Anda di halaman 1dari 150

TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA

NOVEL TUESDAYS WITH MORRIE


DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

Oleh
RIZKA ELFIRA
137009013/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA
NOVEL TUESDAYS WITH MORRIE
DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIZKA ELFIRA
137009013/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Judul Tesis : TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA NOVEL
TUESDAYS WITH MORRIE DALAM BAHASA
INDONESIA

Nama Mahasiswa : Rizka Elfira


Nomor Pokok : 137009013
Program Studi : Linguistik

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Syahron Lubis, M.A.) (Dr. Roswita Silalahi, M.Hum.)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Syahron Lubis, M.A.)

Tanggal Lulus: 27 Januari 2016


Telah diuji pada
Tanggal: 27 Januari 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A. (.....................................)

Anggota : Dr. Roswita Silalahi, M.Hum. (.....................................)

Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. (.....................................)

Dr. Muhizar Muchtar, M.S. (.....................................)

Dr. Nurlela, M.Hum. (.....................................)


PERNYATAAN

Judul Tesis

TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA


NOVEL TUESDAYS WITH MORRIE DALAM BAHASA INDONESIA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma dan kaidah penulisan

ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan

hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang disandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 3 Februari 2016


Penulis,

Rizka Elfira
TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA NOVEL
TUESDAYS WITH MORRIE DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi terjemahan verba to be


novel Tuesdays with Morrie pada terjemahannya, “Selasa Bersama Morrie”, menganalisis
mengapa verba to be diterjemahkan dengan variasi tersebut dan menilai tingkat
keterbacaannya. Data penelitian ini adalah verba to be yang terdapat dalam kalimat yang
diambil dari novel Tuesdays with Morrie karya Mitch Albom, dan terjemahannya “Selasa
Bersama Morrie” yang diterjemahkan oleh Alex T.K Widodo. Teori yang digunakan
adalah teori penerjemahan yang dipaparkan oleh Larson (1984), terkait dengan perbedaan
struktur bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BSu) dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sasaran (BSa). Pengukuran tingkat keterbacaannya dilakukan dengan
menggunakan model Silalahi 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
menerjemahkan verba to be yang terdapat pada kalimat tidak secara keseluruhan
diterjemahkan sesuai arti pada kamus. Variasi terjemahan yang terdapat pada novel
berjumlah 10 data (9,8%) untuk verba to be yang diterjemahkan menjadi “adalah”, 7 data
(6,9%) diterjemahkan menjadi “apakah”, 4 data (3,9%) yang diterjemahkan menjadi
“nya”, dan yang “tidak diterjemahkan” sebanyak 81 data (79,4%). Berdasarkan konteks
pemakaiannya, pada analisis diperoleh alasan mengapa diterjemahkan dengan variasi
demikian, yang meliputi: (1) penyesuaian dengan isi kamus bahasa Inggris – bahasa
Indonesia, (2) penyesuaian dengan struktur bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran
(BSa) yang berbeda, (3) untuk memperhalus bahasa novel pada bahasa sasaran (BSa) agar
bahasa pada novel terjemahan tidak terkesan kaku, (4) penerjemah memahami struktur
pada kedua bahasa, (5) penerjemah mementingkan makna, bentuk, pesan, dan gaya
bahasa. Tingkat keterbacaan tinggi yakni pada struktur verba to be yang “tidak
diterjemahkan” (79,32%), tingkat sedang pada to be yang diterjemahkan menjadi “adalah”
(9,35%) dan “apakah” (7,09%), dan tingkat rendah pada to be yang diterjemahkan
menjadi “nya” (4,24%).

Kata kunci: penerjemahan, novel, verba to be, keterbacaan.


THE TRANSLATION OF VERB TO BE
ON TUESDAYS WITH MORRIE IN BAHASA INDONESIA

ABSTRACT

The aims of this qualitative study are to describe the variations of verb to be on
“Tuesdays with Morrie” and its translation in bahasa“Selasa Bersama Morrie”, to
analyzed why verb to be translated in the variations and to assess the readability. The
data are the verb to be in sentences, taken from “Tuesdays with Morrie” by Mitch Albom
and its translation “Selasa Bersama Morrie” translated by Alex T.K Widodo. The theory
from Larson is used which correlated with the differences between the structures in
source and target language and used Silalahi’s model (2009) to assess the readability.
The result showed that in translating this novel, not all verb to be could be translated
based on its meaning in dictionary. The variations in novel are: 10 data for “adalah”
(9,8%), 7 data for “apakah”(6,9%), 4 data for “nya” (3,9%) and 81 data for “tidak
diterjemahkan” (79,4%). The reasons why verb to be are translated: (1) based on the
meaning in dictionary, (2) considering with the source and target language, (3) to smooth
the novel in target language, (4) the translator understand the structure in both language
as well, (5) translator made the priorities in meaning, form, message and the figurative
language. The readability for the high level is when the verb to be translated as “tidak
diterjemahkan”(79,32%), the middle level is when verb to be translated as “adalah”
(9,35%) and “apakah” (7,09%), and then the low level is when verb to be translated as
“nya” (4,24%).

Keywords: translation, novel, verb to be, readability.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada
Program Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
penulis. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Pertama, Dr. Syahron Lubis, M.A, yang telah
memberikan banyak masukan, arahan, bimbingan dan dukungan dalam
penyelesaian tesis ini kepada penulis.
3. Ketua Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D, yang telah memberikan arahan dan
dukungan kepada penulis.
4. Pembimbing Kedua, Dr. Roswita Silalahi, M.Hum, yang telah sangat banyak
memberikan arahan, membimbing, membantu, dan mendampingi penulis
sejak dari awal hingga selesainya tesis ini.
5. Koordinator Kajian Terjemahan, Dra. Hayati Chalil, M.Hum yang telah
menampingi penulis selama proses penulisan tesis ini, serta memberikan
saran-saran demi hasil yang terbaik.
6. Penguji, Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D; Dr. Muhizar Muchtar, M.S dan Dr.
Nurlela, M. Hum, yang telah memberikan banyak masukan berupa kritik dan
saran hingga pada akhirnya tesis ini terselesaikan dengan baik.
7. Para dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
8. Kedua orang tua tercinta Bapak Rizal Syam dan Ibu Yusni.R yang selalu
mendoakan tiada henti dan memberikan kasih sayangnya, dan juga kepada
kakak tercinta Rizki Zulfina dan adik tersayang Agung Ridha Priyana yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis selama masa perkuliahan sampai
selesai.
9. Teman-teman penulis di Konsentrasi Terjemahan Stambuk 2013 Program
Studi Linguistik: Gusvica Sari, Maymunah Ritonga, Eka Rista Girsang,
Agustinus Hulu, Ely Hayati Nasution, serta seluruh teman seangkatan
Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara, stambuk 2013.
10. Teristimewa teman-teman terbaik selama menjalani kuliah pasca sarjana: Siti
Aulia Febriyanti, Nur Khanifah Rizky Lubis dan Juni Enita Ginting yang
selalu membantu, menghibur dan sama-sama berjuang dengan semangat
menyelesaikan masa perkuliahan ini.
11. Ucapan terimakasih khusus kepada sahabat-sahabat sejak kecil hingga
sekarang, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat:
Robby P.L, Nurainun, Fani Ard, Mesayu A, Juliana, Dewi P.L, Poppy. A, dan
lain-lain yang tidak dapat disebutkan di sini satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna karena memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Februari 2016

Penulis,

Rizka Elfira
RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
Nama : RIZKA ELFIRA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 6 Januari 1987
Alamat : Jl. Taman Bahagia No. 17-C Tebing Tinggi,
Sumatera Utara
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
HP : 0813-7570-2616
E-mail : rizka_elfira@yahoo.com

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


Tahun 1993-1999 : SD Negeri 163091 Tebing Tinggi
Tahun 1999-2002 : SMP Negeri 2 Tebing Tinggi
Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
Tahun 2005-2008 : D-3 Bahasa Inggris, Universitas Sumatera Utara
Tahun 2008-2009 : S-1 Sastra Inggris (Ekstensi),
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2013-2016 : Pascasarjana Linguistik USU
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
1.5 Batasan Penelitian .......................................................................... 9
1.6 Klarifikasi Istilah ........................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ...................... 13


2.1 Kajian Teori ................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Penerjemahan ....................................................... 13
2.1.2 Pengertian Terjemahan .......................................................... 16
2.1.3 Kualitas Terjemahan ............................................................... 22
2.1.4 Keterbacaan............................................................................. 27
2.1.5 Penggunaan Verba To Be ........................................................ 33
2.1.6 Verba Bahasa Indonesia .......................................................... 43
2.1.7 Novel ...................................................................................... 52
2.1.8 Penelitian yang Relevan ......................................................... 54
2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 60

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 62


3.1 Metode Penelitian .......................................................................... 62
3.2 Data dan Sumber Data ................................................................... 63
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 63
3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 64
3.5 Prosedur Penelitian ......................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN66


4.1 Variasi Terjemahan Verba To Be ................................................... 66
4.1.1 Adalah ................................................................................... 67
4.1.2 Apakah .................................................................................. 70
4.1.3 Nya ....................................................................................... 71
4.1.4 Tidak Diterjemahkan ............................................................ 73
4.2 Alasan Penerjemahan Verba To Be .................................................. 80
4.3 Tingkat Keterbacaan Verba To Be .................................................... 81

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 90


5.1 Adalah ............................................................................................... 90
5.2 Apakah .............................................................................................. 92
5.3 Nya .................................................................................................... 93
5.4 Tidak Diterjemahkan ........................................................................ 95

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 98


6.1 Simpulan .......................................................................................... 98
6.2 Saran ................................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 101

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


2.1 Instrumen Pengukuran Tingkat Keterbacaan Terjemahan ................. 31
2.2 Penggunaan Verba To be Present ...................................................... 38
2.3 Penggunaan Verba To be Past ........................................................... 38
2.4 Penggunaan Auxiliary Verbs .............................................................. 40
2.5 Penggunaan Verba To Be Pada Kalimat Negatif ............................... 41
4.1 Klasifikasi Terjemahan Struktur Verba To Be................................... 66
4.2 Terjemahan Verba To Be: Adalah ..................................................... 67
4.3 Terjemahan Verba To Be: Apakah .................................................... 70
4.4 Terjemahan Verba To Be: Nya .......................................................... 72
4.5 Terjemahan Verba To Be: Tidak Diterjemahkan............................... 73
4.6 Hasil Penilaian Tingkat Keterbacaan ................................................. 82
5.1 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Adalah ....................................... 85
5.2 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Apakah ...................................... 88
5.3 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Nya ............................................ 91
5.4 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Tidak Diterjemahkan ................. 94
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Proses Terjemahan (Bell: 1991) ......................................................... 19
2. Klasifikasi Verba To Be ..................................................................... 39
3. Diagram Kerangka Berpikir ............................................................... 61
DAFTAR SINGKATAN

BSa : Bahasa Sasaran


BSu : Bahasa Sumber
TSu : Teks sumber
TSa : Teks sasaran
TWM : Tuesdays with Morrie
SBM : Selasa Bersama Morrie
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Teks Sumber dan Teks Sasaran


Lampiran 2 : Kuesioner Tingkat Keterbacaan Terjemahan
Lampiran 3 : Analisis Data Penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan di era globalisasi saat ini merupakan hal yang penting

dilakukan. Hal ini dikarenakan perkembangan informasi telah meluas ke seluruh

penjuru dunia, sehingga mau tidak mau, diharuskan menerjemahkan informasi

tersebut. Penerjemahan telah dilakukan oleh para praktisi yang menerjemahkan

berbagai teks dari bahasa Inggris (sebagai bahasa sumber yang menjadi bahasa

dunia) ke dalam bahasa sasaran (bahasa ibu masing-masing negara) termasuk ke

dalam bahasa Indonesia.

Penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan dari bahasa sumber

(BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Pesan yang disampaikan haruslah sesuai

dengan maksud dari BSu sehingga dihasilkan terjemahan yang sepadan dengan

teks sumber. Sesuai dengan pendapat Nida dan Taber (1969: 12) yang

menyatakan bahwa penerjemahan sebagai reproducing in the receptor language

the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of

meaning and secondly in terms of style. Jadi, penerjemahan adalah upaya untuk

menghasilkan kembali padanan yang sedekat mungkin dengan pesan yang

terkandung dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal

gaya bahasa.

Saat ini banyak karya sastra dunia berupa drama, novel dan puisi telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karya-karya terjemahan tersebut jauh


melampaui jumlah karya pengarang Indonesia. Namun demikian, tidak sedikit

karya terjemahan di Indonesia yang membuat pembacanya berkerut kening karena

ia harus mereka-reka sendiri maksud tulisan di hadapannya.

Novel, sebagai bentuk karya sastra yang lengkap dan luas, banyak

diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Menerjemahkan novel tidak semudah

menerjemahkan teks biasa. Banyak penerjemah novel menghadapi kesulitan pada

saat menerjemahkannya. Kesulitan-kesulitan tersebut meliputi berbagai macam

aspek, di antaranya aspek linguistik, budaya dan sastra.

Penerjemahan novel sebagai salah satu dari karya sastra dianggap

merupakan salah satu pekerjaan sulit bagi penerjemah, dikarenakan keharusan

sampainya pesan dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) tanpa

mengubah nilai-nilai estetika dan ekspresif yang terdapat pada novel.

Penerjemahan novel dari bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BSu) ke dalam

bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (BSa) merupakan jembatan penghubung

bagi para pembaca yang tidak memahami BSu tetapi dapat menikmati novel

dalam BSa.

Hardjoprawiro (2006: 35-43) menambahkan bahwa menerjemahkan novel

berbeda dengan menerjemahkan teks biasa. Perbedaan itu terletak pada pemakaian

berbagai ungkapan dan kiasan, yang hampir tidak dijumpai di dalam bahasa sains.

Bahasa sastra bersifat konotatif dan banyak mengandung ungkapan idiomatik

serta tuturan gaya bahasa, sedangkan bahasa ilmu atau sains bersifat denotatif dan

mengandung banyak istilah teknik. Hal tersebut diperkuat oleh Tianmin (2006: 15)

yang mengatakan:
“Translation a novel is different from translating science. Science deals
with universals; and literal translation may be welcomed by academics
interested. The happenings in novels are semi-imaginary, being designed
to move feelings of the community.”

Selanjutnya, Iser dalam Bassnett-McGuire (1991: 115) juga menambahkan

bahwa menerjemahkan novel itu bukan sekedar menerjemahkan pernyataan yang

tersurat dalam serangkaian kalimat, namun memahami tujuan apa yang tersirat di

balik pernyataan itu, sehingga tidak sedikit para penerjemah melakukan

kecerobohan dalam menerjemahkan novel, di antaranya: (1) kesalahan dalam

menerjemahkan informasi, (2) penambahan interpretasi dari teks asli, dan (3)

penginterpretasian dangkal atas beberapa hal penting yang saling berkaitan yang

terkandung di dalam karya sastra dan pada akhirnya munculah sebuah hasil

terjemahan novel yang menyimpang dari teks dan konteks aslinya. Seperti yang

dikatakan oleh Larson (1984: 3):

“Translation is transferring the meaning of the source language into the


receptor language. This is done by going from the form of the first language to the
form of a second language by way of semantic structure. It is meaning which is
being transferred and must be held constant.”
Kemudian Newmark (1988: 5) mengemukakan: “Translation is rendering

the meaning of a text into another language in the way that the author intended

the text”. Munday (2001:5) juga menyatakan bahwa terjemahan adalah peralihan

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks, Sementara itu

menurut Catford (1969:20) “terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam

suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain

(bahasa sasaran)”. Sebagai tambahan, Bell (1991:13) mengatakan bahwa terdapat

tiga makna kata terjemahan; yang pertama, terjemahan mengacu pada proses

penerjemahkan (kegiatan menerjemahkan), kedua mengacu pada hasil dari proses


penerjemahan, dan yang ketiga, konsep abstrak yang menekankan pada keduanya,

baik proses menerjemahkan maupun hasil dari proses penerjemahan.

Proses penerjemahan selalu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti yang

dikatakan Nababan (1997: 39), yakni: (1) sistem BSu dan BSa berbeda, (2)

kompleksitas semantik dan stilistik, (3) tingkat kemampuan penerjemah dan (4)

tingkat kualitas teks BSu.

Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa kualitas terjemahan sangat

mempengaruhi hasil terjemahan yang dibaca oleh para target reader.

Penerjemahan verba to be yang hanya berlaku dalam bahasa Inggris sebagai

bahasa sumber (BSu) sangat berpengaruh pada hasil kualitas terjemahan novel

dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (BSa). Hal ini sesuai dengan

pemaparan Nababan di atas, bahwa penerjemahan novel dari BSu ke dalam BSa

dipengaruhi oleh sistem struktural bahasa yang berbeda, kompleksitas semantik

dan stilistika, serta kemampuan penerjemah dalam memahami BSu yang hendak

diterjemahkan ke dalam BSa.

Di dalam menerjemahkan novel, permasalahan yang ditemukan

penerjemah tidak hanya dalam memilih padanan kata yang tepat, akan tetapi lebih

kepada permasalahan yang menjadi kendala pertama seperti disebutkan di atas,

yaitu sistem bahasa yang berbeda antara BSu dengan BSa. Pada BSu dikenal

istilah verba to be sementara BSa tidak. Pengertian verba to be secara ringkas

adalah kata pelengkap dalam suatu kalimat yang digunakan untuk menyambung

dari satu kata ke kata lainnya. Penggunaan verba to be biasanya untuk


menjelaskan nominal verbal dan continuous verbal, yang juga sering ditemukan

pada rumus – rumus tenses.

Novel Tuesdays with Morrie merupakan karya dari Mitch Albom yang

ditulis dengan alur maju mundur. Dalam karya sastra dikenal istilah alur yang

menjadi salah satu unsur intrinsiknya. Alur berfungsi menjelaskan jalan sebuah

cerita mulai dari bagian awal, bagian utama serta bagian akhir.. Alur terbagi tiga

jenis, yaitu:

1) Alur maju: ceritanya bergerak maju. Contohnya, cerita tentang

seseorang sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia.

2) Alur mundur: sering juga disebut flashback yang bercerita tentang latar

belakang sebuah kejadian di masa sekarang, contohnya cerita tentang

seorang veteran yang menceritakan kisah hidup perjuangannya di masa

muda.

3) Alur maju-mundur atau sering dikenal juga dengan alur campuran.

Biasanya alur ini dimulai di tengah-tengah. Sementara cerita

berkembang maju, namun ada beberapa potongan cerita yang

flashback atau menjelaskan latar belakang kejadian masa sekarang.

Novel Tuesdays with Morrie ini merupakan salah satu novel dengan alur

maju mundur atau campuran yang penuh dengan perubahan verba to be sebagai

penanda waktu atau tenses dalam bahasa Inggris; sementara terjemahannya adalah

“Selasa Bersama Morrie” yang dalam aturan tata bahasa Indonesia tidak mengenal

verba to be. Verba to be pada bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BSu)

sangat berbeda dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (BSa). Misalnya
pada bahasa Inggris, verba to be is ketika muncul dalam kalimat akan benar-benar

bermakna dan akan menimbulkan ketimpangan makna jika dihilangkan.

Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, kata “adalah” merupakan padanan kata

yang tepat dalam menerjemahkan to be is dan juga merupakan bagian dari verba

kopulatif yang memiliki kecenderungan dapat dihilangkan dalam kalimat namun

tidak terlalu mempengaruhi sampainya pesan yang terdapat pada kalimat. Sebagai

contoh:

1) BSu: The subject was The Meaning of Life.

BSa: Judulnya Makna Hidup.

[was tidak diterjemahkan sesuai makna pada kamus, langsung disisipkan


kata ganti “nya”]
2) BSu: A funeral was held in lieu of graduation.
BSa: Upacara wisuda diganti dengan upacara pemakaman.
[was tidak diterjemahkan sesuai makna pada kamus]
3) BSu: I was the student.
BSa: Mahasiswa itu adalah aku
[was diterjemahkan menjadi “adalah” (sesuai dengan makna is pada
kamus)]
4) BSu: He is a small man who takes small steps.
BSa: Ia sesosok pria berperawakan kecil yang berjalan dengan langkah-
langkah pendek.
[is tidak diterjemahkan sesuai makna pada kamus]

Pada contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa pada kalimat “The subject

was The Meaning of Life”, merupakan kalimat dengan menggunakan Past Tense,

sehingga verba to be yang muncul adalah was. Pada kalimat tersebut, verba to be

was tidak diterjemahkan secara harfiah sesuai makna yang terdapat pada kamus.

Pada kalimat tersebut was diterjemahkan sebagai “nya”.


Pada kalimat berikutnya, ada beberapa kalimat yang memiliki verba to be

dalam bahasa sumbernya namun tidak diterjemahkan langsung sesuai makna yang

terdapat pada kamus. Pada umumnya kalimat tersebut menggunakan pola kalimat

pasif atau Passive Voice. Selain itu juga terdapat contoh kalimat “I was the

student” yang diterjemahkan menjadi “Mahasiswa itu adalah aku.” Pada kalimat

ini, verba to be yang muncul adalah was dan diterjemahkan ke dalam bahasa

sasaran (BSa) menjadi “adalah” (sesuai dengan makna yang terdapat dalam

kamus).

Verba to be termasuk pada auxiliary verbs (kata kerja bantu) yaitu kata

kerja yang digunakan bersama-sama dengan kata kerja lain untuk menyatakan

tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi grammatikal (is,

am, are, was, were, be, been, being) yang terkadang dapat juga berfungsi penuh

menjadi full verb pada kalimat.

Pada novel Tuesdays with Morrie terdapat beragam verba to be yaitu: is,

am, are, was, were, be, being dan been. Keragaman tersebut muncul dikarenakan

pola kalimat yang berbeda yang muncul dalam novel tersebut, tergantung dari

jenis tenses yang dipakai.

Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh

terjemahan verba to be terhadap tingkat keterbacaan pada novel terjemahannya.

Penelitian ini hanya dibatasi sampai BAB 15 – Selasa Keenam- yang menjadikan

novel Tuesday with Morrie dan “Selasa Bersama Morrie” sebagai sumber datanya,

karena dianggap ke-15 bab ini cukup dapat mewakili penelitian ini untuk melihat

keterbacaan dalam terjemahan verba to be dari teks sumbernya ke dalam teks


sasaran. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi

peneliti selanjutnya di bidang penerjemahan, bahwa verba to be ternyata sangat

berpengaruh pada hasil terjemahan.

Data yang diambil berupa verba to be yang terdapat pada kalimat dalam

novel versi BSu dan membandingkannya dengan terjemahan pada novel versi

BSa-nya. Novel ini dipilih dikarenakan isinya yang sangat baik jika dilihat dari

isu yang saat ini beredar luas di Universitas Sumatera Utara; yaitu melemahnya

semangat mahasiswa dalam menghadapi hidup dengan segala permasalahannya,

karena novel berisi pandangan hidup tentang kematian dari seorang professor

yang telah pensiun dari universitas. Sang professor menderita penyakit mematikan,

namun ia sangat siap dalam menghadapi kematiannya tanpa mengeluhkan

sedikitpun tentang kesulitan yang dihadapinya sebagai efek dari penyakitnya.

Diharapkan isi dari novel ini dapat menginspirasi para pengajar dan mahasiswa di

lingkungan universitas untuk lebih tangguh lagi menghadapi segala masalah

dalam hidup sehingga permasalahan bunuh diri tidak lagi melanda dunia kampus.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa perlu untuk

menganalisis karya Mitch Albom yang diterjemahkan oleh Alex T.K Widodo

untuk mendeskripsikan variasi terjemahan verba to be, menganalisis mengapa

verba to be diterjemahkan dengan variasi tersebut, serta menilai tingkat

keterbacaannya.
1.2 Rumusan Masalah

Secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah variasi terjemahan verba to be pada novel SBM dalam bahasa

Indonesia?

2. Mengapa verba to be diterjemahkan dengan variasi tersebut?

3. Bagaimana tingkat keterbacaan variasi terjemahan verba to be?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan variasi terjemahan verba to be pada novel “Selasa

Bersama Morrie”.

2. Mendeskripsikan alasan mengapa verba to be diterjemahkan dengan

variasi tersebut.

3. Mendeskripsikan tingkat keterbacaan yang terjadi pada variasi

terjemahan verba to be.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat sebagai:

1. Penambah sumber bacaan bagi pengembangan ilmu kebahasaan.

2. Penambah pustaka tulisan tentang terjemahan.

3. Penambah masukan yang berguna bagi para peneliti di bidang

penerjemahan untuk menentukan arah penelitian selanjutnya.

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk memperkaya

masukan kepada para penerjemah, khususnya yang hendak menerjemahkan novel

agar lebih teliti untuk meningkatkan mutu terjemahan karya sastra.


1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada sebuah produk atau hasil karya

terjemahan. Objek dari kajian penelitian ini adalah bagaimana variasi verba to be

pada novel Tuesdays with Morrie dan terjemahannya “Selasa Bersama Morrie”,

mengetahui mengapa verba to be diterjemahkan dengan variasi tersebut dan untuk

melihat keterbacaan pada kalimat yang mengandung verba to be yang terkandung

pada novel tersebut dan. Satuan terjemahan yang dikaji adalah verba to be yang

terdapat pada kalimat dalam bahasa Inggris sebagai BSu dan terjemahannya

dalam BSa. Data yang berupa variasi verba to be diambil dari Bab 1 sampai Bab

15 dari novel TWM dan SBM karena dianggap cukup dapat mewakili untuk

melihat bagaimana verba to be diterjemahkan. Dengan demikian, hasil penelitian

ini disimpulkan berdasarkan analisis terhadap produk.

1.6 Klarifikasi Istilah

Untuk menghindari kekeliruan pada istilah yang digunakan, maka diperlukan

klarifikasi. Klarifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa yang digunakan pada teks hasil

yang diterjemahkan, yang dalam hal ini adalah bahasa Indonesia.

2. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa yang digunakan pada teks asal

yang diterjemahkan, yang dalam hal ini adalah bahasa Inggris.

3. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran

yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat selalu kita

ucapkan ketika kita berbicara kepada seseorang. Di dalam kalimat itu

sendiri terdapat tata bahasa dan tata cara pengucapannya.


4. Keterbacaan ialah derajat mudah tidaknya suatu teks terjemahan dapat

dipahami. Teks terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan yang

tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami serta dimengerti oleh

pembaca teks bahasa sasaran. Di sini peran pembaca sangat diperlukan

dalam penentuan tingkat keterbacaan. Selain itu, tingkat keterbacaan

suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

panjang rata-rata kalimat, jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas

grammatika dari bahasa yang digunakan.

5. Novel berasal dari bahasa Italia; novella yang berarti “sebuah kisah atau

sepotong berita”. Secara , novel lebih panjang dibandingkan cerita

panjang dan tidak dibatasi dengan sajak. Pada umumnya, sebuah novel

bercerita tentang tokoh-tokoh dan tingkah laku mereka dalam kehidupan

sehari-hari saat berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya, dengan

menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari cerita tersebut.

6. Penerjemahan adalah upaya untuk menghasilkan kembali padanan

yang sedekat mungkin dengan pesan yang terkandung dalam bahasa

sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.

7. Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa

(bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain

(bahasa sasaran).

8. Verba to be (am, are, is, was, were, be, being dan been) dapat diartikan

yaitu, ada, adalah, merupakan; tetapi dalam bahasa Indonesia pada

umumnya to be tidak diterjemahkan. Verba to be digunakan sebagai

penghubung antara subjek dan predikat. Verba to be digunakan dalam


dua kurun waktu, yakni waktu sekarang dan waktu lampau, am, are, is

dan digunakan untuk kalimat nominal (kalimat yang tidak menggunakan

kata sifat dan kata benda).

9. Auxiliary Verbs yaitu kata kerja yang digunakan bersama-sama dengan

kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi

untuk melengkapi fungsi grammatikal. Yang termasuk kata kerja

Auxiliary adalah:

1) Is, am, are

2) Was, were

3) Do, does, did

4) Has, have, had

5) Can, could

6) May, might

7) Will, would

8) Shall, should

9) Must

10) Ought to

11) Had better

10. Kata kerja adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan yang

memiliki fungsi utama: (1) sebagai predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimat, (2) mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau

keadaan yang bukan sifat, (3) kata kerja, khususnya yang bermakna

keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti „paling„ seperti kata
mati atau suka, (4) pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan

kata kata yang menyatakan kesangatan misalnya sangat pergi, bekerja

sekal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada bab sebelumnya, pada bab

ini akan disajikan teori-teori yang relevan, yang nantinya akan digunakan sebagai

dasar dalam menganalisis data pada Bab IV. Bab ini berisi kajian teori, penelitian

relevan dan kerangka pikir.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Penerjemahan

Menurut Dubois dalam Bell (1993: 5) penerjemahan adalah penyampaian

pesan bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa yang berbeda atau bahasa sasaran

(BSa) dengan tetap menjaga nilai-nilai semantik dan gaya padanan bahasa sumber.

Sementara itu, penerjemahan merujuk pada linguistic operation yang dilakukan

oleh penerjemah dalam mengalihkan pesan teks BSu ke BSa dan diwujudkan

dalam tiga tahapan: (1) analisis teks sumber pada BSu, (2) pengalihan pesan, dan

(3) penyusunan kembali teks BSa (Nida, 1964 dalam Silalahi 2009: 16).

