, jangka waktu, dan tingkat bunga (Fahmi,
2014). Contoh anuitas adalah pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, cicilan
kredit barang (kendaraan, rumah dan lainnya).
Rumus Annuity sebagai berikut:
i
R=An
[ −n
{1−( 1+i ) } ]
Keterangan :
R = Annuity (cicilan/angsuran)
An = Present value (nilai sekarang)

35
i = tingkat bunga
n = jumlah interval pembayaran
2.5.6 Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan
laporan laba atau rugi. Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak
luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut (Jusup, 2005). Jenis-jenis
laporan keuangan menurut Jusup (2005) adalah:
1. Laporan laba atau rugi
Laporan laba atau rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
Komponen-komponen yang terdapat dalam laporan laba atau rugi adalah:
a. Penjualan,
b. Harga pokok penjualan terdiri dari:
1) Pemakaian bahan baku,
2) Biaya tenaga kerja langsung,
3) Biaya angkut, biaya overhead.
c. Laba kotor,
d. Biaya operasi lain: administrasi dan umum, penyusutan.
e. Laba operasi,
f. Biaya non operasi: bunga,
g. Laba sebelum pajak,
h. Pajak.
Contoh format laporan laba/rugi dapat dilihat Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Laporan Laba/Rugi PT Mubeng (dalam Rupiah)
2006 2007 2008
Total Penjualan 3.400.000 3.570.000 3.748.500
Harga Pokok Penjualan 1.800.000 1.890.000 2.039.625
Laba Kotor 1.600.000 1.680.000 1.764.000
Biaya Penjualan dan Umum
Biaya Tenaga Kerja 192.300 197.442 212.043
Biaya Administrasi 34.000 35.700 37.485
Biaya Penjualan 17.000 17.850 18.742
Penyusutan 45.357 45.357 45.357
Amortisasi 20.000 20.000 20.000

36
Total 308.657 316.349 333.627
EBIT 1.291.343 1.365.651 1.40.372
Bunga 66.000 52.800 39.600
BBT 1.225.343 1.310.851 1.390.772
Pajak (35%) 428.870 458.797 486.770
EAT 796.472 852.053 904.002
% dari Penjualan 23,43 23,87 24,12
Sumber: Studi Kelayakan Bisnis, Jumingan, 2011
2. Arus kas
Menyediakan informasi menyangkut perubahan posisi keuangan perusahaan
(Sjahrial, 2012).
3. Neraca
Neraca atau yang sering disebut laporan posisi keuangan adalah suatu daftar
yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban, dan modal yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Hal-hal yang termuat dalam neraca adalah:
a. Aktiva
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasa
dinyatakan dalam satuan uang. Ada kekayaan yang berupa barang berwujud
seperti tanah, gedung, dan mesin yang biasa disebut dengan aktiva tetap.
Ada pula yang berupa tagihan yang dalam akuntansi disebut piutang
dagang, dan ada pula yang berbentuk pembayaran dimuka atau jasa tertentu
yang baru akan diterima dimasa yang akan datang seperti premi asuransi
dibayar dimuka yang disebut dengan aktiva lancar.
b. Pasiva atau kewajiban
Pasiva adalah utang yang harus dibayar oleh perusahaan dengan uang atau
jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang. Adapun yang
termasuk dalam pasiva adalah utang lancar (utang dagang, utang biaya,
utang pajak, dan sebagainya), utang jangka panjang (obligasi, utang
hipotek).
c. Modal
Modal dicantumkan dalam neraca di bawah kewajiban. Modal pada
hakikatnya merupakan hak milik perusahaan atas kekayaan (aktiva)
perusahaan.

37
2.5.7 Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point atau titik impas atau sering juga disebut titik
pulang pokok adalah suatu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengetahui berapa volume penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami
kerugian, tetapi belum memperoleh laba atau dengan kata lain laba sama dengan
nol (Soewarso dan Hermani, 1988).
Rumus:
FC FC
BEP ( Rp )= dan BEP (Q)=
VC P−VC
1−
P
keterangan:
BEP (Q) = Break Even Point dalam Unit
BEP (Rp) = Break Even Point dalam Rupiah
VC = Biaya Variabel
FC = Biaya Tetap
P = Harga Jual Per Unit
Contoh grafik BEP dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Grafik Break Even Point


Sumber: Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Riyanto, 2010
2.5.8 Kriteria Penilaian Investasi
Kriteria investasi merupakan hal yang sangat penting untuk menganalisis
kelayakan suatu usaha. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Payback Period (PP)

38
Payback period suatu investasi menunjukkan berapa lama jangka waktu yang
diisyaratkan untuk pengembalian investasi (Jumingan, 2011).
Rumus:
Investasi
PP= ×1 tahun
Kas Bersih per tahun
Terdapat dua macam model perhitungan yang digunakan untuk melakukan
perhitungan masa pengembalian investasi, yaitu:
a. Metode Arus Rata-Rata
Metode arus rata-rata digunakan apabila arus kas bersih dari suatu usaha
setiap tahun selama usia ekonomis usaha sama besar.
b. Metode Arus Kumulatif
Metode arus kumulatif digunakan apabila arus kas bersih dari suatu usaha
setiap tahunnya selama usia ekonomis usaha beragam atau tidak sama besar.
2. Net present value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari keseluruhan
prosceeds dengan Present Value dari pengeluaran modal (Riyanto, 2010).
Rumus:

n
CFt
NPV =∑ −I 0
t=1 (1+ K )t
Keterangan:
CFt = Aliran Kas per Tahun pada periode t
I0 = Investasi awal pada tahun 0
K = Suku Bunga (discount rate)
Kriteria penilaian:
Jika NPV¿ 0 ,maka usulan proyek diterima
Jika NPV¿ 0 ,maka usulan proyek ditolak
Jika NPV= 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah
nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (Present Value of

39
future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal
(Present Value of capital outlays) (Riyanto, 2010).
Nilai suku bunga yang membuat Present Value = nol tersebut dinamakan
“Rate of Return”. Patokan standarisasi IRR adalah suku bunga bank yang
berlaku pada saat sekarang. Bila proyek tersebut dibiayai sendiri maka sebagai
pembanding adalah suku bunga deposito. Sedangkan bila proyek dibiayai oleh
pinjaman bank dan biaya sendiri sebagai patokan adalah suku bunga pinjaman,
karena debitor harus mampu membayar bunga pinjaman tersebut.
Rumus:
NPV 1
IRR=i1 + × ( i 2−i 1 )
NPV 1−NPV 2
Keterangan:
i1 = tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
i2 = tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = Net Present Value 1
NPV2 = Net Present Value 2
4. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) adalah rasio present value (PV) dana yang masuk
dengan investasi semula atau pengeluaran investasi selama umur investasi. PI
suatu industri akan lebih besar bila penerimaan di awal proyek lebih besar, dan
sebaliknya. Metode PI hampir sama dengan metode NPV. Metode NPV
dilakukan pengurangan antara PV uang masuk dengan nilai investasi, pada
metode PI dilakukan pembagian atau rasio PV uang masuk dengan investasi.
Rumus :

PI =
∑ PV Kas Bersih x 100 %
∑ PV Investasi
Sehingga kriteria penilaian kelayakan pada metode PI adalah:
a. Jika PI >1, artinya investasi akan menguntungkan/layak, maka usulan
proyek diterima.
b. Jika PI < 1, artinya investasi tidak menguntungkan/tidak layak, maka usulan
proyek ditolak.

40
c. Jika PI = 1, artinya investasi Break Even Point.
Contoh perhitungan dari Profitability Index adalah sebagai berikut:
Present Value = Rp7.475.000,00
Investasi awal = Rp5.000.000,00
Indeks keuntungan (profitability index) dari proyek investasi diatas adalah:

Rp 7.475 .000,00
PI = ×100 %=149,14=150 %
Rp 5.000 .000,00

41

Anda mungkin juga menyukai