EDUKATIF MATEMATIKA
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kesulitan dan
kendala dalam membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
D. Manfaat ............................................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
1. Alat Permainan Edukatif Matemetika ............................................................................................... 6
2. Matematika permulaan...................................................................................................................... 7
3. Prinsip-Prinsip Permainan Matematika Anak Usia Dini .................................................................. 9
4. Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini .............................................................................. 9
5. Tujuan Mematika ............................................................................................................................ 12
6. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ................................................................................................ 12
6. Dasar Pengenalan Matematika Anak Usia Dini .............................................................................. 13
7. Tahapan Penguasaan Berhitung di Matematika .............................................................................. 15
8. Macam-Macam APE Matematika Untuk AUD .............................................................................. 17
9. Syarat pemilihan/pembentukan APE Matematika .......................................................................... 19
10. Tahapan-tahapan dalam pembuatan APE ................................................................................... 19
11. Manfaat Alat Permainan Edukatif............................................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di mana hampir 80% otak anak
berkembang, 50% berkembang pada usia 0-5 tahun, 30% berkembang di usia 5-8 tahun (Dryden
& Vos, 2003). Masa ini sangat efektif untuk mengembangkan potensi kognitif anak.
Sebagaimana tertuang pada Permendikbud No. 137, 2014, Bab IV: Standar Isi, Pasal 10, Ayat 4,
menyatakan bahwa kemampuan kognitif yang harus dikuasai anak usia dini meliputi (a) belajar
dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan
atau pengalaman dalam konteks yang baru; (b) berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan,
klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebabakibat; dan (c) berpikir simbolik,
mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal
huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Pemecahan masalah, klasifikasi, pola, menggunakan konsep bilangan merupakan bagian dari
berhitung permulaan. Berhitung permulaan menurut Suyanto (2008) adalah kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya
dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan
dengan penjumlahan dan pengurangan harus disajikan secara ringan, menarik, akrab dengan
dunia anak usia dini, dilakukan melalui bermain, bernyanyi, menari, ataupun aktivitas sehari-hari
mereka. Menurut Amelia (2012) bahwa kemampuan kognitif dapat dikembangkan melalui
konsep berhitung dengan metode dan media yang bervariasi dan menarik, salah satunya dengan
kegiatan belajar melalui bermain.
Dalam sebuah pendidikan, guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif.
Menciptakan suasana kelas yang inspiratif dan antusias bagi siswa. Penggunaan metode belajar
yang kreatif penting bagi pendidik agar tercipta interaksi antara pendidik dan siswa. Matematika
sering kali dianggap pelajaran yang tidak disukai. Pelajaran yang mendapatkan rating untuk
kategori yang tidak disukai. Meskipun banyak anggapan bahwa matematika tidak disukai dan
sulit tetapi dalam kehidupan masyarakat modern matematika dianggap sebagai suatu ilmu
pengetahuan untuk masa kini yang meliputi berhitung dan ilmu ruang. Mata pelajaran
matematika perlu diajarkan sejak dini kepada peserta didik, agar mereka dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetetif.
B. Rumusan Masalah
1) Apa Yang Dimaksud Alat Permainan Edukatif Matematika?
2) Apa Yang Dimaksud Dengan Matematika Permulaan?
3) Prinsip-Prinsip Permainan Matematika Anak Usia Dini?
4) Apa Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini?
5) Apa tujuan belajar matematika untuk AUD?
6) Apa Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ?
7) Tahapan Penguasaan Berhitung di Matematika?
8) Apa Saja Macam-Macam APE Matematika Untuk AUD?
9) Syarat pemilihan/pembentukan APE Matematika?
10) Tahapan-tahapan dalam pembuatan APE?
11) Manfaat Alat Permainan Edukatif?
C. Tujuan
1) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-
benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak.
2) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam
kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
4) Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan
kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
5) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
D. Manfaat
1) Bagi Pendidik Tersedia panduan dalam mengenalkan matematika bagi anak usia 5-6
tahun melalui permainan kreatif . Permainan ini dirancang untuk lebih menarik minat
anak dimana diawali dengan kegiatan bermain terlebih dahulu sebagai langkah
penting untuk memunculkan perhatian dan daya tarik (take attention) anak sehingga
anak memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan bermatematika. Permainan kreatif
ini untuk lebih menguatkan pemahaman anak terhadap matematika yang akan
dikenalkan.
2) Bagi Pembina PAUD Adanya panduan untuk melakukan pembinaan bagi pendidik
PAUD terkait pengenalan matematika bagi AUD melalui permainan kreatif.
3) PP-PAUD dan DIKMAS Tersedia naskah model yang dapat digunakan sebagai bahan
input penerapan model ke satuan pendidikan.
4) Direktorat PPAUD Sebagai input penyusunan kebijakan terkait pembelajaran
matematika bagi anak usia dini melalui permainan kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Matematika permulaan
Konsep matematika permulaan yang perlu dikenalkan kepada anak di antaranya adalah
sebagai berikut.
a) Mencocokkan
b) Mengelompokkan/ Klasifikasi
c) Seriasi
Seriasi adalah kemampuan untuk mengatur atau memosisikan objek berdasarkan perbedaan
dan variasi. Seriasi adalah kemampuan yang lebih tinggi dari membandingkan. Seriasi
merupakan kemampuan menempatkan benda-benda dalam satu urutan misalnya, dari urutan
yang kecil ke yang lebih besar atau sebaliknya.
d) Geometri
e) Pola
Pola dapat ditemukan di mana saja, dari pola yang sangat sederhana yang berulang dengan
dua atau tiga elemen, hingga pola berulang dengan banyak elemen. Anak-anak mengamati pola
di sekolah, di rumah, di tempat bermain dan di alam. Mereka memperhatikan pola pakaian, lagu,
alam, dan bahkan rutinitas sehari-hari mereka. Pola adalah urutan yang berulang. Kemampuan
mengenali pola mendukung keterampilan matematika. Ini membantu anak-anak membuat
prediksi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Pola yang paling umum adalah pola ABAB:
merah, kuning, merah, kuning. Pola lainnya termasuk pola AABB : merah, merah, kuning,
kuning ataupun pola ABCABC : piring, sendok, gelas, piring sendok gelas. Anak-anak dapat
membuat pola menggunakan warna, bentuk, ukuran atau karakteristik lain yang diulang beberapa
kali.
f) Bilangan
Bilangan (angka) dan berhitung adalah bagian penting dari pemahaman konsep matematika
anak. Konsep matematika awal ini membangun fondasi untuk proses matematika yang lebih
kompleks di masa depan. Beberapa konsep yang perlu dikenalkan dalam mengenal angka
sebagai berikut:
Pengetahuan tentang grafik merupakan konsep matematika yang dapat dikenalkan setelah
anak mampu memilih dan mengelompokkan benda. Membuat grafik merupakan cara untuk
menampilkan informasi/data yang diperoleh. Misalnya, anak membuat grafik sederhana tentang
baju yang dimilikinya.
h) Pengukuran
Pada tahap awal mengenalkan pengukuran pada anak, guru perlu mengenalkan konsep lebih
panjang, lebih pendek, lebih ringan, lebih berat, lebih cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya,
anak diajak menggunakan alat ukur tidak standar, seperti langkah kaki, jengkal, dan hasta. Pada
tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan alat ukur standar seperti: jam dinding, jam
tangan, penggaris, termometer, dan meteran.
Lestari KW mengatakan bahwa berdasarkan pengelompokan anak usia dini di atas, terdapat
beberapa konsep matematika yang harus diajarkan kepada anak usia dini. Untuk kelompok anak
usia 0-3 tahun perlu dilakukan pengenalan konsep-konsep matematika. Sedangkan untuk
kelompok anak usia 3-6 tahun dilakukan pengembangan konsep matematika kepada anak.
Berikut ini beberapa konsep matematika yang perlu diajarkan kepada anak usia dini.
1) Konsep Angka
Angka merupakan hal yang paling dasar pada matematika. Mengajarkan konsep angka
pada anak usia dini dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, mengenalkan konsep angka kepada
anak usia 0-3 tahun. Kedua, mengembangkan konsep angka pada anak usia 3-6 tahun. Untuk
mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu:
a) Menghitung.
Tahap awal anak bisa menghitung melalui hapalan atau membilang. Orang tua
dapat mengembangkan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dan
sebagainya yang berhubungan dengan angka.
b) Hubungan satu-satu. Menghubungkan angka dengan benda yang berkaitan.
Misalnya memasangkan lambang bilangan 1 dengan gambar 1 buah apel.
c) Menjumlah, membandingkan dan simbol angka. Ketika orang tua meminta anak
mengambilkan 3 buah permen dan anak membawa 3 buah permen. Anak tersebut
mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu
bahwa jika menghitung 3 permen dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka
jumlahnya akan sama. Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda
yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
2) Konsep Pola dan Hubungan
Pola merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau peristiwa.
Contoh susunan pola berdasarkan ukuran yaitu besar, kecil. Susunan pola berdasarkan warna
yaitu kuning, hijau, kuning, hijau, .... Susunan pola berdasarkan peristiwa sehari-hari yaitu
sesudah makan nasi, saya minum air putih.
Untuk mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi
banyak kesempatan untuk mengenali dan memanipulasi benda serta mencatat persamaan dan
perbedaannya. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan
pola dan hubungan pada anak diantaranya adalah mengajak anak bermain menyusun antrian
mobil-mobilan membentuk pola barisan hijau, biru, hijau, biru, hijau, biru, hijau, biru.
Kemampuan anak dalam pola dan hubungan akan bermanfaat dalam penerimaan pelajaran deret
dan relasi-fungsi. Pada deret anak dituntut mampu mengembangkan pola urutan. Sedangkan
pada relasi-fungsi anak dituntut mampu mengembangkan hubungan.
Pengertian yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri seperti
segitiga, segi empat, persegi, lingkaran yang sama dan posisi dirinya dalam suatu ruang. Anak
bisa paham tentang pengertian ruang ketika anak sadar akan posisi dirinya jika dihubungkan
dengan penataan benda-benda di sekelilingnya. Anak belajar tentang tempat dan posisi, seperti:
di atas, di bawah, pada, di dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang pengertian jarak,
seperti: dekat, jauh dan sebagainya. Mengenalkan hubungan geometri dan ruang pada anak bisa
dilakukan dengan cara mengajak anak bermain sambil mengamati berbagai benda di
sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan
benda yang lain. Orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun dapat menyediakan balok-balok
lunak atau kardus-kardus bekas obat dari berbagai ukuran agar anak bisa bereksplorasi dan
membangun. Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana seperti segitiga,
lingkaran, segi empat. Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri.
Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun dengan
bentukbentuk geometri.
Anak belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap
awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek,
lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur
bukan standar, seperti pita, sepatu, dan sebagainya. Pada tahap lebih tinggi, anak diajak
menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer. Contoh kegiatan yang bisa dilakukan
orang tua untuk mengembangkan pengukuran pada anak adalah mengajak anak mengukur
panjang dan lebar rak mainan menggunakan tali atau pita.
Pada awalnya anak memilih mainan tanpa spesifikasi. Selanjutnya anak memilih mainan
dengan spesifik, misalnya berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi
anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna dan
bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran.
5. Tujuan Mematika
1. Anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana edutainment
sehingga siap belajar matic di SD
2. Anak dapat berpikir logic dan sistematis, memiliki ketrampilan berhitung yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Memahami konsep ruang dan waktu
4. Memiliki daya abstraksi dan apresiasi
5. Membangun daya kretifitas dan imajinasi anak
6. Anak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi social
Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya
masing-masing, dan tidak semua aspek perkembangan tumbuh bersamaan atau berurutan
sehingga hal yang wajar jika terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi perhatian
para orangtua atau pendidik bahwa kegiatan dalam mendidik anak usia dini harus direncanakan
dengan mempertimbangkan karakteristik anak. Untuk menyusun kegiatan dan mengetahui
pencapaian pembelajaran matematika, guru harus berpedoman kepada Permendikbud No 137
Tahun 2014, Tentang Tingkat Pencapaian perkembangan kognitif untuk usia 5 – 6 Tahun adalah:
a) Pemahaman arah kanan kiri, atas bawah, depan belakang, hal ini sebagai dasar
untuk mengenalkan simbol-simbol yang akan ditemukan pada tahap berikutnya
(transisi dan lambang) bisa dilakukan dengan bermain gerak dan lagu atau
dengan permainan;
b) Pemahaman garis (tegak, datar, lurus, lengkung) bisa dilakukan dengan
kegiatan motorik; dan
c) Pemahaman bentuk sederhana (lingkaran, segi empat, segi tiga) bisa dilakukan
dengan kegiatan motorik. Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada
anak untuk bereksplorasi maka akan semakin kuat pemahaman anak terhadap
konsep dan guru dituntut untuk bisa mengevaluasi kemampuan anak memasuki
tahap transisi.
b) Tahap Transisi
Seiring dengan pertambahan usia, minat dan pemahaman konsep, anak akan
sampai pada tahap berikutnya, yakni tahap transisi atau peralihan. Tahap transisi
merupakan masa peralihan dari pengertian konkret menuju pengenalan lambang yang
abstrak, di mana benda konkret masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan
kemampuan anak yang secara individual berbeda. Karena itulah, pembelajaran yang
sesuai dengan tahap transisi ini mesti diberikan jika tahap konsep sudah dikuasai anak
dengan baik, yaitu saat anak mampu menguasai keterampilan berhitung. Misalnya,
ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil),
anak-anak dapat menyebutkan dan mengambil benda lain sebanyak satu, sekaligus
mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. Dengan kata lain, seorang anak
dikatakan telah paham suatu konsep ketika mampu menghitung dan terdapat
kesesuaian antara benda yang dihitung dengan bilangan yang disebutkan.
Tahap transisi itu pun harus berlangsung dalam waktu yang cukup untuk dikuasai
anak. Kegiatan seiring yang dapat dilakukan adalah memberikan variasi dalam
peralihan keterampilan, misalnya :permainan menghubungkan atau meletakkan benda
benda konkrit pada lambang bilangan yang sesuai. Untuk menguatkan tahap transisi
ini, guru dapat memberikan latihan berulang-ulang dengan berbagai variasi kegiatan
bermain yang menyenangkan. Hal ini disampaikan oleh Vygotsky pada tahun 1993
yang menyatakan bahwa seorang anak dapat saja diberikan sesuatu yang lebih dari
kemampuannya, namun pastikan bahwa sebelum ia menguasai satu hal secara benar,
janganlah ia diberikan hal lain. Karena hal itu akan berakibat pada tingkat
selanjutnya. Cegahlah jangan sampai anak mengalami kegagalan disekolah dasar
hanya karena penyampaian suatu materi ditingkat. sebelumnya yang terlalu terburu-
buru. Hal ini dapat menyebabkan anak belum memahami dan menguasai secara benar
materi tersebut.
c) Tahap Lambang
Tahap ketiga disebut tahap lambang, merupakan visualisasi dari pemahaman konsep
dan kematangan tahap transisi. Anak sudah muncul minatnya memasuki kegiatan tulis
menulis (paper pencil). Anak sudah ingin menulis sendiri tanpa paksaan saat diberi
kesempatan, berupa lambang bilangan, bentuk – bentuk, dan lain – lainnya. Misalnya
lambang 5 untuk menggambarkan konsep bilangan lima, hijau untuk menggambarkan
konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan segitiga untuk
menggambarkan konsep bentuk. Pada tahap ini diharapkan anak sudah benar-benar
memahami, mengetahui, mampu menyebutkan bilangan sejumlah benda atau gambar
atau tanpa gambar dan benda. Perhatikan bila anak masih menggunakan jari berarti
anak tersebut belum sepenuhnya berada dalam tahap lambing bilangan (Piaget, 1978,
tahap operasional). Peralihan dari tahap ke tahap ini akan berhasil bila ada
kesinambungan stimulasi yang dilakukan baik disekolah maupun di rumah.
Permainan menara hanoi adalah permainan matematika yang terdiri dari tiga tiang dan
sejumlah cakram dengan ukuran berbeda-beda yang bisa dimasukkan ke tiang mana saja. Tujuan
dari permainan ini adalah untuk memindahkan seluruh tumpukan ke tiang yang lain, dengan
mengikuti aturan yaitu hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu, setiap
perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan memasukkannya ke tiang
lain, dan tidak boleh meletakkan cakram di atas cakram lain yang lebih kecil. Menara hanoi
sebagai permainan yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep banyaknya, urutan,
besarnya, paling sedikit, lebih banyak, dan sama. Meskipun demikian kegunaan yang terutama
untuk melatih berfikir logis, menemukan relasi antara banyaknya kepingan dengan banyaknya
loncatan minimum secara induktif.
2) Permainan sempoa
Swipoa (dikenal pula sebagai sempoa, sipoa, dekak-dekak, atau abakus) adalah alat kuno
untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang
bisa digeser-geserkan. Swipoa digunakan untuk melakukan operasi aritmetika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat. Swipoa telah digunakan
berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu-Arab dan sampai sekarang masih
digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok. Swipoa sering digunakan
sebagai alat hitung bagi tunanetra karena manik-manik pada swipoa dapat dengan mudah
dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan di bawah
swipoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.
Keterampilan awal anak dalam mengenal angka di antaranya mengenal dan menyebutkan
angka, mengetahui urutan angka, memahami bahwa ketika menghitung setiap angka
berhubungan dengan benda/ objek yang dihitung, mengetahui angka terakhir yang ditulis adalah
jumlah benda/objek, mengetahui angka yang lebih tinggi mencerminkan jumlah yang lebih
besar.
Jarum jam nya bisa diputar-putar, mainan ini termasuk mainan puzzle yang multifungsi,
selain bisa mengenalkan waktu kepada anak, bisa juga untuk belajar berhitung, disetiap angka-
angka jam, ada gambar yang jumlahnya sesuai dengan angka nya, jadi anak bisa meletakkan
angka sesuai dengan hitungan jumlah gambarnya. Bisa juga untuk mengenalkan warna ke anak,
sebagai contoh nya, kita bisa tanya keanak kita, “angka 8 warna nya apa?, angka 12 warnanya
apa”, dlsb. warna-warna yang dibuat adalah warna-warna cerah atau warna dasar yang mudah
untuk dikenali anak. Sangat cocok untuk anak Anda yang ingin diajari untuk berhitung, dan
diajari untuk mengenal waktu.
Menara Geometri Alat permainan edukatif yang terdiri dari bentuk segitiga, lingkaran,
persegi dan persegi panjang. Menara geometri terbuat dari kayu yang mudah dihaluskan, diberi
cat warna-warni. Cara memainkannya anak diminta memasukkan masing-masing geometri pada
tiang-tiang yang sudah tersedia pada tumpuan sesuai dengan bentuk-bentuk geometri. 27 Menara
geometri bermanfaat bagi perkembangan anak dapat merangsang motorik halus anak,
konsentrasi, pengenalan warna dan bentuk.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini sangat diperlukan bagi anak usia dini agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan di
lingkungan sekolah dapat memberikan nilai ± nilai positif bagi anak itu sendiri.
Kegiatan bermain merupakan salah satu hal terpenting untuk menstimulasi kecerdasana anak
pada usia dini. Dengan bermain anak dapat mengerakan anggota tubuhnya dengan bebas dan
dapat berkreasi lebih banyak sehingga kerja otak tetap terjaga. Permainan dengan sistem modular
dapat meningkatkan interaksi antara anak- anak dengan teman sebayanya sehingga akan
menghasilkan generasi yang tidak individualis dan mudah berbaur. Permainan ini akan
meningkatkan kecerdasan logika- matematika anak usia dini dan dapat meningkatkan minat anak
pada pelajaran matematika. Kesan matematika yang mengerikan akan berubah menjadi
menyenangkan dan asik untuk dipalajari. Material yang digunakan sebaikmya menggunakan
material yang aman bagi anak dengan ketentuan foodgrade, karena anak-anak cenderung suka
memasukan benda-benda yang digenggamnya ke dalam mulutnya. Selain itu, bentuk- bentuk
harus dibuat sedemikian mungkin agar tidak mencelakakan anak. Bentuk benda tidak boleh
memiliki sudut yang tajam.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/9970/1/TSALITS%20PANGESTIKA%20DINAR_PENE
RAPAN%20ALAT%20PERMAINAN%20EDUKATIF%20%28APE%29%20MATA%20PELA
JARAN%20MATEMATIKA%20KELAS%20IV%20B%20DI%20MIN%20PURBASARI.pdf
162144-ID-alat-permainan-edukatif-untuk-meningkatk.pdf
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/triadik/article/download/11162/5561
http://direktori.pauddikmasjabar.kemdikbud.go.id/MODEL/TAHUN%202016/Bahan%20Ajar%
20Guru%20Model%20Matematika%20OK.pdf
http://lib.unnes.ac.id/35056/1/1601413092_Optimized.pdf
http://repository.upi.edu/20576/3/S_PAUD_1003414_Chapter1.pdf