Anda di halaman 1dari 10

PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591

Volume 5, Nomor 2, 2018: 201-210 DOI: 10.15575/psy.v5i2.3315

Kecemasan Sosial dan Ketergantungan Media Sosial


pada Mahasiswa
Fatih Azka, Dendih Fredi Firdaus, Elisa Kurniadewi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl. A.H Nasution No. 105 Bandung
e-mail: fatihazka66@gmail.com

Abstract

This study aims to examine the effect of social anxiety on social media dependence in university
students. This research used the quantitative approach with a predictive correlation method. The
instruments were social anxiety scale (92 items) refers to aspects of social anxiety from La Greca
and Lopez, and the scale of dependence on social media (30 items) refers to Griffiths. The
participants were 342 students of UIN Sunan Gunung Djati Bandung selected by random
sampling. The results show that social anxiety influence dependence on social media in university
students. The influence of social anxiety variables to dependence on social media is about 7.2%.
Most of the participants have social anxiety and social media dependence in the medium category.

Keywords: social anxiety, dependence on social media, student

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh kecemasan sosial
terhadap ketergantungan media sosial pada mahasiswa. Dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan metode korelasi prediktif. Instrumen berupa skala kecemasan sosial (92 item) yang
mengacu kepada aspek kecemasan sosial dari La Greca dan Lopez, serta skala ketergantungan
pada media sosial (30 item) mengacu kepada Griffiths. Subjek penelitian sebanyak 342 orang
mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dipilih secara random sampling. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh kecemasan sosial terhadap ketergantungan media sosial
pada mahasiswa, dengan pengaruh sebesar 7.2%. Mayoritas mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
Bandung mempunyai kecemasan sosial dan ketergantungan media sosial dalam kategori sedang.

Kata Kunci: kecemasan sosial, ketergantungan pada media sosial, mahasiswa

Pendahuluan berdampak negatif. Sebagaimana hasil


Perkembangan teknologi saat ini penelitian Elia (2009) yang menemukan
bahwa 20% pengguna internet dapat
semakin pesat sehingga membuat manusia
terlibat dalam satu atau lebih masalah
lebih mudah, efektif dan efisien dalam
pengabaian diri, menghindari orang lain,
melaksanakan kegiatan pada keseharian
terisolasi secara sosial, depresi, menurun-
mereka. Adapun teknologi yang memiliki
nya produktivitas kerja akibat banyak
perkembangan begitu pesat saat ini yaitu
bersosial media, munculnya masalah
adanya teknologi komunikasi dari internet.
dalam relasi pernikahan, kecanduan seks,
Internet berdampak positif dan negatif
judi online, kegagalan studi karena tidak
terhadap kehidupan manusia. Selain itu,
bisa mengatur penggunaan internet terma-
internet juga telah mengubah cara hidup
suk juga perilaku mengecek dan mengklik
manusia. Dampak positif dari internet
secara terus-menerus.
yaitu dapat berbelanja dengan online, bisa
Kemudahan yang diberikan oleh
berkomunikasi antar saudara, sahabat di
media sosial membuat penggunanya men-
belahan bumi manapun pada waktu yang
jadi cemas dan ketergantungan. Ketergan-
diinginkan termasuk bisa berkomunikasi
tungan menurut definisi dari Dependence
dengan orang yang belum pernah bertemu
Theory yaitu bahwa ketergantungan
serta memperoleh informasi yang dibutuh-
memiliki kaitan dengan usaha pemenuhan
kan. Selain dampak positif, internet juga

201
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 201-210

kebutuhan atau pencapaian dari suatu perkembangannya, maka untuk menye-


tujuan yang bergantung pada sumber daya lesaikan masalah tersebut yaitu dengan
lain, dalam hal ini media sosial (Schrock, aktivitas pemakaian media sosial yang
2006). Media sosial dipercaya sebagai lebih intensif, lebih penting dibanding
satu-satunya cara dalam memperoleh ke- dengan apa yang dilakukan oleh orang lain
inginan, seolah-olah individu tidak ber- pada umumnya, karena menurut kelompok
daya saat hidupnya tidak dilengkapi media mahasiswa ini kegiatan online bisa
sosial. membantu mereka dalam melebarkan serta
Kandell (1998) menyatakan bahwa memerkuat jejaring sosialnya (Smahel,
salah satu pengguna media sosial yaitu Brown, & Blinka, 2012).
mahasiswa. Mahasiswa menjadi lebih Dari fenomena dan fakta di atas,
rentan terhadap ketergantungan pada peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswa
media sosial. Berdasarkan survei yang di Kota Bandung khususnya mahasiswa di
disampaikan oleh APJII, pengguna media UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
sosial yang memiliki intensitas tinggi Tempat ini menjadi pilihan peneliti karena
adalah individu dengan tingkat pendidik- Kota Bandung termasuk dalam 5 daerah
an tinggi, artinya semakin tinggi tingkat dengan aktivitas online paling tinggi di
pendidikan individu maka semakin tinggi Indonesia. Pengguna media sosial me-
juga intensitas kegiatan mereka dalam ningkat pada setiap tahunnya. Data
mengakses dan menggunakan media sosial statistik menunjukkan bahwa tahun 2015
(APJII, 2015). Kesibukan dan aktivitas terdapat 22%, kemudian pada tahun
mahasiswa biasanya membuat mereka berikutnya bahkan mengalami peningkat-
menjadi ketergantungan pada internet dan an sebesar 43% (Yahoo!-TNS, 2016).
media sosial. Berdasarkan hasil observasi dan
Alasan mahasiswa memiliki kerentan- interview terhadap 30 orang mahasiswa
an yang tinggi terhadap ketergantungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang
media sosial dibandingkan dengan kelom- dilakukan pada bulan April sampai dengan
pok masyarakat yang lain adalah karena Juni 2017, ditemukan banyak mahasiswa
mahasiswa berada pada fase emerging yang memiliki ketergantungan terhadap
adulthood. Pada fase ini mahasiswa media sosial. Mahasiswa tidak dapat
berada pada masa transisi dari remaja menghentikan akses terhadap semua me-
akhir menuju kepada dewasa awal dan dia sosialnya selama satu hari penuh.
sedang mengalami dinamika psikologis Mahasiswa cenderung menggunakan
(Kandell, 1998). Mahasiswa juga sedang media sosial yang bertujuan untuk menga-
mengalami pencarian identitas prestasinya tasi hubungan yang kurang baik seperti
yang ditandai dengan proses pembentukan harga diri yang rendah, hilangnya
identitas diri dan berusaha untuk hidup dukungan sosial di kehidupan nyata,
secara mandiri dengan melepaskan diri kurangnya rasa kepercayaan diri, dan
dari pengaruh dan dominasi peran orang kekurangan fisik lainnya.
tua. Pada usia ini, mahasiswa memiliki Fenomena awal yang ditemukan
kecenderungan untuk mencari makna dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
hidup serta menjalin hubungan interper- dalam satu hari mahasiswa dapat mengak-
sonal yang lebih dekat dan terikat secara ses media sosial dari smartphone mereka
afektif. Fase emerging adulthood juga lebih dari 3 jam, dan waktu yang
ditandai dengan karakter yang kurang digunakan untuk mengakses media sosial
stabil seperti untuk mengelola kebutuhan dalam sehari yaitu sekitar 5 jam. Aktivitas
hidup, hubungan interpersonal, berkem- yang paling sering dilakukan oleh maha-
bangnya aspek dalam ranah afektif dan siswa di dunia maya adalah mengakses
ranah kognitif. Ketika mahasiswa media sosial (84.2%), melakukan penca-
mendapatkan kesulitan dalam proses rian/searching di google (65.7%), bermain

202
Kecemasan Sosial dan Ketergantungan Media Sosial pada Mahasiswa (Fatih Azka, Dendih Fredi Firdaus, Elisa Kurniadewi)

game online (39.2%), menonton video badian dengan ciri-ciri seperti gugup,
(38.9%), membaca berita (31.4%), dan pemalu, pendiam, dan mengantisipasi
mengakses e-mail (30.7%). Mahasiswa untuk tidak berinteraksi dengan orang lain
dapat menghabiskan sebanyak 35 jam demi menghindari pandangan negatif dari
dalam seminggu untuk mengakses media orang lain terhadap dirinya (Geçer &
sosialnya dan hanya menghabiskan rata- Gümüş, 2010).
rata sekitar 3 jam waktunya dalam Hasil penelitian yang dilakukan oleh
seminggu untuk belajar secara maksimal. Prayoga dan Akmal (2014) menyatakan
Hal ini sungguh ironis bahwa mahasiswa adanya keterkaitan antara kecemasan
lebih memerioritaskan untuk mengakses sosial dan ketergantungan media sosial,
media sosial dibandingkan belajar. Bahkan individu yang memiliki kecemasan sosial
ada juga beberapa mahasiswa yang akan menggunakan media sosial secara
menghabiskan waktu sampai 10 jam sehari berlebihan untuk mengatasi hambatan
dalam bermain ponselnya, dimana rata- yang ada pada dirinya. Hasil penelitian
rata sekitar 184.6 menit sehari mereka tersebut (Prayoga & Akmal, 2014)
gunakan untuk chatting dengan teman. menunjukkan adanya dampak negatif
Hal ini sesuai fakta yang ditemukan di ketergantungan media sosial terhadap
lapangan bahwa apabila dalam sehari kehidupan sosial individu tersebut dalam
mahasiswa tidak mendapat notifikasi di hal fungsi interpersonalnya. Penelitian lain
ponselnya, maka akan muncul perasaan yang menyatakan bahwa terdapat
resah yang diakibatkan oleh reaksi dari hubungan antara kecemasan sosial dengan
ketergantungan media sosial. Sebanyak ketergantungan media sosial, yaitu
39% mahasiswa mengalami ketakutan penelitian yang dilakukan oleh Soliha
atau kecemasan sosial yang berlebihan (2015) yang menyatakan bahwa kecemas-
dalam melewatkan moment-moment an sosial, depresi, dan rasa kesepian secara
tertentu yang terjadi dalam kehidupan signifikan berpengaruh terhadap timbul-
mereka. Sebanyak 32% mahasiswa nya ketergantungan pada media sosial.
menyampaikan bahwa mereka mengalami Pada mahasiswa yang menjadi subjek
perasaan takut saat tidak dapat mencapai dalam penelitian ini ditemukan bahwa
tujuan mereka ketika melihat foto teman mereka yang mengalami kecemasan sosial
atau orang lain yang dengan mudahnya secara lisan merasa sangat cemas jika
mengekspos kesuksesannya di media berkomunikasi dan bertatap muka secara
sosial. Mahasiswa dengan ketergantungan langsung, yang akibatnya adalah mereka
kepada media sosial menggunakan media bergantung kepada media komunikasi
sosialnya secara berlebihan akan menga- yang dapat dilakukan secara tulisan dalam
lami kesulitan mengontrol penggunaan hal ini yaitu media sosial. Hal ini
media sosialnya, dan bisa mengalami mengindikasikan bahwa dengan melalui
gangguan psikologis. komunikasi secara online membuat
individu tersebut merasa didengarkan,
Kecemasan Sosial
mereka juga merasa lebih mudah dalam
Kecemasan sosial memiliki kaitan
mengekspresikan dirinya. Situasi ini juga
dengan kecemasan secara komunikatif.
yang membuat penggunaan media sosial
Hal ini digambarkan seperti perasaan takut
mengalami peningkatan secara pesat dan
atau khawatir saat individu berada pada
signifikan belakangan ini.
situasi sosial. Individu yang mengalami
Mahasiswa dengan kecemasan sosial
kecemasan sosial akan mengembangkan
cenderung melakukan komunikasi secara
perasaan-perasaan negatif dan memredik-
online dengan memresentasikan dan
si hal-hal negatif saat berinteraksi dan
mencitrakan dirinya sebaik mungkin agar
komunikasi dengan orang lain (DeVito,
mendapatkan kesan dan citra yang positif
2001). Individu tersebut memiliki kepri-
dari pihak lain, bahkan terkadang kesan

203
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 201-210

yang ditampilkan tidak sesuai dengan diri karena keterampilan bersosialisasi di


aslinya. Kondisi ini membuat mahasiswa media sosial dapat dimanfaatkan untuk
yang memiliki kecemasan sosial semakin dukungan sosial. Mahasiswa yang
mengalami ketergantungan media sosial. memiliki ketergantungan pada media
sosial disebabkan oleh kecemasan sosial
Ketergantungan Media Sosial
yang dimiliki oleh individu tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan
Menurut salah satu mahasiswa yang
oleh Young (2011), bahwa individu
diwawancarai menyatakan bahwa, “saya
dengan ketergantungan media sosial
menggunakan media sosial berfungsi
adalah individu yang memiliki kecen-
sebagai cara untuk mengobati kesendirian
derungan yang kuat dalam melakukan
dan sebagai pengganti hubungan tatap
aktivitas-aktivitas pada media sosial dan
muka yang tidak diperolehnya dalam
membatasi aktivitas sosialnya dalam dunia
kehidupan sehari-hari karena takut untuk
nyata. Ketergantungan media sosial dapat
melakukan kontak langsung dengan orang
terlihat dari intensitas waktu yang
lain dan lebih memilih hanya komunikasi
digunakan oleh seseorang untuk terus
online”(A.N., 2017).
terpaku pada media sosialnya yang berada
Mahasiswa dengan ketergantungan
pada smartphone atau segala macam alat
pada media sosial selain kurang memiliki
elektronik yang memiliki akses terhadap
kontrol dalam penggunaan media sosial-
media sosial. Akibatnya adalah banyak
nya, berakibat juga pada berkurangnya
waktu yang digunakan untuk mengakses
interaksi langsung secara tatap muka,
media sosial membuat individu tidak
selain karena disebabkan oleh kurangnya
peduli dengan kehidupan di dunia nyata-
interaksi secara langsung terdapat sebab
nya (Young, 2011).
lain yang memengaruhi ketergantungan
Dalam penelitian ini ditemukan
media sosial, yaitu kesulitan waktu maha-
bahwa mahasiswa yang menggunakan
siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi
media sosial untuk tujuan coping dalam
dengan lingkungan.
melakukan interaksi dengan lingkungan
Berdasarkan fenomena yang ada di
sekitarnya akan lebih cenderung meng-
lapangan dan beberapa penelitian lain
ungkapkan diri di media sosial, tetapi di
yang terkait dengan ketergantungan pada
kehidupan sehari-hari individu tersebut
media sosial maka peneliti tertarik untuk
memiliki rasa takut untuk mengungkapkan
melakukan penelitian lebih mendalam
diri atau mempunyai pengungkapan diri
yang bertujuan untuk mengetahui apakah
yang rendah. Hal ini sesuai dengan
terdapat pengaruh kecemasan sosial ter-
pernyataan Niekamp (2010) bahwa media
hadap ketergantungan media sosial pada
sosial memberikan kenyamanan tersendiri
mahasiswa.
yang menyebabkan ketergantungan karena
medianya yang anonim, tidak bertatap Metode Penelitian
muka secara langsung, dan tidak adanya Penelitian ini menggunakan penelitian
hambatan untuk berinteraksi dengan orang kuantitatif dengan metode korelasi predik-
lain. tif. Adapun variabel yang akan diteliti
Terdapat dua alasan mengapa sese- adalah kecemasan sosial sebagai variabel
orang menjadi ketergantungan kepada prediktor dan ketergantungan media sosial
media sosial. Pertama, menurut Prayoga sebagai variabel kriterion. Untuk melihat
dan Akmal (2014) bahwa media sosial pengaruh variabel prediktor yaitu kece-
dapat digunakan untuk mendukung masan sosial terhadap variabel kriterion
interaksi sosial bagi individu yang kurang yaitu ketergantungan media sosial, dengan
memiliki keterampilan sosial di dunia menggunakan teknik analisis regresi
nyata sehingga media sosial digunakan sederhana.
untuk kompensasi sosialnya. Kedua,

204
Kecemasan Sosial dan Ketergantungan Media Sosial pada Mahasiswa (Fatih Azka, Dendih Fredi Firdaus, Elisa Kurniadewi)

Populasi adalah mahasiswa UIN Uji validitas menggunakan construct


Sunan Gunung Djati Bandung yang meng- validity, dengan teknik korelasi pearson
gunakan media sosial. Diperoleh data dari product moment. Hasil uji validitas dari
Kepala Bagian Akademik UIN Sunan kedua variabel yaitu rata-rata berada pada
Gunung Djati bahwa total mahasiswa aktif level validitas tinggi.
tahun akademik 2017/2018 adalah 23,257 Uji reliabilitas menggunakan rumus
mahasiswa. Sampel sebanyak 342 orang Alpha Cronbach. Diperoleh koefisien
mahasiswa aktif tiap Fakultas di UIN alpha untuk skala kecemasan sosial
Sunan Gunung Djati Bandung yang sebesar .93 (reliabilitas sangat tinggi).
diperoleh melalui teknik random sampling Sedangkan skala ketergantungan pada
Jumlah sampel tersebut diambil dari media sosial mempunyai koefisien alpha
jumlah populasi yang lebih dari 20.000 sebesar .84 (reliabilitas tinggi). Dengan
menurut tabel Isaac dan Michael dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua
tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2014). skala mempunyai tingkat reliabilitas tinggi
Variabel kecemasan sosial diukur dan sangat tinggi sehingga dapat
dengan skala kecemasan sosial berdasar- menunjukkan perbedaan antar responden
kan teori Greca dan Lopez (1998). Skala dengan baik. Teknik analisis data meng-
kecemasan sosial yang digunakan terdiri gunakan analisis regresi linier sederhana,
dari beberapa aspek yaitu ketakutan akan untuk mencari hubungan kausalitas antara
evaluasi negatif, penghindaran sosial dan kecemasan sosial dengan ketergantungan
rasa tertekan yang dialami dalam situasi media sosial.
baru, serta penghindaran sosial dan rasa
tertekan terhadap orang yang baru dikenal. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam mengukur ketergantungan pa-
Hasil Penelitian
da media sosial, peneliti mengadaptasi
Uji asumsi klasik.
kuesioner tentang ketergantungan media
sosial, yaitu alat ukur skala ketergantung- Tabel 1
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
an internet dari teori internet addiction
Unstandardized
(Griffiths, 2013) yang dikembangkan oleh Residual
Lemmens, Valkenburg, dan Peter (2009) N 342
yaitu menghabiskan banyak waktu untuk
Mean 0E-7
berpikir dan merencanakan apa yang akan Normal
dilakukan di media sosial, merasa sangat Parametersa,b Std.
8.98216678
ingin dan terdesak untuk menggunakan Deviation
media sosial, menggunakan media sosial Most Extreme
Absolute .057
untuk melupakan masalah pribadi, pernah Differences Positive .050
mencoba untuk mengurangi penggunaan Negative -.057
media sosial tetapi gagal, gelisah dan Kolmogorov-Smirnov Z 1.062
terganggu ketika dilarang menggunakan Asymp. Sig. (2-tailed) .209
media sosial, terlalu sering menggunakan
media sosial sehingga mengganggu Bagian utama dalam penelitian ini
aktivitas sehari-hari. adalah membahas apakah variabel kece-
Dengan menggunakan formula koe- masan sosial memengaruhi ketergantung-
fisien korelasi pearson product moment an media sosial pada mahasiswa UIN
diperoleh hasil perhitungan analisis item Sunan Gunung Djati Bandung. Pengujian
variabel kecemasan sosial yaitu item hipotesis menggunakan teknik analisis
terpakai 70 item dan item tidak terpakai 22 regresi linier sederhana. Sebelum analisis
item. Variabel ketergantungan pada media regresi tersebut dilakukan, maka perlu di-
sosial yaitu item terpakai 24 item dan 6 lakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
item tidak terpakai.

205
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 201-210

Hasil uji normalitas Kolmogorov- maka model regresi sudah baik dan dapat
Smirnov pada tabel 1 menunjukkan hasil digunakan sebagai prediktor. Semakin
.209 > .05 sehingga dapat disimpulkan kecil nilai SEE akan membuat model
bahwa distribusi data tersebut memenuhi regresi semakin tepat untuk memrediksi
asumsi normalitas. Selanjutnya hasil uji variabel kriterion.
linearitas menunjukkan nilai .000 <.05 Perhitungan koefisien regresi. Bagi-
sehingga dapat disimpulkan memenuhi an koefisien regresi menggambarkan
syarat linearitas. Setelah dilakukan uji persamaan regresi untuk mengetahui
heteroskedastisitas dengan pemilihan uji angka konstan dan uji hipotesis signifikan-
glejser, diketahui bahwa nilai p-value si koefisien regresi. Maka diketahui jika p-
untuk variabel kecemasan sosial sebesar value .000 sedangkan koefisien α yang
.73. Karena nilai p-value menunjukkan ditentukan yaitu .05 yang artinya p-value
hasil lebih dari .05 maka dapat disimpul- <α (.000 < .05) atau memenuhi syarat
kan bahwa pada variabel prediktor tidak untuk menolak H0 dan menerima H1 yang
terdapat adanya gejala heteroskedastisitas. berarti kecemasan sosial mempunyai
Dengan demikian persyaratan-persyaratan pengaruh terhadap ketergantungan pada
untuk analisis regresi linear sederhana media sosial di kalangan mahasiswa UIN
sudah terpenuhi. Sunan Gunung Djati Bandung.
Pengujian kelayakan model regresi. Dalam penelitian ini juga diketahui
Berdasarkan hasil uji anova diperoleh bahwa persamaan regresi yang diperoleh
tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil yaitu Y=46.387+.104X yang artinya,
dari pada α (.000 < .05), maka penelitian setiap penambahan 1 pada variabel kece-
ini layak untuk diuji menggunakan model masan sosial, maka ketergantungan pada
regresi karena variabel kecemasan sosial media sosial akan meningkat sebesar .104.
memiliki indikasi dapat memengaruhi Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
variabel ketergantungan pada media sosial tinggi kecemasan sosial maka akan
dalam penelitian ini. semakin tinggi pula ketergantungan media
Koefisien determinasi. sosial pada mahasiswa.
Tabel 2 Selain meneliti tentang hubungan
Hasil Uji Koefisien Determinasi kausalitas antara dua variabel, dalam pe-
Model R R Adjusted Std. Error of the nelitian ini juga dilakukan analisa terhadap
Square R Square Estimate gambaran variabel kecemasan sosial pada
a
1 .268 .072 .069 8.99537 mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
Pada tabel 2 diketahui nilai r² atau R Bandung secara empiris. Berdasarkan
Square yaitu .072. Jadi dapat diketahui hasil perhitungan maka diketahui bahwa
bahwa skor koefisien determinasi dalam rata-rata (mean) = 162.39 dan median 162
penelitian ini adalah 7.2%. Angka tersebut dengan nilai minimum 88 serta nilai
menjelaskan bahwa variabel ketergantung- maksimum 247. Sedangkan rentang dalam
an pada media sosial hanya dipengaruhi penelitian ini adalah 159. Berdasarkan
sebesar 7.2% oleh variabel kecemasan nilai rentang tersebut, maka peneliti
sosial. Sedangkan sebanyak 92.8% lainnya mengategorikan kecemasan sosial menjadi
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. rendah.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat pula Mahasiswa yang memiliki tingkat
nilai SEE (Std. Eror of the Estimate) yaitu kecemasan sosial tinggi adalah yang
8.95. Nilai tersebut lebih kecil daripada memiliki skor pada rentang 196-249. Skor
standar deviasi untuk variabel kriterion, yang berada pada rentang 142-195
yaitu 9.324 dalam tabel. Maka dari itu, termasuk kategori sedang. Adapun yang
karena nilai SEE < STD (8.995 < 9.324), memiliki skor 88-141 memiliki tingkat
kecemasan sosial yang rendah.

206
Kecemasan Sosial dan Ketergantungan Media Sosial pada Mahasiswa (Fatih Azka, Dendih Fredi Firdaus, Elisa Kurniadewi)

Tabel 3 kelompok subjek memiliki ketergantungan


Sebaran Kategori Kecemasan Sosial media sosial pada taraf yang rendah. Hal
Kategori Jumlah Persentase
tersebut membuktikan bahwa mahasiswa
Tinggi 28 8.2%
Sedang 255 74.6% UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang
Rendah 59 17.4% menjadi subjek penelitian memiliki keter-
Jumlah 342 100% gantungan pada media sosial, meskipun
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa dalam taraf yang berbeda.
sebagian besar mahasiswa memiliki ke- Pembahasan
cemasan sosial pada tingkat sedang yaitu
Penelitian ini memiliki tujuan untuk
dengan persentase 74.6% kemudian 8.2%
mengetahui pengaruh kecemasan sosial
kelompok subjek memiliki kecemasan
terhadap ketergantungan media sosial
sosial pada kategori tinggi. Sedangkan
pada mahasiswa. Hasil pengujian hipotesis
sisanya yaitu 17.2% kelompok subjek
menunjukkan bahwa kecemasan sosial
memiliki kecemasan sosial pada taraf yang
mempunyai pengaruh terhadap ketergan-
rendah.
tungan pada media sosial. Dalam peneliti-
Berdasarkan hasil pengolahan data
an ini, diperoleh kecemasan sosial memi-
diketahui bahwa rata-rata ketergantungan
liki kontribusi terhadap ketergantungan
media sosial pada kelompok subjek adalah
media sosial pada mahasiswa. Sedangkan
63.20 dengan nilai minimum 29 nilai
sebagian besar pengaruh disebabkan oleh
maksimum 96 serta titik tengah 63.
variabel-variabel lain yang belum diteliti
Adapun rentang antara nilai minimum dan
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini
nilai maksimum adalah 67. Sehingga
mengasumsikan bahwa kecemasan sosial
peneliti membagi tingkat ketergantungan
tidak bisa berdiri sendiri untuk memenga-
media sosial pada kelompok subjek
ruhi variabel dependen, artinya bisa jadi
menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang,
faktor-faktor lain di luar kecemasan sosial
dan rendah.
yang mungkin juga memberikan efek
Kelompok subjek yang memiliki skor
besar terhadap munculnya perilaku keter-
pada rentang 75-97 termasuk pada kate-
gantungan terhadap media sosial.
gori ketergantungan media sosial yang
Penelitian ini juga menyatakan bahwa
tinggi. Kelompok subjek yang memiliki
kecemasan sosial berpengaruh signifikan
skor pada rentang 52-74 termasuk pada
terhadap ketergantungan pada media
dalam kategori ketergantungan pada
sosial sebagai variabel kriterion. Hasil uji
media sosial yang sedang. Adapun kelom-
kelayakan menyatakan bahwa variabel
pok subjek dengan ketergantungan media
kecemasan sosial layak digunakan untuk
sosial pada kategori rendah adalah yang
menentukan variabel ketergantungan pada
memiliki skor pada rentang 29-51.
media sosial, dengan begitu dapat dikata-
Tabel 4 kan jika variasi pada kecemasan sosial
Sebaran Kategori Ketergantungan Media Sosial turut meningkatkan variasi pada variabel
Kategori Jumlah Persentase
Tinggi 34 10%
ketergantungan pada media sosial. Hal ini
Sedang 271 79.2% bisa jadi terjadi karena ketergantungan
Rendah 37 10.8% terhadap media sosial sangat berkaitan
Jumlah 342 100% dengan bagaimana individu itu melakukan
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa mekanisme pertahanan diri terhadap
sebagian besar mahasiswa memiliki keter- respon lingkungannya sehingga perilaku
gantungan media sosial pada tingkat kecemasan mereka tersebut salah satunya
sedang yaitu dengan persentase 79.2% termanifestasikan ke dalam perilaku
kemudian 10% kelompok subjek memiliki ketergantungan pada media sosial (Halim
ketergantungan media sosial pada kategori & Sabri, 2013).
tinggi. Sedangkan sisanya yaitu 10.8%

207
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 201-210

Menurut Halim dan Sabri (2013) an (mengirim pesan, chatting, dan mengi-
perilaku yang ditunjukan oleh individu ke- rim e-mail) maupun untuk bermain game
tika berinteraksi secara berlebihan dengan online secara berlebihan. Mahasiswa yang
aktivitas di media sosial atau online, juga memiliki ketergantungan media sosial
merupakan bentuk coping strategy yang selain karena kurangnya kontrol dalam
mereka terapkan dalam merespon ling- penggunaan media sosialnya, juga lama-
kungan mereka. sehingga suatu kewajaran nya waktu yang digunakan akan berakibat
jika hal tersebut terjadi di era globalisasi pada berkurangnya interaksi secara
seperti ini (Gedam, Shivji, Goyal, Modi, langsung dengan orang lain (Panda & Jain,
& Ghosh, 2016). 2018). Dengan demikian, penelitian
Mahasiswa yang memiliki tingkat lainnya yang dilakukan oleh Panda dan
kecemasan sosial tinggi atau orang yang Jain (2018) menunjukkan adanya suatu
memiliki gangguan kondisi sosial pada kecenderungan yang berlebihan terhadap
lingkungannya akan mendorong orang penggunaan media sosial akan
tersebut untuk menggunakan media mengakibatkan individu menjadi
sosialnya secara berlebihan dan terlibat compulsive user sehingga jika hal ini tidak
dalam komunikasi online yang mendalam. diantisipasi oleh mereka, bukan tidak
Mereka akan merasa aman dengan cara mungkin akan mengganggu dinamika
masuk dan berinteraksi dalam dunia maya psikologis seseorang.
(McQuail, 2011). Hal tersebut menjadi Lain halnya dengan mahasiswa yang
satu-satunya cara untuk memeroleh tidak memiliki kecemasan sosial, mereka
hubungan, mengembangkan, dan mem- akan cenderung lebih aktif di dunia nyata
bangun hubungan dengan orang lain. dibandingkan dengan orang-orang yang
Mengingat bahwa manusia merupakan memiliki rasa khawatir dan takut untuk
makhluk sosial maka tentunya akan selalu bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan yang
membutuhkan orang lain untuk berbagi dinyatakan oleh Bessière, Kiesler, Kraut,
cerita dengan mencurahkan isi hatinya dan dan Boneva (2008) bahwa terdapat perbe-
meminta pertolongan. Hal tersebut sejalan daan dalam memanfaatkan internet dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh dampak yang dihasilkan antara individu
Fullwood, Quinn, Kaye, dan Redding, yang memiliki dukungan sosial dengan
(2017) yang menunjukkan bahwa aktivitas individu yang tidak memiliki dukungan
relasional di media sosial adalah salah satu sosial di lingkungannya. Mahasiswa yang
bentuk individu dalam mengembangkan aktif dalam media sosial di kehidupan
model sosialnya terhadap lingkungan. nyata akan cenderung memanfaatkan
Sehingga media sosial bagi mereka meru- media sosialnya untuk komunikasi online
pakan alat yang sangat efektif untuk dalam memperkuat hubungan komunikasi
memeroleh kebutuhan sosialnya karena dunia nyata tanpa harus tergantung pada
tidak terpenuhi di dalam kehidupan nyata media sosial, karena fungsinya hanya
(Fullwood dkk., 2017). Pada akhirnya, melengkapi saja.
orang-orang tersebut akan mengalami Hal ini sejalan dengan penelitian yang
ketergantungan pada media sosial. dilakukan oleh Young (2011). Menurutnya
Bagi mahasiswa yang memiliki keter- kecemasan sosial memiliki korelasi yang
gantungan pada media sosialnya akan positif dengan pathological internet use
mengalami kesulitan dalam hal mengon- (PIU). Ini membuktikan secara teoretis
trol penggunaan media sosial, hal tersebut bahwa kecemasan sosial merupakan
akan berpengaruh pada gangguan psiko- sebagai prediktor atau sebab dari
logis (Littlejohn, 2009). Pada mahasiswa ketergantungan media sosial. Hal ini
munculnya ketergantungan media sosial menginterpretasikan bahwa penelitian ini
ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, dapat memberikan kontribusi dalam
seperti untuk bersosialisasi seara berlebih- pengembangan ilmu pengetahuan khusus-

208
Kecemasan Sosial dan Ketergantungan Media Sosial pada Mahasiswa (Fatih Azka, Dendih Fredi Firdaus, Elisa Kurniadewi)

nya kajian tentang integrasi antara konsep ngaruh dari kecemasan sosial terhadap
kecemasan sosial dan ketergantungan ketergantungan media sosial secara
media sosial. Penggabungan diantara signifikan. Variabel ketergantungan media
kedua variabel tersebut telah menghasil- sosial hanya dipengaruhi sekitar 7.2% oleh
kan hubungan yang positif dan signifikan. variabel kecemasan sosial.
Mayoritas subjek dalam penelitian ini Variabel kecemasan sosial terbukti
berada pada hubungan positif dimana memengaruhi variabel ketergantungan
apabila tingkat kecemasan sosial mereka pada media sosial di kalangan mahasiswa
masuk dalam kategori tinggi, maka UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Setiap
kelompok subjek juga memiliki tingkat penambahan 1 pada variabel kecemasan
ketergantungan pada media sosial yang sosial, maka ketergantungan media sosial
tinggi begitupun yang lainnya. Sedangkan akan meningkat sebesar .104. Sehingga
beberapa kelompok subjek yang antara dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
kecemasan sosial dan ketergantungan kecemasan sosial maka akan semakin
media sosial berada pada taraf yang tinggi pula ketergantungan pada media
berbeda, hal itu dapat disebabkan oleh sosial di kalangan mahasiswa tersebut.
faktor-faktor lain yang tidak dibahas Adapun secara kategorik, mahasiswa UIN
dalam penelitian ini. Hal lainnya yang Sunan Gunung Djati Bandung mempunyai
juga menunjukkan bahwa kebanyakan kecemasan sosial dan ketergantungan
mahasiswa berada pada kelompok tinggi media sosial yang mayoritas termasuk ke
di skor ketergantungan media sosial, dalam kategori sedang.
dimungkinkan karena mereka berada pada
Saran
fase dinamis yang kemudian banyak sekali Beberapa saran yang dapat
permasalahan yang dihadapi dan merujuk disampaikan yaitu: pertama, bagi instansi
pada psychological distress sehingga UIN Sunan Gunung Djati Bandung
untuk bertahan dalam situasi tersebut salah diperlukan adanya seminar atau diskusi
satunya dilakukan dengan aktivitas di ilmiah tentang perkembangan media
media sosial (Saquib dkk., 2017). sosial, agar mahasiswa dapat menggu-
Bentuk pengaruh kecemasan sosial nakan media sosialnya secara bijak.
terhadap ketergantungan pada media Kedua, bagi penelitian selanjutnya diha-
sosial juga diketahui melalui persamaan rapkan untuk mengembangkan kembali
regresi yang hasilnya memiliki makna penelitian terhadap kecemasan sosial dan
bahwa setiap penambahan satu pada faktor-faktor atau variabel lain yang
variabel kecemasan sosial, maka ketergan- memengaruhi ketergantungan pada media
tungan pada media sosial akan meningkat. sosial selain kecemasan sosial. Selain itu
Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin diharapkan dapat mengembangkan
tinggi kecemasan sosial maka akan kembali alat ukur agar semakin dapat
semakin tinggi pula ketergantungan pada menggambarkan dengan akurat dimensi-
media sosial di kalangan mahasiswa UIN dimensi kecemasan sosial maupun keter-
Sunan Gunung Djati Bandung. Persamaan gantungan pada media sosial sesuai
regresi tersebut cukup untuk menjelaskan
dengan budaya yang ada pada populasi.
adanya hubungan kausalitas antara dua
variabel yaitu variabel kecemasan sosial Daftar Pustaka
dan ketergantungan media sosial.
APJII. (2015). Profil pengguna internet
Simpulan dan Saran Indonesia, Asosiasi Penyelenggara
Simpulan Jasa Internet Indonesia.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Bessière, K., Kiesler, S., Kraut, R., &
pengambilan data dan pembahasan Boneva, B. S. (2008). Effects of
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pe- internet use and social resources on

