Rancangan Eksperimen Kuasi
Rancangan Eksperimen Kuasi
Rancangan Eksperimen-Kuasi
Quasi-Experimental Design
T. Dicky Hastjarjo1
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
dia harus bekerja sama dengan sekum- pengukuran praperlakuan, (3) rancangan
pulan variabel berbeda lain. Sedangkan runtut-waktu (time-series design), (4) ran-
efek (effect) dijelaskan oleh prinsip kontra cangan diskontinuitas regresi (regression
faktual yang menggambarkan perbedaan discontinuity design). Masing-masing
antara hal yang terjadi ketika ada kelompok rancangan tadi masih diperinci
perlakuan dengan apa yang seandainya ke dalam beberapa rancangan. Notasi
terjadi ketika tidak ada perlakuan pada rancangan adalah sebagai berikut: huruf O
orang yang sama pada saat bersamaan. menunjukkan observasi dampak perlaku-
Sebuah eksperimen psikologi memenuhi an (pengukuran variabel dependen), X
tiga syarat kausalitas, yakni sebab merupakan perlakuan, X (huruf X dicoret)
mendahului akibat, terdapat kovariasi menunjukkan penghentian/penghilangan
antara sebab dan akibat, serta tidak perlakuan, garis putus-putus (------)
terdapat penjelasan yang dapat menunjukkan penempatan subjek yang
menguraikan akibat selain hanya oleh dilakukan secara tidak acak sehingga
sebab (Hastjarjo, 2011; Shadish et al., kelompok yang terbentuk diawali dengan
2002.). huruf NR singkatan dari NonRandom
assignment (penempatan secara tidak
acak).
Pembahasan
Rancangan Tanpa Kelompok Kontrol atau
Rancangan Eksperimen-Kuasi
Tanpa Pengukuran Praperlakuan
Eksperimen-kuasi merupakan satu
Rancangan ini terdiri dari tujuh jenis, yaitu
eksperimen yang penempatan unit terkecil
1) Rancangan satu kelompok dengan
eksperimen ke dalam kelompok eksperi-
hanya pengukuran pascaperlakuan (One-
men dan kontrol tidak dilakukan dengan
group posttest-only design); 2) Rancangan
acak (nonrandom assignment). Unit terkecil
satu kelompok hanya pengukuran pasca-
dalam eksperimen psikologi biasanya
perlakuan dengan menggunakan banyak
adalah individu atau seseorang misalnya
pengukuran pascaperlakuan yang subs-
siswa/mahasiswa di setting pendidikan,
tantif (One group posttest only design using
pasien di setting rumah sakit, klien di
multiple substantive posttests); 3) Rancangan
setting klinik psikologi, dan karyawan di
satu kelompok praperlakuan dan pasca-
setting industri. Jika sebuah eksperimen
perlakuan (One-group pretest-posttest
melakukan penempatan secara acak
design); 4) Rancangan satu kelompok
individu ke kelompok eksperimen dan
praperlakuan dan pascaperlakuan dengan
kontrol maka disebut sebagai eksperimen
dua pengukuran praperlakuan (One-group
acak. Sebaliknya jika yang ditempatkan
pretest-posttest design using a double pretest);
dalam kelompok eksperimen dan kontrol
5) Rancangan satu kelompok praperla-
secara acak adalah unit di atas individu
kuan-pascaperlakuan dengan mengguna-
misalnya kelas/sekolah/bangsal/ maka
kan satu variabel dependen yang tidak
dinamakan eksperimen-kuasi. Shadish et
setara (One-group pretest-posttest design
al. (2002) mengelompokkan rancangan
using a nonequivalent dependent variable); 6)
eksperimen-kuasi menjadi empat kelom-
Rancangan penghilangan-perlakuan
pok besar, yaitu (1) rancangan tanpa
(Removed-treatment design); dan 7)
kelompok kontrol atau rancangan tanpa
Rancangan pengulangan-perlakuan
pengukuran praperlakuan, (2) rancangan
(Repeated-treatment design).
dengan kelompok kontrol dan
Rancangan satu kelompok dengan hanya kan tidak adanya kelompok kontrol, dan
pengukuran pascaperlakuan (One-group (c) semua ancaman terhadap validitas
posttest-only design) internal (misalnya seleksi, maturasi,
sejarah) berlaku untuk rancangan ini
Rancangan ini dahulu dinamakan one-shot
kecuali ancaman mengenai presedensi
case study (Campbell & Stanley, 1966),
temporal sebab dalam rancangan ini
namun penamaan tersebut dirasa kurang
perlakuan jelas mendahului pengukuran
cocok sebab istilah studi-kasus (case-study)
dampak perlakuan.
