Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL SKRIPSI

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SPORADIK UNTUK

MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD

GOVERNANCE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN

NASIONAL KOTA PALANGKA RAYA

OLEH:

NAMA : NANA SILPIA

NIM : EAA 117 101

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS HUKUM
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Nana Silpia

NIM : EAA 117 101

Bidang : Hukum Tata Negara

Judul Skripsi : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk

Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance Di

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya

Disetujui :

Palangka Raya, 4 November 2021

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping,

Dr. Heriamariaty, S.H.,M.Hum. Louise Theresia, S.H.,LL.M.


NIP. 19730425 200212 2 001 NIP.19830527 201012 2 005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Hukum,

Kristian, S.H.,M.H.
NIP. 19810620 201504 1 001

Mengesahkan,
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan,

Dr.H. Suriansyah Murhaini, S.H.,M.H.


NIP. 19590814 198608 1 001

i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Nana Silpia


NIM : EAA 117 101
Bidang : Hukum Tata Negara
Judul Skripsi : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk
Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance
Di Kantor Badan Pertanahan Kota Palangka Raya

Diseminarkan : Senin, 6 Desember 2021

TIM SEMINAR PROPOSAL

1. John Terson, S.H., M.Hum. (Ketua Tim Penguji) 1. …………


NIP. 19740707 200501 1 002
2. Joanita Jalianery, S.H., M.H. (Anggota Penguji) 2. …………
NIP. 19810121 200212 2 001
3. Evi, S.H., M.H. (Anggota Penguji) 3. …………
NIP. 19891211 201504 2 001
4. Dr. Heriamariaty, S.H., M.Hum. (Pembimbing Utama) 4. …………
NIP. 19730425 200212 2 001
5. Louise Theresia, S.H., LL.M. (Pembimbing Pendamping) 5. …………
NIP. 19830527 201012 2 005

Nomor Register :
Tanggal :

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Hukum,

Kristian, SH,MH.
NIP. 19810620 201504 1 001

Mengesahkan,
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan,

Dr.H. Suriansyah Murhaini, S.H.,M..H.


NIP. 19590814 198608 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal

skripsi ini, dengan judul “Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk

Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance Di Kantor Badan

Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya”.

Selama menyelesaikan proposal skripsi ini penulis banyak memperoleh

tantangan dan hambatan akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga

semua kendala itu dapat teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. Heriamariaty, S.H.,M.Hum., selaku dosen pembimbing utama,

yang telah memberikan bantuan bimbingan, arahan, saran dan masukan,

serta pemahaman ilmu pengetahuan dan petunjuk-petunjuk yang berguna

dalam penulisan proposal skripsi penulis;

2. Ibu Louise Theresia, S.H.,LL.M., selaku dosen pembimbing pendamping

yang telah memberikan bantuan bimbingan, arahan, saran dan masukan

serta pemahaman ilmu pengetahuan dan petunjuk-petunjuk yang berguna

dalam penulisan proposal skripsi penulis;

3. Bapak Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H.,M..H., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Palangka Raya;

4. Wakil Dekan, seluruh dosen staf tata usaha dan staf perpustakaan falkutas

hukum Universitas Palangkaraya;

iii
5. Teristimewa Kepada kedua orang tua saya tercinta ayah saya Herianto

Aple dan ibu saya Yusa, yang selalu memberikan semangat, dorongan,

mendukung dan mendoakan serta pengorbanannya baik dari segi moril

maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini;

6. Teristimewa juga kepada kakak saya Napa Kristiani, adik saya Selma

Patrisia dan Kristian Anugrah Saputra yang selalu memberikan semangat,

dorongan, mendukung dan mendoakan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini;

7. Kepada seluruh teman-teman Falkutas Hukum angkatan 2017 serta semua

pihak yang membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skiripsi ini masih

terdapat beberapa kekurangan, baik dalam segi penulisan, pemakaian kata,

redaksional kalimat, hal mana terbatasnya kemampuan yang penulis miliki,

sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan proposal skripsi ini lebih lanjut.

Atas segala bantuan dan dukungan dari semua pihak tersebut, penulis

ucapkan terimkasih. Akhir kata, penulis berharap proposal skripsi ini dapat

memberikan dampak positif bagi kita semua.

Palangka Raya, Nopember 2021

Penulis,

NANA SILPIA
EAA 117 101

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI............................... i


HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI................................. ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 10
C. TUJUAN PENELITIAN......................................................................... 11
D. MANFAAT PENELITIAN..................................................................... 11
E. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 12
1. Pengertian Pelaksanaan...................................................................... 12
2. Pendaftaran Tanah.............................................................................. 14
3. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik................................................... 19
4. Rangakai Tahapan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik.................... 22
5. Aspek dan Implikasi Hukum dalam Pendaftaran Tanah dan
Penertiban Sertifikat Hak-Hak Tanah................................................. 26
6. Maksud dan Tujuan Pendaftaran Tanah............................................. 28
7. Pelayanan Publik................................................................................ 30
8. Good Governace................................................................................. 34
9. Badan Pertanahan Nasional................................................................ 39
10. Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Palangka Raya....... 42
F. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 45
1. Jenis Penelitian................................................................................... 45
2. Ruang Lingkup Atau Fokus Penelitian............................................... 45
3. Lokasi Penelitian................................................................................ 46
4. Jenis Penelitian dan Sumber Data...................................................... 46
5. Instrumen Penelitian........................................................................... 48
5.1 Studi Kepustakaan....................................................................... 48
5.2 Observasi/Pengamatan.................................................................. 49
5.3 Wawancara................................................................................... 49
5.3.1 Narasumber........................................................................ 49
5.3.2 Respondern......................................................................... 50
6. Teknik Analisis Data.......................................................................... 50
7. Jadwal Penelitian................................................................................ 51
8. Sistematika Penulisan......................................................................... 52
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 52
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 53
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA

v
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SPORADIK UNTUK
MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD
GOVERNANCE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN
NASIONAL KOTA PALANGKA RAYA

A. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar bagi

manusia karena dalam melakukan semua aktivitas di atas tanah sehingga

setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah, dapat dikatakan hampir

semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung

selalu memerlukan tanah.1 Kebutuhan akan tanah dari tahun ke tahun semakin

meningkat hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan

meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah.2 Oleh karena itu

sebagai bentuk perwujudan rasa syukur terhadap karunia Tuhan Yang Maha

Esa bahwa betapa pentingnya tanah bagi hidup dan kehidupan manusia, dan

Indonesia sebagai negara agraris, maka tanah harus diurus dan dimanfaatkan

secara optimal.3 Karena dalam perkembangannya tanah semakin menjadi

penting dan sebagai sumber daya alam yang dinilai keberadaannya.

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang mencantumkan peranan tanah bagi bangsa Indonesia

sebagaimana ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa, “bumi

1
Bachtiar Effendi, 1983, Pendaftaran Tanah Di Indonesia Dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaannya, Alumni, Cetakan: Satu, Bandung, hlm.7
2
Soetandyo Wignyosoebroto, 2008, Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional, Dinamika
Sosial Politik Dalam Perkembangan Hukum Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.231
3
Mochtar Kusumaatmadja, 1980, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan
Nasional, Binacipta, Bandung, hlm.2

1
2

dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara

dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Pada tanggal 24 September 1960 telah dikeluarkan ketentuan hukum

yang mengatur tentang pertanahan, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria selanjutnya di singkat UUPA,

yang sampai saat ini masih digunakan sebagai landasan hukum dalam proses

pertanahan di Indonesia.4 Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

menyebutkan bahwa, “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah

diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

Oleh sebab itu kegiatan pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan

asas-asas pendaftaran tanah yaitu sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan

terbuka. Salah satu lembaga yang mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan pertanahan yaitu Badan Pertanahan Nasional. atau disingkat BPN

diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pertanahan secara rasional,

regional dan sektoral.

Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di

wilayah Kabupaten atau Kota, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah

dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Untuk melaksanakan

4
YW. Sunindhia, dkk , 2010, Pembaruan Hukum Agraria Beberapa Pemikiran,
Jakarta, Bina Aksara, hlm.135
3

penyelenggaraan pendaftaran tanah yang diselenggarakan oleh Badan

Pertanahan Nasional maka Kepala Badan Pertanahan berwenang untuk

melakukan pendaftaran hak dan menerbitkan surat keputusan pemberian hak

atas tanah yang dimohonkan oleh seseorang atau suatu badan. 5 Badan

Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota sebagai garda terdepan dari Badan

Pertanahan Nasional, bertugas memberikan pelayanan di bidang pertanahan

secara langsung kepada masyarakat.

Sistem pendaftaran tanah ada dua yaitu secara sistematik dan

pendaftaran tanah secara sporadik. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 10

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

bahwa:

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran


tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang
meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan.
Sedangkan Pendaftaran tanah secara sporadik dalam ketentuan Pasal 1

angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah, bahwa:

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah


untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau
kelurahan secara individual atau massal.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 13 angka 4 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa,

5
Mimi, 2017, “Tugas Dan Fungsi Kantor Pertanahan Dalam Penyelesaian Sertipikat
Tanah Hak Milik Ganda (Overlapping) Untuk Mewujudkan Kepastian Hukum Di Kabupaten
Sleman (Studi Kasus)”, https://e-journal.uajy.ac.id/11196/, Diakses pada tanggal 3 Juli 2021.
4

“Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang

berkepentingan”.

Badan Pertanahan Nasional termasuk badan publik yang salah satu

tugasnya mengenai pendaftaran tanah dan merupakan bagian dari pelayanan

publik. Bertujuan untuk memuaskan dan memenuhi hak dan kebutuhan

masyarakat atau warga negara. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan

perlindungan dan kepastian hukum bagi setiap warga negara. Pelayanan

adminstratif dalam pelayanan publik adalah pelayanan memberikan dokumen

oleh pemerintah (BPN) berupa sertipikat.6 Sedangkan ruang lingkup dalam

pendaftaran tanah dalam melakukan pelayanan publik salah satunya berupa

pelayanan jasa publik yaitu memberikan jasa kepada masyarakat untuk

mendaftarkan tanah secara cepat dan murah.

Masalah yang sering terjadi di kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya dalam memberikan pelayanan pendaftaran tanah, seperti

penyelenggaraan pendaftaran tanah Hak Milik Perorangan, masih banyak

tanah masyarakat yang belum melakukan pendaftaran tanah karena

masyarakat masih beranggapan pelayanan dibidang pertanahan khususnya

pendaftaran tanah masih terlalu sulit, berbelit-belit dan di rasa berat karena

memerlukan biaya mahal dan tenaga untuk mengurus nya dalam prosedur

kelengkapan berkas dan lama waktu pemrosesan. Karena lamanya waktu

pemrosesan pendaftaran tanah tersebut sehingga kebanyakan dari mereka

yang ingin melakukan pendaftaran tanah untuk mendapatkan sertifikat hak

milik perorangan memberikan tanggung jawab untuk mendaftarkan tanahnya


6
Ridwan H.R, 2011, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.234
5

kepada orang lain atau pihak ketiga. 7 Sedangkan hal ini belum tentu

mempercepat proses pendaftaran tersebut, karena tidak semua orang yang

ditunjuk untuk mendaftarkan tanahnya itu langsung mengurusi.

Berdasarkan Data Penerbitan Sertifikat Tanah Hak Milik Perorangan

melalui sistem pendaftaran tanah sporadik di Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kota Palangka Raya, untuk 2 (dua) tahun terakhir yaitu bahwa

jumlah Permohonan Pendaftaran Tanah melalui Pengukuran Peta Bidang

Tahun 2019 berjumlah 1.449 orang dan Pada Tahun 2020 berjumlah 712

orang. Kemudian jumlah data Permohonan Pemberian Hak Milik Perorangan

tahun 2019 berjumlah 456 orang sedangkan tahun 2020 berjumblah 413

orang.8 Sedangkan dari data Permohonan Pendaftaran Tanah tersebut pada

tahun 2019 yang telah diterbitkan Sertifikat Sebagai Pemberian Hak Milik

Perorangan berjumblah 433 sertifikat dan dan pada Tahun 2020 berjumblah

322 sertifikat yang di terbitkan. 9 Melihat dari data tersebut terlihat masih

banyak Pemohon Pendaftaran Tanah Hak Milik Perorangan yang masih

belum mendapatkan sertifikat tersebut.

Bagi masyarakat untuk memiliki hak milik atas tanah, mereka harus

mengurus pembuatan sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan tanah yang

paling kuat. Mengurus pembuatan sertifikat tanah merupakan kewajiban bagi


7
Unmehopa Fricsky Marantina, 2016, “Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Melalui
Proyek Operasi Nasional Agraria Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di
Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah”, https://e-journal.uajy.ac.id/10673/, Diakses
pada tanggal 3 juli 2021.
8
Hasil Wawancara dengan Bapak Fika Firman Kurniawan, selaku Koordinator Ruang
Seksi Survei dan Pemetaan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya, Pada Tanggal
7 Oktober 2021.
9
Hasil Wawancara dengan Ibu Dinda R. Azizan Sholikha, selaku Koordinator Ruang
Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya,
Pada Tanggal 6 September 2021
6

masyarakat agar memiliki bukti dan dasar hukum yang kuat akan kepemilikan

atas tanah. Karena sertifikat memiliki kegunaan sebagai alat bukti yang sah

dan kuat atas kepemilikan tanah, sebagai media informasi mengenai tanah

yang dimiliki, serta untuk membantu pemerintah dalam menjalankan tertib

administrasi pertanahan untuk memberikan kepastian hukum atas tanah

tersebut.10 Hanya saja masih banyak masyarakat yang belum mengurus

pembuatan sertifikat tanah ini.

Masalah lain dibidang pelayanan Pendaftaran Tanah ditandai dengan

masih adanya keluhan masyarakat. Subjek atau pemilik tanah tersebut

tidak mendaftarkan tanahnya dikarenakan sebagian besar merupakan

masyarakat golongan ekonomi lemah. 11 Hal lain dikarenakan citra BPN

yang cenderung dikenal masyarakat bahwa mengurus tanah di BPN sulit,

hingga biayanya tinggi, ini bisa terjadi karena rata-rata masyarakat tidak

mengurus tanahnya sendiri, melainkan melalui pihak lain.12 Padahal jika

dilakukan sendiri dan semua syarat terpenuhi proses layanan akan sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

Namun kenyataannya terdapat Pengaduan masyarakat ke Ombudsman

RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah masih didominasi oleh masalah

pertanahan. Subtansi laporan mengenai pertanahan berulang kali diterima

Ombudsman sejak 2016-2020. Banyaknya aduan masyarakat terkait

pelayanan di BPN diakui Kepala Kantor Pertanahan (BPN) Kota Palangka


10
Chandra S. 2005, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah (Persyaratan Permohonan Di
Kantor Pertanahan), Grasindo, Jakarta, hlm.3-4
11
Ibid, hlm.5.
12
Rendhik Andika, 2021, BPN Palangka Raya-ANTARA Kerja Sama Perluasan
Informasi, https://www.antaranews.com/berita/2337598/bpn-palangka-raya-antara-kerja-sama-
perluasan-informasi-pertanahan, di akses pada tanggal 9 September 2021
7

Raya.13 Namun sumber permasalahan bukan semata karena kesalahan pihak

kantor pertanahan yang kemudian dikomplain oleh masyarakat.

Kantor Pertanahan Kota Palangka Raya menjadi salah satu instansi

yang paling banyak dilaporkan kepada Ombudsman RI Perwakilan

Kalimantan Tengah. Asisten Pemeriksaan Laporan Ombudsman RI

Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah mengungkapkan keluhan terhadap

pelayanan kantor pertanahan masih sering muncul setiap tahun. Beberapa

laporan terkait pertanahan ditahun sebelumnya masih ada yang belum selesai

karena sulitnya berkoordinasi dengan Kantor Pertanahan baik ditingkat

provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota karena kerap tidak kooperatif

untuk menyelesaikan pengaduan yang ada.14 Substansi yang berulang muncul

itu selalu ada masuk karena berbagai macam permasalahan di pertanahan

yang sudah dirasakan oleh masyarakat dan sampai sekarang masih terjadi.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 1 angka 1 menurut Undang-Undang No

25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa:

Pelayanan Publik diartikan sebagai kegiatan atau rangkaian


dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Komponen standar pelayanan publik menurut Pasal 21 Undang-Undang

No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sekurang-kurangnya meliputi:


13
Septina Trisnawati, 2021, Aduan Ke Ombudsman Kalteng Masih Didominasi Masalah
Pertanahan, https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/993514/aduan-ke-ombudsman-kalteng-masih
didominasi-masalah pertanahan?
utm_source=terbaru_widget&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General
%20Campaign, Diakses pada tanggal 9 September 2021
14
Septina Trisnawati, 2021, BPN Palangka Raya Tanggapi Banyaknya Aduan
Masyarakat, https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/1001103/bpn-palangka-raya-tanggapi-
banyaknya-aduan-masyarakat, Diakses pada tanggal 9 September 2021
8

a. Dasar hukum, yaitu peraturan perundang-undangan yang


menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan.
b. Persyaratan, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam
pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis
maupun administratif.
c. Sistem, mekanisme, dan prosedur, yaitu tata cara pelayanan
yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan,
termasuk pengaduan.
d. Jangka waktu penyelesaian, yaitu jangka waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan
dari setiap jenis pelayanan.
e. Biaya/tarif, yaitu ongkos yang dikenakan kepada penerima
layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari
penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
f. Produk pelayanan, yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan
diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, yaitu peralatan dan
fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan,
termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok
rentan.
h. Kompetensi pelaksana, yaitu kemampuan yang harus
dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan pengalaman.
i. Pengawasan internal, yaitu Pengendalian yang dilakukan oleh
pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana.
j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan, yaitu Tata cara
pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
k. Jumlah pelaksana, yaitu tersedianya pelaksana sesuai dengan
beban kerja.
l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan
dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan.
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk
komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya,
dan risiko keragu-raguan, yaitu Kepastian memberikan rasa
aman dan bebas dari bahaya, risiko, dan keragu-raguan.
n. Evaluasi kinerja pelaksana yaitu penilaian untuk mengetahui
seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar
pelayanan.
Standar pelayanan publik (selanjutnya disebut SPP) merupakan standar

pelayanan yang wajib disediakan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Adanya SPP akan menjamin pelayanan minimal yang berhak diperoleh warga
9

masyarakat dari pemerintah. Dengan kata lain, SPP merupakan tolak ukur

untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib yang berkaitan

dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.15 Standar pelayanan publik

adalah suatu tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai

komitmen atau janji dari penyelenggara pelayanan kepada masyarakat untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas.

