Penerapan telenursing
Telenursing merupakan sistem yang berbasis internet yang didesain untuk membantu pasien
belajar cara mengelola kondisi mereka. Kontruksi sistemnyadapat dilihat pada gambar 1, dimana
Database server yang berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan kesehatan yang berfungsi
untuk mengumpulkan dan meneruskan serta memenuhi sinyal dari pasien, perawat, dan dokter,
dengan melihat informasi pada website. Pada gambar 2 terlihat dipusat kesehatan dengan
staffnya adalah seorang perawat professional yang mengetahui tentang teknik telekomunikasi.
Perawat ini secara regular mengunjungi pasien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui sistem telenursing.
Terdapat tiga jenis informasi yang akan terolah pada sistem ini antara lain:
Pasien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi yang terkumpul dipusat
pelayanan kesehatan dan perawatan akan memutuskan apakah memberikan perawatan melalui
instruksi telenursing atau mengunjungi pasien.
Fungsi Telenursing
Telenursing dapat melakukan fungsi-fungsi berikut:
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan
nursing home).
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring
yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan
pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan
teknologi
5. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan
( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan
Multimedia Distance Learning
A. Pembahasan
Rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia, yaitu bajir bandang di Wasior, tsunami di
Mentawai, gempa bumi di padang, dan erupsi Gunung Merapi telah menelan ratusan korban
meninggal, hilang, maupun luka-luka. Kerugian material dan immaterial yang besar berdampak
pada kesehatan psikis dan somatis bagi korban bencana dan keluarganya.
Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap kesehatan fisik
maupun psikologis pada korban bencana yang selamat. Stres pasca tauma (posttraumatic stress
disorder (PTSD)) merupakan kelainan psikologis yang umum diteliti setelah terjadinya bencana.
PTSD dicirikan dengan adanya gangguan ingatan secara permanen terkait kejadian traumatik,
perilaku menghindar dari rangsangan terkait trauma, dan mengalami gangguan meningkat terus-
menerus. Angka kejadian PSTD pada korban yang mengalami bencana langsung yang selamat
kurang lebih 30% sampai 40%. Pengamatan pada 262 korban tsunami di Aceh menunjukkan
bahwa 83,6% mengalami tekanan emosi berat dan 77,1% menunjukkan gejala depresi.
Untuk mengatasi masalah psikologis pada daerah yang terkena bencana alam, maka diperlukan
tenaga kesehatan dibidang kesehatan jiwa. Terbatasnya tenaga kesehatan jiwa dan tidak cukup
memadai untuk dapat menjangkau tempat bencana alam maka kondisi ini dapat diatasi dengan
menerapkan metode telenursing untuk ketercapaian dan kesinambungan terapi. Praktik
telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam meningkatkan akses keperawatan.
Sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia mengingat letak geografisnya yang luas
dan rawan terjadi bencana. Sejauh ini praktik telenursing banyak diterapkan dalam memberikan
perawatan fisik.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa faktor
seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, kasus yang saat ini terjadi di Indonesia adalah
bencana alam, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah
yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat
dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam meningkatkan akses
keperawatan. Telenursing banyak diterapkan dalam memberikan perawatan fisik, selain itu
system ini juga dapat diterapkan dalam mengatasi masalah psikologis, misalnya pada daerah
yang mengami bencana alam. Adanya bencana yang menyebabkan para perawat tidak bisa
datang ketempat kejadian maka telenursing ini sangat membantu dalam asuhan keperawatan bagi
korban yang mengalami gangguan jiwa. Korban bencana yang mengalami trauma psikologis
yang tidak dapat ditangani dalam waktu yang singkat, sementara tenaga kesehatan untuk
menjangkau wilayah bencana sering kali mengalami banyak hambatan, sementara korban
memerlukan penanganan segera. Kondisi ini dapat diatasi dengan menerapkan metode
telenursing untuk ketercapaian dan kesinambungan terapi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari
pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme,
keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing
membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan
keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan klien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara klien dan perawat. Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA