Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Candida
Candida adalah organisme komensal flora normal yang berperan dalam
keseimbangan mikroorganisme di dalam tubuh serta dapat ditemukan dalam
traktus intestinal, kulit dan traktus genito-urinaria. Candida paling sering
menyebabkan infeksi jamur oportunistik di dunia. Candida juga merupakan
koloni yang sering ditemukan pada kulit dan mukosa manusia. Infeksi jamur
yang disebabkan oleh Candida sp disebut kandidiasis (Hardjoeno dkk,
2007:228).
2. Candida albicans
a. Definisi
Candida albicans merupakan bagian dari flora normal dari kulit, membran
mukosa, dan traktus gastrointestinal (Irianto, 2013:67). Mikroorganisme ini
paling sering menyebabkan infeksi jamur oportunistik di dunia (Hardjoeno
dkk, 2007:228).
Terdapat 150 spesies Candida yang baru ditemukan dan hanya ada
beberapa spesies lain yang juga bersifat patogen dan menyebabkan infeksi
antara lain: C. tropicalis, C. glabrata, C. krusei, C. parapsilosis, C.
dubliniensis, dan C. lusitaniae (Hardjoeno dkk, 2007:228).
b. Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Acomycotina
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans (Hardjoeno dkk, 2007:228).

6
7

c. Morfologi
Sel-sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan
ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-2,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak dengan
memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora
(Siregar, 2005:45).
Spesies Candida tumbuh dalam biakan jaringan sebagai sel-sel ragi
bertunas dan oval, membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh
tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang
yang tertarik pada septa-septa diantara sel-sel yang memanjang. Candida
albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa
menghasilkan hifa sejati. Sel ragi Candida albicans dalam 24 jam pada suhu
37oC menghasilkan koloni halus, berwarna krem dengan aroma ragi.
Pseudohifa jelas sebagai pertumbuhan yang berada di bawah permukaan media
agar. Tes morfologi sederhana yang membedakan Candida albicans yang
paling patogen dari spesies Candida yaitu: setelah inkubasi dalam serum
selama 90 menit pada suhu 37oC, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai
membentuk hifa sejati, dan pada media yang kekurangan nutrisi Candida
albicans menghasilkan klamidiospora bulat dan besar (Jawetz dkk, 2005:343).

Pseudohifa
Klamidiospora
aora

Blastospora

Gambar 1. Morfologi jamur Candida albicans perbesaran 40 x 10


(Sumber : Jawetz dkk, 2008:659).

d. Reproduksi
Pada biakan atau jaringan, spesies Candida tumbuh sebagai sel ragi tunas,
berbentuk oval. Spesies tersebut juga membentuk pseudohifa ketika tunas terus
tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan rantai sel memanjang yang
8

menyempit atau mengerut pada septa diantara sel. Candida albicans bersifat
dimorfik, selain ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat menghasilkan
hifa sejati (Jawetz dkk, 2008:658).
e. Biakan
Pada media agar atau dalam 24 jam pada suhu 37oC atau suhu ruangan,
spesies Candida menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan bau seperti
ragi. Pseudohifa tampak sebagai pertumbuhan yang terendam di bawah
permukaan agar. Uji morfologi yang sederhana dapat membedakan C.
albicans, patogen yang paling sering ditemukan, dari spesies Candida lain.
Setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37oC, sel ragi
C. albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tubulus germinal, dan pada
media yang kurang nutrisinya, C. albicans menghasilkan klamidospora sferis
yang besar (Jawetz dkk, 2008:658).
f. Patogenitas
Pertumbuhan Candida yang berlebihan dan melampaui keseimbangan
akan menyebabkan Candida berkembang menjadi organisme yang patogen
dalam bentuk jamur berfilamen berupa pita kecil yang disebut hifa, yang
mengelilingi seluruh sel. Telah diketahui bahwa hifa dapat meningkatkan
permeabilitas jamur sehingga dapat melalui dinding intestinal, menyebabkan
permeabilitas dinding saluran cerna terganggu hingga terjadi inflamasi.
Kerusakan pada dinding intestinal dapat menyebabkan Candida memproduksi
zat toksik yang menyerang jaringan sekitar dan masuk dalam aliran darah. Jika
mencapai aliran darah, Candida dapat menyerang semua organ (Hardjoeno
dkk, 2007:229).
g. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
1) Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur.
2) Kelembapan merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan
jamur.
3) Suhu optimum jamur adalah 22-30oC (saprofit) dan suhu 30-37oC (parasit)
Derajat keasaman lingkungan (pH), pH sangat penting untuk pertumbuhan
jamur, umumnya jamur menyenangi pH di bawah 7,0. Jenis-jenis khamir
9

tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4,5-5,5


(Gandjar, 2006:44 dan Irianto, 2013:27).
3. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan
oleh jamur genus Candida terutama Candida albicans. Penyakit ini dapat
berjalan akut, subakut, atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan,
kulit kepala, vagina, jari, kuku, bronkhi, paru-paru dan saluran pencernaan, dan
dapat pula sistemik mengenai endokardium, meningen sampai septikemia
(Budimulja, 2001:55).
Berbagai jenis kandidiasis mempunyai ciri khas yang bergantung pada
alat-alat yang terkena.
Kandidiasis selaput lendir, misalnya:
1) Kandida Oral
Disebut juga “Oral trush”, memberi gambaran kliniks berupa stomatitis
akut. Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih kekuningan yang
timbul dari dasar selaput lendir yang merah yang disebut membran palsu
(Siregar, 2005:47).
2) Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis
Vaginitis karena Candida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini
disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret vagina yang mengalami
infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi.
Pada mukosa vagina terlihat ada bercak putih kekuningan, meninggi dari
permukaan, yang disebut vagina trush. Bercak-bercak ini terdiri dari
gumpalan jamur Candida, jaringan nekrotik, dan sel-sel epitel. Dari liang
vagina keluar sekret vagina yang mula-mula encer kemudian menjadi kental
dan pada keadaan yang menahun tampak butir-butir tepung halus (Siregar,
2005:49).
3) Kandidiasis balanitis dan balanoptisis
Balanitis tampak berupa bercak-bercak eritema dan erosi pada glan penis
dan sering disertai dengan pustulasi. Kelainan ini dapat meluas sampai
skrotum, perineum, dan kulit lipatan paha yang terlihat daerah-daerah
10

eritematosa dan lesi-lesi satelit disertai rasa gatal dan rasa sakit atau panas
(Siregar, 2005:50).
Kandidiasis Kutis, misalnya :
1) Kandidiasis intertriginosa
Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi, yaitu daerah-daerah lipatan kulit,
seperti ketiak, bawah payudara, lipatan paha, antara jari-jari tangan dan jari-
jari kaki, sekitar pusat dan lipatan leher. Kelainan yang tampak berupa
kemerahan kulit yang terbatas tegas, erosi dan bersisik (Siregar, 2005:50).
2) Kandidiasis perianal
Infeksi kandida pada kulit sekitar anus, yang banyak ditemukan pada
bayi, dikenal sebagai kandidiasis popok (Diaper rash). Hal ini sering
disebabkan oleh popok basah yang tidak segera diganti, sehingga
menyebabkan iritasi kulit sekitar genitalia dan anus (Siregar, 2005:53).
3) Paronikia dan onikomikosis
Infeksi dimulai dari pangkal kuku, yaitu yang menempel pada kulit.
Kuku menjadi tidak mengkilat, warnanya menjadi kecoklatan sampai hitam,
permukaan menjadi tidak rata dan menjadi tebal serta keras. Dibawah
permukaan yang keras terdapat bahan rapuh yang mengandung jamur atau
sel-sel ragi. Kandidiasis kuku ini sering disertai infeksi jaringan disekitarnya
hingga menjadi paronikia (Siregar, 2005:54).
Kandidiasis sistemik, misalnya :
1) Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat komplikasi
penyuntikan yang dilakukan sendiri, juga dapat diderita oleh penderita
sesudah operasi jantung.
2) Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya sama dengan
meningitis tuberkulosis atau karena bakteri lain (Djuanda dkk, 2010:108).
11

4. Jamur
a. Definisi
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan
tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang
bercabang dan memiliki dinding sel yang sebagian besar berdiri atas kitin dan
glukan dan sebagian kecil dari selulosa atau kiston. Gambaran tersebut
membedakan jamur dengan sel hewan tidak mempunyai tidak mempunyai
dinding sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak
mempunyai klorofil dan berkembang biak secara seksual, aseksual atau
keduanya (Sutanto dkk, 2008:307).
Infeksi jamur disebut mikosis. Jamur yang patogen bersifat eksogen dan
habitat alaminya adalah air, tanah, dan debris organik. Mikosis yang
mempunyai insiden paling tinggi adalah kandidiasis dan dermatofitosis yang
disebabkan oleh fungi yang merupakan anggota flora mikroba normal atau
yang dapat bertahan hidup pada pejamu manusia. Mikosis dapat
diklasifikasikan: superficial, kutan, subkutan, sistemik, dan oportunistik
(Jawetz dkk, 2008:635).
b. Sifat Umum Jamur
Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak mempunyai
klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis
seperti tanaman. Untuk hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal
dari hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga, dan lain-lain, kemudian dengan
menggunakan enzim zat organik tersebut diubah dan dicerna menjadi zat
anorganik yang kemudian diserap oleh jamur sebagai makanannya. Dengan
cara yang sama jamur dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan
sehingga menimbulkan penyakit (Sutanto dkk, 2011:307).
Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab.
Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga jamur
dapat ditemukan disemua tempat di seluruh dunia. Di alam bebas terdapat
lebih dari 100.000 spesies jamur dan kurang dari 500 spesies diduga dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Dari sekian banyak jamur
12

tersebut diperkirakan 100 spesies bersifat patogen pada manusia (bersifat


saprofit), tetapi dapat menimbulkan kelainan pada manusia bila keadaan
menguntungkan terhadap pertumbuhan jamur tersebut (Sutanto dkk,
2011:307-308).
Sebagian besar jamur patogen bersifat eksogen dan habitat alaminya
adalah air, tanah, dan debris organik. Mikosis yang mempunyai insiden
paling tinggi kandidosis dan dermatofitosis disebabkan oleh fungi yang dapat
bertahan hidup pada penjamu manusia (Jawetz dkk, 2008:635).
c. Morfologi
Jamur mencakup :
a. Klasifikasi Jamur
1) Khamir, yaitu sel-sel berbentuk bulat, lonjong, atau memanjang yang
berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang
basah atau berlendir.
2) Kapang, yaitu terdiri dari sel-sel memanjang dan bercabang yang disebut hifa.
Hifa tersebut dapat bersekat sehingga terbagi menjadi banyak sel, atau tidak
bersekat disebut hifa senositik (coenocicytic) (Sutanto dkk, 2011:308).
d. Reproduksi Jamur
Spora adalah alat reproduksi yang bisa dibentuk dalam hifa sendiri atau
alat-alat khusus dari jamur sebagai alat reproduksi. Besarnya antara 1-3µ,
dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut, atau lonjong.
Spora merupakan bola-bola kecil berukuran 1-3µ merupakan alat
reproduksi, ada 2 macam spora :
1) Spora Aseksual
Spora aseksual berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah
besar. Ada banyak macam spora aseksual.
a) Blastospora
Blastospora yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa
atau pada sekat atau sektum hifa semu.
13

b) Arthospora
Arthospora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan banyak
septum yang kemudian mengadakan fregmentasi sehingga hifa tersebut
terbagi menjadi banyak arthospora yang berdinding tebal.
c) Klamidiospora
Klamidiospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di tengah, atau
yang menonjol ke lateral, dan disebut klamidiospora terminal, interkalar dan
lateral. Diameter klamidiospora tersebut lebih dari hifa yang membentuk dan
berdinding tebal.
d) Aleurispora
Aleurispora yaitu dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa khusus yang disebut
konidiospora. Aleurispora ini seluler dan kecil, disebut mikrokonidia
(mikroaleurispora), atau multiseluler besar atau panjang, disebut
mikrokonidia.
e) Sporangiospora
Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang
menggelembung disebut sporangium.
2) Spora seksual
Spora seksual dibentuk oleh dua sel atau hifa, yang termasuk golongan spora
seksual ialah :
a) Zigospora
Zigospora yaitu spora yang dibentuk oleh dua hifa sejenis.
b) Oospora
Oospora yaitu spora yang dibentuk oleh dua hifa yang tidak sejenis.
c) Askospora
Askospora yaitu spora yang terdapat di dalam askus yang dibentuk oleh dua
sel atau dua jenis hifa.
d) Basidiospora
Basidispora yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil
penggabungan dua jenis hifa (Sutanto dkk, 2008:309).
14

5. Air
a. Definisi
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran
yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri,
pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan
disebarkan melalui air (Chandra, 2007:39).
b. Sumber air bersih dan aman
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari
sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan
aman tersebut, antara lain :
1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Tidak berasa dan tidak berbau.
4) Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI (Chandra, 2007:40).
c. Pengaruh air terhadap kesehatan
Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung.
1) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung adaah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurukan
kesejahteraan masyarakat.
2) Pengaruh langsung
Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas
air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur atau penyebar penyebab
penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
15

Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek


langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada, dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
1) Penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit menular.
2) Penyebab tidak hidup, yang menyebabkan penyakit tidak menular.
Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam sebagai
berikut :
1) Air sebagai penyebar mikroba.
2) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
3) Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik.
4) Air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Slamet, 2009:90-95).
d. Air dan Penyakit
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung. Waterborne disease adalah penyakit yang
ditularkan melalui air. Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia
melalui mulut atau sistem pencernaan. Contohnya adalah kolera, tifoid,
hepatitis. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan
terkadang vektor. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan
melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya :
1) Penyakit viral, misalnya, hepatitis, poliomielitis.
2) Penyakit bakterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.
3) Penyakit protozoa, misalnya amebiasis, giardiasis.
4) Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.
5) Penyakit jamur, misalnya kandidiasis, dermatofitosis (Chandra, 2007:40-41
dan Gandahusada, 2006:314).
B. Kerangka Konsep

Air bak mandi di Asrama


Mahasiswi Lampung Barat di Candida albicans

Kota Bandar Lampung

Anda mungkin juga menyukai