Anda di halaman 1dari 4

Tugas dr.Bambang,Sp.

Oleh : A Made Dea Rona Almas

Skenario :

Seorang penderita laki-laki 30 tahun dibawa ke IGD karena sepeda motornya menabrak
jembatan. Penderita tidak sadar GCS 8, nadi 110x/menit, pernapasan 34x/menit, tekanan darah
90/70mmHg. Tampak hematom pada hemithoraks kanan tidak bergerak waktu bernapas dan
terlihat vena leher melebar.

Pertanyaan :

1. Lakukan penanganan airway :


Dimulai dengan penanganan dasar/basic airway. Sewaktu memasang intubasi 2x gagal
sehingga perlu dipasang supraglottic airway. Deskripsikan pemasangan supraglottic
airway.
2. Apa diagnosis pada breathing, alasannya? Bagaimana penanganan pada breathing?
3. Bagaimana menangani sirkulasi secara sistematis? Pemeriksaan, tindakan resusitasi dan
monitoringnya?

Jawaban :

1. A : look , listen, feel  airway tidak clear  pemasangan ETT  gagal 


pemasangan supraglottic airway :
Laryngeal mask airway (LMA) jenis klasik merupakan alat bantu jalan napas
supraglotis yang paling sering digunakan sebagai alternatif pilihan dari intubasi
endotrakeal.
Pemasangan supraglottic airway :

LMA berbentuk seperti endotracheal tube pada bagian proksimalnya dan terhubung
ke elliptical mask  pada bagian distalnya. Dirancang untuk menduduki hipofaring
pasien dan menutupi struktur supraglotic, Sehingga memungkinkan isolasi trakea.  
Pemasangan LMA di fasilitasi oleh sedasi Propofol atau midazolam merupalan
piilihan utama
Posisi Posisi optimal kepala untuk insersi LMA adalah sniffing position
a. Preoksigenasi pasien dengan 100% oksigen melalui nonbreather mask
b. Pilih LMA sesuai ukuran, Pada dewasa normal menggunakan ukuran 4 sebagai
pilihan pertama
c. Cek cuff/balon LMA dari kebocoran
d. Mengempiskan cuff LMA. Pengempisan harus bebas dari lipatan dan sisi kaf
sejajar dengan sisi lingkar kaf.
e. Berikan water-soluble lubricant pada baian belakang sungkup
f. Posisikan pasien Sebelum pemasangan, posisi pasien dalam keadaan “air sniffing”
dengan cara menekan kepala dari belakang dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan.
g. Buka mulut dengan cara menekan mandibula kebawah atau dengan jari ketiga
tangan yang dominan.
h. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada perbatasan antara pipa dan
kaf.
i. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur palatum dan dengan
bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalam dengan menyusuri palatum.
j. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring. Tahanan akan
terasa bila sudah sampai hipofaring.
k. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak dominan untuk mempertahankan
posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita..
l. Kaf dikembangkan sesuai posisinya.
m. Fiksasi LMA
2. Diagnosis pada breathing ? penanganan ?
Dx : Tension Pneumothorax
Tension pneumothorax ditandai dengan beberapa tanda dan gejala berikut ini : nyeri
dada, air hunger, distress nafas, takikardia, dan hipotensi.
Hasil Pemeriksaan Fisik (Objective) :
o Look : jejas hematom pada hemithorax dextra (+), pengembangan paru kanan
tertinggal, JVP meningkat (+) , RR : 34x/menit
o Listen : membandingkan hemithorax dextra dan sinistra (auskultasi)
o Feel : perkusi dan palpasi hemithorax dextra dan sinistra mencari nyeri tekan,
emfisema subkutis, bunyi heprsonor atau redup
o Diagnosis breathing : curiga tension pneumothorax karena terdapat
pengembangan dada yang tidak simetris (hemithorax dextra tertinggal),
peningkatan JVP, terdapat jejas pada hemithorax dextra, dan RR meningkat.

Penanganan :

a. Dilakukan dekompresi segera dan ditatalaksana awal dengan cepat melalui penusukan
jarum kaliber besar pada ruang interkostal kedua pada garis midklavikular dari
hemitoraks yang sakit.
Caranya :
i. Mencari lokasi penusukan (ICS 2 margo superior costa 3 linea
midclavicula)
ii. Menandai lokasi penusukan
iii. Siapkan IV kateter no.14
iv. Desinfeksi lokasi penusukan kemudian tutup dengan doek lubang
v. Melakukan penusukan kemudian lepas jarum IV kateter dan pertahankan
sampai dipasang WSD

Manuver ini bermanfaat untuk mengubah tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax
akan tetapi, kemungkinan pneumothorax lanjut akibat adanya jarum
b. Penilaian ulang pasien harus dilakukan. Tatalaksana definitif meliputi pemasangan chest
tube pada ruang interkostalis lima (setinggi papilla mammae)

3. Sirkulasi dan tindakan resusitasi :


- Cek Tanda tanda vital ( tekanan darah, MAP, heart rate, nadi, suhu )  apakah ada
tanda tanda syok
- Cek capillary refill, siaonis
- SpO2
- Cek adakah perdarahan di tempat lain  jika ada langsung di dep/ tekan
- Akral dingin/ hangat

Resusitasi cairan :

- Pasang kateter IV line untuk resusitasi cairan


Berikan cairan isotonic (RL/NACL 0,9%)  apabila ada tanda tanda syok
hipovolemik degan Nadi 110x/menit, tekanan darah 90/70mmHg. Maka guyur cairan
500ml sebanyak 2x atau sampai pasien stabil.

Monitoring keseluruhan :

- Tekanan darah, nadi, capillary refill


- Urine output N = 0,5cc/kgBB/jam
- SpO2
- Warna kulit

Anda mungkin juga menyukai