Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FITOKIMIA

METODE EKSTRAKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitokimia

Disusun oleh:
1. Andre Giovano (17020200009)
2. Putri Anggraini (17020200065)
3. Rezania Risa M (17020200069)
4. Novi Hartatik

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
SIDOARJO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak
memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari
organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki
berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.berbagai
aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri,
antioksidan, dan antifungi.
Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat
dilakukan engan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder
atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam
dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat
yang diinginkan dari suatu material tanaman.
Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan
diekstraksi terhadap pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya ketelitian dalam memilih
metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder
yang diinginkan.
1.2 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui cara pembuatan ekstrak.
2. Mengetahui berbagai metode ekstraksi.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah metode ekstraksi :
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ektraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ada
beberapa istilah yang banyak digunakan dalam ekstraksi, antara lain
ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi), rafinat (yakni,
larutan senyawa atau bahan yang akan diekstraksi), dan linarut (yakni,
senyawa atau zat yang diinginkan terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi
yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan
senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada
polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga
polar sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang digunakan
dimulai dengan heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya kloroform atau
diklometana, diikuti dengan alcohol, methanol, dan terakhir apabila
diperlukan digunakan air.
2.2 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III yang dimaksud dengan
ekstrak ialah sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai ,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakuan sedemikian hingga memenuhi buku yang telah
ditetapkan. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung
sebagian besar penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar
cairan penyari sudah diuapkan, sedangkan esktrak kering akan diperoleh jika
sudah tidak mengandung cairan penyari.
2.3 Metode Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari
campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.
Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pemilihan metode dilakukan dengan memerhatikan antara lain sifat senyawa,
pelarut yang digunakan, dan alat tersedia. Menurut Me Cabe (1999) dalam
Muhiedin (2008), ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan
wujud bahannya yaitu :
a. Ekstraksi padat – cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
b. Ekstraksi cair – cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang
saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah
satu zat.
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi,
soxhletasi, dan perkolasi. Metode yang digunakan tergantung dengan jenis
senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang ingin kita sari rentan terhadap
pemanasan maka metode maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan
terhadap pemanasan maka metode refluktasi dan metode soxhletasi yang
digunakan (Safrizal, 2010).
2.3.1 Ekstraksi Padat – Cair
2.3.1.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerace (bahasa Latin, artinya
merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) atau
setngah air, misalnya eatnol encer, selama periode waktu tertentu
seusai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014).
Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar dan di dalam selsehingga diperlukan penggantian pelarut secara
berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi seperti maserasi yang
dilakukan dengan pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi
yang dilakukan pada suhu yang lebh tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-
60oC.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah
kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan
pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk,
lalu disaring dan diambil filtratnya.
Kelebihan metode maserasi :
 Alat yang dibutuhkan sederhana.
 Biaya operasioal relative murah
 Tidak memerlukan banyak penyari dan tidak memerlukan
pemanasan.
Kekuranga metode maserasi :
 Proses penyariannya tidak sempurna karena zat aktif hanya
mampu teesktraksi sebesar 50% saja.
 Proses ekstraksi membutuhkan waktu yang lama.
b. Perkolasi
Menurut Guentehr dalam Irawan (2010) perkolasi adalah cara
penyarian dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah
dibasahi. Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang
menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolai banyak
digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam,
terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut serbuk simplisia
ditempatkan daam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktiv sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan
yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum,
larutan zat aktiv yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat,
sedangkan sisa setelah dilakukan penyarian disebut ampas atau sisa
perkolasi. Bentuk percolator ada 3 macam, yaitu percolator berbentuk
tabung, berbentuk corong, dan berbentuk paruh. Pemilihan percolator
tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.percolator
berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair,
percolator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan
ekstrak dengan kadar rendah, percolator berbentuk paruh biasanya
digunakan untuk pembuatan ekstrak dengan kadar tinggi.
Kelebihan dari metode perkolasi :
 Tidak terjadi kejenuhan
 Pengaliran menigkatka difusi (dengan dialliri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untu keluar dari sel)
Kekurngan dari metode perkolasi adalah :
 Membutuhkan lebih banyak cairan penyari.
 Resiko cemaran mikroba untuk penyair air karena dilakukan
secara terbuka (Sulaiman, 2011).
2.3.1.2 Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relative konstan dengan adanya pendinginan balik.
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penaikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu
alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-
uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu
alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seteusnya yang berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak
3 kali setiap 3-4 jam. Filtrate yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan (Akhyar, 2010).
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan
tahan pemanasan langsung (Anonim, 2011).
Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Mandiri, 2013).
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-
ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang
digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana untuk sampel kering, dan
methanol untuk sampel basah. Jadi pelarut yang digunakan tergantung
dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai
pengganti soxhletasi adalah pengekstrakan berulang-ulang dari sampel
pelarut (Rane, 2011).
Prinsip kerja dari metode soxhletasi yaitu bahan yang akan
diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi dibagian dalam
alat ekstraksi darri gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang
mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan labu
pendingin aliran balik dan dihubungkkan dengan labu melalui pipa.
Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke
dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi didalamnya,
menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan
yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah
mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam
labu. Dengan demikina, zat yang terekstraksi terakumulasi melalui
penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini, diperlukan
bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya
suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus
menerus. Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk
ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan
energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya simplisia dibagian tengah
alat pemanas langsung berhubungan dengan labu, dimana pelarut
menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya titik
didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negative
terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida).
Demikian pula bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu
mengalami beban panas dalam waktu lama (Anonim, 2011).
Kelebihan dari metode soxhlet :
 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
 Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
 Pemanasannya dapat diatur.
Kekurangan dari metode soxhlet :
 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi
(Keloko, 2013).

2.3.2 Ekstraksi Cair – Cair


Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air adalah metode
pemisahan yang paling baik dan popular. Alas an utamanya adalah
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun
mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,
seperti benzene, kabon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah
zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua
fase pelarut.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaanya terhadap panas) atau
tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat – cair, ekstraksi cair-cair selalu
terdiri atas setidaknya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu
aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam
menggunakan agen pengkelat. Pada umumnya ion-ion logam tidal
larut dalam pelarut organic non polar. Ion logam harus diubah menjadi
bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks
agar ion logam tersebut dapat terekstrak dalam pelarut organic non
polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam
bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang
atau lebih electron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi
(Anonim, 2011).
Pembagian solute antara dua cairan yang tak saling campur
memberikan banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-
pemisahan analitik juga untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah
analitik melainkan preparative, maka ekstraksi solven dapat
merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang memberikan hasil
murni di dalam laboratorium organic, anorganik maupun biokimia.
Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali
diperlukan hanya sebuah corong pemisah. Sering pemisahan secara
ekstraksi solvent dapat dilakukan dalam beberapa menit. Tekniknya
dapat diterpakan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan
telah digunakan secara ekstensif untuk isotope-isotop bebas pembawa
dalam jumlah-jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari
transmutasi nuklir maupun dari material-material industry yang dalam
jumlah ion (Underwood, 1988)
Bila senyawa organic tidak larut sama sekali dalam air,
pemisahannya akan lengkap. Namun, nyatanya banyak senyawa
organic, khusunya asam dan basa organic dalam derajat tertentu larut
juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam ekstraksi. Untuk
memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini,
disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang (Yashito takeuchi,
2006).
2.4 Penguapan
Penguapan hasil ekstraksi yang masih mengandung banyak pelarut,
dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak yang lebih pekat dengan tujuan agar
konsentrasi senyawa lebih besar dan memudahkan penyimpanan. Proses ini
sering disebut dengan pemekatan. Penguapan dapat bersifat persial sehingga
diproleh ekstrak cair atau kental. Dalam proses pemekatan, suhu yang
digunakan sebaiknya tidak terlalu tinggi untuk mencegah peruraian senyawa
dalam ekstrak. Penguapan sering dilakukan sebelum ekstrak diproses lebih
lanjut, seperti pemishan atau fraksinasi. Proses pemekatan data dilakukan
dengan sederhana dengan menggunakan penangas air. Cara ini amat mudah
dan cocok untuk ekstrak dengan pelarut yang memiliki titik didih tidak terlalu
tinggi. Ekstrak dalam wadah yang diletakkan diatas penangas air memerlukan
waktu cukup lama sehingga kemungkinan ada senyawa yang terurai.
Penggunaan oven untuk penguapan memiliki kelebihan karena suhu dapat
diatur dan disesuaikan dengan titik didih cairan penyari. Oven lebih sering
digunakan untuk penguapan yang kadar cairannya tidak terlalu banyak . alat
ini dapat dilengkapi dengan alat vakum yang membuat ruang dalam oven
menjadi hampa udara sehingga penguapan dapat lebih cepat daripada oven
biasa. Sekarang, penguapan banyak menggunakan penguap putar (rotary
evaporator), dilakukan pada suhu rendah sekitar 40-50 oC dan dibantu dengan
alat vakum udara sehingga titik didih pelarut lebih rendah. Penguapan
berlangsung cepat sehingga kemungkinan terjadinya penguraian senyawa
yang termolabil dapat dihindari.
2.5 Pengeringan
Ekstrak kental yang diperoleh dari proses penguapan dapat dilanjutkan
dengan proses pengeringan. Ekstrak kering dimaksdukan agar stabilitas
senyawa lebih terjamin. Pengeringan dapat menggunakan alat yang sederhana
yaitu pengeing vakum, atau alat yang lebih modern yaitu pengering baku
(freeze dryer) pada suhu rendah atau beku, pengering semprot (spray dryer)
pada suhu tinggi. Pengering beku membutuhkan waktu yang relative lama,
sedangkan pengering semprot digunakan untuk senyawa yang stabil pada suhu
tinggi. Cara pengeringan yang sederhan dapat menggunakan penangas air dan
aliran uara panas, tetapi cara ini sulit dilakukan apabila larutan penyarinya
adalah air.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah metode ekstraksi ialah :


1. Secara umum ekstraksi metabolit sekunder dibedakan menjadi dua yaitu
ekstraksi padat – cair dan ekstraksi cair – cair.
2. Ekstraksi padat – cair digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat laurut.
3. Ekstraksi cair – cair digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat.
4. Ekstraksi padat – cair terdiri dari cara dingin (maserasi dan perkolasi), dan
cara panas (refluks dan soxhletasi).
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar. 2010. Uji Daya Hambat dan Analisi KLT Bioautorafi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau Tehadap Vibrio Harveyi. Makassar: Program Studi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin.

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia, ed. III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Irawan, Bambang. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang: Universitas Negri
Gorontalo.

Muhiedin, Fuad. 2008. Efisiensi Proses Ekstraksi Oleoresin Lada Hitam dengan
Metode Ekstraksi Multi Tahap. Malang: Universitas Brawijaya.

Rane Nurserah M. L. 2011. Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit


Manggis dengan Berbagai Jenis Pelarut. Bandung: Universitas Pasundan.

Yasitho Takeuchi. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Diterjemahkan dari Versi
Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar. Iwanani Shoten: Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai