Anda di halaman 1dari 3

DAFFA HILMI W

10 MAKKAH
TUGAS MAKALAH
PKN
Kasus Mantri Desa Misran

A. PERMASALAHAN

Mantri desa, Misran, dipidana penjara 3 bulan oleh PN Tenggarong tahun


2009. Dia dihukum karena menolong orang tetapi dianggap salah karena bukan
dokter. Putusan ini lalu dikuatkan oleh PT Samarinda, beberapa waktu setelah itu.
Akibat putusan pengadilan ini, 8 mantri memohon keadilan ke MK karena
merasa dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan. Lantas, MK mengabulkan
permohonan Misran pada 27 Juni 2011. Akibat dikabulkan nya permohonan ini,
maka mantri desa di seluruh Indonesia boleh melayani masyarakat layaknya dokter
atauapoteker dalam kondisi darurat.
MK menilai pasal 108 ayat (1) UU No 36/2009 bertentangan dengan UUD
1945. Pasal yang tidak mempunyai kekuatan hukum yaitu sepanjang frase " …
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai peraturan perundangan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Munculnya kasus yang menimpa seorang perawat di Puskesmas Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, karena memberikan obat keras kepada
masyarakat yang membutuhkan, dinilai semakin menunjukkan kelemahan sistem
hukum di Indonesia. Kasus hukum yang menjerat Misran, perawat di Kutai
Kartanegara, terjadi akibat belum adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur
tentang Kefarmasian.
Pria yang harus menjalani hukuman badan di balik jeruji besi, karena dituduh
melanggar Pasal 108 ayat (1) UU No 36 Tahun 2009 dan juga UU 36/ 2009 tentang
Kesehatan pasal 82 (1) huruf D jo Pasal 63 (1) UU No 32/1992 tentang Kesehatan.
Selama ini, ia mengaku tak mendapatkan kebenaran dan kepastian hukum,
dengan berlakunya pasal tersebut. Misran diketahui, harus menerima hukuman
penjara selama tiga bulan, pasalnya ia sebagai mantri memberikan pelayanan medis
kefarmasian kepada masyarakat di Desa Kuala Samboja, Kutai Kertanagara,
Kalimantan Timur.
Mahkamah Konstitusi, mengabulkan gugatannya atas uji materi UU No 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Dalam pendapat MK terhadap pasal yang diujikan Misran, bahwa Pasal 108
ayat (1) UU No 36/2009 bertentangan dengan UUD 1945.
"Pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai
bahwa tenaga kesehatan tersebut adalah kefarmasian, dan jika tidak ada tenaga
kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian terbatas, antara lain dokter/
dokter gigi, bidan, dan perawat".

MK, menilai dalam keadaan darurat, seorang perawat bisa melakukan


tindakan medis, jika jiwa pasien terancam.
Penjelasan Pasal 108 ayat 1 yang memberikan kewenangan terbatas
menimbulkan keadaan dilematis. Serta mengakibatkan tidak adanya kepastian
hukum yang adil sehingga bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945.

"Di satu sisi petugas kesehatan dengan kewenangan yang sangat terbatas
harus menyelamatkan pasien dalam keadaan darurat, sedangkan di sisi lain
memberikan obat dibayangi oleh ketakutan terhadap ancaman pidana," ujar
Hamdan.

C. PENYELESAIAN

Dalam kasus ini, menurut saya Misran tidak bersalah karena dia
menyelamatkan nyawa seorang pasien dalam keadaan darurat. Misran melakukan
tindakan tersebut karena keterbatasan tenaga kesehatan dan juga ahli farmasi
sangat terbatas.
Dengan adanya kejadian ini, pemerintah seharusnya memberikan bantuan
tenaga kerja kesahatan dan ahli farmasi yang dapat membantu masyarakat di
daerah terpencil seperti di daerah Kuala Samboja, Kutai Kartanegara

Anda mungkin juga menyukai