Anda di halaman 1dari 3

B.

          Catatan Kaki
1.     Pengertian catatan kaki
Catatan kaki adalah catatan pada  bagian bawah halaman teks yang menyatakan sumber suatu
kutipan, pendapat atau keterangan penyusunan mengenai suatu hal yang diuraikan dalam teks.
Catatan kaki biasanya dicetak dengan huruf lebih kecil daripada huruf di dalam teks guna
menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok.

2.     Fungsi catatan kaki


a)     Memberikan keterangan dan komentar
b)     Menjelaskan mengenai sumber kutipan atau pedoman penyusunan daftar bacaan
c)     Sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku
d)     Sebagai penghargaan terhadap karya orang lain

3.     Jenis dan cara penulisan catatan kaki


Catatan kaki terdiri dari 2 jenis yaitu footnote dan bodynote ditempatkan pada bagian bawah
halaman, sedangkan bodynote ditempatkan sejalur dengan tulisan atau bacaan pada teks yang
ditulis di dalam kurung.
Cara penulisan catatan kaki yang berasal dari berbagai sumber pada garis besarnya sama, yaitu
secara berurutan : nama pengarang, koma, judul buku, koma, kurung buka, tempat penerbit,
koma, tahun penerbit, kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, jilid dan nomor halaman.

a.       Cara penulisan catatan kaki


1.       Sumber yang dirujuk berupa buku :
a)     Nama penyusun tanpa dibalik seperti dalam daftar pustaka. Contoh :[i] Selo Soemardjan
…….
b)     Judul buku sesudah tanda koma, dicetak miring, dan huruf awal setiap kata-kata yang bukan
kata depan, kata sandang, dan kata penghubung ditulis dengan huruf kapital contoh : [ii]
……….., Sosiologi Pendidikan, ……….
c)     Nama editor, penerjemah atau pemberi kata pengantar (jika ada), dicantumkan (sesudah
tanda koma). Contoh : [iii]…., Metode Penelitian Kualitatif, Editor Sugiyono,…..
d)     Nomor cetakan atau edisi (jika ada) sesudah tanda koma. Contoh : [iv] Hasyim
Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi,  edisi dan kata pengantar M. Amin Sukur,
Cet. I (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hal 1-4.
e)     Nama kota tempat penerbitan sesudah tanda kurung buka tanpa spasi. Jika tidak ada, diganti
dengan ttp (tanpa tempat penerbitan). Contoh : [v] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan,
(Yogyakarta: ttp, 2012), hal 9.
f)      Nama Penerbit sesudah titik dua. Jika tidak ada diganti dengan tnp (tanpa nama penerbit).
Contoh :[vi] Al-Syafi’I, Al-Um, (ttp:tnp., tt), hal. 304.
g)     Tahun terbit setelah tanda koma dan langsung diikuti oleh kurung tutup tanpa spasi. Jika
tidak ada tahun terbit, diganti dengan t,t (tanpa tahun). Contoh : [vii] Al-Syafi’I, Al-Um, (ttp:tnp.,
tt), hal. 304.
h)     Nomor jilid (jika ada) dengan angka romawi besar sesudah tanda koma. Jika tidak ada
nomor jilid, diganti dengan hal. (singkatan dari halaman). Contoh :  [viii] Al-Syafi’I, Al-Um,
(ttp:tnp., tt), hal. 304.

2.       Penulis lebih dari satu orang


Apabila penyusunya lebih dari satu orang, maka nama kedua penyusun itu ditulis dengan kata
penghubung dan. Apabila lebih dari dua orang cukup nama penyusun pertama saja yang ditulis
dan nama-nama lain ditulis dengan dkk. Contoh : [ix] Ikhsan dan Sena, Ilmu Perpustakaan, Cet.
I (Yogyakarta: Ilmu Perss, 2000), hal. 9.
3.       Penyusun adalah Editor
Apabila penyusun adalah editor, maka didalam catatan kaki sesudah nama penyusun yang
sekaligus editor itu ditulis (ed). (singkatan dari editor) . Contoh : [x] Sanusi (ed.), Metode
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Gramedia, 1980), hal.9.
4.       Penyusun adalah suatu perhimpunan, lembaga, panitia, atau tim
Apabila penyusun adalah suatu perhimpunan, lembaga, panitia, atau tim, maka dalam catatan
kaki pada tempat nama penyusun itu ditulis nama penghimpun, lembaga, panitia atau tim itu.
Contoh : [xi] Panitia Penerbitan Buku dan Seminar, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70
Tahun Harun Nasution, Cet 1 (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989), hal.89.
5.       Tanpa nama penyusun
Apabila buku yang dirujuk tidak ada nama penyusunnya, maka dalam catatan kaki langsung
ditulis judul buku. Contoh : [xii] Ke-Nu-an (Yogyakarta: Pengurus Wilayah NU   DY,1999), hal.
22.
6.       Buku Terjemahan
Apabila Sumber Rujukan buku terjemahan, maka dalam catatan kaki disebutkan pengarang asli,
judul terjemahan, penerjemah. Jika judul asli tidak diterjemahkan, disebutkan judul asli dan
apabila diinginkan menyebutkan bahasa asli atau judul asli bersama judul terjemahan dapat
dilakukan seperti contoh : [xiii] Al-Syafi;I, Ar-Risalah, alih bahasa Ahmadie Toha, Cet I
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hal.46.
7.       Buku Saduran
Apabila sumber yang dirujuk adalah buku saduran, maka dalam catatan kaki disebutkan
pengarang asli, judul buku dan penyadur. Jika tidak ada pengarang asli, disebutkan nama
penyadur yang diikuti oleh singkatan (peny.). Contoh : [xiv]Lili Rosyidi (peny.), Filsafat Ilmu,
Cet 2 (Bandung: CV Remaja, 1987), hal.4.
8.       Himpunan Artikel
Apabila buku yang dirujuk adalah sumber artikel, maka penulisan catatan kakinya sebagai
berikut : [xv]Ani, “Pebelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar”, dalam Jauhar Hatta
(ed.) Pembelajaran di SD, Cet. 1 (Yogyakarta : Pena, 2008), hal. 123.
9.       Ensiklopedi dan Kamus
Apabila buku yang dirujuk adalah ensiklopedi atau kamus sama penulisanya catatan kakinya
yaitu: [xvi] Al-Mu;jam al-falsafi, Lembaga Bahasa ARRAM (Kairo: Al-Matabai; al-Amiriyyah,
1978), hal. 123, artikel : “Qanun”, oleh Musa.
10.    Majalah, Jurnal, Surat Kabar
a.      Terdapat nama pengarang
Apabila yang ditulis dari majalah, surat kabar, jurnal ataupun penerbitan berkala lainnya maka
penulisannya: Khoiruddin Bashori, “ Pendidikan Karakter”, Kedaulatan Rakyat, No. 11, Tahun
XLI (24 Januari 2012), hal. 8. Kolom 7.

b.     Tidak terdapat pengarang


Apabila tidak ada pengarang, maka disebutkan judul atau langsung nama penerbitan yang
bersangkutan. Contoh : [xvii] KUHP yang Baru Harus Beri Rasa Keadilan
Masyarakat”, Kedaulatan Rakyat, 123, Tahun XLI (12 Oktober 2010), hal. 9.
11.    Internet
Apabila mengutip dari internet maka penulisan catatan kakinya sebagai
berikut : [xviii] Khoirudin Bashori, “Manusia Bekas”, dikutip dari http//www.uin.suka-ac.id/-
artikel 1109/accessed 24 Oktober 2009.

4.     Contoh catatan kaki (Footnote dan bodynote)


a)     Anif Sirsaeba el-Shirazi, Fenomena Ayat-ayat Cinta (Jakarta: Republika,2006), hlm.350.
(Footnote)
b)     Dorongan untuk mengafirkan orang lain yang berbedsa justru merupakan salah satu akibat
kegagan mengendalikan hawa nafsu lho. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa menuduh saudaranya yang muslim sebagai kafir maka salah satu dari keduanya
sangat berhak untuk mendapatkan sifat itu.” Maunya sih, menyampaikan pendapat hukum islam
yang dianggap benar, tapi gara-gara jatuh kedalam takfir, jadi hawa nafsu, malah jatuh jadi kafir
sendiri, iiiih, serem. (K.H.S.S.Djam’an : 17). (Bodynote).

Anda mungkin juga menyukai