Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL


“QUADRATURE AMPLITUDE MODULATED SIGNAL (8-QAM)”

Disusun oleh :
Febrianti Mahdar (191331043)

Tanggal Praktikum : 7 Juli 2021


Tanggal Pengumpulan : 11 Juli 2021

Instruktur :

Slameta, S.T., M.Eng.


Griffany Megiyanto R., S.ST, M.T.,

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI

D3 – TEKNIK TELEKOMUNIKASI
2B
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
QUADRATURE AMPLITUDE MODULATED SIGNAL (8-QAM)”

I. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan untuk memplot bentuk gelombang untuk 8 sinyal


termodulasi amplitudo kuadratur (QAM) menggunakan oktaf untuk aliran bit

II. Landasan Teori

Modulasi amplitudo kuadratur (QAM) adalah skema modulasi analog dan digital.
Ini menyampaikan dua sinyal pesan analog, atau dua aliran bit digital, dengan mengubah
(memodulasi) amplitudo dua gelombang pembawa, menggunakan pergeseran
amplitudo kunci (ASK) digital modulasi skema atau modulasi amplitudo (AM) skema
modulasi analog. Kedua gelombang pembawa biasanya sinusoidal, berada di luar fase
satu sama lain sebesar 90° dan dengan demikian disebut pembawa kuadratur atau
komponen kuadratur — itulah nama skemanya. Gelombang termodulasi dijumlahkan,
dan bentuk gelombang yang dihasilkan adalah kombinasi dari kedua fase-shift keying
(PSK) dan amplitudo-shift keying (ASK), atau (dalam kasus analog) dari fase modulasi
(PM) dan modulasi amplitudo. Dalam kasus QAM digital, jumlah terbatas setidaknya
dua fase dan setidaknya dua amplitudo digunakan. Modulator PSK sering dirancang
menggunakan prinsip QAM, tetapi tidak dianggap sebagai QAM karena amplitudo
sinyal pembawa termodulasi adalah konstan. QAM digunakan secara luas sebagai
skema modulasi untuk sistem telekomunikasi digital. Efisiensi spektral 6 bit/s/Hz dapat
dicapai dengan QAM.

Rasi bintang 4-QAM dan 8-QAM


Gambar 2.1 Rasi bintang 4-QAM dan 8-QAM

III. Perangkat yang Diperlukan

1. 1 (satu) Buah PC multimedia OS Windows

2. 1 (satu) Perangkat lunak Octave

IV. Script Octave

clear;

clc;

N = 1; % number of data

mlevel = 4; % size of signal contellation 4, 8, 16, 32

k = log2(mlevel); % number of bits per symbol

data = 50 %sesuaikan dengan hasil nilai k

x = rand(N,data);

for y=1:data

if x(y)>0.5

x(y)=1

endif

if x(y)<0.5

x(y)=0

endif

endfor
% subplot number 2

% convert the bit stream into symbol stream

xsym = bi2de(reshape(x,k,length(x)/k).','left-msb');

% subplot number 3

% modulation

b = -2.*mod(xsym,k)+k-1;

a = 2.*floor(xsym./k)-k+1;

xmod = a + i.*b;

% subplot number 4

Tx_x = xmod;

SNR = 40; %<10, 10<x<20, >20

Tx_awgn = awgn (Tx_x,SNR,'measured');

subplot(2,2,1);stem(x(1:data),'filled'); title('Signal Bit Stream');

xlabel('Bit Index'); ylabel('Binary Value');

subplot(2,2,2);stem(xsym(1:data/k),'filled'); title('Signal Bit Stream');


xlabel('Symbol Index'); ylabel('Integer Value');

subplot(2,2,3);plot(real(xmod),imag(xmod),'go','MarkerFaceColor',[0,1,0]);

axis([-mlevel/k mlevel/k -mlevel/k mlevel/k]);

subplot(2,2,4);plot(real(Tx_awgn),imag(Tx_awgn),'go','MarkerFaceColor',[0,1,0]);

axis([-mlevel/k mlevel/k -mlevel/k mlevel/k]);

V. Data Hasil Paktikum

Gambar 5.1 Simulasi Run Octvae dengan script QAM


Gambar 5.2 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 4, data = 50, dan SNR = 25

Gambar 5.3 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 8, data = 60, dan SNR = 25
Gambar 5.4 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 16, data = 60, dan SNR = 25

Gambar 5.5 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 32, data = 60, dan SNR = 25
Gambar 5.6 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 4, data = 50, dan SNR = 8

Gambar 5.7 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 4, data = 50, dan SNR = 18
Gambar 5.8 Simulasi Run Octave QAM dengan mlevel = 4, data = 50, dan SNR = 35

VI. Analisis Data


Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pada software OCTAVE mengenai
QAM. Quadrature Amplitude Modulation (QAM) merupakan teknik modulasi lanjutan,
dimana didalamnya memanfaatkan dua parameter sehingga lebih fleksibel dalam
mendesain sistem komunikasinya yakni ada amplituda dan fasa. Jadi sering dikatakan
bahwa QAM itu adalah gabungan dari ASK dan FSK. Dengan adanya dua parameter
tersebut kita bisa mendesain titik titiknya pada diagram konstalasi itu lebih freksibel. 4
QAM bisa didesain dengan 1 amplituda dan 4 phasa, jadi amplitudanya sama namun 4
phasanya berbeda. Atau juga pada 4 QAM bisa dengan 2 amplituda dan 2 phasa yang
berbeda. 8 QAM bisa dengan 2 amplituda dan 4 phasa yang berbeda atau kebalikannya 4
amplituda dan 2 phasa. Fleksibilatas itulah yang menjadi keuntungan pada QAM sehingga
skema digitalnya bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan equipment yang dimiliki.

Untuk yang pertama ada clear dan clc untuk membersihkan work spacenya. Yang
berikutnya adalah N=1 (number of data) karena nanti akan dibuat datanya di variabel x
ini, x merupakan bilangan random yang dibuat dalam berapa baris dan berapa kolom. Jadi
N adalah baris dan datanya adalah kolom. Misalkan di running maka N = 1 dan datanya
50. Sehingga akan mengenerate nilai random dari baris 1 sampai kolom 50, berarti ada 50
data. Mlevel merupakan penentuan berapa QAM yang akan dibuat. Misalkan mempunyai
4 maka lognya dalah 2 yang menandakan 1 symbol terdiri dari 2 bit. Lalu ada for, for ini
untuk memastikan deretan biner yang akan kita gunakan. Misal ketika lebih dari 0.5 maka
akan bernilai 1, ketika kurang dari 0.5 maka bernilai 0, jadi mengenerate dari nilai random
menjadi deret biner. Xsym ini melakukan reshape-ing terhadap deret biner dan deret
symbolnya yang akan digunakan. Deret binernya terdiri dari x random, lalu k itu log2 dari
mlevel, lalu panjang dari data dibagi dengan k. ini menandakan dari deretan biner itu,
misal gunakan 4 QAM (2 bit untuk 1 symbol) maka yang sebelumnya 50 bit itu akan
menjadi 25 symbol. Pada sublot nomor 3 dilakukan modulasi. Lalu dilanjutkan dengan
sumblot nomor 4, terdapat SNR yang dimisalkan sebesar 25 lalu akan dimasukkan nilai
dari NSR menggunakan awgm dimasukkan ke Tx_x, jadi sinyal yang awalnya ideal akan
ditambahkan dengan noise yang bernilai 25, lalu di plot.

Pada gambar 5.2 terdapat 50 data dengan mlevelnya 4, mlevel ini merupakan
penentuan berapa QAM yang akan dibuat. Mlevel bernilai 4 maka log2 dari 4 adalah 2
yang menandatakan 1 symbol terdiri dari 2 bit. Pada bagian kiri atas merupakan deretan
bit dengan nilai random sebelumnya yang sudah ditentukan bit bit tersebut bernilai 1 dan
0. Setelah itu pada gambar kanan atas disimbolkan, jadi setiap 2 bit itu disimbolkan
menjadi simbol simbol tertentu. 2 bit pertama adalah 11 maka simbolnya 3, 2 bit
berikutnya adalah 10 maka symbolnya 2, 2 bit berikutnya adalah 01 maka symbolnya 1,
2 bit berikutnya adalah 00 maka symbolnya 0. Jadi gambar tersebut sudah merupakan
deretan symbol. Setelahnya akan dilakukan modulasi, idealnya terdapat pada gambar kiri
bawah, yakni ketika menentukan yang mana 00 01 10 dan 11 itu terletak pada areanya
masing – masing (tidak loncat kemana mana). Ketika disimulasikan dengan tambahain
noise SNRnya 25 maka bit bit tersebut posisinya sedikit acak tetapi masih terletak pada
areanya masing masing.

Pada gambar 5.3 terdapat 60 data dengan mlevelnya 8, mlevel ini merupakan
penentuan berapa QAM yang akan dibuat. Mlevel bernilai 8 maka log2 dari 8 adalah 3
yang menandatakan 1 symbol terdiri dari 3 bit. Pada bagian kiri atas merupakan deretan
bit dengan nilai random sebelumnya yang sudah ditentukan bit bit tersebut bernilai 1 dan
0. Setelah itu pada gambar kanan atas disimbolkan, jadi setiap 3 bit itu disimbolkan
menjadi simbol simbol tertentu. 3 bit pertama adalah 111 maka simbolnya 7, 3 bit
berikutnya adalah 001 maka symbolnya 1, 3 bit berikutnya adalah 111 maka symbolnya
7, 3 bit berikutnya adalah 101 maka symbolnya 3. Jadi gambar tersebut sudah merupakan
deretan symbol. Setelahnya akan dilakukan modulasi, idealnya terdapat pada gambar kiri
bawah, yakni ketika menentukan yang mana 000 011 110 101 111 itu terletak pada
areanya masing – masing (tidak loncat kemana mana). Ketika disimulasikan dengan
tambahain noise SNRnya 25 maka bit bit tersebut posisinya sedikit acak tetapi masih
terletak pada areanya masing masing.

Pada gambar 5.4 terdapat 60 data dengan mlevelnya 16, mlevel ini merupakan
penentuan berapa QAM yang akan dibuat. Mlevel bernilai 16 maka log2 dari 4 adalah 4
yang menandatakan 1 symbol terdiri dari 4 bit. Pada bagian kiri atas merupakan deretan
bit dengan nilai random sebelumnya yang sudah ditentukan bit bit tersebut bernilai 1 dan
0. Setelah itu pada gambar kanan atas disimbolkan, jadi setiap 4 bit itu disimbolkan
menjadi simbol simbol tertentu. 4 bit pertama adalah 1010 maka simbolnya 10, 4 bit
berikutnya adalah 1010 maka symbolnya 10, 4 bit berikutnya adalah 1100 maka
symbolnya 12, 4 bit berikutnya adalah 0000 maka symbolnya 0. Jadi gambar tersebut
sudah merupakan deretan symbol. Setelahnya akan dilakukan modulasi, idealnya terdapat
pada gambar kiri bawah, yakni ketika menentukan yang mana 0000 0001 0010 0100 1000
1100 0011 1010 dan 1111 itu terletak pada areanya masing – masing (tidak loncat kemana
mana). Ketika disimulasikan dengan tambahain noise SNRnya 25 maka bit bit tersebut
posisinya sedikit acak tetapi masih terletak pada areanya masing masing.

Pada gambar 5.5 terdapat 60 data dengan mlevelnya 32, mlevel ini merupakan
penentuan berapa QAM yang akan dibuat. Mlevel bernilai 32 maka log2 dari 32 adalah 5
yang menandatakan 1 symbol terdiri dari 5 bit. Pada bagian kiri atas merupakan deretan
bit dengan nilai random sebelumnya yang sudah ditentukan bit bit tersebut bernilai 1 dan
0. Setelah itu pada gambar kanan atas disimbolkan, jadi setiap 5 bit itu disimbolkan
menjadi simbol simbol tertentu. 5 bit pertama adalah 10110 maka simbolnya 22, 5 bit
berikutnya adalah 11000 maka symbolnya 24, 5 bit berikutnya adalah 00011 maka
symbolnya 3, 5 bit berikutnya adalah 01111 maka symbolnya 15. Jadi gambar tersebut
sudah merupakan deretan symbol. Setelahnya akan dilakukan modulasi, idealnya terdapat
pada gambar kiri bawah symbol itu terletak pada areanya masing – masing (tidak loncat
kemana mana). Ketika disimulasikan dengan tambahain noise SNRnya 25 maka bit bit
tersebut posisinya sedikit acak tetapi masih terletak pada areanya masing masing.

Pada gambar 5.6, 5.7, dan 5.8 dapat dilihat bahwa telah dilakukan percobaan
dengan menggunakan 50 data dengan mlevelnya 4, mlevel ini merupakan penentuan
berapa QAM yang akan dibuat. Mlevel bernilai 4 maka log2 dari 4 adalah 2 yang
menandatakan 1 symbol terdiri dari 2 bit. Pada bagian kiri atas merupakan deretan bit
dengan nilai random sebelumnya yang sudah ditentukan bit bit tersebut bernilai 1 dan 0.
Setelah itu pada gambar kanan atas disimbolkan, jadi setiap 2 bit itu disimbolkan menjadi
simbol simbol tertentu. 2 bit pertama adalah 11 maka simbolnya 3, 2 bit berikutnya adalah
10 maka symbolnya 2, 2 bit berikutnya adalah 01 maka symbolnya 1, 2 bit berikutnya
adalah 00 maka symbolnya 0. Jadi gambar tersebut sudah merupakan deretan symbol.
Setelahnya akan dilakukan modulasi, idealnya terdapat pada gambar kiri bawah, yakni
ketika menentukan yang mana 00 01 10 dan 11 itu terletak pada areanya masing – masing
(tidak loncat kemana mana). Pada gambar 5.6 ketika disimulasikan dengan tambahaan
noise SNRnya 8 maka bit bit tersebut posisinya acak acakan. Jadi bitnya tidak jelas berada
di daerah 00 atau 01 atau 10 atau 11. Pada gambar 5.7 ketika disimulasikan dengan
tambahan noise SNRnya 18 maka bit bit tersebut tidak acak acakan dan masih berada pada
daerah yang bersangkutan,. Sedangkan pada gambar 5.8 ketika disimulasikan dengan
tambahan noise SNRnya 35 maka bit bit tersebut terletak pada areanya masing masing.

V. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa QAM


merupakan teknik modulasi lanjutan, dimana didalamnya memanfaatkan dua parameter
sehingga lebih fleksibel dalam mendesain sistem komunikasinya yakni ada amplituda dan
fasa. Jadi sering dikatakan bahwa QAM itu adalah gabungan dari ASK dan FSK. Dengan
adanya dua parameter tersebut kita bisa mendesain titik titiknya pada diagram konstalasi
itu lebih freksibel. Fleksibilatas itulah yang menjadi keuntungan pada QAM sehingga
skema digitalnya bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan equipment yang dimiliki.

VI. Referensi
[1] Admin, “Jobsheet Modulasi Digital”, Sistem Komunikasi Digital. [Online]. Tersedia:
https://e-learning.polban.ac.id/mod/resource/view.php?id=146120 (Diakses 10 Juli 2021)

Anda mungkin juga menyukai