Good Governance diartikan sebagai kualitas hubungan antara

pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya. Oleh sebab

itu disektor publik governance diartikan sebagai suatu proses tata kelola

pemerintahan yang baik dengan melibatkan pengambil kebijakan, terhadap

berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan beragam

sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi

kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas, keadilan,

pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.16 Tujuan

dari Good Governance yaitu agar instansi dapat menjalankan kegiatan

pemerintahan yang transparan dan bertanggung jawab untuk memberikan

keuntungan yang berarti bagi masyarakat.

Pelayanan publik merupakan kepercayaan publik. Warga negara

berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan

15
M. Nugroho, 2016, Penerapan Standar Pelayanan Publik Pada Kelurahan Di Wilayah
Kota Kediri, http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17/article/view/942, Diakses pada Tanggal
3 Juli 2021.
16
Darmanerus Duarmas Patar, 2016, Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan
Publik Di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/11741, Diakses pada tanggal 20 Oktober
2021
10

sumber penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan

menghasilkan kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik

sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan

pemerintah yang baik.17 Prinsip Good Governance diterapkan untuk

menciptakan pemerintahan yang baik dan pelayanan publik yang

berkualitas.

Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis tertarik mengangkat judul

Penelitian Proposal Skripsi “Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik

Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance Di

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka

permasalahan yang dapat di rumuskan ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk

Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance di Kantor

Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya ?

2. Apa faktor-faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good

Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka

Raya ?

17
Niosi Nimas Ratu, 2021, Penerapan Prinsip Good Governance Dalam
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kota Cirebon,
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/38523, Diakses pada tanggal 20
Oktober 2021
11

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan proposal ini

sesuai dengan rumusan masalah yang telah di sebutkan maka memiliki

tujuan:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk

Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju Good Governance di Kantor

Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik

Menuju Good Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun penulisan proposal skripsi ini akan membawa kegunaan sebagai

berikut:

1. Secara teoritis penulisan proposal skripsi ini di harapkan dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan terutama ilmu

Hukum. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau bahan kajian hukum serta berguna untuk menambah

dan memperluas ilmu pengetahuan hukum khususnya yang berkaitan

dengan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan

Pelayanan Publik Menuju Good Governance di Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kota Palangka Raya.


12

2. Secara praktis, penulisan ini sebagai pedoman dan masukan yang

bermanfaat bagi lembaga Hukum, Instansi pemerintah, dan penegakan

hukum dikalangan masyarakat, sebagai bahan informasi bagi semua

kalangan, sebagai bahan Kajian bagi kalangan akademis untuk

menambah wawasan dalam hukum, khususnya yang berkaitan dengan

Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan

Publik Menuju Good Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kota Palangka Raya.

3. Secara akademis, Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pelaksanaan

Pengertian Pelaksanaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah: “proses, cara, perbuatan melaksanakan suatu

rancangan, keputusan dan sebagainya”.18 Pengertian pelaksanaan lainnya

adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah

disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan

setelah perencanaan sudah dianggap siap.19 Secara sederhana pelaksanaan

bisa diartikan penerapan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

18
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/pelaksanaan, Diakses Pada Tanggal
14 Juli 2021.
19
N.Indah,2021,PengertianPelaksanaan,http://id.shvoong.com/socialsciences/sociology/
2205936-pengertian-pelaksanaan actuating/, Diakses pada tanggal 14 juli 2021
13

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana

tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program

yang ditetapkan semula.

Pengertian pelaksanaan menurut beberapa ahli :20

a) Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagai usaha-usaha yang

dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala

kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

b) Menurut Bintoro Tjokroadmudjoyo, Pengertian Pelaksanaan ialah

sebagai proses dalam bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari

kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan

dalam suatu program dan proyek.

c) Siagian S.P mengemukakan bahwa Pengertian Pelaksanaan

merupakan keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada

para bawahan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka mau

20
Rahardjo Adisasmita, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, Graha
Ilmu, Yogyakarta, hlm.4
14

bekerja secara ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efisien

dan ekonomis.

d) Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia merumuskan

Pengertian Pelaksanaan adalah upaya agar tiap pegawai atau tiap

anggota organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang

telah direncanakan.

2. Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus-menerus dan teratur

berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah

tertentu yang ada di suatu wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan

dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan

jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan

tanda bukti dan pemeliharaanya.21 Pendaftaran tanah dilakukan secara

berkesinambungan yang artinya adalah bahwa peristiwa sejarah yang

dipelajari merupakan rangkaian peristiwa yang berkelanjutan. Peristiwa

yang terjadi di masa sekarang adalah mata rantai dari peristiwa yang

terjadi di masa lampau.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah, bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan

berdasarkan asas berikut:

a. Asas sederhana: Asas sederhana dalam pendaftaran tanah


dimaksudkan agar ketentuan ketentuan pokoknya maupun
21
Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-
undang Pokok-pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Jakarta, Djambatan, hlm.72
15

prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-


pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas
tanah.
b. Asas aman: Asas aman dimaksudkan untuk menunjukan
bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara cermat
dan teliti sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan
kepastian hukum sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu
sendiri.
c. Asas terjangkau: Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan
bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi
lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa dijangkau oleh
para pihak yang memerlukan.
d. Asas mutakhir: Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang
memadai dalam pelaksanaanya dan kesinambungan dalam
pemeliharaan datanya, data yang tersedia harus menunjukkan
keadaan yang baru (mutakhir), sehingga perlu diikuti
kewajiban mendaftar dan mencatat perubahan-perubahan yang
terjadi.
e. Asas terbuka: Asas terbuka adalah menuntut dipeliharanya
pendaftaran tanah secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh keterangan
mengenai data yang benar setiap saat.
Pengertian pendaftaran tanah diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran Tanah merupakan rangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus

berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan,

pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis

dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan

rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang

tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
16

serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Bidang tanah adalah bagian

permukaan bumi yang merupakan suatu bidang yang terbatas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 PP No. 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah bahwa proses pendaftaran tanah mengatur mengenai

obyek pendaftaran tanah meliputi :

a. Bidang bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak


Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai ;
b. Tanah Hak Pengelolaan ;
c. Tanah Wakaf ;
d. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun ;
e. Hak Tanggungan ;
f. Tanah Negara.
Pendaftaran tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendaftaran

tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Pendaftaran Tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah

yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum didaftar

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik

dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat

ukur, buku tanah, dan sertipikat karena adanya perubahan-perubahan

yang terjadi kemudian. Penyelenggaraan pendaftaran tanah dilakukan

oleh Pemerintah. Dalam hal ini, instansi penyelenggaranya ialah

Kantor Badan Pertanahan Nasional Seksi Pendaftaran Tanah, yang


17

terdapat pada setiap Daerah Kabupaten atau Kota.22 Kegiatan pendaftaran

tanah meliputi sebagai berikut :

a. Bidang fisik, yaitu pengukuran, pemetaan dan pembukuan

yang menghasilkan peta-peta pendaftaran dan surat ukur ;

b. Bidang yuridis, yaitu pendaftaran hak-hak atas tanah, peralihan

hak dan pendaftaran atau pencatatan dari hak-hak lain yaitu

baik hak atas tanah maupun jaminan, serta beban-beban

lainnya ;

c. Penerbitan surat tanda bukti hak yaitu sertifikat ;

Tujuan Pendaftaran Tanah Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang

Pokok Agraria dan ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah No.

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah untuk memberikan

jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Kepastian hukum yang

dapat dijamin meliputi kepastian mengenai letak batas dan luas tanah,

status tanah dan orang yang berhak atas tanah dan pemberian surat

berupa sertipikat. Secara garis besar tujuan pendaftaran tanah ditegaskan

dalam Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, yaitu ada tiga tujuan dari diadakannya Pendaftaran

Tanah yaitu :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum


kepada pemegang hak atas sesuatu bidang tanah, satuan rumah
susun dan hak- hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan. Untuk itu para pemegang hak diberikan
sertifikat sebagai surat tanda buktinya Peraturan Pemerintah
22
Aartje Tehupeiory, 2012 , Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia, Raih Asa
Sukses, Jakarta, hlm.14
18

No. 24 Tahun 1997 Pasal 4 Ayat (1). Inilah yang merupakan


tujuan utama pendaftaran tanah yang penyelenggaannya
diperintahkan oleh Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria ;
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang- bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk menyajikan
data tersebut, diselenggarakan oleh Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten atau Kota tata usaha pendaftaran tanah dalam
apa yang dikenal sebagai daftar umum, yaitu terdiri atas peta
pendaftaran, daftar tanah, surat ukur buku tanah dan daftar
nama. Para pihak yang berkepentingan terutama calon pembeli
atau calon kreditor sebelum melakukan suatu perbuatan hukum
mengenai suatubidang tanah atau satuan rumah susun tertentu
perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui data yang
tersimpan dalam daftar-daftar di Kantor Pertanahan
tersebut. Data tersebut diberikan yang sifatnya terbuka untuk
umum. Ini sesuai dengan asas pendaftaran tanah yang terbuka
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 2 Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997. Karena terbuka untuk umum
daftar dan peta tersebut disebut daftar umum, Pasal 4 Ayat (2),
Pasal 33 dan 34 ;
c. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik
merupakan dasar perwujudan tata tertib administrasi di
bidang pertanahan, demi mencapai tertib administrasi setiap
bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan,
pembebasan, dan penghapusan wajib didaftarkan. Demikian
dientukan dalam Pasal 4 Ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997.
Dari tujuan pendaftaran di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

terselenggaranya pendaftaran tanah yang dimaksud agar terciptanya

suatu informasi mengenai bidang-bidang tanah dapat sampai pada

masyarakat, sehingga para pihak berkepentingan termasuk Pemerintah

dengan mudah memperoleh data yang diperlukan untuk mengadakan

perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah yang sudah

terdaftar. Terselenggaranya pendaftaran dengan baik merupakan dasar

dari perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Menurut A.P.


19

Parlindungan dalam bukunya yang berjudul “Pendaftaran Tanah Di

Indonesia (Berdasarkan PP No. 24 1997)” mengatakan bahwa:23

(a) Dengan diterbitkannya sertifikat hak atas tanah maka kepada


pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum;
(b) Dizaman informasi ini maka Kantor Pertanahan sebagai kantor
di garis depan haruslah memelihara dengan baik setiap
informasi yang diperlukan untuk suatu bidang tanah, baik
untuk pemerintahan sendiri sehingga dapat merencanakan
pembangunan negara dan juga bagi masyarakat sendiri.
Informasi itu penting untuk dapat memutuskan sesuatu
yang diperlukan di mana terlibat tanah, yaitu data fisik dan
yuridisnya, termasuk informasi tersebut bersifat terbuka
untuk umum artinya dapat diberikan informasi apa saja yang
diperlukan atas sebidang tanah yang ada;
(c) sehingga untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan
dijadikan sesuatu yang wajar.

3. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali mengenai suatu atau beberapa objek

pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu

desa/kelurahan secara individual atau massal.24 Pendaftaran tanah secara

sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

Pendaftaran tanah secara Sporadik menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah merupakan

pendaftaran hak atas tanah yang dilakukan oleh pemilik tanah untuk

pertama kali. Pendaftaran tanah secara sporadik sangat baik

dilakukan bagi tanah yang belum pernah didaftarkan agar supaya

23
A.P Parlindungan, Pendaftaran Di Indonesia (Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997),
Mandar Maju, Bandung, hlm.2
24
Florianus SP Sangsun, 2007, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visi Media,
Jakarta, hlm.24
20

administrasi terhadap tanah yang ada di Indonesia ini menjadi lebih

teratur lagi. Pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan menurut

ketentuan dan prosedur yang ada dalam peraturan pemerintah nomor

24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah secara

sporadik ini ditujukan untuk memberikan kepastian hak dan

perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dengan

pembuktian sertifikat tanah, sebagai instrument pengendali dalam

penggunaan dan pemanfaatan tanah.25 Pendaftaran Tanah secara

Sporadik adalah Pendaftaran tanah yang dilakukan secara individu

ataupun massal dalam suatu desa atau kelurahan.

Hal ini dijelaskan dalam PP 24 tahun 1997 pasal 1 ayat 11

yaitu Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek

pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu

desa/kelurahan secara individual atau massal.26 Pendaftaran ini

dilakukan atas kemauan dari individu atau masyarakat yang

mempunyai kemuan untuk mendaftarkan hak milik atas tanah yang

dimilikinya dengan cara datang ke Kantor Kantor Pertanahan dimana

tanah tersebut berada. Pemohon mendaftarkan tanah atas inisiatif

sendiri bukan karena adanya program dari pemerintah.

25
Bambang Eko Muljono, 2016, Pendaftaran Tanah Pertama Kali Secara Sporadik
Melalui Pengakuan Hak, https://jurnalhukum.unisla.ac.id/index.php/independent/article/view/45,
diakses pada tanggal 20 Oktober 2021
26
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 11
21

Pendaftaran tanah yang baik adalah sangat menguntungkan bagi

masyarakat. Keuntungan dari terlaksananya pendaftaran tanah adalah :27

1. Memberikan rasa aman kepada pemegang hak atas tanah karena

adanya kepastian hukum mengenai hak atas tanahnya, yang

pada gilirannya akan memberikan rasa kemantapan dalam

usahanya dan dapat meningkatkan produktivitas pemanfaatan tanah

tersebut.

2. Berkurangnya sengketa atas tanah sehingga terdapat penghematan

dalam biaya dan waktu bagi perorangan dari aspek mikro maupun

bagi negara dalam aspek makro.

3. Mudah, Murah dan kepastian atas suatu transaksi mengenai

tanah. Peralihan hak perorangan atas tanah yang tidak terdaftar

seringkali mengakibatkan biaya yang mahal dan menimbulkan

ketidak pastian hukum.

4. Meningkatkan investasi dengan menjadikan tanah sebagai jaminan

guna memperoleh kredit jangka panjang. pada umumnya lembaga

perbankan menurut adanya hak yang sah atas suatu jaminan

sebelum kredit diberikan.

5. Hasil pendaftaran tanah yang berupa data-data yuridis dan data-

data fisik selain memberikan kepastian hukum, juga dapat

digunakan sebagai instrument untuk penetapan pengenaan pajak.

4. Rangkaian Tahapan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik

27
Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Arkola,
Surabaya, hlm.27
22

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah meliputi sebagai berikut:

1. Permohonan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik dilakukan atas

permohonan perorangan atau massal, dimana para pemohon

membuat surat permohonan sebagai mana diatur dalam Permen

tersebut. Pada surat permohonan tersebut, memuat permohonan

untuk melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan

tertentu seperti : (i) persiapan permohonan hak baru, untuk

pemecahan/pemisahan/penggabungan bidang tanah, (ii) untuk

pengembalian batas, (iii) untuk penataan batas dalam rangka

konsolidasi tanah, (iv) inventarisasi pemilikan dan penguasaan

tanah, dan yang lainnya sesuai dengan persetujuan pemegang hak

atas tanah. mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sesuai

ketentuan Pasal 23 PP 24/1997 mendaftarkan hak lama

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 PP 24/1997 Surat

permohonan yang diajukan wajib menyertakan dokumen asli untuk

membuktikan hak atas bidang tanah yang akan didaftarkan.

2. Proses pengukuran terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Pengukuran

dan Pemetaan, yang meliputi : (i) pembuatan peta dasar

pendaftaran; (ii) penetapan batas bidang-bidang tanah; (iii)

pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan


23

peta pendaftaran; (iv) pembuatan daftar tanah; (v) pembuatan surat

ukur. Kegiatan pengukuran ini merupakan tanggung jawab Kepala

Kantor Pertanahan. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran untuk

keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran, BPN melakukan

kegiatan pemasangan, pengukuran, pemetaan dan pemeliharaan

titik-titik dasar teknik nasional di setiap Kabupaten/Kotamadya.

Proses pengukuran pembuatan peta dasar pendaftaran diikatkan

dengan titik-titik dasar tersebut, sebagai kerangka dasarnya. Peta

dasar ini menjadi dasar untuk pembuatan peta pendaftaran.

Penetapan Batas Bidang-bidang Tanah pada tahap ini, bidang tanah

yang akan dipetakan, diukur, ditetapkan letaknya, batas-batasnya

dan ditempatkan menurut keperluannya sesuai tanda-tanda batas

disetiap sudut bidang tanah, agar diperoleh data fisik untuk

keperluan pendaftaran tanah.

3. Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah, Pada tahap

ini meliputi: Pembuktian hak atas tanah baru dengan (i) bukti

penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang, (ii) asli

akta PPAT (iii) bukti pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang

berwenang (iv) akta ikrar wakaf (v) akta pemisahan hak milik atas

satuan rumah (vi) akta pemberian hak tanggunganPembuktian hak

lama: (i) bukti-bukti tertulis, keterangan saksi, pernyataan ybs yang

diakui oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat. (ii) apabila bukti

tidak cukup, maka pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan


24

fakta penguasaan fisik ybs selama 20 tahun atau lebih secara

berturut-turut, dengan syarat, dilakukan dengan itikad baik dan

secara terbuka, tidak dpermasalahkan oleh masyarakat hukum

adat/desa/kelurahan/pihak lainnya. (iii) melakukan pengumpulan,

penelitian data yuridis oleh Kepala Kantor Pertanahan. (iv)

menuangkan hasil-hasil penelitian kedalam daftar isian.

4. Pengumpulan data fisik, data yuridis dan pengesahannya, daftar

isian, peta bidang, diumumkan selama 60 hari untuk memberikan

kesempatan kepada pihak lain mengajukan keberatan.

Pengumuman dilakukan di Kantor Kepala Desa wilayah setempat

atau tempat lain yang dianggap perlu. Pengumuman juga dapat

dilakukan di media massa. Apabila terdapat pengajuan keberatan,

maka dianjurkan utk diselesaikan secara musyawarah mufakat. Jika

berhasil melalui musyawarah, maka dibuat berita acara

penyelesaian, baik apabila terdapat perubahan yang diperlukan.

Jika musyawarah tidak berhasil, maka Kepala Kantor Pertanahan

memberitahu secara tertulis kepada pihak yang berkeberatan untuk

mengajukan gugatan ke Pengadilan. Jika jangka waktu

pengumuman berakhir, maka pendaftaran tanah secara sporadik

disahkan dengan suatu berita acara. Jika setelah jangka waktu

pengumuman berakhir, terdapat kekurangan data fisik atau data

yuridis, pengesahan dilakukan dengan catatan.


25

5. Penegasan Konversi dan Pengakuan Hak, berdasarkan berita acara

pengesahan data fisik dan data yuridis, dilakukan kegiatan: Hak

atas bidang tanah dimana alat bukti tertulis lengkap, maupun tidak

lengkap tetapi ada keterangan saksi, dan tanahnya dikuasai oleh

ybs atau oleh orang lain berdasarkan persetujuan pemohon, maka

Kepala Kantor Pertanahan melakukan penegasan konversi menjadi

hak milik atas nama pemegang hak yang terakhir dengan

memberikan catatan tertentu. Hak atas tanah yang alat bukti

kepemilikannya tidak ada tetapi dibuktikan dengan fakta

penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih, maka oleh Kepala

Kantor Pertanahan diakui sebagai hak milik dengan memberi

catatan tertentu. Untuk pengakuan hak tidak diperlukan penerbitan

surat keputusan pengakuan hak.

6. Pembukuan Hak, Pembukuan hak dilakukan berdasarkan alat bukti

dan berita acara pengesahan yang: Data fisik dan yuridisnya sudah

lengkap dilakukan pembukuan dalam buku tanah Pasal 29 ayat (1)

PP 24/1997 Data fisik atau yuridisnya belum lengkap, dilakukan

pembukukuannya dalam buku tanah dengan catatan. Data fisik atau

yuridisnya disengketakan tetapi tidak diajukan gugatan ke

Pengadilan, maka dilakukan pembukuan dalam buku tanah juga

dengan catatan. Data fisik dan yuridisnya disengketakan dan

diajukan gugatan ke Pengadilan, tetapi tidak ada perintah dari

Pengadilan untuk status quo dan tidak ada putusan penyitaan dari
26

Pengadilan, juga dibukukan dalam buku tanah dengan catatan.

Data fisik dan yuridisnya disengketakan dan diajukan ke

Pengadilan serta adanya perintah untuk status quo atau putusan

penyitaan dari Pengadilan, maka pencatatan dalam buku tanah

dilakukan dengan mengosongkan nama pemegang hak, disertai

catatan.

7. Penerbitan Sertifikat, Sertifikat diterbitkan apabila proses

pendaftaran dan pencatatan pembukuan hak dalam buku tanah

telah selesai dan tanpa adanya catatan. Apabila masih terdapat

catatan-catatan mengenai data yuridis atau data fisik, maka

penerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan dapat dihapus.

5. Aspek dan Implikasi Hukum dalam Pendaftaran Tanah dan

Penertiban Sertifikat Hak-Hak atas Tanah28

Meskipun PP No. 24 Tahun 1997 tidak mengatur tentang sanksi

pidana terhadap pelanggaran yang terjadi dalam pendaftaran tanah dan

penerbitan sertifikat, tetapi tidak berarti kesalahan dalam pendaftaran

tanah yang menyangkut adanya unsur-unsur kelalaian, penipuan dan

paksaan dalam pembuatan data fisik dan data yuridis tidak bisa

dijangkau oleh KUHP. Paradigma Hukum Pidana modern memberikan

arahan bahwa ketentuan pidana, ditujukan untuk mengatur dan

mengendalikan tertib hukum dalam masyarakat, disamping menjamin

28
Syafruddin Kalo, 2008, Aspek dan Implikasi Hukum dalam Pendaftaran Tanah dan
Penertiban Sertifikat Hak-Hak atas Tanah,https://m.hukumonline.com/beritabaca/hol19216/aspek-
dan-implikasi-hukum-dalam-pendaftaran-tanah-dan-penertiban-sertifikat-hak-hak- atas- tanah,
Diakses pada tanggal 10 Desember 2021.
27

ditegakkan rasa keadilan masyarakat atas perbuatan orang per orang

atau sekelompok orang yang telah merusak atau melanggaranya. Suatu

tindak pidana harus memenuhi unsur-unsur objektif, yaitu harus ada

suatu perbuatan yang dirumuskan secara positif dalam KUHP (asas

legalitas) yang telah dilakukan oleh seseorang. Disamping itu harus

memenuhi unsur-unsur subyektif, yaitu orang yang melakukan

perbuatan tersebut harus dapat bertanggung jawab dalam artian orang

tersebut tidak sakit atau berubah akal/gila, tidak dalam keadaan

terpaksa dan dalam keadaan darurat.

Asas legalitas yang dianut dalam KUHP, tidak lagi berlaku

secara dogmatis tetapi dalam perkembangannya telah tereliminasi oleh

asas ajaran melawan hukum materil (materiel wederrechtelijkheid)

yang menyatakan bahwa suatu perbuatan sudah dapat dihukum apabila

bertentangan dengan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Alasan-

alasan untuk mengecualikan hukumannya harus dicari berdasarkan

ketentuan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Asas ini telah

menimbulkan paradigma baru dalam penerapan hukum pidana, dalam

arti suatu kejahatan ataupun pelanggaran meskipun tidak diatur

terlebih dahulu dalam undang-undang positif masih dapat dilakukan

penyidikan dan penuntutan berdasarkan hukum yang tidak tertulis.

Perbuatan melawan hukum ditafsirkan sebagai perbuatan yang

bertentangan dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hal

ini berarti hukum diartikan tidak hanya semata-mata undang-undang


28

tetapi meliputi kaedah-kaedah tidak tertulis dan asas-asas hukum.

Perbuatan melawan hukum dapat ditafsirkan sinonim dengan

onrechtmatigedaad dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

Dengan demikian suatu perbuatan yang bertentangan dengan

asas-asas hukum (onrechtmatigedaad) adalah meliputi membuat

sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang

melanggar hak orang lain, bertentangan kewajiban hukum

(rechtsplicht) dari yang melakukan perbuatan itu, bertentangan dengan

baik kesusilaan maupun asas-asas pergaulan kemasyarakatan mengenai

penghormatan diri orang lain atau barang lain.

6. Maksud dan Tujuan Pendaftaran Tanah

Maksud dan tujuan pendaftaran tanah adalah menjamin

kepastian hukum hak-hak atas tanah, meliputi kepastian hukum

atas obyek bidang tanah (obyek hak), kepastian hukum atas subyek

haknya (subyek hak), dan kepastian hukum atas jenis hak atas

tanahnya.29 Maksud dan tujuan pendaftaran tanah hak milik untuk

memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum

dalam pendaftaran tanah, kepada pemegang hak milik yang

bersangkutan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 UUPA menentukan, hak milik

adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai

orang atas tanah. Ini berarti hak milik memiliki sifat 3T (turun

temurun, terkuat dan terpenuh). Turun temurun artinya hak atas


29
Suardi, 2005, Hukum Agraria, Alam, Jakarta, hlm.145
29

tanah tersebut tetap berlangsung meskipun yang mempunyai hak milik

meninggal dunia dan berlanjut kepada ahli warisnya sepanjang masih

memenuhi persyaratan sebagai subyek hak milik.30 Hak milik atas

tanah ini berlangsung untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan

dapat dipertahankan terhadap pihak lain.

Hal ini karena dengan pendaftaran tanah/pendaftaran hak-

hak atas tanah tersebut akan membawa akibat diberikannya surat

tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sertifikat tanah kepada

pihak yang bersangkutan yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat terhadap hak atas tanah yang dipegangnya itu. Disinilah letak

hubungan antara maksud dan tujuan pendaftaran tanah dengan maksud

dan tujuan pembuat UUPA yaitu menuju cita-cita adanya kepastian

hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang umumnya dipegang

oleh sebagian besar rakyat.

Data-data yang disimpan di kantor Badan Pertanahan Nasional

baik tentang subjek ataupun objek hak atas tanah disusun sedemikian

rupa telitinya agar di kemudian hari dapat memudahkan siapapun

yang ingin melihat data- data tersebut, apakah itu calon pembeli

ataukah kreditur ataukah pemerintah sendiri dalam rangka

memperlancar setiap peralihan hak atas tanah atau dalam rangka

pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah.

30
Irawan Soerodjo, 2014, Hukum Pertanahan Hak Pengelolaan Hak Atas Tanah
(HPL)Eksistensi, Pengaturan dan Praktik, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm.60
30

Kepastian objek dan subjek hak sangat diperlukan dalam

lalu lintas hukum mengenai hak-hak atas tanah, sehingga oleh

pemerintah dikebanyakan negara diselenggarakan suatu sistem

keterbukaan atau pengumuman mengenai hak atas tanah atau

sistem publisitas. Publisitas berarti prinsip di mana setiap orang

dapat mengetahui semua hak-hak atas tanah dan semua perbuatan

hukum mengenai tanah.31

7. Pelayanan Publik

Menurut Pasal 1 angak (1) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan publik bahwa:

kegiatan atau rangkaian kegiatan Pelayanan Publik ada dalam


rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundangundangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut

Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,

lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk

kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-

mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;

31
Irawan Soerodjo, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola,
Surabaya, hlm.145
31

e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Prinsip-prinsip dalam Pelayanan Publik atas dasar filosofis dan

perangkat orientasi nilai, pimpinan dan para penyelenggara pelayanan

Publik menggunakan seperangkat prinsip-prinsip praktik etik yang

membimbing dan membatasi tindakan-tindakan professional mereka.

