Anda di halaman 1dari 89

UKL-UPL

KEGIATAN WISATA TIRTA

KATA PENGANTAR

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UKL-UPL) merupakan salah satu dokumen lingkungan yang wajib
dimiliki pemrakarsa usaha/ kegiatan yang tidak menimbulkan dampak penting, namun
perlu dikelola. Kewajiban tersebut merupakan langkah awal untuk mengelola dampak
lingkungan dalam rangka pengembangan kegiatan penyediaan sarana Wisata Surfing PT.
Bali Slancar Santai.
Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang
izin lingkungan mengatur bahwa kegiatan yang tidak wajib Amdal cukup menyusun
dokumen Upaya Pengelolaan Lingungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-
UPL).
Dokumen UKL-UPL Kegiatan Penyediaan Sarana Wisata Surfing PT. Bali
Slancar Santai disusun dengan tujuan selain memenuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku, juga sebagai pedoman pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kegiatan yang dilakukan.
Penyusunan dokumen ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup. Adapun materi yang disajikan dalam UKL dan UPL ini adalah
identitas perusahaan, rencana kegiatan, dampak lingkungan, upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, dan jenis perijinan yang dibutuhkan.

Denpasar 29 Agustus 2019


PT. Bali Slancar Santai

I MADE SUDARSANA
Direktur

i
UKL-UPL
KEGIATAN WISATA TIRTA
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Penanggung jawab : I MADE SUDARSANA
Jabatan : Direktur
Alamat Lengka : JL Pungutan No. 16, Sanur, Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar Provinsi Bali
Telp/Fax. : 081246295153
Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan dari kegiatan usaha:
Nama Perusahaan : PT. BALI SLANCAR SANTAI
Alamat Lengkap : JL Sekar Tunjung XIV No. 37, Lingkungan Kertagraha,
Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur,
Kota Denpasar, Provinsi Bali 80237
Nama Perusahaan : Wisata Tirta (Surfing)
Nomor Telp./Fax : 0361 4701201
Lokasi kegiatar; : Perairan Laut Seluruh Bali, meliputi:
Perairan Laut Nusa Penida, Nusa Lembongan,
Pantai Berawa, Pantai Batu Bolong, Pantai Pererenan,
Pantai Kedungu, Pantai Kuta.
Berdasarkan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) (terlampir), dengan ini kami menyatakan
hal-hal sebagai berikut:
1. Data / informasi yang tertuang dalam Dokumen Lingkungan (UKL-UPL) ini
sesuai dengan keadaan riil di lapangan;
2. Bersedia melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup seperti
yang tercantum dalam Dokumen Lingkungan (UKL-UPL), dan bersedia
melaporkan hasilnya kepada instansi terkait setiap 6 (enam) bulan sekali;
3. Apabila kami lalai dalam melaksanakan UKL-UPL ini, kami bersedia
menghentikan operasional perusahaan kami;
4. Bersedia memperbaharui Dokumen UKL-UPL dimaksud, apabila terjadi
perubahan kapasitas/ lokasi dan lain-lain, sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku

ii
5. Bersedia melakukan pemulihan lingkungan, apabila terjadi kerusakan
lingkungan hidup akibat aktivitas perusahaan kami;
6. Bersedia melakukan pelestarian pantai di masing-masing lokasi kegiatan Surfing
7. Bersedia menerima pemantauan dan pengawasan lingkungan dari instansi yang
berwenang;
8. Bersedia menanam pohon penghijauan paling sedikit 500 (lima ratus) pohon di
masing-masing desa tempat lokasi surfing
9. Bersedia mengumpulkan, memisahkan dan menyalurkan sampah plastik:
10. Bersedia mengolah sampah organik menjadi kompos;
11. Bersedia membuat sumur resapan / lubang biopori sesuai kebutuhan di sekitar
kantor.
12. Bersedia menyediakan/ membeli pupuk organik dari kegiatan SIMANTRI yang
ada di lokasi kegiatan
13. Berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar lokasi kegiatan
surfing
Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, 29 Agustus 2019


Yang membuat pernyataan,
PT. BALI SLANCAR SANTAI

I MADE SUDARSANA
Direktur

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGHANTAR ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ................................................................................. 4
1.3 Identitas Perusahaan ................................................................................... 4

BAB II RENCANA USAHA/KEGIATAN ........................................................ 6


2.1 Keterangan Badan Usaha ............................................................................ 6
2.2 Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan ................................................................. 6
2.3 Skala/Besaran Rencana Usaha/Kegiatan...................................................... 15
2.3.1 Fasilitas Kantor ................................................................................ 15
2.3.2 Tenaga Kerja .................................................................................... 17
2.3.3 Jumlah dan jenis peralatan ................................................................ 18
2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha/Kegiatan ........................................ 18
2.4.1 Kesesuaian Lahan dengan Rencana Tata Ruang ................................. 18
2.4.2 Jenis perijinan dan dokumen formal yang dimiliki ............................. 19
2.4.3 Rencana kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan ........ 19

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI DAN


UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ........................................................ 28
3.1 Dampak Lingkungan yang akan terjadi ....................................................... 28
3.1.1 Tahap pra konstruksi ......................................................................... 28
3.1.2 Tahap konstruksi .............................................................................. 29
3.1.3 Tahap operasional ............................................................................. 30
3.1.4 Tahap pasca operasional ................................................................... 35
3.2 Upaya Pengelolaan Lingkunga Hidup ......................................................... 37
3.2.1 Tahap pra konstruksi ......................................................................... 37

iv
3.2.2 Tahap konstruksi .............................................................................. 37
3.2.3 Tahap oprasional .............................................................................. 38
3.2.4 Tahap pasca operasional ................................................................... 45
3.3 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ....................................................... 46
3.3.1 Tahap pra konstruksi ......................................................................... 46
3.3.2 Tahap konstruksi .............................................................................. 47
3.3.3 Tahap operasional ............................................................................. 48
3.3.4 Tahap pasca operasional ................................................................... 55
3.4 Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ........................... 57
3.4.1 Institusi Pelaksana ............................................................................ 57
3.4.2 Institusi Pengawas ............................................................................ 57
3.4.3 Institusi Penerima Laporan................................................................ 58

BAB IV JUMLAH DAN JENIS IJIN PERLINDUNGAN DAN


PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG DIBUTUHKAN.............................. 81
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................... 84

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan usaha kepariwisataan di Bali semakin tahun semakin meningkat.
Salah satu investor/perusahaan di sektor pariwisata, yaitu PT. Bali Slancar Santai yang
bergerak di bidang usaha jasa penyediaan kegiatan dan peralatan Surfing, jasa rekreasi
wisata laut dan usaha Wisata tirta. Sampai saat ini usaha yang dikelola oleh PT. Bali
Slancar Santai. Lebih memfokuskan kegiatan pada usaha dalam bidang jasa wisata air
yaitu Surfing. Lokasi Kantor PT. Bali Slancar Santai terletak di JL Sekar Tunjung XIV
No. 37, Lingkungan Kertagraha, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kota Denpasar,
Provinsi Bali 80237 Aktivitas kegiatan tersebut, diperkirakan dapat menimbulkan
berbagai jenis dampak, baik positif maupun negatif. Dampak negatif yang timbul perlu
diupayakan pengelolaannya. Dampak negatif diusahakan menjadi seminimal mungkin,
sedangkan dampak positifnya perlu dikembangkan guna memberikan manfaat bagi
semua pihak, yaitu masyarakat, pemerintah, lingkungan dan pemrakarsa. Dampak
positif dari kegiatan tersebut antara lain berupa dimanfaatkannya obyek wisata alam
khususnya pantai, terbukanya peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah serta kelestarian lingkungan.
Namun di lain pihak, jika kegiatan tersebut tidak dikendalikan dergan baik dan
terencana, maka akan menimbulkan perubahan yang menyebabkan terjadinya degradasi
lingkungan fisik, seperti kerusakan terumbu karang dan terganggunya kehidupan ikan -
ikan di dalam laut. Selain itu dampak terhadap lingkungan sosial ju ga akan terjadi,
berupa munculnya konflik kepentingan, kecemburuan masyarakat sekitar, terjadinya
perang tarif antar perusahaan yang sejenis, dan adanya masalah hubungan kerja antara
manajemen pemrakarsa dengan karyawannya.
Untuk itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadinya
kerusakan lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial maupun budaya. Dengan demikian
pemrakarsa kegiatan tersebut sudah mulai mengambil berbagai langkah, yaitu mulai dari
mengikuti persyaratan peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan
bahwa pemrakarsa memiliki komitmen dalam mendukung program kelestarian
lingkungan. Usaha ini perlu dilakukan karena disadari bahwa kelestarian lingkungan
merupakan aset yang sangat besar dalam memajukan usaha ini. Langka h awal
pemrakarsa diwujudkan melalui ditaatinya peraturan perundangan yang berlaku tentang
lingkungan hidup yang salah satunya adalah menyusun Dokumen Upaya Pengelolaan

1
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) untuk
operasional kegiatan wisata air (Surfing) oleh PT. Bali Slancar Santai.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada pasal 34 Undang-undang
tersebut menyatakan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam
kriteria wajib Amdal sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) wajib memiliki
UKL-UPL. PT. Bali Slancar Santai ini merencanakan melakukan kegiatan wisata tirta
yang akan dilakukan di perairan laut seluruh Bali, Perairan Laut Nusa Penida, Nusa
Lembongan, Padangbai, Candidasa, Pantai Berawa, Pantai Batu Bolong, Pantai
Pererenan, Pantai Kedungu, Pantai Kuta. Dengan demikian kegiatan tersebut wajib
menyusun dan memiliki Dokumen UKL-UPL. Penyusunan dokumen ini mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik lndonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
Manfaat utama dari dokumen UKL-UPL ini bagi perusahaan (pemrakarsa) adalah
sebagai pedoman dalam pengelolaan dampak negatif yang timbul akibat kegiatannya.
Dari kondisi lingkungan yang ada dibandingkan dengan adanya jenis kegiatan/usaha
yang dilakukan, maka diprakirakan akan terjadi beberapa jenis dampak negatif, antara
lain kemungkinan terjadinya pencemaran air, kerusakan biota laut (terumbu karang dan
ikan), kecelakaan wisatawan, tindak kriminal, dan terjadinya konflik kepentingan.
Dampak negatif tersebut perlu diminimalkan melalui berbagai upaya pengelolaan
lingkungan.
Dalam upaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan kegiatan jasa wisata tirta ini mengacu pada peraturan perundangan, yaitu:
1) Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
2) Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2008, tentang Pelayaran.
3) Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008, tentang Pengelolaan
Sampah.
4) Undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009, tentang Kepariwisataan.
5) Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
6) Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan hidup.
7) Undang-undang Republik lndonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
8) Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

2
9) Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemeritah Daerah,
10) Undang-undang Repubiik Indonesia No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan
11) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan
12) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012, tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
13) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha
Pariwisata.
14) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 7 tahun 2007, tentang Usaha Penyediaan Sarana
Wisata Tirta.
15) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 tahun 2009, tentang Reneana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali.
16) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2015 tentang Arahan Peraturan
Zonasi Sistem Provinsi Bali
17) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
18) Peraturan Gubernur Bali No. 24 tahun 2008. Tentang lzin Usaha Penyediaan Sarana
Wisata Tirta.
19) Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 tahun 2016. Tentang Baku Mutu
Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

3
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan kegunaan disusunnya Dokumen UKL dan UPL ini adalah:
(3) Untuk memenuhi peraturan perundangan yang berlaku yaitu: Undang-undang
Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Ijin
Lingkungan.
(4) Tersusunnya suatu pedoman yang jelas dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan yang dilakukan.
(5) Mewujudkan komitmen perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dapat mewujudkannya melalui pelaksanaan UKL-UPL yang
disusun.
(6) Memberikan contoh yang baik kepada perusahaan lain yang ingin melakukan
berbagai jenis usaha di Wilayah Kabupaten Kota di Bali tanpa merusak
lingkungan.

1.3 Identitas Perusahaan


PT. Bali Slancar Santai merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang
pariwisata dengan khususnya kegiatan Wisata Tirta. Untuk maksud dan tujuan kegiatan
usaha tersebut. pemrakarsa memfokuskan kegiatan usahanya dalam kegiatan bersurfing
untuk menikmati keindahan pantai di Bali dan rekreasi air.
Untuk lebih jelasnya identitas perusahaan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Nama Perusahaan : PT. BALI SLANCAR SANTAI
Alamat Lengkap : JL Sekar Tunjung XIV No. 37, Lingkungan
Kertagraha, Kesiman Kertalangu, Kecamatan
Denpasar Timur, Kota Denpasar,
Provinsi Bali 80237
Lokasi kegiatan : Perairan Laut Seluruh Bali, meliputi:
Perairan Laut Nusa Penida, Nusa Lembongan,
Padangbai, Pantai Berawa, Pantai Batu Bolong
Pantai Pererenan, Pantai Kedungu,
Pantai Kuta
(2) Nama Penanggung Jawab : I MADE SUDARSANA
Jabatan : Direktur
Alamat Lengkap : JL Pungutan No. 16, Sanur, Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar Provinsi Bali
Telp/Fax. : 081246295153

4
(3) Bidang Usaha
Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas "PT. Bali Slancar Santai" dari
Notaris Bistok Situmorang, SH Nomor: 11, tanggal 17 Mei 2019 menyebutkan
bahwa salah satu bidang usahanya adalah usaha dalarn bidang Jasa Wisata Tirta.

5
BAB II
RENCANA USAHA/KEGIATAN

2.1 Keterangan Badan Usaha


Bentuk Hukum : Perseroan Terbatas (PT).
Akta Notaris : Akta Pendirian Perseroan Terbatas ''PT. Bali Slancar Santai”
Dari Notaris Bistok Situmorang, SH Nomor: 11, tanggal 17 Mei
2019

2.2 Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan


Lokasi kegiatan terbagi pada beberapa lokasi, tergantung dari usaha yang
dijalankan. Adapun lokasi usaha yang dijalankan oleh PT. Bali Slancar Santai:

2.2.1 Lokasi Kegiatan Surfing


Lokasi kegiatan Surfing PT. Bali Slancar Santai melakukan kegiatan di Perairan
laut Seluruh Bali yang kondisi rona lingkungannya secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:

1) Perairan Nusa Penida dan Lembongan


Kondisi Perairan:
Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali memiliki
keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Terdapat sekitar 1.49,05 hektar terumbu karang
dengan 286 jenis karang. Menurut Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten
Klungkung (SK Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 yang dikeluarkan pada
tanggal 7 Juli 2010) dimanfaatkan untuk, wisata bahari, perikanan yang berkelanjutan,
budidaya ramah lingkungan, penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi masyarakat
serta pemanfaatan sumberdaya laut lainnya secara lestari.
Kecamatan Nusa Penida termasuk ke dalam wilayah administrasai Kabupaten
Klungkung Provinsi Bali. Kecamatan ini memiliki luas sekitar 20.300 hektar yang
terdiri dari 3 pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan.
Kecamatan Nusa Penida merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupaten Klungkung,
bahkan di provinsi Bali. Kecamatan Nusa Penida memiliki garis pantai sekitar 70 km
dari 90 km yang dimiliki oleh Kabupaten Klungkung.
Kepulauan Nusa Penida terletak tidak lehih dari 15 mil laut dari pulau utama Bali.
Nusa Penida dapat dicapai dari 5 tempat yaitu Sanur, Pelahuhan Benoa, Kusamba,
Tanjung Benoa dan Padangbai. Banyak terdapat sarana tranportasi dan public-boat

6
setiap harinya yang mengantar penumpang dari dan ke kecamatan Nu sa Penida baik
pada pagi, siang dan sore hari. Nusa penida dapat dicapai sekitar 40 menit dengan
menggunakan speedboat double engine 85 PK. Terdapat pelabuhan ferry di Nusa penida
tempat bersandarnya kapal Roro dari Padangbai (Karangasem).
Perairan Nusa penida temasuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI 2). Kondisi
perairan Nusa Penida dipengaruhi oleh arus ITF dari Samudera Pa sifik ke Samudera
Hindia hal ini mempengaruhi sebaran plankton, kelimpahan ikan, dan struktur
komunitas terumbu karang. Perairan Nusa Penida dikenal memiliki arus yang cukup
kuat. Suhu perairan di Nusa Penida berkisar antara 25°C-28°C.
Ditinjau dari segi iklim Kabupaten Klungkung termasuk daerah yang beriklim
tropis, Bulan-bulan basah antara wilayah Klungkung yang ada di daratan Bali dan
wilayah Nusa Penida berbeda. Bulan-bulan basah di daratan klungkung dalam tahun
1997 selama 10 bulan, dan di Kecamatan Nusa Penida bulan-bulan hujan 10 bulan
dengan curah hujan 924 mm.
Kecamatan Nusa Penida yang memiliki tiga pulau utama yaitu Nusa Penida. Nusa
Ceningan dan Nusa Lembongan yang semuanya dikelilingi oleh terumbu karang tepi
(fringing reef) dengan luas 1600 hektar . Berdasarkan kaijian ekologi laut secara cepat
yang dilakukan oleh ahli karang dunia Dunia Dr. Emre Turak dari Australia pada bulan
Nopember 2009, ditemukan sekitar 296 jenis karang di perairan Nusa Penida.
Luas hutan Bakau di Kecamatan Nusa Penida sekitar 230 hektar yang terdapat di
Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Untuk hutan mangrove dijumpai 13 jenis
mangrove dan 7 tumbuhan asosiasi. Hutan mangrove tersebut berfungsi sebagai sumber
perikanan, ekowisata, pelindung alami pantai dan penverep karbondioksida. Padang
lamun di kecamatan Nusa Penida memiliki luas sekitar 108 hektar, Padang lamun ini
umumnya terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Terdapat sekitar 100 nelayan di Kecamatan Nusa Penida. Desa yang memiliki
jumlah nelayan terbanyak adalah Batununggul dan Suana. Lokasi penangkapan ikan
oleh nelayan pada umumnya pada kedalaman 40-200 meter dan jarak terjauh sekitar 5
rnil dan daratan. bahkan hingga ke Lombok. Tangkapan nelayan pada umunya ikan
tongkol, languan, kokak/terapu, hiu, cakalang dan lainnya. Wilayah penangkapan untuk
ikan ekspor seperti kokak berada di timur nusa penida dan selatan Nusa Penida.
sementara lokasi penangkapan ikan-ikan untuk dikonsumsi sendiri seperti tongkol
berada di sebelah utara dan Barat Nusa Penida.
Di perairan Nusa Penida terdapat 567 jenis ikan, 5 diantaranya jenis haru.
Kelompok ikan yang terdapat di perairan Nusa Penida adalah ikan kara ng. ikan pelagis
dan ikan dasar. Mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba juga kadang melintasi di

7
perairan Nusa Penida, bahkan di sebelah barat Nusa lembongan beberapa kali dijumpai
dugong yang muncul ke permukaan. Di perairan Nusa Penida, paling tidak dijumpai 2
jenis penyu yaitu penyu hijau (green turtle) dan Penyu sisik (hawksbill turtle). Beberapa
pantai di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan diduga sebagai lokasi penyu bertelur.
Ikan laut dalam seperti Ikan Mola-Mola (sunfish) muncul di perairan Nusa penida
sekitar bulan Juli-September setiap tahunnya. Beberapa lokasi perairan Nusa Penida
yang menjadi cleaning station bagi ikan Mola Mola seperti Crystal Bay (Desa Sakit),
Ceningan Wall (Desa Lembongan), Batu Abah (Desa Pejukutan), dan Sental (Desa Ped).
Lokasi tersebut menjadi lokasi penyelaman favorit saat Mola-Mola tiba.
Perairan di kecamatan Nusa Penida juga merupakan rumah bagi ikan pari manta.
Ikan ini sering dijumpai berkelompok 3-4 ekor. Tidak seperti ikan mola-mola yang
memiliki musim kemunculan. ikan pari manta dapat dijumpai sepanjang tahun di
perairan Nusa penida. Lokasi tempat biasa ikan pari manta ditemukan dikenal dengan
sebutan Manta Point, Lokasi penyelaman ini terdapat di sekitar Batu Lumbung (Desa
Batu Kandik).

Gambar 2.1 Rona lingkungan lokasi Surfing di Nusa Penida.

2) Pantai Berawa
Kondisi Perairan:
Pantai Berawa ini terletak di Banjar Berawa di Desa Canggu, Bali. Lokasinya bersebelahan
dengan beberapa pantai lain, di antaranya adalah Pantai Canggu, Pantai Batu Belig serta
Pantai Petitenget. Pantai Berawa Canggu Bali ini pun bisa dijangkau dari pusat Kota
Denpasar baik menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat, butuh waktu
perjalanan kurang lebih 20 menit. Selain dikenal dengan hamparan pasirnya yang luas,
pantai ini juga cukup populer di kalangan para pecinta olahraga surfing. Saat berkunjung ke
sini, Anda akan bias melihat deburan ombak yang sangat mempesona. Suasana yang sepi
dan dibarengi dengan gulungan ombak tinggi memang sangat cocok bagi para pesurfing.
Selain itu, Pantai Berawa di Canggu Bali ini juga terkenal mempunyai pemandangan
matahari terbenam yang tak kalah indahnya dengan di pantai lain. Dengan suasana yang
8
sepi, para pesurfing bisa menikmati ketenangan dalam menikmati pemandangan indah
matahari terbenam di sana. Pantai ini pun memberikan suasana yang lebih privasi jika
dibandingkan dengan pantai lain yang ada di Canggu, seperti Legian ataupun Petitenget.

Gambar 2.2 Keadaan Pantai Berawa

3) Pantai Batu Bolong


Kondisi Perairan:
Pantai ini terletak di kawasan Canggu yang masuk bagian dari wilayah Kecamatan Kuta
Utara di Kabupaten Badung. Pantai ini terletak sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Denpasar.
Perjalanan dari Denpasar menuju ke Pantai Batu Bolong ini pun tak kurang dari 25 menit.
Ombak sedang yang tersedia di pantai ini sangat bagus bagi para pesurfing, sangat cocok
untuk pemula yang ingin mempelajari olah raga surfing. Banyak spot spot yang bias ditemui
di pantai ini, sehingga para pesurfing dapat dengan leluasa menikmati berbagai lokasi ombak
yang tersaji.

Gambar 2.3. Keindahan Pantai Batu Bolong


4) Pantai Pererenan
Kondisi Perairan:
Pantai Pererenan terletak di desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung Bali. Berada dan terletak bersebelahan dengan Echo Beach atau Pantai
Batu Mejan Canggu, sehingga kedua pantai tersebut memiliki karakter pantai dan air
laut yang sama, sehingga dalam peta wisata tempat ini sering disebut sebagai pantai

9
Pererenan Canggu. Mengunjungi salah satu pantai tersebut, maka anda bisa
menikmati keindahan keduanya dengan mudah. Ombak yang tersaji di pantai ini
berintensitas sedang sangat cocok untuk melakukan kegiatan surfing.

Gambar 2.4. Keindahan pantai pererenan

5) Pantai Kedungu
Objek wisata Pantai Kedungu Tabanan ini berlokasi di Banjar Kedungu, Desa
Belalang, Kecamatan Kedungu, Kabupaten Tabanan. Jarak yang ditempuh untuk
bisa sampai di lokasi sekitar 32 KM dari Kota Denpasar. Dengan demikian
estimasi waktu yang dibutuhkan dari Denpasar khususnya bandara Ngurah Rai
sekitar 60 menit perjalanan. Ketika memasuki area pantai, akan langsung disambut
dengan deburan ombak yang ada di hamparan pasir putih yang sangat lembut. Di
samping itu, para pesurfing juga bisa menikmati keindahan dari pemandangan
tebing yang menyajikan air terjun kecil dengan tumpukan bebatuan indah yang
ada di atasnya. Air yang mengalir tersebut sangat jernih dan segar. Intensitas
ombak sedang di lokasi ini sangat cocok untuk kegiatan bersurfing.

Gambar 2.5. Keindahan pantai kedungu


6) Pantai Kuta
Pantai Kuta Bali adalah salah satu pantai pasir putih di pulau Bali yang sangat
terkenal. Tekstur pasirnya halus dan berwarna putih ke kuning – kuningan.
Kebersihan di pantai ini selalu terjaga, karena ada petugas kebersihan yang
bertugas membersihkan areal pantai.
Di sepanjang pinggir pantai banyak dibangun hotel, spa dan villa, pihak hotel juga
selalu menjaga kebersihan di tepi pantai, dengan mengadakan acara gotong royong
10
membersihkan pantai dari sampah. Dari tepi pantai anda dapat melihat bandara
Ngurah Rai, yang merupakan satu-satunya bandara berstandar international di
Bali.Ombak dengan intensitas sedang yang tersaji di pantai ini sangat cocok untuk
para pesurfing pemula, dan termasuk kawasan yang sangat digemari para surfing
pemula.

Gambar 2.6. Pantai Kuta

Hidrooceanografi
A. Morfologi dan bathimetri pantai
Kondisi topografi daerah lokasi kegiatan umumnya mempunyai kontur yang
landai. Bathimetri dasar laut di wilayah perairan bervariasi dengan kedalaman ter dalam
sekitar 6 m. Di beberapa tempat di perairan terdapat hamparan karang.

Gambar 2.7 Kondisi pantai di lokasi kegiatan dan sekitarnya

B. Hidrodinamika pantai
(a) Gelombang
Gelombang yang mencapai pantai selatan Bali pada umumnya merupakan
penjalaran gelombang dari laut dalam (lautan Hindia) dan merupakan gelombang swell.
Besar dan arah gelombang bervariasi sesuai dengan angin musiman. Pada musim hujan
(November-Maret) angin berhembus dominan dari barat laut dan pada musim kemarau
(April-Oktober) angin berhembus dominan dari tenggara. Kejadian angin dominan
bertiup dari arah Timur (E), Tenggara (SE) dan Barat (W). Hal ini juga akan
menunjukkan kejadian gelombang dominan di lokasi kegiatan.
11
Data gelombang laut dalam di bagian Selatan Pulau Bali yang dikumpulkan dalam
buku US Navy Marine Climatic Atlas of the World, 1976, seperti yang dilaporkan oleh
JICA (1989) mengindikasikan bahwa gelombang tahunan di daerah pantai selatan pulau
Bali mernpunyai periode sekitar 8 detik dengan tinggi gelombang sekitar 2-3 meter yang
berhembus dari Tengeara (SE) ke barat daya (SW).
Berdasarkan peramalan gelombang dari data angin yang dilakukan oleh Nippon-
Koei dan UGM (1998), diperoleh tinggi gelombang di daerah pantai selatan pulau Bali
berkisar 3-4 m dengan prosentase kejadian terbesar dari arah Timur (E) dan Tenggara
(SE). Gelombang di atas merupakan gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan
(SEA) dan direpresentasikan sebagai gelombang signifikan (Hs) di laut dalam.
Penjalaran gelombang dari laut dalam menuju pantai bertendensi untuk mereduksi tinggi
gelombang, tetapi memperbesar periode akibat proses dispersi. Tinggi gelombang yang
mencapai pantai akibat proses dispersi sekitar 1,5 m dengan periode berkisar 12-15 detik.
Proses transformasi tambahan juga dapat terjadi dengan adanya variasi hamparan karang
di sepanjang pantai yang mengakibatkan gelombang akan menjadi lebih rendah akibat
gelombang pecah ataupun bottom friction.
Berdasarkan pengamatan lapangan, tinggi gelombang di perairan teluk (dalam
kolam pelabuhan) relatif kecil, antara 0,1 m sampai 0,3 m. Hal ini sangat menguntung
operasional kapal, terutama pada saat sandar, karena tidak terganggu dengan adanya
gelombang. Tapi pada musim angin Timur, diperkirakan gelombang yang memasuki
teluk Labuhan Amuk cukup besar karena posisi teluk tersebut menghadap arah Tenggara.
Gelombang di luar perairan pelabuhan terlihat cukup besar, karena berhadapan langsung
dengan Samudra Hindia, sehingga gelomhang laut dalam yang menjalar ke pantai masih
cukup besar.

(b) Arus
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA (1989), arus sekitar pulau Bali
dipengaruhi oleh arus Samudera Hindia. Pada umumnya arus laut pulau Bali berkisar
0,7 knot dengan arah Barat ke Timur pada musim hujan (November-Maret) dan 0.8 knot
dengan arah Timur-Barat pada musim kemarau (April-Oktober). Di sekitar kawasan
pantai bagian Selatan pulau Bali, arus juga dipengaruhi oleh angin dan pasang surut
lokal serta bentuk dari pantai itu sendiri. Dari hasil simulasi arus, dalam skala yang
lebih kecil, pola arus selat Lombok, yang memisahkan Pulau Bali dan Lombok,
dipengaruhi oleh pasang surut dari Laut Bali di bagian utara dan Samudera Hindia di
bagian Selatan. Pergerakan arus pada saat pasang dari Selat Lombok menuju ke arah
Barat, sedangkan arus dari Samudera Hindia menuju ke arab Utara, sehingga te rjadi

12
pertemuan arus di sekitar pulau Nusa Lembongan. Arus ini cukup kuat, berkisar 0,50
m/dtk menuju arah Barat Laut. Pada saat surut, arus yang terjadi mempunyai arah yang
berlawanan dibanding pada saat pasang. Arus akan bergerak ke arah Timur dan Selatan
dengan keeepatan yang cukup tinggi (0,66 m/dkt). Kecepatan arus akan berkurang
seiring dengan bertambah dangkalnya perairan. Pencatatan arah dan besarnya arus yang
dilakukan oleh Konsultan PT. Adizha Marathon (2004) di sekitar lokasi kegiatan
menunjukkan besamya kecepatan arus tidak lebih dari 0,1 m/dt dengan arah Timur.

(c) Pasang surut


Arus pasang surut dipengaruhi oleh gelombang pasang surut yang disebabkan
gaya tarik menarik antara Bumi, Bulan dan Matahari. Dari data pencatatan pasang surut
yang pernah dilakukan oleh konsultan perencana di lokasi proyek, diperoleh konstanta
pasang surut lokasi kegiatan dan sekitarnya seperti Tabel 2.1. Dari Tabel tersebut dapat
ditentukan kondisi pasang surut di lokasi proyek sebagai berikut:
HWS = 2,86 m
MSL = 1,66 m
LWS = 0.46 m
Dari kondisi di atas, beda pasang surut di lokasi pelabuhan sekitar 2.40 m.
Tabel 2.1. Konstanta pasang surut
So M2 S2 N2 K2 Kl 01 P1 M4 MS4

A (cm) 118.5 31 12 4 3 40 20 13 3 1

g (°) 37 320 98 320 169 344 160 69 1

Berdasarkan konstanta-konstanta di atas, diperoleh klasifikasi pasang surut (F)


sebesar 0.533, yang menujukkan bahwa tipe pasang surut di daerah lokasi kegiatan dan
sekitarnya merupakan pasang surut campuran yang mengarah ke pasang surut harian
ganda (mixed mainly semi-diurnal tide) dimana terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut dalam sehari dengan ketinggian yang tidak sama.

Flora dan Fauna Laut


Komunitas inti yang menjadi pusat perhatian di dalam ekosistem perairan adalah
komunitas laut (Lamun) ganggang laut (sea weeds), plankton, makrozoobenthos. karang
(fringing reefs) dan ikan sebagai nekton.

13
Komunitas makrozoobenthos
Berdasarkan hasil penelitian lapangan terhadap kelimpahan organisme benthos
tergolong rendah (Laporan Rencana Proyek BBM, 1995), walaupun keragaman jenis
ada cukup tinggi dengan sebaran yang sangat merata.
Jenis organisme makrozoobenthos, amara lain Eunice sp., Marphvsa sp.,
Ceratojiercis sp., Nereis sp., Siphonosoma sp., Afetapenaszu sp.. Paneus monodon,
Upogebia sp.. Calappa hepanca, Tiarinia spinigera, Uca laclea, Ucaforcifata, L'ca
rosea. Pornmus pelagictts, Portumis sp., Thalamila gracillipes, Thalamita danae.
Thalamila crenata, Phymodius granulates, Tectus genestrcuus, lbrevita undaia,
Cerithium sp., Rhinoclanis sinerisis, Polinices sp., Cypraea annuls. Linkia laevigata,
Echinothnr sp., dan Holothuria atra.
Rendahnya kepadatan/kelimpahan benthos diduga disebahkan oleh terjadinya
degradasi subtrat/habitat yaitu proses pelempuran/sedimentasi relatif tinggi yang cepat
mengganggu prikehidupan di dasar.

Komunitas karang dan nekton/ikan


Komunitas Karang adalah suatu kesatuan kehidupan karang yang didominasi oleh
karang dan berasosiasi dengan Anemone dan proferi/demospongia. Di kawasan Tanjung
Benoa, juga dapat dijumpai komunitas karang dalam persentase yang kecil yaitu
tersebar di bagian koral (fog utama) adapun karang tersebut tergolong karang pengantar
(fringing reef coral) yang sangat muda (juverdle corals).
Keberadaan Karang Laut di Koral Sebelah Sclatan Pelabuhan Benoa (Laporan
Rencana Proyek BBM, 1995), antara lain sebagai berikut: Dninella .sp., Cal/v spongia
sp., Clathria sp., Capnella sp., Acropora sp., Favites sp., Fungia sp., Goniostrea sp.,
Cy closer is sp., Symphillia sp., Ponies sp., Nephthea sp., Cespitniania sp., Xenia sp.,
Copnella sp., Sascophyton sp. dan Goiuophora sp.
Berdasarkan Analisis Kualitatif tersebut bahwasannya diperkirakan persentase
karang hidup di zone tersebut sangat kecil yaitu kurang dari 5%. Dari presentase tersebut
sebagian besar adalah karang lunak. yang mempunyai sifat sangat sensitif dan mudah
lepas/rusak.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh Nelayan pada umumnya adalah
Cantherhimis pardalis. canlhigaster epilampra. Lisa sp. Mugil dussumien, Afugil
wphahis (Belanak), Siganus javus (Beronang). Chaturos Chanos (Bandeng),
Pomaeeruns vauili. Acaruhunis gufiatus, Betok (Parachaetodon ocellatus), Upeneus.
Hippiclnhvs sp., Psendorhombus sp., Gymnothoraz nchardsoni.

14
2.3 Besaran/Skala Usaha/Kegiatan
2.3.1 Fasilitas kantor
Untuk operasional kegiatan wisata tirta PT. Bali Slancar Santai ini memiliki
fasilitas kantor yang berlokasi di JL Sekar Tunjung XIV No. 37, Lingkungan Kertagraha,
Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali 80237. Kantor
untuk operasional usaha ini merupakan kantor dengan luas 15 m 2 dengan status sewa
menyewa selama 2 (dua) tahun, terhitung sejak tanggal 13 Mei 2019 sampai dengan 12
Mei 2021. Fasilitas untuk operasional kantor ini sudah dilengkapi oleh pihak pengelola
gedung seperti ruang kantor yang ber AC, listrik, air bersih, genzet, ruang pertemuan
dll.
Berbagai fasilitas yang dimiliki PT. Bali Slancar Santai disajikan pada Gambar
2.12 dan 2.13.

Gambar 2.8. Kantor PT. Bali Slancar Santai

Gambar 2.9. Kantor dan ruangan administrasi PT. Bali Slancar Santai

15
Gambar 2.10 papan surfing yang dimiliki oleh PT Bali Slancar Santai

Gambar 2.11 Papan surfing yang dimiliki oleh PT Bali Slancar Santai

Gambar 2.12 Leash / Tali pengikat milik PT. Bali Slancar Santai
16
Gambar 2.13 Transportasi darat PT. Bali Slancar Santai
2.3.2 Tenaga Kerja
Dalam operasionalnya PT. Bali Slancar Santai ini akan merekrut karyawan
sebanyak 8 orang, yang terdiri dari 6 orang laki-laki. dan 2 orang perempuan. Sebagian
besar karyawan diharapkan berasal dari Bali dan direncanakan nantinya akan merekrut
juga tenaga kerja asing untuk menambah kualitas pelayanan Surfing PT. Bali Slancar
Santai ini. Untuk lebih jelasnya jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya disajikan pada
Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rencana Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya

Klasifikasi Jenis Kelamin Tempat Asal Tingkat Pendidikan


L P Lokal Asing SD SMP SMA Ak/S1
Direktur 2 - 1 1 - - - 2
Administrasi - 1 1 - - - - 1
Accounting - 1 1 - - - - 1
Staf operasional 2 - - - - - 1 1
Surf master 2 - 1 1 - - 1 1
Total 6 2 6 2 - - 2 6

Dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan karya wan,


pemrakarsa nantinya akan senantiasa melakukan pendidikan dan pelatihan para
17
karyawannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan profesionalisme
karyawan dalarn pelayanan kepada para tamu pelanggan dan keselaman kerja, sehingga
usaha ini semakin berkembang di masa depan.
Penghasilan karyawan setiap bulannya sudah memenuhi standar upah minimum
regional yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, maupun kabupaten /
kota. Karyawan akan mendapat gaji pokok sesuai UMR dan berkisar antara Rp.
2.500.000,- sampai Rp. 5.000.000,- per bulan.

2.3.3 Jumlah dan jenis peralatan


Untuk kelancaran operasional kegiatan wisata tirta (Surfing) maka peralatan dan
perlengkapan pendukung harus dimiliki. Sampai saat ini operasional usaha ini masih
memiliki beberapa perlengkapan saja dan kedepan akan menyewa peralatan dari pihak
ketiga yang ada di tempat lain. Namun pihak pengelola nantinya akan membeli peralatan
tersebut jika operasional usaha ini mulai berkembang dengan baik. Adapun rencana
peralatan yang dipergunakan untuk operasional usaha PT. Bali Slancar Santai seperti
tersaji pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Rencana Jenis dan jumlah peralatan Surfing PT. Bali Slancar Santai
Jumlah Tahun
No Jenis Peratatan Kondisi
(unit) Pengadaan
1 Soft Top Surfing Board 10 2018 Baik
2 Hard Board (Long Board 4 2017 Baik
3 Surf Strap 15 2017 Baik

2.4 Garis Besar Rencana Usaha/Kegiatan


2.4.1 Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang
Lokasi tempat usaha atau kegiaan Usaha Wisata Tirta yang dilakukan oleh PT.
Bali Slancar Santai terletak pada beberapa lokasi, yaitu kawasan pariwisata. Lokasi-
lokasi tersebut saat ini telah berkembang pesat dengan sebagai berbagai jenis kegiatan
wisata, terutama wisata tirta. Lokasi Perairan Laut Nusa Penida dan Lembongan yang
meliputi: SD (Desa Bodong), Perairan Laut Ped (Desa Ped), Perairan laut Sental (Desa
Sental), Perairan Laut Toyapakeh (Desa Toyapakeh), Perairan Laut Crystal Bay (Desa
Saikti), Perairan Laut Blue Corner (Desa Jungutbatu). Perairan Laut Mangrove (Desa
Jungutbatu), Perairan Laut Manta Point (Desa Peguyangan), Perairan Laut Ceningan
Wall (Desa Ceningan) dan Perairan Laut Gamar Bay (Desa Gamat). Demikian pula pada
beberapa lokasi Prairan Laut Pulau Bali, antara lain: Perairan Laut Padangbai (Desa

18
Padangbai). Perairan laut Candidasa (Desa Manggis). Pantai Berawa, Pantai Batu
Bolong, Pantai Pererenan, Pantai Kedungu, dan Pantai Kuta. Berdasarkan Perda tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), yaitu Perda Provinsi Bali No. 16 tahun 2009
termasuk ke dalam Kawasan Pariwisata. Untuk lokasi kantor PT. Bali Slancar Santai,
berdasarkan Perda Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Denpasar 2011-2031 menunjukkan bahwa lokasi usaha kantor
ini terletak pada Kawasan Peruntukkan Pemukiman. Pada pasal 89 (3) disebutkan bahwa
bangunan yang boleh dibangun adalah bangunan perniagaan berupa warung, toko kecil,
kantor kecil, industri rumah tangga dan sebagainya. Sehingga pembangunan kantor ini
telah sesuai dengan peruntukkan kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.4.2 Jenis Perijinan dan dokumen yang sudah dimiliki


1. Identitas diri (KTP/Passport) dan Kartu NPWP pemrakarsa
2. Surat Pernyataan Kebenaran Dokumen tanggal 29 Juli 2019.
3. Surat Keterangan Domisili Usaha dari perbekel desa Kesiman Kertalangu, Nomor :
138/221/VIII/2019
4. Surat Pernyataan Sosialisasi yang telah diketahui oleh Kepala dusun kertagraha.
5. Akta Pendirian PT. Bali Slancar Santai, Nomor : 11, tanggal 17 Mei 2019.
6. Pengesahan Badan Hukum Perseroan (PT.Bali Slancar Santai) dari Kementerian Hukum dan
HAM RI, Nomor : AHU-0025248.AH.01.01 Tahun 2019, tanggal 18 Mei 2019.
7. Sertipikat Hak Milik yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kota Denpasar, Nomor 5354
Tahun 2011, dengan luas tanah 325 m2, dan Sertipikat Hak Milik Nomor 5355 tahun 2011,
dengan luas tanah 399 m2 atas nama I Wayan Sutaryana.
8. Bukti Bayar Pajak Bumi dan Bangunan
9. Perjanjian sewa-menyewa Ruang Kantor antara PT. Bali Slancar Santai dengan Pemegang
Hak Sewa Atas Tanah Nomor 5354 Tahun 2011 dan Sertipikat Hak Milik Nomor 5355 tahun
2011 atas nama I Wayan Sutaryana.
10. Gambar-gambar teknis bangunan

2.4.3 Rencana kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan


Mengingat PT. Bali Slancar Santai ini ada rencana melakukan kegiatan Surfing di
perairan laut Pulau Bali, maka akan dilakukan berbagai jenis-jenis peralatan dan
penataan kantor. sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan lancar. Rencana
kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dapat diuraikan sesuai dengan
tahapan kegiatan, yaitu kegiatan pada tahap prakonstruksi, konstr uksi, operasional dan
pasca operasional sebagai berikut:
1) Tahap pra konstruksi
Jenis kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan pada tahap pra konstruksi
sebagai berikut:

19
 Sosialisasi rencana kegiatan.
 Pengurusan perijinan.
2) Tahap konstruksi
Jenis kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan pada tahap konstruksi
sebagai berikut:
 Penataan kantor.
 Pengadaan dan penataan peralatan.
3) Tahap Operasional
Jenis kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan pada tahap operasional
sebagai berikut:
 Operasional Surfing dan wisata tirta lainnya.
 Operasional kantor.

Uraian secara lengkap kegiatan PT. Bali Slancar Santai pada tahap operasional
sebagai berikut:
Secara umum beberapa proses kegiatan yang dilakukan dapat dijelaskan secara
ringkas sebagai berikut:
Sebelum tamu datang:
Reservation dari kantor mengorganisir pesanan dan melakukan berbagai persiapan,
seperti:
a) Mempersiapkan alat yang akan digunakan.
b) Mempersiapkan mobil untuk penjemputan dari hotel menuju lokasi yang telah
ditentukan.
c) Mempersiapkan pemandu/instruktur yang akan memandu.
d) Dan lain-lain.
Setelah tamu datang:
a) Menyambut tamu yang dihawa oleh sopir dan mobil yang sudah diorganisir oleh
manajemen.
b) Sebelum tamu melakukan Surfing, instruktur melakukan penjelasan singkat
mengenai tempat yang akan dituju dan mencoba alat yang sebelumnya sudah
dipersiapkan oleh staf di kantor dan di lokasi surfing.
c) Sebelum tamu melakukan Surfing, tamu dipersilahkan mengisi form riwayat
kesehatan.
d) Setelah selesai melakukan Surfing, reservasi menyambut tamu dan menagih sisa uang
yang kurang dari deposit yang sudah diterima kantor sebelumnya.

20
e) Setelah program Surfing selesai tamu kemudian diantar kembali menuju airport atau
ke tempat dimana tamu ingin diantarkan dengan mobil dan sopir yang sudah
dipersiapkan oleh kantor.
Untuk menunjang kegiatan Surfing PT. Bali Slancar Santai, maka sebagai fasilitas
penunjang dilengkapi dengan kantor dan rugng administrasi.
A. Kegiatan kantor
Kegiatan kantor merupakan suatu kegiatan penunjang untuk kelancaran
operasional Surfing yang dilakukan oleh PT. Bali Slancar Santai. Pada kantor dan
fasilitas lainnya dilakukan berbagai akivitas perkantoran mulai dari registrasi para tamu.
penyelesaian administrasi dan pembayaran.
Energi listrik yang digunakan untuk operasional kantor ini bersumber dari PLN
yang disuplai dari kantor, sedangkan sumber air bersih bersumber dari air PDAM kota
Denpasar, dan Sumur Bor.
Kegiatan kantor tersebut akan menimbulkan beberapa dampak, antara lain adanya
tindak kriminal, antara lain berupa penipuan, penjambretan, penodongan atau tindak
kriminal lainnya.
B. Aktivitas Bersurfing (Surfing)
Berbagai aktivitas yang dilakukan pada usaha ini dimulai dari persiapan, terutama
penyiapan pecalatan yang dibutuhkan untuk melakukan Surfing. Berbagai jenis
peralatan mulai dari Papan surfing hingga perlengkapan keamanan yang dipersiapkan
secara baik sebelum operasional penyelaman dilakukan.
Mekanisme operasional untuk tamu yang sudah profesional dalam Surfing ini
berbeda dengan mekanisme untuk tamu pemula. Bagi tamu yang sudah profesional,
tamu langsung memesan melalui email atau menelpon ke kantor untuk trip yang
diinginkan sesuai dengan fasilitas, service dan objek yang disediakan.
Persiapan yang dilakukan untuk kegiatan ini meliputi peralatan, transportasi, snack,
makan siang (lunch), air dan instruktur / surf master. Apabila persiapan telah matang.
tamu dijemput ke hotel tempat menginap untuk dibawa ke lokasi sesuai dengan tempat
Surfing yang mereka inginkan. Perjalanan dari hotel sampai lokasi Surfing memerlukan
waktu yang sangat bervariasi sesuai dengan jarak lokasi yang diinginkan oleh tamu.
Waktu yang dibutuhkan dapat berkisar antara 1 sampai dengan 4 jam perjalanan.
Dengan demikian waktu penjemputan juga berbeda-beda sesuai dengan lokasi yang
dituju (Gambar 2.13).
Sampai di pantai lokasi kegiatan, disiapkan peralatan, kemudian tamu diberikan
briefing/pengarahan, dan memakai peralatan. Sampai di lokasi Surfing, aba-aba
diberikan oleh pemandu, lalu semua peserta terjun ke air secara bersamaan dan dipandu

21
oleh pemandu. Kegiatan surfing dilakukan selama 40 menit untuk menikmati ombak.
Jika waktunya telah selesai, pemandu dive memberikan aba-aba kepada peserta untuk
kembali ke pesisir pantai. Kemudian beristirahat selama sekitar 30 menit. Setelah
Surfing pertama tamu diajak makan siang. Selanjutnya setelah selesai istirahat, kegiatan
surfing ke dua dilakukan kembali seperti penyelaman pertama. Demikian pula jika
waktu 40 menit telah selesai, pemandu kembali memberikan aba-aba kepada peserta
untuk kembali ke pesisir pantai. Dengan transportasi yang sudah disiapkan peserta tamu
diantar untuk makan. Selesai makan tamu kembali ke mobil untuk diantar ke kantor.
Selama dalam perjalanan para tamu dapat memberikan berbagai pertanyaan, kritikan
dan saran kepada pemandu yang selanjutnya merupakan masukan bagi pemrakarsa.
Sampai di kantor tamu menyelesaikan proses administrasi, dan selanjutnya diantar
kembali ke hotel tempamya menginap. Aktivitas penyelaman pada masing-masing
lokasi kegiatan dilakukan selama 2 periode, yaitu periode pertama selama 40 menit, dan
diselingi dengan istirahat selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan lagi dengan
penyelaman periode ke dua selama 40 menit lagi. Selanjutnya perserta kembali untuk
diantar kembali ke hotel.

22
(1) Tamu di hotel (reservasi / booking)

(2) Penjemputan dibawa ke pantai


menuju lokai surfing
(persiapan peralatan dan
transportasi sudah siap)

(3) Tiba di pantai, persiapan briefing,


pemakaian perlatan.
Menuju laut lokasi surfing.

(4) Tiba di lokasi Surfing, tamu dan


pemandu memakai alat. Menuju ke
Ombak diawali oleh pemandu
lalu diikuti tamu.

(5) Menikmati Ombak, selama 2 periode,


bersurfing masing-masing 40 menit

(6) Tiba di pantai, lalu ke restoran


untuk makan siang.

(7) Kembali ke mobil untuk kembali ke


kantor, dalam perjalanan dapat
berdiskusi, pertanyaan protes sebagai
masukan pemrakarsa Penyelesaian
proses administrasi

(8) Diantar kembali ke hotel


23
C. Pengelolaan limbah
Dalam operasionalnya kegiatan PT. Bali Slancar Santai dihasilkan limbah yang
berupa limbah padat dan limbah cair.

(a) Pengelolaan limbah padat


 Limbah padat berupa sisa-sisa kegiatan ruang administrasi, pertamanan dan
sebagainya.
 Jumlah limbah padat yang dihasilkan ± 10 kg/hari.
Limbah padat tersebut bersumber dari operasional kantor, aktivitas ruang dan
kegiatan pemeliharaan pertamanan yang menghasilkan serasah (limbah organik)

Limbah padat/sampah dari


kegiatan kantor, surfing.

Dipilah sesuai dengan jenis (sampah


organik, anorganik), basah dan kering

Sampah organik (serasah, Sampah anorganik (plastik,


sisa makanan dan lain lain) botol bekas dan lain lain)

Atau Dikumpulkan padaTPS Dikumpulkan pada TPS Atau


terpisah terpisah

Jasa pengelola sampah di Diambil pengepul sampah


Kelurahan plastik di Kelurahan

Diambil oleh truk (Jasa pengelola


sampah di Kelurahan

Gambar 2.14 Bagian alir pengelolaan limbah padat (sampah)

24
 Limbah padat yang dihasilkan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu limbah
padat/sampah organik dan anorganik. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan
sistem 3 R (reduce, reuse dan recycle) dan dengan bekerjasama dengan pihak
ketiga yang telah memiliki ijin resmi.
 Limbah padat/sampah organik dan anorganik dilakukan pemilahan dan ditampung
sementara pada masing-masing tempat yang berbeda untuk diproses lebih lanjut.
Limbah padat/sampah organik yang dihasilkan dari pertamanan dikumpulkan dan
ditampung pada TPS yang telah disediakan, sedangkan limbah padat/sampah
anorganik yang terdiri dari sampah plastik. botol, kaleng bekas, pembungkus
minuman daniatau makanan atau barang-barang lainnya yang berasal dari ruang
administrasi kantor, kapal, aktivitas tamu dikelola dengan cara tnengumpulkan,
memilah dan menyalurkan ke lapak/pengepul daur ulang limbah plastik.
 Sebagian lagi limbah padat kering yang berasal dari seresah yang berasal dari
pertamanan berupa daun-daun yang gugur dan cabang/ranting tanaman. Limbah
padat yang basah berasal dari sisa-sisa kegiatan lainnya. Semua limbah padat yang
dihasilkan baik yang basah maupun yang kering akan dikumpulkan pada tempat
khusus yaitu tempat penampungan sampah sementara. Limbah padat yang basah
setiap hari akan diangkut ke TPA sampah menggunakan mobil truck atau
memanfaatkan Jasa Perusahaan Pengolelolaan Sampah di daerah tersebut.
 Khusus untuk sampah plastik yang telah dikumpulkan, dipilah dan disalurkan
kepada lapak/pengepul sampah plastik untuk diolah lebih lanjut melalui sistem
reduce, reuse dan recycle.

(b) Pengelolaan limbah cair


 Limbah cair yang bersumber dari kegiatan toilet, kamar mandi, dan kegiatan
lainnya, sementara masih dilakukan dengan sistem septic tank.
 Jumlah air limbah yang dihasilkan dengan asumsi bahwa 80% dari air yang
digunakan akan menjadi air limbah maka volume air limbah yang dihasilkan 0,5
m3/hari.
 Untuk mengurai limbah septic tank dan limbah organik, maka ke dalam septic
tank diberikan perlakuan probiotik, yaitu mikroba alami yang mampu menguras
limbah septic tank (WC) tanpa penyedotan. serta mengurai dan menghilangkan
bau tidak sedap dari sampah dan limbah organik lainnya.

25
 Rotasi saluran pembuangan limbah cair sudah terintegrasi dan dikelola oleh
Pelaku Usaha (Diagram Terlampir)

Limbah WC / Bak
Septic Tank
Kamar Mandi Penampungan

Jasa penguras WC Bak Tambahkan bahan


yang beijin resmi Penampungan probiotik

Gambar 2.15. Bagan alir pengelolaan limbah WC/kamar mandi dengan septic tank

Limbah cair Masuk bak


penyaringan Masuk septic tank
pencucian alat
lemak (grase trap)

Bak Tambahkan Masuk bak


penampungan probiotik penampungan
limbah

Digunakan Sebagian Melalui talang


untuk masuk bak Air hujan
atap bangunan
penyiraman penampungan

Sebagian masuk
semur resapan dan
lubang biopori

Gambar 2.16. Bagian alir pengelolaan limbah cair dapur dan pemanenan air hujan

 Apabila septic tank penuh, maka akan dilakukan penyedotan yang akan dilakukan
pengolahan oleh pihak ketiga (jasa sedot WC) yang telah memiliki ijin resmi.

26
 Selain itu untuk efisiensi penggunaan air, maka dilakukan pemanenan air hujan yang
jatuh pada atap bangunan kemudian dialirkan melalui talang atap bangunan,
selanjutnya ditampung pada bak penampungan, sehingga air yang tertampung dapat
digunakan untuk menyiram atau pencucian.
C. Usaha konservasi / penanaman terumbu karang
Selain melakukan kegiatan Surfing, PT. Bali Slancar Santai dengan inisiatif sendiri
ikut aktif dalam kegiatan konservasi lingkungan. Berbagai kegiatan konservasi
(pelestarian) lingkungan harus dilakukan untuk menambah varietas dan jenis karang laut ,
baik yang dikoordinasikan oleh Gahawisri maupun organisasi lainnya. Selanjutnya
kegiatan yang sama juga dilakukan pula untuk di tempat lain sesuai dengan koordinasi
dari Gahawisri dan komunitas masyarakat setempat.
Kegiatan penanaman terumbu karang yang akan dilakukan ditujukan untuk
menambah keindahan pemandangan bawah laut yang dapat dinikmati oleh wisatawan,
sehingga keberlanjutan usaha ini terjamin sampai waktu mendatang. Setain itu untuk
menjaga kelestarian mangrove pemrakarsa melaksanakan kegiatan penanaman
mangrove sehingga pemrakarsa juga harus ikut serta berperan dalam melestarikan
lingkungan terutama kelestarian hutan mangrove.

4) Tahap Pasca Operasional


Dalam operasionalnya PT. Bali Slancar Santai akan mengurus ijin Usaha
Penyediaan Sarana Wisata Tirta dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Te rpadu
Satu Pintu Provinsi Bali. Karena Ijin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta harus
diperpanjang setiap periode tertentu, maka salah satu dari dua jenis kemungkinan yang
akan menjadi sumber dampak pada tahap pasca operasional kegiatan tersebut sebagai
berikut:

(1) Jika usaha dapat dilanjutkan, maka sumber dampaknya adatah:


a. Pengurusan perpanjangan ijin.
b. Sosialisasi keberlanjutan usaha.

(2) Jika usaha berhenti, maka sumber dampaknya adalah:


a. Keberadaan lokasi kantor PT. Bali Slancar Santai

27
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI DAN UPAYA
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi


Berbagai dampak yang diprodiksi akan terjadi sebagai akibat kegiatan wisata tirta
oleh PT. Bali Slancar Santai dapat diuraikan mulai dari tahap prakonstruksi, operasional,
dan pasca operasional. Pada setiap tahap kegiatan akan diuraikan tentang jenis dampak,
sumber dampak dan besarnya dampak sebagai berikut:

3.1.1 Tahap pra konstruksi


(1) Timbulnya persepsi negatif masyarakat
a. Sumber dampak:
Timbulnya persepsi negatif masyarakat sekitar dapat terjadi apabila kegiatan
sosialisasi rencana kegiatan tidak dilakukan dengan baik dan transparan. Kegiatan
sosialisasi harus dilaksanakan, terutama kepada masyarakat sekitar yang diketahui
oleh aparat dari tingkat lingkungan, kelurahan sampai keeamatan. Kegiatan
sosialisasi untuk menghindari adanya protes masyarakat terhadap rencana
kegiatan ini.
b. Besaran dampak:
Timbulnya persepsi negatif masyarakat tergolong kecil. Karena dampak ini
hanya akan terjadi di sekitar rencana lokasi kegiatan. Sosialisasi telah
dilaksanakan dan diketahui oleh pihak Kepala Lingkungan Kertagraha, Kesiman
Kertalangu ,Kecamatan Denpasar Timur. Selain itu masyarakat sekitar merupakan
daerah pariwisata yang sudah terbiasa dengan kegiatan wisata tirta.

(2) Kemungkinan pelanggaran terhadap perijinan yang diwajibkan


a. Sumber dampak
Untuk operasional kegiatan ini pemrakarsa harus menyiapkan jenis perijinan
yang dipersyaratkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Namun apabila
perijinan yang disyaratkan tidak dipenuhi, maka perusahaan akan dapat
dinyatakan melakukan kegiatan usaha seeara ilegal. Dampak ini tergolong kecil,
karena rencana kegiatan ini sudah didahului dengan penyiapan dengan berbagai
jenisnya perijinan yang diperlukan.

28
b. Besaran dampak
Kemungkinan terjadinya pelanggaran jenis perijinan yang terjadi pada
rencana kegiatan ini tergolong kecil kerena hanya menyangkut dampak pada
sekitar rencana lokasi kegiatan. Demikian pula berbagai jenis perijinan yang
dibutuhkan untuk operasional usahaikegiatan ini telah diurus dan dipersiapkan
sebelumnya.

3.1.2 Tahap konstruksi


(1) Menurunnya estetika
a. Sumber dampak
Kegiatan penataan kantor berpotensi untuk menimbulkan dampak
menurunnya estetika. Estetika lingkungan menjadi harus menjadi perhatian
pemrakarsa dalam penataan kantor, terutama dalam penyiapan berbagai jenis
ruangan peralatan yang dibutuhkan untuk operasional kantor. Penataan letak
bahan-bahan bekas yang dibongkar sebelum diangkut ke luar lokasi sangat perlu
mendapat perhatian dan ditangani secara serius dari pemborong untuk
menghindari terjadinya penurunan nilai estetika di lokasi kegiatan.
b. Besaran dampak
Kegiatan penataan kantor serta penataan peralatan untuk kegiatan ini
diprediksi akan menimbulkan dampak terhadap penurunan nilai estetika yang
tergolong kecil. Hal ini disebabkan karena selain areal kantor relatif kecil, juga
penataan bahan/material dan peralatan akan diperhatikan dengan baik, mengingat
daerah ini berada pada kawasan pariwisata. Pada daerah pariwisata nilai estetika
lingkungan perlu mendapat perhatian, karena sangat peka terhadap kesan dan
kenyamanan wisatawan.
(2) Timbulnya kecelakaan kerja
a. Sumber dampak
Kegiatan penataan kantor dan fasilitasnya merupakan sumber dampak.
Karenanya agar dilakukan secara hati-hati oleh pekerja. Demikian pula
pengawasan yang ketat oleh pemborong (terutama bagi pekerja yang melakukan
kegiatan pada pekerjaan-pekerjaan yang rawan kecelakaan). Hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Dampak kecelakaan
kerja tergolong kecil, namun akibatnya sangat fatal.
b. Besaran dampak
Kegiatan penataan peralatan diprediksi akan menimbulkan dampak terhadap
kemungkinan timbulnya kecelakaan kerja yang tergolong kecil. Pekerjaan harus

29
dilakukan dengan hati-hati dan perlu mendapat pengawasan dari pemborong.
Selain itu, para pekerja diwajibkan untuk mengenakan alat pelindung diri untuk
meminimisasi kecelakaan kerja. Karena apabila terjadi kecelakaan kerja, maka
akibatnya akan sangat fatal.

3.1.3 Tahap Operasional


1) Terjadinya kecemburuan masyarakat sekitar Inkasi kegiatan
a. Sumber dampak
Terjadinya kecemburuan masyarakat sekitar lokasi kegiatan dapat terjadi
apabila masyarakat sekitar tidak diberikan sosialisai dengan transparan, serta tidak
dilibatkan dalam aktifitas kegiatan pendukung Surfing, misalnya dalam hal
penggunaan tenaga kerja lokal, sebagai karyawan dalam membantu peralatan
Surfing dan sebagainya.
b. Besaran dampak
Terjadinya kecemburuan disekitar lokasi tergolong sedang, mengingat
masyarakat sekitar akan merasa terganggu apabila masyarakat sekitar tidak
diberikan sosialiasi dengan transparan, serta tidak dilibatkan dalam aktifitas
kegiatan pendukung peserta Surfing misalnya dalam hal penyediaan angkutan lokal,
sebagai karyawan dalam membantu peralatan peserta Surfing, dan sebagainya.

2) Terjadinya gangguan biota laut / terumbu karang


a. Sumber dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan terhadap biota laut dapat bersumber dari
aktivitas PT. Bali Slancar Santai yang dilakukan oleh tamu. Gangguan tensebut
dapat berupa kerusakan karang laut (terumbu karang) ataupun gangguan kehidupan
ikan-ikan yang mungkin disebabkan oleh para peserta Surfing yang tidak
mengindahkan kelestarian lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa rusak atau
matinya terumbu karang.
b. Besaran dampak
Aktivitas PT. Bali Slancar Santai yang dilakukan oleh pesena Surfing akan
rawan terhadap gangguan biota laut / terumbu karang yang tergolong kecil, karena
kegiatan surfing akan selalu dipandu dan diawasi oleh pemandu peserta kegiatan
wisata tirta PT. Bali Slancar Santai.
3) Terjadinya kecelakaan wisatawan dan karyawan
a. Sumber dampak

30
Kemungkinan tetjadinya kecelakaan wisatawan dan karyawan dapat bersumber
dari kegiatan operasional, sarana kegiatan dan aktivitas peserta berkegiatan Surfing.
b. Besaran dampak
Kemungkinan terjadinya kecelakaan wisatawan dan karyawan tergolong kecil,
namun akibatnya sangat fatal, karena tamu mulai dari persiapan sudah diberikan
pengarahan oleh instruktur dan sebagai pemandu sampai melakukan kegiatan
Surfing. Demikian pula sebelum dilakukan kegiatan berbagai jenis perlengkapan
dan perlatan keselamatan. pelampung dan lain-lainnya dipersiapkan dengan baik.
Pada akhirnya para peserta kembali diantar ke pick up point / kantor / hotel tempat
menginap.

4) Terjadinya tindak kriminal


a. Sumber dampak
Terjadinya tindak kriminal akan dapat terjadi sejak tamu mulai diantar dengan
kendaraan penjemputan mobil, sampai kembali ke hotelnya tempat menginap.
Tindak kriminal dapat berupa pencurian, penodongan atau tindakan sejenisnya.
Terjadinya tindak kriminal ini pada akhimya akan menyebabkan gangguan
kamtibmas oleh pihak ang tidak diinginkan.
b. Besaran dampak
Terjadinya tindak kriminal tergolong kecil, karena selama proses kegiatan
mulai dari perjalanan dari tempat mereka menginap sampai ke lokasi kegiatan para
tamu tidak diperkenankan membawa barang-barang berharga dan dipandu oleh
guide. Tindak kriminal oleh pihak yang tidak diinginkan. dapat berupa pencurian,
penodongan atau tindakan sejenisnya yang bisa terjadi mulai dari mereka dijemput
dan kembali lagi ke hotelnya setelah melakukan aktivitas Surfing.

5) Terjadinya bahaya kebakaran


a. Sumber dampak
Operasional kantor, operasional mobil pengantar peserta kegiatan Surfing
merupakan salah satu kegiatan yang dapat merupakan surnber terjadinya bahaya
kebakaran, jika tidak dilakukan pengelolaan dengan hati-hati. Selain itu bahaya
kebakaran juga dapat disebabkan karena kelalaian karyawan dan force majeur.

31
b. Besaran dampak
Kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran tergolong kecil, mengingat standar
operasional prosedur Pedoman Manajemen Keselamatan kendaraan operasional
dan SOP kegiatan Surfing dilakukan dengan cukup ketat. Penyiapan tabung
pemadam kebakaran sebagai antisipasi untuk menanggulangi bila terjadi bahaya
kebakaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh pemrakarsa dan
disosialisasikan cara penggunaannya kepada tamu dan karyawan.

6) Terjadinya konflik kepentingan


a. Sumber dampak
Terjadinya konflik kepentingan akan dapat terjadi, mengingat lokasi kegiatan
Surfing pada beberapa pantai di Bali merupakan lokasi yang sudah mulai komplek
dengan berbagai jenis kegiatan. Pada lokasi tersebut terdapat kegiatan sejenis yang
diprakarsai oleh beberapa operator pelaku bisnis di sektor kepariwisataan
(pemrakarsa). Di samping kegiatan tersebut ada ada juga kegiatan nelayan dan
perdagangan pada beberapa pantai tertentu yang ikut mengais rejeki dari kegiatan
kepariwisataan di beberapa pantai tersebut.
b. Besaran dampak
Terjadinya konflik kepentingan tergolong sedang, karena pada beberapa lokasi
kegiatan Surfing di perairan laut Pulau Bali terdapat kegiatan sejenis yang
diprakarsai oleh beberapa operator pelaku bisnis di sektor kepariwisataan
disamping kegiatan nelayan di beberapa pantai tersebut.

7) Terjadinya penccmaran tanah dan air


a. Sumber dampak
Terjadinya pencemaran tanah dan air akibat operasional kantor dan kegiatan
pembersihan pencucian peralatan kegiatan Surfing dapat terjadi sebagai akibat
limbah cair bekas pencucian akan dapat meluap atau menggenang di permukaan
tanah yang akan menimbulkan bau busuk serta meresap ke dalam tanah, sehingga
akan mencemari air tanah. Kegiatan kantor yang menjadi sumber pencemaran tanah
dan air adalah aktifitas MCK. Hal ini sering terjadi karena biasanya limbah bekas
pencucian dibiarkan mengalir begitu saja atau tidak dikelola dengan baik. Untuk
menghindari terjadinya pencemaran tersebut, maka paling tidak harus disediakan
septic tank khusus sebagai tempat penampungan sementara limbah cair tersebut.

32
b. Besaran dampak
Terjadinya pencemaran tanah dan air akibat kegiatan perkantoran dan
pembersihan peralatan kegiatan Surfing tergolong sedang. Limbah cair bekas
pencucian akan dapat meluap atau menggenang di permukaan tanah yang akan
menimbulkan bau busuk serta meresap ke dalam tanah, sehingga akan mencemari
air tanah. Hal ini sering terjadi karena biasanya limbah bekas pencucian dibiarkan
mengalir begitu saja atau tidak dikelola dengan baik. Untuk menghindari terjadinya
pencemaran tersebut, maka paling tidak harus disediakan septic tank khusus sehagai
tempat penampungan sementara limbah cair tersebut.

8) Terjadinya kecemhuruan sosial antara karyawan dan perusahaan


a. Sumber dampak
Operasional kegiatan Surfing yang mempekerjakan relatif banyak karyawan ini
berpotensi untuk menimbulkan terjadinya kecemburuan sosial antara karyawan dan
perusahaan (pemrakarsa). Hal ini dapat terjadi apabila gaji karyawan dan
kesejahteraan mereka kurang atau tidak memenuhi standar upah minimum sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula apabila hak -hak
karyawan seperti uang insentif, tunjangan dan sebagainya tidak diberikan oleh
perusahaan sebagaimana mestinya.
b. Besaran dampak
Peluang terjadinya kecemburuan sosial antara karyawan dan perusahaan
termasuk sedang. Hal ini akan dapat terjadi apabila penggajian karyawan di ba wah
UMR tidak sesuai dengan perundangan yang berlaku dan hak-hak karyawan yang
tidak dipenuhi sesuai dengan peraturan perundangan dan kesepakatan kerja.
Kondisi tersebut akan menyebabkan kesejahteraan karyawan tidak terpenuhi,
sehingga memicu terjadinya kecemburuan sosial dan konflik antara karyawan
dengan manajemen selaku pengelola perusahaan.

9) Terjadinya perang tarif (dumping price)


a. Sumber dampak
Mengingat adanya beberapa operator dengan jenis usaha yang sama dan
dilakukan pada lokasi yang relatif sama, maka keadaan demikian mempunyai
potensi yang cukup tinggi terhadap terjadinya perang tarif untuk mendapatkan
pelanggan sesuai dengan target. Hal ini dapat terjadi karena adanya persaingan yang
cukup ketal dalam memperoleh pelanggan / tamu.

33
Jika terjadi perang tarif, maka dikhawatirkan akan berpengaruh kepada kualitas
pelayanan yang pada akhirnya akan berdampak pada keselamatan dan keamanan
pelanggan tamu. Hal yang lebih fatal lagi adalah apabila terjadi kecelakaan tamu
dan karyawan, maka citra pariwisata Bali akan menjadi buruk.
Untuk menghindari terjadinya dumping price, maka pemrakarsa harus
mematuhi aturan net price yang berlaku dan telah disepakati, demikian pula
terpenuhinya standard product dan standard lokasi dalam kegiatannya.
b. Besaran dampak
Peluang terjadinya perang tarif (dumping price) antara beberapa pengusaha
sejenis termasuk sedang. Hal ini akan dapat terjadi mengingat persaingan yang
semakin ketat untuk mendapatkan tamu/pelanggan. Kondisi tersebut akan
berpengaruh pada pelayanan yang menyangkut keselamatan dan keamanan
tamu/pelanggan. Beherapa peristiwa perang tarif dalam berbagai kegiatan
kepariwisataan dalam usaha memperoleh tamu/pelanggan telah sering terjadi yang
mengakibatkan citra kepariwisataan Bali menjadi buruk.

10) Timbulnya sampah (limbah padat)


a. Sumber dampak
Sampah-sampah dapat berupa bekas pembungkus makanan, bekas botol
minuman, plastik dan penyapuan halaman. Terjadinya sampah dari kegiatan kantor
maupun aktivitas peserta kegiatan Surfing relatif kecil, karena jumlah sampah yang
dihasilkan hanya + 0,015 m3/hari.
b. Besaran dampak
Terjadinya sampah dari kegiatan kantor maupun aktifitas Surfing relatif kecil.
karena jumlah sampah yang dihasilkan hanya + 0,015 m 3/hari. Sampah tersebut
dapat berupa bekas pembungkus makanan, bekas botol minuman, plastik dan
penyapuan halaman.

11) Terjadinya gangguan lalu lintas


a. Sumber dampak
Gangguan lalu lintas pada jalur jalan yang dilalui peserta program kegiatan
Surfing akan terjadi akibat aktivitas kegiatan pengantaran peserta / wisatawan. Hal
ini dapat terjadi karena jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peserta
merupakan jalan-jalan yang umumnya padat lalu lintas. Hal ini terjadi karena jalur
jalan pariwisata umumnya sangat padat pada jam-jam sibuk terutama waktu
pengantaran tamu/wisatawan sekitar jam 9.00-11.00 wita.

34
b. Besaran dampak
Gangguan lalu lintas pada jalur jalan yang dilalui peserta menuju lokasi Surfing
tergolong kecil. Hal ini dapat diminimalisasi dengan menyesuaikan jadwal
keberangkatan yang menghindari jam-jam sibuk serta penyediaan petugas guna
mengatur kelancaran lalu lintas pada lokasi kegiatan tersebut.

12) Meningkatnya Air Limpasan Permukaan


a. Sumber dampak
Adanya penutupan muka tanah akibat adanya pembangunan dan operasional
Kantor PT. Bali Slancar Santai menyebabkan air hujan tidak bisa terserap ke dalam
tanah, sehingga dapat meningkatkan volume air yang masuk ke badan jalan saluran
drainase umum yang ada di sekitarnya.
b. Besaran dampak
Akibat tidak terserapnya air ke dalam tanah akan menyebabkan volume air
yang masuk saluran drainase umum meningkat sehingga menimbulkan banjir pada
waktu musim hujan.

3.1.4 Tahap Pasca Operasional


Pada tahap pasca operasional jenis dampak lingkungan yang akan terjadi ada dua
kemungkinan sesuai dengan alternatif yang dipilih oleh pemrakarsa, yaitu jika usaha
dilanjutkan atau jika usaha berhenti. Uraian jenis-jenis dampak yang akan terjadi pada
tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Jika usaha dapat dilanjutkan, maka sumber dampaknya adalah:
a. Pengurusan perpanjangan ijin.
b. Sosialisasi keberlanjutan usaha.
B. Jika usaha berbenti, maka sumber dampaknya adalah:
a. Keberadaan lokasi kantor PT. Bali Slancar Santai
b. Keberadaan kendaraan pengantar peserta Surfing.

35
A. Jika usaha dapat dilanjutkan, maka jenis dampaknya adalah:
1) Timbulnya pro dan kontra masyarakat sekitar terhadap keberlanjutan
operasional usaha
a. Sumber dampak
Kemungkinan adanya pendapat pro dan kontra masyarakat sekitar akan sangat
tergantung dari kegiatan operasional yang sedang berjalan sekarang. Jika selama
perjalanannya kegiatan usaha ini dirasakan tidak mengganggu keamanan dan
kenyamanan aktivitas masyarakat sekitar, maka masyarakat tidak akan menghalangi
operasional kegiatan usaha ini selanjutnya, namun demikian hal yang sebaliknya
dapat pula terjadi. Untuk itu pihak pemrakarsa perlu menjaga hubungan yang
harmonis dengan masyarakat sekitar, dengan memperhatikan keluhan atau harapan
mereka dalam kaitannya dengan keamanan dan kenyamanan lingkungan.

b. Besaran dampak
Dampak terhadap terjadinya pro dan kontra masyarakat sekitar terhadap
keberlanjutan usaha tersebut akan sangat tergantung dari tingkat gangguan keamanan
dan kenyamanan yang ditimbulkan oleh operasional PT. Bali Slancar Santai saat ini
terhadap masyarakat sekitar. Apabila temyata tingkat keamanan dan kenyamanan
masyarakat terganggu, maka dampak ini akan tergolong relatif besar.

B. Jika usaha berhenti, maka jenis dampaknya adalah:


1) Timbulnya bekas peralatan di lokasi kantor yang harus dibongkar dan
dibersihkan dari lokasi.
a. Sumber dampak
Masih adanya bekas peralatan di lokasi kantor yang harus dibongkar dan
dibersihkan dari lokasi.
b. Besaran dampak
Dampak bekas lokasi, yang berada pada lokasi kegiatan tergolong relatif
kecil. Namun demikian karena lokasi kegiatan terletak pada pantai kawasan
pariwisata dengan berbagai aktititas kepariwisataan dan nelayan, sehinega perlu
secepatnya diangkuti dipindahkan. Dengan demikian tidak akan mengganggu
estetika di lokasi dan sekitamya.

36
2) Menurunnya nilai estetika
a. Sumber dampak
Sumber dampak dari penurunan nilai estetika adalah adanya berbagai jenis
peralatan dan barang bekas operasional kegiatan PT. Bali Slancar Santai yang
mengganggu keadaan estetika lingkungan.
b. Besaran dampak
Dampak estetika tergolong termasuk kecil, karena peralatan harus
dipindahkan dari lokasi kegiatan.

3.2 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


3.2.1 Tahap pra konstruksi
1) Pencegahan dan pengelolaan dampak timbulnya persepsi negatif masyarakat
a. Upaya pengelolaan
 Melakukan sosialisasi secara transparan kepada masyarakat sekitar.
 Sosialisasi rencana kegiatan diketahui oleh pihak desa/lurah dan kecamatan.
 Mengakomodasi masukan dan saran dari masyarakat sekitar untuk menjalin
hubungan yang harmonis antara pemrakarsa dengan masyarakat sekitar.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan dan sekitarnya.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali melakukan kegiatan sosialisasi kegiatan dan
pengurusan perijinan.
2) Pencegahan dan pengelolaan dampak kemungkinan pelanggaran per ijinan
a. Upaya pengelolaan
 Mengurus dan memenuhi segala jenis perijinan yang diwajibkan.
 Melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah yang terkait dengan perijinan.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor lokasi kegiatan dan sekitamya.
c. Periode pengelulaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali melakukan kegiatan dan pengurusan
perijinan.

3.2.2 Tahap konstruksi


1) Pencegahan dan pengelolaan dampak penurunan nilai estetika
a. Upaya pengelolaan

37
 Penempatan dan penataan berbagai jenis bahan dan peralatan dengan rapi di
lokasi kegiatan.
 Penataan berbagai jenis perlatanan untuk kegiatan Surfing dengan baik dan rapi.
 Mengangkut keluar sisa-sisa bahan dan peralatan jika tidak dipergunakan lagi,
sehingga tidak berserakan di halaman lokasi kegiatan.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor, lokasi kegiatan, dan sekitarnya.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan konstruksi fisik dan penataan
peralatannya.

2) Pencegahan dan pengelolaan dampak kecelakaan kerja


a. Upaya pengelolaan
 Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri (APD) apabila melakukan
pekerjaan pada lokasi yang rawan kecelakaan.
 Melakukan pekerjaan dengan hati-hati pada pekerjaan yang rawan kecelakaan.
 Melakukan pengaasan bagi pekerja yang bekerja pada lokasi yang rawan
keeelakaan oleh pengaswas/pemborong.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan yang rawan kecelakaan sekitarnya.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan konstruksi fisik dan penataan
peralatannya.
3.2.3 Tahap Operasional
1) Pencegahan dan pengelolaan dampak kecemburuan masyarakat
a. Upaya pengelolaan
 Melakukan sosialisasi secara transparan kepada masyarakat sekitar.
 Melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan operasional, antara lain
penyediaan jasa sewa kendaraan, pengangkutan peralatan dan sebagainya.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan dan sekitarnya.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional Surfing.

2) Pencegahan dan pengelolaan dampak gangguan biota laut / terumbu karang


a. Upaya pengelolaan
38
 Melarang peserta PT. Bali Slancar Santai dalam melakukan program Surfing
untuk melakukan gangguan, perusakkan dan pengambilan biota laut (terumbu
karang dan ikan-ikan laut) selama dalam kegiatan penyelaman.
 Melakukan kegiatan penanaman karang laut (terumbu karang) oleh pemrakarsa
yang pelaksanaannya dikoordinasikan dengan DPD Gahawisri Bali dan
organisasi lainnya pada lokasi kegiatan.
 Melakukan kegiatan pembersihan koral dalam laut dari sampah dan
pencemaran lainnya.
 Melestarikan keberadaan koral-koral, flora dan fauna yang berada di lokasi
usaha Surfing.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional Surfing

3) Pencegahan dan pengelolaan dampak kecelakaan wisatawan dan karyawan


a. Upaya pengelolaan
 Mengikuti persyaratan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk kegiatan
Surfing
 Melakukan pengawasan yang ketat dan pembinaan disiplin karyawan (sumber
daya manusia) setiap hari dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
 Memilih rekanan rental mobil yang telah memiliki Surat yang legal dalam
mengemudikan dan mengoprasikan kendaraan.
 Menyediakan perlengkapan P3K umum dan khusus untuk operasional
 Menyediakan sarana radio komunikasi untuk kelancaran komunikasi.
 Mengasuransikan para wisatawan dan karyawan yang mengikuti program
Surfing.
 Bekerjasama dengan BMG Ngurah Rai Tuban dalam cuaca.
 Bekerjasama dengan tim penyelamat pantai.
 Bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat.
 Bekerjasama dengan Pol. Air Polda Bali, Syahbandar (KSOP) Basarnas
Kabupaten Badung,Basarnas Kota Denpasar, Polsek, Balawista dan Dinas
Perhubungan setempat.
 Bekerjasama dengan pengusaha angkutan yang memiliki ijin.
b. Lokasi pengelolaan

39
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional Surfing.

4) Pencegahan dan pengelolaan dampak kriminal


a. Upaya pengelolaan
 Melakukan pengawasan dan pemanduan pada wisatawan yang ikut kegiatan
 Kerjasama dengan tim pengaman pantai.
 Kerjasama dengan aparat setempat (Desa Dinas dan Desa Pakraman setempat).
 Kerjasama dengan aparat kecamanan (Pol. Air Polda Bali, Polsek dan
Balawista setempat).
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi usaha, kantor dan kendaraan pengantar
peserta.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional kantor,peserta,
tempat makan / dan kendaraan pengantar peserta.
5) Pencegahan dan pengelolaan dampak bahaya kebakaran
a. Upaya pengelolaan
 Pemeliharaan jaringan listrik dan kontrol oleh tenaga teknis yang profesional
secara kontinyu.
 Melakukan kontrol pada operasional sarana pengangkut dan kendaraan
pengantar peserta sehingga tak terjadi bahaya kebakaran.
 Menyediakan tabung pemadam kebakaran pada kantor.
 Bekerjasama dengan Dinas Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Badung
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan Surfing dan kantor PT. Bali
Slancar Santai.
c. Peiode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional Surfing dan kantor
PT. Bali Slancar Santai.

6) Pencegahan dan pengelolasin dampak konflik kepentingan


a. Upaya pengelolaan
 Melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan semua pihak yang
melakukan kegiatan / usaha di lokasi kegiatan.
40
 Membuat aturan / kesepakatan dengan semua pihak yang memanfaatkan lokasi
kegiatan terhadap berbagai hal tentang waktu dan pemanfaatan tempat di lokasi
kegiatan.
 Mentaati aturan kesepakatan yang telah dibuat dan disepakati bersama.
 Melaksanakan sanksi dengan tegas dan adil terhadap setiap pelanggaran
terhadap aturan / kesepakatan yang diberlakukan.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi kegiatan, kantor, dan kendaraan pengantar
peserta.
c. Periode pengelolaan
Setiap kali ada kegiatan ada kegiatan operasional kantor,dan kendaraan
pengantar peserta.

7) Pencegahan dan pengelolaan dampak pencemaran tanah dan air


a. Upaya pengelolaan
• Pada lokasi kegiatan kegiatan Surfing: tidak diperkenankan untuk pencucian
peralatan di lokasi kegiatan tersebut, bila perlu disiapkan wadah khusus.
• Pada lokasi kantor: limbah cair dikelola dengan sistem septic tank, dan
makukan penyedotan apabila septic tank sudah penuh melalui kerjasama
dengan jasa penguras WC yang telah mempunyai ijin resmi.
• Melarang peserta membuang sampah sembarangan ke laut.
b. Lokasi pengdolaan
Pengelolaan dilakukan Pada kantor, dan lokasi kegiatan Surfing
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali melakukan kegiatan di kantor, dan lokasi
kegiatan Surfing.

8) Pencegahan dan pengelolan dampak kecemburuan sosial antara karyawan


dengan perusahaan
a. Upaya pengelolaan
• Pemberian gaji kepada karyawan harus memenuhi batas minimal UMR sesuai
dengan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.
• Memenuhi hak-hak karyawan. Hak-hak tersebut antara lain pemenuhan akan
insentif, tunjangan kesehatan atau tunjangan keluarga sesuai dengan haknya,
merujuk kesepakatan kerja.
• Berusaha menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).

41
• Penyelesaian konflik secara musyawarah mufakat antara karyawan dan
pengusaha.
• Menjalin hubungan baik antara karyawan dan pengusaha serta masyarakat
sekitar. Hal ini dapat dilakukan melalui transparansi pengelolaan perusahaan,
dan komunikasi ti:nbal balik yang terbuka antara karyawan dan pihak
manajemen.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor, dan lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional Surfing PT. Bali
Slancar Santai.

9) Pencegahan dan pengelolaan dampak terjadinya perang tarif


a. Upaya pengelolaan
 Menjaga kualitas pelayanan terhadap tamu / pelanggan. Jika kualitas pelayanan
terjaga, maka diharapkan untuk mendapatkan tamu / pelanggan sesuai dengan
yang diinginkan, sehingga tidak sampai mencari pelanggan melalui perang tarif.
 Memenuhi standar pelayanan dengan menjaga standar produk dan standar
lokasi dalam pelaksanaan kegiatan.
 Membuat kesepakatan tarif (sesuai net price yang ditetapkan oleh aturan)
sehingga standar pelayanan bertaraf intemasional antara sesama anggota
pengusaha sejenis dapat dipenuhi.
 Melaksanakan net price sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peraturan
yang berlaku.
 Memberikan sanksi yang tegas bagi anggota yang melanggar.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor, dan lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional usaha Surfing.

42
10) Pencegahan dan pengelolaan dampak timbulnya limbah padat /sampah
a. Upaya pengelolaan
 Menyediakan bak-bak penampungan sampah sementara yang sesuai jenis
sampah di lokasi kegiatan Surfing
 Membuat tanda larangan pembuangan sampah sembarangan.
 Melakukan pemisahan sampah sesuai jenisnya (sampah organik, plastik, botol
bekas dan pembungkus bekas).
 Melakukan pengumpulan, pemilahan dan penyaluran sampah plastik.
 Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
 Menerapkan sistem 3 R (reduce, reuse & recycle)
 Menjual sampah (botol bekas, plastik dan bekas pembungkus kepada
pemulung) atau membuang sampah pada tempatnya yang telah diarahkan.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor dan lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan operasional kantor dan usaha
Surfing

11) Pencegahan dan pengelolaan dampak gangguan lalu lintas


a. Upaya pengelolaan
 Membuat jadwal pengaturan dan pengangkutan wisatawan yang
dikoordinasikan dan disosialisasikan dengan travel yang melayani.
 Melaksanakan jadwal pengaturan dan pengangkutan wisatawan yang telah
disepakati.
 Bekerjasama dengan Polsek dan Dinas Perhubungan kabupaten/kota setempat.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi jalan yang dilalui peserta program Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan mobilisasi mobil peserta
Surfing selama masa operasional.

43
12) Meningkatnya Air Limpasan Permukaan
a. Upaya pengelolaan
 Membuat bak peresapan dan utilitas drainase untuk mengantisipasi adanya
penambahan air limpasan pemiukaan pada saat musim hujan. Selain membuat
bak peresapan pemrakarsa juga akan membuat bak penampungan air hujan dan
lubang resapan Biopori di lokasi usaha
 Melakukan penghijauan dan penataan taman disekitar lokasi dengan menanam
pohon perindang diutamakan tanaman berdaun lebat dan berakar kuat sehingga
mampu menahan dan menyerap air dengan baik (fungsi hidrologis)
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada lokasi usaha/kegiatan
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap setiap 6 bulan sekali (musim hujan) dan secara
insidental jika ada laporan dari masyarakat.

44
3.2.4 Tahap pasca operasional
Jika usaha dapat dilanjutkan:
1. Pencegahan dan pengelolaan dampak pro dan kontra masyarakat sekitar
terhadap keberlanjutan operasional usaha
a. Upaya pengelolaan
 Melakukan sosialisasi yang melibatkan masyarakat dengan transparan kepada,
aparat dan lembaga desa dan pemerintah serta masyarakat di sekitar lokasi.
 Kemudian memperhatikan dan melaksanakan saran perbaikan yang diberikan
untuk pengelolaannya.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor dan lokasi kegiatan Surfing
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan kantor Surfing.

Jika usaha berhenti:


1. Pencegahan dan pengelolaan dampak bekas peralatan yang harus dibongkar
dan dibersihkan dari lokasi
a. Upaya pengelolaan
Melakukan pembongkaran dan pengangkutan barang-barang dan bekas tempat
usaha dengan hati-hati dan rapi.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor, dan lokasi kegiatan Surfing.
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan pembongkaran dan
pengangkutan bekas peralatan kantor Surfing

2. Pencegahan dan pengelolaan dampak adanya beberapa jenis peralatan bekas


usaha yang harus dianghut darl lokasi tempat usaha
a. Upaya pengelolaan
Pengangkutan barang-barang dan peralatan bekas PT. Bali Slancar Santai ke
luar lokasi secara bertahap dan teratur.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada kantor, dan lokasi kegiatan Surfing
c. Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap kali ada kegiatan pembongkaran dan
pengangkutan bekas peralatan kantor Surfing.

45
3. Pencegahan dan pengelolaan dampak menurunnya nilai estetika
a. Upaya pengelolaan
Memindahkan bekas barang dan peralatan yang belum diambil / diangkut
dengan serapi mungkin dari lokasi kegiatan.
b. Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan pada bekas lokasi kantor Surfing.
c. Periode pengelolaan
Ketika dilakukan pembongkaran dan pemindahan barang dan peralatan yang
belum diambil / diangkut dengan serapi mungkin dari lokasi kegiatan.

3.3 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Untuk itu program pemantauan akan diuraikan sesuai tahapan kegiatan sebagai
berikut:
3.3.1 Tahap pra konstruksi
1) Pemantauan terhadap timbulnya persepsi negatif masyarakat
 Lokasi pemantauan : dilokasi kegiatan kantor dan kantor desa/lurah setempat.
 Periode pemantauan : rutin selama pra konstruksi setiap 3 bulan sekali, dan
secara insidental setiap ada gangguan protes.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung dan wawancara.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengaN, Camat Denpasar Timur
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, DLHK Kota Denpasar, Dinas Sosial Kota Denpasar, Polsek
sanur dan Polresta Denpasar.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupateri/Kota setempat

46
2) Pemantauan terhadap kemungkinan pelanggaran perijinan yang diwajibkan
 Lokasi pemantaaan : di lokasi kegiatan kantor Pernrakarsa
 Periode pemantauan : 3 bulan sekali dan secara insidental setiap ada laporan
 Cara pemantauan : pengamatan langsung dan wawancara.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Kades/lurah, Camat setempat.
- Pengawas :
Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup, Dinas Sosial,
Polsek dan Polres setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat

3.3.2 Tahap konstruksi


1. Pemantauan terbadap menurunnya estetika
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan dan sekitarnya.
 Periode pemantauan : rutin selama konstruksi setiap 3 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gangguan estetika.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung dan wawancara.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang menangani
Kebersihan dan Pertamanan di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup, Dinas
Sosial, Polsek dan Polres setempat
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

47
2) Pemantanan terhadap keedakaan kerja
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan dan sekitarnya.
 Periode pemantauan : rutin selama konstruksi setiap 3 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada kecelakaan kerja.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung dan wawancara.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang menangani
Tenaga Kerja di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup,
Dinas/Instansi yang menangani Tenaga Kerja di Kabupaten/Kota setempat, Polres
dan Polsek setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

3.3.3 Tahap operasional


1) Pemantauan terhadap keeembenan masyarakat sekitar
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan kantor dan kantor desa/lurah setempat.
 Periode pemantauan : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gangguan protes.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung dan wawancara.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang menangani
Pariwisata di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup,
Dinas/Instansi yang menangani masalah Sosial di Kabupaten/Kota setempat,
Polres dan Polsek setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

48
2) Pemantauan terhadap gangguan biota laut / terumbu karang
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan Surfing dan sekitarnya.
 Periode pemantauan : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gangguan terhadap biota laut.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung terhadap kerusakan terumbu
karang, gangguan ikan-ikan dan kebersihan tempat /
lokasi kegiaran dari pencemaran sampah dan hahan
pencernar lamnya di lapanganan, dan laporan masyarakat.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas/Instansi yaag menangani
Kelautan dan Perikanan dan Pariwisata di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kora
setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup,
Dinas/lnstansi yang menangani Kelautan dan Perikanan. Gahawisri di
Kabupaten/Kota setempat, Polres dan Polsek setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

3) Pemantauan terhadap kecelakaan wisatawan dan karyawan


 Lokasi pemantauan : di jalan-jalan pada rute menuju lokasi lokasi Surfing.
 Periode pemantauan : rutin pada operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada kecelakaan wisatawan.
 Cara pcmantauan : pengamatan langsung terhadap pelaksanaan SOP
kegiatan Surfing yang merupakan persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh pemrakarsa di lapangan.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai yang dapat bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang
menangani Kelautan dan Perikanan dan Pariwisata di Provinsi Bali dan
Kabupaten/Kota setempat.

49
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, DLH Kabupaten/Kota, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota, Pol. Air Polda Bali, BMKG, Syahbandar (KSOP), Basarnas
Kota Denpasar, Polsek, Balawista setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, DLH Kabupaten/Kota. Dinas Sosial dan tenaga kerja
Kabupaten/Kota. Pol. Air Polda Bali, BMKG, Syahbandar (KSOP), Basarnas
Kota Denpasar, Polsek, Balawista setempat.

4) Pemantauan terhadap tindak kriminal


 Lokasi pemantauan : dilokasi kantor, kendaraan pengantar peserta.
 Periode pemantauan : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali dan secara
insidental setiap ada gangguan tindak kriminal
 Cara pemantauan : pengamatan langsung terhadap berbagai jenis tindak
kriminal yang terjadi atau pernah terjadi di lapangan atau
laporan masyarakat.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai yang dapat hekerjasama dengan Dinas Kebakaran
Provinsi Bali dan Dinas Kebakaran, Polsek dan Polres setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup, Camat,
Polsek dan Polres setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupatel/Kota setempat.

5) Pencegahan dan pengelolaan dampak bahaya kebakaran


 Lokasi pemantauan : dilokasi kantor, kendaraan pengantar peserta.
 Periode pemantauar : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada bita ada laperan tetjadinya bahaya
kebakaran.
 Cara pemantauan : Pengamatan langsung di lapangan dan laporan
adanya bahaya kebakaran dari masyarakat.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
50
PT. Bali Slancar Santai yang dapat bekerjasama dengan Dinas Pemadam
Kebakaran Provinsi Bali dan Dinas Kebakaran, Polsek dan Polres setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinasanstansi yang menangani Lingkungan Hidup, Camat,
Polsek dan Polres setempat
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup, Dinas
Kebakaran Kabupaten/Kota setempat.

6) Pemantanan terhadap konflik kepentingan


 Lokasi pemantauan : pada kantor dan tempat lokasi-lokasi kegiatan.
 Periode peniantauan : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada bila ada laporan terjadinya konflik
antar pengusaha wisata tirta dari masyarakat.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung terhadap berbagai jenis kegiatan
yang ada dan interaksinya dengan kegiatan yang
dilakukan oleh pemrakarsa di lapangan dan laporan
masyarakat
 lnstitusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Perhubungan, Informasi dan Komunikasi. dan Diparda Provinsi Bali, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Gahawisri, dan Dinas Kelautan dan
Perikanan, Lurah dan Camat setempat.
- Pengawas :
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Gahawisri. dan Dinas Kelautan
dan Perikanan KabupateniKota setempat.
- Penerima Iaporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupater/Kota setempat.

51
7) Pemantauan terhadap pencemaran tanah dan air
 Lokasi pemantauan : di lokasi kantor, gudang peralatan dan temat pencucian
peralatan Surfing
 Periode pemantauan : rutin setiap 6 bulan sekali, dan secara insidental tiap ada
gejala pencemaran tanah dan air.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan dan mengambil
sampel air dan menganalisis parameter kunci (fisik,
kimia dan biologi air) di laboratorium. dan
mengakomodasi laporan masyarakat atau pemrakarsa.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai yang dapat bekerjasama dengan Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Bali, Dinas/lnstansi yang menangani Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan setempat.
- Pengawas :
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali. Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

8) Pemantauan terhadap terjadinya kecemburuan sosial antarn karyawan


kepada perusahaan
 Lokasi pemantauan : di lokasi kantor dan masyarakat sekitar.
 Periode pemantauan : rutin pada operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gejala konflik sosial antara
karyawan dengan pemrakarsa.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan mengamati /
mencermati konflik-konflik yang terjadi antara karyawan
dan pemrakarsa berkaitan dengan penggajian,
kesejahteraan dan pemenuhan hak-hak karyawan, serta
mendengarkan dan mengakomodasi laporan karyawan
atau pemrakarsa.

52
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai yang dapat bekerjasama dengan Diparda Provinsi Bali,
Dinas Tenaga Kerja, dan Diparda Desa dan Camat setempat.
- Pengawas :
Dinas Lingkungan Hidup, dan Diparda Provinsi Bali, Dinas Tenaga Kerja, dan
Diparda, Kelurahan dan Camat setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

9) Pemantauan terhadap terjadinya perang tarif (dumpingpriee)


 Lokasi pemantauan : di sekitar lokasi kantor, dan lokasi Surfing
 Periode pemantauan : rutin pada operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gejala konflik perang tarif (dumping
price).
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan, mengamati /
mencermati konflik-konflik perang tarif yang terjadi
antara perusahaan yang sama, serta mendengarkan dan
mengakomodasi laporan masyarakat atau pemrakarsa.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang menangani
Pariwisata di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali. Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup,
Dinas/Instansi yang menangani masalah Sosial di Kabupaten/Kota setempat,
Polres dan Polsek setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

53
10) Pemantauan terhadap timbulnya sampah (limbah padat)
 Lokasi pemantauan : di sekitar lokasi kantor. dan lokasi Surfing.
 Periode pemantauan : rutin pada operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental setiap ada gejala pencemaran oleh limbah
padat.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan mengamati timbunan
sampah dan bau busuk yang ditimbulkannya, dan bekas
botol, plastik atau bahan pembungkus lainnya, serta
mendengarkan dan mengakomodasi laporan masyarakat
atau pemrakarsa.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Dinas Kesehatan.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten/Kota setempat.

11) Pemantauan terhadap gangguan lalu lintas


 Lokasi pemantauan : di jalur jalan yang dilalui menuju lokasi peserta Surfing.
 Periode pemantauan : rutin selama operasional setiap 6 bulan sekali dan secara
insidental tiap ada gangguan lalu lintas.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung terhadap kemacetan dan
kecelakaan lalu limas di lapangan.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Polsek atau Polres setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, DinastIns -tansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupater/Kota setempat Polsek atau Polres setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat, Polsek atau Polres setcmpat.
54
3.3.4 Tahap pasca operasional
Jika Usaha Berlanjut
1) Pemantauan dampak terhadap timbulnya pro dan kontra masyarakat sekitar
terhadap operasional keberlanjutan usaha
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan dan kantor desa / kelurahan.
 Periode pemantauan : rutin pada operasional setiap 6 bulan sekali, dan secara
insidental tiap ada protes masyarakat.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan dan wawancara.
 Institusi pernantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Lurah/Kades, Camat, Polsek dan
Polres, setempat
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat Dinas Kesehatan Provinsi BaIi dan Dinas Pariwisata .
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

Jika Usaha Berhenti


1) Pemantauan dampak terhadap timbulnya bekas peralatan serta kompresor
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan kantor, lokasi kegiatan Surfing.
 Periode pemantauan : selama proses pengangkutan peralatar serta secara
insidental bila ada laporan bekas peralatan yang
mengganggu lingkungan dari masyarakat.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan.
 lnstitusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Lurah/Kades. Camat, Diparda
Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dan
Kabupater/Kota setempat.
- Penerima laporan :

55
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupater/Kota setempat.

2) Pemantanan dampak terhadap adanya beberapa jenis peralatan bekas yang


harus diangkut dari lokasi tempat usaha
 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan kantor, lokasi kegiatan Surfing
 Periode pemantauan : selama proses pengangkutan peralatan serta secara
insidental bila ada laporan peralatan bekas yang
mengganggu lingkungan dari masyarakat.
 Cara pemantauan : pengamatan tangsung di lapangan.
 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai yang dapat bekerjasama dengan Lurah/Kades. Camat,
Diparda Kabupaten/Kota setempat
- Pengawas :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dan
Kabupaten/Kota setempat.
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat.

3) Pemantauan dampak terhadap menurunnya nilai estetika


 Lokasi pemantauan : di lokasi kegiatan kantor, lokasi kegiatan Surfing.
 Periode pemantauan : selama proses pembongkaran dan pengangkutan serta
secara insidental bila ada laporan gangguan nilai estetika
dari masyarakat.
 Cara pemantauan : pengamatan langsung di lapangan.

 Institusi pemantauan :
- Pelaksana :
PT. Bali Slancar Santai bekerjasama dengan Lurah/Kades, Camat, Diparda
Kabupaten/Kota setempat.
- Pengawas :

56
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dan
Kabupaten/Kota setempat
- Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali, Dinas/Instansi yang menangani Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota setempat

3.4 Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


3.4.1 Institusi pelaksana
Dalam pelaksanaan kegiatannya wisata tirta PT. Bali Slancar Santai, maka sebagai
pelaksana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup adalah pemrakarsa, yaitu PT.
Bali Slancar Santai. Pelaksanaan nya dapat dilakukan secara mandiri atau dengan
bekerjasama dengan instansi terkait sesuai bidangnya, perguruan tinggi atau Lembaga
Swadaya Masyarakat, lembaga swasta dan lembaga-lembaga informal lainnya, seperti
Desa Pakraman Desa Adat, Pecalang Desa Pakraman / Desa adat setempat.

3.4.2 Institusi Pengawas


Dalam pelaksanaan kegiatannya wisata tirta PT. Bali Slancar Santai, maka
berbagai instansi yang berhak untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pemrakarsa. Pengawasan dapat
dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Sebagai
institusi pengawas dapat dilakukan oleh:
1) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali / Instansi yang menangani Lingkungan
Hidup setempat.
2) Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat.
3) Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Dinas Pariwisata Kabupaten setempat.
4) Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Dinas Perhubungan Kabupaten setempat.
5) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, dan Kabupaten setempat.
6) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
7) DPD Gahawisri Provinsi Bali. dan Kabupaten / Kota setempat.
8) Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten/Kota setempat.
9) Pol. Air Polda Bali, Basarnas, BMKG, KSOP, Poltabes, Polres, Polsek dan
Balawista setempat.
10) Kecamatan setempat, Desa / Lurah setempat.

57
3.4.3 Institusi Penerima laporan
Pelaporan terhadap hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan secara rutin
dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada instansi terkait (sudah diterima oleh
instansi-instansi yang dilapori). Disamping laporan sccara rutin, perlu pula pelaporan
secara insidental apabila terjadi gangguan terhadap pencemaran lingkungan yang tidak
dapat dikendalikan.
lnstitusi yang menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen
pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pemrakarsa dapat disampaikan kepada instansi terkait sesuai dengan lingkup tugas
instansi yang bersangkutan. Adapun institusi yang berhak sebagai penerima laporan
adalah sebagai berikut
1) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali / Instansi yang menangani Lingkungan
Hidup setempat.
2) Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat.
3) Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Dinas Pariwisata Kabupaten setempat.
4) Dinas Perhubungan Provinsi Bali. Dinas Perhubungan Kabupaten setempat.
5) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, dan Kabupaten setempat.
6) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
7) Pol. Air Polda Bali, Basarnas, Polsek dan Polres setempat.
8) Kepala Desa/ Lurah setempat.

Berdasarkan uraian di atas, maka matrik upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantau,sn lingkungan hidup (UKL-UPL) disajikan pada Tabel 3.1.

58
Tabel 3.1 Matrik Upaya Pengelolaan dan Pomantauan Lingkungan Hidup Kegiatan PT. Bali Slancar Santai
Dampak lingkungan Upaya pengelolaan lingkungan hidup Upaya pemantauan lingkungan
yang terjadi
Jenis Sumber Besaran Upaya pengelolaan Lokasi Periode Upaya Lokasi Periode Institusi pengelolaan
dampak dampak dampak lingkungan hidup lingkungan lingkungan pemantauan pemantauan pemantauan dan pemantauan
hidup hidup lingkungan lingkungan lingkungan
hidup hidup hidup
Tahap pra konstruksi
Timbulnya Sosialisasi Kecil, Melakukan sosialiasi secara Di lokasi Setiap ada Pengamatan Di kantor Secara rutin Pelaksana :
persepsi rencana meliputi transparan kepada kegiatan dan indikasi langsung di pemrakarsa, di setiap 3 bulan PT. Bali Slancar Santai
negatif kegiatan masyarakat masyarakat sekitar. sekitarnya. timbulnya lapangan dan lokasi kegiatan sekali selama bekerjasama dengan
masyarakat sekitar persepsi wawancara. dan sekitarnya. masa pra Kades/Lurah, Camat
sekitar lokasi Sosialisasi rencana kegiatan Kantor desa / negatif konstruksi. setempat.
kegiatan diketahui oleh pihak lurah masyarakat Kantor desa /
desa/kelurahan dan setempat. selama pra lurah setempat Secara insidental Pengawas :
kecamatan. konstruksi. bila ada laporan DLH Provinsi Bali,
terjadinya protes Dinas/Instansi yang
Mengakodomasi masukan dari masyarakat. menangani Lingkungan
dan saran dari masyarakat Hidup, Dinas Sosial,
sekitaruntuk menjalin Polsek dan Polres
hubungan yang harmonis setempat.
antara pemrakarsa dengan
masyarakat sekitar. Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota
setempat.

59
Kemungkinan Pengurusan Kecil, Mengurus dan Di kantor Selama Pengamatan Di kantor Secara rutin Pelaksana :
timbulnya perijinan menyangkut memenuhi segala jenis pemrakarsa pengurusan langsung di pemrakarsa setiap 3 bulan PT. Bali Slancar
pelanggaran jenis perijinan yang di lokasi berbagai jenis lokasi dan di lokasi sekali selama Santai yang dapat
perijinan perijinan diwajibkan. kegiatan perijinan yang kegiatan dan kegiatan masa pra bekerjasama dengan
yang diwajibkan wawancara konstruksi Dinas/Instansi yang
diwajibkan. Melakukan koordinasi menangani perijinan
dengan aparat Secara di Provinsi Bali dan
pemerintah yang terkait insidental bila Kabupaten/Kota
dengan perijinan. ada laporan setempat.
pelanggaran
perijinan dari Pengawas :
masyarakat DLH Provinsi Bali
Dinas/Instansi yang
menangani perijinan
setempat.

Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/ Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat.

60
Tahap Konstruksi
Menurunnya Konstruksi Kecil, Penempatan dan Di kantor, Setiap kali Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelaksanaan :
nilai estetika pengadaan / meliputi penataan berbagai jenis lokasi ada kegiatan langsung dan kegiatan dan setiap 3 bulan PT. Bali Slancar
penataan sekitar bahan dan peralatan kegiatan dan konstruksi wawancara di sekitarnya. sekali selama Santai yang dapat
kantor. kantor. dengan rapi di lokasi sekitarnya. fisik dan lapangan. masa konstruksi bekerjasama dengan
kegiatan. penataan Dinas/Instansi yang
Pengadaan / peralatannya. Secara menangani
penataan Penataan berbagai jenis insidental bila kebersihan dan
peralataan peralatan untuk ada laporan pertamanan di
Surfing. kegiatan Surfing dengan terjadinya Provinsi Bali dan
baik dan rapi. gangguan Kabupaten/Kota
estetika dari setempat.
Mengangkut keluar masyarakat.
sisa-sisa bahan dan Pengawas :
peralatan jika tidak DLH Provinsi Bali,
dipergunakan lagi, Dinas/Instansi yang
sehingga tidak menangani
berserakan di halaman Lingkungan Hidup
lokasi kegiatan. Dinas/Instansi yang
menangani
Kebersihan dan
Pertahanan
setempat.

Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup

61
Kabupaten/Kota
setempat.
Timbulnya Pengadaan / Kecil, hanya Melengkapi pekerja Di lokasi Setiap kali Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelaksana :
kecelakaan penataan menyangkut dengan alat pelindung kegiatan ada kegiatan langsung di kegiatan dan setiap 3 bulan PT. Bali Slancar
kerja peralatan pekerja diri (APD) apabila yang rawan konstruksi lapangan dan sekitarnya. selama masa Santai yang dapat
Surfing mengerjakan melakukan pekerjaan kecelakaan fisik dan wawancara. konstruksi. bekerjasama dengan
penataan pada lokasi yang rawan disekitarnya. penataan Dinas/Instansi yang
kantor dan kecelakaan. peralatannya. Secara menangani Tenaga
peralatan. insidental bila Kerja di
Melakukan pekerjaan ada laporan ProvinsiBali dan
dengan hati-hati pada terjadinya Kabupaten/Kota
pekerjaan yang rawan kecelakaan setempat.
kecelakaan. kerja di
masyarakat. Pengawas :
Melakukan pengawasan DLH Provinsi Bali,
bagi pekerja yang Dinas/Instansi yang
bekerja pada lokasi menangani
yang rawan kecelakaan Lingkungan Hidup,
oleh pengawas / Dinas/Instansi yang
pemborong. menangani Tenaga
Kerja di
Kabupaten/Kota
setempat, Polres dan
Polsek setempat.

Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
lingkungan hidup

62
Kabupaten/Kota
setempat.
Tahap Operasional
Terjadinya Operasional Sedang, Melakukan sosialisasi Di lokasi Selama masa Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelaksana :
kecemburuan kapal peserta meliputi secara transparan kegiatan dan operasional. langsung di kegiatan dan setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
masyarakat Surfing. sekitar kepada masyarakat sekitarnya. lapangan dan sekitarnya. sekali selama Santai yang dapat
sekitar lokasi lokasi kegiatan wawancara masa bekerjasama dengan
Operasional Surfing. termasuk masyarakat Kantor Desa / operasional. Dinas/Instansi yang
kendaraan pesisir dan nelayan. Lurah menangani Tenaga
pengantar setempat. Secara Kerja di Provinsi
peserta Melibatkan masyarakat insidental bila Bali dan
Surfing. sekitar dalam ada laporan Kabupaten/Kota
penyediaan jasa terjadinya setempat.
penyewaan kendaraan protes dari
dan membantu masyarakat. Pengawas :
membawa peralatan. DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup,
Dinas/Instansi yang
menangani tenaga
Kerja di
Kabupaten/Kota
setempat, Polres dan
Polsek setempat.

Penerima
Laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang

63
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat.
Tahap Operasional
Terjadi Operasiona Sedang, Melakukan Sosialisasi Di lokasi Selama masa Pengamatan Di Lokasi Secara rutin Pelaksanaan :
Kevemburuan kapal peserta meliputi secara transparan kegiiatan operasional langsung di kegiatan dan setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
masyarakat Surfing sekitar kepada masyarakat dan lapangan dan sekitarnya sekali selama Santaia bekerjasama
sekita lokasi lokasi kegiatan sekitarnya wawancara masa dengan
Operasional Surfing termasuk masyarakat Kantor desa / operasional. Dinas/Instansi yang
Kendaraan pesisir dan nelayan. lurah menangani
pengantar setempat Secara pariwisata di
peserta Melibatkan masyarakat incidental bila provinsi Bali dan
Surfing sekitar dalam ada laporan Kabupaten/Kota
penyediaan jasa terjadinya setempat.
penyewaan kendaraan protes dari
dan membantu masyarakat Pengawasan :
membawa peralatan DLH Provinsi Bali.
DInas / Instansi
yang menangani
Lingkungan HIdup,
Dinas/Instansi yang
menangani Sosial di
Kabupaten/Kota
setempat, Polres dan
Polsek setempat.

Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang

64
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
Setempat.
Terjadinya Operasional Kecil Di lokasi Setiap kali Pengamatan Pada lokasi – Secara rutin Pelaksanaan :
gangguan Kapal meliputi Melarang peserta PT. kegiatan melakukan langsung di lokasi setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
biota laut / Surfing sekitar Bali Slancar Santai Surfing kegiatan lapangan kegiatan sekali selama Santai yang dapat
terumbuk lokasi dalam melakukan Surfing Surfing dan operasional bekerjasama dengan
karang. Surfing program Surfing untuk selama masa sekitarnya. Dinas/Instansi yang
melakukan gangguan operasional Secara isidental menangani kelautan
pengrusakan dan bila ada laporan dan prikanan dan
pengambilan biota laut terjadinya pariwisata di
( terumbu karang dan gangguan flora Provinsi Bali dan
ikan-ikan laut) selama dan fauna air Kabupaten/Kota
dalam kegiatan dari masyarakat setempat
penyelaman
Pengawas :
Melakukan kegiatan DLH Provinsi Bali.
penanaman karang laut Dinas/Instansi yang
( terumbuk karang ) menangani
oleh pemrakarsa yang LIngkungan Hidup.
pelaksanaannya Dinas/Instansi yang
dikoordinasi dengan menangani Kelautan
DPD Gahawisri Bali dan Perikanan,
dan organisasi lainnya Gahawisri di
pada lokasi kegiatan. Kabupaten/Kota
setempat, Polres dan
Melakukan kegiatan Polsek setempat.
pembersihan koral
dalam laut darisampah Penerima laporan :

65
dan pencemaran DLH Provinsi Bali,
lainnya. Dinas/Instansi yang
Melestarikan menangani
keberadaan koral-koral, Lingkunngan Hidup
flora dan fauna yang Kabupaten/Kota
berada di lokasi Surfing Setempat
Terjadinya Operasional Kecil, dapat Mengikuti persyaratan Pada lokasi Setiap kali Pengamatan Lokasi Jalur Secara rutin Pelaksana :
kevelakaan mobil terjadi di Standard Operasional kegiatan ada kegiatan langsung Jalan pada setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
wisatawan pengantar sepanjang Prosedur ( SOP ) untuk Surfing operasional rute menuju sekali selama Santai yang dapat
dan karyawan peserta jalur kegiatan Surfing Surfing lokasi dan masa bekerjasama dengan
Surfing perjalan (terlampir). pada lokasi operasional. Dinas/Instansi yang
wisatawan Surfing menangani Tenaga
Operasional dan lokasi Melakukan pengawasan Secara Kerja dan
Surfing. Surfing yang ketat dan incidental bila Pariwisata di
pembinaan disiplin ada laporan Provinsi Bali dan
karyawan (sumber daya terjadi Kabupaten/Kota
manusia) setiap hari kecelakaan setempat.
dalam melaksanakan kerja dari
pekerjaan rutin. masyarakat Pengawas :
DLH Provinsi Bali.
Menugaskan pemandu DLHK Kab/Kota,
Surfing yang mudah Dinas Sosial dan
memiliki sertifikasi. Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota
Menyediakan Basarnas
Perlengkapan P3K. Kabupaten/Kota,
Pol, Air Polda Bali,
Mengasuransikan para BMKG, Syahbandar
wisatawan yang (KSOP), Polsek,
Balawisata setempat

66
mengikuti program
Surfing. Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
Bekerjasama dengan Dinas/Instansi yang
BMG Ngurah Rai menangani
Tuban Basarnas, Lingkungan Hidup
Syahbandar ( KSOP ), Kabupaten/Kota
Balawista setempat.
Terjadinya Opensio- nal Kecil, dapat Melakukun pengawasan Pada Lokasi, Setiap kali Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelaksana :
tindak mobil terjadi di dan pemanduan pada kegiatan, ada kegiatan langusng di kantor, setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
criminal pengantar dalam wisatawan yang ikut kantor, dan operasional lapangan dan kendaraan sekali selama Santai yang dapat
peserta kendara-an, kegiatan Surfing kendaraan kantor, dari laporan pengantar masa bekerjasama dengan
Surfing kantor, dan pengantar pengantar kejahatan peserta operasional. kades/lurah, Camat,
lukasi Kerjasarnu dengan tim peserta. peserta. Polsek dan Polres
Operasio- nal Surfing pengaman pantai. Secara setempat.
kantor incidental bila
Kerjasama dengan ada laporan Pengawas :
aparat setcmpat ( Desa terjadinya DLH Provinsi Bali,
Dinas dan tindak criminal DInas/Instansi yang
Desa Pakraman dari masyarakat menangani
setempat). Lingkungan Hidup,
Camat, Polsek dan
Kerjasama dengan Polres setempat
aparat keamanan
(Polsek dan Pol Penerima laporan :
Air /Balalawista DLH Provinsi Bali,
setempat) DInas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup,
Kabupaten/Kota

67
setempat, Polres,
Polsek, setempat

Terjadinya Operasional Kecil. Pemeliharaan jaringan Pada lokasi Setiap kali Pengamatan Di lokasi Scatra rutin Pelaksana :
bahaya Perkantoran dapat listrik dan kontrol oleh kegiatan ada langsung di kantor, setiap 6 PT. Makrnur Jaya
kebakaran terjadi pada tenaga teknis yang Surfing dan kegiatan lapangan kendaraan bulan sekali Selam yang dapat
opaasional profesional seeara kantor. operasional dan laporan pengantar selarna masa bekerjasama dengan
kantor. Kontinyu Surfing adanya peserta operasional Dinas Kebakaran
bahaya Provinsi Bali dan
Melakukan kontrol kebakaran dari Secara Dinas Kebakaran,
prada operamonal masyarakat insidcntal Polsek dan Polres
kendaraan pengangkut bila ada laporan setempat.
wisatawan sehingga tak terjadinya Pengawas :
tcrjadi bahaya bahaya DLH Provinsi Bali.
kebakaran. kebakaran dari Dinas/lnstansi yang
masyarakat menangani
Menyediakan tabung Lingkungan Hidup,
panadam kebakaran Camat, Polsek dan
pada kantor Polres setempat.

Bekerjasama dengan Penerima laporan :


Dinas Pemadam DLH Provinsi Bali,
Kebakaran DInas/Instansi yang
Kabupaten/Kota mcnangani
setempat untuk Lingkungan Hidup,
menanggulangi bahaya Dinas Pemadam
kebakaran. Kebakaran
Kabupaten/Kota
setempat,

68
Terjadinya Operasional Sedang, Melakukan Koordinasi Pada lokasi, Setiap kali Pengamatan Di kantor Secara rutin Pelaksana :
Konflik mobil dapat terjadi dan kerjasama dengan kegiatan ada kegiatan langsung di pemrakarsa setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
kepentingan pengantar di kantor, semua pihak usaha di kantor, dan operasional lapangan dan dan lokasi- sekali selama Santai yang dapat
peserta lokasi lokasi kegiatan kendaraan kantor, wawancara lokasi masa bekerjasama dengan
Surfing Surfing pengantar peserta tempat kegiatan operasional Dinas Lingkungan
peserta Hidup, Dinas
Perhubungan,
Informasi dan
Membuat aturan / Makan / dan Secara Komunikasi, dan
Operasional kesepakatan dengan kendaraan incidental bila Diparda Provinsi
perkantoran semua pihak yang pengantar ada laporan Dinas Kelautan dan
memanfaatkan lokasi peserta. terjadinya Pcrikanan Provinsi
kegiatan. konflik antar Bali, Gahawisri, dan
pengusaha Dinas Kelautan dan
Mentaati aturan / wisata tirta Perikanan, Desa dan
kesepakatan yang telah (Surfing) dari Camat setempat.
di buat dan di sepakati. masyarakat Pengawas :
Dinas Kelautan dan
Melaksanakan sanksi Perikanan Provinsi
dengan tegas dan adil Bali, Gahawisri, dan
terhadap setiap Dinas Kelautan dan
pelanggaran. Perikanan
Kabupaten/Kota
setempat
Penerima laporan:
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup,
Dinas Kebakaran

69
Kabupaten/Kota
setempat,
Terjadinya Sedanng Pada lokasi kegiatan Pada kantor, Setiap kali Pengamatan Di sekitar Secara rutin Pelaksana :
pencemaran dapat terjadi kegiatan Surfing : tidak dan lokasi melakukan langsung di lokasi kantor setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
tanah dan air pada kantor diperkenankan untuk kegiatan kegiatan di lapangan dan pencucian sekali selama Santai yang dapat
dan lokasi pencucian peralatan di Surfing kantor, dan peralatan masa bekerjasama dengan
Surfing lokasi kegiatan tersebut, lokasi Surfing Surfing operasional Dinas Lingkungan
bila perlu disiapkan selama masa Hidup Provinsi Bali,
wadah khusus. Dinas/Instansi yang
menangani
Operasional Pada lokasi kantor : operasional Secara Lingukungan Hidup
limbah cair dikelola
perkantoran incidental bila Dinas Kesehatan
dengan sistem septic tank,
dan makukan penyedotan ada laporan setempat
apabila scptic tank sudah
Pcnggantian terjadinya
penuh melalui kerjasama
olie dan dengan jasa penguras WC pencemaran Pengawas :
yang telah memiliki ijin
perawatan tahan dan air Dinas Lingkungan
resmi
kendaraan dari masyarakat Hidup Provinsi
Melarang peserta
pengantar Dinas. Instansi yang
mentuang sampah
peserta sernberangan ke lata. menangani
Surfing Lingkunngan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat

Terjadinya Operasional Sedang. Pemberian Gajih kepada Pada kantor, Setiap kali Pengamatan Di sekitar Secara rutin Pelaksanaan :
kecemburuan kendaraan Dapat karyawan harus dan lokasi ada kegiatan langsung di lokasi kantor setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
social antara pengantar terjadi di melebihi batas UMR kegiatan operasional lapangan dan sekali selama Santai Melam yang
karyawan dan peserta kantor, dan sesuai dengan peraturan Surfing kantor, mengamati / masyarakat masa dapat bekerjasama
Surfing sekitarnya perundang-undangan Surfing mencermati sekitar operasional dengan Diparda
yang berlaku konhlok- Provinsi Bali, Dinas
Tenaga Kerja

70
Perusahaan Operasional Memenuhi hak-hak kontlik yang Seeara dan Diparda, Lurah
perkantoran karyawan lak-hak terjadi antara insidental dan Camat
teraebut antara Iain karyawan dan bila ada laporan setempat.
pernenuhan akan pemrakarsa terjadinya
insentif, tunjangan barkaitan peraelisihan Pengawas :
kesehatan atau dengan antara Dinas Lingkungan
tunjangan kcluarga Penggajian, karyawan Hidup, dan Diparda
sesuai dengan haknya. kesejahahteraa dan Provinsi Bali, Dinas
n dan pengusaha dari Tenaga Kerja, dan
Menghindari terjadinya pemenuhan masyarakat Disparda, Lurah dan
pemutusan hubungan hak-hak Camat setempat.
kaja (PHK) karyawan,
serta Penerima laporan :
Penyelesain konflik mengakomo DLH Provinsi Bali,
secara musyawarah dasi laporan Dinas/Instansi yang
mufakat antara karyawan menangani
karyawan dan atau Lingkungan Hidup
pengusaha. pemrakasa Kabupaten/Kota
Menjalin hubungan baik setempat.
antara karyawan dan
pengusaha. Hal ini
dapat dilakukan melalui
transparansi
pengelolaan
perusahaan. dan
komunikasi timbal balik

71
yang terbuka antara
karyawan dan pihak
manajemen.

Terjadinya Operasional Sedang Menjaga kualitas Pada kantor, Setiap kali Pengamatan Di sekitar Secara rutin Pelaksana :
perang tariff Surfing terjadi antar pelayanan terhadap dan lokasi melakukan langsung di lokasi kantor setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
( dumping pengusaha tamu / pelanggan. Jika kegiatan kegiatan di lapangan dan lokasi sekali selama Santai yang dapat
price ) Operasional Surfing kualitas pelayanan Surfing kantor, dan mengamati Surfing masa bekerjasama dengan
kendaraan terjaga, maka lokasi Surfing konflik- operasional DIparda Provinsi
pengantar diharapkan untuk selama masa konflik perang secara Bali, DPD
peserta mendapatkan tamu / operasional tariff yang incidental bila Gahawisri bali
pelanggan sesuai terjadi ada
dengan yang Pengawas :
diinginkan, sehingga Diparda Provinsi
tidak sampai mencari Bali,
Surfing pclanggan melalui aniara Laporan DPD Gahwisri Bali
Operasio- nal perang tarif. perusahaan terjadinya dan Gahawisri
perkanto- ran yang sama. perang tariff Kabupaten / Kota
Manenuhi standar Serta antar pengusaha setempat.
pelayanan dengan mendengark dari masyarakat
menjaga standar produk an dan Penerima Laporan :
dan standar lokasi mengako- DLH Provinsi Bali,
dalam pelaksanaan modasi Dinas / Instansi
kcgiatan. laporan yang menangani
masyarakat Lingkungan Hidup
Membuat kesepakatan atau Kabupaten/Kota
larif (sesuai net price pemrakarsa. setempat.
yang ditetukan oleh
aturan) schingga standar

72
pelayanan bertaraf
internaional antara
sesama anggota
pengusaha sejcnis dapat
dipenuhi.

Melaksanakan net price


sesual dcngan yang
telah ditetapkan oleh
peraturan yang herlaku.

Memherikan sanksi
yang tcgas bagi anggota
yang melanggar
kesepakatan yar.g tclah
dibuat
berkaitan dengan tarif.

Timbulnya Kecil, di Menyediakam bak-bak Pada kantor, Setiap kali Pengamatan Di sekitar Secara rutin Pelaksana :
sampah sekitar pcnampungan sampah dan lokasi melakukan langsung di lokasi kantor, setiap 6 bulan PT. Makmmur Jaya
(limbah kantor, dan sementara yang sesuai kegiatan kegiatan di lapangan dan lokasi sekali selama Selam yang dapat
padat) lokasi jenis sarnpah di lokasi Surfing kantor, dan mengamati / Surfing masa bekerjasama dengan
Surfing kegiatan Surfing lokasi timbunan operasional. Dinas yang
kebersihan
Operasional Membuat tanda Surfing sampah dan Secara dan Pcnamanan
perkantoran larangan pernbuangan selama masa bau busuk insidental bila Kabupaten/Kota
sampah sembarangan. operasional yang ada laporan setempat
ditimbul- timbulnya
kannya, dau tumpukan atau
mengakomo - ceceran limbah

73
Menerapkan sislem 3R dasi laporan padat (sampah) Pengawas :
(reduce, reuse & masyarakat yang DLH Provinsi Bali,
recycle) atau meneemari Dinas/1nstansi yang
pamrakarsa lingkungan dari menangani
Mclakukan pemisahan masyarakat Lingkungan Hidup
sampah sesuai jenisnya Kabupaten/Kota
(sampah organik, setempat Dinas
plastik, botol bekus dan Kesehatan Provinsi
pembungkus bekas). Bali dan Dinas
Kcsehatan setempat.
Mclakukan
pengumpulan, Penerima laporan :
pemilahan dan DLH Provinsi Bali,
penyaluran sampah Dinas/Instansi yang
plastik. Melakukan menangani
ramgolahan sampah Lingkungan Hidup
organik menjadi Kabupaten/Kota
kompos. setempat.

Menjual sampah (botol


bekas, plastik dan bekas
pembungkus kepada
pemulung) atau
membuang sampah pada
tempatnya yang telah
diarahkan.

74
Terjadinya Operasional Kecil, di Mcmhuat jadwal Pada likasi Setiap kali Pengamatan Lokasi jalur Secara rutin Pciaksana :
gangguan lalu mobil jalur jalan pcngaturan jalan yang ada kegiatan langsung di jalan yang setiap 6 bulan PT. Bali Slancar
lintas pengantar masuk / dan pcngangkutan dilalui mobilitas lapangan dilalui sekali selama Santai Pengawas :
peserta yang dilalui wisataswan peserta peserta menuju lokasi masa DLH Provinsi Bali,
Surfing peserta Yang dikoordinasikan Surfing program peserta operasional, Dinas/Instansi yang
program dan Surfing Surfing Secara mcnangani
Surfing disosialisasikan dengan incidental bila Lingkungan Hidup
travel yang melayani. ada laporan Kebupaten/Kota
gangguan lalu setempat Polsek
Melaksanakan jadwal lintas yang atau Polres
penguluran dan membahayakan setempat.
pcngangkutan dari masyarakat
wisatawan yang telah Penerima laporan:
discpakati. DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
Bekerjasama dengan menangani
DInas Perhubungan Lingkungan Hidup
Kabupaten / Kota kabupatcn/Kota
setempat sctempat. Polsek
atau polres setempat
Meningkatnya Pembangunan Terjadinya Membuat bak persiapan Di lokasi Dilakukan Melihat Di lokasi Setiap 6 bulan Pelaksana :
dan drainase untuk
limpasan air kantor banjut di usaha secara terus langsung usaha sekali ( musim PT. Bali Slancar
mengatisipasi adanya
permukaan Surfing dan lokasi usaha penambahan air ( saluran menerus kondisi khususnya hujan ) dan Santai
permukaan saat musim
(run off) fasilitasnya drainase sepanjang saluran pada saluran secara
hujan. Selain membuat
bak peresapan remrakarsa bangunan ) operasi usaha drainase, bak drainase, bak incidental jika Pengawas
disarankan membuat bak
peresapan, bak peresapan, ada laporan dari DLH provinsi Bali,
penampungan air hujan
dan lubang resapan penampungan bak masyarakat Dinas/Instansi yang
Biopori di lokasi usaha
air hujan dan penampungan menangani

75
Melakukan penghijauan lubang air hujan dan Lingkungan Hidup
dan penataan taman
resapan lubang Kabupaten/Kota
disekitar lokasi dengan
menanam pohon Biopori di resapan setempat Polsek
perindang diutamakan
lokasi usaha Biopori atau Polres
tanaman berdaun lebat
dan berakar kuat sehinhha setempat.
mampu menahan dan
menyerap air dengan baik
Penerima laporan
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabu[aten/Kota

76
Tahap Pasca Operasional
Jika usaha berlanjut
Terjadinya Pengurusan Kecil / Mclakukan sosialisasi Pada kantor, Setiap kali Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelakaana :
pro dan perpanjangan sedang. dengan nansparan dan lokasi melakukan langsung atau tempat sctiap 1 PT. Makinur Jaya
kontra ijin Dapat kepada aparat dan kegiatan kegiatan di memantau usaha/laporan bulan sekali Selam yang dapat
masyarakat terjadi di lembaga Surfing kantor, dan laporan dari di kelurahan / selama masa bekerjasama dcngan
terhadap Sosialisasi lokasi desa/kelurahan, dan lokasi Surfing salah satu desa / pasca Lurah / Kades,
keberlanjutan keberlanjutan masyarakat pemerintah serta selama masa pihak kecamatan operasional Camat, Polsek dan
operasional usaha sekitar masyarakat sekitar. operasional Polres, setempat
perusahaan kegiatan Secara Pengawas :
Surfing Menperhatikan dan insidental DLH Provinsi Bali,
melaksanakan saran- bila ada laporan Dinas. /Instansi
saran perbaikan yang terjadinya pro yang menangani
diberikan dan kontra yang Linkungan Hidup
mengakibatkan Kabupaten/Kota
Memperpanjang gangguan setempat Dinas
perijinan sesuai dengan kamtibmas dari Kesehatan Provinsi
peraturan perundangan masyarakat Bali dan Dinas
yang berlaku. Parissisata setempat

Peiverima laporan:
DLH Provinsi Bali,
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat.

77
JIka usaha berhenti
Terdapat Keberadaan Kecil, dapat Melakukan pembersihan Pada bekas Setiap kali Pengamatan Di lokasi Secara rutin Pelaksana :
setiap 1 PT. Bali Slancar
peralatan lokasi usaha terjadi di dan pengangkutan kantor, dan ada kegiatan langsung di kegiatan
bulan sekali Santai
yang harus PT. Bali lokasi barang-barang dan lokasi pembongkaran lapangan kantor, lokasi selama masa Selam yang dapat
pasca bekerjasarna
dipindahkan Slancar kantor serta bekas tempat usaha kegiatan dan kegiatan
operasional dengan
dan Santai Sellam lokasi dengan hati-hati dan Surfing pengangkutan Surfing Lurah / Kades,
Secara Camat. Diparda
dibersihkan Surfing rapi barang
insidental bila Kabapaten/Kota
dari lokasi. peralatan ada setempat
laporan
kantor
bekas speed Peagawas :
boal yang DLH Provinsi Bali,
mcnggang- gu Dinas/lnstansi yang
lingkungun dari menangani
masyarakat Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat Dinas
Kelautan dan
Perikanan Provinsi
Bali dan
Kabupaten/Kota
setempat

Penerima laporan:
DLH Provinsi Bali.
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabnpaten/Kota
Adanya Keberadaan Kecil, dapat Memindahkan bekas Pada bekas Setiap kali Mengamati Pada lokasi Secara rutin Pelaksana :
beberapa lokasi usaha terjadi di barang dan peralatan kantor, dan melakukan secara kegiatan setiap 1 bulan PT. Bali Slancar
jenis PT. Bali lokasi yang belum diambil / lokasi kegiatan di langsung kantor, lokasi sekali selama Santai yang dapat
peralatan Slancar kantor, serta diangkut dengan serapi kegiatan kantor selama bekas kegiatan masa pasca bekerjasama dengan
bekas kantor Santai lokasi mungkin dari lokasi Surfing masa peralatan Surfing operasional Lurah / Kades,
PT. Bali kegiatan Camat Diparda
Slancar
Santai

78
Jaya selam Surfing operasional Secara Kabupaten/Kota
yang harus incidental bila setempat
diangkut dari ada laporan
lokasi tempat peralatan yang Pengawas :
usaha manggangu DLH Provinsi Bali,
lingkungan dari Dinas/Instansi yang
masyarakat menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat Dinas
Kelautan dan
Perikanan Provinsi
Bali dan
Kabupaten/Kota
setempat.

Penerima laporan:
DLH provinsi Bali
Dinas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat.
Menurutnya Keberadaan Sedang Memindahkan bekas Pada bekas Setiap kali Mengamati Pada lokasi Secara rutin Pelaksana :
nilai estetika lokasi usaha dapat terjadi barang dan peralatan kantor, dan pembongkaran secara kegiatan setiap 1 bulan PT. Bali Slancar
akibat PT. Bali di lokasi yang belum diambil / lokasi dan langsung kantor, lokasi sekali selama Santai yang dapat
keberadan Slancar Surfing diangkut dengan serapi kegiatan pemindahkan bekas kegiatan masa pasca bekerjasama dengan
peralatan Santai mungkin dari lokasi Surfing bekas perahu, peralatan Surfing operasional. Lurah / Kades,
kegiatan barang dan Camat, Diparda
peralatan yang

79
belum diambil Melihat Secara Kabupaten/Kota
/ diangkut keadaan incidental bila setempat
estetika secara ada laporan Pengawas :
langsung DLH Provinsi Bali
Dengan serapi Gangguan nilai Dinas/Instansi yang
mungkin dari estetika dari menangani
lokasi masyarakat Lingkungan Hidup
kegiatan Kabupaten/Kota
setempat Dinas
Kelautan dan
Perikanan Provinsi
Bali dan
Kabupaten/Kota
setempat.

Penerima laporan :
DLH Provinsi Bali,
DInas/Instansi yang
menangani
Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota
setempat

80
BAB IV
JUMLAH DAN JENIS IJIN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN L1NGKUNGAN HIDUP YANG DIBUTUHKAN

Sesuai dengan ketentuan undang-undang 32 Tahun 2009 serta Peraturan


Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan, pada pasal 48 ayat (1)
menyatakan bahwa Ijin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. Persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.
b. Persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh menteri, Gubernur, atau
bupati/walikota; dan
c. Berakhimya Ijin Lingkungan.
Sesuai dengan jenis usaha/kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Bali Slancar Santai
ini, maka tidak ada ijin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan, tetapi masih memerlukan izin lingkungan agar bias melanjutkan proses
pendaftaran. Setelah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-
UPL dan ijin lingkungan seperti disebutkan di atas terbit, selanjumya perusahaan juga
diwajibkan untuk mengurus ijin-ijin yang lainnya, yaitu:
1) Ijin Usaha Penyediaan Sarans Wisata Tirta.
2) Ijin-ijin lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

81
DAFTAR PUSTAKA

1) Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan


Ruang.
2) Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2008, tentang Pelayaran.
3) Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008, tentang Pengelolaan
Sampah.
4) Undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009, tentang Kepariwisataan.
5) Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
6) Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan hidup.
7) Undang-undang Republik lndonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
8) Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
9) Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemeritah
Daerah,
10) Undang-undang Repubiik Indonesia No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan
11) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan
12) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012, tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
13) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha
Pariwisata.
14) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 7 tahun 2007, tentang Usaha Penyediaan
Sarana Wisata Tirta.
15) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 tahun 2009, tentang Reneana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali.
16) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2015 tentang Arahan Peraturan
Zonasi Sistem Provinsi Bali
17) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
18) Peraturan Gubernur Bali No. 24 tahun 2008. Tentang lzin Usaha Penyediaan
Sarana Wisata Tirta.

82
19) Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 tahun 2016. Tentang Baku Mutu
Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

83
“LAMPIRAN”

84

Anda mungkin juga menyukai