Anda di halaman 1dari 14

Salampah Laku Ida Pedanda Made Sidemen

Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Hindu

Pendahuluan
“Tuara ngelah karang sawah karang awakē tandurin” sebait penggalan karya sastra
Ida Pendanda Sidemen tersebut memiliki kesederhanaan kata-kata namun didalamnya
termuat makna yang sangat mendalam. Bila kita terjemahkan kedalam bahasa
Indonesia berarti jika tidak punya lahan sawah maka di dalam dirilah bercocok tanam.
Tersirat dalam kata-kata tersebut dalam kehidupan ini, diri adalah lahan yang sangat
luas untuk bisa kita tanami dengan ilmu pengetahuan. Pengetahun merupakan sarana
yang dapat kita pakai dalam menyebrangi lautan kehidupan. Salah satu cara untuk
menumbuhkan pengetahuan adalah dengan proses pendidikan. Namun demikian
seperti yang kita rasakan bersama, pandemi saat ini yang melanda hampir di semua
belahan dunia. Semua sektor mengalami goncangan yang begitu dasyat tak terkecuali
dalam sektor pendidikan. Demikian juga dengan kondisi pendidikan kegamaan
terutama pendidikan Agama Hindu. Transformasi proses pembelajaran yang semula
dilakukan secara luring kini harus menjelama menjadi pembelajaran yang sifatnya
daring. Akibat siatuasi ini banyak kendala-kendala yang muncul, dari kegagapan
dalam menggunakan media baru, kuota internet yang cukup menjadi beban, hingga
metode pembelajaran dari tenaga pendidik yang masih kurang memadai. Tentu
kendala-kendala ini tidak bisa kita biarkan berlarut-larut. Harus ada sebuah langkah
nyata yang harus kita tempuh guna memperbaiki situasi.
Bila kita merunut kebelakang beberapa masalah terkait dengan pembelajaran
pendidikan Agama Hindu memang sudah cukup beragam. Seperti yang diungkap oleh
Prof. Suda dalam Bukunya yang berjudul Kastanisasi Pendidikan Ketika Pelajaran
Agama Ditinggalkan (2017). Disana disampikan secara gamblang bagaimana dalam
pendidikan terjadi sebuah pengklompokan mata pelajaran yang dianggap lebih penting
untuk dipelajari dan beberapa mata pelajaran tidak penting untuk dipelajari. Dari
beberapa mata pelajaran tersebut pendidikan Agama Hindu termasuk kedalam salah
satu mata pelajaran yang masuk dalam jajaran mata pelajaran yang memang kurang
dianggap penting (Suda, 2:2017). Berbagai argumentasi menyebabkan hal tersebut
terjadi diantaranya, memandang pembelajaran sains lebih dirasa penting dan lebih
menjajikan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun sekolah lanjutan yang diinginkan.
Masalah malam proses pembelajaran juga terjadi meminjam pendapatnya Paramita
(2011) dengan judul penelitianya reduksinisme heterogenitas menjadi homogenitas
dalam pembelajaran pendidikan Agama Hindu, dalam penelitianya tersebut pramita
mengungkap bahwa peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama
mendapatkan pemisahan dengan peserta didik lain yang berbeda agama. Hal ini tentu
bertentangan dengan pemahaman multikulturalisme dimana seharusnya anak-anak
belajar tentang nilai-nilai yang seharusnya mereka pahami sebagai dasar untuk dapat
saling menghormati satu dengan yang lainya. Tidak terkecuali nilai-nilai yang ada pada
agama lain.
Belum lagi mengenai metode pembelajaran yang dilakukan guru-guru
pendidikan agama Hindu yang sifatnya teoritis dan juga text book, tentu akan
menjauhkan anak-anak dengan pemahaman agama Hindu yang berkembang
dimasyarakat. Sehingga peserta didik tidak memiliki kebebasan dalam
mengembangkan diri sejalan dengan hal tersebut (Suda, 29:2012) menyampaikan yang
terjadi saat ini khususnya di negara-negara ketiga termasuk Indonesia pendidikan
khususnya pendidikan formal sering tidak meberikan ruang kebebasan bagi peserta
didik untuk mengekspresikan segala bentuk potensi yang dimilikinya. Akibatnya
pendidikan sekolah yang berlangsung selama ini diorientasikan pada makna
pengajaran dari pada meberikan makna sebenar-benarnya atas realitas social yng
terjadi di masyarakat. Jam pelajaran disekolah yang minim turut memberikan andil
terhadap permasalahan yang muncul pada pendidikan Agama Hindu.
Dari segi sisi pemegang kebijakan (Pemerintah) masih belum dapat secara
maksimal mendirikan tempat belajar yang sifatnya non formal (pesraman) yang
mampu meberikan pendidikan agama. Sederetan masalah-masalah ini tentunya
merupakan masalah lama yang hingga kini masih menjangkiti proses pendidikan
Agama Hindu. Muaranya adalah kurangnya pemahaman peserta didik tentang nilai-
nilai yang ada pada agama hindu yang secara aplikatif mereka dapat terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dari maraknya tindak kejahatan yang terjadi
dewasa ini, yang lebih memprihatinkan hal tersebut dilakukan oleh anak-anak.
Setidaknya dari 2011 hingga 2018 tercatat 11.116 anak tersangkut kasus kriminal
(sindonews..com). Tugas untuk mengebalikan pergeseran pendidikan Agama Hindu
tersebut merupakan tugas yang urgen. Permasalahanya sekarang adalah paradigma
pendidikan Hindu yang seperti apa yang dapat dapat menjalankan tugas tersebut.
Sehingga dalam hal hal ini diperlukan sebuah konsep dasar dalam menggagas
pendidikan Agama Hindu itu Sendiri. Secara tidak langsung Ida Pedanda Made
Sidemen sebagai salah satu pejuang sastra, seniman dan juga budayawan Bali
mengkonsepkan hal terebut lewat karya satra beliau yang berjudul salampah laku.
Dimana secara eksplisit beliau mengungkapkan konsep dasar semangat, motivasi,
landasan filosofis, serta manfaat pendidikan yang beliau tuangkan dalam bentuk
geguritan (tembang) yang beliau sebutkan sebagai bentuk percakapan dengan sang istri
manakala beliau memulai perjalanan kehidupan.
Isi
Perbincangan mengenai pendidikan tidak akan pernah mengalami titik final,
sebab pendidikan merupakan permasalahan besar kemanusian yang senantiasa aktual
untuk diperbincangkan pada setiap waktu dan tempat yang tidak sama atau bahkan
berbeda sama sekali Baharudin (dalam Sujija 16:2011). Bergerak dari pendapat
baharudin ini maka seyogyanya pembahasan mengenai pendidikan Agama Hindu ini
hendaknya tidak akan pernah berhenti, hal ini dikarenakan untuk mencapai titik
puncak dalam proses pendidikan maka diperlukan sebuah landasan yang kokoh dan
harus mampu beradaptasi dengan setiap perkembangan jaman. Perubahan yang terjadi
begitu cepat harus dapat di ikuti oleh kemajuan pendidikan. Pendidkan dituntut untuk
selalu relevan dengan kontinuitasi perubahan. Hal ini adalah landasan epistemologi
dan prinsip-prinsip umum dari pendidikan atau dalm terminologi yang dapat
dikatakan sebagai prinsip yang diinginkan (Suija, 17: 2011).
Pentingnya perhatian kita pada pendidikan agama Hindu mengingat akan
fungsi pentingnya pengetahuan dalam diri seseorang seperti yang diungkapkan dalam
kitab Saracamuscaya 399, dan 402
Hanya dengan satulah sesungguhnya yang disebut musuh itu yakni kebodohan.
Tidak ada yang dapat menyaingi pengaruh kebodohan. Sebab orang yang dicengkram
kebodohan niscaya ia akan cenderung melakukn perbuatan salah atau buruk oleh
karenanya kebodohan itu haruslah dilenyapkan, yakni dengan keprajnyanan. Pradnya
artinya kesadaran atau pengetahuan tentang hakikat hidup. Dengan kepradnyanan
maka akan terseberang samudra kelahiran dengan perahu kepandaianya. Sedangkan
orang bodoh yang tiada memiliki kepandaian tak akan mampu lagi enyeberangi
samudra kehidupan (Kadjeng, 310:1993)

Dalam hal ini dapat kita maknai bahwasanya dengan pengetahuan Agama
Hindu, sesorang akan memiliki pengetahuan untuk dapat meningkatkan sraddha dan
bhaktinya kehadapan Tuhan, disamping itu juga memiliki sikap dan moral yang sesuai
dengan ajaran-ajaran Hindu. Sehingga apa yang menjadi tujuan Hindu yaitu Moksartam
Jagadhita Ya Caiti Darma dapat tercapai.
Guna memecahkan sederetan permasalahan ini maka tidak salah jika kita
meminjam perjalanan Hindup Ida Pedanda Made Sidemen yang tertuang dalam karya
sastra beliau. Popularitas beliau sebagai seorang cendikiwan Hindu di Abad XX
tentunya tidak semata-mata dikarenakan banyaknya karya satra yang beliau lahirkan,
demikian juga kepiawaian beliau dalam menjadi undagai (ahli bangunan). Namun jauh
dari pada itu adalah kedalaman pesan-pesan yang beliau suratkan melalui karya sastra
tersebut. Sehingga apa yang beliau sajikan dalam karya-karya beliau tak hanya bisa
digali dalam estetika berbahasa tetapi juga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan
pendidikan Agama Hindu saat ini. Tentu hal ini bisa kita pahami mengingat apa yang
beliau tulis dalam karya sastra beliau merupakan perpaduan antara teori dan juga
pengalaman yang beliau lalui, kemudian dituangkan kedalam sebuah karya sastra.
Seperti karya tembang yang berjudul Salampah Laku, Karya sastra ini mengisahkan
perjalanan Ida Pedanda Made Sidemen dengan Sang Istri untuk melakukan
pengembaraan degan meyusuri desa-desa, sampai akhirnya tiba di Mandara Giri ( Gria
Mandara Sidemen Karangasem) tempat beliau berguru. Salampah laku sendiri berarti
jalan. Jalan yang dimaksud ialah jalan kehidupan yang senantiasa berada di garis
dharma.
Kendatipun apa yang beliau sampaikan adalah nasehat kepada sang istri jika
kita telisik lebih mendalam ini adalah sebuah reflexi kepada kita, atau dapat dikatakan
adalah pesa-pesan yang ingin disampaikan kepada kita sebagai pembaca. Dalam
rangka membangun pondasi pendidikan Agama Hindu. Bait pertama beliau
mengungkpakan “Idep Beline Mangkin Mayasa Lacur”. Bila kita artikan dalam bahasa
Indonesia adalah “ Keinginan Kakanda sekarang adalah persiapan untuk hidup dengan
miskin”. Secara sederhana beliau mengungkakan keinginan beliau dengan segala
keseriusan untuk siap hidup menderita. Kata meyasa dalam kalimat tersebut dapat
dimaknai sebagai bentuk mengendalikan diri sehingga fikiran focus pada satu tujuan.
Fondasi utama dalam konteks membangun pendidikan Agama Hindu saat ini adalah,
adanya keseriusan dari semua pihak. Dalam membenahi pendidikan agama Hindu,
bukanlah sebuah hal yang mudah, sehingga tak ayal akan menyebabkan penderitaan
dalam diri. Namun sebagai pondasi yang utama keseriusan, keyakinan, dan
penderitaan yang akan ditemui adalah sebuah langkah utama yang harus dipersiapkan.
Suda (39:2012) memperkuat hal ini dengan menyebut sebagi semangat puputan yaitu
sebuah sikap untuk berjuang secara sungguh-sungguh dalam memajukan pendidikan.
Dapat dikatakan untuk menjalankan “mekingkin meyasa lacur” ini harus siap dijalankan
oleh semua sector seperti keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah. Kolaborasi ketiga
pilar ini dalam mebangun pendidikan yang maju senantiasa harus selalu dibangun dan
juga ditingkatkan. Untuk membangun focus tujuan yang sama dalam memajukan
pendidikan agama Hindu ini tentu masing-masing sektor harus memilliki pemahaman
tentang fungsi penting pendidikan Agama Hindu yaitu sebagai sarana untuk dapat
mencapai Moksartham Jagaditha ya caiti darma.
Bait selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa “tuara ngelah karang sawah karang
awake tandurin. Dalam bahasa Indonesia artinya adalah “ Tidak punya lahan sawah
maka didalam dirilah ditanami. Hal ini memberikan pemahaman kepada kita, bahwa
dalam diri ini adalah sebuah lahan yang sangat luas yang dapat kita tanami dengan
berbagai ilmu. Pada bait ini beliau tidak hanya saja memiliki kemampuan merangkai
kata yang dapat membangun motivasi, tetapi juga memberikan contoh nyata
bagaimana beliau dapat menguasai berbagai macam ilmu. Seperti ilmu sastra,
arsitektur, kesenian sehingga tidak salah jika Prof. Agastya menyebutkan dalam
bukunya yang berjudul Ida Pedanda Made sidemen Pengarang Besar Bali abad ke XX,
beliau disebut sebagai sosok sastrawan besar abad XX di Asia Tenggara. Dalam sudut
pandang pendidikan agama Hindu tentu saja peserta didik dipandang sebagai lahan
yang seyogyanya bisa ditanami dengan pohon-pohon ilmu pengetahuan, dengan kata
lain memaksimalkan potensi pesera didik tentu menjadi kunci yang ingin disampaikan
dalam bait tersebut. Pohon tentang nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang
ditanamankan seyogyanya akan membuahkan tingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan bermasyarakat.
“ Guna dusune kanggo ring dēsa-dēsa” pada bait selanjutnya ini merupakan
filosofis dari pendidikan itu sendiri. Dimana dalam konsep ilmu pengetahuan sekecil
apapun ilmu yang diperoleh hendaknya memiliki nilai guna dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan agama yang di dapatkan sekolah
tentu tujuan utamanya adalah membentuk sraddha dan juga bhakti kehadapan Tuhan
yang Maha Esa. Dalam kehidupan sosialnya peserta didik memiliki sikap toleransi
antar umat beragama. Dalam Praktik upacara peserta didik memiliki konsep
pemahaman terkait makna dan juga filosofi yang tertuang didalamnya. Inilah yang
perlu dikedepankan dalam proses pendidikan Agama Hindu sesungghnya. Dalam
artian antara pembelajaran dan juga praktik kehidupan sehari-hari terdapat relevansi
yang cukup jelas. Guna dusun yang disampaikan oleh Ida Pedanda Made Sidemen
merupakan sebuah konsep dasar yang seyogyanya harus dipahami dan diterapkan
oleh semua kalangan, sehingga antara teori dan praktik dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Hindu dapat berjalan secara seimbang.
Kesimpulan.
Pendidikan agama Hindu dalam rangka meningkatkan pengetahuan saat ini
mengalami problematika yang cukup serius. Dalam rangka menciptakan pendidikan
yang sesuai dengan harapan perlu dicarikan sebuah solusi bersama maka apa yang
disampaikan oleh Ida Pedanda Made Sidemen dalam karyanya patut menjadi acuan
bagi kita. Sebagai seorang tokoh sastrawan, undagi, budayawan dan seniman beliau
tidak hanya mengungkapkan secara teoritis tetapi juga prktik yang beliau lakukan.
Saran.
Dari beberapa pandangan beliau yang disampaikan dalam bait-bait kekawian
salampah laku tersebut sehingga dapat dipetik beberapa hal terkait dengan perbaikan
proses pendidikan agama Hindu yng ada di tanah air. Diantaranya adalah
Pertama bagi tenaga pendidik, tenaga pendidik harus dapat mentransformasikan
diri. Transfomasi ini tidak hanya dalam bentuk cara mendidik tetapi juga dalam proses
berfikir, dimana tenaga pendidik harus dapat menjaga focus dan juga tujuan dalam
mendidik generasi penerus ajaran Hindu. Tenaga pendidik harus memandang peserta
didik sebagai manusia seutuhnya yang merupakan lahan yang bisa ditanami dengan
ajaran agama. Memandang manusia seutuhnya dimaksud disini adalah dimana peserta
didik harus didik dengan pendekatan humanis sehingga peserta didik lebih dapat
untuk mengeksplorasi pengetahuanyanya.
Tenaga pendidik juga harus memiliki sikap kepekaan social yang cukup tinggi.
Kepekaan social ini dibutuhkan untuk bisa memetakan tindakan-tindakan social yang
berkaitan keagamaan dimasyarakat, sehingga tenaga pendidik dapat mengkaitkan
antara teori yang diberikan disekolah dengan kejadian social yang ada di masyarakat.
Selama ini masih sangat jarang sekali kita lihat pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan materi peningkatan kepekaan social. Lebih banyak tenaga pendidik dilatih
untuk dapat menyelesaikan tugas yang sifatnya administrativ. Padahal sejatinya
keberhasilan seorang tenaga pendidik manakala pesrta didiknya mampu untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sosial. Berkaca pada situasi
pandemi saat ini dimana pandemi yang melanda, kepekaan social tenaga pendidik ini
sejatinya dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Misalnya saja guru
dapat memberikan tugas siswanya dengan mendefinisikan pelaksanaan upacara yang
berlangsung di wilayah masing-masing dengan bantuan orang tua, hal ini tentu bisa
dilakukan oleh orang tua dirumah karena hal tersebut sering dilakukan, dan guru
membantu dengan menjelaskan hal-hal yang memang belum dipahami oleh siswa. Hal
ini merupakan rangkaian atau siklus pembelajaran yang simultan, sehingga apa yang
dimaksud dengan guna dusun manggo didēsa-dēsa orah Ida Pedanda Made Sidemen
dapat diaktualisasikan.
Tenaga pendidik juga diharapkan mampu untuk berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman. Dalam artian kecepatan teknologi saat ini begitu pesatnya
sehingga tenaga pendidik dapat merubah gaya pembelajaran lebih modern namun
dengan tidak meninggalkan esensi yang terkandung dalam pendidikan Agama Hindu.
Hal inilah yang dimaknai sebagai pemikiran Hindu modern. Meminjam pemikiran
Wiana (3:2013) beliau mengungkapkan bahwa Pemikiran Hindu modern itu adalah
pemikiran yang universal yang dapat diperlakukan disetiap ruang dan disetiap waktu
sepanjang jaman unsur universal Hindu itu dapat dimodifikasikan kemasan luarannya
disetiap jaman dan waktu sesuai dengan kebutuhan jaman dan waktu terebut. Jadi
yang disebut dngan pemikiran Hindu Modern itu adalah pemikiran Hindu yang
terdapat dalam pustaka suci Hindu yang dalam pengamalannya dengan kemasan yang
modern sesuai dengan model jamannya sedangkan isinya universal yaitu Sanatana
dharma Sabda tuhan atau kebenaran Weda yang kekal abadi. Dengan berbagai media
yang tersedia saat ini diharapkan tenaga pendidik mampu memanfaatkan media-media
tersebut sebagai sarana untuk dapat mengembangkan diri serta dapat mampu
mengarahkan siswa untuk dapat Nandurin karang awak dari berbagai sumber, akan
tetapi tidak meninggalkan apa yang menjadi point penting dalam ajaran Agama Hindu.
Kedua Bagi Masyarakat. Merubah cara pandang masyarakat terkait dengan
pendidikan agama Hindu. Dalam hal ini masyarakat sebagai komponen dalam trias
pendidikan harus memiliki pandangan bahwa dengan memperhatikan pendidikan
Agama Hindu yang lebih baik akan mmembawa dampak positif juga bagi kehidupan
masyarakat.Peran serta masyarakat dalam mesukseskan pendidikan Agama Hindu
dalam Hal ini sangat besar. Selama ini masyarakat masih berpandangan bahwasanya
proses pendidikan hanya terjadi disekolah. Padahal lingkungan masyarakat
memberikan andil yang cukup besar juga pada susksenya pendidikan tersebut. Pola
pemikiran inilah yang harus diruabah. Dimulai dari lingkungan keluarga harus
memiliki pandangan yang sama dengan tenaga pendidik yang berada di lingkungan
formal (sekolah). Bahwasanya dalam mewujudkan peserta didik yang sesuai dengan
ajaran Hindu harus dilakukan bersama-sama. Kunci dari persamaan persepsi ini adalah
adanya intensitas pertemuan antara guru dengan pihak keluarga untuk membicarakan
hal yang terbaik untuk anak didik. Dalam lingkungan masyarakat sendiri harus
tersedia ruang-ruang yang dapat membantu peserta didik untuk dapat belajar secara
aksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan mendirikan pasraman-pasraman yang dikelola
oleh masyarakat. Selama ini pesraman-pesraman yang berkembang hanya menunggu
bantuan dari pemerintah, sehingga kesan yang dibangun adalah sebuah proyek yang
kebertahananya tidak mengakar kuat dalam masyarakat. Sinergitas antar masyarakat
dengan perangkat keagamaan yang ada di wilayah masing-masing merupakan langkah
yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan ini. Disisi lain ruang belajar
yang terdapat dimasyarakat juga dapat menajdi sebuah sarana dalam menambah jam
belajar disekolah tentang pelajaran pendidikan Agama yang masih minim.
Ketiga Bagi pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertentu saat
ini mungkin sudah beruapaya maksimal dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Agama Hindu. Namun ada beberapa poin kecil yang sejatinya bernilai besar yang
memang harus dilakukan. Salah satunya kurang intensifnya pelatihan-pelatihan
terhadap tenaga kependidikan, pelatihan-pelatihan yang dilakukan saat ini masih
bersifat administrativ sehingga evaluasi dari pelatihan masih kurang maksimal.
Pemerintah seyogyanya membuat terobosan baru yang mensinergikan ketiga elemen
dalam konsep pendidikan antara keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah itu
sendiri. Adanya kontrol yang jelas terhadap tenaga-tenaga yang dipercaya bergerak
sebagai tenaga ahli yang bertugas dalam membina umat. Menjalin sinergitas antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam mengembangkan pendidikan
agama Hindu. Memperhatikan pendidikan bagi generasi yang kurang mampu untuk
dapat terus mengeyam pendidikan yang lebih baik, hal ini dapat ditempuh melalui
kerjasama dengan pihak-pihak penyandang dana pendidikan.
Keempat yang tidak kalah pentingya adalah bagi forum-forum yang peduli akan
perkembangan agama Hindu. Sebagai forum yang berdiri secara independen harus
mampu menjadi poros tengah dalam perkembaangan pendidikan Agama Hindu.
Sehingga forum ini mampu menjadi penyambung antara keluarga dan masyarakat,
antara keluarga dan pemerintah, demikan juga antara masyarakat dan pemerintah.
Sejatinya forum semacam ini sangat penting sekali keberadaanya terlebih forum yang
memiliki kompetensi yang mumpuni didalamnya. Aktualisasi lain yang dapat
dilakukan, dengan keberadaan forum-forum ini dapat mengadakan sebuah kegiatan
kerelawanan yang terjun langsung kekantong-kantong umat Hindu untuk dapat
melakukan pendidikan Agama Hindu yang lebih mendalam. Dengan independensi
yang dimilikinya forum ini juga dapat menggali informasi terkait kendala-kendala
yang menghambat proses pendidikan yang terjadi di keluarga, masyarakat, sekolah
atau sebaliknya menggali informasi yang dapat menunjang kenajuan pendidikan
agama Hindu, selanjutnya menyampaikan kepada pemerintah untuk dapat dipakai
sebagai dasar kebijakan dalam perbaikan sistem pendidikan pada Agama Hindu.
Demikian juga manakala ada kebijakan yang dirasa kurang tepat dengan sistem
pendidikan Agama Hindu tentu forum ini dapat memberikan masukan yang
konstruktif.
Setidaknya mengambil konsep pemikiran salampah Laku Ida Pedanda Made
Sidemen hal ini merupakan sebuah tugas dalam perjalanan kehidupan kita. Untuk
dapat peduli terhadap keberlangsungan pendidikan agama Hindu. Dengan bersama-
sama kita meyasa lacur, untuk dapat menjaga focus dalam mengkontruksi kembali
pendidikan Agama Hindu dengan segala beratnya perjuangan. Sehingga apa yang
menjadi tujuan kita bersama nandurin karang awak, yaitu membekali anak-anak bangsa
dengan ilmu pengetahuan keagamaan dapat terwujud, sehingga kelak muaranya
adalah guna dusunē mango dise-desa, ilmu yang mereka peoleh dapat menjadi sarana
dalam membangun nusa dan bangsa ini.

Daftar Pustaka

Agastya, IBG. 1994. Ida Pedanda Made sidemen Pengarang Besar Bali Abad ke-20.
Yayasan Dharma sastra. Denpasar
Kadjeng, I Njoman, DKK.1993. Sarasamuccaya. Hanuman sakti. Jakarta
https://nasional.sindonews.com/berita/1386542/13/tindak-kriminalitas-anak-sangat-
memprihatinkan (diakses 10 september 2021).
Paramita, I Gusti Agung. 2012. Reduksionisme Heerogenitas menjadi Homgenitas Pada
Pendidikan Agama Hindu. Skrpsi. Denpsar. UNHI Denpasar
Suda, I Ketut. 2017. Kastanisasi Pendidikan Ketika Pelajaran Agama Terpinggirkan.
Program Pasca Sarjana Universitas Hindu Indonesia. Denpasar.
Suda, I Ketut. 2012. Agustus. Peranan pendidikan Formal dalam mervitalisasi semanagt
Puputan untuk menjaga kesatuan NKRI. Dalam widyanatya. Vol 02 No 03 hlm
29-42
Suija, Wayan. 2011. Agustus. Pendidikan Agama Hindu Yang humanistic. Dalam
widyanatya. Vol 01 No 01 hlm 16-27
Wiana, ketut.2013. Mengembangkan Pemikiran Hindu Modern. Dhrma sastra.
Denpasar
Identitas diri

Nama : Komang Agus Triadi Kiswara, S.Pd.H.M.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Tinggarsari 18 Juni 1989

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : desa Tinggarsari Kecamatan Busungbiu

Kabupaten buleleng

Pekerjaan : Dosen Universitas Hindu Indonesia

No. Telp/ WA : 081916373989

Email : aguskiswara@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai