Puskesmas II Denpasar Selatan berdiri Tahun 1983 dan beralamat di Jalan Danau
Provinsi Bali. Puskesmas ini merupakan salah satu dari empat Puskesmas yang
Selatan merupakan daerah dataran rendah tepi pantai dengan ketinggian tiga
hingga enam meter di atas permukaan laut. Luas wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan ± 13,11 km2, yang terdiri dari dua kelurahan dan dua desa, yaitu
Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja.
43
44
adalah 48.341 jiwa dengan 9.669 KK. Jumlah penduduk tahun 2013 adalah
53.171 jiwa dengan 10.636 KK. Pada tahun 2014 jumlah penduduk mencapai
dengan perincian: tiga orang dokter umum, tiga orang dokter gigi, dua orang
kesehatan lingkungan, satu orang ahli madya gizi, dua orang analis kesehatan, dua
orang perawat gigi, dua orang asisten apoteker, dan 11 orang tenaga kontrak
lainnya.
dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya
Selatan, yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah dan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah,
IMS, Klinik VCT, Kesehatan Anak dan Remaja, Kesehatan Jiwa, Kesehatan
Indera, Usaha Kesehatan Kerja, serta tiga program inovasi yang terdiri dari KIA
Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh, dan Desa Sanur Kaja dari catatan kunjungan
Pembantu Desa Sanur Kaja. Dari data pasien hipertensi yang telah dikumpulkan,
kemudian dipilih responden yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia antara
serta ekslusi. Selain data pasien yang diperoleh dari dokumentasi Puskesmas,
Banjar. Pada kegiatan Posyandu Lansia, jika ada pasien yang diketahui
1. Karakteristik Responden
66,7% berusia antara 45−59 tahun yang menurut WHO diklasifikasikan sebagai
lansia pada usia pertengahan (middle age), 29 orang responden dengan persentase
responden dengan persentase 76,7% tidak memiliki faktor risiko hipertensi oleh
Tabel 7. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun
Alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 148,27 mmHg dan sesudah
intervensi pemberian air rebusan daun alpukat, rata-rata tekanan darah sistolik
adalah 98,47 mmHg dan sesudah intervensi, rata-rata tekanan darah diastolik
10
8
6 4 Prehipertensi
4 Hipertensi Derajat 1
2 0 0 0
0 Hipertensi Derajat 2
Sistolik Sistolik
Sebelum Sesudah
Intervensi
Tekanan Darah Kelompok Perlakuan
intervensi, seluruh responden yaitu 15 orang memiliki tekanan darah sistolik yang
rebusan daun alpukat, sebagian besar responden yaitu sebanyak 11 orang memiliki
8
6
6 Prehipertensi
4 Hipertensi Derajat 1
2 1 Hipertensi Derajat 2
0 0
0
Diastolik Diastolik
Sebelum Sesudah
Intervensi
Tekanan Darah Kelompok Perlakuan
intervensi, sebagian besar responden yaitu sembilan orang memiliki tekanan darah
pemberian air rebusan daun alpukat, sebagian besar responden yaitu 14 orang
Tabel 8. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Tujuh Hari di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol diperoleh rata-
rata tekanan darah sistolik pretest adalah 148,73 mmHg dan rata-rata tekanan
darah sistolik posttest kelompok kontrol adalah 147,67 mmHg. Sedangkan rata-
rata tekanan darah diastolik pretest adalah 95,33 mmHg dan rata-rata tekanan
16 15
14
14
12
10
Frekuensi
8 Prehipertensi
6 Hipertensi Derajat 1
4 Hipertensi Derajat 2
2 1
0 0 0
0
Sistolik Sistolik
Pretest Posttest
Tekanan Darah Kelompok Kontrol
sebagai hipertensi derajat satu. Setelah tujuh hari, seluruh responden yaitu 15
8
Prehipertensi
6
Hipertensi Derajat 1
4
2 Hipertensi Derajat 2
2 1 1
0
0
Diastolik Diastolik
Pretest Posttest
Tekanan Darah Kelompok Kontrol
sebagai hipertensi derajat satu. Setelah tujuh hari, sebagian besar responden yaitu
sesudah diberikan intervensi pemberian air rebusan daun alpukat pada kelompok
kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5% (0,05), yang berarti nilai signifikansi
α≤0,05. Hasil analisis perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan
Tabel 9. Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Intervensi
Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat pada Kelompok Perlakuan di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 30,527 dan nilai
Tabel 10. Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah
Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat pada Kelompok Perlakuan di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Tabel 10 menampilkan bahwa nilai t hitung adalah 34,618 dan nilai p=0,000
sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah
Perbedaan tekanan darah sebelum intervensi (pretest) dan setelah tujuh hari
menggunakan paired sample t-test dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pretest dan posttest kelompok
Tabel 11. Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Sistolik Pretest dan Posttest Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 2,477 dan nilai
sistolik kelompok kontrol sebelum dan setelah tujuh hari dengan rata-rata
Tabel 12. Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Diastolik Pretest dan Posttest Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 0,581 dan nilai p=0,571
sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan pada tekanan darah diastolik
Kontrol
kelompok perlakuan dan tekanan darah sesudah tujuh hari pada kelompok kontrol
maka digunakan uji t dua sampel tidak berpasangan (independent sample t-test)
dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 13 dan 14.
Tabel 13. Hasil Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 18,618 dan nilai p=0,000,
sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah
Tabel 14. Hasil Analisis Perbedaan Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 14,836 dan nilai
sebagian besar responden yaitu 20 orang dengan persentase 66,7% berusia antara
45−59 tahun. Hal tersebut serupa dengan penelitian Setiawan (2006) yang
menyebutkan prevalensi hipertensi pada usia 45-64 tahun mencapai 51,3%. Risiko
Tumirah, 2009). Usia merupakan faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dicegah
karena menurut penelitian semakin meningkat usia seseorang maka semakin besar
risiko menderita hipertensi. Hipertensi terbanyak terjadi pada usia 45-54 tahun
dan meningkat pada usia yang lebih tua. Bertambahnya usia menyebabkan
55
dinding arteri mengalami penebalan akibat adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah menyempit dan menjadi kaku. Pada usia
peran ginjal juga semakin berkurang karena aliran darah ginjal dan laju filtrasi
Faktor risiko lain yang mempengaruhi hipertensi antara lain adalah kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keluarga dengan hipertensi. Dilihat dari
kebiasaan merokok, hasil penelitian saat ini menemukan bahwa sebanyak tujuh
orang responden dengan persentase 23,3% memiliki kebiasaan merokok. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yang menyatakan
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), merokok dapat meningkatkan tekanan darah
karena meningkatkan beban kerja jantung. Nikotin yang terdapat dalam rokok
terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan
Hasil penelitian saat ini menemukan bahwa enam orang responden dengan
Rahajeng dan Tumirah (2009) yang menunjukkan bahwa risiko hipertensi bagi
56
individu yang mengonsumsi alkohol ditemukan bermakna, yaitu sebesar 1,12 kali.
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung akan
dipaksa bekerja lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan mencukupi
(Komaling, Suba & Wongkar, 2013). Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu
faktor penting yang memiliki hubungan dengan tekanan darah. Semakin banyak
penelitian saat ini, sebagian besar responden yaitu 21 orang dengan persentase
70,0% memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan
teori Kasper, et al. (2005); Lemone dan Burke (2008) dalam Martiningsih (2011)
garam dan air pada ginjal yang berhubungan dengan perkembangan hipertensi.
Dari hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok perlakuan sebelum intervensi
diperoleh hasil rata-rata tekanan darah sistolik 148,27 mmHg dan tekanan darah
diastolik 98,47 mmHg. Setelah diberikan intervensi berupa pemberian air rebusan
tekanan darah pada kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh adalah rata-rata
tekanan darah sistolik 136,40 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik adalah
86,67 mmHg. Apabila dilihat dari perbandingan tekanan darah sebelum dan
tekanan darah sistolik sebesar 11,867 mmHg dan diastolik sebesar 11,800 mmHg.
golongan Calcium Channel Blocker (CCB), yaitu Amlodipine yang diperoleh dari
air rebusan daun alpukat sebanyak 200 ml satu kali dalam sehari. Hasil analisa
data tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah sistolik dan
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ariestha (2010) yang
meneliti mengenai pengaruh air rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah
yang sangat signifikan dengan rata-rata selisih nilai tekanan darah sistol adalah
11,15 mmHg dan rata-rata selisih tekanan darah diastol adalah 10,42 mmHg.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Hermawan (2010) juga menunjukkan adanya
perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) sesudah pemberian air rebusan daun
alpukat pada laki-laki dewasa yang memiliki tekanan darah normal. Rata-rata
selisih tekanan darah sistolik adalah 13,92 mmHg dan rata-rata selisih tekanan
Penurunan tekanan darah merupakan salah satu efek dari pemberian air rebusan
daun alpukat sebanyak 200 ml satu kali sehari selama satu minggu. Daun alpukat
Ramadi, 2012). Flavonoid berfungsi sebagai diuretik yang bekerja dengan cara
membuang kelebihan air dan natrium melalui pengeluaran urine (Utami, 2008
Converting Enzym (ACE) (Mills & Bone, 2000 dalam Ariestha, 2010).
menurunkan tekanan darah (Mills & Bone, 2000; Saseen, & Carter, 2005 dalam
Ariestha, 2010). Efek lainnya dapat menyebabkan penurunan retensi air dan
garam oleh ginjal, sekresi aldosteron, dan sekresi anti diuretic hormone (ADH)
penurunan retensi air dan garam oleh ginjal, sedangkan penurunan sekresi ADH
menyebabkan penurunan absorpsi air. Penurunan retensi air dan garam serta
menurun (Guyton & Hall, 2007). Selain sebagai diuretik, flavonoid juga bersifat
memperlambat kemajuan berbagai oksidatif stres (Owolabi, Coke & Jaja, 2010;
Sulistyowati, 2006).
terhadap pengaruh radikal bebas (Kwon, 2007; Ling, 2001 dalam Sumardika &
5.2.3 Analisis Tekanan Darah Pretest dan Posttest Pasien Hipertensi Pada
Kelompok Kontrol
Dari hasil pengukuran tekanan darah pretest pada kelompok kontrol diperoleh
hasil rata-rata tekanan darah sistolik 148,73 mmHg dan tekanan darah diastolik
pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh adalah
rata-rata tekanan darah sistolik posttest kelompok kontrol adalah 147,67 mmHg
dan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 94,93 mmHg. Apabila dilihat dari
ditemukan penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 1,06 mmHg dan
tekanan darah sistolik pretest dan posttest kelompok kontrol. Saat dilakukan
alkohol, memiliki kebiasaan makan yang berbeda, tingkat aktivitas yang berbeda,
serta tingkat stres yang berbeda. Faktor risiko hipertensi tersebut tidak dapat
hipertensi adalah jenis diet, konsumsi garam, aktivitas fisik, dan faktor stres
(Martin, 2008; Smeltzer & Bare, 2002). Namun, tidak ada perbedaan nilai tekanan
darah diastolik pretest dan posttest kelompok kontrol. Hal ini dapat terjadi karena
tidak diberikan intervensi apapun pada kelompok kontrol, sehingga tekanan darah
Hasil analisa data tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan
sesudah diberikan intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji t dua sampel
tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan sesudah diberikan
pengaruh yang signifikan pada pemberian air rebusan daun alpukat terhadap
Seluruh responden dalam penelitian ini, baik pada kelompok kontrol dan
Channel Blocker (CCB), yaitu Amlodipine. Golongan obat ini bekerja dengan
dengan sifat sebagai vasodilator perifer, terutama pada pembuluh darah arteri.
dengan rata-rata 11,867 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 11,800 mmHg
Penurunan tekanan darah merupakan akibat dari konsumsi air rebusan daun
alpukat. Daun alpukat mengandung flavonoid, saponin dan alkaloid. Zat-zat yang
darah, anti inflamasi, dan analgetik. Pada tanaman ini yang bersifat anti radang
dan analgesik dimaksudkan juga untuk meredakan gejala akibat hipertensi seperti
sakit kepala, nyeri saraf, dan rasa pegal (Redaksi Agromedia, 2009 dalam Ramadi,
62
2012). Zat flavonoid yang terdapat dalam daun alpukat berfungsi sebagai diuretik
Zat flavonoid berfungsi sebagai diuretik yang bekerja dengan cara membuang
kelebihan air dan natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam
ringan (Widharto, 2007). Berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh
penelitian ini juga sesuai dengan konsep yang ada bahwa diuretik diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air yang
kalium melalui air, sehingga harus diberikan tambahan kalium atau obat penahan
menetralisir efek toksik dari radikal bebas. Secara tidak langsung flavonoid juga
related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam
63
keping darah, merangsang produksi Nitrit Oksida (NO) yang dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah (Winarsi, 2011). Stres oksidatif dapat dicegah dan
Flavonoid dapat meningkatkan aktivitas dari Nitric Oxide Synthase (NOS) pada
sel endotel pembuluh darah. NO yang disintesa dalam endotel dan otot polos
peneliti sulit mengontrol variabel perancu seperti jenis diet, konsumsi garam,
banyaknya faktor yang memengaruhi tekanan darah seperti gaya hidup meliputi
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik. Penelitian ini belum
mampu mengontrol pola makan setiap responden terkait dengan jenis dan porsi
makanan yang dikonsumsi, stressor yang dialami responden juga belum dapat
Hambatan yang ditemui selama proses penelitian adalah data pasien yang tercatat
di Puskesmas terutama mengenai alamat tinggal tidak tertera secara lengkap atau
alamat yang tercatat ternyata tidak ditemukan. Selain itu waktu pelaksanaan