TESIS
Oleh
RIZKA ELFIRA
137009013/LNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIZKA ELFIRA
137009013/LNG
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Judul Tesis
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma dan kaidah penulisan
ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang disandang dan
Rizka Elfira
TERJEMAHAN VERBA TO BE PADA NOVEL
TUESDAYS WITH MORRIE DALAM BAHASA INDONESIA
ABSTRAK
ABSTRACT
The aims of this qualitative study are to describe the variations of verb to be on
“Tuesdays with Morrie” and its translation in bahasa“Selasa Bersama Morrie”, to
analyzed why verb to be translated in the variations and to assess the readability. The
data are the verb to be in sentences, taken from “Tuesdays with Morrie” by Mitch Albom
and its translation “Selasa Bersama Morrie” translated by Alex T.K Widodo. The theory
from Larson is used which correlated with the differences between the structures in
source and target language and used Silalahi’s model (2009) to assess the readability.
The result showed that in translating this novel, not all verb to be could be translated
based on its meaning in dictionary. The variations in novel are: 10 data for “adalah”
(9,8%), 7 data for “apakah”(6,9%), 4 data for “nya” (3,9%) and 81 data for “tidak
diterjemahkan” (79,4%). The reasons why verb to be are translated: (1) based on the
meaning in dictionary, (2) considering with the source and target language, (3) to smooth
the novel in target language, (4) the translator understand the structure in both language
as well, (5) translator made the priorities in meaning, form, message and the figurative
language. The readability for the high level is when the verb to be translated as “tidak
diterjemahkan”(79,32%), the middle level is when verb to be translated as “adalah”
(9,35%) and “apakah” (7,09%), and then the low level is when verb to be translated as
“nya” (4,24%).
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada
Program Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
penulis. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Pertama, Dr. Syahron Lubis, M.A, yang telah
memberikan banyak masukan, arahan, bimbingan dan dukungan dalam
penyelesaian tesis ini kepada penulis.
3. Ketua Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D, yang telah memberikan arahan dan
dukungan kepada penulis.
4. Pembimbing Kedua, Dr. Roswita Silalahi, M.Hum, yang telah sangat banyak
memberikan arahan, membimbing, membantu, dan mendampingi penulis
sejak dari awal hingga selesainya tesis ini.
5. Koordinator Kajian Terjemahan, Dra. Hayati Chalil, M.Hum yang telah
menampingi penulis selama proses penulisan tesis ini, serta memberikan
saran-saran demi hasil yang terbaik.
6. Penguji, Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D; Dr. Muhizar Muchtar, M.S dan Dr.
Nurlela, M. Hum, yang telah memberikan banyak masukan berupa kritik dan
saran hingga pada akhirnya tesis ini terselesaikan dengan baik.
7. Para dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
8. Kedua orang tua tercinta Bapak Rizal Syam dan Ibu Yusni.R yang selalu
mendoakan tiada henti dan memberikan kasih sayangnya, dan juga kepada
kakak tercinta Rizki Zulfina dan adik tersayang Agung Ridha Priyana yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis selama masa perkuliahan sampai
selesai.
9. Teman-teman penulis di Konsentrasi Terjemahan Stambuk 2013 Program
Studi Linguistik: Gusvica Sari, Maymunah Ritonga, Eka Rista Girsang,
Agustinus Hulu, Ely Hayati Nasution, serta seluruh teman seangkatan
Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara, stambuk 2013.
10. Teristimewa teman-teman terbaik selama menjalani kuliah pasca sarjana: Siti
Aulia Febriyanti, Nur Khanifah Rizky Lubis dan Juni Enita Ginting yang
selalu membantu, menghibur dan sama-sama berjuang dengan semangat
menyelesaikan masa perkuliahan ini.
11. Ucapan terimakasih khusus kepada sahabat-sahabat sejak kecil hingga
sekarang, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat:
Robby P.L, Nurainun, Fani Ard, Mesayu A, Juliana, Dewi P.L, Poppy. A, dan
lain-lain yang tidak dapat disebutkan di sini satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna karena memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan peneliti selanjutnya.
Penulis,
Rizka Elfira
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : RIZKA ELFIRA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 6 Januari 1987
Alamat : Jl. Taman Bahagia No. 17-C Tebing Tinggi,
Sumatera Utara
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
HP : 0813-7570-2616
E-mail : rizka_elfira@yahoo.com
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xi
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
berbagai teks dari bahasa Inggris (sebagai bahasa sumber yang menjadi bahasa
(BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Pesan yang disampaikan haruslah sesuai
dengan maksud dari BSu sehingga dihasilkan terjemahan yang sepadan dengan
teks sumber. Sesuai dengan pendapat Nida dan Taber (1969: 12) yang
the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of
meaning and secondly in terms of style. Jadi, penerjemahan adalah upaya untuk
terkandung dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal
gaya bahasa.
Saat ini banyak karya sastra dunia berupa drama, novel dan puisi telah
Novel, sebagai bentuk karya sastra yang lengkap dan luas, banyak
sampainya pesan dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) tanpa
Penerjemahan novel dari bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BSu) ke dalam
bagi para pembaca yang tidak memahami BSu tetapi dapat menikmati novel
dalam BSa.
berbeda dengan menerjemahkan teks biasa. Perbedaan itu terletak pada pemakaian
berbagai ungkapan dan kiasan, yang hampir tidak dijumpai di dalam bahasa sains.
serta tuturan gaya bahasa, sedangkan bahasa ilmu atau sains bersifat denotatif dan
mengandung banyak istilah teknik. Hal tersebut diperkuat oleh Tianmin (2006: 15)
yang mengatakan:
“Translation a novel is different from translating science. Science deals
with universals; and literal translation may be welcomed by academics
interested. The happenings in novels are semi-imaginary, being designed
to move feelings of the community.”
tersurat dalam serangkaian kalimat, namun memahami tujuan apa yang tersirat di
menerjemahkan informasi, (2) penambahan interpretasi dari teks asli, dan (3)
penginterpretasian dangkal atas beberapa hal penting yang saling berkaitan yang
terkandung di dalam karya sastra dan pada akhirnya munculah sebuah hasil
terjemahan novel yang menyimpang dari teks dan konteks aslinya. Seperti yang
the meaning of a text into another language in the way that the author intended
the text”. Munday (2001:5) juga menyatakan bahwa terjemahan adalah peralihan
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks, Sementara itu
suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain
tiga makna kata terjemahan; yang pertama, terjemahan mengacu pada proses
dikatakan Nababan (1997: 39), yakni: (1) sistem BSu dan BSa berbeda, (2)
kompleksitas semantik dan stilistik, (3) tingkat kemampuan penerjemah dan (4)
bahasa sumber (BSu) sangat berpengaruh pada hasil kualitas terjemahan novel
dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (BSa). Hal ini sesuai dengan
pemaparan Nababan di atas, bahwa penerjemahan novel dari BSu ke dalam BSa
dan stilistika, serta kemampuan penerjemah dalam memahami BSu yang hendak
penerjemah tidak hanya dalam memilih padanan kata yang tepat, akan tetapi lebih
yaitu sistem bahasa yang berbeda antara BSu dengan BSa. Pada BSu dikenal
adalah kata pelengkap dalam suatu kalimat yang digunakan untuk menyambung
Novel Tuesdays with Morrie merupakan karya dari Mitch Albom yang
ditulis dengan alur maju mundur. Dalam karya sastra dikenal istilah alur yang
menjadi salah satu unsur intrinsiknya. Alur berfungsi menjelaskan jalan sebuah
cerita mulai dari bagian awal, bagian utama serta bagian akhir.. Alur terbagi tiga
jenis, yaitu:
2) Alur mundur: sering juga disebut flashback yang bercerita tentang latar
muda.
Novel Tuesdays with Morrie ini merupakan salah satu novel dengan alur
maju mundur atau campuran yang penuh dengan perubahan verba to be sebagai
penanda waktu atau tenses dalam bahasa Inggris; sementara terjemahannya adalah
“Selasa Bersama Morrie” yang dalam aturan tata bahasa Indonesia tidak mengenal
verba to be. Verba to be pada bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BSu)
sangat berbeda dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (BSa). Misalnya
pada bahasa Inggris, verba to be is ketika muncul dalam kalimat akan benar-benar
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, kata “adalah” merupakan padanan kata
yang tepat dalam menerjemahkan to be is dan juga merupakan bagian dari verba
tidak terlalu mempengaruhi sampainya pesan yang terdapat pada kalimat. Sebagai
contoh:
Pada contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa pada kalimat “The subject
was The Meaning of Life”, merupakan kalimat dengan menggunakan Past Tense,
sehingga verba to be yang muncul adalah was. Pada kalimat tersebut, verba to be
was tidak diterjemahkan secara harfiah sesuai makna yang terdapat pada kamus.
dalam bahasa sumbernya namun tidak diterjemahkan langsung sesuai makna yang
terdapat pada kamus. Pada umumnya kalimat tersebut menggunakan pola kalimat
pasif atau Passive Voice. Selain itu juga terdapat contoh kalimat “I was the
student” yang diterjemahkan menjadi “Mahasiswa itu adalah aku.” Pada kalimat
ini, verba to be yang muncul adalah was dan diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran (BSa) menjadi “adalah” (sesuai dengan makna yang terdapat dalam
kamus).
Verba to be termasuk pada auxiliary verbs (kata kerja bantu) yaitu kata
kerja yang digunakan bersama-sama dengan kata kerja lain untuk menyatakan
tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi grammatikal (is,
am, are, was, were, be, been, being) yang terkadang dapat juga berfungsi penuh
Pada novel Tuesdays with Morrie terdapat beragam verba to be yaitu: is,
am, are, was, were, be, being dan been. Keragaman tersebut muncul dikarenakan
pola kalimat yang berbeda yang muncul dalam novel tersebut, tergantung dari
Penelitian ini hanya dibatasi sampai BAB 15 – Selasa Keenam- yang menjadikan
novel Tuesday with Morrie dan “Selasa Bersama Morrie” sebagai sumber datanya,
karena dianggap ke-15 bab ini cukup dapat mewakili penelitian ini untuk melihat
Data yang diambil berupa verba to be yang terdapat pada kalimat dalam
novel versi BSu dan membandingkannya dengan terjemahan pada novel versi
BSa-nya. Novel ini dipilih dikarenakan isinya yang sangat baik jika dilihat dari
isu yang saat ini beredar luas di Universitas Sumatera Utara; yaitu melemahnya
karena novel berisi pandangan hidup tentang kematian dari seorang professor
yang telah pensiun dari universitas. Sang professor menderita penyakit mematikan,
Diharapkan isi dari novel ini dapat menginspirasi para pengajar dan mahasiswa di
dalam hidup sehingga permasalahan bunuh diri tidak lagi melanda dunia kampus.
menganalisis karya Mitch Albom yang diterjemahkan oleh Alex T.K Widodo
keterbacaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Indonesia?
Bersama Morrie”.
variasi tersebut.
terjemahan. Objek dari kajian penelitian ini adalah bagaimana variasi verba to be
pada novel Tuesdays with Morrie dan terjemahannya “Selasa Bersama Morrie”,
pada novel tersebut dan. Satuan terjemahan yang dikaji adalah verba to be yang
terdapat pada kalimat dalam bahasa Inggris sebagai BSu dan terjemahannya
dalam BSa. Data yang berupa variasi verba to be diambil dari Bab 1 sampai Bab
15 dari novel TWM dan SBM karena dianggap cukup dapat mewakili untuk
1. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa yang digunakan pada teks hasil
2. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa yang digunakan pada teks asal
yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat selalu kita
5. Novel berasal dari bahasa Italia; novella yang berarti “sebuah kisah atau
panjang dan tidak dibatasi dengan sajak. Pada umumnya, sebuah novel
sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.
(bahasa sasaran).
8. Verba to be (am, are, is, was, were, be, being dan been) dapat diartikan
kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi
Auxiliary adalah:
2) Was, were
5) Can, could
6) May, might
7) Will, would
8) Shall, should
9) Must
10) Ought to
10. Kata kerja adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan yang
memiliki fungsi utama: (1) sebagai predikat atau sebagai inti predikat
keadaan yang bukan sifat, (3) kata kerja, khususnya yang bermakna
keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti „paling„ seperti kata
mati atau suka, (4) pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan
sekal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada bab sebelumnya, pada bab
ini akan disajikan teori-teori yang relevan, yang nantinya akan digunakan sebagai
dasar dalam menganalisis data pada Bab IV. Bab ini berisi kajian teori, penelitian
pesan bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa yang berbeda atau bahasa sasaran
(BSa) dengan tetap menjaga nilai-nilai semantik dan gaya padanan bahasa sumber.
oleh penerjemah dalam mengalihkan pesan teks BSu ke BSa dan diwujudkan
dalam tiga tahapan: (1) analisis teks sumber pada BSu, (2) pengalihan pesan, dan
(3) penyusunan kembali teks BSa (Nida, 1964 dalam Silalahi 2009: 16).
yang paling mendekati pesan dalam BSu, baik dalam makna maupun gaya bahasa
kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson
dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984: 2), Nida dan Taber dalam teori
penerjemahan (509 - 511) serta Catford dalam pergeseran yang terjadi pada
penerjemahan (1965:73).
Menurut Bell yang dikutip oleh Basnett – McGuire (1980:116), ada enam
aturan umum bagi penerjemah dalam prosa fiksi (tulisan hasil rekaan yang
mengandung cerita):
harus diingat bahwa idiom dalam bahasa sumber (BSu) mungkin sekali
kata yang digunakan tidak sama persis, contohnya ekspresi „It doesn’t
Kata “maksud‟ di sini berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung
sama dalam BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Sebagai
Indonesia yaitu „Saya tak akan panjang‟ Setelah disimak kembali ternyata
dalam BSa itu lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah
bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa. Hal tersebut sama seperti apa yang
dalam bahasa sasaran (BSa). Sesuai dengan pendapat Larson (1984: 6) bahwa
terjemahan yang baik haruslah yang (1) memakai bentuk – bentuk yang wajar
(BSu) kepada penutur bahasa sasaran (BSa), dan (3) mempertahankan dinamika
teks bahasa sumber (BSu) yaitu kesan yang diperoleh oleh penutur asli bahasa
sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) ketika membaca teks terjemahan.
hanya bermakna proses pentransferan makna dari bahasa sumber (BSu) ke dalam
bahasa sasaran (BSa), tetapi juga dianggap sebagai pengalihan makna yang
terkandung dalam teks bahasa sumber (BSu) ke dalam teks bahasa sasaran (BSa)
dengan mengutip dari Basnett (1995: 14) yang menyatakan bahwa terjemahan
original written text in the original verbal language into a written text in a
adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan
padanan materi tekstual dalam bahasa lain (bahasa sasaran)”. Sementara Nida
paling dekat, sepadan dan wajar dari BSu ke dalam BSa baik dalam hal makna
maupun gaya. Teks yang diterjemahkan dapat terdiri dari kata, frasa, klausa,
pengalihan pesan tulis dari teks BSu ke dalam teks BSa. Kewajaran dalam
penerjemah terhadap BSu dan BSa yaitu dalam hal penguasaan grammatical dan
kosa kata bahasanya. Sementara Bell (1991: 13) menyatakan terdapat tiga makna
menerjemahkan maupun hasil dari proses penerjemahan. Pada sisi lain Bell (1991)
terjemahan.
Source language Analysis
Text
Target
Semantic
Language
Representation
Synthesis
Gambar 1: Proses Penerjemahan (Bell: 1991)
yang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual (kata, frasa, klausa, dan kalimat);
untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Kemudian
yang terkandung dalam teks tersebut. Jika seorang penerjemah mampu memahami
makna yang disampaikan dalam teks maka dia akan mampu menyintesiskannya.
Nababan (1997: 39) menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi
diterjemahkan, yakni:
1) Sistem BSu dan BSa berbeda
menjadi hal yang tidak penting jika semua bahasa memiliki sistem aturan
dilakukan.
penerjemahan sulit dilakukan. Gaya bahasa yang digunakan pada BSu dan
teks tidaklah memadai, maka teks terebut dianggap sukar. Sementara itu,
sangat baik.
menyangkut kata “terjemahan” yakni proses dan hasil / analisis sintesis. Pertama,
pergantian dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks
bahasa dalam bahasa sasaran. Namun, pengertian “tingkat isi” harus dipahami
secara maksimal, yakni tidak hanya menyangkut arti dasar (material meaning),
ide atau konsepsi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran yaitu berupa norma
nuansa ekspresif. Lebih jelasnya bahwa kepatuhan pada norma - norma bahasa
oleh penerjemah, kendati ia bebas memilih sarana yang satu, maupun yang lain
tetap disampaikan dalam teks terjemahan dengan bantuan sarana leksikal kalimat
bahasa seperti dalam kalimat bahasa Inggris: She had been rather pretty dipakai
sarana gramatikal - kala pluperfektum (past perfect tense) yang tidak ada dalam
sarana leksikal: „Dia dulu pernah begitu cantik‟. Penggantian sarana gramatikal
dengan sarana leksikal dalam penerjemahan mungkin tidak terjadi, jika teks
menyampaikan semua informasi yang ada dalam teks bahasa sasaran, termasuk
sarana gramatikalnya.
terjemahan terfokus pada tiga hal pokok, yaitu: (1) ketepatan pengalihan pesan,
(2) ketepatan pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, dan (3) kealamiahan
(readability).
dan BSa. Pesan yang diterjemahkan harus tersampaikan secara akurat, dan sama
menjadi fokus utama penerjemah. Jika keakuratan suatu terjemahan sangat rendah
sekali, maka dapat dipertanyakan apakah hasil tersebut termasuk hasil terjemahan
atau bukan.
terjemahan terhadap norma, kaidah dan budaya BSa. Terjemahan dengan tingkat
keberterimaan yang tinggi akan menghasilkan terjemahan yang alamiah dan tidak
kaku.
keterbacaan yang tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami serta dimengerti
oleh pembaca teks bahasa sasaran. Di sini peran pembaca sangat diperlukan dalam
terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain panjang rata-rata kalimat,
jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatika dari bahasa yang digunakan.
karya sastra, khususnya prosa. Berikut ini adalah beberapa strategi penilaian
dipindahkan dari Tsu sama dengan yang ada di Tsa. Untuk menyatakan makna
Nida dan Taber (1982:13) menegaskan bahwa pesan harus diutamakan karena isi
pesanlah yang terpenting. Ini berarti bahwa penyimpangan tertentu yang agak
radikal dari formal itu diperbolehkan atau bahkan diperlukan. Larson (1984:490)
informasi yang disampaikan, tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang
(2) Setelah semua informasi diyakini telah ada, penerjemah perlu mencari
terjemahan itu mudah dipahami maksudnya atau tidak. Tulisan yang tinggi
tulisan yang lebih rendah tingkat keterbacaannya akan lebih sukar untuk dibaca.
(punctuation), ejaan (spelling), spasi antarbaris (spaces between lines) dan ukuran
sama dengan bahasa sumber (BSu) yang dinyatakan dalam bentuk yang wajar
dalam bahasa sasaran (Bsa). Tujuan dari uji kewajaran (naturalness test) adalah
untuk melihat apakah bentuk terjemahannya alamiah atau sudah tepat dengan
dihasilkan itu dapat dimengerti dengan benar oleh penutur BSa atau tidak. Uji
keterpahaman ini terkait erat dengan masalah kesalahan referensial yang mungkin
terjemahan itu dapat dipahami oleh pembaca sasaran atau tidak. Larson
(1984:493-497).
bersifat teknis. Tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik
menyatakan ungkapan BSu. Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan
yang harus dihindari. Salah satu kelemahan itu adalah ketidakajegan
(inconsistency).
kunci yang digunakan secara berulang-ulang. Jika BSu panjang atau proses
terjadinya ketidakajegan penggunaan padanan kata untuk istilah kunci itu. Maka
terhadap ketidakajegan itu. Hal ini biasanya terjadi pada penerjemahan atau
harus membutuhkan perhatian yang cermat. Misalnya, keajegan dalam hal ejaan
nama orang dan tempat amat diperlukan. Penggunaan tanda baca dan huruf kapital
juga harus diperiksa secara cermat. Apakah penggunaan tanda tanya [?], koma [,],
kurung [( )], titik dua [:], titik koma [;], tanda seru [!] atau tanda baca lainnya
lain yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas terjemahan adalah terjemahan
balik (back-translation). Secara praktis, teks bahasa Inggris (Teks A), misalnya,
diterjemahkan kembali ke Teks A1. Semakin sama pesan Teks A1 dengan pesan
tentang isi teks Bsa. Pembaca teks Bsa diminta membaca teks terjemahan dan
menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang telah dipersiapkan oleh penilai. Jika
benar sebanyak pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh pembaca teks Bsu, itu
merupakan indikasi bahwa pesan teks terjemahan sudah sama dengan teks Bsa
terjemahan non-teknik (misalnya teks sastra), (2) hasil terjemahannya tidak selalu
2.1.4 Keterbacaan
atau tidaknya suatu teks terjemahan dapat dipahami. Teks terjemahan dikatakan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami
serta dimengerti oleh pembaca teks sasaran. Pembaca berperan sebagai subjek
yang menilai apakah suatu tulisan masuk kategori mudah dibaca atau tidak. Selain
itu, tingkat keterbacaan suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: (1) panjang rata-rata kalimat, (2) jumlah kata-kata baru, (3)
kompleksitas dari bahasa yang digunakan, (4) penggunaan kata/kalimat asing dan
daerah, (5) penggunaan kata/kalimat ambigu, (6) penggunaan kalimat yang tidak
lengkap, (7) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis, (8) kemampuan dan
keterbacaan.
Dewasa ini, telah ada beberapa formula keterbacaan yang lazim digunakan
keterbacaan, yaitu:
semakin sukar. Sebaliknya, jika kalimat dan kata-katanya pendek, maka wacana
Linguistik, kalimat adalah “konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih
klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu
kesatuan” (2001:92).
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk klausa inti yang lengkap,
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa,
kalimat atau lebih (terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat).
unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor.
Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja atau frase verba. Sedangkan kalimat non-verbal adalah
hanya menyangkut keterbacaan teks bahasa sumber tetapi juga keterbacaan teks
bahasa sasaran. Hal itu sesuai dengan hakekat dari setiap proses penerjemahan
yang memang selalu melibatkan kedua bahasa. Di sini peran pembaca sangat
suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain panjang rata-
rata kalimat, jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatika dari bahasa yang
digunakan.
Kuesioner yang dimaksud ada tiga, yaitu: (1) Accuracy Rating Instrument, yang
oleh Nababan, Nuraeni, dan Sumardiono (2012) dan Silalahi (2012) merupakan
mudah tidaknya suatu teks terjemahan dipahami oleh pembaca. Sesuai dengan
terjemahan dapat dipahami oleh pembaca dan untuk terjemahan dengan kategori
kurang terbaca adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca namun ada
bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan.
Skala yang digunakan adalah 3, 2,1 dengan 3 nilai tertinggi dan 1 nilai
terendah. Semakin tinggi skala yang diberikan rater berarti semakin mudah suatu
tersebut.
pada terjemahan:
dipahami dengan mudah oleh rater, dengan kata lain dengan hanya sekali
membaca maka rater akan langsung paham maksud dari kalimat tersebut; skala 3
ini menjadi penanda tingkat keterbacaan tinggi. Selanjutnya nilai 2 diberikan jika
terjemahan dapat dipahami oleh rater namun ada beberapa bagian yang harus
dilakukan baca ulang hingga pembaca benar-benar paham; skala 2 ini menjadi
penanda tingkat keterbacaan sedang. Sedangkan nilai 1 diberikan oleh rater jika
hasil terjemahan sulit dipahami dan skala ini merupakan penanda jika terjemahan
mengandung kata verba to be yang ada dalam teks. Seorang pembaca akan sangat
mudah memahami bacaan pada sebuah teks sehingga yang tertulis dalam bahasa
pembacanya memiliki sedikit kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada
dalam teks. Sedikit kesulitan dalam memahami tiap kata yang ada dalam teks
panjang dan kurang tepat letaknya sehingga mengakibatkan kaburnya pesan yang
ingin disampaikan.
pembaca memiliki banyak kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada dalam
teks. Sebuah teks akan memiliki tingkat keterbacaan rendah apabila teks tersebut
sangat sulit dimengerti karena adanya banyak istilah asing, kalimat yang terlalu
panjang dan tidak diperhatikannya tanda baca serta ketepatan makna dalam
sebuah konteks bacaan. Hal tersebut berdampak pada sebuah bacaan yang tidak
Verba (kata kerja) adalah suatu kata yang berfungsi untuk menunjukkan
tindakan dari subjek, menunjukkan peristiwa atau keadaan dan merupakan salah
satu dari Part of Speech. Verba to be adalah bagian dari verba yang fungsinya
sebagai linking verb dan auxiliary verb. Linking verb merupakan kata kerja yang
Informasi atau deskripsi subjek tersebut dapat berupa kata benda (noun), kata sifat
(Palmer, 1978).
Kata verba to be meliputi: is, am, are, was, were, be, been, dan being.
Verba to be berubah sesuai dengan waktu terjadinya aksi atau peristiwa (present,
past, future) dan aspek dari kata kerja (simple, perfect, continuous).
subject tersebut dapat berupa kata benda (noun), kata sifat (adjective), atau kata
(kata kerja utama) untuk memodifikasi makna kata kerja utama tersebut. Auxiliary
terbagi menjadi: primary auxiliary (be, do, have) dan modal (can, could, may,
might, will, would, shall, should, must, ought to). Sebagai auxiliary, verba to be
itu, verba to be juga dapat digunakan bersama past participle utk membentuk
diikutkan dalam suatu kalimat. Semacam penegasan pada sebuah subjek dan kata
bentuk 1) juga berbentuk (be bentuk 2) yang digunakan dalam Past Tense dan (be
Nababan (1999:55) mengatakan bahwa tidak ada satu pun bahasa yang
mempunyai sistem yang sama, baik ditinjau dari sudut sintaksis, leksikal maupun
is on Friday evening]
them,[Today is Monday]
match]
10) Linking verb it is/was used to talk about time,[It is two
thirty]
11) Linking verb (V-N) used to say what something is made of,
12) Linking verb ~ mine, yours, etc ~for me, you, etc. used to
13) Linking verb (V-N) used to asking cost, [How much is that
dress?]
am studying Mandarin]
you?]
married on June]
nowhere to be found]
fungsinya menurut “Kamus Inngris – Indonesia” yang disusun oleh Echols dan
Shadily:
1. Be (waktu ini): (1) am dipakai untuk orang pertama tunggal, (2) are
dipakai untuk orang kedua dan jamak, (3) is dipakai untuk orang ketiga
tunggal.
Ada : Here I am
2. Be (waktu lampau): (1) was dipakai untuk tunggal, (2) were dipakai
untuk jamak.
Subjek To be
I am
You are
We
They
He is
She
It
Subjek To be
I was
He
She
It
You were
We
They
Berikut ini adalah bagan mengenai verba to be:
Verb
Auxiliary verb
Finite Non-finite
(is, am, are, (be, been, being)
was,were)
Gambar 2. Klasifikasi Verba to Be
binatang.
d. Jika subjek berupa nama orang, lebih dari satu maka dianggap
g. Jika subjeknya lebih dari satu pelaku (2 orang atau lebih) atau
menggunakan are.
him.
Berikut ini adalah tabel dari penggunaan auxiliary verbs:
kalimat positif (positive sentence). Selain digunakan dalam kalimat positif, verba
to be juga digunakan dalam kalimat negatif (negative sentence) dan kalimat tanya
(interrogative sentence). Dan berikut penggunaan verba to be dalam kalimat
Sama halnya dengan pembentukan dalam kalimat positif dan kalimat tanya,
memindahkan verba to be berada di awal kalimat, dan memberikan tanda tanya (?)
sederhana yang hanya meminta jawaban “yes” atau “no”. Simple yes-no question
tersebut dengan menukar posisi subjek dengan verba to be. Adapun question
tanpa not (untuk question tag yang negatif). Jika question tag-nya negatif (verb to
Contohnya:
1) That woman isn’t kind, is she? (Wanita itu tidak ramah kan?)
Verba atau kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") adalah kelas kata
dinamis lainnya. Dalam bahasa Indonesia, verba biasanya menjadi predikat dalam
suatu frasa atau kalimat. Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata
yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Namun batasan ini masih kabur karena
tidak mencakup kata-kata seperti “tidur” dan “meninggal” yang dikenal sebagai
kata kerja tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan sehingga verba
terjadinya sesuatu sehingga batasan itu menjadi kata kerja adalah kata-kata yang
(Keraf, 1991:72).
Kridalaksana (1993: 226) menyatakan bahwa verba adalah kelas kata yang
mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagai
salah satu kelas kata dalam tuturan kebahasaan verba mempunyai frekuensi yang
tinggi pemakaiannya dalam suatu kalimat. Selain itu, verba mempunyai pengaruh
yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan pada kalimat sebagian besar
ditentukan oleh perubahan bentuk verba. Sebagian verba memiliki unsur semantis
perbuatan, keadaan dan proses dan kelas kata dalam bahasa Indonesia yang
ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata “tidak” dan tidak
3. -- bantu kata yang dipakai untuk menerangkan verba dalam frasa verbal,
perbuatan;
5. -- ekuatif kopula;
7. -- finit bentuk verba yang dibatasi oleh kala dan dalam beberapa bahasa
9. -- impersonal verba yang hanya dipakai dalam persona ketiga singularis dan
maknanya;
13. -- komposit verba yang terdiri atas dua bagian yang dalam kalimat
14. -- modal verba bantu yang digunakan untuk menyatakan modus seperti
optatif, obligatif;
15. -- performatif verba dalam kalimat dengan kala kini dengan "saya" sebagai
subjek dengan atau tanpa "Anda" sebagai objek taklangsung, yang secara
kalimat;
balik;
19. -- statif verba yang tidak dapat disertai kata bantu sedang;
20. -- takteratur verba yang berubah vokal akarnya untuk mengubah kala dan
21. -- telis verba yang menggambarkan perbuatan yang tuntas, misalnya verba
menebang pohon yang berbeda dengan sedang menebang dalam kalimat Mereka
menuliskan bahwa verba merupakan jenis kata yang dominan mengisi satu fungsi
sehari-hari atau dalam tulisan, kalimat yang paling banyak ditemui adalah kalimat
berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai ciri predikat dalam kalimat
walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain, (2) verba mengandung dasar
perbuatan (aksi proses atau keadaan yang bukan bersifat kualitas), dan (3) verba
khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks-ter, yang berarti
sebagai berikut:
1. Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam
2. Mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat.
3. Khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti
merupakan salah satu unsur dari kelas kata yang sangat universal dimiliki oleh
setiap bahasa dan semua bahasa membedakannya dari nomina meskipun jumlah
pembagian, sub kategori dan fungsinya tidak sama pada masing-masing bahasa.
Setiap bahasa mempunyai aturan dan karakteristik tertentu seperti sistem bunyi
bahasa, ada yang berdasarkan bentuk (form-related) dan ada yang berdasarkan
suatu sistem yang kompleks dari suatu sistem (language is a complex system of
Dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan
kata kerja (verba), yaitu tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna,
dan bentuk dasar- dasar yang berafiks atau turunan. Berikut ini adalah pembagian
1. Verba dasar bebas yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.
terpikirkan.
1. Verba intransitif
2. Verba transitif
Verba transitif yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.
1. Verba aktif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai
pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contohnya:
Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contohnya:
Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokatif atau repetitif.
Contohnya:
2. Verba pasif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan
sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks ter-
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan
3. Verba anti-aktif (argatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi
4. Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contohnya:
oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan.
dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan. Dilihat dari sudut
referensi argumennya:
dapat dibedakan:
1. Verba kopulatif yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa
merupakan.
2. Verba ekuatif adalah verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Verba telis biasanya berprefik me-, dan verba atelis berfrefik ber. Verba telis
Ia bertukar pakaian.
(a) Verba performatif yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung
(b) Verba konstatatif yaitu verba dalam kalimat yang menyatakan atau
2.1.7 Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia; novella yang berarti “sebuah kisah
atau sepotong berita”. Secara , novel lebih panjang dibandingkan cerita panjang
dan tidak dibatasi dengan sajak. Pada umumnya, sebuah novel bercerita tentang
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa dan
antaranya: (1) tema, (2) penokohan, (3) alur, (4) latar, (5) sudut pandang, (6)
tersebut, (2) latar belakang penciptaan, (3) biografi pengarang dan (4) sejarah
Novel “Selasa Bersama Morrie” (Tuesday with Morrie) adalah salah satu
karya sukses dari Mitch Albom yang kemudian dijadikan salah satu identitasnya.
Kisah dalam novel ini diangkat dari kisah nyata, yang merupakan pengalaman
Mitch sendiri. Novel ini banyak bercerita tentang kematian, namun juga diikuti
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). ALS, dikenal juga dengan penyakit Lou
Gehrig, adalah sebuah penyakit yang menyerang saraf secara ganas tanpa ampun.
dengan baik dari pertemuan-pertemuan Morrie sang professor, dan Mitch, mantan
Harvard, menderita penyakit yang merusak kerja sistem sarafnya, Mitch datang
tetap saling mengabari, ternyata Mitch menemukan bahwa semangat dan cara
pandang Morrie yang hidupnya tak lama lagi justru lebih berani dibanding orang
lain. Sejak itu dimulailah "kuliah" pribadi mereka yang berlangsung setiap hari
Semua salam perpisahan, pesan kesan, dan orbituari dari rekan dan kerabat
dari upacara peringatan/pemakaman orang lain dimana semua hal baik tentang
seseorang disampaikan di hadapan jenazah yang terbujur kaku dalam peti mati. Ini
jugalah salah satu pelajaran dalam novel ini, karena Mitch dan Morrie juga
berbicara tentang dunia, tentang semangat kasih, tentang mengasihani diri sendiri,
Novel Tuesdays with Morrie ditulis dalam bahasa Inggris oleh Mitch
Albom dengan jumlah halaman 192. Novel yang menjadi sumber data pada
penelitian ini merupakan export edition yang terbit tahun 1999 oleh Doubleday
merupakan novel terjemahannya yang diterjemahkan oleh Alex Tri K.W dan
berjumlah 209 halaman. Novel terjemahan yang menjadi sumber data penelitian
ini terbit pada tahun 2006 dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama.
antaranya:
1. Menurut yang disusun oleh Alim dan Nurhayati, kala (tense) adalah
suatu novel. Untuk itu meneliti fungsi kala dalam novel bahasa Inggris
dalam tiga jenis, mutlak, relatif dan semi relatif. Hasil analisis
oleh pembacanya.
kekurangan dan kelebihan suatu karya terjemahan. Dari kritik itu pula
bahasa asing, atau pemilihan istilah atau ungkapan yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Untuk mengatasi kendala-
berterima.
proses, strategi, dan teknik penerjemahan teks hukum dan teks ilmiah
penerjemah tersumpah pada teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum
terjemahan serta teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum bahasa
(32,14%), dan (c) teknik penerjemahan triplet (1,19%); (3) lima faktor
penerjemahan teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum, yaitu: (a)
faktor personal, budaya dan linguistik, (d) fungsi bahasa dan tipologi
teks hukum dan teks ilmiah bidang hukum adalah: (a) tingkat
keakuratan terjemahan teks hukum 2,35 % lebih tinggi dari teks ilmiah
7,09% lebih rendah dari teks ilmiah bidang vi hukum, dan (c) tingkat
adalah faktor tipologi teks dan personal (sikap penerjemah); dan (7)
Kerangka pikir bertujuan untuk melihat alur pikir dari sebuah penelitian
apakah terarah atau tidak. Sutopo (2006) menyatakan bahwa tujuan dari kerangka
pikir adalah menggambarkan secara jelas bagaimana kerangka pikir yang akan
diteliti.
Salah satu manfaat kerangka pikir ini adalah untuk menggambarkan secara
jelas dan empirik bagaimana pola pikir yang digunakan oleh seorang peneliti
dalam mengkaji dan memahami permasalahan yang terdapat dalam penelitian
tersebut.
(BSu) (BSa)
Analisis Data
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terfokus pada analisis produk yaitu novel berbahasa Inggris
Bersama Morrie”. Data yang dikaji merupakan data kualitatif yang berwujud
kondisi asli subjek penelitian berada. Lebih lanjut Sutopo mengatakan, jenis
dikumpulkan dalam penelitian jenis ini berupa kata-kata, kalimat atau gambar
yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Oleh karena itu,
dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, yang lebih berharga daripada sekedar
dijadikan sebagai dasar kajian (Sutopo, 2006). Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi verba to be yang terdapat pada kalimat. Penelitian ini
dibatasi hanya pada verba to be yang berfungsi sebagai auxiliary verb baik finite
maupun non-finite dalam novel Tuesdays with Morrie karangan Mitch Albom
tahun 1999 (192 halaman) dan terjemahannya “Selasa Bersama Morrie” yang
diterjemahkan oleh Alex T.K Widodo tahun 2006 yang terdiri dari 209 halaman
perilaku, tempat atau lokasi, benda, gambar, rekaman dan arsip (Sutopo, 2006: 56-
62). Pada penelitian ini sumber data adalah bab 1-15 dari keseluruhan novel
Tuesdays with Morrie yang memiliki total 32 bab, yang berbahasa Inggris dan
dilakukan karena dianggap cukup dapat mewakili keseluruhan isi novel untuk
dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data
membaca kedua buah novel tersebut (versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia),
dan mencatat setiap verba to be yang terdapat pada kalimat serta
dalam ke 15 bab tersebut. Variasi verba to be yang muncul pada novel BSu
diklasifikasikan mengikuti variasi verba to be untuk auxiliary verb yaitu is, am,
Sutopo (2006: 113) menyatakan bahwa ada tiga komponen utama dalam
pengelompokan.
Morrie”.
2. Setelah itu, menganalisis bentuk terjemahan verba to be pada “Selasa
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Penyusunan laporan
HASIL PENELITIAN
Bab ini dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu: 1) Memaparkan variasi
be tersebut.
Objek yang dianalisis pada penelitian ini adalah variasi terjemahan verba
terjemahan “Selasa Bersama Morrie” mencakup 102 verba to be. Variasi tersebut
terdiri “adalah” sebanyak 10 data (9,8%), “apakah” sebanyak 7 data (6,9 %), “nya”
81 data (79,4 %). Berikut ini tabel yang menunjukkan klasifikasi terjemahan verba
to be:
4.1.1 “Adalah”
persentasenya sebanyak 9,8% dari keseluruhan temuan data yang berjumlah 102
kalimat.
menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan
halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)
menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.
Data: 01 – adalah/TWM-h.2/SBM-h.4
BSu: I was the student.
BSa: Mahasiswa itu adalah aku.
Pada kalimat di atas, verba to be was diterjemahkan menjadi “adalah”.
Kalimat tersebut adalah jenis kalimat aktif dengan menggunakan tenses Past
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia tidak ada khusus verba to be seperti
dalam bahasa Inggris untuk menyatakan masa lamau, dan tidak mengharuskan
semua kalimat menggunakan kata “adalah” (jika dianggap kata “adalah” menjadi
kata padanan yang paling tepat untuk verba to be is), namun pada kalimat di atas
penerjemah memilih “adalah” sesuai makna kata was yang terdapat pada kamus.
Data: 02 – adalah/TWM-h.14/SBM-h.15
BSu: My dream was to be a famous musician.
BSa: Cita-citaku adalah menjadi pemusik terkenal
Pada kalimat di atas, verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”,
Past Tense.
Data: 03 – adalah/TWM-h.21/SBM-h.24
BSu: His philosophy was the death should not be
embarrassing,…
BSa: Prinsip dasarnya adalah bahwa kematian bukan
sesuatu yang membuat orang berkecil hati…
Pada kalimat di atas, verba to be was juga diterjemahkan menjadi “adalah”,
Past Tense.
Data: 04 – adalah/TWM-h.43/SBM-h.46
BSu: The way you get meaning into your life is to devote
yourself to loving others…
BSa: Satu-satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna
adalah mengabdikan diri untuk menyayangi orang lain …
Pada kalimat di atas, verba to be is juga diterjemahkan menjadi “adalah”,
untuk kalimat yang menyatakan aktifitas di saat ini, yaitu menggunakan Present
Tense.
Data: 05 – adalah/TWM-h.52/SBM-h.55
BSu: The most important thing in life is to learn how to
give out love, and to let it come in.
BSa: Yang paling penting dalam hidup adalah belajar cara
memberikan cinta kita, dan membiarkan cinta itu datang.
Pada kalimat di atas is juga diterjemahkan menjadi “adalah”, untuk
Tense.
4.1.2 “Apakah”
Dalam “Kamus Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia” yang disusun oleh Shadily
kalimat tersebut adalah kalimat tanya yang dimulai dengan verba to be (bukan
kata tanya 5W-1H). Persentasenya sebanyak 6,9% dari keseluruhan temuan data
menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan
halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)
menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.
Data: 01 – apakah/TWM-h.7/SBM-h.9
BSu: Is it terminal?
BSa: Apakah ini mematikan?
to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola
kalimat tanya dengan verba to be ini telah sesuai dengan bahasa Inggris.
berusaha agar hasil terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat
Verba to be pada kalimat ini juga berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat
tanya.
Verba to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya.
4.1.3 “Nya”
yang diperoleh pada novel “Selasa Bersama Morrie” sebanyak 4 (empat) data.
Persentasenya sebanyak 3,9 % dari keseluruhan temuan data yang berjumlah 102
menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan
halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)
menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.
Berikut penjelasannya:
padahal fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata
padahal fungsi “nya” dalam bahasa Indonesia adalah untuk menggantikan kata
tunjuk nominal.
terdapat dalam kalimat pada bahasa sumber (BSu) yaitu bahasa Inggris, tidak
dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (BSa) yang dalam hal ini
adalah bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, temuan data untuk verba to be
diterjemahkan / terjemahan kosong ()”, dengan keterangan huruf “p” pada tabel
menunjukkan “page” (halaman) pada teks bahasa sumber, huruf “h” menunjukkan
halaman pada teks bahasa sasaran, dan angka yang meyertainya (misalnya: 2)
menunjukkan nomor halaman di mana teks bahasa sumber dan sasaran terdapat.
Verba to be were tidak diterjemahkan langsung secara harfiah dengan alasan agar
tercipta kalimat yang sesuai dengan bahasa sasaran (BSa). Dapat dilihat
persamaan bahwa pada BSu dan BSa, pola kalimat yang digunakan adalah kalimat
pasif.
yang terdapat pada kamus. Kalimat tersebut memiliki dua verba to be were yang
menandakan kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang juga ditandai
dengan kehadiran kata penghubung and. Kalimat di atas juga berpola kalimat
terdapat pada kamus. Kalimat di atas juga merupakan kalimat pasif di bahasa
terdapat pada kamus, padahal berdasarkan arti pada kamus dapat diartikan
agar terhindar dari kekakuan kalimat. Kalimat di atas merupakan kalimat aktif.
verba to be pada novel tersebut. Beberapa alasan penerjemah dalam memilih kata
sasaran (BSa) agar bahasa di novel terjemahan tidak terkesan kaku dan
enak dibaca sehingga tidak terlihat kesenjangan yang nyata antara novel
pada kedua bahasa, sehingga mengubah segala sesuatu yang perlu diubah
dari BSu ke dalam BSa dengan tegas tanpa menambah atau mengurangi
kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih buruk atau lebih
indah sekalipun.
fungsi bahasa serta jenis bahasa tulisan pada novel yang baik.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan jasa lima (5) orang
rater untuk melihat tingkat keterbacaan dari terjemahan verba to be yang terdapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 102 data
disebar kepada rater mengenai terjemahan verba to be yang terdapat pada novel
Angka yang tertulis pada kolom di atas, merupakan hasil dari penjumlahan
dari keseluruhan skor yang diberikan oleh para rater dalam menilai tingkat
atas, dapat dilihat jika tingkat keterbacaan tinggi ada pada kalimat dengan verba
“adalah” dan “apakah” yaitu sebanyak 9,35% dan 7,09%, dan yang terakhir di
menjadi “nya”.
(BSa), serta dipengaruhi tingkat kemampuan rater dalam berbahasa, maka tingkat
PEMBAHASAN
Tuesdays With Morrie yaitu “Selasa Bersama Morrie”. Selain itu, juga telah
verba to be yang sesuai. Berikut ini adalah pembahasan dari hasil dari penelitian
tersebut.
5.1 “Adalah”
Inggris – Bahasa Indonesia” yang disusun oleh Shadily dan Echols, verba to be
Berikut adalah beberapa dari pemakaian kata “adalah” dalam tata bahasa
Indonesia:
dengan predikat, sebab pada suatu kalimat nominal kata “adalah” dapat menjadi
demikian, dalam bahasa Indonesia juga terdapat pelesapan predikat. Kata “adalah”
pada kalimat di atas merupakan predikat yang dapat dilesapkan atau dihilangkan
dari kalimat namun tidak akan mengubah makna kalimat, seperti kalimat berikut:
“mahasiswa”; hal itu sesuai dengan fungsi kata “adalah” dalam bahasa Indonesia
verba to be, hal ini dipengaruhi oleh makna yang sesuai dengan yang terdapat
dalam Kamus Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia. Selain itu juga dipengaruhi
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran yang mengategorikan kata “adalah” ke
dalam verba kopulatif yang dapat dihilangkan dalam kalimat tanpa mengubah
makna kalimat, serta peran “adalah” yang menjadi predikat dalam kalimat dengan
masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi
oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima
Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to
5.2 “Apakah”
bahasa Indonesia diawali dengan kata tanya, salah satunya yakni kata tanya “apa”.
Namun adakalanya terdapat penambahan partikel “kah” pada kata tanya “apa”
durian.” Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah durian. Durian adalah benda.
Namun pada bahasa sumber (BSu), verba to be tidak hanya digunakan untuk
menanyakan suatu benda, tapi juga dikenal pola kalimat tanya (interrogative) yes-
no question yaitu pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban yes atau no (iya
atau tidak).
Kata “apakah” merupakan kata tanya yang termasuk kata dasar turunan
(kata dasar yang diturunkan dari bentuk dasarnya seperti apabila, apakah,
bagaimana, dan lain-lain). Kata tanya “apakah” juga berfungsi untuk: (1)
yang berfungsi sebagai kata tanya pada kalimat tanya yang berpola yes-no
Verba to be pada kalimat ini berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat
Tanya berpola yes-no question yang telah sesuai dengan bahasa Inggris.
dengan pola kalimat tanya yang fungsinya di sini adalah sebagai penegas untuk
jawaban “ya atau tidak”. Demikian juga dengan ketiga data lainnya yang terdapat
verba to be, hal ini dipengaruhi oleh bahasa yang berbeda. Jenis kalimat yang
pola yes-no question, dan dalam bahasa sasaran, pola kalimat ini juga disebut
kalimat tanya ya-tidak, dan kata tanya yang lazim dipakai sebagai pembuka
adalah “apakah” yang merupakan kata tanya yang berasal dari kata tanya “apa”
dengan tambahan partikel “kah” yang khusus berfungsi pada kalimat tanya untuk
masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi
oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima
kuesioner tersebut.
Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to
5.3 “Nya”
Selanjutnya pada data yang ditemukan pada penelitian ini, dapat dilihat
dengan arti kata yang tersedia pada kamus, namun telah sesuai dengan tata bahasa
baku bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan penerjemah untuk menjaga agar hasil
terjemahan tidak kaku dengan lebih cenderung mengikuti gaya bahasa Indonesia
sebagai bahasa sasaran (BSa). Penggunaan bahasa tidak hanya harus baik dan
benar, namun haruslah komunikatif agar pesan tersampaikan dengan baik. Hal
inilah yang terdaat pada bahasa novel. Penggunaan “nya” dilakukan agar bahasa
tulisan pada novel tetap komunikatif sehingga target reader ikut larut dalam cerita
cenderung dianggap sebagai pengacu pada kata benda (nomina). Selain itu,
pemilihan kata “nya” pada kalimat tersebut juga dilatarbelakangi alasan bahwa ini
adalah bahasa novel yang lebih komunikatif sehingga memudahkan target reader
memahami isi novel. Berikut adalah contoh kalimat ada data 01-nya/TWM.h-
1/SBM.h-2:
Pada kalimat di atas terjadi pelesapan predikat. Jika pada kalimat di atas
penggunaan komunikatif dari bahasa agar isi novel tersampaikan dengan baik.
menjadi lebih halus bahasanya dan tidak kelihatan bahwa itu adalah novel
dilihat dari bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia, fungsi kata “nya” adalah
sebagai kata tunjuk untuk nomina (Ramlan, 1995). Sehingga pada penelitian ini,
terjemahan tidak terkesan kaku dan lebih dapat dibaca dengan mudah oleh target
reader.
masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi
oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima
kuesioner tersebut.
Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to
satu) data. Persentasenya sebanyak 79,4% dari keseluruhan temuan data yang
berjumlah 102 kalimat. Dikarenakan bahasa yang berbeda, maka ada kalanya
verba to be yang terdapat dalam kalimat pada bahasa sumber (BSu) yaitu bahasa
Inggris, tidak dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (BSa) yang
dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Hal ini tidaklah salah menurut aturan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran, karena memang tidak ada sistem verba
to be dalam bahasa Indonesia yang dipengaruhi perubahan tenses. Dalam hal ini,
padanannya menurut kamus, namun lebih kepada penyesuaian kalimat agar pesan
pada novel tetap tersampaikan dengan baik. Penerjemah cukup baik dalam
pola pasif.
verba to be pada novel Tuesdays with Morrie ke dalam novel “Selasa Bersama
(walaupun ada kalimat yang tidak diterjemahkan sesuai makna kamus, hal itu
dilakukan untuk menyepadankan agar hasil terjemahan tidak terkesan kaku), serta
tentu saja mengikuti padanan kata yang tepat sesuai dengan bahasa Indonesia.
Hal ini dilakukan bukan berarti penerjemah tidak mengetahui terjemahan dari
penerjemah yang menguasai dengan baik kedua bahasa (bahasa sumber dan
juga dengan pola pasif mengikuti bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Verba
to be pada kalimat di atas tidak diterjemahkan sesuai padanan yang terdapat pada
kamus, namun demikian terjemahan tersebut sudah baik karena mengikuti bahasa
Indonesia.
Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa alasan mengapa oleh penerjemah
verba to be tidak diterjemahkan secara harfiah berdasarkan arti yang terdapat pada
penerjemah cukup baik dalam menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran
sehingga tidak terjadi kesenjangan yang jauh antara novel di bahasa sumber
tidak mengubah isi cerita dan makna yang hendak disampaikan.(Larson, 1991).
masing-masing kalimat yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner yang diisi
oleh lima rater. Nilai yang tertulis pada tabel adalah nilai rata-rata dari kelima
kuesioner tersebut.
Dari tabel di atas diperoleh, nilai keterbacaan pada kalimat yang verba to
dalam “Selasa Bersama Morrie” berada pada tingkat keterbacaan sedang, yaitu
para rater sebagai target reader akan melakukan pengulangan membaca beberapa
bagian lebih dari satu kali agar lebih dapat memahami kalimatnya serta menilai
bahwa terdapat beberapa kesulitan dalam memahami setiap kata yang ada dalam
teks. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya beberapa istilah asing, atau
kalimat tersebut terlalu panjang dan kurang tepat letaknya hingga kaburnya makna
6.1 Simpulan
dalam dua jenis teks dengan dua bahasa yang berbeda pada novel Tuesdays with
81 data (79,4%). Total keseluruhan data adalah 102 data. Temuan hasil
bahasa sasaran (BSa) yang berbeda, (3) untuk memperhalus bahasa novel
kaku, (4) Dari novel terjemahan tersebut dapat dilihat bahwa penerjemah
memahami pada kedua bahasa, sehingga mengubah segala sesuatu yang
perlu diubah dari BSu ke dalam BSa dengan tegas tanpa menambah atau
mengurangkan kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih
bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang
adalah sebagai berikut: (1) untuk tingkat keterbacaan rendah yakni ketika
“apakah” (7,09%), (3) sementara itu tingkat keterbacaan tinggi yakni pada
tersebut terlalu panjang dan kurang tepat letaknya hingga kaburnya makna
6.2 Saran
a. Bagi Penerjemah.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dari jumlah 102 data, terdapat yang
memiliki keterbacaan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini menandakan bahwa
proses pengalihan pesan dari BSu ke BSa untuk menghasilkan terjemahan yang
berkualitas.
b. Bagi Penerbit
dalam bahasa Indonesia, dan diharapkan agar ada penelitian lain yang melakukan
Alim dan Nurhayati. 2008. Fungsi Kala (Tense) Dalam Novel Bahasa Inggris
Serta Penerjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Asmarani, R. 2011. Tingkat Keterbacaan Buku Chicken Soup for the Soul.
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Pustaka Jaya,
Saragih,A. 2011. Semiotic Bahasa: Tanda, Alat, dan Petanda dalam Bahasa
Medan: Universitas Negeri Medan.
Zandvoort, R.W, J.A. Van Ek, 1980. A Handbook of English Grammar. Singapore:
Singapore Offset Printing.
Sumber lainnya:
Definisi Novel. Diunduh dari http:/www.wikipedia.com/2011/definisi-novel.html
(diakses pada tanggal 02 Mei 2015; 1:08 am)
II. “apakah”
No Tuesdays with Morrie (BSu) “Selasa Bersama Morrie” (BSa)
1 Is it terminal?(p.7) Apakah ini mematikan?
2 Are you okay with that? (p.11) Apakah kamu keberatan?
3 Am I going to withdraw from the Apakah aku akan menarik diri dari
world, like most people dunia, sebagaimana diperbuat oleh
do,…?(p.21) kebanyakan orang,?
4 Is this what comes at the end, I Apakah ini yang akan terjadi pada
wondered?(p.51) akhirnya, tanyaku dalam hati?
5 Is today the day I die? (p.81) Apakah hari ini hari kematianku?
(p.87)
6 Is the tape on? (p.103) Apakah alat perekam sudah
dinyalakan? (p.109)
7 What is it? (p.7) Apakah penyakit saya?
III. “nya”
KUESIONER
Dengan hormat,
Dalam rangka penelitian kebahasaan tentang terjemahan struktur verba to be ke
dalam bahasa Indonesia, saya yang bernama Rizka Elfira sebagai mahasiswi
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
Program Studi Linguistik – Konsentrasi Kajian Terjemahan; mengharapkan
kesediaan Saudara untuk menjadi rater dalam penelitian ini. Melalui kuesioner ini
diharapkan partisipasi Saudara sehingga diharapkan informasi yang saya butuhkan
dapat terpenuhi.
Berikut ini adalah beberapa kalimat yang dikutip dari novel terjemahan berjudul
“Selasa Bersama Morrie.” Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur tingkat
keterbacaannya.
Petunjuk:
Berikan nilai 1, 2 atau 3 sesuai skala nilai setelah Anda membaca kalimat di
dalam kotak yang merupakan hasil terjemahan.
Hormat Saya,
Rizka Elfira
I.
II.
III.
04 Is this what comes at the end, I Apakah ini yang akan terjadi pada
wondered?(p.51) akhirnya, tanyaku dalam hati?
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.
05 Is today the day I die? (p.81) Apakah hari ini hari kematianku?
(p.87)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.
06 Is the tape on? (p.103) Apakah alat perekam sudah
dinyalakan? (p.109)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2,6; skor untuk skala tinggi
pada penelitian ini.
07 Is that better? (p.86) Apakah ini lebih baik? (p.91)
Verba to be is diterjemahkan menjadi apakah. Verba to be pada kalimat ini
berfungsi sebagai auxiliary verb dalam kalimat tanya. Pola kalimat tanya dengan
verba to be ini telah sesuai struktur bahasa Inggris. Terjemahannya menjadi
“apakah” juga telah dipadankan oleh penerjemah yang beusaha agar hasil
terjemahan tidak merubah makna dasar dari maksud kalimat pada bahasa sumber
(BSu). Tingkat keterbacaan pada kalimat ini adalah 2, skor untuk skala sedang
pada penelitian ini.
IV. Berikut ini adalah analisis data ketika verba to be tidak diterjemahkan /
terjemahan kosong ()”: