Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH RADIOBIOLOGI

TENTANG
INTERAKSI RADIASI DENGAN ORGAN REPRODUKSI

DOSEN PEMBIMBING:
Cicilia Artitin, Amd.Rad, S.Si, M. Biomed

Disusun oleh :
NAMA : Bintang Alfra Yodi
NIM : 1910070140048

JURUSAN DIII RADIOLOGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
1. INTERAKSI RADIASI DENGAN SISTEM REPRODUKSI PRIA

Jaringan sistem reproduksi pria bersifat radioresisten kecuali testis (berisi sel-sel
radiorsisten yakni spermatozoa matang dan sel-sel radiosensitif yakni spermatogonia sel
muda).

• Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, lalu
deplesi / penurunan sperma matang (maturation depletion).

• Fertilitas periodenya bervariasi sesudah radiasi tergantung radioresistensi sel-sel


matang, kemudian diikuti sterilitas (sementara/permanen) tergantung dosis radiasi.

• Dosis Sterilitas

1. Sterilitas permanen - dosis akut 500-600 rad.


2. Sterilitas sementara - dosis 250 rad selama 12 bulan.

Bahaya lain yang dapat terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin
diteruskan pada generasi berikutnya padaperiode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan
kerusakan kromosom dalam spermatozoa.

Dosis rendah kronik dapat menimbulkan perubahan kromosom (mutasi pada generasi
kemudian). Sementara pada radioterapi, dosis total yang diberikan mampu mengakibatkan
sterilitas disamping perubahan kromosom.

Beberapa tahapan perkembangan spermatogonia menjadi spermatid adalah sangat


radiosensitive. Hal ini terutama ditemukan pada efek radiasi pada fraksi yang berbeda tahap
perkembangan fase S yang dapat di ukur dengan sitometri alir dalam waktu singkat (15
menit) dan cara yang tepat. Dosis radiasi serendah 0,1 Gy dapat terdeteksi. Keunggulan dari
sprema ini adalah sensitivitasnya yang cenderung tinggi dan hanya di butuhkan waktu pendek
untuk analisis. Dan kenyataan bahwa pajanan radiasi pada gonad di ukur tidak lagi
merupakan keunggulan utama karena diketahui resiko genetic pada manusia mungkin jauh
lebih rendah dari pada perkiraan semula. Kelemahan dari uj ini adalah memiliki kendala yang
hanya untuk populasi laki-laki, testis pun di pastikan berada pada medan radiasi. Metode
invasive dan memerlukan peralatan mahal (flow cytometer). Analisis segera setelah pajanan
(hingga 2 hari) tidak di mungkinkan. Tidak ada informasi untuk manusia,dan data pada
mencit terbatas serta hanya untuk radiasi Gamma dan Sinar-X, iradiasi Akut dan dosis
tunggal

SEL SPERMATOGONIUM

EFEK RADIASI TERHADAP GONAD

• Efek deterministic pada organ Reproduksi atau gonad adalah sterilitas

• Pajanan pada testis akan menganggu proses pembentukkan sel sperma yang akhirnya
akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang dihasilkan

• Pengaruh radiasi pada reproduksi sel sperma tidak dapat diketahui setelah terpajan
radiasi, tetapi dalam waktu sekitar 2 bulan kemudian.
2. INTERAKSI RADIASI DENGAN SISTEM REPRODUKSI PADA PEREMPUAN

Pada wanita terdapat ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovum
berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup).

• Sel-sel dalam ovum tidak membelah secara konsisten, menggantikan sel yang hilang
selama menstruasi. Ovum dilepas dari folikel matang pada ovulasi, diikuti fertilisasi
atau kalau tidak terjadi maka terjadi menstruasi.

• Pada dosis sedang mampu menimbulkan fertilitas di periode awal karena folikel
matang agak resisten yang dapat melepaskan ovum. Selanjutnya diikuti sterilitas
sementara atau bahkan permanen dikarenakan kerusakan ovum dalam folikel
sedang.

• Fertilitas mungkin terjadi karena maturasi folikel kecil yang radioresisten.

• Kemungkinan terjadinya sterilitas adalah pada dosis yang melebihi 625 rad.

SEL OOCYTES

 Sementara pada Radioterapi,dosis total yang diberi mampu mengakibatkan sterilisasi


di samping perubahan kromosom. Maka dari itu, harus selalu di lindungi dari radiasi
hambur bila lapangan penyinaran dekat dengan testis. Perlu di ketahui juga bahwa
impotesi tidak disebabkan oleh dosis sterilitas.

 Pada wanita di kenal dengan Namanya ovariu yang berfungsi untuk menghasilkan
ovum. Ovum berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang
merupakan yang paling radiosensitive,sementara folikel kecil yang paling
radioresisten dan folikel besar matang tergolong cukup sensitive.

3. INTERAKSI RADIASI DENGAN JANIN


Pajanan radiasi dosis rendah dapat menyebabkan kematian lebih banyak sel embrionik
dibandingkan sel dewasa. Jaringan embrionik sangat sensitive terhadap radiasi karena sel
pada janin mempunyai tingkat proliferasi yang sangat tinggi dan belum terdiferensiasi
dengan baik. Efek in utero atau efek teratogenik pada janin dapat menyebabkan anak
tumbuh dengan tubuh ukuran kecil dan pertumbuhan tidak sempurna.

Diagnostik in utero berpotensi meningkatkan risiko kanker leukemia dan kanker


lainnya. Kematian sel terhadap kehidupan embrionik atau fetus meliputi retardasi
pertumbuhan intrauterine (intrauterine growth retardation, IUGR) dan/atau retardasi
postnatal, kematian embrionik atau fetus atau prenatal, dan malformasi bawaan.

Interaksi radiasi adalah random dan indiskriminasi. Akibatnya embrio yang


terpapar radiasi, tingkat respon berbeda akan dijumpai diantara sistem organ bergantung pada
tingkat perkembangan pada saat terpapar radiasi.

4. EFEK RADIASI IN UTERO PADA JANIN

Efek radiasi pada fetus mempunyai mekanisme yang sama dengan efek orang dewasa
yaitu adanya efek deterministik / non stokastik dan efek stokastik.

A. Efek deterministik

 Kematian sel.
 Efeknya seperti retardasi mental, dan semakin besar dosis semakin parah efek yang
terjadi.
 Efek selama kehamilan seperti kematian, abnormalitas sistem syaraf pusat, katarak,
retardasi pertumbuhan, malformasi, dan bahkan kelainan tingkah laku.
 Sistem saraf fetus sangat sensitif dan periode perkembangan paling panjang.

B. Efek Stokastik

 Kerusakkan DNA yang tidak dapat diperbaiki atau perbaikan yang salah.
 Efeknya seperti induksi leukemia, tidak terdapat dosis ambang, dan semakin besar
dosis semakin besar kemungkinan timbulnya efek ini.

Anda mungkin juga menyukai