Prinsip-prinsip etis tersebut dipandang sebagai kewajiban, standar, tugas,

dan tanggung jawab. Prinsip-prinsip ini akan mempermudah pimpinan

dan para Pelayanan Publik dalam menyelenggarakan pelayanan Publik :32

1. Pimpinan dan para penyelenggara Pelayanan Publik mengutamakan

tanggung jawab melayani kesejahteraan individu atau kelompok,

yang meliputi perbaikan kondisi-kondisi social.

2. Pimpinan dan para penyelenggaraan pelayanan mendahulukan dan

mengutamakan tanggung jawab profesinya daripada kepentingan

pribadinya.

3. Pimpinan dan para penyelenggara Pelayanan Publik tidak membeda-

bedakan latar belakang keturunan, warna kulit, agama, umur, jenis

kelamin, warga Negara, serta berusaha mencegah serta

menghapuskan diskriminasi dalam memberikan pelayanan, dalam

tugas-tugas serta dalam praktik-praktik kerja.


32
Sahya Anggara, 2012, Ilmu Administrasi Negara (Kajian konsep, Teori dan Fakta
dalam Upaya Menciptakan Good Governance), Pustaka Setia, Bandung, hlm.590
32

4. Pimpinan dan para penyelenggara Pelayanan Publik melaksanakan

tanggung jawab deminmutu dan keluasan pelayanan yang

diberikannya.

5. Menghargai dan mempermudah mewujudkan partisipasi penerima

layanan.

6. Menghargai keinginan penerima pelayanan atau menentukan nasib

sendiri.

7. Menghargai martabat dan harga diri penerima pelayanan.

Prinsip-prinsip dasar lainnya di antaranya sebagai berikut:33

1. Penerimaan, Pimpinan dan para penyelenggara Pelayanan Publik

harus dapat menerima kondisi penerima pelayanan secara apa

adanya.

2. Individualisasi, Penerima pelayanan merupakan pribadi unik yang

harus dibedakan dengan yang lainnya.

3. Sikap tidak menghakimi, Pimpinan dan para penyelenggara

Pelayanan Publik harus mempertahankan sikap tidak menghakimi

terhadap kedudukan apapun dan penerima pelayanan dan tingkah

laku mereka.

4. Rasionalitas, memberikan pandangan yang objektif dan faktual

terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, serta mampu

mengambil keputusan.

5. Empati, Kemampuan memahami apa yang dirasakan orang

lain/penerima pelayanan.
33
Ibid, hlm.591
33

6. Ketulusan/kesungguhan, terutama dalam komunikasi.

7. Kejujuran, tidak menghadiahi ataupun tidak merendahkan seseorang

dan kelompok (tidak menganak-emaskan atau menganak-tirikan).

8. Kerahasiaan, harus menjaga kerahasiaan data/informasi perihal

penerima pelayanan kepada orang lain.

9. Mawas diri, harus sadar akan potensinya dan keterbatasan

kemampuannya.

Selain itu menurut ketetapan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur

Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pengertian pelayanan publik menurut Pamuji, adalah:

“Berbagai kegiatanyang yang bertujuan memenuhi kebutuhan

masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa”.34 Pelayanan publik yang

dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang

harus dilaksanakan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga

negara tentang peningkatan pelayanan publik yang akhir akhir ini

semakin menjadi perhatian umum. Salah satu bentuk Pelayanan Publik

yang dilakukan oleh BPN dalam hal ini adalah dalam Proses Pendaftaran

Tanah.

8. Good Governance

34
Pamudji, Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan Pelayanan dan
Perilaku Politik Publik, Widya Praja, Jakarta, 2004, hlm.21-22
34

Pengertian Good Governance, sampai dengan sekarang berbeda-

beda, tetapi mempunyai maksud yang sama, yakni untuk pengelolaan

pemerintahan yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Mardiasmo

mendefisnikan Good Governance yaitu : “Suatu konsep pendekatan

yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik kepada

pemerintahan yang baik”.

Menurut Sukrisno Agoes Pengertian Good Governance yaitu :

Sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan


Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata Kelola pemerintahan yang baik juga
disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan
tujuan pemerintahan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.
Menurut Sadjijono governance mengandung arti, “Kegiatan

suatu lembaga pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan

rakyat dan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita negara”.

Good Governance diartikan sebagai perwujudan tata kelola

pemerintahan yang baik. Wujud dari tata kelola pemerintahan yang baik

adalah dengan ditandai adanya pemerintahan yang demokratis.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru

tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi

ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan

bersinergi. Pemerintahan yang demokratis merupakan pemerintahan yang

bersifat terbuka terhadap kritik dan kontrol sepenuhnya ada pada rakyat.

Paradigma good governance menekankan arti penting kesejajaran

hubungan antara domain Negara, dunia usaha dan masyarakat. ketiganya


35

pada posisi yang sederajat dan saling kontrol untuk menghindari

penguasaan. Oleh karena itu sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik

dan memenuhi persyaratan kaidah-kaidah tertentu sesuai kunci utamanya

adalah dengan memahami kaidah-kaidah yang ada didalamnya.35Good

governance merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga

pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma

yang berlaku untuk mewujudkan cita- cita Negara. Dalam penerapanya

untuk mencapai tujuan pemerintahan yang baik, Penyeleggara

pemerintahan juga harus selalu berpedoman dar prinsip- prinsip yang

ada.

Secara konseptual kepemerintahan yang baik (good governance)

mengandung dua pemahaman yaitu:36

1. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-

nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian

tujuan (nasioanal) kemandirian,pembangunan berkelanjutan dan

keadilan sosial:

2. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam

pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Kepemerintahan yang baik (good governance) berorientasi pada

dua hal yaitu:

35
Beddy Iriawan Maksudi, 2017, Dasar-Dasar Administrasi Publik, Rajagrafindo
Persada, Depok, hlm.336
36
Sahya Anggara, 2012, Ilmu Administrasi Negara (Kajian konsep, Teori dan Fakta
dalam Upaya Menciptakan Good Governance), Pustaka Setia, Bandung, hlm.208-2011
36

1. Orientasi ideal Negara yang diarahkan pada pencapaiaan tujuan

Nasional.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan

efisien melakukan upaya pencapaiaan nasional.

Pada dasarnya, tentang pemerintahan yang baik (good governance)

harus memenuhi kriteria berikut:

1. pertisipasi;

2. transparasi;

3. akuntabilitas;

4. efektivitas;

5. memperlakukan semua sama.

Empat unsur dalam utama yang dapat memberikan gambaran

administrasi publik yang berciri kepemerintahan yang baik adalah

sebagai berikut:

1. Akuntabilitas, mengandung arti adanya kewajiban bagi aparatur

pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan

penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang

ditetapkannya.

2. Transparasi, kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan

terhadap rakyatnya, baik tingkat pusat maupun daerah.

3. Keterbukaan, prinsip ini menghendaki terbukanya kesempatanbagi

rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritikterhadap pemerintah

yang dinilainya tidak transparan.


37

4. Aturan Hukum, prinsip ini mengandung arti kepemerintahan yang

baik mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hokum dan

rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan Publik yang

ditempuh.

United Nations Development Programe (UNDP) 1997

mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan

dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang

baik, meliputi sebagai berikut:37

1. Partisipasi (participation), setiap orang atau warga masyarakat baik

laki-laki maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam

proseses pengambilan keputusan, baik secara langsung, maupun

melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan

aspirasinya masing-masing.

2. Aturan Hukum (rule of law), kerangka aturan hukum dan perundang-

undangan harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh,

terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia.

3. Transparasi (transparency), harus dibangun dalam rangka kebebasan

aliran informasi.

4. Daya tangkap (responsiveness), setiap institusi dan prosesnya yang

berkepentingan.

5. Berorientasi konsesus (consensus orientation), pemerintahan yang

baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan

yang berbeda untuk mencapai konsesus atau kesempatan yang


37
Ibid
38

terbaik bagi kepentingan setiap pihak, dan jika dimungkinkan, dapat

memberlakukan berbagai kebijakan dan prosedur yang akan

ditetapkan pemerintah.

6. Berkeadilan (equity), pemerintahan yang baik akan memberikan

kesempatan yang baik tehadap laki-laki dan perempuan dalam upaya

meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

7. Efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficency), setiap proses

kegiatandan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu

yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan

sebaik-baiknya berbagai sumber yang tersedia.

8. Akuntabilitas (accountability), para pengambil keputusan dalam

organisasi sektor Publik, swasta, dan masyarakat madani memiliki

pertanggungjawaban kepada Publik sebagaimana halnya kepada para

pemilik kepentingan.

9. Visi strategis (strategic vision), para pimpinan dan masyarakat

memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan

pembangunan manusia bersama dengan dirasakanya kebutuhan

untuk pembangunan tersebut.

10. Saling keterbukaan (interrelated), keselurahan ciri good governance

tersebut adalah saling memperkuat dan saling terkait dan tidak bias

berdiri sendiri.

9. Badan Pertanahan Nasional


39

Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non

kementerian yang mempunyai tugas dibidang pertanahan dengan unit

kerjanya, yaitu Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di tiap-tiap

Provinsi, Kabupaten dan Kota yang melakukan pendaftaran hak atas

tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Agraria

dan Tata Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk

membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ATR menyelenggarakan

fungsi:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata

ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum

keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan

tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta

penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan

tanah;

2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;


40

4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Agraria dan Tata Ruang;

5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan

6. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Adapun Kementerian Agraria dan Tata Ruang terdiri atas:38

1. Sekretariat Jenderal;

2. Direktorat Jenderal Tata Ruang;

3. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan;

4. Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan;

5. Direktorat Jenderal Penataan Agraria;

6. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah;

7. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan

Penguasaan Tanah;

8. Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan

Ruang dan Tanah;

9. Inspektorat Jenderal;

10. Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat atas Tanah;

11. Staf Ahli Bidang Masyarakat Adat dan Kemasyarakatan; dan

12. Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanahan.

38
Meita Djohan OE, 2015, Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional Dalam
Pendaftaran Tanah, https://media neliti.com/tugas-dan-fungsi-badan-pertanahan-nasional-dalam-
pendaftaran-tanah. Diakses Pada Tanggal 14 Juni 2021
41

Sedangkan sesuai Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, BPN

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPN menyelenggarakan fungsi:39

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;

2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran,

dan pemetaan;

3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak

tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;

4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan,

penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;

5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;

6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan

penanganan sengketa dan perkara pertanahan;

7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;

8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;

9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan

berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;

10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan

39
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI, Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan
Nasional, https://www.atrbpn.go.id. diakses pada Tanggal 3 Juli 2021
42

11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang

pertanahan.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah,

dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di

kabupaten/kota.

10. Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Palangka Raya40

Sejarah lembaga pertanahan dimulai sejak zaman pemerintahan

Kolonial Belanda yang menyelenggarakan kadasteral dan diserahkan

kepada lembaga yang diberi nama Kadasteral Dient, kemudian ketika

masa penjajahan Belanda digantikan oleh Jepang pada 1942 namanya

diganti menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah dan kantornya bernama

Kantor Pendaftaran Tanah dibawah Departemen Kehakiman.

Setelah merdeka Pemerintah Indonesia bertekad membenahi dan

menyempurnakan pengelolaan pertanahan. Landasan hukum pertanahan

yang masih menggunakan produk hukum warisan pemerintah Belanda

mulai diganti. Melalui Departemen Dalam Negeri, pemerintah

mempersiapkan landasan hukum pertanahan yang sesuai dengan UUD

1945. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 190 Tahun 1957, Jawatan

Pendaftaran Tanah yang semula berada di Kementerian Kehakiman

dialihkan ke Kementerian Agraria.

Titik tolak reformasi hukum pertanahan nasional terjadi pada 24

September 1960. Pada hari itu, rancangan Undang-Undang Pokok

40
Badan Pertanahan Nasional, Profil kementerian Agraria dan Tata Ruang kota Palangka
Raya, https://simpeg.atrbpn.go.id. Diakses pada Tanggal 14 juli 2021
43

Agraria disetujui dan disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960. Dengan berlakunya UUPA tersebut, untuk pertama kalinya

pengaturan tanah di Indonesia menggunakan produk hukum nasional

yang bersumber dari hukum adat.

Dengan ini pula Agrarische Wet dinyatakan dicabut dan tidak

berlaku. Tahun 1960 ini menandai berakhirnya dualisme hukum agraria

di Indonesia. Pada 1964, meIalui Peraturan Menteri Agraria Nomor 1

Tahun 1964, ditetapkan tugas, susunan dan pimpinan Departemen

Agraria. Peraturan tersebut nantinya disempurnakan dengan Peraturan

Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1965 yang mengurai tugas Departemen

Agraria serta menambahkan Direktorat Transmigrasi dan Kehutanan ke

dalam organisasi. Tahun 1988 merupakan tonggak bersejarah karena saat

itu terbit Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan

Pertanahan Nasional. Status Direktorat Jenderal Agraria ditingkatkan

menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan nama Badan

Pertanahan Nasional. Peraturan tersebut telah mengalami perubahan dan

perubahan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa Badan Pertanahan

Nasional adalah lembaga Non Departemen, di mana tugas yang diemban

BPN RI juga menjadi semakin luas. BPN RI berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan

sektoral.
44

Selanjutnya digantikan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 48 Tahun 2020 dijelaskan bahwa untuk menyelenggarakan tugas

dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan

Kantor Pertanahan di kabupaten/kota yang bersangkutan. Sejalan dengan

perubahan tersebut, maka Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan Kota Palangka Raya

yang berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016

diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020. Kantor

Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata

Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala.

Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Palangka Raya

adalah eks kantor rektorat agrarian Provinsi Kalimantan Tengah yang

terletak di jalan D.I. Panjaitan Nomor 10 Telp. (0536) 322149, fax (0536)

3220057 Palangka Raya, dibangun diatas tanah seluas 3.045 m2 dengan

status sertipikat hak pakai No. P.40/1980, dengan luas bangunan

seluruhnya 875 m2 yang dibangun pada tahun 1961.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
45

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian Yuridis Empiris. Jenis Penelitian Yuridis Empiris ialah suatu

jenis penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hubungan

masyarakat dalam hukum dalam artian meneliti bagaimana bekerjanya

hukum di suatu lingkungan masyarakat. Jenis penelitian yuridis empiris

ialah penelitian yang bertitik tolak dari data primer. Perolehan data

primer yang dimaksud dalam hal ini adalah data yang diperoleh dari

lapangan yang dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan

wawancara.

2. Ruang Lingkup Atau Fokus Penelitian

Dalam hal ini yang menjadi ruang lingkup/atau fokus penelitian

dalam penulisan proposal skripsi ini adalah mengenai Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik

Menuju Good Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya dan apa faktor-faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik

Menuju Good Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya.

3. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi tempat lokasi dilakukan penelitian adalah di

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya.

4. Jenis Penelitian dan Sumber Data


46

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian

di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan narasumber

dan responden yang terkait dengan objek penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian ke

lapangan dengan melakukan wawancara kepada sumber informasi

dari pihak terkait, dalam hal ini Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kota Palangka Raya dan masyarakat yang sebagai Pemohon dalam

melakukan Pendaftaran Tanah Sporadik Hak Milik Perorangan.

b. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari hasil penelitian

pustaka, dan data tertulis hasil karya buku-buku, dokumen serta

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek

penelitian, yakni:

1. Peraturan perundang-undangan

a. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia Tahun 1945 Amandemen Keempat.

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2034).

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2009

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038).


47

d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3696).

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

18).

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21).

g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun

2020 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 84).

h. Buku-buku referensi, Dokumen, Data yang diperoleh

selama penelitian sesuai dengan objek penelitian.

c. Data tersier, yaitu berupa bahan-bahan yang bersifat menunjang data

primer dan data sekunder seperti:

1. Kamus Bahasa Indonesia

2. Media elektronik (website)

5. Instrumen Penelitian

5.1 Studi Kepustakaan


48

Studi kepustakaan adalah mempelajari dan menyeleksi data-

data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan Perundang-

undangan serta bahan pustaka lainnya yang ada hubungan dengan

penelitian ini. Teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan dokumen-dokumen, buku-buku yang berhubungan

dengan materi, kemudian diselaraskan dengan bahan dengan

kepustakaan sebagai bahan acuan dari referensi penelitian. Dalam

hal ini penulis mengumpulkan data-data dengan mempelajari buku-

buku serta kepustakaan yang berkaitan dengan pokok-pokok

bahasan yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan juga

memahami beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan penelitian ini. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada

dasarnya adalah menunjukan jalan pemecahan permasalahan

penelitian.

5.2 Observasi/Pengamatan

Observasi yang digunakan penulis adalah observasi langsung

dimana penulis langsung turun ke lokasi objek penelitian untuk

mendapatkan data yang digunakan dalam objek penelitian.

5.3 Wawancara

Wawancara merupakan proses pengumpulan data dengan

cara tanya jawab dengan pihak yang terkait dengan objek

penelitian, sehingga dapat di poroleh data secara langsung (data

primer), dimana sebelum melakukan wawancara, penulis membuat


49

pedoman wawancara yang berisi yang berisi pertanyaan-pertanyaan

yang berhubungan dengan masalah yang menjadi tujuan dalam

penyusunan/penulisan proposal skripsi ini.

5.3.1 Narasumber

Narasumber yaitu seseorang atau para pihak yang

memberikan atau mengetahui secara jelas tentang

permasalahan yang diangkat oleh penulis dan terlibat secara

langsung dalam permasalahan tersebut, dalam hal ini

narasumbernya adalah:

1. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya;

2. Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kota Palangka Raya;

3. Kepala Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya.

5.3.2 Responden

Responden yaitu pihak yang secara langsung terlibat

dengan permasalahan yang terjadi dilapangan berdasarkan

objek penelitian. Adapun yang dimaksud dengan responden

dalam proposal skripsi ini adalah orang yang melakukan

kegiatan pendaftaran tanah di Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kota Palangka Raya.

6. Teknik Analisis Data


50

Analisis data dalam penelitian Yuridis Empiris adalah dengan cara

mengkaji, mengolah dan membahas informasi yang diperoleh dari

penelitian secara ilmiah dengan teknik analisis kualitatif dan berpedoman

pada pola/konstruksi berpikir bersifat induktif. Penelitian kualitatif

bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai mengenai suatu

hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif pada

umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan

menangkap makna sebagaimana yang tercipta dilapangan penelitian

melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang diteliti. Penelitian

kualitatif merupakan suatu proses penyelidikan untuk memahami

masalah social berdasarkan pada penciptaan gambaran lengkap yang

dibentuk dengan kata-kata secara terperinci dan data yang dikumpulkan

harus lengkap, yaitu data primer dan data sekunder.

7. Jadwal Penelitian

No. Uraian Waktu Lokasi Keterangan


1. SK 31 Mei Fakultas -
Penunjukan 2021 Hukum
Judul dan Universitas
Dosen Palangka Raya
Pembimbing

2. Bimbingan 8 Juli - 4 Fakultas -


Proposal November Hukum
2021 Universitas
Palangka Raya

3. Seminar 6 Ruang Online -


Proposal Desember (ID 606 954
2021 0958, PASS
51

FHUPR1)
Fakultas
Hukum
Universitas
Palangka Raya

4. Penelitian Januari - Kantor Badan -


Februari Pertanahan
2022 Nasional Kota
Palangka Raya

5. Bimbingan Januari - Fakultas -


Skripsi Maret Hukum
2022 Universitas
Palangka Raya

6 Ujian Skripsi Maret Fakultas


2022 Hukum
Universitas
Palangka Raya

7. Perbaikan Maret - -
2022

8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan agar penulisan ini dapat terarah

dan sistematis dan pembahasannya, sehingga dapat menunjukan adanya

hubungan yang satu sama lain. Berikut ini sistematika alur penulisan

skripsi nantinya yang akan terbagi menjadi IV (empat) bab, sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN
52

Bab pendahuluan ini merupakan penjelasan terkait tentang

latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian terdiri dari

jenis penelitian, ruang lingkup/fokus penelitian, lokasi penelitian,

jenis/sumber data yang terdiri dari data primer, data sekunder, dan

data tersier, instrumen penelitian yang terdiri dari studi pustaka,

observasi/pengamatan, wawancara, narasumber, responden, teknik

analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang berupa tentang pengertian,

uraian, dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan

dengan penyusunan penelitian ini serta beberapa literatur lain yang

berhubungan dengan penelitian, yaitu Pengertian Pelaksanaan,

Pendaftaran Tanah, Pendaftaran Tanah Secara Sporadik, Maksud

dan Tujuan Pendaftaran Tanah, Pelayanan Publik, Good

Governance, Badan Pertanahan Nasional, dan Kantor Badan

Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan yang khusus untuk

menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian proposal

skripsi ini, dalam bab ini pembahasan yang akan di bahas yaitu:
53

1. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan

Pelayanan Publik Menuju Good Governance di Kantor Badan

Pertanahan Nasional Kota Palangka Raya.

2. Faktor-faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pendaftaran

Tanah Sporadik Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik Menuju

Good Governance di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Palangka Raya.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup yang berisikan

kesimpulan dari hasil penelitian menguraikan tentang kesimpulan

dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat

berdasarkan permasalahan yang penulis bahas dalam pembahasan.


DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku
A.P Parlindungan, Pendaftaran Di Indonesia (Berdasarkan PP No. 24 Tahun
1997), Mandar Maju, Bandung
Aartje Tehupeiory, 2012 , Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia, Raih Asa
Sukses, Jakarta
Bachtiar Effendi, 1983, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-
peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Cetakan: satu, Bandung
Beddy Iriawan Maksudi, 2017, Dasar-Dasar Administrasi Publik, Rajagrafindo
Persada, Depok
Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia sejarah Pembentukan Undang-
undang Pokok-pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Djambatan,
Jakarta
Chandra S. 2005, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah (Persyaratan
Permohonan Di Kantor Pertanahan), Grasindo, Jakarta
Florianus SP Sangsun, 2007, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visi Media,
Jakarta
Irawan Soerodjo, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola,
Surabaya
Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Pendaftaran Hak Atas Tanah di
Indonesia, Arkola, Surabaya
Mochtar Kusumaatmadja, 1980, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan
Nasional, Binacipta, Bandung
Pamudji, 2004, Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan
Pelayanan dan Perilaku Politik Publik, Widya Praja, Jakarta
Rahardjo Adisasmita, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Rawan Soerodjo, 2014, Hukum Pertanahan Hak Pengelolaan Hak Atas Tanah
(HPL)Eksistensi, Pengaturan dan Praktik, Laksbang Mediatama,
Yogyakarta
Ridwan H.R, 2011, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta
Sahya Anggara, 2012, Ilmu Administrasi Negara (Kajian konsep, Teori dan Fakta
dalam Upaya Menciptakan Good Governance), Pustaka Setia, Bandung
Soetandyo Wignyosoebroto, 2008, Hukum Kolonial ke Hukum Nasional,
Dinamika Sosial Politik dalam perkembangan Hukum di Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta
Suardi, 2005, Hukum Agraria, Alam, Jakarta
YW. Sunindhia, Ninik Widiyanti, 2010, Pembaruan Hukum Agraria
Beberapa Pemikiran, Bina Aksara, Jakarta
Daftar Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3696).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 18).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 21).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 84).
Daftar Kutipan Internet
Badan Pertanahan Nasional, Profil Kementerian Agraria Dan Tata Ruang Kota
Palangka Raya, https://simpeg.atrbpn.go.id, diakses pada tanggal 14 juli
2021
Bambang Eko Muljono, 2016, Pendaftaran Tanah Pertama Kali Secara Sporadik
Melalui Pengakuan Hak,
https://jurnalhukum.unisla.ac.id/index.php/independent/article/view/45,
diakses pada tanggal 20 Oktober 2021
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2021, https://kbbi.web.id/pelaksanaan, diakses
Pada Tanggal 14 Juli 2021.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI, 2021, Tugas dan Fungsi Badan
Pertanahan Nasional, https://www.atrbpn.go.id, diakses pada tanggal 3
Juli 2021
M Nugroho, 2016, Penerapan Standar Pelayanan Publik Pada Kelurahan
Di Wilayah Kota Kediri,
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17/article/view/942, diakses
pada Tanggal 3 Juli 2021.
Meita Djohan Oe, 2015, Tugas Dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional Dalam
Pendaftaran Tanah, https://media neliti.com/tugas-dan-fungsi-badan-
pertanahan-nasional-dalam-pendaftaran-tanah, diakses Pada Tanggal 14
Juni 2021
Mimi, 2017, Tugas Dan Fungsi Kantor Pertanahan Dalam Penyelesaian
Sertipikat Tanah Hak Milik Ganda (Overlapping) Untuk Mewujudkan
Kepastian Hukum Di Kabupaten Sleman (Studi Kasus), https://e-
journal.uajy.ac.id/11196/, diakses pada tanggal 3 Juli 2021.
N. Indah, 2021, Pengertian Pelaksanaan,
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205936-pengertian-
pelaksanaan actuating/, diakses pada tanggal 14 juli 2021
Niosi Nimas Ratu, 2021, Penerapan Prinsip Good Governance Dalam
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kota
Cirebon,https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/
38523,diakses pada tanggal 20 Oktober 2021
Rendhik Andika, 2021, BPN Palangka Raya-ANTARA Kerja Sama Perluasan
Informasi Pertanahan, https://www.antaranews.com/berita/2337598/bpn-
palangka-raya-antara-kerja-sama-perluasan-informasi-pertanahan,diakses
pada tanggal 9 September 2021
Syafruddin Kalo, 2008, Aspek dan Implikasi Hukum dalam Pendaftaran Tanah
dan Penertiban Sertifikat Hak-Hak atas Tanah,
https://m.hukumonline.com/beritabaca/hol19216/aspek-dan-implikasi
hukum-dalam-pendaftaran-tanah-dan-penertiban-sertifikat-hak-hak- atas-
tanah, Diakses pada tanggal 10 Desember 2021
Septina Trisnawati, 2021, Aduan Ke Ombudsman Kalteng Masih Didominasi
MasalahPertanahan, https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/993514/aduan-
ke-ombudsman-kalteng-masihdidominasi-masalah pertanahan?
utm_source=terbaru_widget&utm_medium=internal_link&utm_campaig
n=General%20Campaign, di akses pada tanggal 9 September 2021
Septina Trisnawati, 2021, BPN Palangka Raya Tanggapi Banyaknya Aduan
Masyarakat,https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/1001103/bpn-palangka
raya-tanggapi-banyaknya-aduan-masyarakat, di akses pada tanggal 9
September 2021
Septina Trisnawati, 2021, BPN Palangka Raya Tanggapi Banyaknya Aduan
Masyarakat,https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/1001103/bpn-palangka-
raya-tanggapi-banyaknya-aduan-masyarakat, di akses pada tanggal 9
September 2021
Unmehopa Fricsky Marantina, 2016, “Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Melalui
Proyek Operasi Nasional Agraria Dalam Rangka Mewujudkan Tertib
Administrasi Pertanahan Di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah”, https://e-journal.uajy.ac.id/10673/, diakses pada tanggal 3 juli
2021.

Anda mungkin juga menyukai