Anda di halaman 1dari 19

“Sosialisasi PMK 215/2021

tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBHCHT)”

13 Januari 2022

Direktorat Jenderal Industri Agro


Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia
PERAN INDUSTRI HASIL TEMBAKAU (IHT) TERHADAP
PEREKONOMIAN NASIONAL

01 Kontribusi dalam APBN


Investasi 06
Salah satu penyumbang penerimaan negara
terbesar melalui Cukai Hasil Tembakau (CHT), Beberapa IHT Multi National Company memilih
PPh, dan PPN. Pada tahun 2020 kontribusi IHT Indonesia sebagai basis produksi untuk
dari cukai dan pajak sekitar 200 T rupiah atau ± mengekspor produknya ke negara tujuan
11% terhadap APBN 01 06 ekspornya secara global

Penyerapan Tenaga Penyumbang


02
Kerja Devisa 05
02
Penyerapan tenaga kerja produksi meliputi
650 ribu tenaga pabrik, jutaan pelaku
IHT 05
Kontribusi terhadap ekspor tahun 2020
sebesar USD 864 juta atau Rp 12 Triliun
usaha dan tenaga kerja sektor distribusi
dan retail

Keterkaitan Sektor Hulu 03


03 04 Penyerapan Bahan Baku
dan Hilir Lokal 04
• Melibatkan jutaan petani tembakau dan cengkeh
• Berkaitan erat dari sektor hulu ke hilir dan • menyerap hampir seluruh produksi tembakau lokal
berdampak luas secara sosial dan ekonomi di • menyerap lebih dari 90% produksi cengkeh
sentra-sentra produksi tembakau nasional
• melibatkan jutaan petani tembakau dan cengkeh

2
PROFIL INDUSTRI HASIL TEMBAKAU

IHT 585 Milyar Tenaga Kerja


Penerimaan cukai
Batang/tahun
tahun 2020 IHT mampu menyerap Tenaga Kerja:
Kapasitas Realisasi produksi 322 Rp. 170,2 Trilyun >> Langsung : ± 600 ribu orang
Milyar Batang
Kontribusi
>> Tidak langsung : ± 2 juta orang

SKM
Kebutuhan 26
Jumlah Unit
454.453 Ton/tahun Usaha Investasi
Bahan pasokan dalam negeri 198
15
4

Baku 167.871 ton → impor 383 10 869


bahan baku masih SKT SPM Perusahaan 1,4 Triliun Rupiah
tinggi

3
3

Sumber: Ditjen Bea dan Cukai, BPS, Kemenperin (diolah) data tahun 2020
■ Tahun 2020 Kementerian Perindustrian telah menyusun
revisi SNI rokok putih dan SNI baru Produk Tembakau yang
Dipanaskan/Heated Tobacco Product. Kedua SNI ini telah
Program/ ditetapkan oleh Kepala BSN, yaitu
– Nomor 58/KEP/BSN/3/2021 tentang PENETAPAN
Kegiatan pada STANDAR NASIONAL 765:2021 ROKOK PUTIH
Industri Hasil SEBAGAI REVISI DARI STANDAR NASIONAL
INDONESIA 01-0765-1999 ROKOK PUTIH pada
Tembakau tanggal 3 Maret 2021 dan

Ditjen Industri – Nomor 63/KEP/BSN/3/2021 tentang PENETAPAN


STANDAR NASIONAL INDONESIA 8946:2021
Agro - PRODUK TEMBAKAU YANG DIPANASKAN pada
tanggal 10 Maret 2021
Kementerian ■ Kegiatan yang sedang dilaksanakan tahun 2021 yaitu :
Perindustrian – Penyusunan SNI baru E-Liquid Tembakau
– Pengembangan Sistem Rantai Pasok Industri Hasil
Tembakau melalui Adopsi Industri 4.0
– Monitoring IOMKI pada sektor Industri Hasil Tembakau

4
Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau
Pasal 2

DBHCHT digunakan untuk mendanai program:


a. peningkatan kualitas bahan baku
Prinsip b. pembinaan industri
Penggunaan
c. pembinaan lingkungan sosial
DBHCHT
Sesuai PMK d. sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan/atau
No. 215 e. pemberantasan barang kena cukai illegal,
Tahun 2021 dengan prioritas pada bidang kesehatan untuk
mendukung program jaminan kesehatan nasional
terutama peningkatan kuantitas dan kualitas
layanan kesehatan dan pemulihan perekonomian di
Daerah
Pasal 3 Ayat (1)
Penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dengan
ketentuan:
a. Program peningkatan kualitas bahan baku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf a untuk mendukung
bidang kesejahteraan masyarakat
DBHCHT b. Program pembinaan industri sebagimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b untuk mendukung
Sesuai PMK 1. Bidang kesejahteraan masyarakat
No. 215 2. Bidang penegakan hukum
Tahun 2021 c. Program pembinaan lingkungan sosial sebagimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf c untuk mendukung:
1. Bidang kesejahteraan masyarakat
2. Bidang kesehatan
d. Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d dan
pemberantasan barang kena cukai ilegal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf e untuk mendukung
bidang penegakan hukum
Pasal 5 Ayat (2)
Program pembinaan industri untuk mendukung bidang
kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf b angka 1 meliputi kegiatan:
a. Pendataan dan pengawasan kepemilikan atau
penggunaan mesin pelinting rokok dan pemberian
Kegiatan yang sertifikat/kode registrasi mesin pelinting rokok;
Didanai b. Penyediaan/pemeliharaan fasilitas pengujian bahan
DBHCHT baku tembakau dan produk hasil tembakau bagi industri
kecil dan menengah;
– c. Penyediaan/pemeliharaan sarana dan/atau prasarana
Bidang pengolahan limbah industri bagi IHT kecil dan
Kesehatan menengah;
d. Pembinaan dan peningkatan SDM pada usaha IHT kecil
Masyarakat dan menengah;
e. Pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan sentra
IHT; dan/atau
f. Penyediaan/pemeliharaan infrastruktur konektivitas
yang mendukung IHT.
Pasal 6 Ayat (1)

Kegiatan yang Program pembinaan industri untuk mendukung bidang


Didanai penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
DBHCHT 3 ayat (1) huruf b angka 2 meliputi kegiatan
pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan
– kawasan industri tertentu hasil tembakau
Bidang
Penegakan
Hukum
KETENTUAN PENGGUNAAN DBH CHT
Sesuai Pasal 11 ayat (1) PMK 215/2021

50% 10% 40%

kesejahteraan masyarakat penegakan hukum Kesehatan


dalam rangka mendukung dalam rangka menurunkan tingkat dalam rangka
pemulihan ekonomi di daerah peredaran BKC ilegal mendukung JKN

Penganggaran DBHCHT sebesar 50% untuk bidang kesejahteraan masyarakat, dengan ketentuan:
1. 20% untuk:
a. Program peningkatan kualitas bahan baku
b. Program pembinaan industri
c. Program pembinaan sosial untuk kegiatan peningkatan keterampilan kerja
2. 30% untuk program pembinaan lingkungan sosial pada kegiatan pemberian bantuan
10
1. Pendataan dan pengawasan kepemilikan atau
penggunaan mesin pelinting rokok dan pemberian
sertifikat/kode registrasi mesin pelinting rokok
→ sesuai dengan Permenperin No. 72/2008
2. Penyediaan/pemeliharaan fasilitas pengujian bahan
Program baku tembakau dan produk hasil tembakau bagi
Pembinaan industri kecil dan menengah
→ Penyediaan/pemeliharaan peralatan Pengujian/
Industri Laboratorium
3. Pembinaan dan peningkatan SDM pada usaha IHT kecil
dan menengah
→ Pembinaan dan Peningkatan kualitas SDM IHT
1. PENDAFTARAN &
PENGAWASAN
PENGGUNAAN
MESIN PELINTING SIGARET
(ROKOK)
Dalam rangka upaya mencegah kegiatan produksi sigaret
LATAR BELAKANG
(rokok) illegal yang dapat membahayakan masyarakat, perlu
dilakukan pembinaan melalui pendaftaran mesin pelinting
sigaret (rokok) dan pengawasan terhadap penggunaannya.

DASAR HUKUM • Permen Perindustrian No. 72/M-IND/PER/10/2008 ttg


Pendaftaran dan Pengawasan Penggunaan Mesin Pelinting
Rokok.
• Peraturan Dirjen Industri Agro dan Kimia No.
13/IAK/PER/2/2009.

13
Ketentuan
Permenperin  Setiap mesin pelinting sigaret (rokok) yang dimiliki oleh
72/2008 perusahaan industri SKM, SPM dan Perusahaan rekondisi wajib
didaftarkan pada Dinas Provinsi dan memiliki sertifikasi sertifikat
registrasi yang mencantumkan kode registrasi
 Mesin pelinting sigaret yang tidak/belum didaftarkan pada Dinas
Propinsi dilarang untuk memproduksi sigaret (rokok)
 Pendaftaran mesin dan permohonan sepsfikasi registrasi wajib
dilengkapi dengan : Keterangan mengenai spesifikasi teknis
mesin, keterangan asal mesin dan lokasi keberadaan mesin.
Pemeriksaan atas kebenaran hal tersebut dilakukan melalui
verifikasi
 Sertifikat registrasi diterbitkan oleh Kepala Dinas Propinsi untuk
setiap mesin pelinting Sigaret dengan jangka waktu 5 tahun dan
dapat diperpanjang.
 Perusahaan dapat mengalihkan mesin pelinting sigaret (rokok)
yang dimiliki melalui jual beli, hibah, pewarisan, wasiat atau sebab
– sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan dengan melakukan perubahan sertifikat registrasi

14
PELAPORAN

DINAS PROVINSI Melaporkan


Rekapitulasi penerbitan Sertifikat
Registrasi setiap 6 (enam ) bulan
kepada : PERUSAHAAN INDUSTRI
Melaporkan perubahan kepemilikan
dan/atau lokasi kepada:

Direktur Jenderal
Industri Agro
Kementerian Perindustrian

Dinas Provinsi dengan tembusan


dinas Kabupaten/Kota setempat

15
Pengawasan

Dilakukan oleh Dinas


Kab/Kota setempat, secara
berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali atau sewaktu- Hasil Pengawasan
waktu apabila diperlukan.
Dilaporkan kepada Dinas Provinsi
Pengawasan dengan tembusan kepada Direktur
Dan Sanksi Jenderal Industri Agro -
Kementerian Perindustrian

Sanksi

1. Peringatan Tertulis 3 kali dalam tenggang waktu 1 bulan;


2. Dalam waktu 3 bulan tidak memenuhi (a) dilakukan
Pembekuan IUI/TDI (selama 6 bulan);
3. Pencabutan IUI/TDI apabila perusahaan dalam waktu 6
bulan tidak memenuhi ketentuan.
16
2.Penyediaan/pemeliha
raan fasilitas - Berdasarkan dengan PP 109/2012, pasal 10 “Setiap
pengujian bahan orang yang memproduksi Produk Tembakau berupa
Rokok harus melakukan pengujian kandungan kadar
baku tembakau dan
Nikotin dan Tar per batang untuk setiap varian yang
produk hasil diproduksi”
tembakau bagi
industri kecil dan - Tarif pengujian di lab pemerintah seperti di Lab
menengah PSMB Surabaya, Lab PSMB Jember, Lab Pemda
Kudus dan lab Pemda Surakarta lebih sesuai untuk
→ skala IKM dibandingkan dengan lab Swasta.
Penyediaan/pemeliha
raan peralatan untuk - Untuk meningkatkan pelayanan pengujian
mendukung laboratorium perlu Penyediaan/pemeliharaan
peralatan laboratorium yang dibawah instansi
pengujian bahan
Pemerintah Daerah. Selain itu, dengan adanya
baku dan/atau produk alternatif lain seperti produk tembakau yang
produk IHT pada dipanaskan dan e-liquid, perlu disediakan peralatan
laboratorium pengujiannya dalam rangka mendukung standarisasi
Pemerintah Daerah produk.
Pembinaan dan peningkatan SDM pada usaha IHT kecil
dan menengah
 Pelatihan SDM asesor SKKNI IHT (Kerjasama dengan
3. Pembinaan dan BNSP dan dapat mengacu pada Panduan diklat dari
BPSDMI, Kementerian Perindustrian)
peningkatan
SDM pada usaha  Pelatihan/Bimbingan/Pendampingan Teknis Industri 4.0,
IHT kecil dan (berdasarkan tentang Pengukuran Tingkat Kesiapan
Industri Dalam Bertansformasi Menuju Industri 4.0 ).
menengah Training (atau Bimtek) diperlukan untuk transfer
→ pengetahuan tentang bagaimana melakukan strategi
Pembinaan dan dan langkah-langkah perusahaan dalam melakukan
Peningkatan transformasi menuju industri 4.0. Training ini dilakukan
untuk tiga tingkat SDM perusahaan yaitu level senior
kualitas SDM IHT manajemen, manajer dan tingkat teknisi/operator)

 Pelatihan lainnya yang mendukung peningkatan


kapasitas SDM IHT seperti pelatihan GMP, Grader
tembakau dll sesuai kebutuhan dari Industri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai