Anda di halaman 1dari 18

Radiasi

Non
Pengion
pengion
Tahapan Efek Radiasi Pengion
 Radiasi pada jaringan biologik dibagi menjadi
tiga fase, yaitu fase fisika, kimia dan biologi.
 Radiasi pengion foton yang mengenai jaringan
biologi, pada awalnya menyebabkan fase fisika
dengan metode ionisasi dan eksitasi.
 Selanjutnya, terjadi fase kimia dengan
terbentuknya radikal bebas.
 Radikal bebas yang terbentuk mengakibatkan
kerusakan biologi dengan cara merusak DNA.
Kerusakan DNA yang tidak bisa diperbaiki akan
menyebabkan kematian sel
Interaksi radiasi dengan DNA
 Kerusakan pada DNA sebagai akibat radiasi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan
hidrogen antar basa, hilangnya gula atau basa dan lainnya. Kerusakan
yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut
single strand break dan putusnya kedua untai DNA yang disebut double
strand breaks
Interaksi Radasi dengan Kromosom

 Radiasi menyebabkan terjadinya perubahan pada


jumlah dan juga struktur kromosom (aberasi
kromosom). Perubahan jumlah kromosom, misalnya
menjadi 47 buah pada sel somatik yang
memungkinkan timbulnya kelainan genetik.
Sedangkan kerusakan struktur kromosom berupa
patahnya lengan kromosom yang terjadi secara acak
dengan peluang yang semakin besar dengan
meningkatnya dosis radiasi.
MUTASI
 Mutasi adalah perubahan permanen yang dapat
diturunkan yang terjadi pada materi genetik.
Mutasi dapat timbul secara spontan dan dapat
diinduksi oleh pajanan radiasi atau mutagen
bahan kimia. Mutasi pada sel somatik
mempunyai probabilitas sangat kecil dalam
menginduksi kanker, tetapi mutasi somatik ini
tidak akan ditransmisikan kepada keturunan.
Mutasi pada sel germinal dapat ditransmisikan
kepada sel anak dan berpotensi menyebabkan
penyakit herediter atau genetik.
EFEK RADIASI PENGION TERHADAP TUBUH
MANUSIA
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan
sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada
perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan
sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam
tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi
dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik.
Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena
paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek
radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar
radiasi
Sistem Pembentukan Darah
 Sumsum tulang adalah organ sasaran dari sistem
pembentukan darah karena pajanan radiasi dosis tinggi
akan mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa
minggu. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan
jumlah sel basal pada sumsum tulang secara tajam.
Komponen sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (limfosit dan granulosit) dan sel
keping darah (trombosit).
 Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat
menyebabkan penekanan proses pembentukan komponen
sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan.
Jumlah sel limfosit menurun dalam waktu beberapa jam
pasca pajanan radiasi, sedangkan jumlah granulosit dan
trombosit juga menurun tetapi dalam waktu yang lebih
lama, beberapa hari atau minggu
kulit
 Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis.
Pajanan radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek
kemerahan (eritema) sementara yang timbul dalam waktu
beberapa jam.
 Beberapa minggu kemudian, eritema akan kembali muncul
sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis. Dosis
sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut
(epilasi) dan pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam
waktu 3 – 6 minggu setelah pajanan radiasi.
 Pada dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy, akan mengakibatkan
terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan
bernanah (blister) serta peradangan akibat infeksi pada lapisan
dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6 minggu kemudian.
 Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu
pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai
akibat dari kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila
dosis yang di terima sekitar 50 Gy, nekrosis akan terjadi dalam
waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
Mata
 Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi
lokal (akut atau protraksi) maupun pajanan radiasi
seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian dari
struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi.
 Terjadinya kekeruhan atau hilangnya sifat
transparansi lensa mata sudah mulai dapat dideteksi
setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu
sekitar 0,5 Gy dan bersifat akumulatif.
 Dengan demikian tidak seperti efek deterministik
pada organ lainnya, katarak tidak akan terjadi
beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa
laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata
sekitar 3 tahun.
Organ Reproduksi
 Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad
adalah sterilitas atau kemandulan. Pajanan radiasi pada
testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma
yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma
yang akan dihasilkan.
 Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya
sterilitas yang bersifat sementara karena sudah
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma
selama beberapa minggu.
 Sedangkan dosis ambang sterilitas yang permanen
berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 – 6 Gy. Semakin besar
dosis yang di terima testis, semakin banyak jumlah
penurunan sel sperma dan semakin lama waktu pulih
kembali normal, selama belum mencapai dosis ambang
kemandulan permanen.
Pengaruh Radiasi Pada Sel Telur Sangat
Bergantung Pada Usia
 Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi karena
semakin sedikit sel telur yang masih tersisa dalam ovarium.
 Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan menopuse dini
sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi.
 Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy.
 Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi
pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
 Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek
pewarisan yang terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom
sel pembawa keturunan (sel sperma dan sel telur).
 Perubahan kode genetik akan diwariskan pada keturunan
individu terpajan. Penelitian pada hewan dan tumbuhan
menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan
hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang parah
bahkan kematian prematur.
Paru
 Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan
interna. Efek deterministik berupa pneumonitis biasanya
mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan.
 Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat
diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai akibat dari
rusaknya sel sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat,
yang dapat berakhir dengan kematian.
 Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan
akut paru ini biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy.
Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung pada
volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis.
 Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak
dijumpai pada para penambang uranium. Selama
melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi gas
Radon-222 secara berkesinambungan sebagai hasil luruh
dari uranium.
Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif
terhadap radiasi adalah usus halus. Kerusakan
pada saluran pencernaan menimbulkan gejala
mual, muntah, diare, dan gangguan sistem
pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis
radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan
kematian karena dehidrasi akibat muntah dan
diare yang parah. Efek stokastik yang timbul
berupa kanker pada epitel saluran pencernaan.
Efek Radiasi Pengion Pada
Embrio dan Fetus
 Embrio adalah sebuah dalam tahap paling awal dari
perkembangan. Dalam organisme yang berkembang biak secara
seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya
adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA
dari kedua orang tuanya.
Janin / fetus
fetus secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda,
mengandung". Pada manusia, janin berkembang
pada akhir minggu kedelapan kehamilan, sewaktu
struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga
kelahiran. Janin disebut juga Calon Bayi.
Efek Radiasi pada Embrio
 Pajanan radiasi dosis rendah dapat menyebabkan kematian
lebih banyak sel embrionik dibandingkan sel pada orang
dewasa, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa hilangnya
sejumlah kecil sel memberikan konsekuensi jangka panjang
lebih besar pada embrio dan fetus dibandingkan pada orang
dewasa.
 Tubuh janin tersusun dari sejumlah kecil sel dan setiap sel
nantinya akan menjadi cikal bakal untuk sejumlah besar sel
dalam tubuh. Sel tersebut, jika mengalami kematian, tidak
dengan mudah dapat digantikan.
Lanjutan...
 Tahun 1958 pernah dipublikasikan bahwa pajanan sinar-X
diagnostik in utero berpotensi meningkatkan risiko kanker
leukemia dan kanker lain pada masa anak-anak.
 Konsekuensi dari kematian sel terhadap kehidupan embrionik
atau fetus meliputi retardasi pertumbuhan intrauterin
(intrauterine growth retardation, IUGR) dan/atau retardasi
postnatal, kematian embrionik atau fetus atau prenatal, dan
malformasi bawaan.
 Interaksi radiasi adalah random dan indiskriminasi. Sehingga,
ketika keseluruhan embrio terpapar radiasi, tingkat respon yang
berbeda akan dijumpai diantara sistem organ bergantung pada
tingkat perkembangan pada saat terpapar radiasi.

Anda mungkin juga menyukai