Della Citra Devi - 201910300511012 Ibu Juwita ASKEP BRAWIJAYA
Della Citra Devi - 201910300511012 Ibu Juwita ASKEP BRAWIJAYA
DOSEN PEMBIMBING:
Oleh:
201910300511012
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK 4
Mengetahui, Mengesahkan,
(Juwitasari, S.Kep.,Ns.,M.S ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan ataumasa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan
Haribowo, 2018). Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau
jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal.
Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell
mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen caring capacity). Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, kemudian hematocrit. Anemia pada ibu hamil
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dL pada trimester I dan III atau
kadar lebih kecil 10,5 gr/dL pada trimester II. Anemia defisiensi besi adalah yang paling sering
menyebabkan anemia pada kehamilan di seluruh dunia, bisa ringan, sedang, ataupun berat.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.Jika
kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan
anemia. Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan sel
darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan
tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena
kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12.
(pattipeilohy, 2017)
Penyebab anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang diproduksi dalam tubuh
dan tingkat kesehatan seseorang. Penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh
ekspansi yang lebih besar dari volume plasma dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah
merah (eritrosit). Disproporsi antara tingkat kenaikan untuk plasma dan eritrosit memiliki perbedaan
yang paling signifikan selama trimesrer kedua (American Pregnancy Association, 2018). Defisiensi
besi merupakan penyebab utama anemia. Anemia defisiensi besi merupakan penyebab terbanyak,
tetapi anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal lainnya, antara lain:
2.5 Klasifikasi Anemia Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin menurun.
Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Jika kekurangan besi
berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga dapat
menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta
berbagai gejala lainnya.
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi cekung
sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini 8
juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut dan
nyeri pada saat menelan.Selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi
gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.
2. Anemia hipoplastik Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh
infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia
jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia
jenis ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan
kulit), perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan
gusi, hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam
lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering bersifat fatal. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat infeksi yang
disertai perdarahan.
3. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi
vitamin B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang
besar. Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana vitamin B12
dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin
B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini
maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar
karena pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan
kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel megaloblast ini fungsinya
tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis
inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan Neural Tube
Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali, spina bifida (kelainan tulang belakang
yang tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang kepala). 9 Kelainan-
kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti terjadinya
ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12 disertai dengan
gejala neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis berbeda dengan
proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah golongan besar yaitu anemia
hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar
bersifat herediter dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang
sebagian besar bersifat didapatkan seperti malaria dan transfusi darah. Proses hemolisis akan
mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis
dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi
dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin. Seperti pada
anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga mengalami lesu, cepat lelah serta mata
berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik
yang timbul berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki. (novanka,
2017)
1. Pencegahan primer Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer.
Dalam hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko. 10 Pencegahan primer
meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan) Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan
makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah minimal
selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum
hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu,
petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber
berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang berhasil
hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung
rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang pentingnya
suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet Besi) Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara
keseimbangan antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk
memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan yang lainnya
tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet
makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa
nifas.24 Suplemen besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak
kunjungan pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan
yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.
Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi.
Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang
terbuat dari jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan
dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.Pencegahan
sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan
11 kearah kerusakan atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia atau
tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan diantaranya adalah :
a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati dalam
mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus dilakukan skrining pada
kunjungan I dan rutin pada setiap trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia,
apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga
dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga
kesehatan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia
berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct kurang dari 27% harus dirujuk kepada dokter ahli yang
berpengalaman untuk mendapatkan pertolongan medis
b. Pemberian terapi dan Tablet F Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani
dengan memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan
kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.Dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada
ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit,
mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia
ibu hamil diantaranya yaitu :
a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin.
b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil,
tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan
yang adekuat setelah persalinan (novanka, 2017)
LAPORAN PENDAHULUAN
MENOMETRORAGIA
1.1 Pengertian
Menometroragia adalah perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari). Metroragia atau
perdarahan antara haid adalah Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan
penyebab antara lain penyakit servik, AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan. (yudin, 2016)
1.2 Etiologi
a. Iatrogenik :
1. Estrogen eksogen ( kontraspsi oral )
2. Aspirin
3. Heparin
4. Tamoxifen
5. IUD
b. Diskrasia darah :
1. Tromobositopenia
2. Fibrinolisin meningkat
3. Penyakit autoimmune
4. Leukoemia
5. Penyakit Von Willebrand
c. Sistemik :
1. Penyakit hepar (metabolisme estrogen terganggu )
2. Penyakit ginjal (hiperprolaktinemia)
3. Penyakit tiroid
d. Trauma :
1. Laserasi
2. Abrasi
3. Benda asing
e. Penyakit organik :
1. Komplikasi kehamilan
2. Mioma uteri
3. Keganasan servik / corpus uteri
4. Polip endometrium
5. Adenomiosis
6. Endometritis
7. Hiperplasia endometrium (yudin, 2016)
1.3 Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional yang anovulatoir adalah gangguan pada poros hipotalamus-
hipofise-ovarium yang mengakibatkan terjadinya perdarahan uterus yang tidak teratur, ber
kepanjangan dan dengan jumlah darah haid yang banyak. Dapat terjadi segera setelah menarche
bila poros hipotalamus-hipofisis-ovarium belum matang atau dapat terjadi pada masa
perimenopause dimana menurunnya kadar estrogen menyebabkan tidak adanya rangsangan
terjadinya agar dapat terjadi ovulasi.
Stimulasi estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron dapat menyebabkan terjadinya
proliferasi endometrium dan hiperplasia. Dengan tidak adanya progesteron yang diperlukan untuk
stabilisasi dan diferensiasi endometrium maka selaput mukosa akan rapuh dan luruh secara tidak
teratur.
Perdarahan uterus disfungsional yang ovulatoir dapat berupa polimenorea, oligomenorea,
bercak perdarahan pada pertengahan siklus dan menoragia. Polimenorea diperkirakan terjadi akibat
disfungsi fase luteal sehingga siklus berlangsung lebih pendek (kurang dari 21 hari) , sementara itu
oligomenroea adalah disfungsi fase folikuler yang memanjang sehingga siklus berlangsung lebih
panjang (lebih dari 35 hari). Bercak perdarahan pada pertengahan siklus haid terjadi sebelum
ovulasi disebabkan oleh kadar estrogen yang menurun.6 Menoragia adalah perdarahan haid yang
berlebihan (lebih dari 80 ml per siklus) dan hal ini dapat disebabkan oleh gangguan hemostasis
endometrium. (yudin, 2016)
1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan hormonal
b. Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali memerlukan estrogen
dosis tinggi ( kadang-kadang diberikan intravena)
c. Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau disertai dengan
progestin, bila perdarahan masih belum berhenti perlu dilakukan D & C
d. PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada hari ke 10 – 15
dilanjutkan dengan pemberian progestin
e. Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang diperkirakan sudah
memiliki kadar estroen endogen cukup untuk melakukan sensitisasi reseptor progesterone
f. Pada pasien yang lebih ‘tua’ yang tidak memberikan respon terhadap obat secara memadai dan
tidak menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan tindakan radikal yang permanen:
- Ablasi endometrium
- Histerektomi (masahfy, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N. Laporan Pendahuluan Anemia Diruang Dahlia Rsud Dr. Soedirman Kebumen, (Online),
(http:// elib. stikesmuhgombong. ac. id/ 174/ 1/ NILNA %20 AZIZAH %20 NIM.
%20A01301790.pdf), diakses pada 03 September 2018.
Fahrizal, Khoirul. 2018. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// eprints. Undip. ac. id/ 44812/
3/Khoirul_Fahrizal_R_22010110110113_Bab2KTI.pdf), diakses pada 03 September 2018.
Karsinah. 2010. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// repository. ump. ac. id/ 4996/ 6/Karsinah
%20BAB%20II.pdf), diakses pada 03 September 2018.
ums.ac.id. 2018. Bab I Konsep Dasar, (Online), (http:// eprints. ums. ac. id/ 16666/ 2/BAB_I.pdf),
diakses pada 03 September 2018.
Wong, D. L., 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. 4 penyunt. Jakarta: EGC.
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. S
b. No. Rekam Medis : 52****
c. Tanggal Lahir : 21 Januari 1981
d. Usia : 40 tahun
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : wiaswasta
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa
i. Alamat : Kepanjen Malang
II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)
a. Nama : Tn. J
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 45 tahun
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa
h. Alamat : Kepanjen Malang
III. KELUHAN UTAMA :
- Pendarahan pada vagina keluar sedikit-dikit tidak berhenti sejak 1 bulan yang lalu.
IV. RIWAYAT PERKAWINAN :
Status Menikah : Ya
Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 17 tahun
Lama Pernikahan : 24 tahun
V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : menggunakan KB suntik
Metode yang pernah dipakai : Tidak ada
b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : - lama : - (Bln/Thn)
c. Keluhan KB : (√) Tidak Ada,
X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut : (√) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan : ( ) Ya (√) tidak ada
3. Nyeri saat diraba : ( ) Ya (√) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : terkadang pusing
b. Wajah :
1. Edema wajah : ( ) Ya (√ ) tidak ada
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : Pasien terlihat pucat
c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya (√) tidak
2. Konjuntiva anemis : (√) Ya ( ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan :
d. Hidung :
1. Sekret : ( ) Ya (√) tidak
2. Polip : ( ) Ya (√) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________
f. Telinga :
1. Serumen : ( ) Ya (√) tidak ada
2. Sekresi : ( ) Ya (√) tidak ada
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________
g. Leher :
1. Kelejar tiroid : ( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________
h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________
( )
ANALISA DATA PASIEN NY. P
2. Anxietas b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (I.08238) 21-12- 1 Cek ttv dan keadaan 21-12- S : pasien mengatakan
krisis situasional ( keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 tampak lebih tenang
D.0080) jam “Tingkat Anxietas Observasi 2 Memposisikan
(L.09093)” menurun, 1 Identifikasi ketegangan otot, pasien senyaman O:
dengan kriteria hasil: kemampuan dan penggunaan mungkin dan edukasi Perilaku Menurun
Perilaku Menurun teknik pasien untuk gelisah
gelisah 2 Monitor respon terhadap mobilisasi miring Perilaku Menurun
Perilaku Menurn relaksasi kanan miring kiri, tegang
tegang Terapeutik berjalan dan duduk tremor Menurun
tremor Menurun 1. Ciptakan lingkungan 3 Menganjurkan rileks
yang tenang 4 Mengajarkan teknik pucat Menurun
2. Berikan informasi
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 1
Pucat Menurun tertulis tentang nafas dalam A : Masalah teratasi
persiapan dan prosedur 5 Menganjurkan sebagian
relaksasi mencoba teknik P : lanjutkan intervensi
Edukasi nafas dalam secara mandiri
1. Jelaskan tujuan, mandiri
manfaat dan jenis 6 Memasukkan prc1
relaksasi ( relaksasi dan 2
nafas dalam ) 7 Menyeka pasien
2. Anjurkan mengambil 8 Melakukan TTV
posisi nyaman 9 Mengganti infus RL
3. Anjurkan rileks dan 20 tpm
merasakan sensasi 10 Injeksi obat
relaksasi ciprofloxcacin
4. Anjurkan sering 11 Membersihkan
mengulang dan melatih tempat tidur px
teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan
latih teknik relaksasi
3. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) 23-12- 1. Cek ttv dan keadaan 23-12- S : pasien mengatakan nyeri
agen pencedera keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 sedikit berkurang
fisik d.d keluhan jam “Tingkat nyeri Observasi 2. Memposisikan O:
nyeri, tampak (L.08066)” menurun, 1. Identifikasi lokasi, pasien senyaman - Tampak
meringis, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, mungkin dan edukasi tenang
bersikap protektif Keluhan Menurun frekuensi, kualitas, pasien untuk - Gelisah
nadi meningkat nyeri intensitas nyeri mobilisasi miring menurun
(D.0077) Meringis Membaik 2. Idenfitikasi skala nyeri kanan miring kiri, - Ttv
Gelisah Menurun 3. Identifikasi pengaruh berjalan dan duduk A : Masalah teratasi
nyeri pada kualitas 3. Observasi keadaan sebagian
Frekuensi Membaik hidup luka pasien P : Lanjutkan intervensi
nadi 4. Monitor keberhasilan 4. Edukasi cara
terapi komplementer merawat luka yang
yang sudah diberikan benar dan
5. Monitor efek samping mengajarkan hidup
penggunaan analgetik bersih
5. Pemberian Injeksi
Terapeutik
2. Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (I.08238) 22-12- 1. Cek ttv dan keadaan 22-12- S : pasien mengatakan
keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 tampak lebih tenang
jam “Tingkat Anxietas Observasi 2. Memposisikan
(L.09093)” menurun, 1. Identifikasi ketegangan pasien senyaman O:
dengan kriteria hasil: otot, kemampuan dan mungkin dan edukasi Perilaku Menurun
Perilaku Menurun penggunaan teknik pasien untuk gelisah
gelisah 2. Monitor respon mobilisasi miring Perilaku Menurn
Perilaku Menurn terhadap relaksasi kanan miring kiri, tegang
tegang Terapeutik berjalan dan duduk tremor Menurun
3. Ciptakan lingkungan
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 4
tremor Menurun yang tenang 3. Menganjurkan rileks
4. Berikan informasi 4. Mengajarkan teknik pucat Menurun
pucat Menurun tertulis tentang nafas dalam
persiapan dan prosedur 3 Menganjurkan A : Masalah teratasi sebagian
relaksasi mencoba teknik P : lanjutkan intervensi
Edukasi nafas dalam secara mandiri
6. Jelaskan tujuan, mandiri
manfaat dan jenis 4 Mengganti infus
relaksasi ( relaksasi pasien
nafas dalam ) 5 Memasukkan prc 3
7. Anjurkan mengambil 6 Mengganti infus RL
posisi nyaman 20 tpm
8. Anjurkan rileks dan 7 Injeksi obat
merasakan sensasi ciprofloxcacin
relaksasi 8
9. Anjurkan sering
mengulang dan melatih
teknik yang dipilih
10. Demontrasikan dan
latih teknik relaksasi
3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) 24-12- 1. Cek ttv dan keadaan 24-12- S : pasien mengatakan nyeri
agen pencedera keperawatan selama 2x24 2021 pasien 2021 berkurang
fisik d.d keluhan jam “Tingkat nyeri Observasi 2. Memposisikan O:
nyeri, tampak (L.08066)” menurun, 1. Identifikasi lokasi, pasien senyaman - Tampak
meringis, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, mungkin dan edukasi tenang
bersikap protektif Keluhan Menurun frekuensi, kualitas, pasien untuk - Gelisah
nadi meningkat nyeri intensitas nyeri mobilisasi miring menurun
(D.0077) Meringis Membaik 2. Idenfitikasi skala nyeri kanan miring kiri, - Ttv
Gelisah Menurun 3. Identifikasi pengaruh berjalan dan duduk - Skala nyeri 4
nyeri pada kualitas 4. Pemberian Injeksi A : masalah teratasi sebgian
Frekuensi Membaik hidup dan analgesic serta P: lanjutkan intervensi
nadi 4. Monitor keberhasilan Injeksi
terapi komplementer ciprofloxcacin
yang sudah diberikan 5. Ajarkan teknik nafas
5. Monitor efek samping dalam dan distraksi
penggunaan analgetik
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2014/2015 5
6. Mengganti infus
Terapeutik pasien ( RL 20 TPM)
1. Berikan teknik 7. Membersihkan
nonfarmakologis untuk tempat tidur pasien
mengurangi rasa nyeri 8. Menyeka pasien
(misal: akupresur,
terapi music, relaksasi
napas dalam,
aromaterapi, terapi
murrotal, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin)Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misal: suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu