Anda di halaman 1dari 7

Kutipan dan Daftar Pustaka

Pengantar
Dalam kegiatan menulis, terlebih menulis karya ilmiah, seorang penulis kerap menemukan kendala-kendala
dalam pelaksanaannya. Pengetahuan yang minim mengenai hakikat karya ilmiah merupakan salah satu faktor
penyebabnya. Selain itu, kendala lain muncul dari ketidakpahaman mengenai masalah teknis penulisan, seperti
masalah penulisan kutipan dan daftar pustaka.
Dalam membuat sebuah karya ilmiah, penulis karya ilmiah tentunya akan meramu pendapat dari berbagai
ahli untuk menunjang, memperkuat, atau membandingkan pendapat-pendapat yang ada. Proses pemindahan
pendapat dari sebuah buku, jurnal, atau karya lain yang diajukan oleh seseorang ke dalam sebuah tulisan inilah yang
dinamakan pengutipan. Pengutipan bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk mengetahui dan
sebagai pertanggungjawaban atas pengutipan yang dilakukan, seorang penulis membuat sebuah daftar identitas di
mana kutipan tersebut diperoleh. Daftar itu setidaknya memuat nama penulis kutipan, tahun, judul, dan identitas
penerbitan. Daftar identitas inilah yang disebut dengan daftar pustaka.

11.1 Pengutipan dalam Karya Ilmiah


Apabila kita perhatikan makalah ataupun jenis karya ilmiah yang lain, penulis karya ilmiah tersebut
mengemukakan pendapat orang lain yang berasal dari buku atau sumber lain seperti artikel, laporan penelitian, dan
sebagainya. Pendapat orang lain itu ditandai dengan adanya keterangan dalam tanda kurung, seperti (Prayitno
dkk.,2000: 14-15). Pendapat orang lain itu memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh penulis karya ilmiah
tersebut. Pendapat yang dikutip itu disebut kutipan. Prabawa (2000:185) menyatakan bahwa kutipan adalah
pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang atau ucapan orang terkenal yang terdapat dalam buku, majalah,
jurnal, surat kabar, antologi, hasilpenelitian, dan penerbitan-penerbitan lain. Lebih jauh dari itu, Prabawa (2000)
menyatakan bahwa tujuan membuat kutipan, yaitu (a) sebagai barang bukti untuk menunjang pendapat penulis; (b)
sebagai bahan bukti untuk membedakan dengan pendapat penulis; (c) sebagai bahan bukti untuk perbandingan
dengan pendapat penulis; dan (d) sebagai bahan bukti yang disanggah penulis.
Kutipan dibedakan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan
yang langsung mengambil dari sumber asli tanpa mengubah bahasanya. Sementara itu, kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang hanya mengambil inti sarinya saja, bahasa yang dituangkan dalam kutipan menggunakan
bahasa penulis karya ilmiah itu sendiri. Untuk memperjelas pemahaman mengenai kutipan langsung dan tidak
langsung, dapat diperhatikan dalam uraian berikut.

a) Kutipan langsung
Kutipan langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli secara utuh atau lengkap baik itu berupa frase
atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas :
(1) Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris (kutipan langsung pendek);
(2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris (kutipan langsung panjang).
Teknik penulisan kutipan langsung pendek:
(1) kutipan ditulis serangkai dengan teks;
(2) spasi kutipan menyesuaikan dengan teks (biasanya 1,5 spasi pada makalah dan proposal, sedangkan 2 spasi
pada skripsi ataupun tesis);
(3) memakai tanda petik dua di awal dan akhir kutipan;
(4) menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman tempat mengutip; penulisan nama
pengarang dapat di awal kutipan atau di belakang kutipan.
Contoh:

……(teks)….. King (2007:xvi) berpendapat bahwa “berbicara


merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling
mendasar, yang membedakan kita sebagai suatu spesies”.
……(teks)…..

Atau:

……(teks)….. “berbicara merupakan bentuk komunikasi


manusia yang paling mendasar, yang membedakan kita
sebagai suatu spesies” (King, 2007:xvi). ……(teks)…..

Teknik penulisan kutipan langsung panjang:


(1) dipisahkan dari teks;
(2) spasi dalam kutipan adalah satu spasi
(3) dapat menggunakan tanda petik dua atau tidak (opsional) (Sofyan, dkk., 2007:83);
(4) menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman tempat mengutip; penulisan nama
pengarang dapat di awal kutipan atau di belakang kutipan.
Contoh:

……(teks)….. Lebih luas dari itu, Tarigan dan Suhender (1986:23)


menyatakan sebagai berikut.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Berbicara lebih dari sekadar mengucapkan bunyi-
bunyi atau kata-kata. Berbicara untuk mengomunikasikan
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan

b) Kutipan tidak langsung


Kutipan tidak langsung dapat diartikan meminjam pendapat para ahli tidak secara utuh. Penulis mengambil
intinya atau topiknya saja, lalu dikembangkan dengan pendapat penulis (tak terdapat perbedaan).
Teknik penulisan kutipan tidak langsung:
(1) kutipan disatukan dengan teks;
(2) spasi kutipan menyesuaikan dengan teks;
(3) tanpa adanya tanda petik dua;
(4) mencantumkan nama (belakang) pengarang, tahun, dan halaman.
Contoh:

…………………………………………(teks)….. Berbicara adalah suatu


keterampilan menyampaikan pesan secara lisan (Wendra,
2006:4). ……(teks)………………………………

Kutipan tidak langsung bila kutipan bersumber dari kutipan lain


Seorang penulis kadang kala mengutip pendapat ahli dari buku ataupun teks lain karena tidak menemukan
sumber asli dari pendapat ahli tersebut. Jika demikian, penulis haruslah mengemukakan tempat di mana ia
memperoleh kutipan tersebut. Berikut adalah contoh kutipan yang dikutip dari kutipan lain.

………………………..……(teks)…………… Thompson (dalam


Mudini dan Purba, 2009:18) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan fitur mendasar dari kehidupan sosial dan bahasa
merupakan komponen utamanya. …… (teks) …….

11.2 Penulisan Daftar Pustaka (Bibliografi)


Daftar putaka adalah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah (misalnya makalah atau skripsi) yang
berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun secara alfabetis. Daftar pustaka memiliki sejumlah fungsi,
seperti (1) menunjukkan bahwa tulisan itu ilmiah (bersifat ilmu pengetahuan); (2) menginformasikan bahwa karya
ilmiah itu (penelitian) memiliki referensi dan akumulasi dari karya ilmiah terdahulu; dan (3) merupakan alat kontrol
pada landasan teoretis atau tinjauan pustaka.

Daftar pustaka berisi data seperti berikut:


(1) nama pengarang, dengan nama akhir diletakkan di bagian depan, dipisahkan tanda koma. Gelar
akademik tidak ditulis,
(2) tahun terbit,
(3) judul,
(4) tempat terbit, dan
(5) nama penerbit
Contoh:
Penulis satu orang

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III.


Jakarta: PT Gramedia.

Keterangan:
- Nama penulis dibalik, dipisahkan oleh tanda koma.

Penulis dua orang

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi


Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Keterangan:
- Nama penulis kedua ditulis biasa, tanpa ada pembalikan nama.

Penulis tiga orang atau lebih

Isjoni, H., dkk. 2007. Pembelajaran Visioner: Perpaduan


Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keterangan:
- Hanya nama penulis pertama yang dicantumkan. Nama-nama penulis lainnya diganti dengan et.al atau dkk.
(dan kawan-kawan).

Terdapat beberapa cara penulisan daftar pustaka sesuai dengan jenis karangannya (buku, artikel, dokumen
resmi, dsb). Berikut akan dijelaskan satu per satu teknik-teknik penulisan daftar pustaka tersebut.
Sumber berupa buku
Teknik penulisan daftar pustaka yang bersumber dari buku menggunakan teknik sebagaimana yang telah
dipaparkan pada bagian sebelumnya, baik buku yang ditulis oleh satu orang pengarang, dua orang pengarang,
maupun tiga orang pengarang atau lebih. Jika pengarangnya memiliki dua buku yang diterbitkan dalam tahun yang
sama dengan judul buku yang berbeda, maka teknik yang digunakan adalah dengan menambahkan huruf (a,b) di
belakang tahun terbit buku tersebut (Undiksha, 2011:37).
Contoh:

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002a. Psikologi Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002b. Rahasia Sukses Belajar.

Sumber berupa buku terjemahan memiliki teknik penulisan yang berbeda. Dalam hal ini, nama pengarang
yang disebutkan adalah nama pengarang asli, tahun terbitnya adalah tahun terbit naskah terjemahan, ditambahkan
kata terjemahan diikuti nama penerjemah serta judul naskah asli dan tahun terbitnya, terakhir adalah kota penerbit
dan penerbit terjemahan.
Contoh:

Gagne, Robert M. 1990. Kondisi belajar dan Teori


Pembelajaran. Terjemahan Munandir, disunting oleh
Handy Kartawirata. The Conditions of Learning and
Theory of Instruction (Fourth Edition). 1977. Jakarta:
Sumber berupa artikel
Sebuah artikel bisa terdapat dalam buku kumpulan karangan atau bisa juga dalam jurnal, makalah, buletin,
dan koran. Dalam hal ini, judul artikel ditempatkan di antara tanda petik rangkap (“….”), hurufnya dicetak biasa.
Contoh:

Dantes, Nyoman. 2007. “Pengembangan Materi dan Model


Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS
SMP” (halaman 21-26). Jurnal Pendidikan dan
Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.

Lasmawan, Wayan dkk. 2009. “Vonis Mati Terhadap Mayat:


Rekonstruksi Pemakaian Adat Istiadat pada
Masyarakat Hindu Bali”. Media Komunikasi Ilmu
Sosial, Volume 3, Tahun ke XVII (halaman 75-79).
Wibisono, Encep. 2009. “Meretas Nilai-nilai Demokrasi
dalam Praktek Pendidikan di Era Otonomi”. Pikiran
Rakyat, 21 Januari 2009, halaman 5, kolom 2-6.

Bentuk sumber yang ditulis mirib dengan artikel ialah makalah. Dalam hal ini, yang perlu ditambahkan pada
daftar pustaka makalah adalah nama temu ilmiah di mana makalah itu disajikan dan tanggal penyelenggaraannya.
Contoh:

Dantes, Nyoman. 2009. “Penelitian Kuantitatif” (makalah).


Disajikan pada Workshop Penelitian Bagi Dosen
UNHI Bali, tanggal 23-24 Oktober 2009.
Sumber dari internet
Untuk sumber dari internet, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Estherlydia. 2011. “Hubungan Guru dan Murid”. Dalam


http:// hal 022-049 Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK PENABUR
Sukabumi. Diunduh 4 Januari 2012.

Sumber-sumber lain
Sumber lain yang dimaksud bisa berupa dokumen resmi, seperi undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden, awig-awig desa adat, dan lain-lain. Dalam hal ini kadang-kadang penerbitnya tidak disebutkan
atau ada lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan, tetapi pasti bukan penulis perorangan. Untuk itu, cara
penulisannya dapat dilakukan sebagaimana contoh berikut.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009


tentang Tata cara Pengelolaan keuangan Negara.
2009. Jakarta: Kementerian Keuangan RI.

Dirjendikti. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Dana

Untuk materi atau sumber yang diambil dari skripsi, tesis, dan atau disertasi, maka penulisannya dapat dilakukan
dengan mengacu pada contoh berikut.

Atmadja, I Nengah Bawa. 1998. Memudarnya Demokrasi Desa.


Disertasi. (tidak diterbitkan). Jakarta: Program
Pascasarjana Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai