Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori Respiratory Distress Syndrome


1.1.1 Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi & Rahardjo,2012).
RDS ( Respiratory Distress Sindrome ) adalah perkembangan yang immature
pada system pernafasan atau tidaknya adekuat jumlah surfaktan dalam paru-paru.
RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) juga dikatakan sebagai hyaline membrane
disease ( HMD ). RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) termasuk penyebab utama
kematian pada anak baru lahir, yang diperkirakan 30% pada semuan kematian,
neonates disebabkan oleh penyakit ini maupun komplikasi yang mengikuti. Penyakit
tersebut terjadi pada anak yang lahir premature serta insidennya berbanding terbalik
dengan umuur kehamilan dan berat badan. ( Fida dan Maya, 2012 ).
Kegawatan nafas pada neonates merupakan masalah yang dapat
menyebabkan henti nafas bahkan kematian, sehingga meninggkatkan mobiditas dan
mortalitas pada bayi baru lahir. Kegawatan pernafasan menimbulkan dampak yang
cuukup berat bagi bayi berupa kerusaan otak atau bahkan kematian. Akibat dari
ganggian pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia)
pada tubuh. Bayi akan beradapptasi terhadapp kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan
lama, metabolisme keadaann asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan
terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dann iskemia, dan hal ini dapat
menyebabkan kematian neonates (Marfuuah, 2013).
1.1.2 Etiologi
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, RDS ( Respiratori Distress
Syndrome sangat berkaitan erat dengan usia kehamilan. Dengan ungkapan lain,
semakin muda seorang anak, semakin tinggi pula resiko mengalami RDS
(Respiratory Distress Syndrome), sehingga menjadikan perkembangan yang
immature pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dlam paru-
paru. Pada umumnya, RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) dua kali lebih banyak
dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan selain itu insiden penyakit ini
meningkat pada anak dengan faktor-faktor tertentu, seperti ibu penderita diabetes
yang melahirkan anak kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal, dan lahir melalui
section caesaria. ( Fida dan Maya, 2012 )
1.1.3 Faktor yang mempengaruhi respiratory distress syndrome
Faktor resiko utama yang berpengaruh bukanlah usia gestasi kematangan paru
(Maryunani, 2013). Beberappa faktor yang meningkatkan terjadinya RDS
adalah:
1. Prematuritas, terutama pada bayi yang lahir kurang dari 35 minggu
2. Bedah Caesar tanpa persalinan
3. Bayi dengan ibu diabetes melitus
4. Perdarahan antepartum
5. Asfiksia neonatorum
6. Kembar
7. Laki-laki lebih beresiko dari wanita dengan perbandingan 2:1
1.1.4 Patofisiologis
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan
yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak
atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah
terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap
kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan
hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan asam
laktat.
Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak
maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada
stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini
bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang
meningkat dan adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan
tekanan darah dan reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat
diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada kulit. Apneu
normal berlangsung sekitar 1-2 menit. Apnea primer dapat memanjang dan diikuti
dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan asidosis akan
memperberat bradikardi, vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi
sampai 5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder denyut
jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus menurun. Bayi tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadikecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen
segera dimulai (Marmi & Rahardjo, 2012)
1.1.5 Pathway

Bayi cukup bulan: Sindrom Atelektasis


meconium, asidosis

Ventilasi perifer
Bayi Prematu r RDS

Takikardia

Tegangan permukaan Produksi surfaktan


meningkat Usaha bernapas
meningkat Gangguan
Kolaps alveolar paru perfusi
jaringan

Ketidakseimb Gangguan Pengeluaran energi


angan suhu tubuh
termoregulasi mengendap
Kelelahan Sianosis
Penurunan Penurunan Akumulasi
compliance paru stabilitas alveolar fibrin di
Intoleransi alveolus
Aktivitas
Membrane
hialin
Hiperventilasi Hipoksia berat Cedera paru reaksi terbentuk

Hiperkapnea Edema Sesak


Kelebihan volume cairan interstitial napas
alveolar paru

Pk: asidosis respiratorik Pola napas tidak efektif


1.1.6 Manifestasi klinis
1) Manifestasi klinis respirasi
a. Takipnea (lebih dari 60 x/menit)
b. Dispnea
c. Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
d. Krepitasi inspirasi halus
e. Grunting ekspirasi yang keras
f. Cuping hidung eksternal
g. Sianosis dan/atau palor
2) Manifestasi ketika penyakit berkembang
a. Apnea
b. Flaksiditas
c. Tidak bergerak
d. Tidak berespons
e. Suara nafas berkurang
3) Manifestasi berhubungan dengan penyakit berat
a. Keadaan seperti syok
b. Penurunan retum jantung dan bradikardia
c. Tekanan darah sistemik rendah
1.1.7 Pemeriksaan diagnostik
Menurut Cecily & Sowden (2012) pemeriksaan penunjjang pada bayi dengan
RDS yaitu:
1. Kaji foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus Bersama udara yang saling tunpang tindih
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi ibu diabetes, hipoksia atua gagal jantung kongestuf)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit
berat jika muncul pada beberapa jam
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolic
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit, kalsium, natrium, kalium glukosa serum
c. Tes cirann amnion (lesitin banding spigomielin) untuk menentukan
maturitas paru
d. Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Cecily & Sowden (2012) penatalaksanaan medis pada bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk
mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2) Pertahankan kestabilan suhu
3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5) Lakukankan transfusi darah seperlunya
6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel
darah
8) Berikan obat yang diperlukan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (2010) penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi
tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur
dengan tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral
tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan
aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral.
1.1.9 Komplikasi
Menurut Caecily & Sowden (2012) Komplikasi yaitu:
1. Ketidakesimbangan asam basa
2. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumopericardium, pneumoperitoneum, emfisema subkutan, emfisema
interstisial pulmonal)
3. Perdarahan pulmonal
4. Penyakit paru kronis pada bayi 5-1-%
5. Apnea
6. Hipotensi sistemik
7. Anemia
8. Infeksi (pneumonia, sptikemia, atau nosocomial
9. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orang tua
Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas

1. Paten Dukuk Arteriosus (PDA) yang sering terkait dengan hipertensi


pulmonal
2. Perdarahan intraventrikuler
3. Retinopati akibbat prematuritas
4. Kerusakan neurologis
1.2 Tinjauan Asuhan KeperawKatan
1.2.1 Pengkajia
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien (asrining surasmi, siti
handayani, 2003). Pengkajian yang dilakukan pada bayi rds sebagai berikut:

a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, dan alamat
klien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasakan pada bayi rds adalah takipnea.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dapat mempengaruhi terjadinya rds seperti kelahiran
preterm, riwayat kehamilan ibu menderita perdarahan, ibu menderita
hipertensi, riwayat neonatus dengan asfiksia akibat hipoksia akut,
hipotermia, dan nilai apgar skor rendah (asrining surasmi, siti handayani,
2003).
d. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dilakukan secara sistematik dengan penekanan khusus
pada pengkajian pernafasan. Rds dapat dikaji dengan mengobservasi
takipnea, retraksi substernal, kreleks inspirasi, mengorok ekspiratori,
pernafasan cuping hidung dan adanya sianosis (wong, 2003).
e. Pemeriksaan diagnostik pemeriksaan analisa gas darah.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul:

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


alveolar-kapiler
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
4. Resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman petogen
5. Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan
6. Ketidakseimbangan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan
1.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan


secret
SDKI
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif D.0001
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Gejala dan Tanda Mayor Penyebab

 Subjektif  Fisiologis
- Tidak tersedia 1. Spasme jalan napas
 Obyektif 2. Hipersekresi jalan napas
1. Batuk tidak efektif 3. Disfungsi neuromuskuler
2. Tidak mampu batuk 4. Benda asing dalam jalan napas
3. Spuntum berlebih 5. Adanya jalan napas buatan
4. Mengi, wheezing dan/atau 6. Sekresi yang tertahan
ronkhi kering 7. Hyperplasia dinding jalan
5. Mekonium di jalan napas napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
Gejala dan Tanda Minor
10. Efek agen farmakologis
 Subjektif  Situsional
1. Dispnea 1. Merokok aktif
2. Sulit berbicara 2. Merokok pasif
3. Ortopnea 3. Terpajan polutan
 Objektif
1. Gelisah
Kondisi Klinis Terkait
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun 1. Gullian barre syndrome
4. Frekuensi napas berubah 2. Sclerosis multiple
5. Pola napas berubah 3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik
5. Depresi system saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuandriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran napas

SLKI

Bersihan Jalan Napas L.01001


Definisi : Kemampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Ekspetasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Mening
Meningkat kat
Menurun
Batuk 1 2 3 4 5
efektif
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menuru
Menigkat Menurun n
Produksi 1 2 3 4 5
spuntum
Mengi 1 2 3 4 5
Whezzing 1 2 3 4 5
Meconium 1 2 3 4 5
Dyspnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit 1 2 3 4 5
bicara
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membai
Memburuk Membaik k
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
Pola napas 1 2 3 4 5
SIKI

Manajemen Jalan Napas (1.01011)


Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
 Tindakan Observasi  Tindakan Terapeutik
1. Monitor pola napas 1. Pertahankan kepatenan jalan
2. Monitor bunyi napas napas dengan head-tilt dan chin-
3. Monitor spuntum lift
2. Posisikan semi fowler ataw
 Tindakan Edukasi fowler
1. Anjurkan asupan cairan 3. Berikan minum hangat
2000ml/hari, jika tidak 4. Lakukan fisioterapi dada
kontraindikasi 5. Lakukan penghisapan lender
2. Anjurka teknik batuk kurang dari 15 detik
efektif 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda pata
dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen jika perlu

 Tindakan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu
2. Ketidakseimbangan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan

SDKI
TERMOREGULASI TIDAK EFEKTIF
(D.0192)
Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan proteksi
Definisi :-
Penyebab :
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (mis, infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolism
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis, sedasi)
Gejala dan tanda miyor Objektif :
Subjektif : 1. Kulit dingin/hangat
(tidak tersedia) 2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuasi
Gejala dan tanda minor Objektif :
Subjektif : 1. Piloereksi
(tidak tersedia) 2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik
KondisiKlinis
1. Cedera medulla spinalis
2. Infeksi/sepsis
3. Pembedahan
4. Cedera otak akut
5. Trauma

SLKI
TERMOREGULASI NEONATUS (L14135)
Definisi: Pengaturan suhu tubuh neonates agar tetap berada pada rentang normal
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Menggigil 1 2 3 4 5
Akroslanosis 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Konsumsi 1 2 3 4 5
oksigen
Kutis 1 2 3 4 5
memorata
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianotik
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darati
Pengisian 1 2 3 4 5
kapiler
Piloereksi 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5

ADAPTASI NEONATUS (L10095)


Definisi: Proses penyesuaian fungsional neonates dari kehidupan intra uterin ke
ekstra uterin
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Berat badan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Membrane 1 2 3 4 5
mukosa
Kuning 1 2 3 4 5
Kulit kuning 1 2 3 4 5
Sklera kuning 1 2 3 4 5
Prematuritas 1 2 3 4 5
Keterlambatan 1 2 3 4 5
pengeluaran
feses
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburu baik
k
Aktivitas 1 2 3 4 5
ekstremitas
Respon 1 2 3 4 5
terhadap
stimulus
sensorik

SIKI

Regulasi Temperatur (I.11353)


Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Tindakan
Observasi
1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,50C-37,50C)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertemia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
4. Masukan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir (mis, bahan
polyethylene, polyurethane)
5. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
7. Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karenaproses evaporasi
8. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
9. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis, selimut, kain bedong, stetoskop)
10. Hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau diarea aliran
pendingin ruangan atau kipas angina
11. Gunakan matras penghangat, slimut hangat, dan penghangat ruangan
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
12. Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel
pad dan intravascular cooling catheterization untuk menurunkan suhu
tubuh
13. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustation dan heat stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terapar udara dingin
3. Demostrasikan tehnik perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Putu Permata. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi Respiratory
Distress Syndrome Dengan Pola Napas Tidak Efektif Di Ruang Nicu Rsd
Mangusada Tahun 2020. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/. Diakses
tanggal 11/10/2020 Jam 23.50
Moi Maria Yosefa. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T Dengan Rds
(Respiratory Distress Syndrom) Di Ruangan Nhcu Rsud Prof. Dr. W. Z.
Johanes Kupang. Repository.poltekeskupang.ac.id. Diakses tanggal
11/10/2020 jam 01.20 WIB
Nugraha Setya Adi. (2014). Low Birth Weight Infanteith Respiratory Distress
Syndrome. juke.kedokteran.unila.ac.id. Diakses tanggal 11/10/2020 jam
23.50
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

Rogayyah. (2016). Faktor-Fakto R Yang Berhubungan Dengan Kejadlatirespir A To


R Y Distress Syndrome Pada Neonatus Di Rumah Sakit Umum Daera H
Palembang Bari Period E 2013-2014. http://repository.um-palembang.ac.id.
Diakses tanggal 12/10/2020 Jam 01.45

Anda mungkin juga menyukai