Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

WOUND DEHISCENCE

1. wound dehiscience merupakan komplikasi serius dari Tindakan post operatif yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas menurut sander angka mortalitas pasien dengan burst
abdomen rata-rata 18,1% dengan range 9,4% -43.8% terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara
pastial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka past operatif harus
segerah di tangani karena pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas 30%

wound dehescience adalah terbuktinya tepi-tepiluka sehingga menyebabkan evirasi atau


pengeluaran isi organ organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi
dari penutupan luka di dalam perut. Meskipun kasus ini jarang di temukan di Indonesia namun tidak
sedikit pasien yang perna mengalami burst abdomen. Pada tahun 1972 terdapat 18b(n3%) kasus
burst kasus abdomen diatara 593 operasi yang terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa terdapat
45 kasus diantara 5156 dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Lalu perbandingan untuk pria dan
wanita adalah 2:1 namun, saat ini insiden burst abdomen tidak berbedah jauh dengan tahu 197.
Insiden sebanyak 0,2% -6% dengan tingkat kematian 10%-30% apabilah insiden ini terus berlanjut
dan tidak ada perhatian dari masyarakat tentang kasus ini, maka aka nada kemungkinan
bertambahnya pasien dengan burst abdomen setiap tahunya.

Wound desihscence terjadi lebih sering terjadi pada pria dari dapa wanita. Biasanya burst abdomen
terjadi pada minggu ke dua, dengan puncaknya pada hari kesepuluh pasca operasi, dan memiliki
angka kematian sekitar20.

Wound desihscene yang tidak di tangani dengan tepat dan segerah dapat menimbulkan berbagai
komplikasih yang serius yang akan meningkatkan resiko kematian. Melalui makalah ini kami
memberikan pengetahuan dan cara pencegahan terjadinya burst abdomen sehinggan angka
terjadinya penyakit tersebut dapat menurun .

2. DEFENISI

Wound dehiscence merupakan koplikasi bedah dimana tepi luka tidak lagi bertemu hari ini juga di
kenal sebagai “ pemisahan luka” penyembuhan luka harus baik dideketi, yang berarti bahwa tepi
memenuhi rapi dan di pegang Bersama oleh jahitan staples atau metode lain. Sebagai penyembuhan
sahyata, luka mengisi dengan jaringan baru, yang di sebut” granulasi atau jaringan granulasi, jaringan
baru ini tidak sekuat jaringan kulit normal, seperti baru dan tidak memiliki waktu untuk
memperkuat.

Wound dehiscence adalah salah satu komplikasi luka operasi yang terinfeksi komplikasi lain
menyembuhkan luka pindah; yang lambat, morbiditas dan mortalitas yang meningkat, serta lama
rawat yang berkepanjangan.
3. ETIOLOGI

Luka Wound dehiscence dapat di sebabkan oleh Teknik bedah yang buruk seperti penjahitan yang
tidak benar, jahitan lebih di perketat atau jenis yang tidak pantas dari jahitan. Luka Wound
dehiscence juga dapat di sebabkan oleh meningkatnya stress kedalam luka sebagai akibat dari
Latihan berat, angkat berat, batuk, tertawa, bersin, muntah atau bantalan turun terlalu keras dengan
gerakan usus.dalam beberapa kasus Wound dehiscence luka bisa menjadi sekunder untuk luka
infeksi atau penyembuhan yang buruk seperti yang terlihat pada pasien dengan penyakit kronis,
kurang gizi atau system kekebalan tubuh yang lemah, Luka Wound dehiscence sekunder dapat
terjadi pada pasien dengan AIDS , penyakit ginjal, diabetes melitus dan mereka yang menjalani
kemoterapi atau radioterpi.

4.TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala Wound dehiscence luka yang jelas masih untuk mengidentifikasih oleh pasien dan
dapat ditemukan sebagai salah satu atau lebih dari hal berikut:

 Luka terbuka
 Jahitan rusak ( tanpah penyembuhan )
 Nyeri di tempat luka
 Luka pendarahan
 Nana dan atau drainase berbusa pada luka yang terinfeksi

5. PATOFISIOLOGI
Setiap kelaiana meningkatkan tekana dalam rongga perut dapat menimbulkan hipertensi
intra-abdomen, dalam beberapa situasi, seperti pancreatitis atau pecahnya ancurisma aorta
abdominal. Obstruksi mekanisme usus halus, ddan pembesar dan pendarahan ntra abdomen.
Namun, trauma tumpul abdomen dengan pendarahan intra adbdomen dari lienalis, hati, dan
cedera mesenterika adalah penyebab paling umum dari hipertensi intra -abdomen,
pembedahan perut dengan tujuan untuk mengendalihkan pendarahan juga dapat
meningkatkan tekanan dalam ruang poritoncal, distensu usus, sebagai akibat dari syok
hipovolemik dan perpindahan volume yang besar, merupakan penyebab penting hipertensi
intra abdomen, dan selanjutnya mengakibatkan ACS, pada pasien trauma.

Pada kondisi syok, vasokonstiksi oleh system saraf simpatik mengakibatkan kurangnya suplai
darah ke kulit, otot, ginjal. Dan saluran pencernaan, hal ini bertujuan untuk menyuplain
jantung dan otak. Redistribusi darah dari usus menghasilkan hipoksia seluler di jaringan usus,
hiposia ini berhubungan dengan 3 bagian penting dari perkembangan kompensasi positif yang
mencirihkan pathogenesis hipertensi intra-abdomen dan perkembanganya menjadi ACS:
1. Pelepasan sitokin
2. Pembentukan oksigen radikal bebas
3. Penurunan produksi adenosis pada sel
6.KOMPLIKASI
Komplikasi wound dehiscence
1. Perdarahan di daerah sekitar jahitan
2. Peritonisis (ninfeksi ke seluruh dinding usus )

Peritonosis adalah peradangan yang biasanya di sebabkan oleh infeksi selaput rongga perut,
( peritoncum) peritoncum adalah selaput tipis dan jenih yang membungkus organ perut dan dinding
perut sebelah dalam, cederah pada kandung empedu , ureter, kemih atau usus selama pembedahan
dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan
untuk menyambuhkan bagian usus.

3. Infeksi luka bedah


Infeksi luka operasi ( ILO ) infeksi tempat pembedahan ( ITP) surgical sitbinfection (SSI) adalah
infeksi pada luka operasi atau organ/ ruang yang terjadi selama 30 hari paska operasi atau dalam
kurun 1 tahun apabilah terjadap implant, sumber bakteri pada ILO padat berasal dari pasien,
dokter dan tim, lingkungan , dan termasuk juga instrumentasi.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes BGA ( darah lengkap )
Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea hidung darah lengkap dan
serum elektrolit dapat menunjuhkan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit )
peningkatan sela rah putih, dan ketidak seimbangan elektrolit
2. CT scan dan MRI
3. Sinar X dan abdomen menunjukan abnormal tinggi kadar gas dalam usus atau obstruktur
usus.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan wound dehiscence di bedahkan menjadi penatalaksanaan non operatif atau
koservasif dan tergantung atas keadaan umum penderita
penatalaksanaan operatif Penanganan nonoperatif / konservatif
Penanganan nonoperatif diberikan kepada penderita yang sangat tidak stabil dan tidak mengalami
eviserasi. Hal ini di lakukan dengan penderita berbarinf di tempat tidur dan menutup luka operasi
dengan kassa steril atau kapaian khusus steril. Penggunaan jahitan penguat abdominal dapat di
pertimbangkan untuk mengurangi perburuhkan luka operasi terbuka
Selain perawatan luka yang baik, diberikan nutrisi yang adekuat untuk mempercepat penutupan
Kembali luka operasi. Diberikan pula antibiotik yang memadai untuk mencegah pemburuhkan
dehiscence luka

 Penanganan operatif
Penanganan operatif dilakukan pada Sebagian besar penderita dehiscence. Ada beberapa jenis
operasi yang dilakukan pada dehiscence luka yang dilakukan antara lain rehecting atau penjahitan
ulang luka operasi yang terbuka, mesh repair, vacuum pack, abdominal packing, dan bogota bag
repair
Jenis operasi di lakukan pada Sebagian besar penderita dehiscence. Ada beberapa jenis operasi yang
dilakukan pada pasien dengan keadaan stabil, dan penyebab terbukanya luka operasi murni karena
kesalahan teknis penjahitan

Pada luka yang terkontaminasi dilakukan Tindakan debridemen terlebih dahulu sebelum penutupan
Kembali luka operasi. Dalam perencanaan jahitan ulang

Anda mungkin juga menyukai