Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

4.1 Deskripsi perusahaan

Coffee Kitchen By Me didirikan oleh kakak adik bersaudara yaitu (dari kiri ke kanan) Maya
Meilianty 35tahun , Reza Surya Perdana 31tahun, Erfan Arbani 29tahun pada tanggal 23 Mei
2018 Coffee Kitchen By Me berlokasi di Jl. Tebet Timur Dalam I No.1, RT.4/RW.4,
Kel.Tebet Timur, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12820.
Coffee kitchen By Me beroprasi pukul 09.00 - 24.00 Coffee Kitchen By Me pada awal berdiri
di halaman rumah memiliki luas 33m2 dengan kapasitas pengunjung hanya 10 orang
diruangan terbuka tanpa sekat antara pengunjung perokok dan yang tidak merokok serta
1kamar mandi sebagai fasilitas penunjangnya.

Coffee Kitchen By Me pada awal berdiri hanya memiliki 1 orang karyawan laki-laki yang
bernama Dinu Fauzan 19tahun yang mencakup seluruh pekerjaan yaitu sebagai seorang
barista, kasir dan officeboy dan tidak memiliki fasilitas free wifi sebagai penunjang. Ketiga
pendiri hanya memfokuskan pada kualitas rasa kopi yang dijual tanpa memikirkan fasilitas
penunjang yang bisa menjadi daya tarik faktor jual beli.

Setahun setelahnya, di pertengahan tahun 2019 Coffee Kitchen By Me mengalami pelonjakan


pembeli yang cukup signifikan dan membuat pemilik café pun kewalahan dan harus ikut
turun tangan dalam melayani pembeli. Saat pemilik café merasakan store athmosphere
kurang mendukung dengan bertambah nya pelanggan setiap hari nya yang berdatangan ke
Coffee Kitchen By Me, mereka memutuskan untuk menutup kedai kopi untuk sementara
mulai 2 Juni 2019 – 5 Agustus 2019 guna memperluas dan merenovasi area yang pada awal
mula hanya 33m2 setelah di renovasi bertambah menjadi 98m2. Coffee Kitchen By Me yang
pada awal mula nya hanya berada di halaman rumah saja kini diperluas hingga ke dalam
rumah orangtua sang pemilik café.

Pada tanggal 10 Agustus 2019 Coffee Kitchen By Me resmi dibuka Kembali dengan
memiliki 4 karyawan laki-laki dengan tugas yang berbeda. Nuralan 18tahun sebagai barista,
Rudy 20tahun sebagai barista, Ayu 18tahun sebagai kasir, Bayu 18tahun sebagai officeboy.
Dengan store athmosphere yang lebih baik karena diperluasnya lahan semenjak itu, Coffee
Kitchen By Me mempunyai dua area berbeda yaitu pertama indoor memiliki daya tampung
pengunjung 20 orang yang dilengkapi dengan fasilitas AC dan indoor dibagi menjadi dua
bagian kembali, area yang tidak menggunakan kursi atau yang biasa kita sebut lesehan dan
area yang menggunakan meja dan kursi, di area indoor tidak diperuntukan untuk merokok.
Dan yang kedua area outdoor yang lengkapi dengan fasilitas kipas angin beserta kursi dan
meja memiliki daya tampung pengunjung 25orang serta diperuntukan bagi pelanggan yang
ingin merokok.

Gambar 1.16 Suasana Coffee Kitchen By Me Indoor dan Outdoor

Kualitas kopi pada Coffee Kitchen By Me cukup baik dimata konsumen sejak
berdiri sampai saat ini untuk kualitas kopi yang disediakan oleh Coffee Kitchen By Me
minim keluhan dari konsumen karena Coffee Kitchen By Me menggunakan biji kopi yang
berasal dari Manokwari,Papua Barat.

sehingga rasa dari kopi berjenis robusta ini memberikan rasa yang berbeda dari kopi
yang dijual pada umumnya oleh kedai kopi lokal.
Coffee Kitchen By Me menggunakan mesin pengolah biji kopi yang cukup baik untuk sebuah
kedai kopi lokal. Coffee Kitchen By Me menggunakan mesin penghalus biji kopi merk
Mazzer tipe mini automatic jolly.

4.2 Deskripsi Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Konsumen Caffee kitchen di jakarta . Sedangkan
Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang konsumen caffe kitchen di jakarta. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diberikan secara langsung kepada
responden dengan berbagai karakteristik seperti jenis kelamin, usia,status dan penghasilan yang
menjadi tempat penelitian. Kuesioner diedarkan dari tanggal 11 Desember – 27 Desember 2021.
Total kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini berjumlah 100 kuesioner. Hasil uji deskripsi
responden disajikan pada table berikut:

4.2.1 Identitas Responden


Gambar 4. 1 Data Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

39%

61%

Laki-Laki Perempuan

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa responden dibedakan menjadi dua kategori
yaitu laki-laki dan perempuan. Dari data 100 responden yang diperoleh, komposisi
responden berdasarkan jenis kelamin yaitu 60responden atau sebanyak 60,6% berjenis
kelamin laki-laki dan sisanya 40 orang atau sebesar 39,4% berjenis kelamin perempuan
seperti ditunjukan pada Gambar 4.1. dapat disimpulkan yang banyak mengunjungi cafe
kitchen di jakarta laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
4.2.2 Usia Responden
Gambar 4.2 2 Data Responden Menurut Usia

Usia
5.1

40.4
54.5

18-24 25-34 35-45 45-54 55-65

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa responden dibedakan menjadi lima kategori
yaitu usia 18 sampai 24 tahun, 25 sampai 34 tahun, 35 sampai 45 tahun, 46 tahun sampai 54
tahun dan usia lebih dari 55 tahun sampai 65 tahun. Dari data 100 responden yang
diperoleh, komposisi responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas
responden berusia 18 – 24 sebanyak 55 orang (54,50%) kemudian 25 – 34 sebanyak 40
orang (40,04%), dan sisanya 45-54 sebanyak 5 orang (5,10%).
Kesimpulannya jumlah responden didominasi oleh usia 18-24 tahun yang merupakan usia
remaja.

4.2.3 Data Status Respoden


Gambar 4.2.3 Status Responden

Status

10.3

89.7

Single Menikah
Berdasarkan Gambar 4.2.3 Pada Status menunjukan bahwa responden moyoritas single
dengan jumlah 89,1 (89,10%) dan sisanya dengan status menikah 10,3 (10,03%) maka
responden cafe kitchen di dominasi oleh mereka yang ber status single.
4.2.4 Data Penghasilan Responden

Gambar 4.2.4

Penghasilan

15.2
<Rp 5.000.000
40.4 Rp5.000.000-10.000.000
Rp10.000.000-25.000.000
>25.000.000

35.4

Pada Identitas penghasilan menunjukkan bahwa mayoritas responden berpenghasilan


kurang dari 5.000.000 sebanyak 41 orang (41,40%), 5.000.000 – 10.00.000 sebanyak 35
orang (35,40%),10.000.000 – 25.000.000 15 orang (15,20%) dan lebih dari 25.000.000
sebanyak 8 orang (8,10%).

4.3 Deskripsi Variable

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai jawaban


responden. Metode perankingan Tingkat Capaian Responden (TCR) (Riduwan, 2007) digunakan
dalam penelitian ini untuk mengakumulasi jawaban responden terhadap seluruh indikator dalam
kuesioner penelitian. Kriteria TCR diklasifikasikan dari sangat rendah ke sangat tinggi.Menurut
Sugiyono (2019:145) menjelaskan bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukut tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif Skala yang digunakan adalah Skala likert, Sugiyono (2019) menyatakan bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial, dalam penelitian, fenomena sosisal sudah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti yang disebut variabel penelitian. Skala Likert digunakan untuk menguraikan variabel
yang akan diukur menjadi indikator variabel yang nantinya dijadikan tolak ukur untuk menyusun
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan pada kusioner 28 memiliki lima alternatif jawaban, sehingga
responden dapat memilih hanya pada alternatif tersebut. Alternatif jawaban tersebut antara
lain:

a. SS (Sangat Setuju) : Diberi Skor 5


b. S ( setuju) : Diberi Skor 4
c. C (cukup) : Diberi Skor 3
d. TS (Tidak setuju) : Diberi Skor 2
e. STS (Sangat Tidak Setuju : Diberi Skor 1
Nilai Indeks
Variable Kode Skor Likert TCR %
Indikator STS TS N S SS
PQ1              
PQ2              
PQ PQ3              
PQ4              
  Kriteria      
    Rata-rata    
SQ1              
SQ2              
SQ SQ3              
Kriteria    
Rata-rata    
SA1              
SA2              
SA3              
SA
SA4              
Kriteria    
Rata-rata    
IS1              
IS2              
IS IS3              
Kriteria    
Rata-rata    
CS1              
CS2              
CS CS3              
Kriteria    
Rata-rata    
CL1              
CL2              
CL CL3              
Kriteria    
Rata-rata    
                 

4.4 Analisis Data


Teknik analisis dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling dengan pendekatan
algoritma Partial Least Square (SEM-PLS). Penggunaan teknik SEM-PLS dalam analisis data
didasarkan pada tujuan penelitian yang berfokus untuk memprediksi kecenderungan perilaku
konsumen, serta distribusi jawaban sampel penelitian yang bersifat nonnormal (Hair et al.,
2010). Pendekatan analisis CB-SEM dengan bantuan software seperti AMOS dan LISREL tidak
disarankan untuk analisis prediksi, karena tujuan dari CB-SEM sangat ketat pada konfirmasi teori
dan akurasi parameter (Davcik, 2014). Penelitian ini memiliki variabel independen lebih dari
satu, dan penggunaan analisis PLS-SEM lebih cocok dibandingkan CB-SEM karena mampu
menganalisis lebih dari satu variabel independen secara simultan, (Hair et al., 2010). Data
kuesioner yang telah terakumulasi diolah menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.2. Analisis
data diawali dengan membangun model struktural, kemudian uji validitas dan reliabilitas model
pengukuran (outer model), Model struktural dibuat dengan membuat desain hubungan antara
variabel-variabel laten. Variabel laten eksogen dalam penelitian adalah Kualitas Produk (PQ),
Kualitas Layanan (SQ), Atmosfer (SA), dan Layanan IT (IS) sebagai moderator hubungan antar
variabel studi. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Kepuasan pelanggan (CS) dan
Loyalitas pelangan (CL). Model ini diujikan kepada pelanggan cafe kitchen di jakarta ,. Hasil
pengujian validitas dan reliabilitas konstruk dijelaskan pada tahap outer model berikut ini:

4.1.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

1. Convergenty Validity

Pengujian convergent validity dilakukan dengan melihat nilai outer loading masing-
masing indikator terhadap variabel latennya. Nilai outer loading >0,7 menunjukkan bahwa
suatu variabel telah menjelaskan 50% atau lebih varians indikatornya. Namun menurut Chin
& Wynne (1999), nilai outer loading 0,5 hingga 0,6 dapat dianggap cukup untuk syarat
convergent validity. Hasil pemrosesan dengan PLS algorithm untuk outer loading disajikan
dalam tabel berikut:

Variable Indikator Outer Loading


PQ1 0,753
PQ2 0,83
PQ
PQ3 0,811
PQ4 0,799
SQ1 0,84
SQ SQ2 0,869
SQ3 0,87
SA1 0,799
SA2 0,892
SA
SA3 0,858
SA4 0,885
IS1 0,933
IS2 0,932
IS IS3 0,884
CS1 0,914
CS CS2 0,92
CS3 0,914
CL1 0,863
CL CL2 0,916
CL3 0,896

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh indikator telah memiliki nilai
outer

loading lebih dari 0,7. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing variabel studi telah

mampu dijelaskan oleh indikatornya dan memenuhi syarat convergent validity.

2. Discriminant Validity Nilai Fornell-Larcker Criterion (FLC) dan cross loadings adalah
pendekatan yang umum digunakan dalam uji discriminant validity. Nilai FLC dan cross
loadings suatu indikator pada konstruk latennya sendiri diharapkan lebih besar dibandingkan
nilai cross loadings pada konstruk laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity
disajikan pada tabel berikut:

  CL CS IS PQ SA SQ
CL 0,892          
CS 0,792 0,916        
IS 0,597 0,704 0,917      
PQ 0,672 0,752 0,505 0,799    
SA 0,751 0,803 0,616 0,757 0,859  
SQ 0,758 0,724 0,549 0,579 0,729 0,860

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa masing-masing indikator memiliki nilai FLC
terbesar pada konstruk latennya sendiri dibandingkan dengan nilai FLC pada konstruk
lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini
telah memiliki discriminant validity yang baik dalam membentuk variabelnya masing-masing.
Selain nilai cross loadings, hasil uji discriminant validity juga dapat diketahui melalui nilai
Average Variant Extracted (AVE). Setiap konstruk laten harus memiliki nilai AVE >0,5 untuk
mencerminkan model pengukuran yang baik. Nilai AVE untuk variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut:

Variable Nilai AVE


 
 
PQ
 
 
 
SQ  
 
 
 
SA
 
 
 
 
IS  

3. Composite Reliability

Dalam analisis SEM-PLS, suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai composite
reliability >0,6 serta diperkuat oleh nilai Cronbach’s Alpha >0,7. Hasil pengujian composite
reliability dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4. 9 Nilai Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha

Variable Cronbach's Alpha Composite Reliabilit


CL 0,872 0,921
CS 0,904 0,940
IS 0,905 0,941
PQ 0,810 0,876
SA 0,881 0,918
SQ 0,824 0,895

Nilai composite reliability sebesar 0.6 – 0.7 serta nilai Cronbach’s alpha sebesar >0.7
dianggap memiliki reliabilitas yang baik (Sarstedt, et al., 2011). Berdasarkan tabel diatas,
semua konstruk memiliki nilai composite reliability dan cronbach’s alpha >0.7 sehingga
disimpulkan telah reliabel.
4.1.2 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Tahap evaluasi model struktural (inner model) terdiri dari uji kebaikan model. Uji
kebaikan model dilakukan dengan memerhatikan nilai R-square (R2) dan Q-square (Q2). Uji
hipotesis secara parsial dilakukan dengan memerhatikan nilai signifikansi dari hubungan
antar variabel (direct dan indirect effects). Selanjutnya, tahap Multi-Group Analysis (PLS-
MGA) dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan efek yang signifikan antara kedua
jenis endorser. Hasil proses bootstrapping pada model struktural dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 4. 4 Hasil Proses Bootstrapping (Sumber: Output SmartPLS, 2020)

1. Uji Kebaikan Model (R2)


Nilai R-Square (R2) digunakan untuk mengetahui kekuatan prediksi dari model
struktural dalam analisis SEM-PLS. Kriteria nilai Rsquare yang mendekati 0.67
dinilai kuat, 0.33 sebagai moderat, dan 0.19 sebagai lemah (Chin & Wynne,
1999). Nilai R-square dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 10 Nilai

Variable Endogen R-square Kriteria


CL 0,627 Moderat
CS 0,778 Kuat

Anda mungkin juga menyukai