Anda di halaman 1dari 4

ALGORITME INITIAL ASSESSMENT TRAUMA

Jika anda menemukan pasien trauma, yang harus anda lakukan adalah:

3A Aman Diri (APD)


Aman Lingkungan
Aman Pasien

Cek kesadaran : AVPU (Respon Alert, Respon Verbal, Respon Pain, Un Respon)
*Sadar pemeriksaan di sesuaikan dengan permasalahan yang ada ABCDE
*Tidak Sadar, lakukan :

PANGGIL BANTUAN SPGDT

 PRIMARY SURVEY (Pasien Trauma)

A : Airway (Jalan nafas) + Control cervical


pegang kepala (fiksasi)  pasang neck collar (bila curiga Fr. Cervical)
Curiga FR. Tulang CERVICAL, bila :
1. Trauma Kapitis dengan penurunan kesadaran
2. Multi Trauma
3. Terdapat Jejas di atas Clavicula kearah Cranial
4. Biomekanika Trauma Mendukung
Periksa Airway :  Look, Listen, Feel
* bila Gurgling lakukan suction / di miringkan (Log Roll)
* bila Snoring lakukan Jaw Thrust/Chin Lift (tindakan manual)
 gunakan OPA (pasien tidak sadar) atau NPA (pasien sadar)
hati-hati fraktur basis cranii
* bila terdengar Stridor  Perlu Airway Definitif
(Intubasi/Surgical Airway)
Curiga FR. Tulang BASIS CRANII :
1. Perdarahan dari lubang hidung / telinga
2. Racoon Eyes
3. Beatle Sign
4. Brill Hematom
Khusus untuk Pasien non trauma yang tidak sadar, Buka Airway dengan tehnik Head
Tilt & ChinLift.

Catatan :
* Snoring (ngorok), sering terjadi pada pasien tidak sadar karena pangkal lidah
jatuh ke belakang
* Gurgling (kumur-kumur), terjadi sumbatan karena cairan (darah, sekret/ slem)
* Stridor, terjadi karena oedem Faring /Laring (cedera inhalasi), misal : pasien
dengan riwayat menghirup uap panas/Carbon Monoksida.

B : Pernapasan + oksigenasi/Ventilasi
Nilai frekuensi pernafasan, kemudian berikan oksigen bila ada masalah terhadap ABCD :
Pilihan :
* Canul  2- 6 LPM
* Face mask/RM (Rebreathing Mask)  6-10 LPM
* NRM (Non Rebreathing Mask) 10 – 12 LPM
* BVM (Bag Valve Mask)→Bila pernapasannya tidak adekwat atau apneu berikan
Ventilasi tambahan dengan tehnik Bagging/ventilator.
Jika frekuensi pernafasan pasien semakin bertambah/ sesak maka langkah berikutnya cari
penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan Inspeksi, Auskultasi, Perkusi dan Palpasi.
Untuk menentukan ada atau tidaknya kecurigaan terhadap masalah breathing yang dapat
segera mengancam nyawa.

Pada Pasien Trauma waspada terhadap gangguan/ masalah breathing yang cepat dapat
menyebabkan kematian, diantaranya :
4 masalah yang mengancam breathing serta tindakannya adalah :
1. Tension Pneumothoraks (terperangkapnya udara didalam rongga pleura),
dengan pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejalanya sebagai berikut:
 Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal
 Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas pada daerah thorax
 Hasil auskultasi negatif
 Hasil perkusi hypersonor
 Trakhea bergeser
 Distensi vena Jugularis
Tindakan penyelamatan setelah pemberian O2 yaitu dekompresi needle
thoracosintesis di ICS 2 mid clavicula
Kemudian kolaborasi dokter untuk tindakan pemasangan Chest Tube/WSD
2. Open Pneumothoraks, (luka terbuka pada thorax), temukan tanda dan gejalanya
sebagai berikut:
 Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal
 Ekspansi dinding dada tidak simetris
 Luka terbuka/tembus pada thorax
 Hasil perkusi hypersonor
 Terdengar suara Sucking Chest Wound (yaitu paru menghisap udara lewat
lubang luka) pada luka terbuka/tembus.
Tindakan setelah pemberian O2  tutup dengan kassa 3 sisi yang kedap udara
Kemudian kolaborasi dokter untuk tindakan pemasangan Chest Tube/WSD
3. Masive Haematotoraks (perdarahan didalam rongga pleura/thorax), dengan
pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejalanya sebagai berikut:
 Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal
 Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas/fraktur pada daerah thorax
 Hasil auskultasi negatif
 Hasil perkusi dullness/pekak/redup
 Terdapat tanda-tanda shock hemoragic dengan perdarahan ≥ 1500 cc (≥
200cc/jam selama 2 jam)
Tindakan setelah pemberian O2
Kemudian kolaborasi dokter untuk tindakan pemasangan Chest Tube/WSD nilai
apakah perlu thoracotomy?
4. Flail Chest dengan Kontusio Paru (fraktur pada costae lebih dari 2 segmen),
dengan pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejalanya sebagai berikut:
 Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal
 Ekspansi dinding dada tampak Paradoksal
 Pasien nyeri hebat saat bernafas sehingga cenderung takut bernafas
Tindakan setelah pemberian O2 analgetik, assisted ventilasi → perlu
Definitif/intubasi (semua perlu kolaborasi dokter)

Untuk mencari penyebab gangguan pada breathing lakukan pemeriksaan:


 Look / inspeksi : buka baju yang menutup dada pasien, ada jejas? nilai pergerakan
(simetris/tidak)
 Listen/Auskultasi (dengan Stetoscope) : kedua sisi dada, sisi dada yang sehat maupun
yang sakit (dengarkan suara paru) dan dengarkan juga bunyi jantung.
 Listen/Perkusi : kedua sisi dada,  normalnya sonor, nilai apakah terdapat
hipersonor?, dullness?
 Feel/Palpasi : ada krepitasi? Flailchest? Fr. Iga ?
Tentukan apa masalah/ gangguannya, kemudian lakukan tindakan atau perlu segera
lapor dokter bedah.

C : Circulation+ Control perdarahan dan perbaikan volume


Perdarahan external : lakukan balut tekan (hati-hati terhadap sumber perdarahan yang
potensial cepat mengancam nyawa), cek akral dan nadi, bila ada tanda-tanda syok
hemoragic (hipovolemik) berikan infus 2 jalur dengan cairan Ringer Laktat (RL) yang
hangat 1-2 liter diguyur (pertimbangan 3:1 resusitasi cairan). Jangan lupa ambil sample
darah (lab dan golongan darah).
Perdarahan internal : perbaiki volume untuk cegah syok lebih lanjut, pelvis → gurita,
femur → bidai, toraks → konsul dokter bedah (torakotomy), abdomen & retroperitoneal
→ konsul dokter bedah (laparatomy). Tentukan penatalaksanaannya.
Pertimbangkan pemberian tranfusi darah.

D : Disability (pemeriksaan Status Neurologis)


1. Nilai GCS

Eye : 4 Buka mata Spontan


3 Buka mata terhadap suara
2 Buka mata terhadap nyeri
1 Tidak ada respon

Verbal : 5 Orientasi Baik


4 Berbicara bingung
3 Berbicara tidak jelas (hanya kata-kata yang keluar)
2 Merintih/mengerang
1 Tidak ada respon

Motorik: 6 Bergerak Mengikuti Perintah


5 Bergerak terhadap nyeri dan dapat melokalisir nyeri
4 Berlawanan dengan rangsang nyeri atau withdrawl
3 Fleksi abnormal (dekortikasi)
2 Extensi abnormal (deserebrasi)
1 Tidak ada respon (flasid)
2. Reaksi Pupil dengan Pen Light : Isokor atau UnIsokor, Midriasis, Dilatasi, Ukuran.
3. Kekuatan otot motorik; bandingkan kedua sisinya, dengan cara :
Pasien sadar contoh → perintahkan pasien untuk berjabat tangan dengan petugas
dengan kuat (menilai ada/tidaknya lateralisasi motorik yang mengarah pada cedera
otak), untuk kaki perintahkan untuk di gerakan atau tangan petugas diletakan di
bawah telapak kaki korban kemudian di perintahkan untuk mendorong dengan kuat.(
Bisa juga di nilai pada saat cek GCS )
Pasien tidak sadar kedua tangan pasien di pegang kuat oleh petugas kemudian di
lepas berbarengan kemudian di nilai kekuatan ototnya, begitupula untuk bagian kaki.

Catatan :
o Lihat bagian ekstremitas ada yang luka atau tidak ?
o Pasien tidak sadar, pada saat melepaskan tangan pasien perhatikan alasnya
agar tidak keluar dari bednya.
o Jika petugasnya terbatas pemeriksaan kekuatan otot di lakukan pada saat
secondary survey.
o Menilai ada atau tidaknya kontralateral indikasi cedera otak sehingga perlu
mencegah terjadinya hipoksia (cedera otak sekunder)
o Rujuk untuk pemeriksaan diagnostik seperti; CT-Scan, MRI, dll
Ingat !!! kesadaran pasien adalah bagian dari prognosis, pasien akan membaik prognosisnya
jika A,B,C dalam keadaan stabil dan resusitasinya berkualitas.

E : Exposure (Gunting pakaian dan lihat jejas/cedera ancaman yang lain), kemudian cegah
hipotermia → selimut.

Ingat setiap selesai melakukan tindakan evaluasi ulang/reevaluasi !!

Tambahan pada Primary survey:


F : Folley catheter, lihat ada kontra indikasi?
Tidak dipasang bila ada ruptur uretra :
*Pada laki-laki, ada darah di OUE, scrotum haematum, RT prostat melayang.
*Pada wanita : keluar darah dari uretra, hematum perinium

Bila tidak ada kontra indikasi : pasang, urine pertama dibuang, lalu tampung.
Periksa pengeluaran/jam, normal : 0,5 cc/kg BB/jam, dewasa
1 CC / kg BB / jam, anak
2 CC /kg BB / jam, bayi
Pertimbangan pemasangan, indikasi bisa saja dilakukan pada tahap circulation.
G : Gastric Tube (NGT)
Bila lewat hidung perhatikan kontra indikasi : fr. Tulang basis cranii cegah lalu
lakukan lewat mulut (OGT), perhatikan pula indikasi pemasangan yakni :
1. Untuk kepentingan selama proses pembedahan karena pasien tidak sadar
2. Untuk mengurangi distensi Abdomen
3. Untuk mencegah aspirasi
4. Untuk kuras lambung
5. Untuk pemberian nutrisi dan therapy obat

H : Heart Monitor (waspada terhadap arithmia yang mengancam), Pulse Oxymeter


(saturasi normal), Pemeriksaan Radiology (pada lokasi cedera yang
terindikasi/thórax dan pelvics)

RE – Evaluasi A-B-C-D-E

 SECONDARY SURVEY
 Anamnesa : AMPLE (Alergi, Medication, Past History, Last meal, Event) atau
KOMPAK (Keluhan, Obat, Makan terakhir, Penyakit Penyerta, Alergi, Kejadian)
 Log Roll → From Head to toe, Finger in every orifice : periksa dengan teliti untuk
menilai adakah BTLS ? (perubahan Bentuk, Tumor, Luka, dan Sakit)
 TTV
Siapkan untuk :
 RS Rujukan, jangan lupa hubungi RS yang dituju dan jelaskan syarat dan teknis
merujuk pasien.
 OK
 ICU
 Jahit

Catatan : Log Roll bisa di lakukan di tahap primary survey jika memang ada indikasi yang
mengancam nyawa, namun dilakukan hanya 1 kali.

Pelatihan Basic Trauma and Cardiac Life Support (BT&CLS), Diklat YAGD 118.

Anda mungkin juga menyukai