Anda di halaman 1dari 60

Dr. Aliana Dewi., SKp.

, MN
Ketua Umum HIPERCCI
No. HP : 081808859066
e Mail : aliana.dewi@yahoo.co.id

• Diploma 3: Akper RSPAD Gatot Soebroto


Education • S1 FIK UI
• Master of Nursing The University of Technology Sydney Australia
• Doktor Keperawatan FIK UI

• 2012 – Now : Ketua Umum HIPERCCI


Organization • 2011 - Now : Narasumber/Fasilitator Pelatihan ICU Kemenkes RI dan HIPERCCI
• 2018 – Now : Bendahara SEAFCCN (South East Asia Federation Critical Care Nurses)
• 2018 – Now : Asesor LAMPTKes
• 2018 – Now : Asesor LSP Nakes Kemenkes RI
• 2018 – Now : Diklat PP KREKI (Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia)
• 2009 – 2013 : Surveior KARS KEMENKES RI

• 2003- Now : Dosen Universitas Binawan


Work Experiences • 2011- Now : Narasumber/fasilitator Pelatihan ICU Kemenkes dan Hipercci
• 2018-2019 : Dekan FKK Universitas Binawan
• 2013-2018 : Kaprodi Keperawatan STIKes Binawan
• 2008-2011 : Direktur AKPER PEMKAB Musi Banyuasin
• 1991-2002 : Perawat ICU RS Mitra Internasional Jatinegara Jakarta
➢ Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat
pada sistem respirasi berupa kegagalan sistem respirasi
dalam menjalankan fungsinya, yaitu oksigenasi dan
eliminasi karbon dioksida.

➢ Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka gagal napas


dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu gagal
napas hipoksemik dan gagal napas hiperkapnik. Gagal
napas hipoksemik dan hiperkapnik dapat terjadi pada
satu individu yang sama.

➢ Gagal nafas bisa akut atau kronis.


.
Gagal Napas Tipe 1
 Pada tipe ini, kelainan berupa hipoksemia, sehingga disebut gagal
napas hipoksemik. Tekanan parsial oksigen di arteri (PaO2) kurang dari
60 mmHg. Pasien telah mendapatkan oksigenasi dengan fraksi oksigen
(FiO2) minimal 0.60. Terjadi akibat kegagalan difusi oksigen dari
alveolus ke sirkulasi.

Gagal Napas Tipe 2


 Kelainan berupa hiperkapnia, sehingga disebut gagal napas
hiperkapnik. Tekanan parsial karbondioksida di arteri (PaCO2) lebih
dari 45 mmHg. Terutama terjadi akibat kegagalan fungsi ventilasi atau
pompa udara pada saluran napas. Dapat disertai hipoksemia,
umumnya disertai asidosis respiratorik
 Gagal napas hiperkapnia akut berkembang dalam
hitungan menit hingga jam; oleh karena itu, pH <
7,3.
 Gagal napas hiperkapnia kronis berkembang selama
beberapa hari atau lebih, memberikan waktu untuk
kompensasi ginjal dan peningkatan konsentrasi
bikarbonat serum; pH hanya sedikit menurun.
 Pneumonia
 Cardiogenic Pulmonary Edema (CHF)
 Non-cardiogenic Pulmonary Edema (ARDS, seizure)
 Pulmonary Fibrosis
 COPD / Asthma
 Pneumothorax
 Pulmonary Embolism
 Pulmonary Arterial Hypertension
 Congenital Heart Disease
 Bronchiectasis
 Fat Embolism Syndrome
 Obesity
 Massive Pleural Effusions
 Pulmonary Hemorrhage
 COPD  Primary Alveolar
 Status Asthmaticus Hypoventilation
 Drug Overdose  Obesity Hypoventilation
 Poisonings Syndrome
 Myasthenia gravis  Severe Pulmonary Edema
 Guillain-Barre  Tetanus
 Head and Cervical Cord Injury
 Poliomyelitis
 Polyneuropathy
Pengertian NIV :
 Hillberg mendefinisikan ventilasi mekanik non invasif
sebagai bantuan ventilasi yang diberikan tanpa
menggunakan alat pada daerah endotrakeal
 Ventilasi noninvasif → teknik ventilasi mekanik
→ tanpa memerlukan pipa trakea pada saluran
napas
 Pendekatan noninvasif yaitu ketika pasien dapat
berbicara, makan secara normal, refleks batuk dan
humidifikasi masih ada

 Pendekatan nonivasif dengan memberikan tekanan


positif melalui masker hidung atau wajah
INDIKASI VENTILASI NON INVASIF
 Peny. Paru kronik berat
 Hipoventilasi nokturnal → disfungsi saraf otot,
abnormaliti dinding dada
 Penyakit paru obstruktif kronik
 Disfungsi diafragma
 Gagal napas akut
 Kondisi penderita → sulit penyapihan
PENGGUNAAN NIV
1. Gagal Napas
Gagal Napas Hyperkapnia :
Gagal Napas Hypoxia :
2. Menghindari pemasangan ETT→ Menurunkan
infeksi dan komplikasi perdarahan.
3. Pasien kegemukan , biasanya terjadi “
Obstructive Sleep Apnea “
4. Digunakan pada pasien yang kontraindikasi
Intubasi atau menolak Intubasi.
5. Pada pasien Post Operasi (Menghindari intubasi
ulang sampai denngan bernapas spontan/tanpa
bantuan ventilator)
Efek Samping dan Komplikasi NIV :
Mask related
✓ Nasal pain
✓ Nasal bridge erythema and ulceration
Ventilator air flow or pressure complications
✓ Conjunctival irritation
✓ Sinus or ear pain
✓ Nasal or oral dryness
✓ Nasal congestion or discharge
Failure of NIV
✓ Mask intolerance
✓ Failure to improve ventilation
✓ Claustrophobia
✓ Sensation of excessive air pressure
✓ Patient-ventilator asynchrony
MI
✓ Specially with BIPAP
KONTRA INDIKASI NIV
 Pembedahan saluran napas atas dan muka →
luka bakar atau trauma
 Bedah gastrontestinal atas
 Sekret banyak
 Hipoksemia mengancam nyawa
 Confusio / agitasi
Keuntungan penggunaan NIV
❖Menghindari komplikasi yang terjadi pada
penggunaan Invasive Ventilator.
❖Memungkinkan pasien untuk makan, minum,
komunikasi dan menghindari produksi sputum
❖Lebih Nyaman dibanding Invasive Ventilator
❖Menghemat biaya
TIPE / SIKLUS NIV
1. Volume Mechanical Ventilation
Biasanya sekitar 10-15 ml/kg
Pressure bervariasi
2. Pressure Mechanical Ventilation
Biasanya Pressure Support / Pressure Control adalah 8 – 20
cm/H2O, nilai PEEP 0-6 cm H2O
Volume bervariasi.
3. Bilevel Positip Airway Pressure (Bi PAP)
Tekanan Inspirasi : 6-14 cm H2O, PEEP 3-5 cm H2O
Volume bervariasi
4. Continuous Positip Airway Pressure (CPAP)
5. Pressure biasanya 5-12 cm H2O, Pressure Konstan dan
Volume bervariasi
MODE VENTILASI NON INVASIF
 Ventilasi mekanik control (Controlled
Mechanical Ventilation / CMV)
 Assit / Control Ventilation
 Assist Spontaneaus breathing (pernapasan
spontan yang dibantu)
 Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
 Bilevel pressure support
 Propostional Assist Ventilation (PAV)
Ventilasi mekanik Kontrol

 Support ventilasi diberikan → tidak ada usaha


pasien
 Tekanan inflasi, tidal volume, frekuensi napas
→ di set
 Mengatur siklus waktu saat tekanan inspirasi
dan expirasi dengan menentukan I:E rasio
Assist / control ventilation

 Tanpa usaha napas


 Seperti CMV → pernapasan ditentukan oleh
setting volume
 Pasien dapat bernapas → tanpa dihalangi
mesin tapi mesin memberikan pernapasan
terkendali
Assisted spontaneous breathing

 Pernapasan spontan → usaha napas di cetuskan


saat ventilator on atau off
 Setting tekanan → Pressure Support
 Jika gagal usaha napas → tidak ada pernapasan
kendali dari mesin
 Dapat mengatur Peak Pressure Inspiratory
dan Expiratori
 Ventilator ada menu Bilevel /BiPAP device.
Continuos Positive Airway Pressure (CPAP)
 Pasien gagal napas akut → mengoreksi hipoksemia
 Aliran generator → akan mempertahankan tekanan
yang diinginkan melalui siklus pernapasan dengan
membantu tekanan secara konstan selama inspirasi
dan expirasi.
 Meningkatkan Functional Residual Capacity :
- Memperbaiki Complain paru
- Membuka alveoli yang kolaps
- Memperbaiki oksigenisasi
- Menurunkan kerja napas
Volume limited ventilators

✓Volume Tidal biasanya diset lebih tingi


(10→ 15ml/kg )
✓Biasanya di set A/C mode, RR yang
diseting dibawah Respirasi Rate pasien
yang terlihat.
✓Peralatan Portable lebih nyaman, murah
dan terdapat sistim alarm yang mutakhir,
saat beralih ke tekanan tinggi
Proportional assisted
ventilation (PAV)

✓Target dan respon usaha dari pasien


secara cepat (Inspiratory flow dan
Volume)
✓Dapat menyesuaikan bantuan pernapasan
yang diberikan
ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENGALIRKAN UDARA (INTERFACE) :

 Keping mulut (mouthpiece)

 Sungkup hidung

 Sungkup oronasal dan sungkup muka


penuh
Keping Mulut
 Penggunaan pada penyakit
neuromuskular dinding dada,
pasca bedah sulit ekstubasi
 Risiko yang mungkin terjadi
- Pneumonia aspirasi
- Perburukan maloklusi gigi
- Gangguan otot temporo mandibula
- Kebocoran udara melalui hidung
dan mulut
 Digunakan tidak rutin
Sungkup hidung
 Berbentuk segitiga atau
coneshaped → terbuat
dari plastik
 Memberikan tekanan disekitar
rongga hidung → iritasi kulit dan ulserasi
 Ukuran sungkup yang sesuai → mengurangi
rasa tidak nyaman (Calustrophobia)
Sungkup Oronasal dan Sungkup muka penuh

 Sungkup yang menutupi hidung,


mulut dan sebagian wajah
 Pilihan terbaik untuk gagal napas
akut yang berat
 Penurunan PaCO2 lebih cepat
→ terjadi peningkatan volume
tidal dan ventilasi permenit
 Kebocoran udara → rendah
PROTOCOL FOR INITIATION OF NIV
1. Appropriately monitored location
2.Patient in bed or chair sitting at > 30-degree
angle
3.Select and fit interface
4.Select ventilator
5.Apply headgear; avoid excessive strap tension
6.encourage patient to hold mask
7.Connect interface to ventilator tubing and turn
on ventilator
8. Start with low pressures/volumes in
spontaneously triggered mode with backup rate;
pressure-limited: 8 to 12 cm H2O inspiratory; 3 to
5 cm H2O expiratory, volume-limited: 10 ml/kg
9. Gradually increase inspiratory pressure (10 to 20
cm H2O) or tidal volume (10 to 15 ml/kg) as
tolerated to achieve alleviation of dyspnea,
decreased respiratory rate, increased tidal
volume , and good patient-ventilator synchrony
10. Provide O2 supplementation as needed to keep
O2 sat > 90%
11. Check for air leaks, readjust straps as needed
12. Add humidifier as indicated
13. Consider mild sedation (i.e., intravenously
administered lorazepam 0.5 g) in agitated
patients
14. Encouragement, reassurance, and frequent
checks and adjustments as needed
15. Monitor occasional blood gases (within 1 to 2 h
and then as needed)
MONITORING
 Evaluasi klinis
 AGDA
- 1 – 2 jam setelah pemasangan
- 4 – 6 jam setelah pemeriksaan awal
Jika tidak ada perbaikan →
pertimbangkan ventilasi invasif
 Saturasi oksigen
 NIV dapat diistirahatkan pada saat :
- Pemberian obat
- Fisioterapi
- Makan
 Sebelum dilepas → AGDA atau spirometri
Ventilasi Mekanik

Tindakan untuk memberikan bantuan nafas


menggunakan alat mekanik dengan tujuan
mengganti kerja alat pernafasan dan
memperbaiki pertukaran gas
Merupakan tindakan supportif sementara,
sampai penyebab gangguan nafasnya
diperbaiki

Penggunaan yang tidak benar dapat


menimbulkan penyulit baik pada paru
maupun organ lain
 Alat bantu mekanik untuk membantu otot-otot pernapasan
dalam proses bernapas dan membantu meningkatkan
pertukaran gas (Michael J.Apostolakos,2001)
 Alat bantu napas bertekanan positif atau negatif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
waktu yang lama ( Brunner dan Suddarth,2002 )
KLASIFIKASI UMUM VENTILASI
MEKANIK

NEGATIVE PRESSURE POSITIVE PRESSURE


VENTILATOR VENTILATOR
NEGATIVE PRESSURE VENTILATOR
1. MEMASUKKAN UDARA KE DALAM PARU
DENGAN CARA MEMBUAT TEKANAN
SEKELILING DADA NEGATIF
2. DAHULU DIGUNAKAN PADA PASIEN2 POLIO,
SAAT INI DIGUNAKAN PADA PASIEN2 YG
MENDERITA PENYAKIT NEUROMUSKULAR
DGN FUNGSI PARU NORMAL
3. “IRON LUNG” MENARIK RONGGA TORAKS
SEHINGGA UDARA MASUK KE PARU.
4. AKSES KE PASIEN TERBATAS
5. HARUS CUKUP MENGATASI RESISTENSI DAN
COMPLIANCE PASIEN
POSITIVE PRESSURE VENTILATOR
(PPV)
1. MEMBERIKAN TEKANAN POSITIF KE DALAM PARU PASIEN
2. BANYAK DIGUNAKAN SAAT INI
3. UDARA MENGALIR BERDASARKAN PERBEDAAN TEKANAN
DARI TEKANAN TINGGI KE TEKANAN RENDAH
4. HARUS DAPAT MENGATASI RESISTENSI DAN COMPLIANCE
PARU DAN DINDING DADA
5. TEKANAN DALAM RONGGA TORAK POSITIF SAAT INSPIRASI
YG BERIMPLIKASI MENGGANGGU VENOUS RETURN KE
JANTUNG, MENINGKATKAN RESITENSI PEMBULUH DARAH
PARU, DAN MENURUNKAN CARDIAC OUTPUT (HEART-LUNG
INTERACTION)
6. SANGAT TIDAK FISIOLOGIS
PPV; Membutuhkan Endo-Tracheal Tube sebagai
penghubung antara ventilator dengan paru
Gambaran Umum Pemakaian Ventilasi Mekanik
Ventilasi Mekanik
Spontan
Partial support Total support
(Assisted Mechanical Ventilation/AMV ) ( Controlled Mechanical Ventilation/ CMV )

Need sedation or no Need sedation and Relaxan

Invasive Non Invasive


ETT or
Syarat :
Tracheostomy 1.Hemodinamik stabil
2. Pasien kooperatif
3. Ada cadangan napas spntan
4. Mampu menjaga jln napas
5. Tidak ada trauma
6.Tdk memerlukan tekanan positif
tinggi
ADA 4 TIPE
POSITIVE PRESSURE VENTILATOR:

1. VOLUME
2. PRESSURE
3. FLOW
4. TIME

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia (


HIPERCCI )
Mode Ventilasi Mekanik
Mode
alternatif/tambahan:
✓APRV ( Airway
Pressure Release
Mode dasar : Ventilation )
✓BIPAP( Bi-Level
➢Control ventilation
Positive airway
➢Assist Control Pressure)
ventilation. ✓. APV (Adapted
➢IMV Pressure ventilation)
➢SIMV ✓PRVC
✓ ASV ( Adapted
➢Pressure Support
Support Ventilation )
➢Spontaneous
breathing
➢CPAP
MODE VENTILASI
CONTROL MODE

1. Volume Control Mode


2. Pressure Control mode

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Karakteristik:
• Start/trigger berdasarkan waktu
• Target/limit bisa volume atau pressure
• Cycled bisa volume/time atau bisa pressure (jika
vol/pressure sudah tercapai seperti yg diset,
inspirasi stop menjadi ekspirasi)
• Baik volume/pressure maupun RR dikontrol oleh
ventilator
• Jika ada usaha nafas tambahan pasien tidak akan
dibantu

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Control Volume Cycled
(VC,IPPV,CMV)
Control mode
Control Time Cycled
(PC,P-CMV)
P

T
0
6 DETIK 6 DETIK 6 DETIK

RR pasien sesuai dengan yg disetting


Setting trigger > 0 (sensitivity = tidak sensitif)
Setiap ada trigger tidak akan diberikan nafas dari ventilator
Tidak nyaman u/ pasien sadar, harus sedasi atau relaksasi
Biasa digunakan untuk resusitasi otak, dimana nilai PCO2 sudah
ditetapkan atau hipoksemia berat
Setting:

 Tidal volume atau level Pressure


 RR
 PEEP
 FiO2
 Peak flow
 I:E rasio
 Sensitivity

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Indikasi:
• Sering digunakan untuk pasien yg fighting
terhadap ventilator terutama saat pertama kali
memakai ventilator
• Pasien tetanus atau kejang yang dapat
menghentikan hantaran gas ventilator
• Pasien yang sama sekali tidak ada trigger nafas
(cedera kepala berat)
• Trauma dada dgn gerakan nafas paradoks
• Jangan digunakan tanpa sedasi atau pelumpuh otot

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Komplikasi:

 Pasien total dependen/sangat tergantung pada


ventilator
 Potensial apneu (malas bernafas)

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


ASSISTED MODE

1. Assisted Volume mode


2. Assisted Pressure mode

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia (


HIPERCCI )
Karakteristik:

• Start/trigger oleh usaha nafas pasien yaitu


penurunan tekanan jalan nafas
• Target/limit oleh volume/time atau pressure
• Cycled oleh volume atau pressure
• Disebut juga pasien-trigger ventilation
• RR lebih dari yg diset, karena setiap usaha nafas
dibantu oleh ventilator
• Jika nafas bervariasi; kadang pasien-trigger,
kadang time-trigger maka disebut ASSISTED
CONTROL MODE

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Assisted Volume Cycled

Assisted mode
Assisted Time Cycled

T
0
4 DETIK 3 DETIK 5 DETIK

1. RR pasien lebih dari setting


2. Trigger insp berdasar upaya nafas pasien (negative pressure)
3. Sensitivity dibuat < 0 (sensitif terhadap upaya nafas pasien)
4. Setiap trigger akan dibantu ventilator
5. Jika RR pasien lebih dari yg di setting disebut assisted mode, jika
sama dgn setting RR disebut control mode.
6. Komplikasi hiperventilasi (PCO2 <<)
Setting:

 Tidal volume atau Pressure level


 RR
 PEEP
 FiO2
 Peak flow
 I:E Rasio
 Sensitivity <5 cmH2O

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Indikasi:
 Proses weaning

 Komplikasi:
 Hiperventilasi → respiratory alkalosis
 Pada cedera kepala sering menyebabkan
hiperventilasi, sebaiknya segera ganti mode.

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia (


HIPERCCI )
SIMV MODE
(Synchronized Intermittent Mandatory
Ventilation)

Adalah mode dimana ventilator memberikan nafas


control (mandatory) namun membiarkan pasien
bernafas spontan diantara nafas control tersebut.

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Karakteristik:
 Start/trigger oleh pasien
 Target/limit oleh volume
 Cycled oleh volume

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


SIMV mode

T
0

Periode SIMV Periode spontan

Siklus SIMV
1. Contoh, Jika setting SIMV rate = 6. Berarti siklus SIMV = 60/6 = 10
detik
2. Sisanya adalah periode spontan 10 – 3 = 7 detik untuk memberi
kesempatan pasien bernafas spontan tanpa dibantu.
3. Contoh, jika SIMV diberi PS 10 cmH2O, maka setiap nafas spontan
akan diberi support sebesar 10 cm H2O
Setting:

 Tidal volume
 SIMV rate/siklus SIMV
 Peak flow
 PEEP
 FiO2
 Triger / Sensitivity
 Level PS/ASB/Spontan

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


PRESSURE SUPPORT/SPONTAN MODE

Karakterisrik:
• Start/trigger berdasarkan usaha nafas pasien
• Target/limit berdasarkan pressure level yang diset
• Cycled berdasarkan penurunan peak flow inspirasi
25% (manufactured = setting dari pabrik),
Inspirasi pasien hanya dibantu sebagian.
• Berfungsi mengatasi resistensi ETT, dengan
memberi support inspirasi saja
• Peak flow, inspirasi serta RR ditentukan oleh
pasien (tergantung pasien sendiri).

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


Setting:

 Inspiratory Pressure Level


 PEEP
 FiO2

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia ( HIPERCCI )


CPAP mode

5
PEEP 5
0

1. PEEP pada nafas spontan


2. Untuk proses weaning
3. Tidak mengganggu cardiac output, karena tekanan negatif
pada inspirasi
Indikasi:
Untuk pasien yang sudah dapat bernafas spontan
(sudah ada trigger).

Kontraindikasi:
Pasien yang belum ada trigger (belum bernafas
spontan), atau pasien yang menggunakan obat
pelumpuh otot (esmeron, norcuron atau pavulon)

Himpunan Perawat Critical Care Indonesia (


HIPERCCI )
Humidifikasi

Menghangatkan dan melembabkan sehingga


mencegah sekresi yang kental
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai