Anda di halaman 1dari 2

Putu Gede Jaya Santosa

372015050

Setiap negara memiliki sejarah panjang di masa lalunya. Begitu juga Perancis, memiliki
segudang sejarah yang berpengaruh terhadap sistem perpolitikan, ekonomi, sosial dan
budayanya. Salah satu sejarah yang ada adalah Revolusi Perancis. Revolusi ini terjadi antara
tahun 1700-1800an yang diawali oleh Louis XVI. Dalam masa sejarah ini, di Perancis khususnya
terbagi menjadi tiga golongan. Golongan I yang terdiri dari kelompok rohaniawan, golongan II
yang terdiri dari kaum bangsawan, serta golongan III yang terdiri dari buruh (petani dan pabrik)
serta kaum borjuis.

Sistem kepemerintahan Louis XVI merupakan sistem monarchy absolute, dimana raja
merupakan suatu kedudukan tertinggi yang merupakan wakil langsung dari Tuhan. Louis XVI
dikenal dengan sifatnya yang labil, mudah dipengaruhi, dan tindakannya yang sewenang-
wenang. Beliau memiliki istri bernama Maria Antoniette, istri dari raja ini terkenal dengan
pemborosan uang negara yang luar biasa hingga memiliki pelayanan dengan jumlah sekitar lima
ratus pelayan. Selain didampingi istrinya, Louis XVI ini juga memiliki Perdana Menteri yaitu
Cardinal Richeliu. Perdana Menteri ini membawa Perancis kedalam peperangan terhadap
kerajaan atau negara lain. Dengan keikutsertaan kedalam perang, membuat Perancis mengalami
defisit keuangan negara karena biaya-biaya untuk pendanaan pasukan yang tidak sedikit.

Dengan keadaan tersebut, kemudian munculah gerakan-gerakan masyarakat yang


menginginkan revolusi. Terdapat empat kelompok besar yang menginginkan revolusi ini terjadi,
Cordellier, Jacobin, Girondin, dan Royalis. Keempat kelompok ini datang dengan agenda
revolusi yang berbeda, ada yang ingin mengganti sistem kepemerintahan secara menyeluruh
namun ada juga yang ingin merubah namun tidak dirubah secara total. Dalam fase pertama
revolusi Perancis kelompok-kelompok ini berhasil mengganti sistem pemerintahan dari yang
sebelumnya merupakan monarchy absolute kemudian dirubah menjadi monarchy constitutional.
Setelah berhasil dalam fase revolusi yang pertama, kemudia kelompok-kelompok yang awalnya
mempunyai satu ide untuk mengadakan revolusi menjadi saling menjatuhkan dalam perebutan
kekuasaan ditatanan kepemerintahan.
Didalam fase kedua revolusi Perancis, kelompok Jacobin dan Girondin mempunyai dua
kemauan yang berbeda dalam menentukan bentuk negara pada saat itu. Kelompok Jacobin
menginginkan bentuk negara Republik Kesatuan, sedangakan kelompok Girondin menginginkan
bentuk pemerintahan Republik Federalis. Setelah fase kedua ini kemudian masuk kedalam fase
ketiga revolusi Perancis ditandai dengan adanya coup d’etat oleh Jenderal Hauriot terhadap
Robespiere. Fase ketiga ini merupakan fase awal mula dari kejayaan Napoleon Bonaparte.
Napoleon Bonaparte berhasil menhadu penguasa tunggal Perancis pada masa itu, ia dikenal
sebagai Dewa Perang, karena hampir semua perang yang dilakukannya berbuah kemenangan.
Pada masa ini juga sistem pemerintahan Perancis berubah kembali ke sistem Monarchy.

Pada masa Revolusi Perancis (1700-1800) sistem pemerintahan selalu berubah. Dapat
dilihat dari pemaparan diatas, munculnya kelompok-kelompok yang membawa kepentingannya
sendiri merupakan satu faktor diamana menjadi satu jawaban sistem perpolitikan perancis
beruba-ubah. Terbentuknya kelompok tersebut berasal dari golongan yang berbeda sehingga
memunculkan visi misi khusus yang berbeda pula. Memang pada mulanya mereka memaparkan
satu ide yaitu Revolusi. Namun, ketika kepemerintahan dari Raja Louis XVI ini berhasil
direvolusi, kepentingan individu pada empat kelompok besar ini terlihat. Maka kemunculan dari
empat kelompok besar yang berhasil dengan agenda Revolusi mereka adalah alasan utama
mengapa pada masa 1700 hingga 1800 sistem perpolitikan di Perancis berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai