Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ALAT PERMAINAN

EDUKATIF MATEMATIKA

Dosen Pengampu : Melia Eka Daryanti, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Rina Puspita Dewi (A1II020052) 5. Cinta Nurul F (A1I020078)


2. Fina Ajeng Parjiati (A1I020036) 6. Neza Zezviona (A1I020048)
3. Vanny Herma Yunita (A1I020046) 7. Dita Nedia (A1I020040)
4. Andhita Diva M (A1I020080) 8. Zuriyatina Putriani (A1I020006)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa


khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan
bahan pembelajaran tentang Alat Permainan Edukatif Matematika.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kesulitan dan
kendala dalam membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas
makalah ini.

Bengkulu, 14 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
D. Manfaat ............................................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
1. Alat Permainan Edukatif Matemetika ............................................................................................... 6
2. Matematika permulaan...................................................................................................................... 7
3. Prinsip-Prinsip Permainan Matematika Anak Usia Dini .................................................................. 9
4. Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini .............................................................................. 9
5. Tujuan Mematika ............................................................................................................................ 12
6. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ................................................................................................ 12
6. Dasar Pengenalan Matematika Anak Usia Dini .............................................................................. 13
7. Tahapan Penguasaan Berhitung di Matematika .............................................................................. 15
8. Macam-Macam APE Matematika Untuk AUD .............................................................................. 17
9. Syarat pemilihan/pembentukan APE Matematika .......................................................................... 19
10. Tahapan-tahapan dalam pembuatan APE ................................................................................... 19
11. Manfaat Alat Permainan Edukatif............................................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 22
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di mana hampir 80% otak anak
berkembang, 50% berkembang pada usia 0-5 tahun, 30% berkembang di usia 5-8 tahun (Dryden
& Vos, 2003). Masa ini sangat efektif untuk mengembangkan potensi kognitif anak.
Sebagaimana tertuang pada Permendikbud No. 137, 2014, Bab IV: Standar Isi, Pasal 10, Ayat 4,
menyatakan bahwa kemampuan kognitif yang harus dikuasai anak usia dini meliputi (a) belajar
dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan
atau pengalaman dalam konteks yang baru; (b) berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan,
klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebabakibat; dan (c) berpikir simbolik,
mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal
huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Pemecahan masalah, klasifikasi, pola, menggunakan konsep bilangan merupakan bagian dari
berhitung permulaan. Berhitung permulaan menurut Suyanto (2008) adalah kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya
dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan
dengan penjumlahan dan pengurangan harus disajikan secara ringan, menarik, akrab dengan
dunia anak usia dini, dilakukan melalui bermain, bernyanyi, menari, ataupun aktivitas sehari-hari
mereka. Menurut Amelia (2012) bahwa kemampuan kognitif dapat dikembangkan melalui
konsep berhitung dengan metode dan media yang bervariasi dan menarik, salah satunya dengan
kegiatan belajar melalui bermain.

Dalam sebuah pendidikan, guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif.
Menciptakan suasana kelas yang inspiratif dan antusias bagi siswa. Penggunaan metode belajar
yang kreatif penting bagi pendidik agar tercipta interaksi antara pendidik dan siswa. Matematika
sering kali dianggap pelajaran yang tidak disukai. Pelajaran yang mendapatkan rating untuk
kategori yang tidak disukai. Meskipun banyak anggapan bahwa matematika tidak disukai dan
sulit tetapi dalam kehidupan masyarakat modern matematika dianggap sebagai suatu ilmu
pengetahuan untuk masa kini yang meliputi berhitung dan ilmu ruang. Mata pelajaran
matematika perlu diajarkan sejak dini kepada peserta didik, agar mereka dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetetif.

B. Rumusan Masalah
1) Apa Yang Dimaksud Alat Permainan Edukatif Matematika?
2) Apa Yang Dimaksud Dengan Matematika Permulaan?
3) Prinsip-Prinsip Permainan Matematika Anak Usia Dini?
4) Apa Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini?
5) Apa tujuan belajar matematika untuk AUD?
6) Apa Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ?
7) Tahapan Penguasaan Berhitung di Matematika?
8) Apa Saja Macam-Macam APE Matematika Untuk AUD?
9) Syarat pemilihan/pembentukan APE Matematika?
10) Tahapan-tahapan dalam pembuatan APE?
11) Manfaat Alat Permainan Edukatif?

C. Tujuan
1) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-
benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak.
2) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam
kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
4) Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan
kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
5) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.

D. Manfaat
1) Bagi Pendidik Tersedia panduan dalam mengenalkan matematika bagi anak usia 5-6
tahun melalui permainan kreatif . Permainan ini dirancang untuk lebih menarik minat
anak dimana diawali dengan kegiatan bermain terlebih dahulu sebagai langkah
penting untuk memunculkan perhatian dan daya tarik (take attention) anak sehingga
anak memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan bermatematika. Permainan kreatif
ini untuk lebih menguatkan pemahaman anak terhadap matematika yang akan
dikenalkan.
2) Bagi Pembina PAUD Adanya panduan untuk melakukan pembinaan bagi pendidik
PAUD terkait pengenalan matematika bagi AUD melalui permainan kreatif.
3) PP-PAUD dan DIKMAS Tersedia naskah model yang dapat digunakan sebagai bahan
input penerapan model ke satuan pendidikan.
4) Direktorat PPAUD Sebagai input penyusunan kebijakan terkait pembelajaran
matematika bagi anak usia dini melalui permainan kreatif.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Alat Permainan Edukatif Matemetika


Alat peraga edukatif matematika adalah alat bantu edukasi yang memperkenalkan anak pada
angka dan matematika. Pada usia PAUD dan TK biasanya anak akan cenderung lebih menyukai
bermain dari pada belajar pelajaran yang menurutnya rumit. Matematika itu sendiri sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis
malalui penalaran yang bersifat edukatif. Masa anak-anak adalah masa yang yang sangat
baik untuk belajar. Sebenarnya matematika, sudah sangat akrab di telinga sejak usia dini,
namun adanya anggapan bahwa matematika itu sulit menyebabkan anak-anak menjadi malas
belajar dan cenderung menghindari pelajaran ini.

“Permainan matematika adalah sesuatu kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan)


yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik”. (Ruseffendi, 2006: 312). Berdasarkan pernyataan
tersebut, bahwa setiap permainan tidak bisa disebut permainan matematika. Karena permainan
matematika bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi harus menunjang tujuan
instruksional pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun kognitif. Dimana
aspek kognitif itu sendiri adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,
penalaran atau pikiran. Menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999: 298), “Aspek
kognitif terdiri dari 6 kategori, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi”. Aspek afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran. Menurut Krathwohl dkk. (dalam Dimyati dan Mudjiono,
1999: 298), “Aspek afektif terdiri dari lima kategori yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian,
penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola”. Sedangkan aspek psikomotorik adalah
kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani. Menurut Symposium (dalam Dimyati
dan Mudjiono, 1999: 298), “Ranah psikomotorik terdiri dari tujuh kategori yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,
dan kreativitas”. Selain itu, penempatan penggunaan permainan matematika harus sesuai, jangan
salah waktu dan tempat.
Permainan matematika sangat bervariasi macam dan kegunaannya, untuk itu guru
matematika dapat memilih permainan-permainan yang akan digunakan dalam pengajaran.
Seorang guru matematika harus pandai dalam memilih permainan yang akan digunakan, karena
permainan yang akan digunakan itu bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi
permainan tersebut harus menunjang tujuan instruksional pengajaran matematika serta
pelaksanaannya harus terencana. Dengan tercapainya tujuan instruksional pengajaran,
pelaksanaan permainan matematika dalam pembelajaran tidak akan sia-sia dan membuang
waktu. Jadi, permainan matematika bisa menjadi salah satu alat yang efektif untuk pembelajaran.

2. Matematika permulaan
Konsep matematika permulaan yang perlu dikenalkan kepada anak di antaranya adalah
sebagai berikut.

a) Mencocokkan

Konsep matematika yang digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang memiliki


kesamaan (misalnya kesamaan desain atau warna). Mencocokkan merupakan konsep
korespondensi satu-satu. Korespondensi ialah kemampuan untuk mencari dan menghubungkan
sebuah benda dengan pasangannya, satu benda hanya memiliki satu pasangan. Kemampuan
mencocokkan merupakan konsep matematika paling awal yang harus di kembangkan dan
merupakan bentuk dasar perkembangan dari kemampuan berpikir logis. Kegiatan mencocokkan
dimulai dengan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan objek/ benda.

b) Mengelompokkan/ Klasifikasi

Konsep matematika adalah anak mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu.


Klasifikasi merupakan salah satu proses yang penting untuk mengembangkan konsep bilangan.
Anak dapat mengenal konsep pengelompokan dengan menemukan kesamaan benda/objek
misalnya berdasarkan warna, jenis, ukuran, bentuk, jumlah, dan fungsi.

c) Seriasi

Seriasi adalah kemampuan untuk mengatur atau memosisikan objek berdasarkan perbedaan
dan variasi. Seriasi adalah kemampuan yang lebih tinggi dari membandingkan. Seriasi
merupakan kemampuan menempatkan benda-benda dalam satu urutan misalnya, dari urutan
yang kecil ke yang lebih besar atau sebaliknya.

d) Geometri

Geometri merupakan konsep matematika yang berkaitan dengan pertanyaan bentuk-bentuk


dan hubungan spasial. Memahami bentuk adalah dasar untuk memahami geometri. Ketika anak-
anak mulai mengidentifikasi bentuk, mereka mengembangkan pemahaman awal tentang
geometri. Sebagian besar anak-anak prasekolah mulai mempelajari namanama bentuk dua
dimensi dasar: lingkaran, persegi, segitiga, dan persegi panjang. Selain mengenal bentuk, belajar
memahami hubungan spasial membantu anak-anak berbicara tentang di mana letak benda-benda
itu (pemahaman ruang/ posisi). Konsep-konsep yang dapat dikenalkan diantaranya konsep atas
bawah, tinggi rendah, di depan di belakang, di dalam di luar, dan di atas di bawah.

e) Pola

Pola dapat ditemukan di mana saja, dari pola yang sangat sederhana yang berulang dengan
dua atau tiga elemen, hingga pola berulang dengan banyak elemen. Anak-anak mengamati pola
di sekolah, di rumah, di tempat bermain dan di alam. Mereka memperhatikan pola pakaian, lagu,
alam, dan bahkan rutinitas sehari-hari mereka. Pola adalah urutan yang berulang. Kemampuan
mengenali pola mendukung keterampilan matematika. Ini membantu anak-anak membuat
prediksi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Pola yang paling umum adalah pola ABAB:
merah, kuning, merah, kuning. Pola lainnya termasuk pola AABB : merah, merah, kuning,
kuning ataupun pola ABCABC : piring, sendok, gelas, piring sendok gelas. Anak-anak dapat
membuat pola menggunakan warna, bentuk, ukuran atau karakteristik lain yang diulang beberapa
kali.

f) Bilangan

Bilangan (angka) dan berhitung adalah bagian penting dari pemahaman konsep matematika
anak. Konsep matematika awal ini membangun fondasi untuk proses matematika yang lebih
kompleks di masa depan. Beberapa konsep yang perlu dikenalkan dalam mengenal angka
sebagai berikut:

 Konsep Lebih Kurang


Mengenalkan konsep lebih-kurang kepada anak merupakan kunci awal untuk
memahami konsep penjumlahan dan pengurangan. Gunakan bendabenda konkret agar
anak lebih muda mengenal konsep lebih-kurang.
 Menghitung
Pengenalan angka pada anak usia dini diawali dengan pemahaman konsep bilangan,
transisi dan lambang bilangan. Pada tahap pemahaman konsep, anak dikenalkan
konsep bilangan menggunakan benda konkret, contohnya dikenalkan konsep bilangan
satu dengan memegang satu buah sendok. Selanjutnya, setelah anak memahami
konsep bilangan anak akan berada pada tahap transisi dari benda konkret ke lambang
bilangan. Dalam masa transisi ini setiap anak butuh waktu yang berbeda sesuai
dengan kemampuan masing- masing anak. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya,
anak ditunjukkan angka 2 kemudian mampu mengambil dua sendok. Atau anak
ditunjukkan angka 2 kemudian menunjuk gambar dua sendok. Contoh kegiatan yang
bisa dilakukan antara lain: Pendidik perlu melakukan kegiatan yang sejenis berulang-
ulang agar anak matang dalam masa transisi ini. Pemahaman lambang bilangan
muncul dari pemahaman konsep dan kematangan di masa transisi. Anak memahami
lambang bilangan berarti anak paham bahwa lambang angka 5 (lima)
menggambarkan konsep bilangan 5.
 Urutan
Konsep matematika permulaan yang perlu dikenal anak sebelum berhitung adalah
mengenal angka. Keterampilan awal anak dalam mengenal angka di antaranya
mengenal dan menyebutkan angka, mengetahui urutan angka, memahami bahwa
ketika menghitung setiap angka berhubungan dengan benda/ objek yang dihitung,
mengetahui angka terakhir yang ditulis adalah jumlah benda/objek, mengetahui angka
yang lebih tinggi mencerminkan jumlah yang lebih besar.
g) Grafik

Pengetahuan tentang grafik merupakan konsep matematika yang dapat dikenalkan setelah
anak mampu memilih dan mengelompokkan benda. Membuat grafik merupakan cara untuk
menampilkan informasi/data yang diperoleh. Misalnya, anak membuat grafik sederhana tentang
baju yang dimilikinya.

h) Pengukuran

Pada tahap awal mengenalkan pengukuran pada anak, guru perlu mengenalkan konsep lebih
panjang, lebih pendek, lebih ringan, lebih berat, lebih cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya,
anak diajak menggunakan alat ukur tidak standar, seperti langkah kaki, jengkal, dan hasta. Pada
tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan alat ukur standar seperti: jam dinding, jam
tangan, penggaris, termometer, dan meteran.

3. Prinsip-Prinsip Permainan Matematika Anak Usia Dini


a) Permainan matematika di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-
benda atau pengalaman peristiwa nyata yang dialami melalui pengamatan terhadap
alam sekitar.
b) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap
menurut tingkat kesukaranya, misalnya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dari
sederhana ke yang lebih kompleks.
c) Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartispasi
dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
d) Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa
aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/ media yang sesuai
dengan tujuan, menarik, dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.

4. Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini


Pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangat berguna bagi perkembangan kecerdasan
logika matematika pada anak. Menurut hasil penelitian Dr. Howard Gardner, seorang profesor
pendidikan dari Harvard University (dalam Adiningsih), mengungkapkan bahwa kecerdasan
logika matematika merupakan salah satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang dimiliki
anak. Anak usia dini dapat dikelompokan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
kelompok prasekolah (0-3 tahun). Kelompok kedua adalah kelompok anak yang sudah mampu
mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (3-6 tahun).

Lestari KW mengatakan bahwa berdasarkan pengelompokan anak usia dini di atas, terdapat
beberapa konsep matematika yang harus diajarkan kepada anak usia dini. Untuk kelompok anak
usia 0-3 tahun perlu dilakukan pengenalan konsep-konsep matematika. Sedangkan untuk
kelompok anak usia 3-6 tahun dilakukan pengembangan konsep matematika kepada anak.
Berikut ini beberapa konsep matematika yang perlu diajarkan kepada anak usia dini.

1) Konsep Angka

Angka merupakan hal yang paling dasar pada matematika. Mengajarkan konsep angka
pada anak usia dini dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, mengenalkan konsep angka kepada
anak usia 0-3 tahun. Kedua, mengembangkan konsep angka pada anak usia 3-6 tahun. Untuk
mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu:

a) Membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan.


b) Mencocokan setiap angka dengan benda yang sedang dihitung.
c) Membandingkan antara kelompok benda satu dengan kelompok benda yang lain
untuk mengetahui jumlah benda yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.

Anak-anak mulai dapat mengembangkan pemahamannya tentang konsep angka bila


mereka diajak menggunakan angka-angka di dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Misalnya
mengajak anak menyanyikan lagu yang memuat angka seperti lagu Satu-satu. Setelah anak
mengenal angka, maka perlu dikembangkan pemahaman anak. Konsep angka dikembangkan
melalui 3 tahap:

a) Menghitung.
Tahap awal anak bisa menghitung melalui hapalan atau membilang. Orang tua
dapat mengembangkan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dan
sebagainya yang berhubungan dengan angka.
b) Hubungan satu-satu. Menghubungkan angka dengan benda yang berkaitan.
Misalnya memasangkan lambang bilangan 1 dengan gambar 1 buah apel.
c) Menjumlah, membandingkan dan simbol angka. Ketika orang tua meminta anak
mengambilkan 3 buah permen dan anak membawa 3 buah permen. Anak tersebut
mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu
bahwa jika menghitung 3 permen dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka
jumlahnya akan sama. Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda
yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
2) Konsep Pola dan Hubungan
Pola merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau peristiwa.
Contoh susunan pola berdasarkan ukuran yaitu besar, kecil. Susunan pola berdasarkan warna
yaitu kuning, hijau, kuning, hijau, .... Susunan pola berdasarkan peristiwa sehari-hari yaitu
sesudah makan nasi, saya minum air putih.

Untuk mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi
banyak kesempatan untuk mengenali dan memanipulasi benda serta mencatat persamaan dan
perbedaannya. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan
pola dan hubungan pada anak diantaranya adalah mengajak anak bermain menyusun antrian
mobil-mobilan membentuk pola barisan hijau, biru, hijau, biru, hijau, biru, hijau, biru.
Kemampuan anak dalam pola dan hubungan akan bermanfaat dalam penerimaan pelajaran deret
dan relasi-fungsi. Pada deret anak dituntut mampu mengembangkan pola urutan. Sedangkan
pada relasi-fungsi anak dituntut mampu mengembangkan hubungan.

3) Konsep Hubungan Geometri dan Ruang

Pengertian yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri seperti
segitiga, segi empat, persegi, lingkaran yang sama dan posisi dirinya dalam suatu ruang. Anak
bisa paham tentang pengertian ruang ketika anak sadar akan posisi dirinya jika dihubungkan
dengan penataan benda-benda di sekelilingnya. Anak belajar tentang tempat dan posisi, seperti:
di atas, di bawah, pada, di dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang pengertian jarak,
seperti: dekat, jauh dan sebagainya. Mengenalkan hubungan geometri dan ruang pada anak bisa
dilakukan dengan cara mengajak anak bermain sambil mengamati berbagai benda di
sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan
benda yang lain. Orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun dapat menyediakan balok-balok
lunak atau kardus-kardus bekas obat dari berbagai ukuran agar anak bisa bereksplorasi dan
membangun. Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana seperti segitiga,
lingkaran, segi empat. Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri.
Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun dengan
bentukbentuk geometri.

4) Konsep Memilih dan Mengelompokan

Memilih dan mengelompokan meliputi kemampuan mengamati dan mencatat persamaan


dan perbedaan benda. Anak usia di bawah tiga tahun mengenal persamaan dan perbedaan
melalui kelima indera mereka pada saat bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya. Anak
belajar melalui memperhatikan, mendengar, menyentuh, merasakan, mencium bau benda-benda
yang dimainkannya, sehingga mengetahui benda-benda yang sama dan yang berbeda. Lestari
KW mengungkapkan bahwa beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk
mengembangkan kemampuan memilih dan mengelompokan pada anak:
a) Pada bayi 8-12 bulan: Sediakan 2 macam buah-buahan masing-masing jenis 3,
misal: apel dan jeruk pada sebuah wadah. Ajaklah anak untuk memilih buah dan
meletakan di luar wadah.
b) Pada anak 12-24 bulan: Sediakan 5 buah balok lunak warna merah. Ajak anak
untuk membariskan balok-balok tersebut seperti barisan balok berdasarkan pola
warna merah.
c) Pada anak 24-36 bulan: Sediakan 1 keranjang dan beberapa bola plastik terdiri
dari 3 warna, masing-masing warna 4 bola. Ajak anak untuk memasukan semua
bola yang berwarna misalnya yang berwarna kuning ke keranjang.
5) Konsep Pengukuran

Anak belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap
awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek,
lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur
bukan standar, seperti pita, sepatu, dan sebagainya. Pada tahap lebih tinggi, anak diajak
menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer. Contoh kegiatan yang bisa dilakukan
orang tua untuk mengembangkan pengukuran pada anak adalah mengajak anak mengukur
panjang dan lebar rak mainan menggunakan tali atau pita.

6) Pengumpulan, Pengaturan dan Tampilan Data

Pada awalnya anak memilih mainan tanpa spesifikasi. Selanjutnya anak memilih mainan
dengan spesifik, misalnya berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi
anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna dan
bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran.

5. Tujuan Mematika
1. Anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana edutainment
sehingga siap belajar matic di SD
2. Anak dapat berpikir logic dan sistematis, memiliki ketrampilan berhitung yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Memahami konsep ruang dan waktu
4. Memiliki daya abstraksi dan apresiasi
5. Membangun daya kretifitas dan imajinasi anak
6. Anak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi social

6. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun


Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal masa kanak-
kanaknya. Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Koordinasi
motorik yang berkembang baik sehingga anak dapat mencontoh segitiga dan belah ketupat dll.
Mereka mulai dapat menulis beberapa huruf dan angka serta menuliskan namanya dengan benar.
Anak usia 5-6 tahun berada pada akhir tahap pra-operasional, tahap saat pemikiran simbolis
sangat mendominasi hidupnya. Pemikiran simbolis membuat dia mampu untuk membuat
susunan kata dan gambar yang menggambarkan suatu objek atau tindakan tertentu dalam pikiran
anak.

Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya
masing-masing, dan tidak semua aspek perkembangan tumbuh bersamaan atau berurutan
sehingga hal yang wajar jika terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi perhatian
para orangtua atau pendidik bahwa kegiatan dalam mendidik anak usia dini harus direncanakan
dengan mempertimbangkan karakteristik anak. Untuk menyusun kegiatan dan mengetahui
pencapaian pembelajaran matematika, guru harus berpedoman kepada Permendikbud No 137
Tahun 2014, Tentang Tingkat Pencapaian perkembangan kognitif untuk usia 5 – 6 Tahun adalah:

1) Belajar dan Pemecahan Masalah:


a. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidiki (seperti apa yang
terjadi ketika air ditumpahkan)
b. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang
fleksibel dan diterima sosial.
c. Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru.
d. Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan di luar
kebiasaan)
2) Berpikir Logis
a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “lebih dari”, “kurang dari”; dan
paling/ter”
b. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan ( seperti “ayo kita bermain
pura-pura seperti burung)
c. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan.
d. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun
bergerak;air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah).
e. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran (3 variasi).
f. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi.
g. Mengenal pola ABCD – ABCD
h. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau
sebaliknya
3) Berpikir Simbolik
a. Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10
b. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
c. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
d. Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada
benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil).

6. Dasar Pengenalan Matematika Anak Usia Dini


Matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide –ide atau konsep – konsep abstrak yang
tersusun secara hirakis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di
PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam
kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah. Beberapa teori yang mendasari perlunya pengenalan
matematika untuk anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Perkembangan Mental Anak


Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri
anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu
sendiri. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu
tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif
dimana anak mampu mempertimbangkan
tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan
pengalamannya (persepsinya sendiri).
2) Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah
menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru yang
menangani usia 5-6 tahun harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan
sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya
menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia 5-6 tahun
adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika,
karena usia 5-6 tahun
sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya
yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang
sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui
berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan
wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil
mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981)
perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol
sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali
disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom
yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4
tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
3) Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami
masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal
perkembangannya
diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget
juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap
yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama
pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui
pengalamanpengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya.
Pendidikan di PAUD sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada
tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari
bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan di PAUD
akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah
sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi
merupakan cara belajar mendasar, yang meliputi kegiatan yang
dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar,
mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih
kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.
4) Matematika di Dalam Al Quran
Banyak ayat di dalam Al Quran yang menjelaskan betapa pentingnya matematika di
dalam kehidupan manusia. Al Quran telah memberi petunjuk hal-hal penting terkait
matematika yang perlu dipelajari oleh manusia contohnya dalam penamaan bilangan
(bulat, pecahan) maupun proses-proses yang kemudian kita kenal sebagai operasi
bilangan (penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian).
Berikut beberapa ayat yang menjelaskannya.
 Q. S Al Baqarah ayat 196 (tentang operasi hitung)
... maka barang siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia wajib (menyembelih)
hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib)
berpuasa tiga hari dalam musim haji dan tujuh hari setelah kamu kembali. Itu
seluruhnya 10 hari...
 Q. S Al An’am 160 (tentang kelipatan)
Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan
barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka
sedikitpun tidak dirugikan(dizalimi)
 Q.S Saba 45 (tentang pecahan)
Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sedanag
orang-orang (kafir mekah) itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang
telah Kami berikan kepada orang-orang terdahulu itu namun mereka mendustakan
para Rasulku. Maka (lihatlah) bagaimana dahsyatnya akibat kemurkaanKu.
 Q.S Al Mu’minun (tentang ukuran)
Dan kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu
menetap di Bumi, dan pasti kami berkuasa melenyapkannya.

7. Tahapan Penguasaan Berhitung di Matematika


a) Tahap Penguasan Konsep
Pada awalnya, demikian Jean Piaget, anak berada pada tahap konsep atau pengertian
tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret. Pemahaman atau pengertian
pada tahap ini diperoleh anak dengan bereksplorasi menghitung segala macam benda yang dapat
dihitung. Setiap anak diperbolehkan memilih alat dan biji untuk hitungannya, guru menyarankan
anak untuk menghitung dan memasangnya ditatakan atau tempat pasangannya sebanyak bilangan
yang ingin dikuasai anak. Guru pula yang menentukan konsep bilangan yang akan dihitung oleh
anak. Bila selesai, anak melaporkan pekerjaannya ke guru, setelah dicek anak dapat mengambil
tugas lain. Saat anak meletakkan benda konkrit pada tempat pemasangan adalah saat yang penuh
dengan imajinasi. Perkembangan bahasa anak juga sangat meningkat pada saat menghitung. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pengenalan konsep antara lain adalah:

a) Pemahaman arah kanan kiri, atas bawah, depan belakang, hal ini sebagai dasar
untuk mengenalkan simbol-simbol yang akan ditemukan pada tahap berikutnya
(transisi dan lambang) bisa dilakukan dengan bermain gerak dan lagu atau
dengan permainan;
b) Pemahaman garis (tegak, datar, lurus, lengkung) bisa dilakukan dengan
kegiatan motorik; dan
c) Pemahaman bentuk sederhana (lingkaran, segi empat, segi tiga) bisa dilakukan
dengan kegiatan motorik. Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada
anak untuk bereksplorasi maka akan semakin kuat pemahaman anak terhadap
konsep dan guru dituntut untuk bisa mengevaluasi kemampuan anak memasuki
tahap transisi.
b) Tahap Transisi

Seiring dengan pertambahan usia, minat dan pemahaman konsep, anak akan
sampai pada tahap berikutnya, yakni tahap transisi atau peralihan. Tahap transisi
merupakan masa peralihan dari pengertian konkret menuju pengenalan lambang yang
abstrak, di mana benda konkret masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan
kemampuan anak yang secara individual berbeda. Karena itulah, pembelajaran yang
sesuai dengan tahap transisi ini mesti diberikan jika tahap konsep sudah dikuasai anak
dengan baik, yaitu saat anak mampu menguasai keterampilan berhitung. Misalnya,
ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil),
anak-anak dapat menyebutkan dan mengambil benda lain sebanyak satu, sekaligus
mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. Dengan kata lain, seorang anak
dikatakan telah paham suatu konsep ketika mampu menghitung dan terdapat
kesesuaian antara benda yang dihitung dengan bilangan yang disebutkan.

Tahap transisi itu pun harus berlangsung dalam waktu yang cukup untuk dikuasai
anak. Kegiatan seiring yang dapat dilakukan adalah memberikan variasi dalam
peralihan keterampilan, misalnya :permainan menghubungkan atau meletakkan benda
benda konkrit pada lambang bilangan yang sesuai. Untuk menguatkan tahap transisi
ini, guru dapat memberikan latihan berulang-ulang dengan berbagai variasi kegiatan
bermain yang menyenangkan. Hal ini disampaikan oleh Vygotsky pada tahun 1993
yang menyatakan bahwa seorang anak dapat saja diberikan sesuatu yang lebih dari
kemampuannya, namun pastikan bahwa sebelum ia menguasai satu hal secara benar,
janganlah ia diberikan hal lain. Karena hal itu akan berakibat pada tingkat
selanjutnya. Cegahlah jangan sampai anak mengalami kegagalan disekolah dasar
hanya karena penyampaian suatu materi ditingkat. sebelumnya yang terlalu terburu-
buru. Hal ini dapat menyebabkan anak belum memahami dan menguasai secara benar
materi tersebut.

c) Tahap Lambang

Tahap ketiga disebut tahap lambang, merupakan visualisasi dari pemahaman konsep
dan kematangan tahap transisi. Anak sudah muncul minatnya memasuki kegiatan tulis
menulis (paper pencil). Anak sudah ingin menulis sendiri tanpa paksaan saat diberi
kesempatan, berupa lambang bilangan, bentuk – bentuk, dan lain – lainnya. Misalnya
lambang 5 untuk menggambarkan konsep bilangan lima, hijau untuk menggambarkan
konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan segitiga untuk
menggambarkan konsep bentuk. Pada tahap ini diharapkan anak sudah benar-benar
memahami, mengetahui, mampu menyebutkan bilangan sejumlah benda atau gambar
atau tanpa gambar dan benda. Perhatikan bila anak masih menggunakan jari berarti
anak tersebut belum sepenuhnya berada dalam tahap lambing bilangan (Piaget, 1978,
tahap operasional). Peralihan dari tahap ke tahap ini akan berhasil bila ada
kesinambungan stimulasi yang dilakukan baik disekolah maupun di rumah.

8. Macam-Macam APE Matematika Untuk AUD


1) Menara Hanoi

Permainan menara hanoi adalah permainan matematika yang terdiri dari tiga tiang dan
sejumlah cakram dengan ukuran berbeda-beda yang bisa dimasukkan ke tiang mana saja. Tujuan
dari permainan ini adalah untuk memindahkan seluruh tumpukan ke tiang yang lain, dengan
mengikuti aturan yaitu hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu, setiap
perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan memasukkannya ke tiang
lain, dan tidak boleh meletakkan cakram di atas cakram lain yang lebih kecil. Menara hanoi
sebagai permainan yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep banyaknya, urutan,
besarnya, paling sedikit, lebih banyak, dan sama. Meskipun demikian kegunaan yang terutama
untuk melatih berfikir logis, menemukan relasi antara banyaknya kepingan dengan banyaknya
loncatan minimum secara induktif.

2) Permainan sempoa

Swipoa (dikenal pula sebagai sempoa, sipoa, dekak-dekak, atau abakus) adalah alat kuno
untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang
bisa digeser-geserkan. Swipoa digunakan untuk melakukan operasi aritmetika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat. Swipoa telah digunakan
berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu-Arab dan sampai sekarang masih
digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok. Swipoa sering digunakan
sebagai alat hitung bagi tunanetra karena manik-manik pada swipoa dapat dengan mudah
dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan di bawah
swipoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.

3) Permainan mengelompokkan benda

Anak mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi merupakan salah


satu proses yang penting untuk mengembangkan konsep bilangan. Anak dapat mengenal konsep
pengelompokan dengan menemukan kesamaan benda/objek misalnya berdasarkan warna, jenis,
ukuran, bentuk, jumlah, dan fungsi.

4) Permainan mengurutkan benda

Keterampilan awal anak dalam mengenal angka di antaranya mengenal dan menyebutkan
angka, mengetahui urutan angka, memahami bahwa ketika menghitung setiap angka
berhubungan dengan benda/ objek yang dihitung, mengetahui angka terakhir yang ditulis adalah
jumlah benda/objek, mengetahui angka yang lebih tinggi mencerminkan jumlah yang lebih
besar.

5) Puzzle Jam Besar

Jarum jam nya bisa diputar-putar, mainan ini termasuk mainan puzzle yang multifungsi,
selain bisa mengenalkan waktu kepada anak, bisa juga untuk belajar berhitung, disetiap angka-
angka jam, ada gambar yang jumlahnya sesuai dengan angka nya, jadi anak bisa meletakkan
angka sesuai dengan hitungan jumlah gambarnya. Bisa juga untuk mengenalkan warna ke anak,
sebagai contoh nya, kita bisa tanya keanak kita, “angka 8 warna nya apa?, angka 12 warnanya
apa”, dlsb. warna-warna yang dibuat adalah warna-warna cerah atau warna dasar yang mudah
untuk dikenali anak. Sangat cocok untuk anak Anda yang ingin diajari untuk berhitung, dan
diajari untuk mengenal waktu.

6) Permainan menara geometri

Menara Geometri Alat permainan edukatif yang terdiri dari bentuk segitiga, lingkaran,
persegi dan persegi panjang. Menara geometri terbuat dari kayu yang mudah dihaluskan, diberi
cat warna-warni. Cara memainkannya anak diminta memasukkan masing-masing geometri pada
tiang-tiang yang sudah tersedia pada tumpuan sesuai dengan bentuk-bentuk geometri. 27 Menara
geometri bermanfaat bagi perkembangan anak dapat merangsang motorik halus anak,
konsentrasi, pengenalan warna dan bentuk.

7) Permainan pohon hitung


adalah permainan menggunakan sebatang pohon yang berbentuk pohon beringin yang
terbuat dari bahan kayu triplek, kertas karton, maupun stereofoam yang dibuat semenarik
mungkin serta menggunakan buah-buah, sehingga dapat membantu anak dalam meningkatkan
potensi kecerdasan kreativitas yang ada dalam diri anak. Cara pembelajaran menggunakan pohon
hitung adalah pasang sejumlah buah di papan bergambar pohon, 5 gantungkan pada paku kecil
yang sudah dipasang di gambar dahan. Misalnya, jumlah buah 7. Maka buah mangga yang
menggantung di pohon berjumlah 7 buah. Dari sini anak disuruh menghitung berapa jumlah
buahnya. Setelah itu, anak diperintahkan untuk mengambil angka 7 dan menempatkannya di
batang pohon, yang sudah ada paku kecilnya. disitulah angka 7 digantungkan. Permainan dengan
pohon hitung memiliki manfaat-manfaat adalah sebagai berikut :

 Melatih berhitung pada anak.


 Mengenalkan angka pada anak.
 Pengenalan aneka benda pada anak.
 Melatih kreativitas, motorik halus dan emosi pada anak.
 Memberi pembelajaran pada anak berdasarkan konsep matematika yang benar
 Menghindari ketakutan matematika pada anak sejak awal.
 Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain.

9. Syarat pemilihan/pembentukan APE Matematika


1. Usia dan minat anak
2. Bahan yang digunakan tidak berbahaya
3. Bersifat konstruktif (membangun) atau hasilnya terlihat.
4. Keterlibatan orang tua atau anggota keluarga dalam proses bermain
5. Berfungsi mengembangkankan aspek-aspek perkembangan anak
6. Dapat mendorong aktivitas dan kreativitas anak
7. Dapat mengembangkan daya fantasi anak

10. Tahapan-tahapan dalam pembuatan APE


1) Menetapkan ide/tujuan
2) Merumuskan tujuan
3) Menentukan karakteristik siswa
4) Merumuskan kerangka isi bahan
5) Menentukan jenis media
6) Menentukan treatment/perlakuan
7) Membuat sketsa/story board
8) Menentukan bahan
9) Menentukan produksi
10) Penyuntingan
11) Uji coba
11. Manfaat Alat Permainan Edukatif
Menurut Suryadi (2007), bahwa manfaat mainan edukatif sebagai berikut:

a) Melatih kemampuan motoric


Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat menjumput mainan, meraba,
memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya, sedangkan rangsangan motorik
kasar didapat anak saat menggerakkan mainannya, melempar, mengangkat dan
sebagainya.
b) Melatih konsentrasi
Mainan edukatif dirangsang untuk menggali kemampuan anak, termasuk
kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun puzzel katakanlah anak
dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya, ia tidak
berlari-larian atau melakukan aktifitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih
tergali. Tanpa konsentrasi, bisa saja hasilnya tidak memuaskan.
c) Mengembangkan konsep sebab akibat
Contohnya dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar, anak akan
memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat ke dalam benda yang lebih
besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang
lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat dasar.
d) Melatih bahasa dan wawasan
Permainan edukatif sangat baik bila diikuti dengan penuturan cerita. Hal ini akan
memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan bahasa
juga keluasan wawasan.
e) Mengenalkan warna dan bentuk
Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna. Ada
benda berbentuk kotak, segi empat, bulat, dengan berbagai warna, biru, merah, hijau
dan lainnya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini sangat diperlukan bagi anak usia dini agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan di
lingkungan sekolah dapat memberikan nilai ± nilai positif bagi anak itu sendiri.

Kecerdasan logika-matematika merupakan salah satu kecerdsasan yang harus dikembangkan


sejak kecil agar anak dapat memahami logika berpikir. Kecerdasan logika- matematika erat
kaitannya dengan minat matematika pada anak. Banyak anak-anak yang tidak menyukai
pelajaran matematika dan cenderung takut untuk mempelajari matematika.

Kegiatan bermain merupakan salah satu hal terpenting untuk menstimulasi kecerdasana anak
pada usia dini. Dengan bermain anak dapat mengerakan anggota tubuhnya dengan bebas dan
dapat berkreasi lebih banyak sehingga kerja otak tetap terjaga. Permainan dengan sistem modular
dapat meningkatkan interaksi antara anak- anak dengan teman sebayanya sehingga akan
menghasilkan generasi yang tidak individualis dan mudah berbaur. Permainan ini akan
meningkatkan kecerdasan logika- matematika anak usia dini dan dapat meningkatkan minat anak
pada pelajaran matematika. Kesan matematika yang mengerikan akan berubah menjadi
menyenangkan dan asik untuk dipalajari. Material yang digunakan sebaikmya menggunakan
material yang aman bagi anak dengan ketentuan foodgrade, karena anak-anak cenderung suka
memasukan benda-benda yang digenggamnya ke dalam mulutnya. Selain itu, bentuk- bentuk
harus dibuat sedemikian mungkin agar tidak mencelakakan anak. Bentuk benda tidak boleh
memiliki sudut yang tajam.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N. U. 2008. Permainan Kreatif Asah Kecerdasan Logis-Matematis.Bandung:


Semesta Parenting

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/9970/1/TSALITS%20PANGESTIKA%20DINAR_PENE
RAPAN%20ALAT%20PERMAINAN%20EDUKATIF%20%28APE%29%20MATA%20PELA
JARAN%20MATEMATIKA%20KELAS%20IV%20B%20DI%20MIN%20PURBASARI.pdf

162144-ID-alat-permainan-edukatif-untuk-meningkatk.pdf

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/triadik/article/download/11162/5561

http://direktori.pauddikmasjabar.kemdikbud.go.id/MODEL/TAHUN%202016/Bahan%20Ajar%
20Guru%20Model%20Matematika%20OK.pdf

http://lib.unnes.ac.id/35056/1/1601413092_Optimized.pdf

http://repository.upi.edu/20576/3/S_PAUD_1003414_Chapter1.pdf

Anda mungkin juga menyukai