209
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 201-210

changes in depression. Information validation of a game addiction scale


Communication and Society, 11(1), for adolescents development and
47–70. validation of a game. Media
doi.org/10.1080/13691180701858851 Psychology, 12(1), 77–95.
D Griffiths, M. (2013). Social Networking doi.org/10.1080/15213260802669458
addiction: Emerging themes and Panda, A., & Jain, N. K. (2018).
issues. Journal of Addiction Research Compulsive smartphone usage and
& Therapy, 04(05), 4–5. users’ ill-being among young
oi.org/10.4172/2155-6105.1000e118 Indians: Does personality matter?
Fullwood, C., Quinn, S., Kaye, L. K., & Telematics and Informatics, 35(5),
Redding, C. (2017). My virtual 1355–1372.
friend: A qualitative analysis of the doi.org/10.1016/j.tele.2018.03.006
attitudes and experiences of Saquib, N., Saquib, J., Wahid, A. W.,
Smartphone users: Implications for Ahmed, A., Dhuhayr, H., Zaghloul,
Smartphone attachment. Computers M., … Al-Mazrou, A. (2017). Video
in Human Behavior, 75, 347–355. game addiction and psychological
doi.org/10.1016/j.chb.2017.05.029 distress among expatriate adolescents
Geçer, A. K., & Gümüş, A. E. (2010). in Saudi Arabia. Addictive Behaviors
Prediction of public and private Reports.
university students’ communication doi.org/10.1016/j.abrep.2017.09.003
apprehension with lecturers. Schrock, A. (2006). Myspace or ourspace:
Procedia - Social and Behavioral A media system dependency view of
Sciences, 2(2), 3008–3014. myspace. Doctoral Dissertation,
doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.03.456 University of Central Florida.
Gedam, S. R., Shivji, I. A., Goyal, A., Smahel, D., Brown, B. B., & Blinka, L.
Modi, L., & Ghosh, S. (2016). (2012). Associations between online
Comparison of internet addiction, friendship and internet addiction
pattern and psychopathology between among adolescents and emerging
medical and dental students. Asian adults. Developmental Psychology,
Journal of Psychiatry, 22, 105–110. 48(2), 381–388.
doi.org/10.1016/j.ajp.2016.06.007 doi.org/10.1037/a0027025
Greca, A. M. La, & Lopez, N. (1998). Soliha, S. F. (2015). Tingkat
Social anxiety among adolescents: ketergantungan pengguna media
Linkages with peer relations and sosial dan kecemasan sosial. Jurnal
friendships. Journal of Abnormal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1–10.
Child Psychology, 26(2), 83–94. /doi.org/10.14710/INTERAKSI,4,1,1
Halim, M. H. A., & Sabri, F. (2013). -10
Relationship between defense Sugiyono. (2014). Metode penelitian
mechanisms and coping styles among kuantitatif kualitatif dan R&D.
relapsing addicts. Procedia - Social Bandung: Alfabeta.
and Behavioral Sciences, 84, 1829– Yahoo!-TNS Net Index Indonesia. (2016).
1837. Online media. Jakarta: Yahoo TNS.
doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.043 Young, S., & Kimberly. C. (2011).
Kandell, J. (1998). Internet addiction on Internet addiction - A handbook and
campus: The vulnerability of college guide to evaluation and treatment.
students. CyberPsychology & Canada: JohnWiley & Sons Inc.
Behavior, 1(1), 11–17.
doi.org/10.1089/cpb.1998.1.11
Lemmens, J. S., Valkenburg, P. M., &
Peter, J. (2009). Development and

210

Anda mungkin juga menyukai