Sebagaimana dinyatakan oleh Nida dan Taber (1982: 12), bahwa

penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam BSa, padanan alami

yang paling mendekati pesan dalam BSu, baik dalam makna maupun gaya bahasa

dalam melakukan aktifitas penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Maka

proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

penerjemah dalam memproses pengalihan informasi dari BSu ke dalam BSa.


Dalam penerjemahan prosa fiksi (cerpen/novel/cerita anak, dan

sebagainya), sebagaimana halnya dalam menerjemahkan jenis teks lain, maka

seorang penerjemah akan terfokus untuk mementingkan makna, bentuk, pesan,

kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson

dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984: 2), Nida dan Taber dalam teori

dan praktek penerjemahan (1969:33), Molina dan Albir dalam teknik

penerjemahan (509 - 511) serta Catford dalam pergeseran yang terjadi pada

penerjemahan (1965:73).

Menurut Bell yang dikutip oleh Basnett – McGuire (1980:116), ada enam

aturan umum bagi penerjemah dalam prosa fiksi (tulisan hasil rekaan yang

mengandung cerita):

1) Penerjemah tidak boleh menentukan langkahnya hanya untuk menerjemah

kata per-kata atau kalimat per-kalimat, tetapi dia harus selalu

mempertimbangkan keseluruhan karya, baik karya aslinya ataupun karya

terjemahannya. Ini berarti penerjemah harus menganggap naskah aslinya

sebagai satu kesatuan unit integral, meskipun saat menerjemahkannya ia

mengerjakan bagian perbagian.

2) Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Di sini

harus diingat bahwa idiom dalam bahasa sumber (BSu) mungkin sekali

mempunyai padanan idiom dalam bahasa sasaran (BSa), meskipun kata–

kata yang digunakan tidak sama persis, contohnya ekspresi „It doesn’t

pay”. Dalam menerjemahkan ekspresi tersebut, penerjemah tidak bisa

menerjemahkannya menjadi „Itu tidak bisa membayar‟, hal tersebut akan

menimbulkan ketidaksesuaian dengan teks yang ingin disampaikan. Oleh


karena itu, alangkah baiknya penerjemah perlu mencari padanan dari

idiom bahasa sumber di dalam bahasa sasaran.

3) Penerjemah harus menerjemahkan “maksud” menjadi “maksud” juga,

Kata “maksud‟ di sini berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung

oleh ekspresi tertentu, seperti ungkapan “Yuna, Please” ungkapan tersebut

dapat berupa “memohon” atau “mempersilahkan”. Oleh karena itu,

penerjemah harus lebih bijaksana untuk memilih terjemahan yang lebih

tepat dengan konteks cerita yang dimaksud.

4) Penerjemah harus waspada terhadap kata-kata atau yang kelihatannya

sama dalam BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Sebagai

contoh kalimat “I won’t be long” bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia yaitu „Saya tak akan panjang‟ Setelah disimak kembali ternyata

bukan itu padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanannya yang lebih

tepat adalah „Saya tak akan lama‟.

5) Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perlu diubah

dari BSu ke dalam BSa dengan tegas.

6) Meskipun penerjemah harus mengubah segala yang perlu diubah, tetapi

pada langkah keenam penerjemah tidak boleh membubuhi cerita aslinya

dengan menambah atau mengurangi kosakata yang dapat membuat cerita

dalam BSa itu lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah

adalah menghidupkan „jiwa asing‟ tadi, bukan memperindah bahkan

memperburuk sehingga tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan

penulis cerita aslinya atau teks sumbernya.


Dengan demikian jelas sekali bahwa dalam penerjemahan prosa fiksi

(cerpen/novel/cerita anak, dan sebagainya), penerjemah mementingkan makna,

bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa. Hal tersebut sama seperti apa yang

disampaikan Larson dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984: 2). Hasil

karya terjemahan dikatakan baik jika terjemahan tersebut mampu

mengkomunikasikan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke

dalam bahasa sasaran (BSa). Sesuai dengan pendapat Larson (1984: 6) bahwa

terjemahan yang baik haruslah yang (1) memakai bentuk – bentuk yang wajar

dalam bahasa sasaran (BSa), (2) mengkomunikasikan sebanyak mungkin makna

bahasa sumber (BSu) sebagaimana dimaksudkan oleh penutur bahasa sumber

(BSu) kepada penutur bahasa sasaran (BSa), dan (3) mempertahankan dinamika

teks bahasa sumber (BSu) yaitu kesan yang diperoleh oleh penutur asli bahasa

sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) ketika membaca teks terjemahan.

Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan tidak

hanya bermakna proses pentransferan makna dari bahasa sumber (BSu) ke dalam

bahasa sasaran (BSa), tetapi juga dianggap sebagai pengalihan makna yang

terkandung dalam teks bahasa sumber (BSu) ke dalam teks bahasa sasaran (BSa)

dengan menggunakan padanan yang sesuai dengan gramatikal, leksikon, situasi

komunikasi dan konteks budaya bahasa sasaran (BSa).

2.1.2 Pengertian Terjemahan

Jacobson menulis dalam artikelnya “On Linguistic Aspect of Translation”

dengan mengutip dari Basnett (1995: 14) yang menyatakan bahwa terjemahan

terbagi atas tiga jenis yaitu:


1) Intralingual translation (translasi intralingual) adalah

interpretasi tanda verbal dengan menggunakan tanda lain dalam

bahasa yang sama. Contohnya: Pada saat seorang anak yang

sedang belajar berbahasa. Anak tersebut belum menguasai

banyak kosa kata, ketika dia mendengar atau menemukan kata

yang belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain.

Misalnya dia akan bertanya kepada orang yang paling dekat

dengannya, yaitu ayah atau ibunya, kemudian mereka

menjelaskan kata yang tidak dimengerti dengan menggunakan

kata yang sederhana sesuai pola pikir anaknya. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata

tersebut, atau memberikan sinonimnya. Pada kasus ini,

sebenarnya ayah atau ibu tersebut telah melakukan

penerjemahan untuk anaknya.

2) Interlingual translation (translasi interlingual) adalah

interpretasi tanda verbal dengan melibatkan dua bahasa yang

berbeda. Contohnya: Suatu teks dalam bahasa Inggris

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, contohnya kata

house atau home diterjemahkan menjadi „rumah‟.

3) Intersemiotic translation (translasi intersemiotik) adalah

interpretasi tanda verbal dengan tanda dalam sistem tanda non-

verbal. Contohnya seorang guru menulis kata dalam bahasa

Inggris yaitu banana, bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia berarti „pisang‟. Namun, dalam hal ini peserta didik


menerjemahkannya bukan dalam bentuk bahasa sasaran

(bahasa Indonesia) tetapi dalam bentuk gambar.

Munday (2001:5) menyatakan bahwa terjemahan adalah peralihan bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks, “… As changing of an

original written text in the original verbal language into a written text in a

different verbal language”. Sedangkan menurut Catford (1969:20) “terjemahan

adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan

padanan materi tekstual dalam bahasa lain (bahasa sasaran)”. Sementara Nida

(1982: 12) memaparkan bahwa menerjemahkan artinya menghasilkan pesan yang

paling dekat, sepadan dan wajar dari BSu ke dalam BSa baik dalam hal makna

maupun gaya. Teks yang diterjemahkan dapat terdiri dari kata, frasa, klausa,

kalimat, paragraf dan sebagainya.

Kemudian Newmark (1988: 5) menyatakan bahwa terjemahan adalah

pengalihan pesan tulis dari teks BSu ke dalam teks BSa. Kewajaran dalam

penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang

penerjemah terhadap BSu dan BSa yaitu dalam hal penguasaan grammatical dan

kosa kata bahasanya. Sementara Bell (1991: 13) menyatakan terdapat tiga makna

kata terjemahan; yang pertama, terjemahan mengacu pada proses penerjemahan

(kegiatan menerjemahkan), kedua mengacu pada hasil dari proses penerjemahan,

ketiga, konsep abstrak yang menekankan pada keduanya, baik proses

menerjemahkan maupun hasil dari proses penerjemahan. Pada sisi lain Bell (1991)

memberikan satu bagan yang berisikan tahapan-tahapan dalam proses terjemahan

yang sudah umum dilakukan oleh penerjemah dalam menghasilkan suatu

terjemahan.
Source language Analysis
Text

Target
Semantic
Language
Representation

Synthesis
Gambar 1: Proses Penerjemahan (Bell: 1991)

Dari gambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses

penerjemahan, pertama kali penerjemah dihadapkan pada sebuah teks bahasa

sumber yang selanjutnya penerjemah melakukan analisis terhadap aspek semantik

yang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual (kata, frasa, klausa, dan kalimat);

untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Kemudian

dilanjutkan dengan proses sintesa yang betujuan untuk mengungkapkan makna

yang terkandung dalam teks tersebut. Jika seorang penerjemah mampu memahami

makna yang disampaikan dalam teks maka dia akan mampu menyintesiskannya.

Selanjutnya ia akan mengalihkan ke dalam bahasa sasaran.

Nababan (1997: 39) menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi

kendala utama bagi penerjemah dalam menghadapi teks yang hendak

diterjemahkan, yakni:
1) Sistem BSu dan BSa berbeda

Pembahasan mengenai konsep kesepadanan dalam penerjemahan akan

menjadi hal yang tidak penting jika semua bahasa memiliki sistem aturan

bahasa yang sama. Namun kenyataannya, setiap bahasa memiliki sistem

yang berbeda dan penerjemahan menjadi tugas yang sedikit sulit

dilakukan.

2) Kompleksitas semantik dan stilistik

Kompleksitas semantik mencakup hubungan makna dari suatu kata yang

dikaitkan erat dengan budaya, sehingga terkadang mengalami kesulitan

dalam menemukan padanan kata yang sesuai. Sementara itu, kompleksitas

stilistik juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

penerjemahan sulit dilakukan. Gaya bahasa yang digunakan pada BSu dan

BSa sangat berbeda karena dipengaruhi oleh budaya yang berbeda.

3) Tingkat kemampuan penerjemah

Penerjemah adalah tokoh utama dalam proses penerjemahan, sehingga

tingkat kemampuan penerjemah menjadi salah satu penentu dalam

penerjemahan. Apabila kemampuan penerjemah dalam memahami suatu

teks tidaklah memadai, maka teks terebut dianggap sukar. Sementara itu,

suatu teks dianggap mudah jika tingkat kemampuan penerjemahnya sudah

sangat baik.

4) Tingkat kualitas teks BSu

Kualitas dari BSu yang rendah juga menjadi penyebab proses

penerjemahan sulit dilakukan karena pesan yang terkandung pada BSu

menjadi sulit dipahami.


Sementara menurut Moentaha (2006:9) ada dua pengertian yang

menyangkut kata “terjemahan” yakni proses dan hasil / analisis sintesis. Pertama,

terjemahan sebagai proses kegiatan manusia di bidang bahasa (analisis) yang

hasilnya merupakan teks terjemahan (sintesis). Kedua, terjemahan hanya sebagai

hasil saja dari proses kegiatan manusia itu.

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa terjemahan adalah proses

pergantian dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks

bahasa dalam bahasa sasaran. Namun, pengertian “tingkat isi” harus dipahami

secara maksimal, yakni tidak hanya menyangkut arti dasar (material meaning),

ide atau konsepsi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran yaitu berupa norma

– norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa stilistik /

nuansa ekspresif. Lebih jelasnya bahwa kepatuhan pada norma - norma bahasa

tesebut dalam penerjemahan merupakan kewajiban yang tidak boleh dilanggar

oleh penerjemah, kendati ia bebas memilih sarana yang satu, maupun yang lain

dalam melakukan kegiatan terjemahan dengan prosedur tetap mempertahankan

semua informasi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran. Misalnya

pengungkapan informasi dalam teks asli menggunakan sarana gramatikal, tapi

tetap disampaikan dalam teks terjemahan dengan bantuan sarana leksikal kalimat

bahasa seperti dalam kalimat bahasa Inggris: She had been rather pretty dipakai

sarana gramatikal - kala pluperfektum (past perfect tense) yang tidak ada dalam

sistem gramatikal bahasa Indonesia, sehingga penerjemahannya menggunakan

sarana leksikal: „Dia dulu pernah begitu cantik‟. Penggantian sarana gramatikal

dengan sarana leksikal dalam penerjemahan mungkin tidak terjadi, jika teks
menyampaikan semua informasi yang ada dalam teks bahasa sasaran, termasuk

sarana gramatikalnya.

2.1.3 Kualitas Terjemahan

Nababan (2003:86) mengatakan bahwa penilaian terhadap mutu

terjemahan terfokus pada tiga hal pokok, yaitu: (1) ketepatan pengalihan pesan,

(2) ketepatan pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, dan (3) kealamiahan

bahasa terjemahan. Nababan juga menambahkan bahwa suatu terjemahan yang

berkualitas mensyaratkan terpenuhinya tiga hal yang menjadi ukurannya; meliputi

keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) dan keterbacaan

(readability).

Keakuratan (accuracy) berkaitan dengan kesepadanan makna antara BSu

dan BSa. Pesan yang diterjemahkan harus tersampaikan secara akurat, dan sama

maknanya. Keakuratan menjadi prinsip dasar penerjemahan, sehingga harus

menjadi fokus utama penerjemah. Jika keakuratan suatu terjemahan sangat rendah

sekali, maka dapat dipertanyakan apakah hasil tersebut termasuk hasil terjemahan

atau bukan.

Keberterimaan (acceptability) adalah derajat kewajaran suatu teks

terjemahan terhadap norma, kaidah dan budaya BSa. Terjemahan dengan tingkat

keberterimaan yang tinggi akan menghasilkan terjemahan yang alamiah dan tidak

kaku.

Keterbacaan (readability) ialah derajat mudah tidaknya suatu teks

terjemahan dapat dipahami. Teks terjemahan dikatakan memiliki tingkat

keterbacaan yang tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami serta dimengerti
oleh pembaca teks bahasa sasaran. Di sini peran pembaca sangat diperlukan dalam

penentuan tingkat keterbacaan. Selain itu, tingkat keterbacaan suatu teks

terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain panjang rata-rata kalimat,

jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatika dari bahasa yang digunakan.

Banyak pakar penerjemahan yang mengemukakan tentang strategi

penilaian kualitas terjemahan. Walaupun hampir semua strategi tersebut banyak

digunakan untuk mengevaluasi hasil terjemahan teks non-sastra. Akan tetapi

beberapa di antaranya dapat digunakan juga untuk mengevaluasi hasil terjemahan

karya sastra, khususnya prosa. Berikut ini adalah beberapa strategi penilaian

kualitas terjemahan yang dimaksud:

a) Uji keakuratan (Accuracy test)

Uji keakuratan (accuracy test) berarti mengecek apakah makna yang

dipindahkan dari Tsu sama dengan yang ada di Tsa. Untuk menyatakan makna

secara akurat, penerjemah boleh melakukan perubahan bentuk atau gramatika.

Nida dan Taber (1982:13) menegaskan bahwa pesan harus diutamakan karena isi

pesanlah yang terpenting. Ini berarti bahwa penyimpangan tertentu yang agak

radikal dari formal itu diperbolehkan atau bahkan diperlukan. Larson (1984:490)

mengemukakan tujuan utama dari uji keakuratan sebagai berikut:

(1) Mengecek kesepadanan isi informasi untuk meyakini bahwa semua

informasi yang disampaikan, tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang

bertambah, dan tidak ada yang berbeda.

(2) Setelah semua informasi diyakini telah ada, penerjemah perlu mencari

masalah lainnya dengan cara membandingkan Tsu dan Tsa. Penerjemah

perlu mencatat hal-hal yang harus dipertimbangkan ulang dengan objektif.


Pada saat yang sama, ia juga harus berhati-hati, jangan sampai mengganti

sesuatu yang seharusnya tidak perlu diganti.

b) Uji keterbacaan (Readability test)

Larson (1984:499-500) mengemukakan bahwa uji keterbacaan (readability

test) dimaksudkan untuk menyatakan derajat kemudahan apakah sebuah

terjemahan itu mudah dipahami maksudnya atau tidak. Tulisan yang tinggi

keterbacaannya akan lebih mudah dipahami daripada yang rendah. Sebaliknya,

tulisan yang lebih rendah tingkat keterbacaannya akan lebih sukar untuk dibaca.

Keterbacaan ini meliputi pilihan kata (diction), bangun kalimat (sentence

construction), susunan paragraph (paragraph organization), unsur ketata-

bahasaan (grammatical elements), jenis huruf (size of type), tanda baca

(punctuation), ejaan (spelling), spasi antarbaris (spaces between lines) dan ukuran

marjin (size of margin).

c) Uji kewajaran (Naturalness test)

Larson (1984:10) menyatakan bahwa tujuan penerjemahan di antaranya

adalah menghasilkan terjemahan idiomatik, yaitu terjemahan yang maknanya

sama dengan bahasa sumber (BSu) yang dinyatakan dalam bentuk yang wajar

dalam bahasa sasaran (Bsa). Tujuan dari uji kewajaran (naturalness test) adalah

untuk melihat apakah bentuk terjemahannya alamiah atau sudah tepat dengan

gaya bahasa Bsa atau belum. Selanjutnya Larson (1984:497) mengemukakan

bahwa pada dasarnya, terjemahan itu dinilai wajar jika:

(1) Makna dalam Tsu dikomunikasikan dengan akurat.


(2) Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk

gramatika dan kosa kata yang lumrah atau wajar.

(3) Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim

ditemui dalam konteks dan antar komunikan dalam BSa.

d) Uji keterpahaman (Comprehension test)

Newmark (1988:198) mengemukakan bahwa uji keterpahaman

(comprehension testing) dilakukan untuk mengetahui apakah terjemahan yang

dihasilkan itu dapat dimengerti dengan benar oleh penutur BSa atau tidak. Uji

keterpahaman ini terkait erat dengan masalah kesalahan referensial yang mungkin

dilakukan oleh penerjemah. Kesalahan referensial adalah kesalahan yang

menyangkut fakta, dunia nyata, dan proposisi, bukan menyangkut kata-kata.

Uji keterpahaman ini dilakukan dengan meminta orang menceriterakan

ulang isi terjemahan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

mengenai terjemahan itu. Uji keterpahaman menyangkut pengujian terhadap Tsu,

bukan pengujian terhadap responden. Para responden perlu diberitahukan bahwa

tes itu bukan untuk mengetes kemampuannya, tetapi untuk mengetes

keterpahaman terjemahannya. Tes itu semata-mata untuk melihat apakah

terjemahan itu dapat dipahami oleh pembaca sasaran atau tidak. Larson

(1984:493-497).

e) Uji keajegan (Consistency Check)

Uji keajegan (consistency check) sangat diperlukan dalam hal-hal yang

bersifat teknis. Tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik

menyatakan ungkapan BSu. Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan
yang harus dihindari. Salah satu kelemahan itu adalah ketidakajegan

(inconsistency).

Larson (1984:500-501) menyatakan bahwa Tsu biasanya memiliki istilah

kunci yang digunakan secara berulang-ulang. Jika BSu panjang atau proses

penyelesaian terjemahan memakan waktu lama, maka ada kemungkinan

terjadinya ketidakajegan penggunaan padanan kata untuk istilah kunci itu. Maka

dari itu pada akhir penerjemahan penerjemah perlu melakukan pengecekan

terhadap ketidakajegan itu. Hal ini biasanya terjadi pada penerjemahan atau

terjemahan dokumen politik, teknik, ekonomi, hukum, pendidikan, atau agama.

Keajegan juga merupakan target yang dicapai dalam pengeditan yang

harus membutuhkan perhatian yang cermat. Misalnya, keajegan dalam hal ejaan

nama orang dan tempat amat diperlukan. Penggunaan tanda baca dan huruf kapital

juga harus diperiksa secara cermat. Apakah penggunaan tanda tanya [?], koma [,],

kurung [( )], titik dua [:], titik koma [;], tanda seru [!] atau tanda baca lainnya

digunakan secara ajeg.

f) Terjemahan balik (Back-translation)

Nababan (2004a:48) mengemukakan penjelasan yang sama bahwa strategi

lain yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas terjemahan adalah terjemahan

balik (back-translation). Secara praktis, teks bahasa Inggris (Teks A), misalnya,

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Teks B). Kemudian Teks B

diterjemahkan kembali ke Teks A1. Semakin sama pesan Teks A1 dengan pesan

Teks A, maka semakin akurat pesan Teks B.

g) Uji pengetahuan (Knowledge test)


Uji pengetahuan (knowledge test) ini digunakan untuk menilai kualitas

terjemahan teks. Teknik ini dilakukan melalui pengujian pengetahuan pembaca

tentang isi teks Bsa. Pembaca teks Bsa diminta membaca teks terjemahan dan

menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang telah dipersiapkan oleh penilai. Jika

pembaca teks terjemahan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan

benar sebanyak pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh pembaca teks Bsu, itu

merupakan indikasi bahwa pesan teks terjemahan sudah sama dengan teks Bsa

(Brislin dalam Nababan, 2004a:48).

h) Uji performansi (Performance test)

Uji performansi (performance test) pada umumnya digunakan untuk

menilai kualitas terjemahan dokumen-dokumen teknik. Brislin (dalam Nababan,

2004a:48) mengatakan bahwa dengan uji performansi, penilai dapat menentukan

kualitas teks terjemahan melalui pengujian performansi teknisi yang harus

menggunakan teks terjemahan untuk memperbaiki atau menyetel bagian dari

suatu peralatan. Uji performansi ini masih memiliki beberapa kelemahan-

kelamahan. Di antaranya; (1) uji performansi tidak mampu menilai kualitas

terjemahan non-teknik (misalnya teks sastra), (2) hasil terjemahannya tidak selalu

mencerminkan pesan secara akurat.

2.1.4 Keterbacaan

Menurut Nababan (2004), keterbacaan (readability) adalah derajat mudah

atau tidaknya suatu teks terjemahan dapat dipahami. Teks terjemahan dikatakan

memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami

serta dimengerti oleh pembaca teks sasaran. Pembaca berperan sebagai subjek
yang menilai apakah suatu tulisan masuk kategori mudah dibaca atau tidak. Selain

itu, tingkat keterbacaan suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain: (1) panjang rata-rata kalimat, (2) jumlah kata-kata baru, (3)

kompleksitas dari bahasa yang digunakan, (4) penggunaan kata/kalimat asing dan

daerah, (5) penggunaan kata/kalimat ambigu, (6) penggunaan kalimat yang tidak

lengkap, (7) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis, (8) kemampuan dan

pemahaman pembaca dan (9) pengalaman pembaca dalam menentukan

keterbacaan.

Dewasa ini, telah ada beberapa formula keterbacaan yang lazim digunakan

untuk memperkirakan tingkat kesulitan sebuah wacana. Penelitian terakhir

membuktikan ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat

keterbacaan, yaitu:

1) Panjang pendeknya kalimat

Pada umumnya, semakin panjang kalimat maka bahan bacaan tersebut

semakin sukar. Sebaliknya, jika kalimat dan kata-katanya pendek, maka wacana

tersebut tergolong wacana yang mudah. Menurut Kridalaksana dalam Kamus

Linguistik, kalimat adalah “konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih

klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu

kesatuan” (2001:92).

Sementara itu, Chaer mengemukakan pendapatnya bahwa “kalimat adalah

satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,

dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”

(1994:240). Chaer juga membagi jenis-jenis kalimat menjadi:


(a) Kalimat inti dan kalimat non-inti

Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk klausa inti yang lengkap,

sedangkan kalimat non-inti terbentuk karena adanya proses transformasi

seperti pemasifan, penanyaan, dan lain-lain terhadap kalimat inti.

(b) Kalimat tunggal dan kalimat majemuk

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa,

sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola

kalimat atau lebih (terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat).

(c) Kalimat mayor dan kalimat minor

Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki

unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor.

Sementara itu, jika tidak lengkap maka disebut kalimat minor.

(d) Kalimat verbal dan kalimat non-verbal

Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya

berupa kata kerja atau frase verba. Sedangkan kalimat non-verbal adalah

kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal.

2) Tingkat kesulitan kata

Semakin sulit wacana tersebut dimengerti, maka tingkat keterbacaan

wacana tersebut rendah. Sebaliknya, semakin mudah bacaan tersebut

dimengerti, maka tingkat keterbacaan wacana tersebut tinggi.

Pertimbangan panjang - pendek kata dan tingkat kesulitan kata dalam

pemakaian formula keterbacaan, semata-mata hanya didasarkan pada

pertimbangan permukaan teks. yang secara visual dapat dilihat.

Sedangkan konsep yang terkandung dalam bacaan sebagai dalam dari


bacaan tersebut tampaknya tidak diperhatikan. Dengan kata lain, rumusan

formula-formula keterbacaan sering digunakan untuk mengukur tingkat

keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur semantik.

Dalam konteks penerjemahan, istilah keterbacaan itu pada dasarnya tidak

hanya menyangkut keterbacaan teks bahasa sumber tetapi juga keterbacaan teks

bahasa sasaran. Hal itu sesuai dengan hakekat dari setiap proses penerjemahan

yang memang selalu melibatkan kedua bahasa. Di sini peran pembaca sangat

diperlukan dalam penentuan tingkat keterbacaan. Selain itu, tingkat keterbacaan

suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain panjang rata-

rata kalimat, jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatika dari bahasa yang

digunakan.

Silalahi (2012) menyatakan bahwa penilaian suatu terjemahan

menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan.

Kuesioner yang dimaksud ada tiga, yaitu: (1) Accuracy Rating Instrument, yang

digunakan untuk menentukan tingkat kesepadanan terjemahan, (2) Acceptability

Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keberterimaan

terjemahan, (3) Readability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur

tingkat keterbacaan terjemahan. Dalam melakukan penilaian kualitas terjemahan,

peneliti harus menggunakan ketiga kuesioner di atas. Parameter yang dijelaskan

oleh Nababan, Nuraeni, dan Sumardiono (2012) dan Silalahi (2012) merupakan

panduan dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur kualitas terjemahan.

Tingkat keterbacaan dalam penilaian kualitas terjemahan memiliki arti

mudah tidaknya suatu teks terjemahan dipahami oleh pembaca. Sesuai dengan

instrumen penilaian tingkat keterbacaan oleh Silalahi (2009), Nababan, dkk


(2012), tingkat keterbacaan untuk menentukan kualitas terjemahan sebagai akibat

dari diterapkannya prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi juga dibagi

atas 3 kategori yaitu terbaca, kurang terbaca, dan tidak terbaca.

Parameter suatu terjemahan dikatakan terbaca adalah pada saat hasil

terjemahan dapat dipahami oleh pembaca dan untuk terjemahan dengan kategori

kurang terbaca adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca namun ada

bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan.

Sedangkan parameter untuk terjemahan kategori tidak terbaca adalah terjemahan

sulit dipahami oleh pembaca.

Skala yang digunakan adalah 3, 2,1 dengan 3 nilai tertinggi dan 1 nilai

terendah. Semakin tinggi skala yang diberikan rater berarti semakin mudah suatu

terjemahan dimengerti sekaligus semakin tinggi tingkat keterbacaan terjemahan

tersebut.

Berikut ini adalah tabel instrument untuk mengukur tingkat keterbacaan

pada terjemahan:

Tabel 2.1 Instrumen pengukuran tingkat keterbacaan terjemahan


Skala Nilai Kategori Kriteria Penilaian
Terjemahan
3 Tingkat Terjemahan dapat dipahami dengan mudah
keterbacaan tinggi oleh pembaca.
2 Tingkat Pada umumnya terjemahan dapat dipahami
keterbacaan sedang oleh pembaca; namun ada bagian tertentu
yang harus dibaca lebih dari satu kali
untuk memahami terjemahan.
1 Tingkat Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.
keterbacaan rendah
Silalahi (2009) dengan modifikasi
Pada instrumen tersebut di atas, nilai 3 diberikan jika terjemahan dapat

dipahami dengan mudah oleh rater, dengan kata lain dengan hanya sekali

membaca maka rater akan langsung paham maksud dari kalimat tersebut; skala 3
ini menjadi penanda tingkat keterbacaan tinggi. Selanjutnya nilai 2 diberikan jika

terjemahan dapat dipahami oleh rater namun ada beberapa bagian yang harus

dilakukan baca ulang hingga pembaca benar-benar paham; skala 2 ini menjadi

penanda tingkat keterbacaan sedang. Sedangkan nilai 1 diberikan oleh rater jika

hasil terjemahan sulit dipahami dan skala ini merupakan penanda jika terjemahan

tersebut berada pada tingkat keterbacaan rendah.

Berikut adalah penjelasan masing-masing tentang tingkat keterbacaan;

1. Tingkat Keterbacaan Tinggi

Sebuah terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan tinggi apabila

pembaca tidak memiliki kesulitan dalam memahami setiap kalimat yang

mengandung kata verba to be yang ada dalam teks. Seorang pembaca akan sangat

mudah memahami bacaan pada sebuah teks sehingga yang tertulis dalam bahasa

sumber akan tersampaikan dalam bahasa sasaran.

2. Tingkat Keterbacaan Sedang

Sebuah terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan sedang apabila

pembacanya memiliki sedikit kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada

dalam teks. Sedikit kesulitan dalam memahami tiap kata yang ada dalam teks

tersebut dikarenakan adanya beberapa istilah asing yang kalimatnya terlalu

panjang dan kurang tepat letaknya sehingga mengakibatkan kaburnya pesan yang

ingin disampaikan.

3. Tingkat Keterbacaan Rendah

Sebuah terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan rendah apabila

pembaca memiliki banyak kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada dalam

teks. Sebuah teks akan memiliki tingkat keterbacaan rendah apabila teks tersebut
sangat sulit dimengerti karena adanya banyak istilah asing, kalimat yang terlalu

panjang dan tidak diperhatikannya tanda baca serta ketepatan makna dalam

sebuah konteks bacaan. Hal tersebut berdampak pada sebuah bacaan yang tidak

mampu menyampaikan pesan penulis kepada pembaca.

2.1.5 Penggunaan Verba To be

Verba (kata kerja) adalah suatu kata yang berfungsi untuk menunjukkan

tindakan dari subjek, menunjukkan peristiwa atau keadaan dan merupakan salah

satu dari Part of Speech. Verba to be adalah bagian dari verba yang fungsinya

sebagai linking verb dan auxiliary verb. Linking verb merupakan kata kerja yang

menghubungkan subjek dengan informasi atau deskripsinya (subject complement).

Informasi atau deskripsi subjek tersebut dapat berupa kata benda (noun), kata sifat

(adjective), atau kata keterangan (berupa adverb atau prepositional phrase)

(Palmer, 1978).

Kata verba to be meliputi: is, am, are, was, were, be, been, dan being.

Verba to be berubah sesuai dengan waktu terjadinya aksi atau peristiwa (present,

past, future) dan aspek dari kata kerja (simple, perfect, continuous).

Linking verb merupakan kata kerja yang menghubungkan subjek dengan

informasi atau deskripsinya (subject complement). Informasi atau deskripsi

subject tersebut dapat berupa kata benda (noun), kata sifat (adjective), atau kata

keterangan (berupa adverb atau prepositional phrase). Contohnya sebagai berikut:

1. He is an orthodontist. (Dia seorang ortodontis.)


2. Those children were naughty. (Anak-anak itu dulunya nakal.)
Auxiliary verb merupakan kata kerja yang muncul sebelum main verb

(kata kerja utama) untuk memodifikasi makna kata kerja utama tersebut. Auxiliary

terbagi menjadi: primary auxiliary (be, do, have) dan modal (can, could, may,

might, will, would, shall, should, must, ought to). Sebagai auxiliary, verba to be

digunakan bersama Present Participle untuk membentuk progressive form. Selain

itu, verba to be juga dapat digunakan bersama past participle utk membentuk

Passive Form. Verba to be juga dapat dikombinasikan dengan primary auxiliary

lain (do, have) maupun modal. Contohnya sebagai berikut:

1. He is playing football at now. (Dia sedang bermain sepak bola


sekarang.)
2. Your room was cleaned this morning. (Ruanganmu dibersihkan
tadi pagi.)
3. I have been driving for an hour. [kombinasi dengan primary
auxiliary lain (have)] (Saya telah mengemudi selama satu jam).
Dapat dikatakan bahwa verba to be adalah kata bantu yang biasanya

diikutkan dalam suatu kalimat. Semacam penegasan pada sebuah subjek dan kata

yang mengikutinya. Penggunaan verba to be selain berbentuk Present Tense (be

bentuk 1) juga berbentuk (be bentuk 2) yang digunakan dalam Past Tense dan (be

bentuk 3) yang digunakan untuk Perfect Tense.

Nababan (1999:55) mengatakan bahwa tidak ada satu pun bahasa yang

mempunyai sistem yang sama, baik ditinjau dari sudut sintaksis, leksikal maupun

morfem. Kalimat nominal dalam bahasa Indonesia, misalnya, tidak selalu

mewajibkan kehadiran kata “adalah”, kecuali kata itu digunakan untuk

menyatakan suatu definisi, misalnya: “Bahasa adalah alat komunikasi”.

Sebaliknya, kehadiran verba to be wajib hadir dalam kalimat nominal bahasa

Inggris, seperti: He is my brother. Contoh lainnya adalah untuk menyatakan


makna jamak. Dalam bahasa Inggris digunakan morfem –s, sedangkan dalam

bahasa Indonesia digunakan bentuk perulangan.

Sebagai tambahan berikut ini adalah penjelasan mengenai fungsi verba to

be berdasarkan “Oxford Advanced Learner‟s Dictionary - edisi Keenam” yang

ditulis oleh Hornby (2003):

1. Be, linking verb :

1) V+N = to exist, to be present, [Is there a God?]

2) V+adv/prep = to be situated, to be in place, [The town is

three miles away]

3) V+adv/prep = to happen at a time or in a place,[The party

is on Friday evening]

4) V+adv/prep = to remain in a place,[She has been in her

room for two hours]

5) V+adv/prep = to attend an event,[I’ll be at the party]

6) V+adv/prep = to visit or call (only used in the Perfect

Tense,[I’ve never been to Spain]

7) V ~ from… = used to say what somebody’s native country,

home town, etc. is,[She is from Italy]

8) Linking verb used when you are naming people or things,

describing them or giving more information about

them,[Today is Monday]

9) Linking verb used when you are describing a situation or

saying what you think about it,[It is going to be a great

match]
10) Linking verb it is/was used to talk about time,[It is two

thirty]

11) Linking verb (V-N) used to say what something is made of,

[Is your jacket real leather?]

12) Linking verb ~ mine, yours, etc ~for me, you, etc. used to

say who something belongs to or who it is intended for,[The

money is not yours]

13) Linking verb (V-N) used to asking cost, [How much is that

dress?]

14) Linking verb (V-N) to be equal to,[Three and three is six]

15) Linking verb (V-N) used to say how important something to

somebody,[Money is not everything]

2. Be, auxiliary verb:

1) Used with a past participle to form the passive,[He was

killed in the war]

2) Used with a present participle to form progressive tenses,[I

am studying Mandarin]

3) Used to make question tags, [You are not hungry, aren’t

you?]

4) Used to avoid repeating the full form of a verb in the

passive or a progressive tense, [Are you coming with us?]

5) Used to say what must or should be done,[I am to call

themonce I reach the airport]


6) Used to say what is arranged to happen,[They are to

married on June]

7) Sed to say what happened later,[He was to regrt the

decision in the rest of his life]

8) Used to say what could not or did not happen,[Anna was

nowhere to be found]

9) Used to express a condition, [If we were to offer you more

money, would you stay?]

Zandvoort juga (1975) menyatakan bahwa:

What is called “the verb to be” is a combination of different verbal forms


with fundamentally identical meanings. The stem be function as infinitive,
imperative and (present) subjunctive; to it are added the suffixes ing
(being) for the gerund and present participle, and n (been) for the past
participle. The forms am, is, are serve respectively for the first person
singular, the third person singular and the other persons of the present
tense; the form was for the first and third person singular of the past tense;
the form were for the other persons of the past tense and for the past
subjunctive.

Berikut ini juga diberikan variasi terjemahan dari verba to be dan

fungsinya menurut “Kamus Inngris – Indonesia” yang disusun oleh Echols dan

Shadily:

1. Be (waktu ini): (1) am dipakai untuk orang pertama tunggal, (2) are

dipakai untuk orang kedua dan jamak, (3) is dipakai untuk orang ketiga

tunggal.

 (tanpa kata kerja): I am sick

 Ada : Here I am

 Berada : He doesn’t know where she is


 Jadi, adalah : I am a postman

 Sedang, lagi : You are eating

 Sama dengan: Two and two are four

 Akan: He is to leave tomorrow

2. Be (waktu lampau): (1) was dipakai untuk tunggal, (2) were dipakai

untuk jamak.

 (Tanpa kata kerja): The weather was fine

 Sudah, telah: She was there

 Sedang, lagi: She was crying

3. Been: partisip waktu lampau

4. Being: (kb) badan, makhluk.

Selanjutnya berikut ini adalah tabel mengenai penggunaan verba to be jika

dipadukan dengan subjeknya pada kalimat:

Tabel 2.2 Penggunaan verba To Be Present:

Subjek To be
I am
You are
We
They
He is
She
It

Tabel 2.3 Penggunaan verba To Be Past:

Subjek To be
I was
He
She
It
You were
We
They
Berikut ini adalah bagan mengenai verba to be:

Verb

Auxiliary verb

Finite Non-finite
(is, am, are, (be, been, being)
was,were)
Gambar 2. Klasifikasi Verba to Be

Dalam bahasa Inggris, pemakaian verba to be kurang lebih ada 5, yaitu:

1. Verba to be digunakan sebagai penghubung antara subjek dengan kata

benda (Noun). Dengan catatan:

a. She digunakan untuk kata ganti/subjek (perempuan).

Contohnya: She is my mother.

b. He digunakan untuk kata ganti/subjek (laki-laki)

Contohnya: He is my brother, Dodo.

c. They bisa digunakan baik untuk manusia, benda, ataupun

binatang.

Contohnya: They are my pets.

d. Jika subjek berupa nama orang, lebih dari satu maka dianggap

sama dengan they dan menggunakan to be are.

Contohnya: They are Lola, Juni and Kiki.


e. Jika subjek merupakan nama orang (hanya 1 orang), jika laki

laki sama dengan he dan menggunakan to be is, jika

perempuan sama dengan she dan menggunakan to be is.

Contohnya: Robby is my friend. He is taller than me.

f. They juga dapat dipakai sebagai kata ganti binatang (jamak)

dan it bisa juga dipakai sebagai kata ganti hewan (tunggal).

Contohnya: It is Justin, my lovely cat.

g. Jika subjeknya lebih dari satu pelaku (2 orang atau lebih) atau

(2 hewan atau lebih), bisa dipastikan bahwa to be pasti

menggunakan are.

Contohnya: Fani and Dini are my bestfriends.

2. Verba to be digunakan sebagai penghubung antara subjek dengan kata

sifat (adjective). Contohnya: Sonya is a smart student.

3. Verba to be digunakan sebagai penghubung antara subjek dengan kata

keterangan (adverb). Contohnya: I am at home.

4. Verba to be digunakan untuk pembentukan Present Continous Tense.

Rumus dari Present Continous Tense adalah “S + to be + Verb-ing”.

Contohnya: They are listening to the music.

5. Verba to be digunakan dalam kalimat pasif. Rumus dari kalimat pasif

adalah “S + to be + V3”. Contohnya: I am given a bunch of flowers by

him.
Berikut ini adalah tabel dari penggunaan auxiliary verbs:

Tabel 2.4 Penggunaan Auxiliary verbs

Auxiliary Verb Penggunaannya Contoh Kalimat


She is brushing the bathroom
floor.
(Dia sedang menyikat lantai
kamar mandi.) Present
Auxiliary verb be untuk Continuous
membentuk present atau They were roasting corns at
past continuous tense. this time last night.
Kemudian dapat pula (Mereka sedang membakar
ditambahkan modal will jagung tadi malam.) Past
untuk membentuk future Continuous
continuous. The party will be starting at
this time tomorrow.
(Pesta akan sedang
berlangsung besok.) Future
Continuous
Be
Be bersama auxiliary verb
(am, is, are, was,
have membentuk present
were, be, being, He has been driving for an
atau past perfect continuous
been) hour.
tense. Dapat pula
(Dia telah menyetir selama satu
ditambahkan modal will
jam.) Present Perfect Cont
untuk membentuk future
perfect continuous.
You will have been sleeping
long.
(Kamu akan telah tidur
lama.) Future Perfect Cont.
Your cake is being eaten by
Be untuk membentuk
him.
passive
(Kuemu sedang dimakannya.)
The room was cleaned by my
assistant last night.
(Ruangan itu dibersihkan oleh
asisten saya tadi malam.)

Semua contoh verba to be di atas adalah penggunaan verba to be dalam

kalimat positif (positive sentence). Selain digunakan dalam kalimat positif, verba

to be juga digunakan dalam kalimat negatif (negative sentence) dan kalimat tanya
(interrogative sentence). Dan berikut penggunaan verba to be dalam kalimat

negatif dan penggunaan verba to be dalam kalimat tanya:

Tabel 2.5 Penggunaan Verba to be pada Kalimat Negatif

Subjek To be (not) Noun/Adjectiv/Adverb Arti


I am not a student Saya bukan
seorang pelajar
She is not beautiful Dia tidak cantik
They are not here Mereka tidak di
sini

Sama halnya dengan pembentukan dalam kalimat positif dan kalimat tanya,

dalam kalimat tanya (interrogative sentence) yang perlu dilakukan adalah

memindahkan verba to be berada di awal kalimat, dan memberikan tanda tanya (?)

di akhir kalimat. Perhatikan contoh pembentukan verba to be ke dalam kalimat

tanya berikut ini:

To Be + Subject + Predicate (Adj. / Noun / Adv)

Kalimat tanya merupakan kalimat dalam bentuk kalimat tanya. Untuk

membuat kalimat tanya kita hanya perlu memindahkan verba to be ke awal

kalimat. Dalam kalimat tanya, verba to be diartikan “apakah”.

Verba to be juga dapat digunakan untuk membentuk kalimat pertanyaan

sederhana yang hanya meminta jawaban “yes” atau “no”. Simple yes-no question

tersebut dengan menukar posisi subjek dengan verba to be. Adapun question

tag juga termasuk didalamnya. Contohnya:

1) Are you happy now? (Apakah kamu bahagia sekarang?)

2) Is he smiling to me? (Apakah dia sedang tersenyum padaku?)


Pada question tag, verba to be juga dikombinasikan dengan pronoun dan /

tanpa not (untuk question tag yang negatif). Jika question tag-nya negatif (verb to

be+not), pada umumnya formula tersebut juga mengalami contraction

(penyingkatan menggunakan apostrophe).

Contohnya:

1) That woman isn’t kind, is she? (Wanita itu tidak ramah kan?)

2) That woman is kind, isn’t she? [contraction] (Wanita itu ramah).

2.1.6 Verba Bahasa Indonesia

Verba atau kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") adalah kelas kata

yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian

dinamis lainnya. Dalam bahasa Indonesia, verba biasanya menjadi predikat dalam

suatu frasa atau kalimat. Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata

yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Namun batasan ini masih kabur karena

tidak mencakup kata-kata seperti “tidur” dan “meninggal” yang dikenal sebagai

kata kerja tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan sehingga verba

disempurnakan dengan menambah kata-kata yang menyatakan gerak badan atau

terjadinya sesuatu sehingga batasan itu menjadi kata kerja adalah kata-kata yang

menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu

(Keraf, 1991:72).

Kridalaksana (1993: 226) menyatakan bahwa verba adalah kelas kata yang

biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba

mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagai

salah satu kelas kata dalam tuturan kebahasaan verba mempunyai frekuensi yang
tinggi pemakaiannya dalam suatu kalimat. Selain itu, verba mempunyai pengaruh

yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan pada kalimat sebagian besar

ditentukan oleh perubahan bentuk verba. Sebagian verba memiliki unsur semantis

perbuatan, keadaan dan proses dan kelas kata dalam bahasa Indonesia yang

ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata “tidak” dan tidak

mungkin diawali dengan kata seperti “sangat”, “lebih”, dan sebagainya

Berikut ini sebagai tambahan juga disertakan pengertian verba menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia:

1. verba/ver·ba/ /vérba/ n Ling kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau

keadaan; kata kerja;

2. -- atelis verba yang menggambarkan perbuatan yang tidak tuntas;

3. -- bantu kata yang dipakai untuk menerangkan verba dalam frasa verbal,

biasanya untuk menandai modus, kala, atau aspek;

3. -- defektif verba yang tidak mempunyai semua bentuk konjugasi;

4. -- desideratif verba yang menyatakan keinginan untuk melaksanakan

perbuatan;

5. -- ekuatif kopula;

6. -- faktif lihat faktif;

7. -- finit bentuk verba yang dibatasi oleh kala dan dalam beberapa bahasa

menunjukkan kesesuaian dengan persona dan jumlah;

8. -- frekuentatif bentuk verba yang menyatakan kebiasaan atau perbuatan

berulang dalam bahasa Rusia;

9. -- impersonal verba yang hanya dipakai dalam persona ketiga singularis dan

tidak bersangkutan dengan nomina tertentu;


10. -- instrumentatif verba yang menunjukkan alat perbuatan di dalam

maknanya;

11. -- intransitif verba yang tidak menggunakan objek;

12. -- kausatif verba yang berarti menyebabkan atau menjadikan sebab;

13. -- komposit verba yang terdiri atas dua bagian yang dalam kalimat

dipisahkan oleh objek dari verba itu;

14. -- modal verba bantu yang digunakan untuk menyatakan modus seperti

optatif, obligatif;

15. -- performatif verba dalam kalimat dengan kala kini dengan "saya" sebagai

subjek dengan atau tanpa "Anda" sebagai objek taklangsung, yang secara

langsung menyatakan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengujarkan

kalimat;

16. -- personal verba yang dipakai dalam ketiga persona;

17. -- refleksif verba yang digunakan bersama dengan pronomina refleksif;

18. -- resiprokal verba yang maknanya bersangkutan dengan perbuatan timbal

balik;

19. -- statif verba yang tidak dapat disertai kata bantu sedang;

20. -- takteratur verba yang berubah vokal akarnya untuk mengubah kala dan

bukannya dengan menambah sufiks inflektif;

21. -- telis verba yang menggambarkan perbuatan yang tuntas, misalnya verba

menebang pohon yang berbeda dengan sedang menebang dalam kalimat Mereka

sedang menebang pohon yang merupakan verba jenis ini;

22. -- teratur verba yang dikonjugasikan dengan sufiks inflektif menurut

paradigma kelasnya dalam suatu bahasa;


23. -- transitif verba yang memiliki objek;

24. -- utama bentuk verba yang mengungkapkan makna 'perbuatan'

(dipertentangkan dengan verba bantu).

Surono dkk (1987:17) juga mendukung pernyataan di atas dengan

menuliskan bahwa verba merupakan jenis kata yang dominan mengisi satu fungsi

predikat dan apabila dinegatifkan dipergunakan kata “tidak”. Dalam pembicaraan

sehari-hari atau dalam tulisan, kalimat yang paling banyak ditemui adalah kalimat

yang berpredikat verba. Dalam fungsipun, khususnya dalam kalimat sederhana,

verba hanya mempunyai kemungkinan sebagai pengisi predikat.

Moeliono et al, (1992:76) menguraikan ciri-ciri verba sebagai berikut (1)

berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai ciri predikat dalam kalimat

walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain, (2) verba mengandung dasar

perbuatan (aksi proses atau keadaan yang bukan bersifat kualitas), dan (3) verba

khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks-ter, yang berarti

paling. Selanjutnya, Soenjono (1998) secara rinci menyatakan ciri-ciri verba

sebagai berikut:

1. Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam

kalimat. Contoh: 1) Pencuri itu lari.

2) Bom itu seharusnya tidak meledak

3) Orang asing tidak akan suka masakan Indonesia

[Verba meledak, dan suka berfungsi sebagai inti predikat]

2. Mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat.

3. Khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti

“paling” seperti kata “mati” atau “suka”.


4. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata kata yang menyatakan

kesangatan, misalnya “sangat pergi”, “bekerja sekali”.

Sementara itu Whaley L.J (1997) juga mengatakan bahwa verba

merupakan salah satu unsur dari kelas kata yang sangat universal dimiliki oleh

setiap bahasa dan semua bahasa membedakannya dari nomina meskipun jumlah

pembagian, sub kategori dan fungsinya tidak sama pada masing-masing bahasa.

Setiap bahasa mempunyai aturan dan karakteristik tertentu seperti sistem bunyi

bahasa, ada yang berdasarkan bentuk (form-related) dan ada yang berdasarkan

makna (meaning-related) yang akhirnya membuktikan bahwa bahasa merupakan

suatu sistem yang kompleks dari suatu sistem (language is a complex system of

systems) (Paul P, 1993:132).

Dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan

kata kerja (verba), yaitu tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna,

dan bentuk dasar- dasar yang berafiks atau turunan. Berikut ini adalah pembagian

jenis verba (kata kerja) dalam bahasa Indonesia:

A. Dari bentuknya, verba dapat dibedakan menjadi :

1. Verba dasar bebas yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contohnya: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, dll.

2. Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,

gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan

dapat kita jumpai:


(a) Verba berafiks

Contohnya: ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahitkan,

kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat,

terpikirkan.

(b) Verba bereduplikasi

Contohnya: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.

(c) Verba berproses gabungan

Contohnya: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.

(d) Verba majemuk

Contohnya: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

B. Dari banyaknya kata benda (nomina) yang mendampinginya, verba

dapat dibedakan menjadi:

1. Verba intransitif

Verba intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Contoh : pergi,

pulang, kembali, bangun, kembali, bangkit, bangun, tiada, terbang.

2. Verba transitif

Verba transitif yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.

Berdasarkan banyaknya obyek, maka terdapat:

(a) Verba monotransitif yaitu verba yang mempunyai satu obyek.

(b) Verba bitransitif yaitu verba yang mempunyai dua obyek.


(c) Verba ditransitif yaitu verba transitif yang verbanya tidak muncul.

Contoh: Adik sedang makan.

C. Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, dapat dibedakan menjadi:

1. Verba aktif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai

pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.

Contohnya:

(1) Dia mencintai saya.

(2) Saya makan nasi.

Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.

Contohnya:

(1) Ia membuatkan saya baju.

(2) Ibu memasakan kami makanan.

Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokatif atau repetitif.

Contohnya:

(1) Pak tani menanami sawah.

(2) Adik menyirami bunga.

(3) Orang itu memukuli anjingnya.

(4) Paman menguliti kambing.

2. Verba pasif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan

sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks ter-

atau di-. Contohnya:


(1) Adik dipukul ayah.

(2) Buku itu terinjak olehku.

Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan

mengganti afiksnya. Contoh :

(1) Adik disayang ayah. (pasif)

Ayah menyayangi adik (aktif)

(2) Meja itu terangkat oleh adik. (pasif)

Adik dapat mengangkat meja itu. (aktif)

3. Verba anti-aktif (argatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi

verba aktif, dan subyeknya merupakan penderita. Contohnya:

(1) Ibu kecapaian di bus

(2) Kakinya terantuk batu

4. Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.

Contohnya:

(1) Ia haus akan kasih sayang

(2) Pak tani bertanam singkong.

D. Dilihat dari interaksi antara nomina dan pendampingnya, dapat dibedakan:

1. Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan

oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan.

Kedua belah pihak terlibat perbuatan. Contohnya: berkelahi, berperang,

bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.


2. Verba non resiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang

dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan. Dilihat dari sudut

referensi argumennya:

(a) Verba refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai

referen yang sama. Verba ini mempunyai dua bentuk, yaitu:

• Verba yang berprefiks ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks

itu. Contoh: bercermin, berdandan, berjemur.

• Verba yang berprefiks me-, bersufiks –kan, dan berobyek diri.

Contoh: melarikan diri, membaringkan diri.

(b) Verba non-refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai

referen yang berbeda atau berlainan.

E. Dilihat dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, verba

dapat dibedakan:

1. Verba kopulatif yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa

mengubah konstruksi preduktirf yang bersangkutan. Contohnya: adalah,

merupakan.

2. Verba ekuatif adalah verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.

Contohnya: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.

3. Verba telis dan verba atelis

Verba telis biasanya berprefik me-, dan verba atelis berfrefik ber. Verba telis

menyatakan bahwa perbuatan tuntas, sedangkan verba atelis menyatakan bahwa


perbuatan belum tuntas atau belum selesai. Contohnya:

(1) Pak tani menanam padi.

Pak tani bertanam padi.

(2) Ia menukar pakaian itu.

Ia bertukar pakaian.

4. Verba performatif dan Verba Konstatatif

(a) Verba performatif yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung

mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengajarkan

kalimat. Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.

(b) Verba konstatatif yaitu verba dalam kalimat yang menyatakan atau

mengandung gambaran tentang suatau peristiwa. Contoh: menembaki, menulis.

2.1.7 Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia; novella yang berarti “sebuah kisah

atau sepotong berita”. Secara , novel lebih panjang dibandingkan cerita panjang

dan tidak dibatasi dengan sajak. Pada umumnya, sebuah novel bercerita tentang

tokoh-tokoh dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari saat

berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya, dengan menitikberatkan pada sisi-

sisi yang aneh dari cerita tersebut.

Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa dan

mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik pada novel di

antaranya: (1) tema, (2) penokohan, (3) alur, (4) latar, (5) sudut pandang, (6)

amanat dan (7) gaya bahasa.


Sementara itu, unsur ekstrinsik meliputi: (1) waktu pembuatan karya sastra

tersebut, (2) latar belakang penciptaan, (3) biografi pengarang dan (4) sejarah

lainnya yang berkaitan dalam penulisan cerita.

Novel “Selasa Bersama Morrie” (Tuesday with Morrie) adalah salah satu

karya sukses dari Mitch Albom yang kemudian dijadikan salah satu identitasnya.

Kisah dalam novel ini diangkat dari kisah nyata, yang merupakan pengalaman

Mitch sendiri. Novel ini banyak bercerita tentang kematian, namun juga diikuti

dengan cara menghadapi hidup.

Pada novel ini diceritakan, alkisah, seorang Morrie divonis menderita

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). ALS, dikenal juga dengan penyakit Lou

Gehrig, adalah sebuah penyakit yang menyerang saraf secara ganas tanpa ampun.

Namun menghadapi kenyataan akan fananya hidup, Morrie dengan bijaksana

memilih menjadikan hidupnya pembelajaran bagi banyak orang. Semua dicatatkan

dengan baik dari pertemuan-pertemuan Morrie sang professor, dan Mitch, mantan

mahasiswa terbaiknya yang memilih menjauh pada tahun-tahun awal kelulusan

dari universitas, mengejar kebahagiaan dan kebebasan yang akhirnya

memperhambakan hidup dan masa mudanya pada kapitalisme.

Saat mengetahui bahwa Morrie, mantan profesor yang dikaguminya di

Harvard, menderita penyakit yang merusak kerja sistem sarafnya, Mitch datang

untuk menemuinya. Walaupun semula hanya bermaksud menepati janji untuk

tetap saling mengabari, ternyata Mitch menemukan bahwa semangat dan cara

pandang Morrie yang hidupnya tak lama lagi justru lebih berani dibanding orang

lain. Sejak itu dimulailah "kuliah" pribadi mereka yang berlangsung setiap hari

Selasa tanpa pernah tahu kapan kuliah tersebut akan berakhir.


Upacara pemakaman Morrie dilakukan ketika beliau masih segar bugar.

Semua salam perpisahan, pesan kesan, dan orbituari dari rekan dan kerabat

disampaikan di hadapan Morrie yang bisa mendengarkannya. Ini sangat berbeda

dari upacara peringatan/pemakaman orang lain dimana semua hal baik tentang

seseorang disampaikan di hadapan jenazah yang terbujur kaku dalam peti mati. Ini

jugalah salah satu pelajaran dalam novel ini, karena Mitch dan Morrie juga

berbicara tentang dunia, tentang semangat kasih, tentang mengasihani diri sendiri,

tentang cinta, budaya, dan tentang memaafkan.

Novel Tuesdays with Morrie ditulis dalam bahasa Inggris oleh Mitch

Albom dengan jumlah halaman 192. Novel yang menjadi sumber data pada

penelitian ini merupakan export edition yang terbit tahun 1999 oleh Doubleday

Publishing di New York, USA. Sementara itu, “Selasa Bersama Morrie”

merupakan novel terjemahannya yang diterjemahkan oleh Alex Tri K.W dan

berjumlah 209 halaman. Novel terjemahan yang menjadi sumber data penelitian

ini terbit pada tahun 2006 dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama.

2.1.8 Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian relevan yang berkaitan dengan terjemahan

yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Berikut beberapa di

antaranya:

1. Menurut yang disusun oleh Alim dan Nurhayati, kala (tense) adalah

aspek gramatikal dalam bahasa Inggris yang mempunyai fungsi

penting dalam penyusunan makna secara utuh, termasuk makna dalam

suatu novel. Untuk itu meneliti fungsi kala dalam novel bahasa Inggris

merupakan kajian yang menarik dan menantang. Penelitian ini


ditujukan untuk meneliti fungsi kala dalam novel bahasa Inggris serta

penerjemahan kedalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mengambil

sumber data primer dari novel bahasa Inggris serta terjemahannya

dalam bahasa Indonesia. Konsep kala dalam penelitian ini

menggunakan acuan Bernard Comrie, yang mengkategorikan kala

dalam tiga jenis, mutlak, relatif dan semi relatif. Hasil analisis

menunjukkan bahwa dalam novel yang diteliti menggunakan semua

satuan rujukan waktu baik mutlak maupun relatif. Kebanyakan kalimat

dalam novel yang diteliti menggunakan satuan rujukan waktu mutlak,

dodominasi oleh bentuk E < S, karena sifat novel sebagai media

bercerita, sehingga semua menggunakan bentuk kala lampau,

sedangkan bentuk E = S ditemukan dalam kalimat langsung. Hasil

analisis menunjukkan bahwa penerjemahan konsep kala dari bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia tidak selalu sepadan. Kesepadanan dapat

tercapai jika penerjemahan dilakukan secara kontekstual atau dengan

memberikan keterangan waktu secara eksplisit.

2. Asmarani menyimpulkan bahwa tingkat keterbacaan terjemahan buku

Chicken Soup for the Soul menunjukkan tingkat keterbacaan tinggi.

Dengan demikian dapat disimpulkan hasil terjemahan buku Chicken

Soup f or the Soul tersebut cukup mudah dimengerti oleh pembaca

bahasa sasaran. Adanya bahasa asing atau bahasa daerah yang

dipergunakan penerjemah untuk mencarikan padanan dalam bahasa

sasaran sebaiknya dapat diberikan keterangan. Tingkat keterbacaaan


merupakan hal yang penting dalam sebuah proses penerjemahan. Hal

ini seringkali tidak diperhatikan oleh penerjemah ketika semua kalimat

dalam teks bahasa sumber telah dialihkan ke dalam bahasa sasaran.

Tingkat keterbacaan merupakan salah satu aspek yang menentukan

apakah hasil terjemahan tersebut cukup mudah dibaca dan dimengerti

oleh pembacanya.

3. Wijaya melakukan penelitian yang berkaitan dengan kualitas

terjemahan, salah satunya keterbacaan. Penerjemahan buku-buku

Islam di Indonesia semakin marak dilakukan. Akan tetapi, kegiatan

penerjemahan tersebut belum seiring dengan kualitas buku terjemahan

yang dihasilkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Kecerobohan penerjemah, waktu penerjemahan (deadline) yang sangat

singkat, dan apresiasi yang diberikan kepada penerjemah yang masih

minim, merupakan sebagian faktor penyebabnya. Salah satu upaya

untuk memperbaiki iklim penerjemahan di Indonesia adalah adanya

pihak yang turut serta dalam mengontrol kualitas buku-buku

terjemahan. Dengan kontrol inilah tinggi rendahnya kualitas buku

terjemahan dapat diketahui. Sementara itu, mengontrol kualitas suatu

karya terjemahan itu dapat dilakukan dengan beragam cara, di

antaranya memberikan kritik atau penilaian. Kritik dalam arti

memberikan apresiasi dan penilaian secara objektif, mengoreksi

kekurangan dan kelebihan suatu karya terjemahan. Dari kritik itu pula

hubungan dialektik antara teori dan praktik dalam menerjemahkan

serta kriteria dan standar penilaian dapat diketahui.


4. Astuti melakukan penelitian di bidang terjemahan mengenai kolokasi.

Kolokasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh

penerjemah karena ketepatan dalam menerjemahkan kolokasi akan

mempengaruhi kualitas terjemahan yang dihasilkan. Kualitas

terjemahan itu sendiri dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu: ketepatan,

keberterimaan dan keterbacaan. Keberhasilan penerjemah dalam

menerjemahkan kolokasi tersebut sangat mempengaruhi tingkat

keterbacaan yang dihasilkan. Salah satu jenis kolokasi yang banyak

mendapat perhatian uintuk ketelitian dalam terjemahan adalah jenis

kolokasi verb + object. Terdapat dua faktor penyebab suatu kata

memiliki jangkauan kolokasi terbatas, yaitu tingkat ketidaklaziman dan

pengertian suatu kata. Karena kekhususan kolokasi ini, maka masalah

dan kesulitan dalam penerjemahan kolokasi disebabkan karena

beberapa hal: 1) pengaruh pola teks sumber yang „kuat‟, 2) salah

menginterpretasikan makna kolokasi B.Su, 3) pertentangan antara

keakuratan dan kealamiahan, 4) kolokasi khusus berdasarkan budaya,

5) kolokasi tidak lazim pada bahasa sumber.

5. Sundari mengatakan bahwa pilihan kata merupakan unsur yang

penting dalam penerjemahan. Salah memilih kata dalam penerjemahan

akan mengakibatkan kesalahan pesan yang disampaikan kepada

pembaca. Persoalan memilih kata sering dialami setiap penerjemah

sekalipun sudah berpengalaman. Kesulitan-kesulitan itu di antaranya

penentuan kata dengan bobot dan konotasi yang tepat, penyerapan

bahasa asing, atau pemilihan istilah atau ungkapan yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Untuk mengatasi kendala-

kendala tersebut diperlukan kemampuan berbahasa Indonesia, salah

satunya terampil memilih kata (diksi), sehingga terjemahannya dapat

berterima.

6. Wuryantoro fokus pada proses penerjemahan dan kualitas terjemahan

karya penerjemah tersumpah terhadap teks hukum dan teks ilmiah

bidang hukum dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui latar belakang, status

profesi dan pengalaman penerjemah tersumpah; 2) menganalisis

proses, strategi, dan teknik penerjemahan teks hukum dan teks ilmiah

bidang hukum dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia; 3)

menganalisis penyebab perbedaan proses, strategi, dan teknik

penerjemahan teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum; 4) mengukur

dan menganalisis kualitas terjemahan karya penerjemah tersumpah

pada tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan; 5)

menganalisis perbedaan kualitas terjemahan teks hukum dan teks

ilmiah bidang hukum; 6) menganalisis penyebab perbedaan kualitas

terjemahan teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum; dan 7)

menganalisis tanggapan pembaca terjemahan karya penerjemah

tersumpah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Data dalam penelitian ini adalah proses dan kualitas terjemahan

penerjemah tersumpah pada teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum

dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Data didapatkan melalui

kuesioner, wawancara, penugasan, observasi, dan simak catat. Sumber


data dalam penelitian ini adalah penerjemah tersumpah, pembaca

terjemahan serta teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum bahasa

sumber dan terjemahannya. hasil penelitian menunjukkan: (1)

penerjemah tersumpah yang menjadi subjek penelitian

berlatarbelakang pendidikan sarjana, magister dan doktor pada bidang

bahasa inggris, hukum dan kedokteran, berstatus penerjemah

profesional dan semi profesional, dan berpengalaman menerjemahkan

selama 5 s/d 17 tahun dengan berbagai bidang ilmu; (2) proses

penerjemahan terdiri dari 3 s/d 8 tahap, strategi penerjemahan ada 3 s/d

4 macam, dan teknik penerjemahan menggunakan (a) teknik

penerjemahan tunggal (66,67%), (b) teknik penerjemahan kuplet

(32,14%), dan (c) teknik penerjemahan triplet (1,19%); (3) lima faktor

yang menimbulkan perbedaan antara proses, strategi dan teknik

penerjemahan teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum, yaitu: (a)

persyaratan menjadi penerjemah, (b) tahapan proses penerjemahan, (c)

faktor personal, budaya dan linguistik, (d) fungsi bahasa dan tipologi

teks, dan (e) unsur penilaian penerjemahan; (4) kualitas terjemahan

penerjemah tersumpah: (a) tingkat keakuratan tinggi (85,66%), tingkat

keakuratan sedang (10,53%), tingkat keakuratan rendah (3,81%); (b)

tingkat keberterimaan tinggi (85,66 %), tingkat keberterimaan sedang

(9,44%), tingkat keberterimaan rendah (4,90%); dan (c) tingkat

keterbacaan tinggi (83,68%), tingkat keterbacaan sedang (10%),

tingkat keterbacaan rendah (6,32%); (5) perbedaan kualitas terjemahan

teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum adalah: (a) tingkat
keakuratan terjemahan teks hukum 2,35 % lebih tinggi dari teks ilmiah

bidang hukum, (b) tingkat keberterimaan terjemahan teks hukum

7,09% lebih rendah dari teks ilmiah bidang vi hukum, dan (c) tingkat

keterbacaan terjemahan teks hukum 0,74% lebih rendah dari teks

ilmiah bidang hukum; (6) penyebab perbedaan kualitas terjemahan

adalah faktor tipologi teks dan personal (sikap penerjemah); dan (7)

hasil tanggapan pembaca terjemahan menunjukkan: (a) pakar

penerjemahan pada tingkat keakuratan tinggi (87,11%), tingkat

keakuratan sedang (9,62%), tingkat keakuratan rendah (3,27%); (b)

pakar hukum pada tingkat keberterimaan tinggi (68,24%), tingkat

keberterimaan sedang (24,86%), tingkat keberterimaan rendah

(6,90%); (c) pakar bahasa indonesia pada tingkat keberterimaan tinggi

(86,39%), tingkat keberterimaan sedang (10,71%), tingkat

keberterimaan rendah (2,90%); dan (d) pembaca awam pada tingkat

keterbacaan tinggi (85,79%), tingkat keterbacaan sedang (7,89%), dan

tingkat keterbacaan rendah (6,32%).

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka pikir bertujuan untuk melihat alur pikir dari sebuah penelitian

apakah terarah atau tidak. Sutopo (2006) menyatakan bahwa tujuan dari kerangka

pikir adalah menggambarkan secara jelas bagaimana kerangka pikir yang akan

digunakan peneliti dalam mengkaji dan memahami permasalahan yang akan

diteliti.

Salah satu manfaat kerangka pikir ini adalah untuk menggambarkan secara

jelas dan empirik bagaimana pola pikir yang digunakan oleh seorang peneliti
dalam mengkaji dan memahami permasalahan yang terdapat dalam penelitian

tersebut.

Berikut ini diagram kerangka pikir dari peneliti:

Novel “Selasa Bersama


Tuesdays with
Morrie Morrie”

(BSu) (BSa)

verba to be dalam kalimat pada Tuesdays with Morrie


dan “Selasa Bersama Morrie”

Analisis Data

Variasi terjemahan Alasan penerjemahan Tingkat keterbacaan


verba to be: variasi verba to be verba to be
is,am,are,was,were,be,b
een,being.

Kesimpulan

Gambar 3. Diagram Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berupaya

memecahkan masalah berdasarkan pengalaman peneliti dan objek penelitiannya.

Metode kualitatif mencakup tahapan berpikir kritis ilmiah melalui pengamatan di

lapangan, menentukan metode dan teori serta menganalisis data. Diharapkan

penelitian kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini terfokus pada analisis produk yaitu novel berbahasa Inggris

Tuesdays with Morrie yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia; “Selasa

Bersama Morrie”. Data yang dikaji merupakan data kualitatif yang berwujud

variasi verba to be yang terdapat pada kalimat. Data tersebut kemudian

dideskripsikan dengan menganalisa, mengklasifikasi dan menilai keterbacaan dari

teks bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasarannya (BSa).

Sutopo (1996: 35) menyatakan, topik riset kualitatif diarahkan pada

kondisi asli subjek penelitian berada. Lebih lanjut Sutopo mengatakan, jenis

penelitian kualitatif menekankan pada deskripsi data, artinya data yang

dikumpulkan dalam penelitian jenis ini berupa kata-kata, kalimat atau gambar

yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hal ini


dikarenakan jenis penelitian ini mampu menangkap berbagai informasi kualitatif

dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, yang lebih berharga daripada sekedar

pernyataan jumlah atau pun frekuensi dalam bentuk angka.

3.2 Data dan Sumber Data

Data merupakan hasil pencatatan yang dilakukan oleh peneliti, dan

dijadikan sebagai dasar kajian (Sutopo, 2006). Data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi verba to be yang terdapat pada kalimat. Penelitian ini

dibatasi hanya pada verba to be yang berfungsi sebagai auxiliary verb baik finite

maupun non-finite dalam novel Tuesdays with Morrie karangan Mitch Albom

tahun 1999 (192 halaman) dan terjemahannya “Selasa Bersama Morrie” yang

diterjemahkan oleh Alex T.K Widodo tahun 2006 yang terdiri dari 209 halaman

dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumber data dapat berupa narasumber atau informan, peristiwa, aktivitas,

perilaku, tempat atau lokasi, benda, gambar, rekaman dan arsip (Sutopo, 2006: 56-

62). Pada penelitian ini sumber data adalah bab 1-15 dari keseluruhan novel

Tuesdays with Morrie yang memiliki total 32 bab, yang berbahasa Inggris dan

terjemahannya berbahasa Indonesia, “Selasa Bersama Morrie”. Pembatasan ini

dilakukan karena dianggap cukup dapat mewakili keseluruhan isi novel untuk

melihat bagaimana variasi terjemahan verba to be tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Nazir (2011: 174), pengumpulan data adalah prosedur sistematis

dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pembacaan langsung yakni

membaca kedua buah novel tersebut (versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia),
dan mencatat setiap verba to be yang terdapat pada kalimat serta

mengklasifikasikan semua verba to be yang muncul dan terjemahannya yang ada

dalam ke 15 bab tersebut. Variasi verba to be yang muncul pada novel BSu

diklasifikasikan mengikuti variasi verba to be untuk auxiliary verb yaitu is, am,

are, be, been, dan being.

3.4 Teknik Analisis Data

Sutopo (2006: 113) menyatakan bahwa ada tiga komponen utama dalam

analisis data meliputi:

1. Pengumpulan data: data yang dikumpulkan berupa verba to be yang

terdapat pada kalimat.

2. Reduksi data : data yang dimiliki disederhanakan

3. Penyajian data: melakukan penyusunan informasi yang memungkinkan

pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi.

4. Pada tahap akhir, verifikasi juga dilakukan yang merupakan proses

interpretasi, dan penetapan makna dari data yang tersaji dengan

pengelompokan.

Selanjutnya, analisis data ditujukan untuk menjawab semua masalah

dalam penelitian ini. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi verba to be yang terdapat pada kalimat pada novel

Tuesdays with Morrie dan pada novel terjemahnnya “Selasa Bersama

Morrie”.
2. Setelah itu, menganalisis bentuk terjemahan verba to be pada “Selasa

Bersama Morrie”, dan menganalisis alasan penerjemah mengapa

menerjemahkan verba to be seperti variasi tersebut.

3. Analisis berikutnya melihat tingkat keterbacaan pada novel versi bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan melakukan kuesioner.

Kuesioner disebarkan pada lima rater dengan tingkat pendidikan sarjana,

yang cukup baik dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam

kesehariannya. Selain itu, pemilihan rater juga disesuaikan dengan target

reader novel tersebut yakni pembaca usia dewasa.

3.5 Prosedur Penelitian

Secara umum, kegiatan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Peneliti melakukan persiapan antara lain menentukan objek

penelitian, memilih teks yang akan digunakan sebagai teks

penugasan, merumuskan masalah dan menyusun proposal.

2. Tahap pelaksanaan

Peneliti melakukan proses penelitian mulai dari pengumpulan data,

mencatat data yang diperoleh, menjawab permasalahan,

menganalisa data yang terkumpul dan membuat kesimpulan.

3. Penyusunan laporan

Hal ini mencakup penyusunan laporan penelitian, permohonan

ujian, pelaksanaan ujian dan penulisan laporan akhir revisi ujian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu: 1) Memaparkan variasi

terjemahan verba to be yang terdapat pada novel “Selasa Bersama Morrie” 2)

Melihat alasan yang melatarbelakangi penerjemah dalam memilih terjemahan

verba to be dan 3) Menunjukkan tingkat keterbacaan variasi terjemahan verba to

be tersebut.

4.1 Variasi Terjemahan Verba to be

Objek yang dianalisis pada penelitian ini adalah variasi terjemahan verba

to be dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia untuk melihat bentuk

terjemahan verba to be yang muncul dan membandingkannya dengan novel

terjemahannya di bahasa sasaran.

Variasi terjemahan verba to be yang terdapat pada kalimat dalam novel

terjemahan “Selasa Bersama Morrie” mencakup 102 verba to be. Variasi tersebut

terdiri “adalah” sebanyak 10 data (9,8%), “apakah” sebanyak 7 data (6,9 %), “nya”

sebanyak 4 data (3,9%), serta verba to be “yang tidak diterjemahkan” sebanyak

81 data (79,4 %). Berikut ini tabel yang menunjukkan klasifikasi terjemahan verba

to be:

Tabel 4.1 Klasifikasi Terjemahan Verba To be


No Variasi Terjemahan Jumlah dan
Verba To Be Persentase
Jumlah Persen
1 Adalah 10 9,8%
2 Apakah 7 6,9 %
3 Nya 4 3,9 %
4 Tidak diterjemahkan 81 79,4%
Total 102 100%

4.1.1 “Adalah”

Temuan data yang diperoleh untuk terjemahan “adalah” pada novel

“Selasa Bersama Morrie” sebanyak 10 (sepuluh) data. Pada penelitian ini,

persentasenya sebanyak 9,8% dari keseluruhan temuan data yang berjumlah 102

kalimat.

Berikut adalah tabel untuk hasil terjemahan verba to be yang

diterjemahkan menjadi “adalah”, dengan keterangan huruf “p” pada tabel

menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan

halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)

menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.

Tabel 4.2 Terjemahan Verba to be: adalah

No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)


1 I was the student. (p.2) Mahasiswa itu adalah aku.(h.4)
2 My dream was to be a famous Cita-citaku adalah menjadi pemusik
musician.(p.14) terkenal.(h.15)
3 His philosophy was the death Prinsip dasarnya adalah bahwa
should not be embarrassing; (p.21) kematian bukan sesuatu yang
membuat orang berkecil hati,...
(h.24)
4 The way you get meaning into your Satu-satunya cara agar hidup ini
life is to devote yourself to loving menjadi bermakna adalah
others, devote yourself to your mengabadikan diri untuk
community around you, and devote menyayangi orang lain,
yourself to creating something that mengabadikan diri bagi masyarakat
gives you purpose and di sekitar kita, dan mengabadikan
meaning.(p.43) diri untuk menciptakan sesuatu yang
member kita tujuan serta
makna.(h.46)
5 The most important thing in life is to Yang paling penting dalam hidup
learn how to give out love, and to adalah belajar cara memberikan
let it come in. (p.52) cinta kita, dan membiarkan cinta itu
datang.(h.55)
6 Their apartment was a dark, Tempat pemondokan mereka adalah
cramped, depressing place behind sebuah ruangan gelap, sempit dan
the candy store.(p74) menyesakkan di belakang toko
permen. (p78)
7 The idea was to get Morrie a Yang ada dalam benak sang ayah
job.(p77) adalah mencarikan pekerjaan bagi
Morrie.
8 The subject was death,… (p.80) Pokok bahasan kami adalah maut
atau kematian, … (p.85)
9 Love is so supremely important Cinta adalah sesuatu yang paling
(p.91) penting.(p.97)
10 Mitch, you are one of the good one. Mitch, kamu adalah salah satu
(p.4) diantara yang terbaik.(h.5)

Berikut ini adalah penjelasannya:

Data: 01 – adalah/TWM-h.2/SBM-h.4
BSu: I was the student.
BSa: Mahasiswa itu adalah aku.
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “adalah”.

Kalimat tersebut adalah jenis kalimat aktif dengan menggunakan tenses Past

Tense, menyatakan aktifitas yang terjadi atau dilakukan di masa lampau.

Sementara itu, dalam bahasa Indonesia tidak ada khusus verba to be seperti

dalam bahasa Inggris untuk menyatakan masa lamau, dan tidak mengharuskan

semua kalimat menggunakan kata “adalah” (jika dianggap kata “adalah” menjadi

kata padanan yang paling tepat untuk verba to be is), namun pada kalimat di atas

penerjemah memilih “adalah” sesuai makna kata was yang terdapat pada kamus.

Data: 02 – adalah/TWM-h.14/SBM-h.15
BSu: My dream was to be a famous musician.
BSa: Cita-citaku adalah menjadi pemusik terkenal
Pada kalimat di atas, verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”,

untuk kalimat yang menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan

Past Tense.

Data: 03 – adalah/TWM-h.21/SBM-h.24
BSu: His philosophy was the death should not be
embarrassing,…
BSa: Prinsip dasarnya adalah bahwa kematian bukan
sesuatu yang membuat orang berkecil hati…
Pada kalimat di atas, verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”,

untuk kalimat yang menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan

Past Tense.

Data: 04 – adalah/TWM-h.43/SBM-h.46
BSu: The way you get meaning into your life is to devote
yourself to loving others…
BSa: Satu-satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna
adalah mengabdikan diri untuk menyayangi orang lain …
Pada kalimat di atas, verba to be is juga diterjemahkan menjadi “adalah”,

untuk kalimat yang menyatakan aktifitas di saat ini, yaitu menggunakan Present

Tense.

Data: 05 – adalah/TWM-h.52/SBM-h.55
BSu: The most important thing in life is to learn how to
give out love, and to let it come in.
BSa: Yang paling penting dalam hidup adalah belajar cara
memberikan cinta kita, dan membiarkan cinta itu datang.
Pada kalimat di atas is juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk

kalimat yang menyatakan aktifitas di masa sekarang, yaitu menggunakan Present

Tense.
4.1.2 “Apakah”

Temuan data yang diperoleh pada novel “Selasa Bersama Morrie”

sebanyak 7 (tujuh) data untuk verba to be yang diterjemahkan menjadi “apakah”.

Dalam “Kamus Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia” yang disusun oleh Shadily

dan Echols, verba to be diterjemahkan menjadi “apakah”, dengan ketentuan jika

kalimat tersebut adalah kalimat tanya yang dimulai dengan verba to be (bukan

kata tanya 5W-1H). Persentasenya sebanyak 6,9% dari keseluruhan temuan data

yang berjumlah 102 kalimat.

Berikut adalah tabel untuk hasil terjemahan verba to be yang

diterjemahkan menjadi “apakah”, dengan keterangan huruf “p” pada tabel

menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan

halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)

menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.

Tabel 4.3 Terjemahan Verba To be: apakah

No Tuesdays with Morrie (BSu) “Selasa Bersama Morrie” (BSa)


1 Is it terminal?(p.7) Apakah ini mematikan?(h.9)
2 Are you okay with that? (p.11) Apakah kamu keberatan?(h.13)
3 Am I going to withdraw from the Apakah aku akan menarik diri dari
world, like most people dunia, sebagaimana diperbuat oleh
do,…?(p.21) kebanyakan orang,?(h.23)
4 Is this what comes at the end, I Apakah ini yang akan terjadi pada
wondered?(p.51) akhirnya, tanyaku dalam hati?(h.53)
5 Is today the day I die? (p.81) Apakah hari ini hari kematianku?
(p.87)
6 Is the tape on? (p.103) Apakah alat perekam sudah
dinyalakan? (p.109)
7 What is it? (p.7) Apakah penyakit saya?(h.9)
Berikut adalah penjelasannya:

Data: 01 – apakah/TWM-h.7/SBM-h.9
BSu: Is it terminal?
BSa: Apakah ini mematikan?

Pada kalimat tersebut, verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba

to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola

kalimat tanya dengan verba to be ini telah sesuai dengan bahasa Inggris.

Terjemahannya menjadi “apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang

berusaha agar hasil terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat

pada bahasa sumber (BSu).

Data: 02– apakah/TWM-h.11/SBM-h.13


BSu: Are you okay with that?
BSa: Apakah kamu keberatan?

Pada kalimat tersebut, verba to be are diterjemahkan menjadi apakah.

Verba to be pada kalimat ini juga berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat

tanya.

Data: 03– apakah/TWM-h.21/SBM-h.23


BSu: Am I going to withdraw from the world, like most
people do,…?(p.21)
BSa:Apakah aku akan menarik diri dari dunia,
sebagaimana diperbuat oleh kebanyakan orang,?

Pada kalimat tersebut, verba to be am diterjemahkan menjadi apakah.

Verba to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya.
4.1.3 “Nya”

Temuan data untuk kalimat dengan terjemahan verba to be menjadi “nya”

yang diperoleh pada novel “Selasa Bersama Morrie” sebanyak 4 (empat) data.

Persentasenya sebanyak 3,9 % dari keseluruhan temuan data yang berjumlah 102

kalimat. Berikut adalah tabel untuk hasil terjemahan verba to be yang

diterjemahkan menjadi “nya”, dengan keterangan huruf “p” pada tabel

menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan

halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)

menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.

Tabel 4.4 Terjemahan Verba To be: nya

No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)


1 The subject was The Meaning of Life. Judulnya makna hidup.(h.2)
(p.1)
2 It was taught from experience.(p.1) Bahan-bahannya digali dari
pengalaman.(h.2)
3 The last lecturer was very brief, only a Ceramah terakhirnya singkat,
few words. (p.1) Cuma beberapa patah kata.(h.2)
4 He was eight years old. (p72) Usianya delapan tahun.(p77)

Berikut penjelasannya:

Data: 01-nya/TWM-h-1/ SBM-h2


BSu: The subject was The Meaning of Life.
BSa: Judulnya makna hidup
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “nya”,

padahal fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata

tunjuk dari nominal.


Data: 02-nya/TWM-h-1/ SBM-h2
BSu: It was taught from experience.
BSa: Bahan-bahannya digali dari pengalaman.
Pada kalimat di atas, verba to be was juga diterjemahkan menjadi “nya”,

padahal fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata

tunjuk nominal.

4.1.4 “Tidak Diterjemahkan”

Dikarenakan bahasa yang berbeda, maka ada kalanya verba to be yang

terdapat dalam kalimat pada bahasa sumber (BSu) yaitu bahasa Inggris, tidak

dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (BSa) yang dalam hal ini

adalah bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, temuan data untuk verba to be

yang “tidak diterjemahkan” pada novel “Selasa Bersama Morrie” sebanyak 81

(delapan puluh satu) data. Persentasenya sebanyak 79,4% dari keseluruhan

temuan data yang berjumlah 102 kalimat.

Berikut adalah tabel untuk hasil terjemahan verba to be yang”tidak

diterjemahkan / terjemahan kosong ()”, dengan keterangan huruf “p” pada tabel

menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan

halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)

menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.

Tabel 4.5 Terjemahan Verba to be: Tidak diterjemahkan

No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)


1 No grades were given, but there Kuliah itu tak diberi nilai, tetapi
were oral exams each week. (p.1) setiap minggu ada ujian lisan.
2 You were expected to respond to Kita diharapkan dapat menjawab
question, and you were expected to semua pertanyaannya, begitu pula
pose question of your own. (p.1) kita diharapkan dapat mengajukan
pertanyaan.
3 A funeral was held in lieu of Upacara wisuda diganti dengan
graduation.(p.1) upacara pemakaman.
4 When the ceremony is over, we Maka ketika upacara usai, serentak
throw our caps in the air, we are kami melemparkan tutup kepala kami
officially graduated from college, ke udara, sebagai ungkapan rasa
the senior class of Brandeis gembira karena secara resmi telah di
university in the city of Waltham, wisuda menjadi sarjana, dari
Massachusetts. (p.3) Brandeis University di kota Waltham,
Massachusetts.
5 He had always been a dancer, my Professor tua itu seorang penggemar
old professor. (p.5) dansa. (p.5)
6 I am taller than he is, and when he Karena lebih jangkung, aku menjadi
holds me, I feel awkward, older, as kikuk, merasa tua, seolah-olah
if I was the parent and he was the keadaan menjadi terbalik, aku yang
child. (p.4) lebih tua dan ia yang menjadi anak.
7 When he steps back, I see that he is Ketika melepas pelukannya, kulihat
crying. (p.4) ia menangis.
8 No one there knew he was a Tak seorang pun disana tahu Pak tua
prominent doctor of sociology, with itu seorang doctor Sosiologi yang
years of experience as a college sangat mempuni, dengan pengalaman
professor and several well- bertahun-tahun sebagai mahaguru
respected books. (p.5) dan sejumlah karya tulis yang sangat
disegani.
9 One day he was walking along the Pada suatu hari ketika sedang
Charles River, and a cold burst of berjalan-jalan di tepi sungai Charles,
wind left him choking for air.(p.6) angin dingin yang menerpanya
membuatnya mendadak seperti
tercekik.
10 He was rushed to the hospital and Segera ia dilarikan ke rumah sakit
injected with Adrenalin. (p.6) dan dokter menyuntiknya dengan
Adrenalin.
11 He was in his seventies by this Waktu itu usianya tujuh puluhan,…
point, … (p.6) (p.6)
12 We’re not sure. Your times are Kami belum yakin. Reaksi anda
slow.(p.7) lambat.
13 There was no known cure.(p.7) Belum ditemukan obat penyakit ini
14 Yes, you are, the doctor said. I’m Ya, kata dokter. Maaf
very sorry.(p.7)
15 ALS is like a lit candle; it melts ALS dapat dipadankan dengan
your nerves and leaves your body a sebatang lilin yang menyala; api
pile of wax. (p.9) membakar sumbunya dan yang
tersisa hanya seonggok lilin.
16 Morrie’s knew it was less.(p.10) Morrie sendiri tau ia tak akan selama
itu.
17 The cane was exchanged for a Setelah itu tongkat diganti dengan
walker.(p.11) sebuah alat bantu berjalan.
18 But Morrie was not like most of us. Akan tetapi Morrie tidak seperti
(p.11) kebanyakan kita.
19 He was using a wheelchair now, Sekarang ia menggunakan sebuah
and he was fighting time to say all kursi roda, dan ia merasa waktunya
thing he wanted to say to all the tinggal sedikit sekali untuk
people he loved.(p.12) menyampaikan semua yang ingin
disampaikannya kepada semua orang
yang dicintainya.
20 Accept what you are able to do and Terima apapun yang sanggup kau
what you are not able to do.(p.18) kerjakan dan apapun yang tak
sanggup kau kerjakan.
21 Next thing you knew, there were Selanjutnya, seperti yang Anda
cameramen in Morrie’s living room ketahui, beberapa kamerawan mulai
and Koppel’s limousine was in bekerja di ruang tengah tempat
front of the house. (p.19) tinggal Morrie, dan itulah sebabnya
limusin Koppel diparkir di depan
rumahnya.
22 There was an awkward moment of Suasana menjadi hening dan agak
silence, then the two men were kikuk, namun kedua orang itu dengan
ushered into the study. (p.19) tenang masuk ke dalam ruang baca.
23 They were close to his heart, Mereka selalu ada dalam hatinya,
weren’t they?(p.20) benarkah?
24 Koppel was uncomfortable.(p.20) Koppel tampak kikuk.
25 I thought you were a Menurutku anda seorang narsisis.
narcissist.(p.21)
26 So far, I’ve been able to do it.(p.22)
Sejauh ini, aku masih mampu.
27 Will I be able to continue?(p.22) Apakah aku akan terus mampu?
28 I have never been asked this by a Belum pernah ada guru yang
teacher.(p.24) mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadaku.
29 I was talking to a TV producer Aku sedang berbicara dengan seorang
about a piece we were doing.(p.26) produser televisi mengenai suatu
proyek.
30 All right, I’ll be your coach. And Baiklah, aku akan menjadi pelatihmu.
you can be my player.(p.31) Dan kau akan menjadi pemainku.
31 I’m visiting with my old pal Aku sedang bersama sahabat lamaku.
now.(p.33)
32 Had it not been for “nightline,” Kalau bukan karena kebetulan
Morrie might have died without menangkap siaran yang
ever seeing me again.(p.33) menayangkan acara nightline,
barangkali Morrie akan
meninggalkan dunia ini tanpa pernah
melihatku lagi.
33 I squirmed, wanting to show I had Aku malu, ingin menunjukkan betapa
been grappling deeply with such aku pernah berusaha mendalami
question.(p.34) pertanyaan-pertanyaan macam itu.
34 Instead, I had been in Detroit for Aku tinggal di Detroit, sudah sepuluh
ten years now, at the same tahun, bekerja di tempat yang sama,
workplace, using the same bank, menggunakan bank yang sama, pergi
visiting the same barber.(p.34) bercukur ke tempat yang sama.
35 But his passion for books is real Akan tetapi gairahnya terhadap buku
and contagious.(p.39) nyata dan menular.
36 This is because they’re chasing the Ini karena mereka memburu sasaran
wrong things.(p.43) yang salah.
37 We’re going to fight until we Kita akan berjuang sampai menang!
win!(p.44)
38 You’re coming to visit me, he said, Kau akan datang ke mari, katanya,
less a question than a lebih sebagai sebuah pernyataan
statement.(p.45) ketimbang pertanyaan.
39 He warns me that money is not like Ia mengingati aku bahwa uang bukan
the most important thing, contrary yang paling penting, berlawanan
to the popular view on dengan pandangan popular di kampus
campus.(p.46) itu.
40 I want to hug him, to thank him for Aku ingin memeluknya, berterima
saying that, but I am not that kasih karena mengatakannya, tetapi
open.(p.47) aku tidak seterbuka itu.
41 Because it’s the ultimate sign of Karena itu tanda ketergantungan yang
dependency.(p.49) sangat menyeluruh.
42 But I’m working on it.(p.49) Tapi aku sedang bersiap diri
menerima keadaan itu.
43 I’m trying to enjoy the Aku akan berusaha menikmati proses
process.(p.49) situ.
44 But, it’s hard to explain, Tapi, yang satu ini sulit diterangkan,
Mitch.(p.50) Mitch.
45 Now that I’m suffering, I feel closer Sekarang, karena aku sedang
to people who suffer than I ever did menderita, aku merasa lebih akrab
before.(p.50) dengan orang-orang yang menderita,
perasaan yang sebelumnya tidak
sekuat ini.
46 Maybe death is the great equalizer, Mungkin kematian semacam
the one big thing that can finally equalizer besar, sesuatu yang
make strangers shed a tear for one akhirnya sanggup membuat
another.(p.51) seseorang menitikkan air mata atau
penderitaan orang lain yang betul-
betul asing baginya.
47 I am not bothered by the Aku tidak merasa terganggu oleh
silence.(p.54) keheningan itu.
48 For all the noise I make with my Untuk semua kebisingan yang kubuat
friends, I am still not comfortable bersama teman-temanku, aku belum
talking about my feeling in front of terbiasa mengungkapkan perasaanku
others-especially not di depan orang lain- terutama teman
classmates.(p.54) sekelasku.
49 A little each morning, a few tears, Setiap pagi kubiarkan diriku
and that is all. (p57) menangis sedikit, tapi hanya itu.
(p62)
50 It’s horrible to watch my body Memang ngeri menyaksikan
slowly wilt away to nothing. (p57) bagaimana tubuhku perlahan-lahan
kehilangan fungsinya. (p62)
51 There were sporting events each Banyak peristiwa olahraga yang
night that I would have gone to semestinya dapat kuliput.
cover.
52 Had he been able to stand, he’d Andaikata ia dapat berdiri tingginya
have been no more than five feet tidak akan lebih dari satu setengah
tall, he’d probably have fit into a meter, dan celana yang pas baginya
sixth grader’s jeans. (p48) mungkin celana untuk seorang anak
kelas enam Sekolah Dasar. (p51)
53 In fact, Tuesday had always been Sesungguhnyalah, Selasa selalu
our day together. (p51) menjadi hari kebersamaan kami.
(p55)
54 Most of my courses with Morrie Kebanyakan kuliah yang diberikan
were on Tuesday, he had office Morrie berlangsung pada hari Selasa,
hours on Tuesday. (p51) ia menerima mahasiswa dikantornya
setiap selasa. (p55)
55 He was spending less and less time Ia terus mengurangi waktunya untuk
in the kitchen or living room and berada di dapur atau diruang tengah
more in his study. (p56) dan lebih banyak berada diruang
kerja. (p60)
56 What if today were my last day on Bagaimana andaikata hari ini menjadi
earth? (p64) hari terakhirku di muka bumi? (p68)
57 There was no feeling-out process, Mereka tak usah saling mengukur,
no interview before the interview. tak usah saling curiga.
(p69)
58 He was not waving his hands to Setiap kali ia ingin menegaskan
make a point as freely as he had in sesuatu dengan melambaikan
their first conversation. (p70) tangannya, geraknya tidak sebebas
dalam wawancara yang pertama.
(p74)
59 It was such a simple answer that Itulah antara lain jawaban sederhana
Koppel had to smile. (p70) yang membuat Koppel tersenyum.
(p74)
60 They had been together at Brandeis Mereka telah berkarya bersama di
since the early sixties. (p70) Brandeis sejak awal tahun enam
puluhan. (p74)
61 Since the first “Nightline” Sejak acara Nightline yang terdahulu
program, there had been a great ia menerima surat banyak sekali.
deal of mail.(p71) (p75)
62 What else is there? ,… (p.76) Ada lagi?, … (p.81)
63 The kids in the neighborhood were Anak-anak disekitar situ baru
going off to school, and as the berangkat ke sekolah, dan ketika
passed, Morrie looked down.(p72) mereka lewat Morrie memandangi
mereka. (p77)
64 He worked in the fur business, but Ia seorang pekerja lepas di pabrik
was constantly out of a job.(p74) pengolahan kulit hewan berbulu
tebal, tetapi sering tidak kebagian
pekerjaan.(p78)
65 Uneducated and barely able to Karena tidak berpendidikan dan
speak English, he was terribly hampir tak mampu berbahasa inggris,
poor, and the family was on public dia miskin sekali, sehingga
assistance much of the time.(p74) keluarganya sering hanya bergantung
pada santunan social dari negara.
(p78)
66 The fresh air might be good for the Udara segar mungkin baik bagi anak-
children, the relatives anak ini demikian pikir para kerabat
thought.(p74) mereka.
67 She talked when her new husband Ia bicara meskipun suaminya diam
was silent, she sang songs to the saja, dan ia menyanyi untuk anak-
children at night.(p76) anak pada malam hari.
68 There was no escaping their Namun kemiskinan tak pernah
poverty, however. (p76) meninggalkan mereka.
69 There was one about a girl trying Ada sebuah lagu tentang seorang
to sell her cigarettes. (p76) anak perempuan yang mencoba
menjual rokok.
70 Still, despite their circumstances, Kendati dalam situasi seperti itu,
Morrie was taught to love and to Morrie diajarin tentang cinta dan
care. (p77) kasih sayang.
71 Incredibly, Morrie had been told by Diluar dugaan, Morrie diminta
his father never to talk about her. ayahnya untuk tidak pernah bicara
(p77) lagi tentang ibunya.
72 It was a terrible burden to Ini beban yang berat sekali bagi
Morrie.(p77) Morrie.
73 The room was dark and hot, the Ruangan itu gelap dan panas,
windows covered with filth, and the jendelanya penuh dengan kotoran dan
machines were packed tightly sarang laba-laba, mesin-mesin
together, churning like train dipasang berdempetan dengan bunyi
wheels.(p77) gemuruh seperti bunyi roda kereta
api.
74 This, for Morrie, was a Bagi Morrie ini justru sebuah berkah.
blessing.(p78)
75 It was only thought default that the Bukan suatu kebetulan bila orang ini
best professor I ever had became a belakangan menjadi guruku.
teacher.(p78)
76 Everyone knows they’re going to Setiap orang tahu mereka akan mati
die, but nobody believes it. (p80) tapi tak seorangpun percaya itu bisa
terjadi dalam waktu dekat.(p85)
77 He was in a businesslike mood this Suasana hatinya sedang seperti orang
Tuesday. (p80) bisnis pada Selasa ini. (p85)
78 Without love, we are birds with Tanpa cinta, kita laksana burung yang
broken wings.(p.92) sayapnya patah. (p.97)
79 I am okay.(p.106) Aku tidak apa-apa. (p.112)
80 And this is where detachment Dan pada saat seperti inilah aku perlu
comes in (p.106) mematikan rasa (p.113)
81 This is my moment.(p.106) Inilah saatku.(p.113)
Berikut adalah penjelasannya:

Data: 01-tidak diterjemahkan/TWM-h.1/SBM-h.2


BSu: No grades were given,....
BSa: Kuliah itu tak diberi nilai,…
Pada kalimat di atas, verba to be were tidak diterjemahkan. Pada bahasa

sumbernya (BSu), kalimat tersebut merupakan kalimat pasif (Passive Voice).

Verba to be were tidak diterjemahkan langsung secara harfiah dengan alasan agar

tercipta kalimat yang sesuai dengan bahasa sasaran (BSa). Dapat dilihat

persamaan bahwa pada BSu dan BSa, pola kalimat yang digunakan adalah kalimat

pasif.

Data: 02- tidak diterjemahkan/TWM-h.1/SBM-h.2


BSu: You were expected to respond to question and you
were expected to pose question of your own. (p.1)
BSa: Kita diharapkan dapat menjawab semua
pertanyaannya, begitu pula kita diharapkan dapat
mengajukan pertanyaan.
Pada Data.02 di atas, verba to be were tidak diterjemahkan sesuai arti

yang terdapat pada kamus. Kalimat tersebut memiliki dua verba to be were yang

menandakan kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang juga ditandai

dengan kehadiran kata penghubung and. Kalimat di atas juga berpola kalimat

pasif pada bahasa sumber dan sasaran.

Data: 03- tidak diterjemahkan/TWM-h.1/SBM-h.2


BSu: A funeral was held in lieu of graduation.
BSa: Upacara wisuda diganti dengan upacara pemakaman.
Pada Data.03 di atas, verba to be was tidak diterjemahkan sesuai arti yang

terdapat pada kamus. Kalimat di atas juga merupakan kalimat pasif di bahasa

sumber dan juga di bahasa sasaran.

Data: 81-terjemahan kosong/TWM-h.106/SBM-h.113


BSu: This is my moment.
BSa: Inilah saatku.
Pada Data.81 di atas, verba to be are tidak diterjemahkan sesuai arti yang

terdapat pada kamus, padahal berdasarkan arti pada kamus dapat diartikan

“adalah”. Namun penerjemah memilih tidak meletakkan “adalah” dengan tujuan

agar terhindar dari kekakuan kalimat. Kalimat di atas merupakan kalimat aktif.

4.2 Alasan Penerjemahan Verba To Be

Setelah melihat temuan data, maka yang selanjutnya dilakukan adalah

menganalisis alasan yang melatarbelakangi penerjemah dalam menerjemahkan

verba to be pada novel tersebut. Beberapa alasan penerjemah dalam memilih kata

“adalah”, “apakah”, “nya” dan “tidak diterjemahkan” ketika berhadapan dengan

verba to be yang terdapat pada kalimat, di antaranya:

1. Terjemahan tersebut disesuaikan dengan padanan kata verba to be pada isi

kamus bahasa Inggris – Bahasa Indonesia.

2. Terjemahan tersebut disesuaikan dengan bahasa sumber (BSu) dan bahasa

sasaran (BSa) yang berbeda.

3. Terjemahan tersebut dipilih untuk memperhalus bahasa novel di bahasa

sasaran (BSa) agar bahasa di novel terjemahan tidak terkesan kaku dan

enak dibaca sehingga tidak terlihat kesenjangan yang nyata antara novel

berbahasa sumber dengan novel di bahasa sasaran.


4. Dari novel terjemahan tersebut dapat dilihat bahwa penerjemah memahami

pada kedua bahasa, sehingga mengubah segala sesuatu yang perlu diubah

dari BSu ke dalam BSa dengan tegas tanpa menambah atau mengurangi

kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih buruk atau lebih

indah sekalipun.

5. Penerjemah mementingkan makna, bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa

hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson dalam

penerjemahan berdasarkan makna (1984: 2).

6. Pemilihan kata “adalah”, “apakah”, “nya”, dan menerjemahkan verba to be

sama sekali; dilakukan penerjemah demi terjaganya fungsi komunikatif

dari bahasa, sehingga walaupun terkesan kurang benar menurut bahasa

baku bahasa Indonesia, terjemahan tersebut sudah cukup baik sesuai

fungsi bahasa serta jenis bahasa tulisan pada novel yang baik.

4.3 Tingkat Keterbacaan Verba to be

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan jasa lima (5) orang

rater untuk melihat tingkat keterbacaan dari terjemahan verba to be yang terdapat

pada novel terjemahan “Selasa Bersama Morrie”. Kelima rater tersebut

merupakan mahasiswa pascasarjana karena dianggap menguasai dengan baik

bahasa Indonesia, selain itu juga dengan mempertimbangkan bahwa novel

tersebut diperuntukkan kepada target reader berusia dewasa. Penilaian ini

dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 102 data

untuk dinilai tingkat keterbacaannya. Seperti tertulis sebelumnya, terjemahan

verba to be yang terdapat pada novel “Selasa Bersama Morrie” di antaranya;

“adalah”, “apakah”, “nya”, dan yang “tidak diterjemahkan”


Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil dari kuesioner yang

disebar kepada rater mengenai terjemahan verba to be yang terdapat pada novel

terjemahan “Selasa Bersama Morrie”.

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Tingkat Keterbacaan


No Tingkat Variasi Terjemahan Angka Persentase
Keterbacaan To Be (%)
1 Tinggi Tidak diterjemahkan/terjemahan 917 79,32
kosong
2 Sedang Adalah – apakah 108 9,35
82 7,09
3 Rendah Nya 49 4,24
Total 1.156 100

Angka yang tertulis pada kolom di atas, merupakan hasil dari penjumlahan

dari keseluruhan skor yang diberikan oleh para rater dalam menilai tingkat

keterbacaan masing-masing verba to be yang terdapat pada kalimat. Dari tabel di

atas, dapat dilihat jika tingkat keterbacaan tinggi ada pada kalimat dengan verba

to be yang “tidak diterjemahkan” yaitu sebanyak 79,32 %. Selanjutnya, diikuti

oleh tingkat keterbacaan sedang untuk verba to be yang diterjemahkan menjadi

“adalah” dan “apakah” yaitu sebanyak 9,35% dan 7,09%, dan yang terakhir di

posisi keterbacaan rendah adalah 4,24% untuk verba to be yang diterjemahkan

menjadi “nya”.

Dikarenakan perbedaan bahasa sumber (BSu) dengan bahasa sasaran

(BSa), serta dipengaruhi tingkat kemampuan rater dalam berbahasa, maka tingkat

keterbacaan per kalimat, dari masing-masing kuesioner hasilnya juga bervariasi.

Untuk selanjutnya dapat dilihat pada bab pembahasan.


BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya telah ditampilkan hasil penelitian yang meliputi

bentuk-bentuk terjemahan verba to be yang terdapat dalam novel terjemahan

Tuesdays With Morrie yaitu “Selasa Bersama Morrie”. Selain itu, juga telah

dipaparkan bentuk terjemahan verba to be yang terdapat pada novel beserta

beberapa alasan yang melatarbelakangi penerjemah dalam memilih terjemahan

verba to be yang sesuai. Berikut ini adalah pembahasan dari hasil dari penelitian

tersebut.

5.1 “Adalah”

Pada bahasa Indonesia, kata „adalah” merupakan bagian dari verba

kopulatif yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa mengubah

konstruksi kalimat yang bersangkutan (Alwi, 2003). Dalam kamus “Bahasa

Inggris – Bahasa Indonesia” yang disusun oleh Shadily dan Echols, verba to be

diterjemahkan (salah satunya) menjadi “adalah”. Dalam Bahasa Indonesia,

penggunaan kata “adalah” terkadang digunakan agar kalimat yang ingin

disampaikan itu efektif dan komunikatif.

Berikut adalah beberapa dari pemakaian kata “adalah” dalam tata bahasa

Indonesia:

1. Menyatakan makna identik /serupa

Contoh: Pancasila adalah falsafah bangsa Indonesia.

2. Menyatakan sama maknanya dengan


Contoh: Desember adalah bulan kedua belas.

3. Menyatakan hal yang termasuk dalam kelompok/golongan

Contoh: Saya adalah pengagum Ki Hajar Dewantara.

Kata “adalah” juga dapat mengalami pelesapan ketika berdampingan

dengan predikat, sebab pada suatu kalimat nominal kata “adalah” dapat menjadi

pemisah antara S (subjek) dan P (predikat) (Ramlan, 1995).

Seperti pada data 01 – adalah/TWM-h.2/SBM.h-4.

BSu: I was the student.


BSa: Mahasiswa itu adalah aku.
S P

Dalam bahasa Indonesia, susunan kalimat di atas sudah sesuai. Namun

demikian, dalam bahasa Indonesia juga terdapat pelesapan predikat. Kata “adalah”

pada kalimat di atas merupakan predikat yang dapat dilesapkan atau dihilangkan

dari kalimat namun tidak akan mengubah makna kalimat, seperti kalimat berikut:

Mahasiswa itu aku.


S P

Kalimat di atas juga sesuai dalam aturan bahasa Indonesia, dengan

pelesapan predikat. Namun penerjemah tetap menggunakan kata “adalah” di hasil

terjemahannya kemungkinan untuk menegaskan posisi “aku” sebagai

“mahasiswa”; hal itu sesuai dengan fungsi kata “adalah” dalam bahasa Indonesia

untuk menyatakan golongan atau termasuk dalam kelompok tertentu (dalam

konteks kalimat ini maksudnya adalah kelompok “mahasiswa”)

Ketika penerjemah memilih padanan kata “adalah” dalam menerjemahkan

verba to be, hal ini dipengaruhi oleh makna yang sesuai dengan yang terdapat

dalam Kamus Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia. Selain itu juga dipengaruhi
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran yang mengategorikan kata “adalah” ke

dalam verba kopulatif yang dapat dihilangkan dalam kalimat tanpa mengubah

makna kalimat, serta peran “adalah” yang menjadi predikat dalam kalimat dengan

bahasa Indonesia, memungkinkan kata “adalah” sering muncul dalam bahasa

Indonesia menjadi terjemahan dari verba to be bahasa Inggris sebagai bahasa

sumber. (Alwi, 2003).

Berikut adalah tabel yang memuat data dengan tingkat keterbacaan

masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi

oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima

kuesioner yang telah dijumlahkan kelimanya kemudian dibagi lima sehingga

didapatlah nilai rata-rata seperti yang tertulis pada tabel.

Tabel 5.1 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Adalah

No Selasa Bersama Morrie Nilai


1 Mahasiswa itu adalah aku. 2,2
2 Cita-citaku adalah menjadi pemusik terkenal. 2,2
3 Prinsip dasarnya adalah bahwa kematian bukan sesuatu 1,6
yang membuat orang berkecil hati; dia bahkan menolak
ketika hidungnya akan dibedaki.
4 Satu-satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna 2
adalah mengabadikan diri untuk menyayangi orang lain,
mengabadikan diri bagi masyarakat di sekitar kita, dan
mengabadikan diri untuk menciptakan sesuatu yang
member kita tujuan serta makna.
5 Yang paling penting dalam hidup adalah belajar cara 2,4
memberikan cinta kita, dan membiarkan cinta itu datang.
6 Tempat pemondokan mereka adalah sebuah ruangan 1,8
gelap, sempit dan menyesakkan di belakang toko permen.
(p78)
7 Yang ada dalam benak sang ayah adalah mencarikan 2,6
pekerjaan bagi Morrie.
8 Pokok bahasan kami adalah maut atau kematian,.. (p.85) 2,4
9 Cinta adalah sesuatu yang paling penting.(p.97) 2,4
10 Mitch, kamu adalah salah satu diantara yang terbaik. 2
Keterangan: Nilai yang tertulis di kolom sebelah kanan
adalah nilai rata-rata setiap kalimat yang telah dinilai
keterbacaannya oleh lima orang rater. Kelima nilai
tersebut dijumlahkan, dibagi lima, kemudian diperolehlah
nilai keterbacaan setiap kalimat.
Nilai rata-rata 2,3
Keterangan: Nilai rata-rata akhir (2,3) adalah hasil dari
penjumlahan seluruh nilai dari masing-masing kalimat
yang kemudian dibagi dengan jumlah kalimat.

Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to

be diterjemahkan menjadi “adalah” yaitu 2,3. Skala tertinggi untuk tingkat

keterbacaan pada penelitian ini adalah 3, maka kalimat-kalimat dengan verba to

be yang diterjemahkan menjadi “adalah” memiliki tingkat keterbacaan sedang.

5.2 “Apakah”

Chaer (2009) mengatakan, kalimat interogatif atau kalimat tanya dalam

bahasa Indonesia diawali dengan kata tanya, salah satunya yakni kata tanya “apa”.

Namun adakalanya terdapat penambahan partikel “kah” pada kata tanya “apa”

sehingga menjadi “apakah”. Contohnya:

(1) Apakah pejabat itu ditahan KPK?

(2) Apakah suaminya guru SMP?

Dalam bahasa Indonesia, kata tanya “apakah” berfungsi untuk

menanyakan benda. Contohnya: “Apakah yang kamu bawa?” “Saya membawa

durian.” Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah durian. Durian adalah benda.

Namun pada bahasa sumber (BSu), verba to be tidak hanya digunakan untuk

menanyakan suatu benda, tapi juga dikenal pola kalimat tanya (interrogative) yes-

no question yaitu pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban yes atau no (iya

atau tidak).
Kata “apakah” merupakan kata tanya yang termasuk kata dasar turunan

(kata dasar yang diturunkan dari bentuk dasarnya seperti apabila, apakah,

bagaimana, dan lain-lain). Kata tanya “apakah” juga berfungsi untuk: (1)

menanyakan kata benda bukan manusia, (2) menanyakan ungkapan yang

jawabannya mungkin berlawanan, (3) mengukuhkan sesuatu yang diketahui

pembicara, (4) kalimat retoris (Alwi, 2003).

Seperti pada data 02-apakah/TWM-h.11/SBM-h.13:

BSu: Are you okay with that?

BSa: Apakah kamu keberatan?

Verba to be yang terdapat pada kalimat-kalimat di atas merupakan to be

yang berfungsi sebagai kata tanya pada kalimat tanya yang berpola yes-no

question. Pada kalimat di atas, verba to be are diterjemahkan menjadi “apakah”.

Verba to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat

Tanya berpola yes-no question yang telah sesuai dengan bahasa Inggris.

Terjemahannya menjadi “apakah” juga telah dipadankan dengan bahasa Indonesia

dengan pola kalimat tanya yang fungsinya di sini adalah sebagai penegas untuk

jawaban “ya atau tidak”. Demikian juga dengan ketiga data lainnya yang terdapat

pada penelitian ini.

Data: 03– apakah/TWM-h.21/SBM-h.23


BSu: Am I going to withdraw from the world, like most
people do,…?(p.21)
BSa:Apakah aku akan menarik diri dari dunia,
sebagaimana diperbuat oleh kebanyakan orang,?
Data: 01 – apakah/TWM-h.7/SBM-h.9
BSu: Is it terminal?
BSa: Apakah ini mematikan?

Ketika penerjemah memilih padanan kata “apakah” dalam menerjemahkan

verba to be, hal ini dipengaruhi oleh bahasa yang berbeda. Jenis kalimat yang

meletakkan verba to be di awal kalimat tanya dalam bahasa sumber merupakan

pola yes-no question, dan dalam bahasa sasaran, pola kalimat ini juga disebut

kalimat tanya ya-tidak, dan kata tanya yang lazim dipakai sebagai pembuka

adalah “apakah” yang merupakan kata tanya yang berasal dari kata tanya “apa”

dengan tambahan partikel “kah” yang khusus berfungsi pada kalimat tanya untuk

menegaskan atau meminta pengakuan jawaban “ya” atau “tidak”.(Chaer, 2009).

Berikut adalah tabel yang memuat data dengan tingkat keterbacaan

masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi

oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima

kuesioner tersebut.

Tabel 5.2 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: apakah

No Selasa Bersama Morrie Nilai


1 Apakah ini mematikan? 3
2 Apakah kamu keberatan? 3
3 Apakah aku akan menarik diri dari dunia, 1,8
sebagaimana diperbuat oleh kebanyakan orang,?
4 Apakah ini yang akan terjadi pada akhirnya, 2
tanyaku dalam hati?
5 Apakah hari ini hari kematianku? (p.87) 2
6 Apakah alat perekam sudah dinyalakan? (p.109) 2,6
7 Apakah penyakit saya? 2
Keterangan: Nilai yang tertulis di kolom sebelah
kanan adalah nilai rata-rata setiap kalimat yang
telah dinilai keterbacaannya oleh lima orang rater.
Kelima nilai tersebut dijumlahkan, dibagi lima,
kemudian diperolehlah nilai keterbacaan setiap
kalimat.
Nilai rata-rata 2,3
Keterangan: Nilai rata-rata akhir (2,3) adalah hasil
dari penjumlahan seluruh nilai dari masing-masing
kalimat yang kemudian dibagi dengan jumlah
kalimat.

Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to

be diterjemahkan menjadi “adalah” yaitu 2,3. Skala tertinggi untuk tingkat

keterbacaan pada penelitian ini adalah 3, maka kalimat-kalimat dengan verba to

be yang diterjemahkan menjadi “adalah” memiliki tingkat keterbacaan sedang.

5.3 “Nya”

Selanjutnya pada data yang ditemukan pada penelitian ini, dapat dilihat

bahwa verba to be diterjemahkan menjadi “nya”. Penerjemahan ini tidak sesuai

dengan arti kata yang tersedia pada kamus, namun telah sesuai dengan tata bahasa

baku bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan penerjemah untuk menjaga agar hasil

terjemahan tidak kaku dengan lebih cenderung mengikuti gaya bahasa Indonesia

sebagai bahasa sasaran (BSa). Penggunaan bahasa tidak hanya harus baik dan

benar, namun haruslah komunikatif agar pesan tersampaikan dengan baik. Hal

inilah yang terdaat pada bahasa novel. Penggunaan “nya” dilakukan agar bahasa

tulisan pada novel tetap komunikatif sehingga target reader ikut larut dalam cerita

tanpa merasa janggal membacanya. Dalam bahasa Indonesia, penggunaan “nya”

cenderung dianggap sebagai pengacu pada kata benda (nomina). Selain itu,

pemilihan kata “nya” pada kalimat tersebut juga dilatarbelakangi alasan bahwa ini

adalah bahasa novel yang lebih komunikatif sehingga memudahkan target reader
memahami isi novel. Berikut adalah contoh kalimat ada data 01-nya/TWM.h-

1/SBM.h-2:

TSu: The Subject was the Meaning of Life.

Tsa: Judulnya makna hidup.

Pada kalimat di atas terjadi pelesapan predikat. Jika pada kalimat di atas

ditambahkan kata “adalah” setelah “judulnya”, tidak akan mengubah makna

kalimat; maksudnya kalimat tetap akan dipahami oleh pendengar/pembaca.

Namun penerjemah lebih memilih untuk menghilangkan “adalah” yang

merupakan terjemahan sepadan dari verba to be was. Penghilangan “adalah” dan

fokus pada pemakaian “nya” yang dilakukan oleh penerjemah didasari

penggunaan komunikatif dari bahasa agar isi novel tersampaikan dengan baik.

Pemilihan kata “nya” dalam menerjemahkan verba to be, dilakukan untuk

menyesuaikan bahasa sumber dengan bahasa sasaran sehingga hasil terjemahan

menjadi lebih halus bahasanya dan tidak kelihatan bahwa itu adalah novel

terjemahan dikarenakan bahasanya sesuai dengan bahasa sasaran. Padahal jika

dilihat dari bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia, fungsi kata “nya” adalah

sebagai kata tunjuk untuk nomina (Ramlan, 1995). Sehingga pada penelitian ini,

didapat penilaian bahwa penerjemah memilih menerjemahkan demikian agar hasil

terjemahan tidak terkesan kaku dan lebih dapat dibaca dengan mudah oleh target

reader.

Berikut adalah tabel yang memuat data dengan tingkat keterbacaan

masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi
oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima

kuesioner tersebut.

Tabel 5.3 Tingkat Keterbacaan Verba To Be: Nya

No Selasa Bersama Morrie Nilai


1 Judulnya makna hidup. 2,8
2 Bahan-bahannya digali dari pengalaman. 2,6
3 Ceramah terakhirnya singkat, Cuma beberapa patah kata. 2,2
4 Usianya delapan tahun.(p77) 2,2
Keterangan: Nilai yang tertulis di kolom sebelah kanan
adalah nilai rata-rata setiap kalimat yang telah dinilai
keterbacaannya oleh lima orang rater. Kelima nilai tersebut
dijumlahkan, dibagi lima, kemudian diperolehlah nilai
keterbacaan setiap kalimat.
Nilai rata-rata 2,4
Keterangan: Nilai rata-rata akhir (2,4) adalah hasil dari
penjumlahan seluruh nilai dari masing-masing kalimat yang
kemudian dibagi dengan jumlah kalimat.

Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to

be diterjemahkan menjadi “adalah” yaitu 2,4. Skala tertinggi untuk tingkat

keterbacaan pada penelitian ini adalah 3, maka kalimat-kalimat dengan verba to

be yang diterjemahkan menjadi “adalah” memiliki tingkat keterbacaan sedang.

5.4 “Tidak Diterjemahkan”

Dalam penelitian ini, temuan data untuk verba to be yang “tidak

diterjemahkan” pada novel “Selasa Bersama Morrie” sebanyak 81 (delapan puluh

satu) data. Persentasenya sebanyak 79,4% dari keseluruhan temuan data yang

berjumlah 102 kalimat. Dikarenakan bahasa yang berbeda, maka ada kalanya

verba to be yang terdapat dalam kalimat pada bahasa sumber (BSu) yaitu bahasa

Inggris, tidak dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (BSa) yang

dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Hal ini tidaklah salah menurut aturan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran, karena memang tidak ada sistem verba

to be dalam bahasa Indonesia yang dipengaruhi perubahan tenses. Dalam hal ini,

penerjemah tidak menerjemahkan secara harfiah makna dari verba to be sesuai

padanannya menurut kamus, namun lebih kepada penyesuaian kalimat agar pesan

pada novel tetap tersampaikan dengan baik. Penerjemah cukup baik dalam

menguasai bahasa Indonesia, sehingga novel Tuesdays With Morrie diterjemahkan

secara komunikatif untuk verba to be yang terdapat pada kalimat-kalimat dengan

pola pasif.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terjemahan

verba to be pada novel Tuesdays with Morrie ke dalam novel “Selasa Bersama

Morrie” cukup bervariasi, mengikuti makna yang terdapat dalam kamus

(walaupun ada kalimat yang tidak diterjemahkan sesuai makna kamus, hal itu

dilakukan untuk menyepadankan agar hasil terjemahan tidak terkesan kaku), serta

tentu saja mengikuti padanan kata yang tepat sesuai dengan bahasa Indonesia.

Terdapat 81 data verba to be yang tidak diterjemahkan langsung oleh penerjemah.

Hal ini dilakukan bukan berarti penerjemah tidak mengetahui terjemahan dari

variasi verba to be tersebut. Akan tetapi, lebih dikarenakan kemampuan dari

penerjemah yang menguasai dengan baik kedua bahasa (bahasa sumber dan

bahasa sasaran) sehingga ia berupaya menghasilkan terjemahan yang baik.

Berikut adalah data 01-tidak diterjemahkan/TWM.h-1/SBM.h-2:

Tsu: No grades were given.

Tsa: Kuliah itu tak diberi nilai.


Kalimat pada Tsu adalah kalimat dengan pola pasif, sehingga diterjemahkan

juga dengan pola pasif mengikuti bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Verba

to be pada kalimat di atas tidak diterjemahkan sesuai padanan yang terdapat pada

kamus, namun demikian terjemahan tersebut sudah baik karena mengikuti bahasa

Indonesia.

Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa alasan mengapa oleh penerjemah

verba to be tidak diterjemahkan secara harfiah berdasarkan arti yang terdapat pada

kamus, merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh penerjemah dalam

menghasilkan produk terjemahan yang baik. Kelihatan dengan jelas bahwasanya

penerjemah cukup baik dalam menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran

sehingga tidak terjadi kesenjangan yang jauh antara novel di bahasa sumber

dengan versi terjemahannya di bahasa sasaran. Penerjemah sangat memperhatikan

apa yang dikatakan Larson, bahwa penerjemahan berdasarkan makna sangat

penting untuk mementingkan makna, bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa,

penerjemah bebas memilih padanan verba to be dalam menerjemahkan, asalkan

tidak mengubah isi cerita dan makna yang hendak disampaikan.(Larson, 1991).

Berikut adalah tabel yang memuat data dengan tingkat keterbacaan

masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi

oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima

kuesioner tersebut.

Tabel 5.4 Tingkat Keterbacaan Verba to Be: Tidak diterjemahkan

No Selasa Bersama Morrie Nilai


1 Kuliah itu tak diberi nilai, tetapi setiap minggu ada ujian 1,6
lisan.
2 Kita diharapkan dapat menjawab semua pertanyaannya, 2
begitu pula kita diharapkan dapat mengajukan pertanyaan.
3 Upacara wisuda diganti dengan upacara pemakaman. 3
4 Maka ketika upacara usai, serentak kami melemparkan 2,4
tutup kepala kami ke udara, sebagai ungkapan rasa gembira
karena secara resmi telah di wisuda menjadi sarjana, dari
Brandeis University di kota Waltham, Massachusetts.
5 Professor tua itu seorang penggemar dansa. (p.5) 2,2
6 Karena lebih jangkung, aku menjadi kikuk, merasa tua, 1,8
seolah-olah keadaan menjadi terbalik, aku yang lebih tua
dan ia yang menjadi anak.
7 Ketika melepas pelukannya, kulihat ia menangis. 2,6
8 Tak seorang pun disana tahu Pak tua itu seorang doctor 1,6
Sosiologi yang sangat mempuni, dengan pengalaman
bertahun-tahun sebagai mahaguru dan sejumlah karya tulis
yang sangat disegani.
9 Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan di tepi sungai 2,2
Charles, angin dingin yang menerpanya membuatnya
mendadak seperti tercekik.
10 Segera ia dilarikan ke rumah sakit dan dokter 2,4
menyuntiknya dengan Adrenalin.
11 Waktu itu usianya tujuh puluhan,… (p.6) 2,6
12 Kami belum yakin. Reaksi anda lambat. 1,4
13 Belum ditemukan obat penyakit ini 2
14 Ya, kata dokter. Maaf 1,8
15 ALS dapat dipadankan dengan sebatang lilin yang 1,8
menyala; api membakar sumbunya dan yang tersisa hanya
seonggok lilin.
16 Morrie sendiri tau ia tak akan selama itu. 2,2
17 Setelah itu tongkat diganti dengan sebuah alat bantu 2,4
berjalan.
18 Akan tetapi Morrie tidak seperti kebanyakan kita. 1,8
19 Sekarang ia menggunakan sebuah kursi roda, dan ia merasa 2,4
waktunya tinggal sedikit sekali untuk menyampaikan
semua yang ingin disampaikannya kepada semua orang
yang dicintainya.
20 Terima apapun yang sanggup kau kerjakan dan apapun 2,8
yang tak sanggup kau kerjakan.
21 Selanjutnya, seperti yang Anda ketahui, beberapa 1,6
kamerawan mulai bekerja di ruang tengah tempat tinggal
Morrie, dan itulah sebabnya limusin Koppel diparkir di
depan rumahnya.
22 Suasana menjadi hening dan agak kikuk, namun kedua 2,2
orang itu dengan tenang masuk ke dalam ruang baca.
23 Mereka selalu ada dalam hatinya, benarkah? 2,4
24 Koppel tampak kikuk. 2,8
25 Menurutku anda seorang narsisis. 2,4
26 Sejauh ini, aku masih mampu. 2,4
27 Apakah aku akan terus mampu? 2,8
28 Belum pernah ada guru yang mengajukan pertanyaan 2,8
seperti itu kepadaku.
29 Aku sedang berbicara dengan seorang produser televisi 2,8
mengenai suatu proyek.
30 Baiklah, aku akan menjadi pelatihmu. Dan kau akan 2,2
menjadi pemainku.
31 Aku sedang bersama sahabat lamaku. 2,8
32 Kalau bukan karena kebetulan menangkap siaran yang 1,6
menayangkan acara nightline, barangkali Morrie akan
meninggalkan dunia ini tanpa pernah melihatku lagi.
33 Aku malu, ingin menunjukkan betapa aku pernah berusaha 1,4
mendalami pertanyaan-pertanyaan macam itu.
34 Aku tinggal di Detroit, sudah sepuluh tahun, bekerja di 2,2
tempat yang sama, menggunakan bank yang sama, pergi
bercukur ke tempat yang sama.
35 Akan tetapi gairahnya terhadap buku nyata dan menular. 2,2
36 Ini karena mereka memburu sasaran yang salah. 2,8
37 Kita akan berjuang sampai menang! 3
38 Kau akan datang ke mari, katanya, lebih sebagai sebuah 2
pernyataan ketimbang pertanyaan.
39 Ia mengingati aku bahwa uang bukan yang paling penting, 2,4
berlawanan dengan pandangan popular di kampus itu.
40 Aku ingin memeluknya, berterima kasih karena 2
mengatakannya, tetapi aku tidak seterbuka itu.
41 Karena itu tanda ketergantungan yang sangat menyeluruh. 1,8
42 Tapi aku sedang bersiap diri menerima keadaan itu. 2
43 Aku akan berusaha menikmati proses situ. 2,4
44 Tapi, yang satu ini sulit diterangkan, Mitch. 2,8
45 Sekarang, karena aku sedang menderita, aku merasa lebih 2,2
akrab dengan orang-orang yang menderita, perasaan yang
sebelumnya tidak sekuat ini.
46 Mungkin kematian semacam equalizer besar, sesuatu yang 1,6
akhirnya sanggup membuat seseorang menitikkan air mata
atau penderitaan orang lain yang betul-betul asing baginya.
47 Aku tidak merasa terganggu oleh keheningan itu. 2,4
48 Untuk semua kebisingan yang kubuat bersama teman- 2,6
temanku, aku belum terbiasa mengungkapkan perasaanku
di depan orang lain- terutama teman sekelasku.
49 Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya 1,6
itu. (p62)
50 Memang ngeri menyaksikan bagaimana tubuhku perlahan- 2,4
lahan kehilangan fungsinya. (p62)
51 Banyak peristiwa olahraga yang semestinya dapat kuliput. 2,6
52 Andaikata ia dapat berdiri tingginya tidak akan lebih dari 2,2
satu setengah meter, dan celana yang pas baginya mungkin
celana untuk seorang anak kelas enam Sekolah Dasar.
(p51)
53 Sesungguhnyalah, Selasa selalu menjadi hari kebersamaan 2,4
kami. (p55)
54 Kebanyakan kuliah yang diberikan Morrie berlangsung 2
pada hari Selasa, ia menerima mahasiswa dikantornya
setiap selasa. (p55)
55 Ia terus mengurangi waktunya untuk berada di dapur atau 2,2
diruang tengah dan lebih banyak berada diruang kerja.
(p60)
56 Bagaimana andaikata hari ini menjadi hari terakhirku di 2,2
muka bumi? (p68)
57 Mereka tak usah saling mengukur, tak usah saling curiga. 2,8
58 Setiap kali ia ingin menegaskan sesuatu dengan 2,4
melambaikan tangannya, geraknya tidak sebebas dalam
wawancara yang pertama. (p74)
59 Itulah antara lain jawaban sederhana yang membuat 2,4
Koppel tersenyum. (p74)
60 Mereka telah berkarya bersama di Brandeis sejak awal 2,4
tahun enam puluhan. (p74)
61 Sejak acara Nightline yang terdahulu ia menerima surat 2,8
banyak sekali. (p75)
62 Ada lagi?, … (p.81) 2,2
63 Anak-anak disekitar situ baru berangkat ke sekolah, dan 2,2
ketika mereka lewat Morrie memandangi mereka. (p77)
64 Ia seorang pekerja lepas di pabrik pengolahan kulit hewan 2,6
berbulu tebal, tetapi sering tidak kebagian pekerjaan.(p78)
65 Karena tidak berpendidikan dan hampir tak mampu 2,2
berbahasa inggris, dia miskin sekali, sehingga keluarganya
sering hanya bergantung pada santunan social dari negara.
(p78)
66 Udara segar mungkin baik bagi anak-anak ini demikian 2,6
pikir para kerabat mereka.
67 Ia bicara meskipun suaminya diam saja, dan ia menyanyi 2,2
untuk anak-anak pada malam hari.
68 Namun kemiskinan tak pernah meninggalkan mereka. 2,6
69 Ada sebuah lagu tentang seorang anak perempuan yang 2,2
mencoba menjual rokok.
70 Kendati dalam situasi seperti itu, Morrie diajarin tentang 2,4
cinta dan kasih sayang.
71 Diluar dugaan, Morrie diminta ayahnya untuk tidak pernah 2
bicara lagi tentang ibunya.
72 Ini beban yang berat sekali bagi Morrie. 2,6
73 Ruangan itu gelap dan panas, jendelanya penuh dengan 2,2
kotoran dan sarang laba-laba, mesin-mesin dipasang
berdempetan dengan bunyi gemuruh seperti bunyi roda
kereta api.
74 Bagi Morrie ini justru sebuah berkah. 2,2
75 Bukan suatu kebetulan bila orang ini belakangan menjadi 2
guruku.
76 Setiap orang tahu mereka akan mati tapi tak seorangpun 2
percaya itu bisa terjadi dalam waktu dekat.(p85)
77 Suasana hatinya sedang seperti orang bisnis pada Selasa 2,2
ini. (p85)
78 Tanpa cinta, kita laksana burung yang sayapnya patah. 2,4
(p.97)
79 Aku tidak apa-apa. (p.112) 2,6
80 Dan pada saat seperti inilah aku perlu mematikan rasa 1,8
(p.113)
81 Inilah saatku.(p.113) 2,2
Keterangan: Nilai yang tertulis di kolom sebelah kanan
adalah nilai rata-rata setiap kalimat yang telah dinilai
keterbacaannya oleh lima orang rater. Kelima nilai tersebut
dijumlahkan, dibagi lima, kemudian diperolehlah nilai
keterbacaan setiap kalimat.
Nilai rata-rata 2,2
Keterangan: Nilai rata-rata akhir (2,4) adalah hasil dari
penjumlahan seluruh nilai dari masing-masing kalimat
yang kemudian dibagi dengan jumlah kalimat.

Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to

be diterjemahkan menjadi “adalah” yaitu 2,2. Skala tertinggi untuk tingkat

keterbacaan pada penelitian ini adalah 3, maka kalimat-kalimat dengan verba to

be yang diterjemahkan menjadi “adalah” memiliki tingkat keterbacaan sedang.

Berdasarkan keempat variasi verba to be di atas, dapat dilihat bahwa

secara keseluruhan tingkat keterbacaan novel terjemahan Tuesdays with Morrie

dalam “Selasa Bersama Morrie” berada pada tingkat keterbacaan sedang, yaitu

para rater sebagai target reader akan melakukan pengulangan membaca beberapa

bagian lebih dari satu kali agar lebih dapat memahami kalimatnya serta menilai

bahwa terdapat beberapa kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada dalam

teks. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya beberapa istilah asing, atau

kalimat tersebut terlalu panjang dan kurang tepat letaknya hingga kaburnya makna

pesan yang ingin disampaikan.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data berupa kalimat yang memiliki verba to be

dalam dua jenis teks dengan dua bahasa yang berbeda pada novel Tuesdays with

Morrie dan terjemahannya yaitu “Selasa Bersama Morrie”, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terjemahan verba to be pada novel “Selasa Bersama Morrie cukup

bervariasi. Variasi terjemahan verba to be yang terdapat pada novel

“Selasa Bersama Morrie” yakni: “adalah” yang berjumlah 10 data (9,8%),

“apakah” yang berjumlah 7 data (6,9%), “nya” yang berjumlah 4 data

(3,9%) dan “tidak diterjemahkan atau terjemahan kosong ()” sebanyak

81 data (79,4%). Total keseluruhan data adalah 102 data. Temuan hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan novel tersebut, kata

verba to be yang terdapat pada kalimat tidak seluruhnya diterjemahkan

sesuai arti verba to be menurut kamus.

2. Pada hasil analisis diperoleh alasan mengapa verba to be diterjemahkan

demikian meliputi: (1) penyesuaian dengan isi kamus bahasa Inggris –

bahasa Indonesia, (2) penyesuaian dengan bahasa sumber (BSu) dan

bahasa sasaran (BSa) yang berbeda, (3) untuk memperhalus bahasa novel

di bahasa sasaran (BSa) agar bahasa di novel terjemahan tidak terkesan

kaku, (4) Dari novel terjemahan tersebut dapat dilihat bahwa penerjemah
memahami pada kedua bahasa, sehingga mengubah segala sesuatu yang

perlu diubah dari BSu ke dalam BSa dengan tegas tanpa menambah atau

mengurangkan kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih

buruk atau lebih indah sekalipun. (5) Penerjemah mementingkan makna,

bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang

disampaikan Larson dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984: 2).

3. Tingkat keterbacaan pada kalimat terjemahan verba to be yang diperoleh

adalah sebagai berikut: (1) untuk tingkat keterbacaan rendah yakni ketika

verba to be diterjemahkan menjadi “nya” (4,24%), (2) tingkat keterbacaan

sedang ketika verba to be diterjemahkan menjadi “adalah” (9,35%) dan

“apakah” (7,09%), (3) sementara itu tingkat keterbacaan tinggi yakni pada

kalimat verba to be tidak diterjemahkan (79,32%). Berdasarkan keempat

variasi verba to be di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat

keterbacaan novel terjemahan Tuesdays with Morrie dalam “Selasa

Bersama Morrie” berada pada tingkat keterbacaan sedang. Hal ini

kemungkinan dikarenakan adanya beberapa istilah asing, atau kalimat

tersebut terlalu panjang dan kurang tepat letaknya hingga kaburnya makna

pesan yang ingin disampaikan.

6.2 Saran

a. Bagi Penerjemah.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dari jumlah 102 data, terdapat yang

memiliki keterbacaan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini menandakan bahwa

masalah verba to be memiliki pengaruh dalam penerjemahan novel. Selain itu

kompetensi dan penguasaan keseluruhan proses penerjemahan dalam bidang


penerjemahan masih perlu ditingkatkan dan harus hati-hati dalam melakukan

proses pengalihan pesan dari BSu ke BSa untuk menghasilkan terjemahan yang

berkualitas.

b. Bagi Penerbit

Penerbit sebaiknya perlu melakukan penyuntingan buku-buku atau hasil

terjemahan yang akan dipublikasikan, sebab penerjemahan yang kurang baik

dalam pengalihan pesan akan berpengaruh kepada pembaca.

c. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini mengkaji tentang terjemahan verba to be dari bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia, dan diharapkan agar ada penelitian lain yang melakukan

pendekatan yang berbeda dari penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Alim dan Nurhayati. 2008. Fungsi Kala (Tense) Dalam Novel Bahasa Inggris
Serta Penerjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto

Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.

Amri, YK. 2015. Bahasa Indonesia: Pemahaman Dasar-Dasar Bahasa Indonesia.


Yogyakarta: Atap Buku.

Asmarani, R. 2011. Tingkat Keterbacaan Buku Chicken Soup for the Soul.
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Astuti, P.I. 2014. Kolokasi Di Bidang Penerjemahan. Universitas Katolik Widya


Mandala Surabaya

Baker,M. 1991. In Other Words: A Coursebook on Translation. London:


Routledge.

Bassnett-Mc.G, Susan. 1991. Translation Studies (Chapter 2): History of


Translation Theory. London: Routledge.

Bell,R. T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice.


London: Longman.

Byrne. J. 2006. Technical Translation: Usability Strategies for Translating


Technical

Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford


University Press

Chaer, A. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Comrie,B. 1990. Tense. Department of Linguistics, University of Southern


California.

Duff,A. 1981. The Third Language: Recurrent Problems of Translation into


English. London: Pergamon Press.

Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction to Functional Grammar: Edisi Ketiga.


London: Edward Arnold.
Hariyanto, S. 2013. The Implication of Culture on Translation Theory and
Practice.

Hatim,dan Munday. 2004. Translation. An Advanced Resource


Book. London: Routledge

Hoed, B. H., 2006. “Transparansi dalam Penerjemahan,” dalam PELLBA 18


Jakarta: UNIKA Atmajaya, h. 25-44.

Holmes, J. S. (1972/1988). The Name and Nature of Translation Studies. In


Holmes, Translated! Papers on Literary Translation and Translation
Studies.

Husein, Ida. S. Masalah Pilihan Kata Dalam Penerjemahan: Menciptakan Kata


Baru Atau Menerima Kata Pinjaman?.

Johan. A.G. 1996. Reading & Translation. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Pustaka Jaya,

Larson,M.L. 1984. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language


Equivalence. (Second Edition).USA: University Press of America, Inc.
Larson,M.L.1991. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk
Pemadanan Antarbahasa. Jakarta; Penerbit Arcan.

Leech,G.N. 1974. Meaning and the English Verb. London: Longman


Group Limited.

Machali,R. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta:Penerbit PT

Molina, L.& A.H.Albir, 2002. Translation Teachnique Revisited: A Dynamic and


Functionalist Approach. Grasindo.

Muchtar,M. 2012. Penerjemahan: Teori, Praktek dan Kajian. Medan:USU Press.

Munday, J. 2008. Introducing Translation Studies. London and New York:


Routledge. pp. 4.

Nababan, M.R. 2004a. Translation Process, Practices, and Products of


Professional Indonesian Translators. Unpublished Disertation. New
Zealand: Victoria University of Welington

Nababan, M.R. 2004b. Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan. Jurnal Linguistik


Bahasa. Volume 2, No. 1 Tahun 2004, 54-65, ISSN: 1412-0356.
Surakarta: Program Studi Linguistik. Program Pascasarjana
Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghali Indonesia.
Newmark, P. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice-Hall.

Newmark, P. 2008. Paragraphs on Translation. John Benjamin‟s Publishing


Company.

Nida, E.A., Charles R.Taber. 1992. The Theory and Practice of


Translation. Leiden: The United Bible Societies.

Oxford Advanced Learner’s Dictionary: International Student’s Edition. Oxford


University Press.
Palmer, F.R. 1978. The English Verb. London: Longman
Ramlan, M. 1995. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Robinson, D. 2003. Becoming a Translator. An Introduction to the Theory
and Practice of Translation. Second Edition. London: Routledge.

Saragih,A. 2011. Semiotic Bahasa: Tanda, Alat, dan Petanda dalam Bahasa
Medan: Universitas Negeri Medan.

Sekolah Pascasarjana USU.2012. Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi. Medan:


USU Press.

Silalahi,R. 2009. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan


pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical dalam Bahasa
Indonesia (Disertasi). Medan: USU, Program Doctor. (Disertasi).

Snell, Mary dan Hornby. 1988. Translation Studies an Integrated


Approach.Amsterdam: John Benjamin Publishing Company.

Sutopo,B. 2006. Metodologi Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian.


Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Venuti,L 1995. The Translator’s Invisibility: A History of Translation. London:


Routledge.

Wijaya, M.T. xxxx. Menakar Ulang Kualitas Buku-Buku Terjemahan Di


Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Wuryantoro, A. Kajian Proses Penerjemahan Dan Kualitas Terjemahan Teks
Hukum Dan Teks Ilmiah Bidang Hukum Karya Penerjemah
Tersumpah.

Zandvoort, R.W, J.A. Van Ek, 1980. A Handbook of English Grammar. Singapore:
Singapore Offset Printing.

Sumber lainnya:
Definisi Novel. Diunduh dari http:/www.wikipedia.com/2011/definisi-novel.html
(diakses pada tanggal 02 Mei 2015; 1:08 am)

Pengertian to be. Diunduh dari https://prezi.com/fykioodz25b5/pengertian-to-be/ ,


http://www.tipsbelajarbahasainggris.com/definisi-dan-penggunaan-to-be/ ,
http://neztra.blogspot.com/2012/04/belajar-bahasa-inggris-penggunaan-to-
be.html (diakses pada tanggal 19 Mei 2015; 13:02 pm)

Synopsis “Selasa Bersama Morrie”. Diunduh dari


http://tafsirhadits2011.blogspot.com/2011/12/selasa-bersama-morrie-
analisis-singkat.html .
LAMPIRAN I

TEKS SUMBER DAN TEKS SASARAN


I. “adalah”
No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)
1 I was the student. (p.2) Mahasiswa itu adalah aku.
2 My dream was to be a famous Cita-citaku adalah menjadi pemusik
musician.(p.14) terkenal.
3 His philosophy was the death Prinsip dasarnya adalah bahwa
should not be embarrassing; he was kematian bukan sesuatu yang
not about to powder its nose.(p.21) membuat orang berkecil hati; dia
bahkan menolak ketika hidungnya
akan dibedaki.
4 The way you get meaning into your Satu-satunya cara agar hidup ini
life is to devote yourself to loving menjadi bermakna adalah
others, devote yourself to your mengabadikan diri untuk
community around you, and devote menyayangi orang lain,
yourself to creating something that mengabadikan diri bagi masyarakat
gives you purpose and di sekitar kita, dan mengabadikan
meaning.(p.43) diri untuk menciptakan sesuatu yang
member kita tujuan serta makna.
5 The most important thing in life is to Yang paling penting dalam hidup
learn how to give out love, and to adalah belajar cara memberikan
let it come in. (p.52) cinta kita, dan membiarkan cinta itu
datang.
6 Their apartment was a dark, Tempat pemondokan mereka adalah
cramped, depressing place behind sebuah ruangan gelap, sempit dan
the candy store.(p74) menyesakkan di belakang toko
permen. (p78)
7 The idea was to get Morrie a Yang ada dalam benak sang ayah
job.(p77) adalah mencarikan pekerjaan bagi
Morrie.
8 The subject was death,.. (p.80) Pokok bahasan kami adalah maut
atau kematian,.. (p.85)
9 Love is so supremely important Cinta adalah sesuatu yang paling
(p.91) penting.(p.97)
10 Mitch, you are one of the good one. Mitch, kamu adalah salah satu
(p.4) diantara yang terbaik.

II. “apakah”
No Tuesdays with Morrie (BSu) “Selasa Bersama Morrie” (BSa)
1 Is it terminal?(p.7) Apakah ini mematikan?
2 Are you okay with that? (p.11) Apakah kamu keberatan?
3 Am I going to withdraw from the Apakah aku akan menarik diri dari
world, like most people dunia, sebagaimana diperbuat oleh
do,…?(p.21) kebanyakan orang,?
4 Is this what comes at the end, I Apakah ini yang akan terjadi pada
wondered?(p.51) akhirnya, tanyaku dalam hati?
5 Is today the day I die? (p.81) Apakah hari ini hari kematianku?
(p.87)
6 Is the tape on? (p.103) Apakah alat perekam sudah
dinyalakan? (p.109)
7 What is it? (p.7) Apakah penyakit saya?

III. “nya”

No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)


1 The subject was The Meaning of Life. Judulnya makna hidup.
(p.1)
2 It was taught from experience.(p.1) Bahan-bahannya digali dari
pengalaman.
3 The last lecturer was very brief, only a Ceramah terakhirnya singkat,
few words. (p.1) Cuma beberapa patah kata.
4 He was eight years old. (p72) Usianya delapan tahun.(p77)

IV. “tidak diterjemahkan”

No Tuesdays with Morrie(BSu) “Selasa Bersama Morrie”(BSa)


1 No grades were given, but there Kuliah itu tak diberi nilai, tetapi
were oral exams each week. (p.1) setiap minggu ada ujian lisan.
2 You were expected to respond to Kita diharapkan dapat menjawab
question, and you were expected to semua pertanyaannya, begitu pula
pose question of your own. (p.1) kita diharapkan dapat mengajukan
pertanyaan.
3 A funeral was held in lieu of Upacara wisuda diganti dengan
graduation.(p.1) upacara pemakaman.
4 When the ceremony is over, we Maka ketika upacara usai, serentak
throw our caps in the air, we are kami melemparkan tutup kepala kami
officially graduated from college, ke udara, sebagai ungkapan rasa
the senior class of Brandeis gembira karena secara resmi telah di
university in the city of Waltham, wisuda menjadi sarjana, dari
Massachusetts. (p.3) Brandeis University di kota Waltham,
Massachusetts.
5 He had always been a dancer, my Professor tua itu seorang penggemar
old professor. (p.5) dansa. (p.5)
6 I am taller than he is, and when he Karena lebih jangkung, aku menjadi
holds me, I feel awkward, older, as kikuk, merasa tua, seolah-olah
if I was the parent and he was the keadaan menjadi terbalik, aku yang
child. (p.4) lebih tua dan ia yang menjadi anak.
7 When he steps back, I see that he is Ketika melepas pelukannya, kulihat
crying. (p.4) ia menangis.
8 No one there knew he was a Tak seorang pun disana tahu Pak tua
prominent doctor of sociology, with itu seorang doctor Sosiologi yang
years of experience as a college sangat mempuni, dengan pengalaman
professor and several well- bertahun-tahun sebagai mahaguru
respected books. (p.5) dan sejumlah karya tulis yang sangat
disegani.
9 One day he was walking along the Pada suatu hari ketika sedang
Charles River, and a cold burst of berjalan-jalan di tepi sungai Charles,
wind left him choking for air.(p.6) angin dingin yang menerpanya
membuatnya mendadak seperti
tercekik.
10 He was rushed to the hospital and Segera ia dilarikan ke rumah sakit
injected with Adrenalin. (p.6) dan dokter menyuntiknya dengan
Adrenalin.
11 He was in his seventies by this Waktu itu usianya tujuh puluhan,…
point, … (p.6) (p.6)
12 We’re not sure. Your times are Kami belum yakin. Reaksi anda
slow.(p.7) lambat.
13 There was no known cure.(p.7) Belum ditemukan obat penyakit ini
14 Yes, you are, the doctor said. I’m Ya, kata dokter. Maaf
very sorry.(p.7)
15 ALS is like a lit candle; it melts ALS dapat dipadankan dengan
your nerves and leaves your body a sebatang lilin yang menyala; api
pile of wax. (p.9) membakar sumbunya dan yang
tersisa hanya seonggok lilin.
16 Morrie’s knew it was less.(p.10) Morrie sendiri tau ia tak akan selama
itu.
17 The cane was exchanged for a Setelah itu tongkat diganti dengan
walker.(p.11) sebuah alat bantu berjalan.
18 But Morrie was not like most of us. Akan tetapi Morrie tidak seperti
(p.11) kebanyakan kita.
19 He was using a wheelchair now, Sekarang ia menggunakan sebuah
and he was fighting time to say all kursi roda, dan ia merasa waktunya
thing he wanted to say to all the tinggal sedikit sekali untuk
people he loved.(p.12) menyampaikan semua yang ingin
disampaikannya kepada semua orang
yang dicintainya.
20 Accept what you are able to do and Terima apapun yang sanggup kau
what you are not able to do.(p.18) kerjakan dan apapun yang tak
sanggup kau kerjakan.
21 Next thing you knew, there were Selanjutnya, seperti yang Anda
cameramen in Morrie’s living room ketahui, beberapa kamerawan mulai
and Koppel’s limousine was in bekerja di ruang tengah tempat
front of the house. (p.19) tinggal Morrie, dan itulah sebabnya
limusin Koppel diparkir di depan
rumahnya.
22 There was an awkward moment of Suasana menjadi hening dan agak
silence, then the two men were kikuk, namun kedua orang itu dengan
ushered into the study. (p.19) tenang masuk ke dalam ruang baca.
23 They were close to his heart, Mereka selalu ada dalam hatinya,
weren’t they?(p.20) benarkah?
24 Koppel was uncomfortable.(p.20) Koppel tampak kikuk.
25 I thought you were a Menurutku anda seorang narsisis.
narcissist.(p.21)
26 So far, I’ve been able to do it.(p.22)
Sejauh ini, aku masih mampu.
27 Will I be able to continue?(p.22) Apakah aku akan terus mampu?
28 I have never been asked this by a Belum pernah ada guru yang
teacher.(p.24) mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadaku.
29 I was talking to a TV producer Aku sedang berbicara dengan seorang
about a piece we were doing.(p.26) produser televisi mengenai suatu
proyek.
30 All right, I’ll be your coach. And Baiklah, aku akan menjadi pelatihmu.
you can be my player.(p.31) Dan kau akan menjadi pemainku.
31 I’m visiting with my old pal Aku sedang bersama sahabat lamaku.
now.(p.33)
32 Had it not been for “nightline,” Kalau bukan karena kebetulan
Morrie might have died without menangkap siaran yang
ever seeing me again.(p.33) menayangkan acara nightline,
barangkali Morrie akan
meninggalkan dunia ini tanpa pernah
melihatku lagi.
33 I squirmed, wanting to show I had Aku malu, ingin menunjukkan betapa
been grappling deeply with such aku pernah berusaha mendalami
question.(p.34) pertanyaan-pertanyaan macam itu.
34 Instead, I had been in Detroit for Aku tinggal di Detroit, sudah sepuluh
ten years now, at the same tahun, bekerja di tempat yang sama,
workplace, using the same bank, menggunakan bank yang sama, pergi
visiting the same barber.(p.34) bercukur ke tempat yang sama.
35 But his passion for books is real Akan tetapi gairahnya terhadap buku
and contagious.(p.39) nyata dan menular.
36 This is because they’re chasing the Ini karena mereka memburu sasaran
wrong things.(p.43) yang salah.
37 We’re going to fight until we Kita akan berjuang sampai menang!
win!(p.44)
38 You’re coming to visit me, he said, Kau akan datang ke mari, katanya,
less a question than a lebih sebagai sebuah pernyataan
statement.(p.45) ketimbang pertanyaan.
39 He warns me that money is not like Ia mengingati aku bahwa uang bukan
the most important thing, contrary yang paling penting, berlawanan
to the popular view on dengan pandangan popular di kampus
campus.(p.46) itu.
40 I want to hug him, to thank him for Aku ingin memeluknya, berterima
saying that, but I am not that kasih karena mengatakannya, tetapi
open.(p.47) aku tidak seterbuka itu.
41 Because it’s the ultimate sign of Karena itu tanda ketergantungan yang
dependency.(p.49) sangat menyeluruh.
42 But I’m working on it.(p.49) Tapi aku sedang bersiap diri
menerima keadaan itu.
43 I’m trying to enjoy the Aku akan berusaha menikmati proses
process.(p.49) situ.
44 But, it’s hard to explain, Tapi, yang satu ini sulit diterangkan,
Mitch.(p.50) Mitch.
45 Now that I’m suffering, I feel closer Sekarang, karena aku sedang
to people who suffer than I ever did menderita, aku merasa lebih akrab
before.(p.50) dengan orang-orang yang menderita,
perasaan yang sebelumnya tidak
sekuat ini.
46 Maybe death is the great equalizer, Mungkin kematian semacam
the one big thing that can finally equalizer besar, sesuatu yang
make strangers shed a tear for one akhirnya sanggup membuat
another.(p.51) seseorang menitikkan air mata atau
penderitaan orang lain yang betul-
betul asing baginya.
47 I am not bothered by the Aku tidak merasa terganggu oleh
silence.(p.54) keheningan itu.
48 For all the noise I make with my Untuk semua kebisingan yang kubuat
friends, I am still not comfortable bersama teman-temanku, aku belum
talking about my feeling in front of terbiasa mengungkapkan perasaanku
others-especially not di depan orang lain- terutama teman
classmates.(p.54) sekelasku.
49 A little each morning, a few tears, Setiap pagi kubiarkan diriku
and that is all. (p57) menangis sedikit, tapi hanya itu.
(p62)
50 It’s horrible to watch my body Memang ngeri menyaksikan
slowly wilt away to nothing. (p57) bagaimana tubuhku perlahan-lahan
kehilangan fungsinya. (p62)
51 There were sporting events each Banyak peristiwa olahraga yang
night that I would have gone to semestinya dapat kuliput.
cover.
52 Had he been able to stand, he’d Andaikata ia dapat berdiri tingginya
have been no more than five feet tidak akan lebih dari satu setengah
tall, he’d probably have fit into a meter, dan celana yang pas baginya
sixth grader’s jeans. (p48) mungkin celana untuk seorang anak
kelas enam Sekolah Dasar. (p51)
53 In fact, Tuesday had always been Sesungguhnyalah, Selasa selalu
our day together. (p51) menjadi hari kebersamaan kami.
(p55)
54 Most of my courses with Morrie Kebanyakan kuliah yang diberikan
were on Tuesday, he had office Morrie berlangsung pada hari Selasa,
hours on Tuesday. (p51) ia menerima mahasiswa dikantornya
setiap selasa. (p55)
55 He was spending less and less time Ia terus mengurangi waktunya untuk
in the kitchen or living room and berada di dapur atau diruang tengah
more in his study. (p56) dan lebih banyak berada diruang
kerja. (p60)
56 What if today were my last day on Bagaimana andaikata hari ini menjadi
earth? (p64) hari terakhirku di muka bumi? (p68)
57 There was no feeling-out process, Mereka tak usah saling mengukur,
no interview before the interview. tak usah saling curiga.
(p69)
58 He was not waving his hands to Setiap kali ia ingin menegaskan
make a point as freely as he had in sesuatu dengan melambaikan
their first conversation. (p70) tangannya, geraknya tidak sebebas
dalam wawancara yang pertama.
(p74)
59 It was such a simple answer that Itulah antara lain jawaban sederhana
Koppel had to smile. (p70) yang membuat Koppel tersenyum.
(p74)
60 They had been together at Brandeis Mereka telah berkarya bersama di
since the early sixties. (p70) Brandeis sejak awal tahun enam
puluhan. (p74)
61 Since the first “Nightline” Sejak acara Nightline yang terdahulu
program, there had been a great ia menerima surat banyak sekali.
deal of mail.(p71) (p75)
62 What else is there? ,… (p.76) Ada lagi?, … (p.81)
63 The kids in the neighborhood were Anak-anak disekitar situ baru
going off to school, and as the berangkat ke sekolah, dan ketika
passed, Morrie looked down.(p72) mereka lewat Morrie memandangi
mereka. (p77)
64 He worked in the fur business, but Ia seorang pekerja lepas di pabrik
was constantly out of a job.(p74) pengolahan kulit hewan berbulu
tebal, tetapi sering tidak kebagian
pekerjaan.(p78)
65 Uneducated and barely able to Karena tidak berpendidikan dan
speak English, he was terribly hampir tak mampu berbahasa inggris,
poor, and the family was on public dia miskin sekali, sehingga
assistance much of the time.(p74) keluarganya sering hanya bergantung
pada santunan social dari negara.
(p78)
66 The fresh air might be good for the Udara segar mungkin baik bagi anak-
children, the relatives anak ini demikian pikir para kerabat
thought.(p74) mereka.
67 She talked when her new husband Ia bicara meskipun suaminya diam
was silent, she sang songs to the saja, dan ia menyanyi untuk anak-
children at night.(p76) anak pada malam hari.
68 There was no escaping their Namun kemiskinan tak pernah
poverty, however. (p76) meninggalkan mereka.
69 There was one about a girl trying Ada sebuah lagu tentang seorang
to sell her cigarettes. (p76) anak perempuan yang mencoba
menjual rokok.
70 Still, despite their circumstances, Kendati dalam situasi seperti itu,
Morrie was taught to love and to Morrie diajarin tentang cinta dan
care. (p77) kasih sayang.
71 Incredibly, Morrie had been told by Diluar dugaan, Morrie diminta
his father never to talk about her. ayahnya untuk tidak pernah bicara
(p77) lagi tentang ibunya.
72 It was a terrible burden to Ini beban yang berat sekali bagi
Morrie.(p77) Morrie.
73 The room was dark and hot, the Ruangan itu gelap dan panas,
windows covered with filth, and the jendelanya penuh dengan kotoran dan
machines were packed tightly sarang laba-laba, mesin-mesin
together, churning like train dipasang berdempetan dengan bunyi
wheels.(p77) gemuruh seperti bunyi roda kereta
api.
74 This, for Morrie, was a Bagi Morrie ini justru sebuah berkah.
blessing.(p78)
75 It was only thought default that the Bukan suatu kebetulan bila orang ini
best professor I ever had became a belakangan menjadi guruku.
teacher.(p78)
76 Everyone knows they’re going to Setiap orang tahu mereka akan mati
die, but nobody believes it. (p80) tapi tak seorangpun percaya itu bisa
terjadi dalam waktu dekat.(p85)
77 He was in a businesslike mood this Suasana hatinya sedang seperti orang
Tuesday. (p80) bisnis pada Selasa ini. (p85)
78 Without love, we are birds with Tanpa cinta, kita laksana burung yang
broken wings.(p.92) sayapnya patah. (p.97)
79 I am okay.(p.106) Aku tidak apa-apa. (p.112)
80 And this is where detachment Dan pada saat seperti inilah aku perlu
comes in (p.106) mematikan rasa (p.113)
81 This is my moment.(p.106) Inilah saatku.(p.113)
LAMPIRAN II

KUESIONER

Dengan hormat,
Dalam rangka penelitian kebahasaan tentang terjemahan struktur verba to be ke
dalam bahasa Indonesia, saya yang bernama Rizka Elfira sebagai mahasiswi
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
Program Studi Linguistik – Konsentrasi Kajian Terjemahan; mengharapkan
kesediaan Saudara untuk menjadi rater dalam penelitian ini. Melalui kuesioner ini
diharapkan partisipasi Saudara sehingga diharapkan informasi yang saya butuhkan
dapat terpenuhi.

Berikut ini adalah beberapa kalimat yang dikutip dari novel terjemahan berjudul
“Selasa Bersama Morrie.” Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur tingkat
keterbacaannya.

Petunjuk:
Berikan nilai 1, 2 atau 3 sesuai skala nilai setelah Anda membaca kalimat di
dalam kotak yang merupakan hasil terjemahan.

Di bawah adalah tabel petunjuk instrumen pengukuran tingkat keterbacaan


terjemahan:

Skala Kategori Kriteria Penilaian


Nilai Terjemahan
1 Tingkat keterbacaan Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.
rendah
2 Tingkat keterbacaan Pada umumnya terjemahan dapat dipahami
sedang oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang
harus dibaca lebih dari satu kali untuk
memahami terjemahan.
3 Tingkat keterbacaan Terjemahan dapat dipahami dengan mudah
tinggi oleh pembaca.
Instrumen pengukuran tingkat keterbacaan terjemahan

Demikian pengantar kuesioner ini saya sampaikan, dan terimakasih atas


partisipasi Saudara.

Hormat Saya,

Rizka Elfira
I.

No Selasa Bersama Morrie Tingkat


Keterbacaan
1 Mahasiswa itu adalah aku.
2 Cita-citaku adalah menjadi pemusik terkenal.
3 Prinsip dasarnya adalah bahwa kematian bukan sesuatu
yang membuat orang berkecil hati; dia bahkan menolak
ketika hidungnya akan dibedaki.
4 Satu-satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna adalah
mengabadikan diri untuk menyayangi orang lain,
mengabadikan diri bagi masyarakat di sekitar kita, dan
mengabadikan diri untuk menciptakan sesuatu yang
member kita tujuan serta makna.
5 Yang paling penting dalam hidup adalah belajar cara
memberikan cinta kita, dan membiarkan cinta itu datang.
6 Tempat pemondokan mereka adalah sebuah ruangan gelap,
sempit dan menyesakkan di belakang toko permen. (p78)
7 Yang ada dalam benak sang ayah adalah mencarikan
pekerjaan bagi Morrie.
8 Pokok bahasan kami adalah maut atau kematian,.. (p.85)
9 Cinta adalah sesuatu yang paling penting.(p.97)
10 Mitch, kamu adalah salah satu diantara yang terbaik.

II.

No Selasa Bersama Morrie Tingkat


Keterbacaan
1 Apakah ini mematikan?
2 Apakah kamu keberatan?
3 Apakah aku akan menarik diri dari dunia, sebagaimana
diperbuat oleh kebanyakan orang,?
4 Apakah ini yang akan terjadi pada akhirnya, tanyaku dalam
hati?
5 Apakah hari ini hari kematianku? (p.87)
6 Apakah alat perekam sudah dinyalakan? (p.109)
7 Apakah penyakit saya?

III.

No Selasa Bersama Morrie Tingkat


Keterbacaan
1 Judulnya makna hidup.
2 Bahan-bahannya digali dari pengalaman.
3 Ceramah terakhirnya singkat, Cuma beberapa patah kata.
4 Usianya delapan tahun.(p77)
IV.

No Selasa Bersama Morrie Tingkat


Keterbacaan
1 Kuliah itu tak diberi nilai, tetapi setiap minggu ada ujian
lisan.
2 Kita diharapkan dapat menjawab semua pertanyaannya,
begitu pula kita diharapkan dapat mengajukan pertanyaan.
3 Upacara wisuda diganti dengan upacara pemakaman.
4 Maka ketika upacara usai, serentak kami melemparkan
tutup kepala kami ke udara, sebagai ungkapan rasa gembira
karena secara resmi telah di wisuda menjadi sarjana, dari
Brandeis University di kota Waltham, Massachusetts.
5 Professor tua itu seorang penggemar dansa. (p.5)
6 Karena lebih jangkung, aku menjadi kikuk, merasa tua,
seolah-olah keadaan menjadi terbalik, aku yang lebih tua
dan ia yang menjadi anak.
7 Ketika melepas pelukannya, kulihat ia menangis.
8 Tak seorang pun disana tahu Pak tua itu seorang doctor
Sosiologi yang sangat mempuni, dengan pengalaman
bertahun-tahun sebagai mahaguru dan sejumlah karya tulis
yang sangat disegani.
9 Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan di tepi sungai
Charles, angin dingin yang menerpanya membuatnya
mendadak seperti tercekik.
10 Segera ia dilarikan ke rumah sakit dan dokter
menyuntiknya dengan Adrenalin.
11 Waktu itu usianya tujuh puluhan,… (p.6)
12 Kami belum yakin. Reaksi anda lambat.
13 Belum ditemukan obat penyakit ini
14 Ya, kata dokter. Maaf
15 ALS dapat dipadankan dengan sebatang lilin yang
menyala; api membakar sumbunya dan yang tersisa hanya
seonggok lilin.
16 Morrie sendiri tau ia tak akan selama itu.
17 Setelah itu tongkat diganti dengan sebuah alat bantu
berjalan.
18 Akan tetapi Morrie tidak seperti kebanyakan kita.
19 Sekarang ia menggunakan sebuah kursi roda, dan ia merasa
waktunya tinggal sedikit sekali untuk menyampaikan
semua yang ingin disampaikannya kepada semua orang
yang dicintainya.
20 Terima apapun yang sanggup kau kerjakan dan apapun
yang tak sanggup kau kerjakan.
21 Selanjutnya, seperti yang Anda ketahui, beberapa
kamerawan mulai bekerja di ruang tengah tempat tinggal
Morrie, dan itulah sebabnya limusin Koppel diparkir di
depan rumahnya.
22 Suasana menjadi hening dan agak kikuk, namun kedua
orang itu dengan tenang masuk ke dalam ruang baca.
23 Mereka selalu ada dalam hatinya, benarkah?
24 Koppel tampak kikuk.
25 Menurutku anda seorang narsisis.
26 Sejauh ini, aku masih mampu.
27 Apakah aku akan terus mampu?
28 Belum pernah ada guru yang mengajukan pertanyaan
seperti itu kepadaku.
29 Aku sedang berbicara dengan seorang produser televisi
mengenai suatu proyek.
30 Baiklah, aku akan menjadi pelatihmu. Dan kau akan
menjadi pemainku.
31 Aku sedang bersama sahabat lamaku.
32 Kalau bukan karena kebetulan menangkap siaran yang
menayangkan acara nightline, barangkali Morrie akan
meninggalkan dunia ini tanpa pernah melihatku lagi.
33 Aku malu, ingin menunjukkan betapa aku pernah berusaha
mendalami pertanyaan-pertanyaan macam itu.
34 Aku tinggal di Detroit, sudah sepuluh tahun, bekerja di
tempat yang sama, menggunakan bank yang sama, pergi
bercukur ke tempat yang sama.
35 Akan tetapi gairahnya terhadap buku nyata dan menular.
36 Ini karena mereka memburu sasaran yang salah.
37 Kita akan berjuang sampai menang!
38 Kau akan datang ke mari, katanya, lebih sebagai sebuah
pernyataan ketimbang pertanyaan.
39 Ia mengingati aku bahwa uang bukan yang paling penting,
berlawanan dengan pandangan popular di kampus itu.
40 Aku ingin memeluknya, berterima kasih karena
mengatakannya, tetapi aku tidak seterbuka itu.
41 Karena itu tanda ketergantungan yang sangat menyeluruh.
42 Tapi aku sedang bersiap diri menerima keadaan itu.
43 Aku akan berusaha menikmati proses situ.
44 Tapi, yang satu ini sulit diterangkan, Mitch.
45 Sekarang, karena aku sedang menderita, aku merasa lebih
akrab dengan orang-orang yang menderita, perasaan yang
sebelumnya tidak sekuat ini.
46 Mungkin kematian semacam equalizer besar, sesuatu yang
akhirnya sanggup membuat seseorang menitikkan air mata
atau penderitaan orang lain yang betul-betul asing baginya.
47 Aku tidak merasa terganggu oleh keheningan itu.
48 Untuk semua kebisingan yang kubuat bersama teman-
temanku, aku belum terbiasa mengungkapkan perasaanku
di depan orang lain- terutama teman sekelasku.
49 Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya
itu. (p62)
50 Memang ngeri menyaksikan bagaimana tubuhku perlahan-
lahan kehilangan fungsinya. (p62)
51 Banyak peristiwa olahraga yang semestinya dapat kuliput.
52 Andaikata ia dapat berdiri tingginya tidak akan lebih dari
satu setengah meter, dan celana yang pas baginya mungkin
celana untuk seorang anak kelas enam Sekolah Dasar.
(p51)
53 Sesungguhnyalah, Selasa selalu menjadi hari kebersamaan
kami. (p55)
54 Kebanyakan kuliah yang diberikan Morrie berlangsung
pada hari Selasa, ia menerima mahasiswa dikantornya
setiap selasa. (p55)
55 Ia terus mengurangi waktunya untuk berada di dapur atau
diruang tengah dan lebih banyak berada diruang kerja.
(p60)
56 Bagaimana andaikata hari ini menjadi hari terakhirku di
muka bumi? (p68)
57 Mereka tak usah saling mengukur, tak usah saling curiga.
58 Setiap kali ia ingin menegaskan sesuatu dengan
melambaikan tangannya, geraknya tidak sebebas dalam
wawancara yang pertama. (p74)
59 Itulah antara lain jawaban sederhana yang membuat
Koppel tersenyum. (p74)
60 Mereka telah berkarya bersama di Brandeis sejak awal
tahun enam puluhan. (p74)
61 Sejak acara Nightline yang terdahulu ia menerima surat
banyak sekali. (p75)
62 Ada lagi?, … (p.81)
63 Anak-anak disekitar situ baru berangkat ke sekolah, dan
ketika mereka lewat Morrie memandangi mereka. (p77)
64 Ia seorang pekerja lepas di pabrik pengolahan kulit hewan
berbulu tebal, tetapi sering tidak kebagian pekerjaan.(p78)
65 Karena tidak berpendidikan dan hampir tak mampu
berbahasa inggris, dia miskin sekali, sehingga keluarganya
sering hanya bergantung pada santunan social dari negara.
(p78)
66 Udara segar mungkin baik bagi anak-anak ini demikian
pikir para kerabat mereka.
67 Ia bicara meskipun suaminya diam saja, dan ia menyanyi
untuk anak-anak pada malam hari.
68 Namun kemiskinan tak pernah meninggalkan mereka.
69 Ada sebuah lagu tentang seorang anak perempuan yang
mencoba menjual rokok.
70 Kendati dalam situasi seperti itu, Morrie diajarin tentang
cinta dan kasih sayang.
71 Diluar dugaan, Morrie diminta ayahnya untuk tidak pernah
bicara lagi tentang ibunya.
72 Ini beban yang berat sekali bagi Morrie.
73 Ruangan itu gelap dan panas, jendelanya penuh dengan
kotoran dan sarang laba-laba, mesin-mesin dipasang
berdempetan dengan bunyi gemuruh seperti bunyi roda
kereta api.
74 Bagi Morrie ini justru sebuah berkah.
75 Bukan suatu kebetulan bila orang ini belakangan menjadi
guruku.
76 Setiap orang tahu mereka akan mati tapi tak seorangpun
percaya itu bisa terjadi dalam waktu dekat.(p85)
77 Suasana hatinya sedang seperti orang bisnis pada Selasa
ini. (p85)
78 Tanpa cinta, kita laksana burung yang sayapnya patah.
(p.97)
79 Aku tidak apa-apa. (p.112)
80 Dan pada saat seperti inilah aku perlu mematikan rasa
(p.113)
81 Inilah saatku.(p.113)
LAMPIRAN III
ANALISIS DATA

I. Berikut ini adalah analisis data ketika verba to be diterjemahkan


menjadi “ADALAH”:

NO. TUESDAYS WITH MORRIE SELASA BERSAMA MORRIE


DATA
01 I was the student. (p.2) Mahasiswa itu adalah aku.
Verba to be was diterjemahkan menjadi “adalah”. Kalimat tersebut adalah jenis
kalimat aktif intransitif dengan menggunakan tenses Past Tense, menyatakan
aktifitas yang terjadi atau dilakukan di masa lampau. Sementara itu, dalam bahasa
Indonesia tidak ada struktur khusus verba to be seperti dalam bahasa Inggris, dan
tidak mengharuskan semua kalimat menggunakan kata “adalah” (jika dianggap
kata adalah menjadi kata padanan yang paling tepat untuk verba to be is). Kalimat
ini dinilai rater dengan tingkat keterbacaan 2,2.
02 My dream was to be a famous Cita-citaku adalah menjadi
musician.(p.14) pemusik terkenal.
Verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Past Tense. Pemilihan
“adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada kamus
dengan tingkat keterbacaan tinggi, yaitu skor 2,2.
03 His philosophy was the death Prinsip dasarnya adalah bahwa
should not be embarrassing; he kematian bukan sesuatu yang
was not about to powder its membuat orang berkecil hati; dia
nose.(p.21) bahkan menolak ketika hidungnya
akan dibedaki.
Verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Past Tense. Pemilihan
“adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada kamus
dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu skor 1,6.
04 The way you get meaning into Satu-satunya cara agar hidup ini
your life is to devote yourself to menjadi bermakna adalah
loving others, devote yourself to mengabadikan diri untuk
your community around you, and menyayangi orang lain,
devote yourself to creating mengabadikan diri bagi masyarakat
something that gives you purpose di sekitar kita, dan mengabadikan
and meaning.(p.43) diri untuk menciptakan sesuatu
yang member kita tujuan serta
makna.
Verba to be is juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di saat ini, yaitu menggunakan Present Tense. Pemilihan
“adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada kamus
dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu skor 2.
05 The most important thing in life is Yang paling penting dalam hidup
to learn how to give out love, and adalah belajar cara memberikan
to let it come in. (p.52) cinta kita, dan membiarkan cinta
itu datang.
Pada kalimat di atas, verba to be is juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk
kalimat yang menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Present
Tense. Pemilihan “adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat
pada kamus dengan tingkat keterbacaan tinggi, yaitu skor 2,4.
06 Their apartment was a dark, Tempat pemondokan mereka
cramped, depressing place behind adalah sebuah ruangan gelap,
the candy store.(p74) sempit dan menyesakkan di
belakang toko permen. (p78)
Verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Past Tense. Fungsi
“adalah” di sini sebagai penjelas mendefinisikan suatu lokasi. Pemilihan “adalah”
dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada kamus dengan tingkat
keterbacaan sedang, yaitu skor 1,8
07 The idea was to get Morrie a Yang ada dalam benak sang ayah
job.(p77) adalah mencarikan pekerjaan bagi
Morrie.
Verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Past Tense. Kata
“adalah” dipakai untuk menjelaskan detail apa yang terdapat pada benak si subjek.
Pemilihan “adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada
kamus dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu skor 1,6.
08 The subject was death,.. (p.80) Pokok bahasan kami adalah maut
atau kematian,.. (p.85)
Verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa lampau, yaitu menggunakan Past Tense. Pemilihan
“adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat pada kamus
dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu skor 2,4.
09 Love is so supremely important Cinta adalah sesuatu yang paling
(p.91) penting.(p.97)
Verba to be is juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa sekarang, menggunakan Present Tense. Kata
“adalah” pada kalimat ini berfungsi untuk menjelaskan definisi dari kata “love /
cinta”. Pemilihan “adalah” dipilih dikarenakan sepadan dengan arti yang terdapat
pada kamus dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu skor 2,4.
10 Mitch, you are one of the good Mitch, kamu adalah salah satu
one. (p.4) diantara yang terbaik.
Verba to be are juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk kalimat yang
menyatakan aktifitas di masa sekarang, yaitu menggunakan Present Tense. Kata
“adalah” di sini berfungsi untuk menjelaskan atau mendefinisikan subjek dari
sudut pandang si pembicara. Pemilihan “adalah” dipilih dikarenakan sepadan
dengan arti yang terdapat pada kamus dengan tingkat keterbacaan sedang, yaitu
skor 2.
II. Berikut ini adalah analisis data ketika verba to be diterjemahkan
menjadi “APAKAH”:

NO. TUESDAYS WITH MORRIE SELASA BERSAMA MORRIE


DATA
01 Is it terminal?(p.7) Apakah ini mematikan?
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 3, skor tertinggi untuk skala
keterbacaan pada penelitian ini.

02 Are you okay with that? (p.11) Apakah kamu keberatan?


Verba to be are diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini juga 3, skor tertinggi untuk skala
keterbacaan pada penelitian ini.

03 Am I going to withdraw from Apakah aku akan menarik diri dari


the world, like most people dunia, sebagaimana diperbuat oleh
do,…?(p.21) kebanyakan orang,?
Verba to be am diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah1,8; skor dengan skala sedang
untuk keterbacaan pada penelitian ini.

04 Is this what comes at the end, I Apakah ini yang akan terjadi pada
wondered?(p.51) akhirnya, tanyaku dalam hati?
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.

05 Is today the day I die? (p.81) Apakah hari ini hari kematianku?
(p.87)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.
06 Is the tape on? (p.103) Apakah alat perekam sudah
dinyalakan? (p.109)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2,6; skor untuk skala tinggi
pada penelitian ini.
07 Is that better? (p.86) Apakah ini lebih baik? (p.91)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.

III. Berikut ini adalah analisis data ketika verba to be diterjemahkan


menjadi “NYA”:

NO. TUESDAYS WITH MORRIE SELASA BERSAMA MORRIE


DATA
01 The subject was The Meaning Judulnya makna hidup.
of Life. (p.1)
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “nya”, padahal
fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata tunjuk dari
nominal. Tingkat keterbacaan kalimat di atas adalah 2,8.
02 It was taught from Bahan-bahannya digali dari
experience.(p.1) pengalaman.
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “nya”, padahal
fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata tunjuk dari
nominal. Tingkat keterbacaan kalimat di atas adalah 2,6.
03 The last lecturer was very Ceramah terakhirnya singkat,
brief, only a few words. (p.1) Cuma beberapa patah kata.
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “nya”, padahal
fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata tunjuk dari
nominal. Tingkat keterbacaan kalimat di atas adalah 2,2.
04 He was eight years old. (p72) Usianya delapan tahun.(p77)
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “nya”, padahal
fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata tunjuk dari
nominal. Dalam kalimat ini, kata “nya” lebih berperan sebagai kata tunjuk dari
pronoun “He”, namun penerjemah tetap memilih menerjemahkan seperti ini untuk
menjaga keterbacaan kalimat agar lebih diterima oleh pembaca di bahasa sasaran.
Tingkat keterbacaan kalimat di atas adalah 2,6.

IV. Berikut ini adalah analisis data ketika verba to be tidak diterjemahkan /
terjemahan kosong ()”:

NO. TUESDAYS WITH MORRIE SELASA BERSAMA MORRIE


DATA
01 No grades were given, but Kuliah itu tak diberi nilai, tetapi
there were oral exams each setiap minggu ada ujian lisan.
week. (p.1)
Pada kalimat di atas, verba to be were tidak diterjemahkan. Kalimat tersebut
merupakan kalimat pasif (Passive Voice), dengan tingkat keterbacaan adalah 1,6.
Verba to be were tidak diterjemahkan dengan alasan agar tercipta kalimat yang
sesuai dengan struktur bahasa sasaran (BSa).
02 You were expected to respond Kita diharapkan dapat menjawab
to question, and you were semua pertanyaannya, begitu pula
expected to pose question of kita diharapkan dapat mengajukan
your own. (p.1) pertanyaan.
Pada Data.02 di atas, verba to be were tidak diterjemahkan sesuai arti yang
terdapat pada kamus. Kalimat tersebut memiliki dua verba to be were yang
menandakan kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang juga ditandai
dengan kehadiran kata penghubung and. Kalimat tersebut berada pada skala
sedang untuk tingkat keterbacaan dikarenakan sesuai dengan struktur bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran sehingga menempati skala keterbacaan 2.
03 A funeral was held in lieu of Upacara wisuda diganti dengan
graduation.(p.1) upacara pemakaman.
Pada Data.03 di atas, verba to be was tidak diterjemahkan sesuai arti yang terdapat
pada kamus. Kalimat di atas juga merupakan kalimat pasif dan berada pada skala
tinggi untuk tingkat keterbacaan dikarenakan sesuai dengan struktur bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran sehingga menempati skala keterbacaan 3.
04 When the ceremony is over, we Maka ketika upacara usai, serentak
throw our caps in the air, we kami melemparkan tutup kepala
are officially graduated from kami ke udara, sebagai ungkapan
college, the senior class of rasa gembira karena secara resmi
Brandeis university in the city telah di wisuda menjadi sarjana,
of Waltham, Massachusetts. dari Brandeis University di kota
(p.3) Waltham, Massachusetts.
Pada Data.04 di atas, verba to be is dan are tidak diterjemahkan sesuai arti yang
terdapat pada kamus. Kalimat di atas juga merupakan kalimat pasif dan berada
pada skala tinggi untuk tingkat keterbacaan dikarenakan sesuai dengan struktur
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran sehingga menempati skala keterbacaan
2,4.
05 He had always been a dancer, Professor tua itu seorang
my old professor. (p.5) penggemar dansa. (p.5)
Pada kalimat di atas, verba to be berbentuk been yang sebelumnya disandingkan
dengan kata had, kalimat ini merupakan kalimat dengan tenses Past Perfect. Kata
been tidak diterjemahkan di sini, namun cukup dapat dipahami dengan mudah apa
yang dimaksud oleh penulis. Kalimat ini dinilai memiliki tingkat keterbacaan
dengan skor 2,2.
06 I am taller than he is, and Karena lebih jangkung, aku
when he holds me, I feel menjadi kikuk, merasa tua, seolah-
awkward, older, as if I was the olah keadaan menjadi terbalik, aku
parent and he was the child. yang lebih tua dan ia yang menjadi
(p.4) anak.
Kalimat di atas merupaka kalimat majemuk, memiliki induk kalimat dan anak
kalimat. Kalimat tersebut memiliki dua verba to be, yaitu am dan was (was
muncul dua kali). Verba to be am dan was tidak diartikan, karena jika diartikan
sesuai makna yang terdapat dalam kamus akan membuat kalimatnya menjadi aneh
dibaca. Kalimat tersebut memiliki struktur subjunctive yang ditandai dengan
munculnya as if. Kalimat ini memiliki nilai keterbacaan 1,8.
07 When he steps back, I see that Ketika melepas pelukannya,
he is crying. (p.4) kulihat ia menangis.
Kalimat di atas juga termasuk kalimat majemuk yang memiliki anak kalimat dan
induk kalimat. Verb to be is yang diikuti dengan verb+ing merupakan kalimat
dengan struktur Present Continuous tense yang digunakan untuk menunjukkan
aktifitas yang sedang berlangsung. Kalimat ini dinilai skala keterbacaannya cukup
tinggi dengan nilai 2,6
08 No one there knew he was a Tak seorang pun disana tahu Pak
prominent doctor of sociology, tua itu seorang doctor Sosiologi
with years of experience as a yang sangat mumpuni, dengan
college professor and several pengalaman bertahun-tahun
well-respected books. (p.5) sebagai mahaguru dan sejumlah
karya tulis yang sangat disegani.
Kalimat di atas juga merupakan kalimat majemuk, dan verba to be yang muncul
yaitu was, tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus.
Sebenarnya, penerjemah bisa saja menerjemahkan was pada kalimat ini dengan
kata “adalah”, akan tetapi ia tidak melakukannya dengan tujuan menghindari
kekakuan pada hasil terjemahannya. Tingkat keterbacaan kalimat ini adalah 1,6.
Kalimat ini menggunakan struktur Past tense untuk menjelaskan aktifitas yang
terjadi di masa lampau.
09 One day he was walking along Pada suatu hari ketika sedang
the Charles River, and a cold berjalan-jalan di tepi sungai
burst of wind left him choking Charles, angin dingin yang
for air.(p.6) menerpanya membuatnya
mendadak seperti tercekik.
Kalimat ini menggunakan struktur Past Continuous tense yang ditandai dengan
munculnya verba to be was diikuti verb+ing, dan juga merupakan kalimat
majemuk. Verba to be was pada kalimat ini tidak dapat diterjemahkan
dikarenakan perbedaan struktur dari BSu dengan BSa, sehingga jika diterjemahkan
sesuai makna yang terdapat pada kamus akan membuat kalimat menjadi rancu dan
aneh dibaca. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
10 He was rushed to the hospital Segera ia dilarikan ke rumah sakit
and injected with Adrenalin. dan dokter menyuntiknya dengan
(p.6) Adrenalin.
Kalimat ini merupakan tipe kalimat pasif yang ditandai dengan adanya verba to be
was diikuti dengan verba bentuk ketiga. Verba to be was pada kalimat ini tidak
dapat diterjemahkan dikarenakan perbedaan struktur dari BSu dengan BSa,
sehingga jika diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus akan
membuat kalimat menjadi rancu dan aneh dibaca. Tingkat keterbacaannya adalah
2,2.
11 He was in his seventies by this Waktu itu usianya tujuh puluhan,…
point, … (p.6) (p.6)
Kalimat tersebut menggunakan struktur past tense, ditandai dari verba to be was
yang ada pada kalimat. Verba to be was di sini tidak diartikan, bahkan pada
kalimat ini kata keterangan waktu diletakkan di awal pada BSa, sementara pada
BSu kata keterangan waktu terletak di akhir kalimat. Hal tersebut dilakukan demi
mendapatkan hasil terjemahan yang baik dan sesuai struktur bahasa pada BSa.
Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2,6.
12 We’re not sure. Your times are Kami belum yakin. Reaksi anda
slow.(p.7) lambat.
Terdapat dua verba to be, masing-masing adalah verba to be are. Kedua kalimat
tersebut merupakan simple present tense, dan aktif intransitive. Verba to be are
tidak diartikan sesuai makna yang terdapat pada kamus, demi terjaganya kalimat
pada hasil terjemahan di BSa yang baik sesuai strukturnya dan tingkat
keterbacaannya adalah 1,4 (termasuk rendah; dikarenakan ada tanda titik yang
memisahkan membuat kalimat simple tersebut menjadi dua, yang semestinya jika
digabung menjadi kalimat majemuk akan terdengar lebih baik).
13 There was no known cure.(p.7) Belum ditemukan obat penyakit ini
Dengan menggunakan struktur past tense pada BSu, hasil terjemahannya di BSa
mendapat skor 2 untuk tingkat keterbacaan sedang. Verba to be was pada kalimat
ini tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus, namun demikian
hasil terjemahannya sudah cukup baik diterima dan sesuai dengan struktur pada
BSa.
14 Yes, you are, the doctor said. Ya, kata dokter. Maaf
I’m very sorry.(p.7)
Kalimat di atas merupakan dua kalimat simple present, yang sebenarnya dapat
digabung menjadi kalimat majemuk setara jika ditambahkan kata penghubung dan.
Namun struktur pada BSu nya sudah cukup baik dan lebih menekankan makna
“sorry” yang diucapkan oleh pembicara. Pada BSu, verba to be are dan am tidak
dterjemahkan, karena jika diterjemahkan malah akan merusak tatanan kalimat
pada BSu. Tingkat keterbacaan kalimat ini adalah 1,8.
15 ALS is like a lit candle; it melts ALS dapat dipadankan dengan
your nerves and leaves your sebatang lilin yang menyala; api
body a pile of wax. (p.9) membakar sumbunya dan yang
tersisa hanya seonggok lilin.
Verba to be is pada kalimat di atas tidak diterjemahkan sesuai makna yang
terdapat dalam kamus. Meskipun bisa saja diterjemahkan menjadi “adalah”, akan
tetapi penerjemahan memilih untuk tidak menerjemahkannya didasarkan alasan
bahwa struktur kedua bahasa berbeda dan akan mengurangi nilai terjemahan
sehingga verba to be tidak diterjemahkan. Tingkat keterbacaannya adalah 1,8
dengan kalimat yang menggunakan struktur simple present tense.
16 Morrie’s knew it was Morrie sendiri tau ia tak akan
less.(p.10) selama itu.
Verba to be was juga tidak diterjemahkan dalam kalimat ini. Kalimat ini
berstruktur past tense. Dengan tingkat keterbacaan 2,2; kalimat ini cukup dapat
dibaca dalam BSa.
17 The cane was exchanged for a Setelah itu tongkat diganti dengan
walker.(p.11) sebuah alat bantu berjalan.
Kalimat di atas merupakan bentuk kalimat pasif yang ditandai dari kehadiran
verba to be was kemudian diikuti oleh verba bentuk ketiga. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,4. Verba to be tidak diterjemahkan demi menjaga
baiknya keterbacaan bagi target reader di BSa.
18 But Morrie was not like most of Akan tetapi Morrie tidak seperti
us. (p.11) kebanyakan kita.
Kalimat di atas merupakan kalimat past tense yang ditandai dari adanya verba to
be was; yang tidak diterjemahkan sesuai makna dalam kamus. Penerjemah
memilih untuk tidak menerjemahkan verba to be dikarenakan struktur BSa yang
berbeda dengan BSu sehingga tidak mengharuskan setiap verba to be yang
muncul harus diterjemahkan karena hanya akan mengubah tatanan kalimat yang
baik dalam BSa. Tingkat keterbacaannya adalah 1,8; merupakan tingkat sedang
dalam skala yang digunakan dalam penelitian ini.
19 He was using a wheelchair Sekarang ia menggunakan sebuah
now, and he was fighting time kursi roda, dan ia merasa waktunya
to say all thing he wanted to tinggal sedikit sekali untuk
say to all the people he menyampaikan semua yang ingin
loved.(p.12) disampaikannya kepada semua
orang yang dicintainya.
Verba to be was diikuti oleh verba+ing merupakan struktur untuk kalimat past
continuos tense, dan to be was di sini tidak diterjemahkan langsung sesuai dengan
yang tertulis di kamus. Tingkat keterbacaan kalimat di atas adalah 2,4; merupakan
level sedang dalam skala keterbacaan pada penelitian ini.
20 Accept what you are able to do Terima apapun yang sanggup kau
and what you are not able to kerjakan dan apapun yang tak
do.(p.18) sanggup kau kerjakan.
Terdapat dua verba to be pada kalimat di atas yang merupakan jenis kalimat
majemuk (ditandai dari kemunculan kata penghubung and dalam kalimat). Verba
to be are tidak diterjemahkan sesuai arti dalam kamus. Hal itu dikarenakan jika
are diterjemahkan sesuai arti pada kamus akan menyebabkan kerancuan dalam
kalimat. Dapat dilihat bahwa penerjemah cukup menguasai kedua bahasa, baik
BSu maupun BSa. Tingkat keterbacaannya adalah 2,8; cukup tinggi dalam skala
keterbacaan penelitian ini.
21 Next thing you knew, there Selanjutnya, seperti yang Anda
were cameramen in Morrie’s ketahui, beberapa kamerawan
living room and Koppel’s mulai bekerja di ruang tengah
limousine was in front of the tempat tinggal Morrie, dan itulah
house. (p.19) sebabnya limusin Koppel diparkir
di depan rumahnya.
Terdapat dua verba to be pada kalimat di atas, yaitu were dan was. Kalimat ini
merupakan kalimat majemuk dengan menggunakan past tense. Verba to be were
dan was yang terdapat pada kalimat ini tidak diterjemahkan karena akan
menimbulkan kerancuan dalam kalimat sebagai akibat dari berbedanya struktur
BSu dan BSa. Tingkat keterbacaannya adalah 1,8.
22 There was an awkward Suasana menjadi hening dan agak
moment of silence, then the two kikuk, namun kedua orang itu
men were ushered into the dengan tenang masuk ke dalam
study. (p.19) ruang baca.
Terdapat dua verba to be pada kalimat di atas, yaitu was dan were. Kalimat ini
merupakan kalimat majemuk dengan menggunakan past tense. Verba to be were
dan was yang terdapat pada kalimat ini tidak diterjemahkan karena akan
menimbulkan kerancuan dalam kalimat sebagai akibat dari berbedanya struktur
BSu dan BSa. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
23 They were close to his heart, Mereka selalu ada dalam hatinya,
weren’t they?(p.20) benarkah?
Terdapat verba to be were yang berulang dalam kalimat ini. Maksudnya, verba to
be muncul hingga dua kali yang disebabkan oleh jenis kalimatnya. Kalimat ini
merupakan jenis kalimat question tag. Verba to be were yang pertama pada klausa
pernyataannya merupakan to be berjenis positif. Kemudian pada klausa question
tag-nya, verba to be were dalam bentuk negative. Tingkat keterbacaannya adalah
2,4.
24 Koppel was Koppel tampak kikuk.
uncomfortable.(p.20)
Verba to be was muncul pada kalimat ini sebagai penanda bahwa kalimat ini
merupakan kalimat yang menggunakan simple past tense untuk menunjukkan
bahwa ini adalah kalimat yanag menyatakan kejadian di masa lampau. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,4.
25 I thought you were a Menurutku anda seorang narsisis.
narcissist.(p.21)
Verba to be were pada kalimat di atas tidak diterjemahkan sesuai makna dalam
kamus. Kalimat di atas merupakan kalimat dengan menggunakan past tense. Jika
dilihat dari makna pada kamus, verba to be were dapat diterjemahkan menjadi
adalah, namun tidak dilakukan oleh penerjemah. Tingkat keterbacaannya adalah
2,4.
26 So far, I’ve been able to do Sejauh ini, aku masih mampu.
it.(p.22)
Kalimat di atas merupakan kalimat present perfect tense. Verba to be been tidak
diterjemahkan oleh penerjemah. Kalimat di atas juga merupakan kalimat majemuk
yang ditandai dari kata penghubung “so far” yang diikuti tanda koma. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,8; cukup tinggi dengan skala tertinggi adalah 3.
27 Will I be able to Apakah aku akan terus mampu?
continue?(p.22)
Verba to be be tidak diterjemahkan langsung sesuai makna yang terdapat pada
kamus. Kalimat di atas merupakan kalimat Tanya menggunakan modal will
sebagai kata Tanya (tidak berpola 5W1H question). Jika verba to be be
diterjemahkan sesuai makna kamus, maka akan terjadi kerancuan pada kalimat
sehingga penerjemah memilih untuk tidak menerjemahkannya. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,4.
28 I have never been asked this by Belum pernah ada guru yang
a teacher.(p.24) mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadaku.
Kalimat di atas mengunakan present perfect tense yang berpola have+been+V3.
Dengan demikian, verba to be been tidak diterjemahkan sesuai makna yang
terdapat pada kamus karena aka menimbulkan kerancuan pada kalimat. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,8.
29 I was talking to a TV producer Aku sedang berbicara dengan
about a piece we were seorang produser televisi mengenai
doing.(p.26) suatu proyek.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari kalimat dengan pola
past continuos tense yang menjadi induk kalimat dan anak kalimat. Verba to be
was dan were tidak diterjemahkan demi menjaga agar hasil terjemahan tidak kaku
dan tidak berpatokan pada struktur kalimat BSu. Tingkat keterbacaannya adalah
2,8.
30 All right, I’ll be your coach. Baiklah, aku akan menjadi
And you can be my pelatihmu. Dan kau akan menjadi
player.(p.31) pemainku.
Tingkat keterbacaan kalimat ini adalah 2,2. Kalimat di atas menggunakan verba to
be be yang tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus, karena
akan menimbulkan kalimat yang rumit untuk dipahami. Kalimat di atas adalah
kalimat yang berpola present tense.
31 I’m visiting with my old pal Aku sedang bersama sahabat
now.(p.33) lamaku.
Adanya kata keterangan waktu now, semakin mempertegas bahwa kalimat di atas
adalah kalimat present continuos tense. Verba to be am tidak diterjemahkan
karena penerjemah memahami kedua struktur bahasa dengan baik sehingga ia
memilih tidak menerjemahkan am demi menghindari hasil terjemahan yang rumit
dipahami. Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2,8.
32 Had it not been for Kalau bukan karena kebetulan
“nightline,” Morrie might have menangkap siaran yang
died without ever seeing me menayangkan acara nightline,
again.(p.33) barangkali Morrie akan
meninggalkan dunia ini tanpa
pernah melihatku lagi.
Kalimat dengan modal had di awal ini memunculkan verba to be been yang dalam
BSa tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus. Tingkat
keterbacaannya adalah 1,6; tergolong rendah dengan skala tertinggi adalah skor 3.
33 I squirmed, wanting to show I Aku malu, ingin menunjukkan
had been grappling deeply with betapa aku pernah berusaha
such question.(p.34) mendalami pertanyaan-pertanyaan
macam itu.
Kalimat di atas merupakan kalimat past perfect tense. Verba to be been tidak
diterjemahkan sesuai makna kamus karena penerjemah menghindarkan kekakuan
pada kalimat di BSa. Tingkat keterbacaannya adalah 1,4.
34 Instead, I had been in Detroit Aku tinggal di Detroit, sudah
for ten years now, at the same sepuluh tahun, bekerja di tempat
workplace, using the same yang sama, menggunakan bank
bank, visiting the same yang sama, pergi bercukur ke
barber.(p.34) tempat yang sama.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk dengan struktur past perfect tense.
Verba to be been tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus
demi menghindari kerumitan pada kalimat BSa. Kalimat di atas memiliki
keterbacaan 2,2.
35 But his passion for books is Akan tetapi gairahnya terhadap
real and contagious.(p.39) buku nyata dan menular.
Verba to be is seharusnya dapat diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada
kamus, yaitu “adalah”; namun penerjemah memilih tidak menerjemahkannya demi
menjaga kalimat pada BSa tidak
36 This is because they’re chasing Ini karena mereka memburu
the wrong things.(p.43) sasaran yang salah.
Verba to be is dan are pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini
merupakan kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya
adalah 2,8.
37 We’re going to fight until we Kita akan berjuang sampai
win!(p.44) menang!
Verba to be are pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 3.
38 You’re coming to visit me, he Kau akan datang ke mari, katanya,
said, less a question than a lebih sebagai sebuah pernyataan
statement.(p.45) ketimbang pertanyaan.
Verba to be are pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
39 He warns me that money is not Ia mengingati aku bahwa uang
like the most important thing, bukan yang paling penting,
contrary to the popular view berlawanan dengan pandangan
on campus.(p.46) popular di kampus itu.
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
40 I want to hug him, to thank him Aku ingin memeluknya, berterima
for saying that, but I am not kasih karena mengatakannya, tetapi
that open.(p.47) aku tidak seterbuka itu.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
41 Because it’s the ultimate sign Karena itu tanda ketergantungan
of dependency.(p.49) yang sangat menyeluruh.
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 1,8.
42 But I’m working on it.(p.49) Tapi aku sedang bersiap diri
menerima keadaan itu.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
43 I’m trying to enjoy the Aku akan berusaha menikmati
process.(p.49) proses situ.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
44 But, it’s hard to explain, Tapi, yang satu ini sulit
Mitch.(p.50) diterangkan, Mitch.
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,8.
45 Now that I’m suffering, I feel Sekarang, karena aku sedang
closer to people who suffer menderita, aku merasa lebih akrab
than I ever did before.(p.50) dengan orang-orang yang
menderita, perasaan yang
sebelumnya tidak sekuat ini.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
46 Maybe death is the great Mungkin kematian semacam
equalizer, the one big thing equalizer besar, sesuatu yang
that can finally make strangers akhirnya sanggup membuat
shed a tear for one seseorang menitikkan air mata atau
another.(p.51) penderitaan orang lain yang betul-
betul asing baginya.
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 1,6.
47 I am not bothered by the Aku tidak merasa terganggu oleh
silence.(p.54) keheningan itu.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
48 For all the noise I make with Untuk semua kebisingan yang
my friends, I am still not kubuat bersama teman-temanku,
comfortable talking about my aku belum terbiasa
feeling in front of others- mengungkapkan perasaanku di
especially not depan orang lain- terutama teman
classmates.(p.54) sekelasku.
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
49 A little each morning, a few Setiap pagi kubiarkan diriku
tears, and that is all. (p57) menangis sedikit, tapi hanya itu.
(p62)
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 1,6.
50 It’s horrible to watch my body Memang ngeri menyaksikan
slowly wilt away to nothing. bagaimana tubuhku perlahan-lahan
(p57) kehilangan fungsinya. (p62)
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
51 There were sporting events Banyak peristiwa olahraga yang
each night that I would have semestinya dapat kuliput.
gone to cover.
Verba to be were pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola pastt continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
52 Had he been able to stand, Andaikata ia dapat berdiri
he’d have been no more than tingginya tidak akan lebih dari satu
five feet tall, he’d probably setengah meter, dan celana yang
have fit into a sixth grader’s pas baginya mungkin celana untuk
jeans. (p48) seorang anak kelas enam Sekolah
Dasar. (p51)
Kalimat dengan modal had di awal ini memunculkan verba to be been yang dalam
BSa tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus. Tingkat
keterbacaannya adalah 2,2.
53 In fact, Tuesday had always Sesungguhnyalah, Selasa selalu
been our day together. (p51) menjadi hari kebersamaan kami.
(p55)
Kalimat dengan modal had memunculkan verba to be been yang dalam BSa tidak
diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus. Tingkat keterbacaannya
adalah 1,6; tergolong rendah dengan skala tertinggi adalah skor 2,4.
54 Most of my courses with Kebanyakan kuliah yang diberikan
Morrie were on Tuesday, he Morrie berlangsung pada hari
had office hours on Tuesday. Selasa, ia menerima mahasiswa
(p51) dikantornya setiap selasa. (p55)
Verba to be were pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
55 He was spending less and less Ia terus mengurangi waktunya
time in the kitchen or living untuk berada di dapur atau diruang
room and more in his study. tengah dan lebih banyak berada
(p56) diruang kerja. (p60)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
56 What if today were my last day Bagaimana andaikata hari ini
on earth? (p64) menjadi hari terakhirku di muka
bumi? (p68)
Verba to be were pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
57 There was no feeling-out Mereka tak usah saling mengukur,
process, no interview before tak usah saling curiga.
the interview. (p69)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,8.
58 He was not waving his hands Setiap kali ia ingin menegaskan
to make a point as freely as he sesuatu dengan melambaikan
had in their first conversation. tangannya, geraknya tidak sebebas
(p70) dalam wawancara yang pertama.
(p74)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4
59 It was such a simple answer Itulah antara lain jawaban
that Koppel had to smile. (p70) sederhana yang membuat Koppel
tersenyum. (p74)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
60 They had been together at Mereka telah berkarya bersama di
Brandeis since the early Brandeis sejak awal tahun enam
sixties. (p70) puluhan. (p74)
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk dengan struktur past perfect tense.
Verba to be been tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus
demi menghindari kerumitan pada kalimat BSa. Kalimat di atas memiliki
keterbacaan 2,4.
61 Since the first “Nightline” Sejak acara Nightline yang
program, there had been a terdahulu ia menerima surat
great deal of mail.(p71) banyak sekali. (p75)
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk dengan struktur past perfect tense.
Verba to be been tidak diterjemahkan sesuai makna yang terdapat pada kamus
demi menghindari kerumitan pada kalimat BSa. Kalimat di atas memiliki
keterbacaan 2,8.
62 What else is there? ,… (p.76) Ada lagi?, … (p.81)
Verba to be is pada kalimat di atas tidak diterjemahkan sesuai makna yang
terdapat dalam kamus. Meskipun bisa saja diterjemahkan menjadi “adalah”, akan
tetapi penerjemahan memilih untuk tidak menerjemahkannya didasarkan alasan
bahwa struktur kedua bahasa berbeda dan akan mengurangi nilai terjemahan
sehingga verba to be tidak diterjemahkan. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2
dengan kalimat yang menggunakan struktur simple present tense.
63 The kids in the neighborhood Anak-anak disekitar situ baru
were going off to school, and berangkat ke sekolah, dan ketika
as the passed, Morrie looked mereka lewat Morrie memandangi
down.(p72) mereka. (p77)
Verba to be were pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past continuos tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
64 He worked in the fur business, Ia seorang pekerja lepas di pabrik
but was constantly out of a pengolahan kulit hewan berbulu
job.(p74) tebal, tetapi sering tidak kebagian
pekerjaan.(p78)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
65 Uneducated and barely able to Karena tidak berpendidikan dan
speak English, he was terribly hampir tak mampu berbahasa
poor, and the family was on inggris, dia miskin sekali, sehingga
public assistance much of the keluarganya sering hanya
time.(p74) bergantung pada santunan social
dari negara. (p78)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
66 The fresh air might be good for Udara segar mungkin baik bagi
the children, the relatives anak-anak ini demikian pikir para
thought.(p74) kerabat mereka.
Verba to be be pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
67 She talked when her new Ia bicara meskipun suaminya diam
husband was silent, she sang saja, dan ia menyanyi untuk anak-
songs to the children at anak pada malam hari.
night.(p76)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat majemuk dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
68 There was no escaping their Namun kemiskinan tak pernah
poverty, however. (p76) meninggalkan mereka.
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
69 There was one about a girl Ada sebuah lagu tentang seorang
trying to sell her cigarettes. anak perempuan yang mencoba
(p76) menjual rokok.
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
70 Still, despite their Kendati dalam situasi seperti itu,
circumstances, Morrie was Morrie diajarin tentang cinta dan
taught to love and to care. kasih sayang.
(p77)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat pasif dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
71 Incredibly, Morrie had been Diluar dugaan, Morrie diminta
told by his father never to talk ayahnya untuk tidak pernah bicara
about her. (p77) lagi tentang ibunya.
Verba to be been pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past perfect tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
72 It was a terrible burden to Ini beban yang berat sekali bagi
Morrie.(p77) Morrie.
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
73 The room was dark and hot, Ruangan itu gelap dan panas,
the windows covered with filth, jendelanya penuh dengan kotoran
and the machines were packed dan sarang laba-laba, mesin-mesin
tightly together, churning like dipasang berdempetan dengan
train wheels.(p77) bunyi gemuruh seperti bunyi roda
kereta api.
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
74 This, for Morrie, was a Bagi Morrie ini justru sebuah
blessing.(p78) berkah.
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
75 It was only thought default that Bukan suatu kebetulan bila orang
the best professor I ever had ini belakangan menjadi guruku.
became a teacher.(p78)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat pasif dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
76 Everyone knows they’re going Setiap orang tahu mereka akan
to die, but nobody believes it. mati tapi tak seorangpun percaya
(p80) itu bisa terjadi dalam waktu
dekat.(p85)
Verba to be are pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.
77 He was in a businesslike mood Suasana hatinya sedang seperti
this Tuesday. (p80) orang bisnis pada Selasa ini. (p85)
Verba to be was pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola past tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,2.
78 Without love, we are birds with Tanpa cinta, kita laksana burung
broken wings.(p.92) yang sayapnya patah. (p.97)
Verba to be are pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,4.
79 I am okay.(p.106) Aku tidak apa-apa. (p.112)
Verba to be am pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2,6.
80 And this is where detachment Dan pada saat seperti inilah aku
comes in (p.106) perlu mematikan rasa (p.113)
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 1,8
81 This is my moment.(p.106) Inilah saatku.(p.113)
Verba to be is pada kalimat ini tidak diterjemahkan. Kalimat ini merupakan
kalimat dengan pola present tense. Tingkat keterbacaannya adalah 2.

Anda mungkin juga menyukai