MODUL 1 :
PENGANTAR UMUM
|i
MODUL 1 : Pengantar Umum Andalalin
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1 REGULASI DAN PEDOMAN TERKAIT ANDALALIN 1
1.1. UNDANG-UNDANG 22 TAHUN 2009 ................................................................................ 1
1.2. PERATURAN PEMERINTAH DAN MENTERI ...................................................................... 1
1.3. REGULASI DAN PEDOMAN TEKNIS PENDUKUNG ........................................................ 2
BAB 2 MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS 12
2.1. PENGANTAR .............................................................................................................................. 12
2.2. KETENTUAN UMUM ............................................................................................................... 14
2.3. PERENCANAAN ........................................................................................................................ 16
2.4. PENGATURAN ........................................................................................................................... 25
2.5. PEREKAYASAAN ....................................................................................................................... 27
2.6. PEMBERDAYAAN...................................................................................................................... 28
2.7. PENGAWASAN .......................................................................................................................... 28
BAB 3 ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS 30
3.1. UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 ..................................................................... 30
3.2. PERATURAN PEMERINTAH NO.32 TAHUN 2011 ......................................................... 30
A. Pelaksanaan Andalalin (Pasal 47) ................................................................................. 31
B. Jenis Pusat Kegiatan (Pasal 48 ayat 1)........................................................................ 31
C. Jenis Infrastruktur (Pasal 48 ayat 3)............................................................................. 31
D. Pertimbangan (Pasal 48 ayat 4) .................................................................................... 31
E. Andalalin Sebagai Pertimbangan (Pasal 49) ............................................................ 31
3.3. PERMENHUB RI NO. 75 TAHUN 2015.............................................................................. 32
A. Bagian Pertama Permenhub RI No. 75 Tahun 2015 ............................................. 32
B. Bagian Kedua Permenhub RI No. 75 Tahun 2015 ................................................. 33
3.4. TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN ANDALALIN .......................................................... 35
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 35
B. Permasalahan Umum ....................................................................................................... 36
C. Definisi Andalalin ............................................................................................................... 36
D. Tata Cara Andalalin (Pasal 50) ....................................................................................... 36
E. METODOLOGI PENYUSUNAN DOKUMEN ANDALALIN ..................................... 37
| iii
MODUL 1 : Pengantar Umum Andalalin
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
|v
1
REGULASI DAN PEDOMAN TERKAIT ANDALALIN
Terkait dengan syarat penyusun, telah diamanatkan dalam Pasal 100, Ayat 1 “Analisis
dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1) dilakukan oleh
lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat” dan pada Ayat 2
disebutkan “Hasil analisis dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99
ayat (3) harus mendapatkan persetujuan dari instansi yang terkait di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan”.
Masih banyak regulasi maupun pedoman teknis yang dapat digunakan dalam
melakukan analisa dalam penyusunan dokumen Andalalin, namun beberapa yang
biasa digunakan dalam setiap analisa dapat disajikan dalam tabel berikut.
2.1. PENGANTAR
1. Maksud dan Tujuan
Optimalisasi penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dilakukan dengan
memaksimalkan penggunaan kapasitas ruang lalu lintas melalui:
a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan:
b. penetapan kebijakan gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu; dan
c. optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas dalam rangka meningkatkan
ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
2. Hubungan MRLL dengan Andalalin
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas terkait dengan beberapa unsur yang
instansi dan kegiatan yang saling berkorelasi dalam mencapai tingkat pelayanan
yang dituju.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang
diawali dengan indentifikasi atau pengenalan masalah hingga menghasilkan output
atau keluaran penanganan yang telah disetujui oleh berbagai instansi atau pihak
terkait.
Distribusi kewenangan MRLL telah jelas dijabarkan dalam ketentuan umum PP No. 32
Tahun 2011.
2.3. PERENCANAAN
1. Perencanaan dilakukan oleh:
a. Menteri perhubungan untuk jalan nasional;
b. Gubernur untuk jalan provinsi, setelah mendapat rekomendasi Menteri
Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia serta setelah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi yang
berbatasan;
c. Bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa, setelah mendapat rekomendasi
Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Gubernur serta setelah berkoordinasi dengan
pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan;
d. Walikota untuk jalan kota, setelah mendapat rekomendasi Menteri
Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Gubernur serta setelah berkoordinasi dengan pemerintah
kabupaten/kota yang berbatasan.
Perencanaan terdiri atas berbagai sub kegiatan yang melibatkan satu atau lebih
unsur.
Adapaun tujuan dari sub kegiatan yang ada dalam tahapan perencanaan diuraikan
secara terstruktur dalam gambar berikut.
2. Kegiatan Perencanaan
a. Identifikasi masalah lalu lintas
1) Identifikasi masalah lalu lintas oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi:
2.4. PENGATURAN
1. Pengaturan dilakukan melalui penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan
pada setiap status jalan
a. Jalan Nasional
2.5. PEREKAYASAAN
Perekayasaan dilakukan oleh :
1. Menteri Perhubungan untuk pengadaan, pemasangan, perbaikan dan
pemeliharaan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna
jalan di jalan nasional;
2. Menteri Pekerjaan Umum untuk perbaikan geometri ruas jalan dan/atau
persimpangan serta perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
pengguna jalan di jalan nasional;
3. Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk optimalisasi operasionalrekayasa
lalu lintas;
4. Gubernur, Bupati dan/atau Walikota untuk untuk pengadaan,pemasangan,
perbaikan dan pemeliharaan perlengkapan jalan yang berkaiatan langsung
dengan pengguna jalan dan perbaikan geometri ruas jalan dan/atau
persimpangan serta perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
pengguna jalan di jalan Provinsi/Kabupaten/jalan desa/jalan kota sesuai
kewenangannya.
2.6. PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan dilakukan oleh :
1. Menteri Perhubungan berupa pemberian arahan, bimbingan, penyuluhan,
pelatihan dan bantuan teknis kepada Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah
Kabupaten/Kota;
2. Gubernur berupa pemberian arahan, bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan
bantuan teknis kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
3. Bupati dan/atau Walikotapemberian arahan, bimbingan, dan penyuluhan sesuai
kewenangannya.
2.7. PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan oleh :
1. Menteri Perhubungan untuk penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan dan
tindakan korektif terhadap kebijakan jalan nasional;
1. Pasal 99
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman,dan
infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan
wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas.
(2) Analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat :
a. Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan;
b. Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya
pengembangan;
c. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. Tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun
dalam penanganan dampak; dan
e. Rencana pemantauan dan evaluasi.
(3) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat(1)merupakan salah satu syarat bagi pengembang
untukmendapatkan izin pemerintah dan/atau pemerintah
daerahmenurut peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 100
(1) Analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat
(1) dilakukanoleh lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli
bersertifikat.
(2) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 99
(3) harus mendapatkan persetujuan dari instansi yang terkait di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
*) dalam hal ini, instansi yang membidangi jalan, Sarpras serta
Kepolisian.
3. Pasal 101
Jenis Infrastruktur :
a. Akses ke dan dari jalan tol;
b. Pelabuhan;
c. Bandar udara;
d. Terminal;
e. Stasiun kereta api;
f. Pool kendaraan;
g. Fasilitas parkir untuk umu; dan/atau
h. Infrastruktur lainnya.
Hasil analisis dampak lalu lintas merupakan salah satu persyaratan pengembang
atau pembangun untuk memperoleh:
Adapun kriteria ukuran minimal wajib Andalalin disajikan dalam tabel berikut:
2. Pasal 7
(1) Rencana pengembangan pusat kegiatan dan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) lebih besar 30 % (tiga puluh per
seratus) dari kondisi awal wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
(2) Rencana pengembangan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) lebih dari 50 %) lima puluh per seratus) dari fasilitas
utama atau pokok wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
Tata cara dan prosedur umum yang perlu dilalui dalam proses penyelenggaraan
Andalalin disajikan dalam gambar berikut.
7
Pengembang/Pembangun 1 Menhub cq.Dirjen/
mengajukan dokumen hasil Gubernur/Bupati/Walikota
ANDALALIN/perbaikan Dokumen
hasil ANDALALIN
Pengembalian dokumen hasil
ANDALALIN dengan surat
3a
2 3a
Konsultan
penyusun dokumen
hasil ANDALALIN
Tidak
Tim Evaluasi
Pemeriksaan
persyaratan dan
kelengkapan
dokumen hasil
ANDALALIN
4 3
Ya
TIM EVALUASI menilai
Tidak
dokumen hasil ANDALALIN
dan kelayakan
rekomendasi dengan
dihadiri oleh
pengembang/ pembangun
5 Ya
Pengembang menyampaikan
surat pernyataan kesanggupan
A. LATAR BELAKANG
Perubahan tata guna lahan dapat menimbulkan lalu lintas. Hal ini dapat
terjadi karena pembangunan suatu kawasan dan/ atau lokasi tertentu yang
mempunyai pengaruh terhadap lalu lintas di sekitarnya.
Secara umum telah di terima “pay your own way” yang mengakibatkan pihak
pengembang harus memberikan kontribusi yang nyata sebagai akibat
pengembangan suatu kawasan.
c. Pertumbuhan kata-kata, spasial, demografi, dan ekonomi yang pesat di
Indonesia.
Jika prasarana yang ada tidak dapat mendukung lalu lintas tersebut, maka
harus dilakukan manajemen dan rekayasa terhadap lalu lintasnya.
B. PERMASALAHAN UMUM
C. DEFINISI ANDALALIN
Data dasar yang dimaksud terdiri atas 2 jenis, data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan
pencacahan atau pengukuran serta pengamatan dilapangan. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang bersumber dari instansi terkait (dinas
perhubungan, dinas pekerjaan umum, BPS, BAPPEDA, Kepolisian,
pengembang, dll).
(3) Analisis kondisi dasar dan Perhitungan Bangkitan- Tarikan;
(4) Prakiraan Dampak;
(5) Peramalan dan Simulasi;
(6) Penyusunan Rekomendasi; dan
(7) Pemantauan dan Evaluasi.
Tim evaluasi Andalalin terdiri atas unsur pembina sarana dan Prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, pembina jalan, dan Kepolisian Negara Republik.
4. Tim Evaluasi (Pasal 55)
A. AMDAL
Peraturan lain tentang Amdal tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan utama untuk
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.
B. ANDALALIN
Pada pasal 99 tentang Andalalin bertujuan untuk menciptakan lalu lintas yang
aman, keselamatan, tertib dan lancar.
Pra-Pembangunan
1) Setiap pemohon izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan dengan
kriteria yang ditetapkan, terlebih dahulu wajib melakukan Analisis Dampak
Lalu Lintas.
2) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat disetujui setelah persetujuan Analisis
Dampak Lalu Lintas disetujui oleh instansi yang berwenang.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas.