Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDY KASUS

RSUP MDJAMIL PADANG

Periode: 6 Desember-10 Desember 2021

“Trambositopenia”

Disusun oleh :

Gita Rina Fernanda (1805003)

PRODI SARJANA SAINS TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Aidil Alfarizki Armena


Umur : 0 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl lahir : 20-07-2021
Golonga darah :A
No. RM : 01.11.22.24
MRS Tgl : 09-12-2021

Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan demam, munculnya memar pada permukaan tubuh dengan
intensitas yang meningkat.

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit pasien mengeluhkan adanya perdarahan, seperti mimisan (epistaksis),


bintik merah seperti tusukan peniti pada kulit (petechiae), mudah memar, serta perdarahan pada
mukosa mulut dan gusi. Selain itu, perdarahan bisa bermanifestasi sebagai muntah darah
(hematemesis), terdapat darah pada tinja (hematochezia), tinja berwarna kegelapan (melena),
maupun darah pada urin.

Permintaan Thrombocyte Concentrate (TC)

TC Biasa : 2 unit
LAPORAN KASUS

2. Identitas Pasien
Nama : Fatih Anugrah
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl lahir : 18-05-2012
Golonga darah :B
No. RM : 00.94.67.78
MRS Tgl : 10-12-2021

ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan demam, munculnya memar pada permukaan tubuh dengan
intensitas yang meningkat.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Riwayat penyakit pasien mengeluhkan adanya perdarahan, seperti mimisan (epistaksis),
bintik merah seperti tusukan peniti pada kulit (petechiae), mudah memar, serta perdarahan pada
mukosa mulut dan gusi. Selain itu, perdarahan bisa bermanifestasi sebagai muntah darah
(hematemesis), terdapat darah pada tinja (hematochezia), tinja berwarna kegelapan (melena),
maupun darah pada urin.

PERMINTAAN THROMBOCYTE CONCENTRATE (TC)

TC Biasa : 5 unit

TC Apheresis : 1 unit
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Studi Kasus

Trombositopenia adalah keadaan dimana trombosit dalam darah yang bersikulasi jumlahnya
sedikit. Kadar trombosit yang rendah yaitu 10.000/µl sering menimbulkan kematian. Pada pasien
trombositopenia biasanya timbul bintikbintik perdarahan di seluruh jaringan tubuh (Tanzil A,
2014). Komplikasi perdarahan yang sering terjadi adalah petekiae, episktaksis, perdarahan
mukosa mulut, perdarahan subkonjungtiva, hematemesis/melena, dan hematuria (Azeredo, et al.,
2015). Mekanisme penyebab terjadinya trombositopenia adalah penurunan produksi trombosit;
peningkatan destruksi trombosit; dan sekuestrasi trombosit (Matzdorffa, et al., 2018).

Trombositopenia dapat menyertai berbagai keadaan seperti infeksi virus dengue, kemoterapi,
Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) dan efek samping dari pengunaan obat-obatan seperti diuretik
tiazid, etanol, esterogen, trimetropimsulfamethoxazol (Bimlesh, et al., 2016). Trombositopenia yang
disebabkan karena obat-obatan (drug-dependent antibody) sering terjadi mendadak dan salah
diagnosis. Pada tahun 2015 sampai dengan 2018 telah dilaporkan 73 kasus trombositopenia yang terjadi
akibat penggunaan obat kotrimoksazol (Bettina, et al., 2018).

Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah kegagalan produksi trombosit,
peningkatan konsumsi trombosit, distribusi trombosit abnormal, dan kehilangan akibat dilusi.
Penggunaan obat-obat tertentu juga dapat menyebabkan trombositopenia, salah satunya adalah
kotrimoksazol. Suatu mekanisme imunologis sebagai penyebab sebagian besar trombositopenia yang
diinduksi obat (Hoffbrand,dkk., 2007). Selain dari mekanisme tersebut, pada penelitian sebelumnya
kotrimoksazol digunakan sebagai obat untuk membuat trombositopenia pada hewan uji mencit
(Astukara, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diangkat adalah bagaimana gambaran hasil
uji silang serasi pada darah packed red cell di Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang.
1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang gambaran hasil uji crossmatch pada
trambositopenia.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk menentukan gambaran hasil uji crossmatch pada trambositopenia.

1.4.2 Tujuan Studi Kasus


1. Untuk menentukan distribusi frekuensi pemeriksaan uji crossmatch pada trambositopenia.
2. Menentukan kompatibel dan inkompatibel crossmatch pada trambositopenia.

1.5 Manfaaat Studi Kasus

1.5.1 Bagi Akademik

Menambah referensi Karya Tulis Ilmiah di STIkes SYEDZA SAINTIKA Padang.

1.5.2 Bagi Penulis

Dapat menambah kopetensi penulis sendiri dan memperdalam pengetahuan penulis, serta
menambah pengetahuan tentang gambaran hasil uji crossmatch pada trambositopenia, dan
meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan uji crossmatch pada trambositopenia
dengan hasil kompatibel dan inkompatibel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nama Penyakit Kasus

Diangnosis klinis adalah Trambositopemia, Trombositopenia merupakan istilah dalam


medis yang digunakan untuk menggambarkan penurunan jumlat platelet darah di bawah
batas minimal. Takaran normal platelet adalah 150.000 hingga 450.000 per mikroliter.
Platelet yang sering juga disebut trombosit memiliki fungsi penting untuk
membantu proses pembekuan darah agar pendarahan berlebihan tidak terjadi.

Trombositopenia sendiri bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa. Seseorang yang mengidap trombositopenia akan lebih rentan mengalami pendarahan.
Hal yang perlu digarisbawahi, meski kasusnya jarang terjadi, trombositopenia yang tak ditangani
bisa memicu pendarahan dalam. Kondisi inilah yang nantinya bisa berujung fatal. Terutama jika
jumlah platelet pengidap berada di bawah angka 10.000 per mikroliter.

2.2 Gejala Pemeriksaan Kasus

Trombositopenia ringan umumnya tidak menimbulkan gejala. Kondisi ini biasanya baru
diketahui saat penderita melakukan pemeriksaan jumlah sel darah untuk tujuan lain. Jika jumlah
trombosit semakin turun, penderita akan merasakan gejala utama berupa perdarahan, baik yang
terlihat dari luar maupun perdarahan organ dalam. Perdarahan organ dalam lebih sulit dideteksi
dan gejalanya bervariasi, tergantung pada organ yang mengalami perdarahan. Sedangkan
perdarahan di tubuh bagian luar nampak sebagai memar atau lebam, dan perdarahan yang sulit
berhenti. Gejala perdarahan lain yang dapat muncul akibat trombositopenia adalah:

 Mimisan
 Gusi berdarah
 Menstruasi yang lebih banyak dari biasanya
 Hematuria
 BAB berdarah atau berwarna hitam
 Muntah darah atau berwarna seperti kopi
2.3 Patofisiologi Penyakit (Kasus)

Patofisiologi trombositopenia meliputi dua mekanisme utama yaitu penurunan produksi


trombosit misal pada kanker dan peningkatan destruksi trombosit yang diperantarai oleh
komplemen serta dimediasi oleh autoantibodi misal pada Immune Thrombocytopenic
Purpura (ITP). Trombosit berasal dari fragmentasi megakariosit yaitu sel hematopoietik yang
berada di sumsum tulang. Trombosit memiliki waktu paruh 8 hari untuk berada pada sirkulasi
darah, kemudian trombosit akan mengalami apoptosis.

2.3.1 Penurunan Produksi Trombosit


Trombopoiesis merupakan proses pembentukan trombosit yang berlangsung di dalam
sumsum tulang belakang. Megakariosit merupakan sel prekursor dari trombosit. Regulasi kunci
dari trombopoiesis adalah thrombopoietin (TPO). TPO merupakan hormon yang disintesis oleh
hepar dan berfungsi untuk stabilisasi keberlangsungan hidup dari megakariosit serta proliferasi
megakariosit.
Beberapa mediator inflamasi juga berperan dalam proses trombopoiesis yaitu interleukin-
3 (IL-3), interleukin-6 (IL-6), dan interleukin-11 (IL-11). Stem cell factor (SCF) juga memiliki
efek sinergis dengan TPO pada trombopoiesis.

Reduksi jumlah megakariosit akibat destruksi dari stem cell maupun proses apoptosis dari
megakariosit dapat menyebabkan penurunan produksi trombosit. Proses destruksi megakariosit
dapat dimediasi oleh defisiensi TPO maupun proses autoantibodi.

Inhibitor nuclear factor kappa beta (NF-Kb) berperan dalam mencegah pembentukan


trombosit dari megakariosit. Perubahan bentuk dan ukuran dari megakariosit juga dapat
mempengaruhi produksi trombosit. Salah satu penyebab dari megakariopoiesis yang tidak efektif
adalah defisiensi vitamin B-12 serta defisiensi asam folat.

2.3.2 Peningkatan Destruksi Trombosit


Destruksi perifer trombosit dapat menyebabkan trombositopenia melalui mekanisme
yang diperantarai oleh komplemen dan antibodi. Destruksi trombosit yang dimediasi
autoantibodi dapat diinduksi oleh obat-obatan yang dikonsumsi, infeksi maupun gangguan
autoimun.
Mekanisme gangguan autoantibodi pada kondisi trombositopenia disebabkan oleh
absennya toleransi imunologis terhadap autoantigen pada trombosit dalam tubuh. Disregulasi
dari respon sel T menyebabkan ketidakseimbangan dari rasio sel T helper yaitu Th1 dan Th2
(Th1/Th2 ratio) yang dapat menimbulkan hiperaktivitas dan produksi dari sel T sitotoksik.
Hiperaktivitas dari sel T sitotoksik dapat meningkatkan destruksi trombosit. Sel B berperan
dalam memfasilitasi produksi autoantibodi serta akselerasi klirens trombosit. Autoantibodi
mengopsonisasi trombosit dan menyebabkan aktivasi komplemen serta peningkatan fagositosis
dan apoptosis dari trombosit

2.4 Pemeriksaan Kompleks Kasus

2.4.1 Alat dan Bahan

Alat

 Mikropipet
 Gunting
 Sarung tangan
 Tips kuning
 Tabung reaksi
 Sentrifuge Gel Tes
 Inkubator
 Tisu
Bahan

 LISS (Low Ionic Strenght Solution)


 Gel Tes
 Sampel Darah Donor dan Darah Pasien
 Dilluent

2.4.2 Cara Membuat Suspensi Sel

1. Siapkan 2 buah tabung reaksi


 Tabung 1 diisi 5 mikron sel darah merah donor ditambahkan 500 mikron larutan
pengencer (diluent)
 Tabung 2 diisi dengan 5 mikron sel darah merah pasien ditambahkan 500 mikron
larutan pengencer (Dilluent)

Mengambil 500 mikro ID Diluent

2. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50 mikron kemudian dimasukkan kedalam kolom gel
1 (Mayor) yang ditambahkan 25 mikron plasma pasien.
3. Suspensi dari sel tabung 2 diambil 50 mikron, kemudian dimasukkan kedalam kolom gel
2 (Minor) yang ditambahkan 25 mikron plasma donor
4. Suspensi sel tabung 2 diambil 50 mikron, kemudian dimasukkan kedalam gel 3 (AC)
yang ditambahkan 25 mikron plasma pasien
5. Ketuk2 gel tes agar suspensi sel darah tercampur dengan plasma dan turun ke atas gel
6. Inkubasi gel tes pada suhu 37oC selama 15 menit
7. Putar Gel tes menggunakan Centrifuge Gel test dengan kecepatan 1000 rpm selama 10
menit
8. Baca dan catat hasil
Teknik pengambilan gel
Ilustrasi hasil

2.4.3 Interpretasi

1. positif : aglutinasi pada permukaan gel atau menyebar


2. negatif : sel padat di dasar microtube

2.5 Pemeriksaan Permintaan Kasus


Menggunakan pemeriksaan crossmach
BAB III

Metode Pemeriksaan Laboratorium

3.1 Qualiti control parameter kasus (salah satu) pemeriksaan


Qualiti control parameter kasus (salah satu) pemeriksaan adalah negatif

3.2 Validasi hasil pemeriksaan kasus

Validasi hasil crossmatch dilakukan oleh petugas laboratorium unit transfusi darah RSUP
MDJAMIL Padang dan dikonfirmasi ulang hasil pemeriksaan oleh dokter.
BAB IV

Hasil Dan Pembahasan kusus

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan adalah Kompatibel Inkompatibel

4.2 Pembahasan

Transfusi trombosit merupakan terapi yang penting untuk pasien dengan keganasan, kegagalan
sumsum tulang belakang, transplantasi sel stem. Penggunaan transfusi trombosit telah terbukti
menurunkan mortalitas akibat perdarahan pada pasien dengan leukemia akut pada tahun 1950
dan penggunaan terapi ini semakin meningkat sejak saat itu.6 Pada umumnya, trombosit
ditransfusikan untuk mencegah perdarahan pada pasien trombositopenia akibat kemoterapi atau
yang menjalani transplantasi sel stem hematopoiesis.

Transfusi trombosit juga diberikan pada pasien yang tidak trombositopenia tetapi memiliki
fungsi trombosit yang abnormal. Beberapa kondisi yang membutuhkan transfusi trombosit antara
lain: (1) penurunan produksi (kemoterapi, anemia aplastik dan radiasi; (2) peningkatan destruksi
(koagulasi intravaskular diseminata, purpura trombositopenia trombosis, hemangioma
kavernosis, trombositopenia autoimun); (3) dilusi; (4) transfusi massif; (5) disfungsi trombosit
akibat panajan obat, defek trombosit kongenital, efek metabolit, atau uremia.

Terdapat risiko rendah untuk terjadinya perdarahan spontan berat jika kadar trombosit lebih dari
20.000/ μL. Namun, risiko meningkat jika kadar trombosit kurang dari jumlah tersebut. Oleh
karena kurangnya uji klinis yang meyakinkan, telah menjadi praktik sehari-hari untuk melakukan
transfusi trombosit sebagai pencegahan perdarahan berat pada kadar trombosit < 20.000/μL.6
National Institutes of Health Consensus Conference merekomendasikan kadar trombosit
20.000/μL sebagai batas untuk memberikan transfusi trombosit profilaksis.
BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Transfusi trombosit hasil uji silang serasi yang kompatibel efektif diberikan pada pasien dengan
kondisi trombositopenia refrakter.

5.2 Saran

Kondisi refrakter terhadap transfusi trombosit merupakan proses yang kompleks dan merupakan
tantangan dalam tata laksana pasien dengan trombositopenia. Untuk mengetahui adanya
trombositopenia refrakter perlu dilakukan perhitungan corrected count increment (CCI) secara
rutin. Jika CCI kurang dari yang diharapkan maka tes untuk menilai adanya antibodi anti-HLA
dan anti-HPA harus dilakukan, salah satunya dengan metode uji silang serasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akhdemila W. 2009. Analisis pengendalian darah pada Palang Merah Indonesia

(PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok Fakultas

Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor.

Ariyadi, T, dkk., 2018. Perbedaan Hasil Crossmatch Metode Gel Tes Dengan

Inkubasi Dan Tanpa Inkubasi Pada Pre Transfusi Darah. Semarang.

Depkes RI. 2003. Buku Pelayanan Transfusi Darah: Mutu dan Keamanan dalam

Penyediaan Darah. Jakarta. Depkes RI

DepKes RI. 2003. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah : Serologi

Golongan Darah. Jakarta. Depkes RI

Dhony, Fermadani. 2017 [thesis]. Perbedaan hasil crossmatch metode gel dengan

inkubasi dan tanpa inkubasi pada pre tranfusi darah. Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Depkes, Permenkes RI, No.91/MenKes/Per/I/2015, Tentang Standar Pelayanan

Transfusi Darah (Jakarta: Depkes RI. 2015).

Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku pedoman pelayanan transfusi darah:

skrining untuk penyakit infeksi. Modul 2. Jakarta : Depkes RI

Flagel WA. Fresh blood for transfusion: how old is too old for red blood cell

units. Blood transf 2012;10:247-51.

McCullough J. Overview of platelet transfusion. Semin Hematol. 2010;3:235-42.

Members of the Consensus Development Panel. Platelet

transfusion therapy. JAMA 1987;257:1777-80.

Beutler E. Platelet transfusions: the 20,000/mL trigger. Blood 1993;81:1411–3.

Anda mungkin juga menyukai