Universitas sriijaya
ABSTRAK
dengan industri maju seringkali menjadikan negara-negara miskin dan berkembang sebagai
“tong sampah”. Padahal setiap negara selalu menginginkan pembangunan industri yang
tangguh serta aman dari pencemaran dan perusakan lingkungan. Perpindahan lintas batas
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) menjadi salah satu permasalahan yang di alami
oleh semua negara di belahan dunia manapun, termasuk Indonesia. Sifatnya yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan hidup menjadikan limbah jenis ini sama sekali tidak diinginkan.
Oleh sebab itu, Indonesia sebagai negara yang menerapkan kebijakan pelarangan impor
limbah B3 perlu menyelaraskan semua aturan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3
Basel 1989, yang diselenggarakan dalam rangka menyikapi kekhawatiran tersebut dengan
menetapkan larangan perpindahan lintas batas limbah B3. Konvensi Basel diratifikasi oleh
Indonesia dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1993 Tentang
Kata kunci: Industri, Impor limbah B3, penyelundupan limbah B3, Konvensi basel.
ABSTRACT
Their Disposal.
Keywords: industry, imports of waste waste smuggling B3, B3, the basel Convention.
1. Latar Belakang
lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi
setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh
Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
makhluk hidup lain. Kewajiban tersebut berdasarkan asas tanggung jawab negara,asas
faktor yang menyebabkan lingkungan itu tercemar diantaranya faktor limbah bahan
Limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat menjadi limbah B3,
Bukan saja karena sifatnya yang berbahaya bagi kesehatan manusia,namun juga karena
konsentrasi dan jumlahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
berada di lingkungan tersebut. Sifatnya yang mudah terbakar, mudah meledak, korosif,
reaktif,beracun, dan menyebabkan infeksi adalah alasan yang menjadikan limbah jenis
ketat sehingga mau tidak mau mereka harus mengelola limbah B3 yang merujuk kepada
peraturan yang ada. Sementara itu di negara-negara miskin dan berkembang, kebijakan
lingkungan yang relatif longgar menjadi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk
1
Suhadi, 2012, Mengawal Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Kawasan Sekaran Untuk Masa Depan
Yang Lebih Baik, Volume 1 Nomor 1, Hlm 2
Perhitungan global menunjukkan bahwa lebih dari 5 juta ton limbah B3 yang
ilegal.Kemungkinan jumlahnya jauh lebih besar saatini, berdasarkan temuan atas praktik
bahan baku bagi sektor industrimerupakan bahan berbahaya dan beracun (B3)sehingga
dapat dipastikan limbah yang dihasilkanpun merupakan limbah dalam kategori limbah
B3.2
Sebagai salah satu negara peratifikasi Konvensi Basel, yaitu konvensi internasional
yang mengatur tentang perpindahan lintas batas limbah B3, Indonesia dengan tegas
Indonesia dengan letak geografisnya yang strategis dan terbentuk dari ribuan pulau
kecil dan besar memiliki sekitar 20.000 titik rawan penyelundupan menjadi pertimbngan
besar atas terbebasnya dari limbah B3. Oleh sebab itu saya membuat jurnal ini
membahas tentang kebijakan negara terhadap limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).3
Tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah mengetahui kebijakan negara
2. Metode Penelitian
jawaban atas rumusan masalah yakni dalam hal ini kebijakan suatu negara terhadap
2
Teddy Prasetiawan, 2012,Kebijakan Pelarangan Impor Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dan
Permasalahannya Hazardous Waste Import Ban Policy And Problems, volume 15 Nomor 1, hlm 1-2
3
Ibid.
impor limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).Analisis terhadap penelitian ini
diarahkan kepada deskripsi yang jelas dari objek kajian penelitian, yaitu limbah B3.
hal tersebut melalui studi literatur atau menggunakan data sekunder. Penelitian ini
bersumber dari peraturan perundang-undangan yakni dalam hal ini konvensi basel 1989,
buku-buku yang berkenaan dengan limbah B3, jurnal-jurnal baik internasional maupun
nasional tentang limbah B3, serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pokok
3. Permasalahan
Persoalan rnuncul, bagaimana kebijakan suatu Negara terhadap impor limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan atauran dalam konvensi basel 1989 atau
4. Pembahasan
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
Dalam Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Perubahan atas PP No. 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, didefinisikan limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
4
Damianus Bilo, F. Sugeng Istanto, dan H. Marsudi Triatmodjo.Pertanggung jawaban Negara terhadap
kerugian dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan ekpor-impor limbah B3,volume 12 nomor
3,Yogyakarta,hlm 2
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
Dalam konvensi Basel 1989, pengertian Limbah adalah bahan atau objek yang
dibuang atau direncanakan akan dibuang atau diminta untuk dibuang menurut
yang berasal dari sumbernya, seperti limbah rumah sakit, PCB dan 27 kategori
asbestos, sianida organik, pelarut organik yang terhalogenasi dan lain-lain. Limbah-
limbah ini memiliki l4 sifat karakteristik, yang berdasarkan Peraturan Nasional yang
Berdasarkan Pasal 2 ayat (8) Konvensi Basel 1989, pengelolaan limbah berbahaya
“Pengambilan semua langkah praktis untuk menjamin bahwa limbah berbahaya dan
manusia dan lingkungan terhadap dampak atau pengaruh merugikan yang mungkin
Sedangkan berdasarkan Pasal 1 butir (3) Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999
5
Teddy Prasetiawan, 2012,Kebijakan Pelarangan Impor Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dan
Permasalahannya Hazardous Waste Import Ban Policy And Problems, volume 15 Nomor 1, hlm 3
6
Damianus Bilo, F. Sugeng Istanto, dan H. Marsudi Triatmodjo.Pertanggung jawaban Negara terhadap
kerugian dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan ekpor-impor limbah B3,volume 12 nomor
3,Yogyakarta,hlm 2
7
Basel Convention on the Control ofTransboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal.
8
Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3
“Rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,
B3”.
Agar tidak terjadi impor besar-besaran limbah B3, Indonesia memiliki misi
manusia. Agar pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan
ulang;
kegiatan yang cukup tinggi dan secara kuantitatif semakin meningkat. Dapat dilihat
9
Prof. Enri Damanhuri, 2010, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, diktat pengelolaan tl-
3204,Bandung,hlm14
dari data Direktorat Pengelolaan Limbah dan B3 Badan Pengendalian Dampak
pengaturarlnya di dalam Konvensi Basel 1989. Hingga saat ini belum ada satupun
protokol yang dihasilkan oleh pihak Konvensi Basel 1989 sesuai dengan yang
negara yang melakukan kegiatan pemindahan limbah B3 melalui lintas batas negara
tersebut.11
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menetapkan larangan impor terhadap
limbah bahan berbahaya dan beracun. Ada tiga alasan yang menyebabkan Indonesia
Konvensi Basel yang diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1989
B3 melalui pengaturan perpindahan lintas batas limbah B3. Pada awalnya konvensi ini
hanya mengatur tentang adanya kesepakatan antara negara pengekspor dan pengimpor
limbah B3 dalam melakukan praktik tersebut. Namun hal ini dirasa kurang melindungi
limbah B3.
10
Damianus Bilo, F. Sugeng Istanto, dan H. Marsudi Triatmodjo.Pertanggung jawaban Negara terhadap
kerugian dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan ekpor-impor limbah B3,volume 12 nomor
3,Yogyakarta,hlm 6
11
Damianus Bilo, F. Sugeng Istanto, dan H. Marsudi Triatmodjo
12
Teddy Prasetiawan, 2012,Kebijakan Pelarangan Impor Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dan
Permasalahannya Hazardous Waste Import Ban Policy And Problems, volume 15 Nomor 1, hlm 6
Komitmen Indonesia dalam memberlakukan pelarangan impor limbah B3
mengalami pasang surut sebelum meratifikasi Konvensi Basel pada tahun 1993 melalui
Keppres No. 61, secara hukum Indonesia memperbolehkan impor limbah B3. Dengan
meratifikasi hasil konvensi ini, Indonesia secara otomatis melarang aktivitas perpindahan
lintas batas limbah B3. Namun dengan alasan keterbatasan teknologi pengolahan di
pengolahan..13
pelarangan impor limbah B3 dengan alasan apa pun. Atas desakan kepentingan
sebagai bahan baku yang disinyalir sebagai modus baru aliran masuk limbah B3 ke
Hidup, PP No. 12/1995 dinilai bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi.
total dengan alasan apapun. Hingga saat ini, PP tersebut masih berlaku dan menjadi
pula UU baru yang menguatkan komitmen Indonesia, yaitu UU No. 18/2008 tentang
Hidup (PPLH). Landasan hukum tersebut sangat cukup untuk menegaskan bahwa
13
Ibid.
14
PP No. 12/1995 tentang pengelolaan limbah B3
Indonesia adalah Negara yang melarang impor limbah B3 atau tindakan memasukkan
masih sangat rendah. Satu-satunya yang mampu mengelola limbah dengan kemampuan
yang tinggi adalah PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Kepemilikan saham
PPLI sebagian besarnya dipegang oleh swasta (95%) dan sisanya oleh pemerintah
sebagai pengolah limbah B3. Izin lain yang diberikan bersifat khusus, yaitu
terbatas pada proses pengolahan tertentu, seperti bioremidiasi, insenerasi, dan tank
cleaning. Begitu pula dengan fasilitas landfilling, Indonesia tidak memiliki TPA khusus
Karena orientasi yang seharusnya dilakukan ialah untuk mengolah limbah B3 dalam
negeri, bukan menerima limbah dari luar yang berpotensi mencemari manusia dan
lingkungan hidup Indonesia. Jadi, sudah sepatutnya Indonesia melarang impor limbah
4. Kesimpulan
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan limbah yang harus memiliki
penangan khusus. Indonesia merupakan salah satu Negara yang meratifikasi konvensi
15
Teddy Prasetiawan, 2012,Kebijakan Pelarangan Impor Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dan
Permasalahannya Hazardous Waste Import Ban Policy And Problems, volume 15 Nomor 1, hlm 7
basel yang menjelaskan tentanglimbah B3. Konvensi basel ini merupakan konvensi yang
Indonesia. Begitu banyaknya dampak buruk dari limbah B3 tersebut diantaranya dapat
itu, sudah sepatutnya kalau Indonesia menerapkan larangan impor terhadap limbah B3,
namun mengelolah lebih lanjut limbah B3 yang telah berada di dalam wilaya Negara
5. Daptar Pustaka
Beracun (B3) Dan Permasalahannya Hazardous Waste Import Ban Policy And