TENTANG
Ditetapkan : di Cimahi
Pada tanggal : 14 Januari 2022
1. Dializer proses ulang adalah pemakaian ulang dialyzer secara baku untuk pasien
yang sama
2. Tujuan dari penggunaan ulang dialyzer adalah agar pelayanan hemodialisis lebih
mudah, murah, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Pemakaian ulang dialyzer dilakukan dengan mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan lingkungan.
4. Pelaksanaan dialyzer pakai ulang sesuai dengan prinsif kewaspadaan universal
(universal precaution) dan sesuai dengan prosedur.
5. Pelaksanaan dialyzer proses ulang dapat dilakukan secara otomatis dengan mesin
dan atau dilakukan secara manual apabila mesin reuse mengalami kerusakan.
6. Setiap dialyzer proses ulang harus mempunyai volume kompartemen darah/volume
priming ≥ 80% dari volume awal. Volume priming awal dialyzer dapat di lihat pada lis
produk dialyzer.
JENIS VOLUME PRIMING AWAL VOLUME PRIMING 80%
DIALIZER (mL) (mL)
ABN B-16 P / 87 70
Toray
7. Air yang dipergunakan untuk keperluan reuse harus menggunakan air yang
memenuhi standar kualitas air untuk hemodialisis sesuai dengan kriteria Association
for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI)
8. Kualifikasi staf yang melakukan pemerosesan ulang dialyzer adalah perawat atau
tenaga non medis yang sudah di latih dan bukti pelatihan/sertifikasi di simpan pada
file pribadi staff.
9. Pelabelan Dializer :
a. Pelabelan dilakukan sebelum dialyzer di pakai pertama kali dengan
menggunakan label barcode yang di temple di permukaan dialyzer.
b. Komponen pelabelan terdiri dari : nama pasien, No RM (Rekam Medik), Tanggal
Lahir, tanggal pemakaian pertama kali, dan kotak jumlah Reuse.
c. Apabila pasien mempunyai nama yang sama, pada labeling ditambahkan nomor
atau instansi untuk membedakannya.
d. Pencatatan tambahan untuk tanggal reuse dan volume priming dialyzer ditulis
pada lembar pemakaian dializer yang tersedia.
10. Cara desinfektan
Cairan yang digunakan untuk proses ulang dialyzer adalah paracetic acid 4%,
Hidrogen Perokcida 20%, dll (Michems MFL 1100 P)
11. Penyimpanan dialyzer :
a. Dialyzer di simpan di lemari dializer yang bersih, sejuk dan tidak terkena sinar
matahari langsung
b. Suhu penyimpanan sesuai suhu ruangan
c. Batas minimum penyimpanan untuk dapat digunakan kembali adalah 11 jam
d. Batas maksimum penyimpanan adalah 30 hari.
e. Setelah lebih dari 30 hari tidak dipakai dialyzer harus di desinfektan kembali
(sesuai langkah 10 s/d 11).
12. Pemakaian ulang dialyzer di wajibkan untuk semua pasien baik BPJS (askes,
jamkesmas, dinas, Mandiri), pasien umum dengan status non kelas.
Bila bersedia sering biaya sesuai ketentuan yang berlaku maka
pasien/keluarga bisa menggunakan dialyzer single use.
13. Dialyzer dapat dipakai maksimal 6 kali ( 1 kali baru dan 5 kali reuse )
1. PASIEN HEMODIALISA
a. Pasien baru atau pasien pindah ke / datang dari pusat HD lain harus dilakukan
atau minimal ada hasil pemeriksaan HBsAg. Bila memungkinkan ada atau
diperiksakan juga anti HCV dan anti HIV.
b. Pasien dengan HBsAg dan anti HCV negatif, pemeriksaan di ulang kembali
maximal setiap 3 tahun sekali.
c. Pemeriksaan test HIV pada pasien HD rutin (lama) dilakukan bila ada kecurigaan
penyakit HIV.
d. Pasien dengan HBsAg positif :
1. Ditempatkan di ruang Isolasi (tersendiri) bila belum ada ruang khusus
sementara pasien ditempatkan dulu di tempat paling ujung (sudut) / terjauh
dari pasien lain.
2. Harus memakai mesin hemodialisa yang dikhususkan.
3. Tidak diperkenankan memakai dialyzer proses ulang (Reuse)
e. Pasien dengan anti HCV Positif :
1. Tidak memerlukan ruang isolasi (khusus)
2. Tidak perlu memakai mesin hemodialisa yang dikhususkan
3. Dapat memakai dialyzer proses ulang
f. Pasien dengan test positif HIV (Western blot) :
1. Tidak memakai mesin khusus
2. Dapat memakai dialyzer proses ulang (reuse)
3. Tidak memerlukan ruang isolasi (ruang khusus)
4. Pengobatan untuk HIV perlu diberikan.
B. Dializer
1. Pemrosesan dialyzer proses ulang dialakukan dengan menerapkan prinsip
kewaspadaan universal yang ketat.
2. Tidak dilakukan dialyzer proses ulang untuk pasien HBsAg positif.
3. Dialyzer proses ulang pada prinsifnya dapat digunakan oleh pasien dengan
anti HCV positif dan HIV positif, namun harus menerapkan prinsip
kewaspadaan universal yang ketat.
4. Setiap dialyzer proses ulang diberi label nama yang jelas dan No RM agar
tidak tertukar dengan menggunakan label barcode yang tersedia.
C. Ruang Hemodialisa
1. Ruang tepat penyimpanan peralatan medik dan obat terpisah dari ruang
pasien.
2. Seluruh aktifitas berkaitan dengan persiapan peralatan medik maupun obat,
dilakukan di ruang khusus.
3. Jarak antara masing-masing tempat tidur/kursi dan mesin HD tidak terlalu
rapat.
4. Memiliki penerangan dan sirkulasi udara yang memadai
5. Tersedia botol berisi antiseptic misalnya alcohol 70% atau cairan antiseptic
lain dan tempat berisi sarung tangan bersih di dekat tempat tidur pasien.
6. Tempat pembuangan sampah medis dan non medis serta pembuangan
jarum bekas pakai tersedia secara terpisah.
7. Memiliki ruang khusus terpisah (ruang isolasi) untuk pasien dengan HBsAg
positif.
8. Lantai ruangan dibersihkan dengan clorine-based desinfectants setelah
ruangan tidak digunakan lagi.
D. Peralatan Lain
1. Untuk mencegah penularan, obat vial multi dosis hanya boleh di gunakan
berulang kali oleh pasien yang sama.
2. Semua peralatan medic steril yang di bawa ke ruang HD dibatasi secukupnya
sesuai dengan keperluan saat itu.
3. Meja dorong yang berisi peralatan medic yang steril jangan di taruh di dekat
pasien.
4. Sampel darah dan cairan tubuh lainnya dijauhkan dari area penempatan
obat-obatan dan peralatan medic.
5. Peralatan/perabotan seperti kursi/tempat tidur dialysis, meja pasien dan lain-
lain dibersihkan dengan klorin 10%, petugas pembersih mengenakan sarung
tangan kerja, setiap selesai tindakan HD
6. Peralatan dan permukaan lingkungan tempat kerja berpotensi sebagai media
penularan infeksi, terutama barang/benda yang sering disentuh tangan,
sehingga perlu dilakukan desinfektan secara berkala.
7. Setelah selesai tindakan, jarum bekas pakai tidak boleh ditutup kembali dan
alat suntikan tersebut langsung dibuang ke tempat pembuangan khusus.
8. Pasien dengan HBsAg positif, anti HCV positif dan HIV positif menggunkan
peralatan medic berikut di bawah ini yang dipakai untuk masing-masing
pasien yang sama :
Turnikuet
Tensi meter
Plester
Thermometer
Stetoskop
Gunting
Klem
9. Gunting dan klem dapat di gunakan kembali untuk pasien lain setelah
dilakukan desinfektan tingkat tingggi.
10. Gorden harus di cuci setiap 1-2 bulan walaupun tidak ada noda darah yang
jelas terlihat.
11. Linen :
a. Sprei dan sarung bantal pasien harus diganti segera setelah selesai
dialysis.
b. Linen kotor ditaruh di tempat khusus
c. Bila linen terpercik darah, disiram terlebih dahulu dengan klorin 1%
sebelum di taruh di tempat linen kotor.
d. Linen pasien dengan HBsAg positif ditempatkan terpisah dan dicuci
dengan larutan klorin 1 %.
E. Tempat Sampah
1. Tempat sampah medis untuk benda tajam :
a. Wadah harus tahan tusukan
b. Jarum suntik bekas pakai, potongan kemasan obat yang tajam (ampul)
atau sampah tajam lainnya ditaruh di tempat sampah lainnya.
c. Wadah tidak boleh diisi sampai penuh, maksial 2/3 bagian
d. Bila sudah terisi cukup, pastikan wadah tertutup dengan aman, taruh
ditempat khusus pengumpulan pengambilan sampah. Sampah diambil
oleh petugas untuk diproses sesuai dengan ketentuan pengelolaan
sampah medic.
e. bila terdapat percikan darah pada permukaan tempat sampah, segera
bersihkan dengan cairan klorin 0.1%
2. Tempat sampah medis untuk benda tidak tajam :
a. Wadah berupa kantong plastik yang dapat diikat kencang
b. Kassa bekas, dialyzer dan blood line bekas pakai di buang pada wadah
ini.
c. Blood line di bersihkan dari darah,di buang dalam keadaan klem tertutup
agar sisa cairan tidak berceceran.
3. Tempat sampah non medis
a. Berfungsi untuk menampung sampah yang tidak tercemar darah dan
cairan tubuh, seperti kertas, pembungkus kemasan dan lain-lain..