Seperti kita ketahui bersama bahwa Gerak adalah dasar dari tari dan kita ketahui bersama pula
bahwa manusia pada hakekatnya dapat bergerak, sehingga manusia dapat menari. Tari
menggunakan sarana lain kecuali tubuh manusia itu sendiri yang menghasilkan gerak. Namun
agar dapat menari dengan baik, diperlukan pengetahuan dan rasa kinestetis pada tubuh dan
bagian-bagiannya. Kinestetis menyadarkan para penari akan tubuhnya, kesadaran tubuh yaitu
suatu kemampuan untuk memahami dan mengendalikan body (tubuh) dan seluruh bagiannya
sehubungan dengan kesadaran akan tubuh tersebut.
Sesuai dengan tema atau judul diatas, maka kita akan membahas satu persatu materi tersebut
dimulai dari konsep, lalu teknik dan terkahir dengan proses dasar gerak dalam tari. Untuk
jelasnya mari kita simak ulasan berikut.
Tari Betawi misalnya yang dikelompokkan kedalam dua jenis tari yaitu bentuk tari topeng dan
tari cokek. Tari ini memiliki ragam jenis gerak dasar yang terdiri dari Gibang, selancar, rapat
nindak, kewer, pakblang, goyang plastik, dan gonjingan. Dari ragam gerak dasar tersebut, dapat
dikembangkan lagi menjadi gerak yang lebih ritmis dengan ruang gerak yang lebih luas.
Selain itu contoh lainnya yaitu tari bali dan tari pagellu yang masing-masing memiliki ciri khas
masing-masing dalam teknik geraknya. Pada tari bali, terdapat ragam gerak yang terdiri dari
ngumbang, agem, angsel, piles, dan ngesek yang memiliki gerak yang dinamis dengan ciri khas
geraknya dan ditambah dengan gerakan matanya atau disebut dengan (nyeledet).
Gerak Dasar Tari - Konsep, Teknik, dan
Prosedur
Sedangkan pada tari pagellu (sulsel) Toraja memiliki ragam gerak yang terdiri dari pa'gellu,
pa'tabe', pa'gellu tua, pang'rapa pentalun, panggirik tangtaru, dan pa'tutu. Tari pagellu
dipertunjukkan disetiap upacara ritual syukuran atau " rambu tuka" oleh para kalangan suku
toraja dengan diiringi instrumen gendang. Setiap gerakannya melambangkan simbol keseharian
masyarakat toraja yang memiliki nilai filosofis yang dianut dalam aturan dan adat leluhur
mereka.
Untuk tari Jawa, biasanya ditujukan pada gerak yang bertumbuh kembang dalam keraton atau
istana yang identik dengan aturan - aturannya tersendiri dalam melakukannya sebab setiap
geraknya memiliki makna dan filosofi. Tari Jawa memiliki gerak dasar yang terdiri dari srisig,
sabetan, hoyog, lumaksana, kengser, seblak sempur, dan ulap-ulap dengan ciri khas gerakan
yang lembut.
Dalam gerak tari, terkandung tenaga/energi yang mencakup ruangdan waktu. Artinya gejala yang
menimbulkan gerak yaitu tenaga dan bergerak berarti memerlukan ruang dan membutuhkan
waktu ketika proses gerak berlangsung. Aspek gerak dibagi menjadi gerak bagian kepala, kaki,
tangan, badan, dan jarak ( Rodolf Von Laban ).
Rentangan atau tingkat gerak (space) dan gerak yang kuat, lemah, elastis, penekanan. Maka dari
itu, munculnya gerak tari tersebut berasal dari proses pengolahan yang telah mengalami stilasi
(digayakan) dan distorsi (pengubahan), yang kemudian melahirkan dua jenis gerak yaitu gerak
murni dan gerak maknawi.
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh gerak murni yang ada pada tari tradisi yang
diantaranya adalah sebaga berikut :
1. Gerak dasar tari bagian kaki.
Adeg- adeg ( jawa ) adalah kesiapan sikap dasar kaki pada saat memulai untuk menari.
Wedhi kengser (Jawa) dan secer (sunda) adalah gerak menggeser telapak kaki ke samping kanan
dan kiri.
Trecet adalah gerakan bergeser ke samping (kanan atau kiri) dengan kaki jinjit dengan lutut di
tekuk.
Trisig (jawa) dalah gerak berpindah tempat, maju, mundur dan berputar dengan berlari kecil,
jinjit, dan tubuh sedikit direndahkan.
2. Gerak dasar tari bagian tangan.
Gerak ngiting,
Gerak nyampurit (sunda),
Gerak nyempurit (jawa),
Gerak ngrayung,
Gerak pa'blang (betawi),
Gerak kewer (betawi),
Gerak capang (sunda), dan
Gerak ukel.
Misalnya pada gerakan berjalan, ada yang dilakukan dengan teknik jinjit dan prosedur untuk
melakukan teknik jinjit misalnya dimulai dari badan yang bertumpuh pada tumit dan melangkah
step by step.
Gerakan tari bisa dilakukan dengan baik dan benar jika teknik dan prosedurnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan dari mana gerak tari itu berasal. Gerak pada tari tradisi
sering memiliki standar atau aturan bakuyang harus dilakukan. Seorang penari akan dapat
melakukan teknik dan prosedur gerak tari yagn benar jika dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Penari-penari tradisi melakukan satu jenis tari berulang-ulang dan semakin dilakukan akan
semakin nampak pula kemampuan melakukan gerakan tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa teknik dan prosedur setiap gerak dilakukan dengan berbeda-beda
PENGERTIAN SENI TARI, JENIS JENIS TARI DAN
PENJELASANNYA
A. Pengertian Seni Tari
deweezz.com
Tari sendiri memiliki arti yaitu gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan
di suatu tempat dan waktu tertentu. Gerak adalah elemen pokok dalam seni
tari, di dalamnya terdapat unsur ruang, tenaga, dan waktu.
Simbol dalam karya tari merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
tarian. Fungsi dari simbol dalam tari ini adalah menunjukkan ekspresi jiwa dan
maksud-maksud tertentu. Simbol dalam tari terbagi menjadi empat, yaitu
simbol gerak, busana, dan tata rias. Berikut penjelasannya :
1. Simbol gerak
deweezz.com
Teknis melakukan gerak tari juga bagian dari bentuk simbol. Tari yang
digerakkan dengan lembut gemulai menunjukkan si penari menghayati
dengan penuh perasaan dan kelembutan. Gerakan tari yang dilakukan secara
dinamis, menunjukkan semangat, lincah, dan bertenaga. Tari yang
digerakkan secara patah-patah menyimbolkan ketegasan dan kekuatan.
Tari Baris dari Bali, gerakan dalam tari baris menceritakan ketangguhan
para prajurit Bali saat dahulu. Kedua pundak penari diangkat hingga sejajar
dengan telinga. Kedua lengan selalu pada posisi horizontal dengan gerak
yang tegas. Lalu gerakan khas lainnya adalah selendet atau gerakan delik
mata penari yang selalu berubah. Gerakan itu mendeskripsikan sifat prajurit
yang senantiasa berhati-hati dengan situasi di sekitarnya.
2. Simbol Busana
deweezz.com
Busana merupakan salah satu simbol dalam karya seni tari. Simbol busana
dapat dilihati dari keunikan desain dan ragam warnanya. Secara umum,
setiap warna busana memiliki makna simbolisme masing-masing.
Warna biru, memiliki makna kesetiaan.
Warna merah, memiliki makna keberanian.
Warna hitam, memiliki makna kebijaksanaan dan kematangan.
Warna merah, memiliki makna keberanian.
Warna putih, memiliki makna kesucian.
Selain warna pada busana yang dikenakan, dilengkapi juga dengan aksesoris
dan perlengkapan tambahan lainnya, seperti berikut :
deweezz.com
Tata rias sangat dibutuhkan untuk menghias wajah agar sesuai dengan
karakter tari. Simbol tata rias ini dapat dilihat setelah penari dirias. Fungsi dari
simbol ini adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh
lakon yang akan dibawakan, dan paling utama untuk memperkuat kesan
ekspresi serta menambah daya tarik.
deweezz.com
Hal yang perlu kalian pahami dalam mengamati karya seni tari adalah adanya
faktor subjektif dan faktor objektif. Terciptanya estetis itu karena adanya
penilaian perasaan dari pengamat. So guys, estetis akan tercipta karena
adanya proses relasi antara karya seni tari dan tanggapan orang yang
mengamati.
Masing-masing gerak tari di setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, yang
mana tidak bisa lepas dari pengaruh budaya yang terdapat didaerah tersebut.
Contohnya seperti tari Jawa yang gerak matanya selalu mengarah ke bawah,
tari Bali yaitu matanya yang melotot menjadi ciri khas tersendiri, lalu ada juga
tari saman dari Aceh yang memiliki gerakan sangat cepat sebagai ciri
khasnya.
deweezz.com
1. Tari tradisional
Tari tradisional merupakan tari yang berkembang dalam suatu daerah tertentu
yang dilestarikan secara turun menurun oleh masyarakat setempat. Pada
umumnya, tari tradisional mempunyai nilai sejarah yang kuat, pedoman yang
luas dan bertahan pada adaptasi kebudayaan lingkungan sekitar terciptanya
sebuah tari.
Tari tradisional diklasifikasikan lagi menjadi 3, yaitu Tari Rakyat, Tari Klasik,
dan Tari Kreasi baru. Berikut penjelasannya :
a. Tari rakyat
Tari rakyat adalah salah satu dari jenis tari tradisional. Tari rakyat ini
merupakan karya seni tari yang tercipta dan lahir dari kebudayaan
masyarakat lokal. Hidup dan berkembang sejak zaman primitif dan
dilestarikan secara turun menurun hingga sekarang. Tari rakyat ini dikenal
juga dengan sebutan tari Folklasik.
b. Tari Klasik
Tari klasik adalah jenis dari tari tradisional yang tercipta dan lahir di
lingkungan kerajaan atau bangsawan, seperti lingkungan keraton jika di
Indonesia. Tari klasik ini berkembang sejak zaman feodal dan dilestarikan
secara turun menurun di kalangan bangsawan.
Ciri khas dari tari klasik adalah berpacu pada standardisasi tertentu,
mengandung nilai estetis yang tinggi, dan disajikan dengan penampilan
yang glamour atau mewah, mulai dari gerak, tata rias, hingga busana yang
dikenakan.
c. Tari Kreasi Baru
Tari kreasi baru merupakan tari klasik yang diaransemen, lalu dikembangkan
kembali menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun dalam
mengaransemen tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya.
Pada umumnya, tari kreasi baru diciptakan oleh para ahli karya seni tari,
seperti Sauti dan Bagong Kusudiarjo.
Tari yang merupakan seni budaya juga memiliki fungsi. Gerakan tari yang
menjadi media untuk menyampaikan fungsi tersebut. Berdasarkan fungsinya,
tarian di Indonesia diklasifikasi menjadi 3, yaitu :
a. Tari Kecak
Tari Kecak adalah tarian yang digunakan dalam upacara adat tertentu. Tari
Kecak ini merupakan tarian khas Bali. Biasa dipentaskan saat upacara
pembukaan atau penutupan sebuah acara besar.
b. Tari Gambuh
Tari Gambuh, juga merupakan tarian yang berasal dari Bali. Tarian ini
dipentaskan saat upacara odalan, hajatan keluarga bangsawan, ngaben, dan
lainnya.
c. Tari Lawung Ageng
Tari Lawung adalah tarian khas Yogyakarta. Tarian ini diciptakan oleh Sri
Sultan Hemengkubuwono I. Nama Lawung diberikan karena dalam pentasnya
penari menggunakan properti lawung atau tombak.
a. Tari Topeng
Tari Topeng merupakan tradisional yang berasal dari Jawa Barat, lebih
tepatnya tarian ini lahir di Cirebon. Dinamakan tari topeng karena memang
penarinya memakai topeng saat tampil. Tarian ini seringkali dipertunjukkan
sebagai hiburan dalam acara hajat masyarakat Cirebon.
b. Tari Merak
Tari Merak adalah tari tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Tarian ini
mendeskripsikan keindahan dan kecantikan burung merak, biasa
dipertunjukkan sebagai saran hiburan masyarakat Jawa Barat.
Bentuk, Jenis dan Nilai Estetis Gerak Tari
Tari merupakan rakaian antara gerak satu dengan gerak yang lainnya. Gerak terdiri
atas bermacam motif - motif gerak. Jadi, setiap gerak memiliki bentuk – bentuk yang
berbeda. Jika mengingat pada pembelajaran sebelumnya yang membahas tentang
Gerak Dasar Tari, gerak agem misalnya terbentuk atas gerak tangan, badan dan juga
kaki. Agem inilah yang disebut dengan bentuk gerak.
Demikian juga dengan gerak trisik atau berjalan dengan kaki jinjit, merupakan bentuk
dari gerak yang terbentuk dari gerak berjalan dan juga gerak tangan. Gerak juga
memiliki jenis – jenisnya yang tersendiri. Ada gerak yang tidak mendapat sentuhan
stilisasi namun juga terdapat gerak yang diberi stilisasi.
Kedua jenis gerak ini menyatu dalam sebuah karya tari. Perpaduan antara bentuk dan
jenis gerak inilah yang merupakan nilai-nilai estetika pada tari yang dinikmati selain dari
pendukung tari seperti tata rias dan tata busana serta properti.
Berdasarkan dari pengertian bentuk tari di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bentuk tari berdasarkan geraknya, yaitu terdiri atas ;
a. Tari representasional.
Tari representasional yaitu tari yang secara utuh menggambarkan sesuatu dengan jelas
(wantah), misalnya tari tani yang menggambarkan seorang petani, tari nelayan yang
menggambarkan seorang nelayan atau tari Bondan yang menggambarkan tentang
kasih sayang ibu kepada anaknya.
Tari non representasional adalah tari yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan cara simbolis yang biasanya menggunakan gerak-gerak yang bersifat maknawi.
Contohnya tari ini misalnya, Tari Topeng Klana, Tari Srimpi, dan Tari Bedaya.
Gerak tari yang memiliki keindahan berasal dari proses pengolahan proses dan teknik
tari yang telah mengalami stilasi (digayakan) dan distorsi (pengubahan) sehingga
lahirlah dua jenis gerak
berikut ini.
Gerak tari murni atau disebut juga dengan gerak wantah yaitu gerakan tari yang
disusun dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk yang artistik (keindahan) dan tidak
memiliki maksud-maksud tertentu.
2. Gerak Tari Maknawi.
Gerak maknawi (gesture) atau gerak tari yang tidak wantah adalah gerakan tari yang
mengandung arti atau maksud tertentu dan telah di distilasi, Contohnya gerak ulap-ulap
(dalam tari jawa) yang merupakan stilasi dari orang yang sedang melihat sesuatu yang
jauh tempatnya.
Nilai estetika pada gerak tari tidak hanya dilihat secara keseluruhan tapi juga dapat
dilihat pada gerakannya. Nilai estetika gerak tari dapat diperoleh dengan melihat
atau visual dan pendengaran atau auditif.
BACA JUGA
Contohnya Gerak pada tari merak, merupakan ungkapan keindahan dari gerak gerik
kehidupan burung merak dimana keindahan tersebut dituangkan dalam bentuk dari
gerak yang satu ke gerakan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan gerak yang
utuh.
Demikian pula tari yang berkembang di daerah Dayak (Kalimantan) terinspirasi dari
keindahan burung Enggang. Kepak sayap burung Enggang diwujudkan dalam bentuk
gerakan tari yang lemah gemulai namun cekatan serta tangkas.
Persepsi adalah tahap di mana sensasi itu telah berkesan dimana persepsi tersebut
menggerakkan proses asosiasi dan mekanisme lain seperti komparasi atau
perbandingan, diferensiasi atau pembedaan, analogi atau persamaan, dan sintesis atau
penyimpulan. Kesemuanya itu mengandung dan menghasilkan pengertian yang lebih
luas serta mendalam dan menjadi sebuah keyakinan yang disebut juga dengan impresi.
Emosi merupakan perasaan yang perlu digugah dan harus ada untuk dapat menikmati
kesenian dan keindahan, serta merupakan perasaan (misalnya: sedih, senang, dan
lainlain) yang dapat dikendalikan sebab tanpa adanya emosi maka tidak mungkin ada
kenikmatan dalam seni. Keindahan yang ada dalam kesenian dan keindahan alam bisa
dinikmati hanya oleh manusia yang bisa beremosi yaitu yang perasaannya bisa
digugah.
Emosi dapat terjadi antara penari dengan penikmat ketika gerak sebagai bahasa
komunikasi nonverbal dapat menghadirkan makna sesuai yang ingin disampaikan.
Contohnya pada dramatari, ungkapan emosi dapat disampaikan secara nonverbal
melalui desain dramatis atau nyanyian sebagai dialognya.
Demikian penjelasan singkat tentang Bentuk, Jenis dan Nilai Estetis Gerak tari tersebut
diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih.