Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY S P2 002 Ab000

DENGAN DIAGNOSA MEDIS MENOMETRORAGIA DAN ANEMIA

DI RUANG BRAWIJAYA RSUD KABUPATEN KEPANJEN

DOSEN PEMBIMBING:

Oleh:

DELLA CITRA DEVI

201910300511012

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S P2 002 AB000 DENGAN DIAGNOSA MEDIS


MENOMETRORAGIA DAN ANEMIA DI RUANG BRAWIJAYA RSUD KABUPATEN KEPANJEN

KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK 4

NAMA: DELLA CITRA DEVI


NIM: 201910300511012
TANGGAL PRAKTEK/MINGGU KE : 20-25 Desember 2021 / MINGGU ke 2

Malang, Desember 2021


Mahasiswa

(Della Citra Devi)

Mengetahui, Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,

(Juwitasari, S.Kep.,Ns.,M.S ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

2.1 Definisi Anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan ataumasa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan
Haribowo, 2018). Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau
jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal.

Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell
mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen caring capacity). Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, kemudian hematocrit. Anemia pada ibu hamil
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dL pada trimester I dan III atau
kadar lebih kecil 10,5 gr/dL pada trimester II. Anemia defisiensi besi adalah yang paling sering
menyebabkan anemia pada kehamilan di seluruh dunia, bisa ringan, sedang, ataupun berat.

Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.Jika
kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan
anemia. Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.

- Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.


- Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia sadang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan sel
darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan
tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena
kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12.
(pattipeilohy, 2017)

2.2 Patofisiologi Anemia

1. Anemia Akibat Produksi Yang Berkurang Atau Gagal


Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah
yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel
darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja
dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain
Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin
B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang
diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh
dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih
cepat sehingga menimbulkan Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis makanan
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
d. Autoimu
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan thrombosis
f. Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan
menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
3. Anemia Akibat Kehilangan Darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat
ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan 5 gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau
kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis
(misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran. (pattipeilohy, 2017)

2.3 Etiologi Anemia

Penyebab anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang diproduksi dalam tubuh
dan tingkat kesehatan seseorang. Penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh
ekspansi yang lebih besar dari volume plasma dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah
merah (eritrosit). Disproporsi antara tingkat kenaikan untuk plasma dan eritrosit memiliki perbedaan
yang paling signifikan selama trimesrer kedua (American Pregnancy Association, 2018). Defisiensi
besi merupakan penyebab utama anemia. Anemia defisiensi besi merupakan penyebab terbanyak,
tetapi anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal lainnya, antara lain:

1. Hemolisis akibat malaria atau penyakit bawaan seperti talasemia


2. Defisiensi G6PD yaitu Kondisi yang menyebabkan sel darah merah pecah karena obatobatan
tertentu, infeksi, atau stresor lainnya
3. Defisiensi nutrient seperti vitamin B12, asam folat, dan vitamin C
4. Kehilangan darah kronis akibat cacing dan malabsorbsi besi
5. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
6. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
7. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
8. Kehamilan. Wanita hamil yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya (viqa, 2018)

2.4 Tanda dan Gejala Klinis Anemia

1. Gejala Umum anemia


Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum
anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul
karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan 6
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
2. Gejala khusus anemia Gejala khusus yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakitpenyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran
parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Menurut Yayan Akhyar Israr
anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya.
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok
4. Gejala lainnya
a. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa lelah dan
memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).
b. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga kehilangan
nafsu makan.
c. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau terus-menerus
hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang menjadi gejala dari sembelit.
d. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup menganggu.
Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja dan pekerjaan.
e. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan yang
berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme tubuh.
f. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan emosi yang mudah
mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat memberi pengaruh yang cukup
kuat terhadap emosi dan mood.
g. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang berkurang.
Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi sistem pernafasan. Sesak
nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia anemia sedang hingga berat. (viqa,
2018)

2.5 Klasifikasi Anemia Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin menurun.
Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Jika kekurangan besi
berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga dapat
menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta
berbagai gejala lainnya.
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi cekung
sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini 8
juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut dan
nyeri pada saat menelan.Selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi
gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.
2. Anemia hipoplastik Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh
infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia
jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia
jenis ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan
kulit), perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan
gusi, hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam
lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering bersifat fatal. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat infeksi yang
disertai perdarahan.
3. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi
vitamin B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang
besar. Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana vitamin B12
dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin
B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini
maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar
karena pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan
kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel megaloblast ini fungsinya
tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis
inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan Neural Tube
Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali, spina bifida (kelainan tulang belakang
yang tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang kepala). 9 Kelainan-
kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti terjadinya
ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12 disertai dengan
gejala neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis berbeda dengan
proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah golongan besar yaitu anemia
hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar
bersifat herediter dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang
sebagian besar bersifat didapatkan seperti malaria dan transfusi darah. Proses hemolisis akan
mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis
dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi
dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin. Seperti pada
anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga mengalami lesu, cepat lelah serta mata
berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik
yang timbul berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki. (novanka,
2017)

2.6 Pencegahan Anemia

1. Pencegahan primer Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer.
Dalam hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko. 10 Pencegahan primer
meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan) Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan
makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah minimal
selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum
hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu,
petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber
berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang berhasil
hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung
rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang pentingnya
suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet Besi) Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara
keseimbangan antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk
memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan yang lainnya
tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet
makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa
nifas.24 Suplemen besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak
kunjungan pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan
yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.
Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi.
Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang
terbuat dari jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan
dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.Pencegahan
sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan
11 kearah kerusakan atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia atau
tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan diantaranya adalah :
a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati dalam
mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus dilakukan skrining pada
kunjungan I dan rutin pada setiap trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia,
apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga
dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga
kesehatan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia
berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct kurang dari 27% harus dirujuk kepada dokter ahli yang
berpengalaman untuk mendapatkan pertolongan medis
b. Pemberian terapi dan Tablet F Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani
dengan memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan
kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.Dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada
ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit,
mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia
ibu hamil diantaranya yaitu :
a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin.
b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil,
tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan
yang adekuat setelah persalinan (novanka, 2017)
LAPORAN PENDAHULUAN
MENOMETRORAGIA

1.1 Pengertian
Menometroragia adalah perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari). Metroragia atau
perdarahan antara haid adalah Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan
penyebab antara lain penyakit servik, AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan. (yudin, 2016)

1.2 Etiologi
a. Iatrogenik :
1. Estrogen eksogen ( kontraspsi oral )
2. Aspirin
3. Heparin
4. Tamoxifen
5. IUD
b. Diskrasia darah :
1. Tromobositopenia
2. Fibrinolisin meningkat
3. Penyakit autoimmune
4. Leukoemia
5. Penyakit Von Willebrand
c. Sistemik :
1. Penyakit hepar (metabolisme estrogen terganggu )
2. Penyakit ginjal (hiperprolaktinemia)
3. Penyakit tiroid
d. Trauma :
1. Laserasi
2. Abrasi
3. Benda asing
e. Penyakit organik :
1. Komplikasi kehamilan
2. Mioma uteri
3. Keganasan servik / corpus uteri
4. Polip endometrium
5. Adenomiosis
6. Endometritis
7. Hiperplasia endometrium (yudin, 2016)

1.3 Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional yang anovulatoir adalah gangguan pada poros hipotalamus-
hipofise-ovarium yang mengakibatkan terjadinya perdarahan uterus yang tidak teratur, ber
kepanjangan dan dengan jumlah darah haid yang banyak. Dapat terjadi segera setelah menarche
bila poros hipotalamus-hipofisis-ovarium belum matang atau dapat terjadi pada masa
perimenopause dimana menurunnya kadar estrogen menyebabkan tidak adanya rangsangan
terjadinya agar dapat terjadi ovulasi.
Stimulasi estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron dapat menyebabkan terjadinya
proliferasi endometrium dan hiperplasia. Dengan tidak adanya progesteron yang diperlukan untuk
stabilisasi dan diferensiasi endometrium maka selaput mukosa akan rapuh dan luruh secara tidak
teratur.
Perdarahan uterus disfungsional yang ovulatoir dapat berupa polimenorea, oligomenorea,
bercak perdarahan pada pertengahan siklus dan menoragia. Polimenorea diperkirakan terjadi akibat
disfungsi fase luteal sehingga siklus berlangsung lebih pendek (kurang dari 21 hari) , sementara itu
oligomenroea adalah disfungsi fase folikuler yang memanjang sehingga siklus berlangsung lebih
panjang (lebih dari 35 hari). Bercak perdarahan pada pertengahan siklus haid terjadi sebelum
ovulasi disebabkan oleh kadar estrogen yang menurun.6 Menoragia adalah perdarahan haid yang
berlebihan (lebih dari 80 ml per siklus) dan hal ini dapat disebabkan oleh gangguan hemostasis
endometrium. (yudin, 2016)

1.4 Manifestasi Klinis

Langkah Tanda Dan Gejala Kelainan


Diagnostic
Anamnesa Nyeri panggul, mual, Abortus, kehamilan
berat badan bertambah, ektopik, penyakit
sering buang air kecil, radang panggul (PID) ,
lesu penyimpangan atau
kekerasan seksual.
Kehamilan
  Berat badan bertambah, Hipotiroidisme
rasa dingin berlebihan, Hipertiroidisme
sembelit, lesu. Koagulopatia
Berat badan menurun, Penyakit hepar
berkeringat banyak, PCOS
palpitasi Displasia servik, polip
Gusi mudah berdarah endoservik
Ikterus, riwayat hepatitis Adenoma hipofise
Hirsuitisme, jerawat,  
acathoisis nigricans, Supresi hipotalamus
obesitas
Perdarahan pasca
sanggama
Galaktorea, nyeri kepala,
gangguan visual
Berat badan turun, stress,
olah raga berlebihan
Pemeriksaan Fisik Tiromegali, berat badan Hipotiroidisme
naik,edema Hipertiroid
Tiroid mengeras,  
takikardia, berat badan Penyakit hepar
turun, kelainan kulit Kehamilan, mioma
Ikterus, hepatomegali uteri, karsinoma uterus
Uterus membesar Karsinoma uterus
  Tumor ovarium,
Uterus kaku dan melekat kehamilan ektopik,
pada jaringan dasarnya. kista ovarium
Masa adneksa Radang panggul,
  endometritis
Uterus tegang, gerakan
servik terbatas

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan penting untuk menegakkan diagnosis PUD :
1. Ultrasonografi pelvik
2. Biopsi endometrium
b. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa PUD :
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah Lengkap
b. Hitung trombosit
c. Serum Iron dan Iron – binding globulin
d. Prothromibin dan partial prothrombine time
e. Bleeding tine
f. hCG urine
g. Fungsi tiroid
h. Progesteron serum
i. Fungsi hepar
j. Kadar prolactin
k. Kadar FSH
2. Prosedur diagnostik :
a. Sitologi servik ( papaniculoau smear )
b. Biopsi endometrium
c. Ultrasonografi panggul
d. Histeroskopi (masahfy, 2019)

1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan hormonal
b. Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali memerlukan estrogen
dosis tinggi ( kadang-kadang diberikan intravena)
c. Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau disertai dengan
progestin, bila perdarahan masih belum berhenti perlu dilakukan D & C
d. PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada hari ke 10 – 15
dilanjutkan dengan pemberian progestin
e. Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang diperkirakan sudah
memiliki kadar estroen endogen cukup untuk melakukan sensitisasi reseptor progesterone
f. Pada pasien yang lebih ‘tua’ yang tidak memberikan respon terhadap obat secara memadai dan
tidak menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan tindakan radikal yang permanen:
- Ablasi endometrium
- Histerektomi (masahfy, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. Laporan Pendahuluan Anemia Diruang Dahlia Rsud Dr. Soedirman Kebumen, (Online),
(http:// elib. stikesmuhgombong. ac. id/ 174/ 1/ NILNA %20 AZIZAH %20 NIM.
%20A01301790.pdf), diakses pada 03 September 2018.

Fahrizal, Khoirul. 2018. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// eprints. Undip. ac. id/ 44812/
3/Khoirul_Fahrizal_R_22010110110113_Bab2KTI.pdf), diakses pada 03 September 2018.

Karsinah. 2010. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// repository. ump. ac. id/ 4996/ 6/Karsinah
%20BAB%20II.pdf), diakses pada 03 September 2018.

ums.ac.id. 2018. Bab I Konsep Dasar, (Online), (http:// eprints. ums. ac. id/ 16666/ 2/BAB_I.pdf),
diakses pada 03 September 2018.

Manuaba, 2007. Penganta Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

masahfy, 2019. lp menometroragia, pp. 3-4.

novanka, b., 2017. anemia, p. 8.

pattipeilohy, v. d., 2017. askep anemia, pp. 6-7.

viqa, w., 2018. asuhan keperawatan anemia, pp. 6-7.

Wong, D. L., 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. 4 penyunt. Jakarta: EGC.

yudin, y., 2016. laporan pendahuluan askep menometroragia, p. 2.


PROGRAM STUDI D111 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S P2 002 AB000


Dengan Diagnosa Medis menometroragia dan anemia
di Ruang Brawijaya RSUD KANJURUHAN

Nama Mahasiswa :DELLA CITRA DEVI NIM : 201910300511012


Tgl Praktek : 20-25 Desember 2021 Tgl Pengkajian : 21 Desember 2021
Ruang Praktek : Brawijaya Rumah Sakit : RSUD KANJURUHAN

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. S
b. No. Rekam Medis : 52****
c. Tanggal Lahir : 21 Januari 1981
d. Usia : 40 tahun
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : wiaswasta
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa
i. Alamat : Kepanjen Malang
II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)
a. Nama : Tn. J
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 45 tahun
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa
h. Alamat : Kepanjen Malang
III. KELUHAN UTAMA :
- Pendarahan pada vagina keluar sedikit-dikit tidak berhenti sejak 1 bulan yang lalu.
IV. RIWAYAT PERKAWINAN :
Status Menikah : Ya
Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 17 tahun
Lama Pernikahan : 24 tahun
V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : menggunakan KB suntik
Metode yang pernah dipakai : Tidak ada
b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : - lama : - (Bln/Thn)
c. Keluhan KB : (√) Tidak Ada,

VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :

No Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Hidup/


Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Lahi Mati
r
1. 2000 Bidan 37 normal Bidan 3500 Hidup
minggu gram
2. 2006 Bidan 37 normal Bidan 3500 Hidup
minggu gram

Pengalaman menyusui : Tidak ada


VII. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Pada tanggal 20 december 2021 pasien datang ke IGD RSUD kanjuruhan kabupaten malang,
pasien mengatakan cemas karena keluar darah per vagina sejak 1 bulan yang lalu.Di igd pasien
diberikan tindakan pemasangan infus kemuadian dibawa keruang brawijaya pada pukul 18.00
dengan kondisi lemah, tampak anemis, pasien mengalami perdarahan dengan menggunakan
pembalut 3-4 kali.pasien mengatakan cemas karena keluar darah per vagina sejak 1 bulan yang
lalu.
VIII. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN
GINEKOLOGI TERDAHULU :
Pasien tidak mengalami masalah kehamilan

IX. PEMERIKSAAN UMUM :


a. Status Obstetrik : P2 002 Ab000
b. Keadaan Umum : Lemah
c. Kesadaran : (compos mentis)
d. Berat Badan : 75 Kg,Tinggi Badan : 150 cm
e. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 134/88mmHg, Nadi : 106 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,8 ºC

X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut : (√) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan : ( ) Ya (√) tidak ada
3. Nyeri saat diraba : ( ) Ya (√) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : terkadang pusing
b. Wajah :
1. Edema wajah : ( ) Ya (√ ) tidak ada
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : Pasien terlihat pucat

c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya (√) tidak
2. Konjuntiva anemis : (√) Ya ( ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan :

d. Hidung :
1. Sekret : ( ) Ya (√) tidak
2. Polip : ( ) Ya (√) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : (√) bersih ( ) kotor ( ) radang
2. Bibir : ( ) lembab (√) kering ( ) sianosis
3. Caries gigi : (√) Ya ( ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

f. Telinga :
1. Serumen : ( ) Ya (√) tidak ada
2. Sekresi : ( ) Ya (√) tidak ada
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

g. Leher :
1. Kelejar tiroid : ( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

i. Oksigenasi dan ventilasi :


 Frekuensi pernafasan (RR) : 23x/m
 Irama nafas : (√) reguler ( ) irreguler
 Suara nafas : (√) vesikuler ( ) ronchi ( ) wheezing
 Suara jantung S1-S2 : (√) normal ( ) murmur ( ) galop
 Capilary refil :() < 3 detik ( v ) > 3 detik
 Tekanan darah :121/56 mmhg
 frekuensi nadi :97x/m
 Irama nadi : (√) reguler ( ) irreguler
 Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : Pasien memakai nassa canul 2 LPM
j. Payudara :
 Puting : ( v ) eksverted ( ) datar ( ) inverted ( ) lecet
 Pengeluaran ASI : ( ) Ya ( v ) tidak ada
 Bentuk : (√) simetris ( ) tidak simetris
 Teraba : ( ) ada massa ( ) hangat ( v ) tidak ada
massa
 Kebersihan : Bersih
 Keluhan :() Ya ( v ) tidak ada
Sebutkan :
k. Abdomen :
Involusio Uteri
1. Tinggi fundus uteri :
2. Kandung kemih : kosong
3. Keluhan :() Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan : Tidak Ada Masalah
l. Perineum dan Genetalia :
1. Vagina : Normal
2. Edema :tidak
3. Memar : tidak
4. Hematom : tidak
5. Perineum : utuh
Tanda REEDA
R : Kemerahan : (√) Ya () tidak
E : Bengkak : (√) Ya () tidak
E : Echimosis : ( ) Ya (√) tidak
D: Discharge : (√) Ya ( ) tidak
Darah
A : Approximate : (√) Baik ( ) tidak
6. Kebersihan : ( v ) Ya ( ) tidak
7. Lochea :
Jumlah :
Jenis/warna :
Konsistensi :
Bau :
8. Hemorrhoid :
Derajat : - Lokasi : -
Berapa lama : - Nyeri : (-) Ya (-) Tidak
Masalah Khusus : tidak ada masalah khusus
8. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :
m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema : ( ) Ya (√) tidak
b) Varises : ( ) Ya (√) tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema : ( ) Ya (√) tidak
b) Varises : ( ) Ya (√) tidak
c) Tanda Hoffman :( ) + (√) -
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : Tidak ada masalah
n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi :
Saat di rumah : BAK pasien sering pada malam hari sekitar 3-4 kali per hari
BAB 1-2 hari
Saat di rumah sakit : BAK pasien 3-4 kali
BAB di Rumah Sakit belum pernah
2. Istirahat dan kenyamanan :
Saat di rumah : pasien sering terbangun pada malam hari untuk bak, pasien tidur pada
pukul 20.00 bangun pada pukul 04.30, pasien mengatakan tidurnya nyaman jika dirumah
Saat di rumah sakit : pasien mengatakan tidak nyaman untuk tidur di rs karena kurangnya
privasi, pasien sering bolak balik ke kamar mandi karena harus ganti pembalut
3. Mobilisasi dan latihan :
Saat di rumah : kegiatan saat dirumah pasien menyapu, mengepel, memasak, mencuci
baju
saat di rumah sakit : pasien terbaring karena lemah
4. Nutrisi dan cairan :
Saat dirumah : pasien biasanya makan 3 kali sehari, nasi, sayur, buah, ikan dan
minum air putih
Saat di rumah sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari sesuai prosedur di rs dan
minum air putih sehari menghabiskan 1 botol aqua 1500ml.
5. Keadaan Psikologis :
Pasien tampak lemah dan cemas
6. Kemampuan Menyusui :
Pasien sedang tidak pada masa menyusui

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratorium :
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 5,3 P 12-18,0 Gr/dl
Eritrosit 1,98 3.000.000-6.000.000 ul
Hematokirt 17,6 P 37-47 %
MCV 89,0 80,0-93,0 fl
Mchc 26,8 32,0-36,0 g/dl
Lekosit 34,600 4,800-10,800 ul
Hitung eosinophil 0,6 0-4 %
Hitung basophil 0,8 0-1 %
Hitung neutrophil 78,2 51-67 %
Hitung limfosit 14,3 25-33 %
Hitung monosit 6,1 2-5 %
Trombosit 162000 150.000-400.000 ul
Gula Darah Sewaktu 231 < 200 Mg/dl

XII. TERAPI (Advice Dokter, dll, sebutkan) :


Pemberian infus :
- Cairan RL(20 TPM)
Pemberian injeksi :
- Injeksi ciprofloxcacin
Pemberian Tranfusi PCR :
- 3Labu Darah

(Malang, Desember 2021)

( )
ANALISA DATA PASIEN NY. P

DATA MASALAH DIAGNOSA


PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DS : Penurunan Perfusi Perifer Perfusi Perifer Tidak
1 Klien mengatakan Konsentrasi Tidak Efekti Efektif b.d Penurunan
terkadang pusing cekot Hemoglobin Konsentrasi
cekot Hemoglobin
2 Klien mengatakan (D.0009)
keluar darah semenjak
1bulan yang lalu
DO :
1 Klien tampak pucat
2 Klien tampak lemah
3 HB klien rendah
dengan hasil 5,3 g/dl

Ds : Krisis situasional Anxietas Anxietas b.d krisis


Pasien mengatakan situasional ( D.0080)
cemas karena keluar
darah seperti haid sejak
1 bulan yang lalu
Do :
1) Px tampak
gelisah
2) Px tampak
tegang
3) Tremor
4)
DS: Agen pencedera Nyeri akut Nyeri akut b.d agen
1. Pasien mengeluh nyeri fisik pencedera fisik d.d
pada perut bagian dan keluhan nyeri, tampak
menjalar ke vagina meringis, bersikap
2. Pasien mengatakan protektif nadi meningkat
takut jika bergerak perut (D.0077)
terasa nyeri
3. P: nyeri akibat currage
Q: nyeri seperti ditusuk
dan disayat
R: perut bagian bawah
dan bawah vagina
S: skala nyeri 8 (kuat
dan berat dan kuat)
T: nyeri terus menerus,
nyeri hilang saat diberi
obat anti nyeri dan
ketika tidur
DO:
1. Wajah pasien
tampak meringis
2. Pasien tampak
gelisah
3. TD: 121/56 mmHg,
4. Nadi: 114 x/menit
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (D.0009)
2. Anxietas b.d krisis situasional ( D.0080)
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri, tampak meringis, bersikap protektif
nadi meningkat (D.0077)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. N
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl
1. Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Hasil 21-12- 1. Mengidentifikasi 21-12- S:
Tidak Efektif keperawatan selama 2x24 Laboraturium 2021 pemeriksaan laboraturium 2021 Pasien mengatakan nyeri
b.d Penurunan jam diharapkan “Tingkat (1.09988) 2. Memonitor hasil kepalanya berkurang dan
Konsentrasi
Hemoglobin Perdarahan (L.02017)” laboraturium (hasil lab pasien merasa sedikit lebih
dengan kriteria hasil : Observasi kedua 5,3 g/dl) baik kondisinya, tidak
1 Identifikasi pemeriksaan
Pendarahan Menurun laboraturium yang 3. Mengambil sampel selemas kemarin
(D.0009) vagina diperlukan darah
Tekanan Membaik 2 Monitor hasil laboraturium 4. Kolaborasi dengan O:
darah 3 Periksa kesesuaian hasil dokter menambahkan Pendarahan Sedang
Denyut nadi Membaik laboraturium dengan tranfusi darah sebanyak 3 vagina
penampilan klinis pasien labu Tekanan Membaik
5. Memasukkan prc 1 darah
Terapeutik 6. Memasukkan prc 2 Denyut nadi Membaik
1 Ambil sampel darah 7. Melakukan TTV
2 Interprestasikan hasil 8. Menyeka pasien
pemeriksaan lab
9. Kolaborasi dengan A: Masalah belum
Kolaborasi dokter mengenai teratasi
1 Kolaborasi dengan dokter curratage
10.Mengganti infus P: Lanjutkan Intervensi
jika memerlukan intervensi
media 1,2,4

2. Anxietas b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (I.08238) 21-12- 1 Cek ttv dan keadaan 21-12- S : pasien mengatakan
krisis situasional ( keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 tampak lebih tenang
D.0080) jam “Tingkat Anxietas Observasi 2 Memposisikan
(L.09093)” menurun, 1 Identifikasi ketegangan otot, pasien senyaman O:
dengan kriteria hasil: kemampuan dan penggunaan mungkin dan edukasi Perilaku Menurun
Perilaku Menurun teknik pasien untuk gelisah
gelisah 2 Monitor respon terhadap mobilisasi miring Perilaku Menurun
Perilaku Menurn relaksasi kanan miring kiri, tegang
tegang Terapeutik berjalan dan duduk tremor Menurun
tremor Menurun 1. Ciptakan lingkungan 3 Menganjurkan rileks
yang tenang 4 Mengajarkan teknik pucat Menurun
2. Berikan informasi
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 1
Pucat Menurun tertulis tentang nafas dalam A : Masalah teratasi
persiapan dan prosedur 5 Menganjurkan sebagian
relaksasi mencoba teknik P : lanjutkan intervensi
Edukasi nafas dalam secara mandiri
1. Jelaskan tujuan, mandiri
manfaat dan jenis 6 Memasukkan prc1
relaksasi ( relaksasi dan 2
nafas dalam ) 7 Menyeka pasien
2. Anjurkan mengambil 8 Melakukan TTV
posisi nyaman 9 Mengganti infus RL
3. Anjurkan rileks dan 20 tpm
merasakan sensasi 10 Injeksi obat
relaksasi ciprofloxcacin
4. Anjurkan sering 11 Membersihkan
mengulang dan melatih tempat tidur px
teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan
latih teknik relaksasi
3. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) 23-12- 1. Cek ttv dan keadaan 23-12- S : pasien mengatakan nyeri
agen pencedera keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 sedikit berkurang
fisik d.d keluhan jam “Tingkat nyeri Observasi 2. Memposisikan O:
nyeri, tampak (L.08066)” menurun, 1. Identifikasi lokasi, pasien senyaman - Tampak
meringis, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, mungkin dan edukasi tenang
bersikap protektif Keluhan Menurun frekuensi, kualitas, pasien untuk - Gelisah
nadi meningkat nyeri intensitas nyeri mobilisasi miring menurun
(D.0077) Meringis Membaik 2. Idenfitikasi skala nyeri kanan miring kiri, - Ttv
Gelisah Menurun 3. Identifikasi pengaruh berjalan dan duduk A : Masalah teratasi
nyeri pada kualitas 3. Observasi keadaan sebagian
Frekuensi Membaik hidup luka pasien P : Lanjutkan intervensi
nadi 4. Monitor keberhasilan 4. Edukasi cara
terapi komplementer merawat luka yang
yang sudah diberikan benar dan
5. Monitor efek samping mengajarkan hidup
penggunaan analgetik bersih
5. Pemberian Injeksi
Terapeutik

Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 2


1. Berikan teknik dan analgesic serta
nonfarmakologis untuk Injeksi
mengurangi rasa nyeri ciprofloxcacin
(misal: akupresur, 6. Ajarkan teknik nafas
terapi music, relaksasi dalam
napas dalam, 7. Mengganti infus
aromaterapi, terapi pasien RL 20 tpm
murrotal, teknik 8. Membersihkan
imajinasi terbimbing, tempat tidur pasien
kompres 9. Menyeka pasien
hangat/dingin)Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misal: suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 3


HARI KEDUA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. P
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl
1. Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Hasil 22-12- 1 Mengidentifikasi 22-12- S:
Tidak Efektif keperawatan selama 2x24 Laboraturium 2021 pemeriksaan laboraturium 2021 Pasien mengatakan tidak
b.d Penurunan jam diharapkan “Tingkat (1.09988) 2 Memonitor hasil selemas kemarin dan udah
Konsentrasi
Hemoglobin Perdarahan (L.02017)” laboraturium bisa menggeserkan badan
Observasi
(D.0009) dengan kriteria hasil : 3 Mengambil sampel darah ke bed.
1 Identifikasi pemeriksaan
Pendarahan Menurun laboraturium yang 4 Kolaborasi dengan dokter O:
vagina diperlukan menambahkan tranfusi Pendarahan Sedang
Tekanan Membaik 2 Monitor hasil laboraturium darah sebanyak 1 labu vagina
darah 3 Periksa kesesuaian hasil 5 Memasukkan prc3 Tekanan Membaik
Denyut nadi Membaik laboraturium dengan 6 Melakukan TTV darah
penampilan klinis pasien 7 Mengganti infus RL 20 Denyut nadi Membaik
tpm
Terapeutik 8 Injeksi obat ciprofloxcacin
1 Ambil sampel darah
2 Interprestasikan hasil A: Masalah teratasi
pemeriksaan lab sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi
1 Kolaborasi dengan dokter
jika memerlukan intervensi
media

2. Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (I.08238) 22-12- 1. Cek ttv dan keadaan 22-12- S : pasien mengatakan
keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 tampak lebih tenang
jam “Tingkat Anxietas Observasi 2. Memposisikan
(L.09093)” menurun, 1. Identifikasi ketegangan pasien senyaman O:
dengan kriteria hasil: otot, kemampuan dan mungkin dan edukasi Perilaku Menurun
Perilaku Menurun penggunaan teknik pasien untuk gelisah
gelisah 2. Monitor respon mobilisasi miring Perilaku Menurn
Perilaku Menurn terhadap relaksasi kanan miring kiri, tegang
tegang Terapeutik berjalan dan duduk tremor Menurun
3. Ciptakan lingkungan
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 4
tremor Menurun yang tenang 3. Menganjurkan rileks
4. Berikan informasi 4. Mengajarkan teknik pucat Menurun
pucat Menurun tertulis tentang nafas dalam
persiapan dan prosedur 3 Menganjurkan A : Masalah teratasi sebagian
relaksasi mencoba teknik P : lanjutkan intervensi
Edukasi nafas dalam secara mandiri
6. Jelaskan tujuan, mandiri
manfaat dan jenis 4 Mengganti infus
relaksasi ( relaksasi pasien
nafas dalam ) 5 Memasukkan prc 3
7. Anjurkan mengambil 6 Mengganti infus RL
posisi nyaman 20 tpm
8. Anjurkan rileks dan 7 Injeksi obat
merasakan sensasi ciprofloxcacin
relaksasi 8
9. Anjurkan sering
mengulang dan melatih
teknik yang dipilih
10. Demontrasikan dan
latih teknik relaksasi
3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) 24-12- 1. Cek ttv dan keadaan 24-12- S : pasien mengatakan nyeri
agen pencedera keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 berkurang
fisik d.d keluhan jam “Tingkat nyeri Observasi 2. Memposisikan O:
nyeri, tampak (L.08066)” menurun, 1. Identifikasi lokasi, pasien senyaman - Tampak
meringis, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, mungkin dan edukasi tenang
bersikap protektif Keluhan Menurun frekuensi, kualitas, pasien untuk - Gelisah
nadi meningkat nyeri intensitas nyeri mobilisasi miring menurun
(D.0077) Meringis Membaik 2. Idenfitikasi skala nyeri kanan miring kiri, - Ttv
Gelisah Menurun 3. Identifikasi pengaruh berjalan dan duduk - Skala nyeri 4
nyeri pada kualitas 4. Pemberian Injeksi A : masalah teratasi sebgian
Frekuensi Membaik hidup dan analgesic serta P: lanjutkan intervensi
nadi 4. Monitor keberhasilan Injeksi
terapi komplementer ciprofloxcacin
yang sudah diberikan 5. Ajarkan teknik nafas
5. Monitor efek samping dalam dan distraksi
penggunaan analgetik
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 5
6. Mengganti infus
Terapeutik pasien ( RL 20 TPM)
1. Berikan teknik 7. Membersihkan
nonfarmakologis untuk tempat tidur pasien
mengurangi rasa nyeri 8. Menyeka pasien
(misal: akupresur,
terapi music, relaksasi
napas dalam,
aromaterapi, terapi
murrotal, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin)Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misal: suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 6


Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 7

Anda mungkin juga menyukai