bukan eksperimen sehingga kemudian
dinamakan rancangan satu kelompok Rancangan ini masih berguna dalam
dengan sekali pengukuran pascaperla- kasus ketika peneliti memiliki pengeta-
kuan. Skripsi Hastjarjo yang ditulis di huan mengenai bagaimana level variabel
tahun 1981 (Hastjarjo, 1981) mengenai dependen sebelum perlakuan diberikan.
perilaku konformitas siswa sebuah SMA Misalnya, kemampuan matematika anak
di Kota Solo memakai rancangan eksperi- sekolah di Indonesia biasanya rendah,
men one-shot case study sebab hanya ada maka ketika nanti ada pemberian
satu kelompok yang diberi tayangan perlakuan pelatihan matematika (misal
berupa beberapa buah slide yang masing- jaritmatika) dan kemampuan matematika
masing berisi beberapa gambar bulatan. menjadi tinggi berarti dapat disimpulkan
Saat menonton slide subjek diberi ada efek perlakuan. Namun rancangan ini
perlakuan pengaruh sosial (X) berupa jarang digunakan.
pendapat seseorang yang tidak dikenal
yang duduk disebelahnya menonton slide Rancangan satu kelompok hanya pengukuran
yang sama. Variabel dependennya adalah pascaperlakuan dengan menggunakan banyak
selisih antara jawaban subjek dengan pengukuran pascaperlakuan yang substantif.
jawaban orang tak dikenal yang duduk di (One group posttest only design using
sebelahnya (O). Skripsi Hastjarjo merepli- multiple substantive posttests).
kasi penelitian Solomon Asch (1972) Rancangan ini merupakan penyempurna-
dengan stimulus yang berbeda yakni an dari rancangan satu kelompok dengan
berbentuk bulatan, sebab dalam penelitian hanya pengukuran pascaperlakuan saja.
Asch digunakan stimulus garis. Rancangan satu kelompok masih dapat
Rancangan satu kelompok dengan hanya ditafsirkan dengan mengacu pada kondisi
mengukur pascaperlakuan dapat dilihat pencocokan pola atau koherensi (Shadish
pada Gambar1. et al., 2002). Hal ini dianalogikan dengan
kajian terhadap kejahatan pembunuhan.
X O1
Keberhasilan seorang detektif untuk
Gambar 1. Rancangan satu kelompok dengan menentukan penyebab pembunuhan
hanya mengukur pascaperlakuan ditentukan pada kejelasan efeknya yang
terlihat pada tubuh korban, pada pola
Rancangan satu kelompok dengan
tanda-tanda yang menentukan kapan dan
hanya mengukur pascaperlakuan memiliki
cara kematian (ada berbagai pengukuran
beberapa kelemahan (Shadish et al., 2002),
pasca perlakuan) serta kemampuan
di antaranya (a) kurang mampu menentu-
menghubungkan tanda-tanda tadi dengan
kan adanya perubahan sebab tidak punya
modus operandi si pembunuh (penjelasan
pengukuran praperlakuan. (b) kurang
alternatif yang potensial) yang diketahui
mampu menentukan apa yang terjadi
melakukan pembunuhan dengan cara
seandainya tidak ada perlakuan dikarena-
berbeda serta tes prestasi belajar. Hasilnya Rancangan satu kelompok praperlakuan-
menunjukkan bahwa sesudah perlakuan pascaperlakuan dengan menggunakan satu
siswa memiliki persepsi tinggi terhadap variabel dependen yang tidak setara (One-
penggunaan telepon genggam dan piranti group pretest-posttest design using a
lunak yang memfasilitasi kerja bersama nonequivalent dependent variable)
bagi pengguna berbeda serta terdapat
Rancangan ini juga merupakan sebuah
peningkatan prestasi belajar.
penyempurnaan dari rancangan satu
kelompok pengukuran praperlakuan-
Rancangan satu kelompok praperlakuan dan
pascaperlakuan (one-group pretest-posttest
pascaperlakuan dengan dua pengukuran
design) di atas. Variabel dependen A dan B
praperlakuan (One-group pretest-posttest
mengukur konstruk yang sama, namun
design using a double pretest)
perbedaan utamanya adalah variabel
Rancangan ini merupakan sebuah dependen A akan mendapat pengaruh
penyempurnaan dari one-group pretest- dari perlakuan sedangkan variabel depen-
posttest design di atas. Penambahan pengu- den B tidak akan mendapat pengaruh dari
kuran praperlakuan yang kedua akan perlakuan. Rancangan satu kelompok
mengurangi kemungkinan ancaman praperlakuan-pascaperlakuan dengan
maturasi dan regresi terhadap validitas menggunakan satu variabel dependen
internal eksperimen. Misalnya, Fitriana yang tidak setara dapat dilihat pada
dan Hadjam (2016) meneliti efektivitas Gambar 5.
logoterapi dalam menurunkan tingkat
depresi pada perempuan yang mengalami {O1A O1B} X {O2A O2B}
KDRT dengan menerapkan one-group
Gambar 5. Rancangan satu kelompok
pretest-posttest design using a double pretest.
praperlakuan-pascaperlakuan dengan
Pelaksanaan logoterapi dilakukan seba- menggunakan satu variabel dependen yang
nyak 6 pertemuan dalam kurun waktu 3 tidak setara (One-group pretest-posttest design
minggu. Dalam studi ini, logoterapi using a nonequivalent dependent variable)
dilakukan secara berkelompok dengan
jumlah partisipan 6 orang perempuan. Frese, Beimel, dan Schoenborn (2003)
Beck Depression Inventory II (BDI-II) diberi- meneliti program komunikasi inspira-
kan pada pengukuran praperlakuan dan sional pemimpin karismatik pada dua
pascaperlakuan. Hasil penelitian menun- puluh lima manajer level menengah
jukkan bahwa logoterapi memiliki penga- perusahaan telepon genggam baru.
ruh signifikan dalam menurunkan depresi Program intervensi tersebut terdiri dari
pada perempuan yang mengalami KDRT pembuatan visi serta pidato yang
(F = 9.333, p = 0,001). Rancangan satu inspirasional. Variabel dependen adalah
kelompok praperlakuan dan pascaperla- dua belas pengukuran seperti di antaranya
kuan dengan dua pengukuran praperla- adalah misalnya kontak mata, gestur,
kuan dapat dilihat pada Gambar 4. pengulangan visi, pentingnya visi, peng-
gunaan metafora dan sebagainya. Sebagai
O1 O2 X O3 variabel dependen yang tidak setara atau
nonekuivalen adalah ukuran variabel yang
Gambar 4. Rancangan satu kelompok
praperlakuan dan pascaperlakuan dengan dua tidak dilatih diantaranya misalnya stuktur
pengukuran praperlakuan (One-group pretest- pidato yang baik, retorika, kalimat yang
posttest design using a double pretest) mudah, pengucapan yang jelas dan
subjek secara tidak acak (ancaman seleksi) skor komitmen afektif antara kelompok
diperparah dengan kemungkinan subjek eksperimen dan kontrol akibat pemberian
di satu kelompok lebih cepat matang, cerita sukses organisasi melalui storytelling
cepat lelah atau cepat bosan daripada (F=12,995; p<0,01).
subjek di kelompok lain (ancaman Perluasan desain di atas dilakukan
maturasi). Rancangan kelompok kontrol Murti dan Hastjarjo (2015) yang meneliti
yang tidak diberi perlakuan dengan bagaimana permainan imajinatif
sampel praperlakuan dan pascaperlakuan berpengaruh terhadap metakognisi anak
yang sama (Untreated control group design dalam matematika, dengan kovariabel
with dependent pretest and posttest samples) inteligensi. Desain eksperimen-kuasi
dapat dilihat pada Gambar 11. adalah the untreated control group design
with dependent pretest and posttest samples.
NR O1 X O2 Terdapat tiga kelompok dalam penelitian
------------------------------- tersebut: kelompok eksperimen I, kelom-
NR O1 O2 pok eksperimen II, dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen I menerima
Gambar 11. Rancangan kelompok kontrol yang perlakuan dongeng, kelompok eksperimen
tidak diberi perlakuan dengan sampel II menerima perlaukan roleplay, dan
praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama kelompok kontrol tidak menerima perla-
(Untreated control group design with dependent
kuan. Pengukuran metakognisi dilakukan
pretest and posttest samples).
dengan Metacognitive Skills and Knowledge
Assessment (MSA), sementara inteligensi
Novitriami dan Hastjarjo (2015)
dengan Standard Progressive Matrices (SPM)
meneliti pengaruh pemberian cerita sukses
yang dikembangkan oleh Raven. Analisis
organisasi menggunakan storytelling
kovarian menunjukkan hasil F= 12,526 (p <
terhadap peningkatan komitmen afektif.
0,05).
Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimen-kuasi the untreated control Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi
group design with dependent pretest and perlakuan dengan sampel praperlakuan dan
posttest samples dengan analisis kovarians pascaperlakuan yang sama disertai dua
sebagai teknik analisis. Partisipan pengukuran praperlakuan (Untreated control
penelitian tersebut adalah 58 karyawan group design with dependent pretest and
tetap yang telah bekerja setidaknya selama posttest samples using a double pretests).
3 tahun yang ditempatkan ke dalam dua
Rancangan ini merupakan penyempur-
kelompok berbeda, yaitu kelompok
naan dari Untreated control group design
eksperimen (28 orang) dan kelompok
with dependent pretest and posttest samples di
kontrol (30 orang). Perlakuan terhadap
atas. Rancangan ini melaksanakan
kelompok eksperimen adalah storytelling
pengukuran pengukuran praperlakuan
mengenai cerita sukses organisasi sedang-
yang sama dua kali dalam waktu berbeda,
kan kelompok kontrol tidak menerima
biasanya jarak waktu antara pengukuran
perlakuan. Skala komitmen afektif diguna-
pengukuran praperlakuan pertama
kan untuk mengukur tingkat komitmen
dengan pengukuran praperlakuan kedua
afektif subjek. Pengukuran dilakukan
sama dengan jarak waktu antara pengu-
sebelum dan sesudah perlakukan. Masa
kuran pengukuran praperlakuan kedua
kerja karyawan menjadi kovariabel.
dengan pascaperlakuan. Rancangan
Ditemukan bahwa terdapat perbedaan
kelompok kontrol yang tidak menerima Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi
perlakuan dengan sampel praperlakuan perlakuan dengan sampel praperlakuan dan
dan pascaperlakuan yang sama disertai pascaperlakuan yang sama disertai replikasi
dua pengukuran praperlakuan (Untreated perlakuan pada kelompok kontrol (Untreated
control group design with dependent pretest control group design with dependent pretest
and posttest samples using a double pretests) and posttest samples using switching
dapat dilihat pada Gambar 12. replications).
Rancangan ini akan memberikan perla-
NR O1 O2 X O3
kuan juga kepada kelompok kontrol
----------------------------------------
sesudah kelompok perlakuan diukur
NR O1 O2 O3
pascaperlakuan. Jadi pada tahap pertama,
kelompok eksperimen menerima perla-
Gambar 12. Rancangan kelompok kontrol yang
kuan sedang kelompok kontrol tidak
tidak diberi perlakuan dengan sampel
menerima perlakuan. Namun pada tahap
praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama
disertai dua pengukuran praperlakuan
kedua, kelompok kontrol beralih fungsi
(Untreated control group design with dependent sebagai kelompok eksperimen karena
pretest and posttest samples using a double menerima perlakuan sedang kelompok
pretests). yang semula menerima perlakuan berganti
menjadi kelompok tanpa perlakuan.
Firdausi dan Adiyanti (2016) meneliti Rancangan kelompok kontrol yang tidak
efek pelatihan asertivitas dalam pening- mendapatkan perlakuan dengan sampel
katan harga diri korban perundungan. praperlakuan dan pascaperlakuan yang
Desain penelitian eksperimen adalah sama disertai replikasi perlakuan pada
rancangan kelompok kontrol yang tidak kelompok kontrol (Untreated control group
menerima perlakuan dengan sampel design with dependent pretest and posttest
praperlakuan dan pascaperlakuan yang samples using switching replications) dapat
sama disertai dua pengukuran praper- dilihat pada Gambar 13.
lakuan (Untreated control group design with
dependent pretest and posttest samples using a
double pretests). Subjek penelitian sejumlah NR O1 X O2 O3
18 siswa kelas 4-5 SD yang merupakan ---------------------------------------------
korban perundungan dengan skor self- NR O1 O2 X O3
esteem dalam kategori rendah hingga
sedang. Kelompok eksperimen terdiri
Gambar 13. Rancangan kelompok kontrol yang
delapan siswa dan kelompok kontrol
tidak mendapatkan perlakuan dengan sampel
terdiri dari sepuluh siswa. Mereka meng- praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama
gunakan alat ukur adaptasi Peer Interac- disertai replikasi perlakuan pada kelompok
tions in Primary School (PIPS) Questionnaire, kontrol (Untreated control group design with
skala asertif, dan skala harga diri. Hasil uji dependent pretest and posttest samples using
statistik menunjukkan bahwa tidak ada switching replications).
perbedaan signifikan skor harga diri
antara kelompok eksperimen kontrol pada Huelar (2012) melakukan eksperimen
saat praperlakuan namun setelah diberi dengan rancangan switching replication
perlakuan skor self-esteem kelompok mengenai pengaruh metode belajar
eksperimen secara signifikan lebih tinggi kooperatif dan metode kelas tradisional
daripada kelompok kontrol. terhadap prestasi belajar biologi pada
siswa SMA kelas dua di kota (Untreated control group design with
Mandaluyong Pilipina. Siswa SMA kelas dependent pretest and posttest samples using
dua dibagi menjadi dua kelompok, reversed-treatment control group) dapat
kelompok pertama diukur prestasi biologi dilihat pada Gambar 14.
kemudian mendapatkan metode belajar
tradisional serta diukur prestasi biologi NR O1 X+ O2
lagi, selanjutnya mendapatkan metode -------------------------------
belajar kooperatif dan diukur sekali lagi NR O1 X- O2
prestasi belajar biologi. Sementara itu
kelompok dua, diukur prestasi biologi Gambar 14. Rancangan kelompok kontrol yang
kemudian mendapatkan metode belajar tidak diberi perlakuan dengan sampel
kooperatif, diukur prestasi biologi, beralih praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama
mendapatkan metode kelas tradisional disertai kelompok kontrol yang diberikan
serta diukur prestasi biologi lagi. perlakuan bertentangan (Untreated control
group design with dependent pretest and posttest
Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi samples using reversed-treatment control group).
perlakuan dengan sampel praperlakuan dan
pascaperlakuan yang sama disertai kelompok Hackman, Pearce dan Caminis (1976)
kontrol yang diberikan perlakuan bertentangan melakukan eksperimen dengan menerap-
(Untreated control group design with kan perancangan kembali pekerjaan (job
dependent pretest and posttest samples using redesign) pada karyawan bagian tertentu
reversed-treatment control group). sebuah bank besar. Perlakuan berupa
pekerjaan yang dulunya menyimpan
Dalam rancangan ini, X+ menunjukkan
banyak file dalam bentuk kartu diubah di
sebuah perlakuan yang menghasilkan efek
bulan Juni 1974 ke dalam sistem penyim-
ke satu arah (misalnya, meningkatkan
panan di komputer. Variabel dependen
variabel dependen), sedangkan X- menun-
adalah sikap kerja serta perilaku kerja
jukkan sebuah perlakuan yang menghasil-
karyawan yang diukur dua kali yakni pra
kan efek ke arah bertentangan (lawan dari
serta pascaperlakuan. Untuk karyawan
meningkatkan adalah menurunkan varia-
dengan pengaturan kembali kerja yang
bel dependen). Rancangan ini mempunyai
dirasakan menantang (X+) maka sikap dan
keuntungan berkaitan dengan validitas
perilaku kerja lebih tinggi daripada
konstruk, sebab konstruk kausal dapat
karyawan yang merasa pengaturan
dirinci dan dimanipulasi secara cermat
kembali pekerjaan tidak menantang (X-).
dengan menciptakan sebuah kondisi
penyebab yang berpengaruh ke satu arah Rancangan kelompok kontrol kohort (Cohort
sedangkan penyebab lain berpengaruh ke control group design).
arah yang berlawanan. Menciptakan
perlakuan yang efeknya bertentangan Banyak lembaga mengalami perpindahan
sangat berguna jika memungkinkan reguler ketika satu kelompok “lulus” ke
dilakukan. Pertimbangan etis dan praktis tingkat lain serta tempatnya digantikan
mungkin akan mencegah penggunaan oleh kelompok lain. Misalnya lembaga
rancangan ini. Rancangan kelompok kon- sekolah, setiap tahun anak di suatu kelas
trol yang tidak diberi perlakuan dengan akan naik ke kelas berikutnya sehingga
sampel praperlakuan dan pascaperlakuan tempatnya digantikan oleh adik kelas.
yang sama disertai kelompok kontrol yang Contoh lain misalnya di sebuah perusa-
haan, maka akan terdapat sekelompok
diberikan perlakuan bertentangan
Gambar 18. Grafik pengetahuan mengenai infeksi hepatitis C sebelum dan sesudah intervensi.
(diambil dari Proeschold-Bell, et all., 2011, hal. 1728)