Anda di halaman 1dari 8

Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.

128

FAKTOR PENENTU KEPEMILIKAN JAMINAN KESEHATAN


KEPALA RUMAH TANGGA
Determination of Health Security Ownership of Household Head

Leman Jaya*

*Badan Pusat Statistik, Provinsi Sulawesi Tenggara


e-mail: leman@bps.go.id

ABSTRAK

Undang-Undang jaminan sosial mensyaratkan setiap warga negara mempunyai asuransi kesehatan, namun masih
banyak penduduk Indonesia yang belum memilikinya. Per Maret 2017, baru sekitar 59% penduduk yang
mempunyai asuransi kesehatan. Padahal BPJS Kesehatan menargetkan kepesertaan asuransi kesehatan mencapai
95% pada tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kepemilikan asuransi kepala
rumah tangga, mengetahui faktor yang mempengaruhi kepemilikan asuransi kesehatan kepala rumah tangga,
serta tingkat kecenderungan kepala rumah tangga dalam berasuransi kesehatan di Sulawesi Tenggara. Penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistik dengan menggunakan data Survei Susenas tahun 2017.
Hasil penelitian menunjukan sudah 62,4% kepala rumah tangga yang memiliki asuransi kesehatan. Faktor-faktor
penentu kepemilikan jaminan kesehatan rumah tangga adalah tingkat pengeluaran, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, status perkawinan, serta tipe wilayah tempat tinggal. Kepala rumah tangga dengan karakteristik
tinggal di perdesaan, berstatus cerai, berpendidikan tinggi, bekerja di sektor formal, serta tingkat pengeluaran
perkapitanya tinggi berpeluang memiliki asuransi kesehatan paling tinggi di banding kepala rumah tangga
dengan karakteristik lainnya.

Kata Kunci: : Asuransi Kesehatan, Regresi Logistik, Pengeluaran

ABSTRACT

The social security law requires that every citizen has health insurance, but there are still many Indonesians who
do not have it yet. As of March 2017, only around 59%t of the population has health insurance. Though BPJS
Kesehatan targets insurance participation to reach 95% by 2019. The purpose of this study is to obtain an
overview of the household head insurance ownership, to know the factors that influence the ownership of
household head health insurance, as well as the level of tendency of household heads in health insurance in
Southeast Sulawesi. This study used descriptive analysis and logistic regression using the 2017 Susenas Survey
data. The results showed that 62.4% of household heads had health insurance. The determinants of ownership of
household health insurance are the level of expenditure, education level, employment status, marital status, and
type of residence area. The head of the household with the characteristics of living in rural areas, divorced
status, highly educated, working in the formal sector, and high per capita expenditure has the highest chance of
having health insurance compared to the head of the household with other characteristics.

Keywords: Health Insurance, Logistics Regression, Expenditures

A. Pendahuluan aman dalam menghadapi


Dalam hidup, setiap manusia ketidakpastian tersebut.
mengalami ketidakpastian. Keadaan Dalam Undang-Undang Nomor 40
sehat atau sakit merupakan salah satu tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
bentuk ketidakpastian dalam Sosial Nasional (SJSN) disebutkan
kehidupan, yang ditandai dengan bahwa setiap orang berhak atas
ketidaktahuan kapan terjadinya, jaminan sosial yang salah satunya
bagaimana bentuknya, termasuk risiko adalah jaminan kesehatan. Dengan
kematian yang mengikutinya keikutsertaan dalam jaminan
(Maharani, 2015). Salah satu respon kesehatan, maka peserta akan
yang bisa dilakukan adalah mencari memperoleh manfaat pemeliharaan
produk yang memberi jaminan rasa dan perlindungan kesehatan. Namun
demikian, hasil Susenas menunjukan

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 188
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

bahwa peserta asuransi kesehatan di menemukan jamkesmas lebih


Indonesia masih kurang dari 60% mendominasi diikuti Jamkesda, dan
(BPS, 2017). Persentase penduduk Askes. Saat penelitian ini dibuat UU
yang memiliki BPJS kesehatan sebesar tentang SJSN belum diberlakukan.
44,09%, Jamkesda sebesar 12,20%, Walaupun sudah banyak penelitian
asuransi swasta 1,29%, serta asuransi tentang determinan kepemilikan
lainnya 4,58%. Sedangkan penduduk asuransi kesehatan, namun yang
yang belum memiliki asuransi memasukan variabel status pekerjaan
kesehatan mencapai 40,59%. dan tingkat pengeluaran masih jarang
Berdasarkan tipe daerah, di wilayah dilakukan. Hingga saat ini, belum ada
perdesaan sekitar 44,87% yang belum penelitian tentang faktor-faktor yang
memiliki asuransi kesehatan. mempengaruhi kepemilikan asuransi
Sementara di wilayah perkotaan kesehatan dengan lokasi penelitian
persentase yang belum memiliki Sulawesi Tenggara. Untuk itu,
asuransi kesehatan lebih sedikit yaitu penelitian ini bertujuan untuk
36,80%. mengetahui faktor yang berpengaruh
Sejumlah referensi dan penelitian terhadap kepemilikan asuransi
menyimpulan sejumlah faktor yang kesehatan kepala rumah tangga di
mempengaruhi perilaku berasuransi Sultra. Selain itu, penelitian ini juga
kesehatan masyarakat. Menurut ingin memperoleh tingkat
Mulyadi (2013) terdapat tujuh faktor kecenderungan setiap variabel
yang mempengaruhi masyarakat untuk prediktor terhadap kepemilikan
mengikuti program asuransi yaitu usia, asuransi kepala rumah tangga di
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, Sultra.
jenis kelamin, gaya hidup dan sebaran
penduduk. B. Metode
Hasil penelitian Serlie Littik (2007) Penelitian ini merupakan penelitian
di provinsi Nusa Tenggara Timur cross sectioanal. Data dalam
menemukan selain faktor karakteristik penelitian ini menggunakan data
responden, jenis asuransi kesehatan sekunder yang bersumber dari survei
juga berpengaruh terhadap pendidikan dan wilayah (untuk semua
kepemilikan asuransi. Penelitian tahun 2017. Penelitian ini
tersebut menyimpulkan yang menggunakan data mentah hasil
berpengaruh terhadap kepemilikan Susenas yang diperoleh dari Badan
asuransi adalah umur (untuk Pusat Statistik (BPS).
Jamsostek), tingkat tipe asuransi Populasi dalam penelitian ini
kecuali JPKM), pendapatan (untuk adalah semua kepala rumah tangga
Askes), serta jarak dan transportasi yang tinggal di provinsi Sulawesi
(untuk Askes dan Jamsostek). Tenggara (Sultra). Sedangkan sampel
Hasil penelitian Wan Aisyah Baros dalam penelitian ini adalah semua
(2015) tentang faktor yang sampel sosial ekonomi nasional
mempengaruhi kepemilikan asuransi (Susenas) kepala rumah tangga yang
di Indonesia tahun 2013 menemukan dicakup dalam survei Susenas BPS.
hal yang hampir sama dengan temuan Sebelum dilakukan pengolahan,
Serlie Littik (2007). Faktor yang setiap data dikategorikan dan
mempengaruhi kepemilikan jaminan dikodekan untuk memudahkan
kesehatan adalah umur, jenis kelamin, pengolahan dan analisis.
status perkawinan, pendidikan, dan Pengkategorian variabel ditampilkan
keluhan kesehatan. Penelitian ini juga pada tabel 1.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 189
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

Tabel 1. Pengkategorian Variavel Respon dan Prediktor


Variabel Keterangan Kategori Kode
Asur Kepemilikan ausransi kesehatan Punya 1
kepala rumah tangga Tidak punya 0
Exp Rata-rata pengeluaran per kapita 0 s/d 299.999 = sangat rendah 1
per bulan 300.000 s/d 499.999 = rendah 2
500.000 s/d 749.999 = sedang 3
750.000 s/d 999.999 = menengah 4
Diatas 1.000.000 = tinggi 5
Didik Tingkat pendidikan kepala <= SD = rendah 1
rumah tangga SMP/SMA = menengah 2
>= PT = tinggi 3
Status Status perkawinan kepala rumah Belum kawin 1
tangga Kawin 2
Cerai 3
Kerja Kategori pekerjaan kepala Tidak Bekerja 1
rumah tangga Pekerja Formal 2
Pekerja Informal 3
Tipe Tipe daerah tempat tinggal Perkotaan 1
Perdesaan 2

Data dalam penelitian diolah saja. Pada penelitian ini, observasi


dengan menggunakan metode analisis pada variabel respon dikategorikan
regresi logistik biner. Variabel respon menjadi observasi yang mempunyai
yang berskala biner adalah variabel asuransi kesehatan dan observasi yang
yang hanya menghasilkan dua kategori tidak mempunyai asuransi kesehatan.

Tabel 2. Tabulasi Silang Antar Variabel Kepemilikan Asuransi Kesehatan dengan Variabel Prediktornya
Perilaku Kategori Pengeluaran Pendidikan
Berasuransi 1 2 3 4 5 1 2 3
Berasuransi 6,8 13,1 12,2 8,0 22,3 19,5 16,5 1,6
Tidak 4,1 8,0 7,4 5,7 5,7 30,0 23,4 9,1
Total 10,9 21,1 19,6 13,7 13,7 49,5 39,9 10,6

Perilaku Status Kerja Tipe Daerah Status Kawin


Berasuransi 1 2 3 1 2 1 2 3
Berasuransi 6,5 33,7 22,2 19,6 42,8 2,4 30,4 4,8
Tidak 3,7 26,6 7,3 12,7 24,9 2,0 51,1 9,3
Total 10,3 60,2 29,5 32,3 67,7 4,3 81,5 14,1

Penyajian analisis dibagi menjadi melakukan uji wald untuk mengetahui


dua yaitu analisis secara deskriptif dan ada tidaknya masing-masing variabel
analisis inferensia. Pada penyajian prediktor secara parsial terhadap
secara deskriptif ditampilkan deskripsi variabel respon (4) menghitung rasio
dari karekateristik sampel penelitian kecenderungan yakni tingkat resiko
serta komposisi variabel prediktor pengaruh observasi dengan nilai
terhadap variabel respon. variabel prediktor tertentu terhadap
Dalam analisis inferensia dilakukan besaran variabel respon.
beberapa langkah. (1)
memformulasikan model penelitian C. Hasil dan Pembahasan
(2) melakukan uji likelihood ratio Berdasarkan hasil tabulasi data
untuk mengecek minimal ada satu diperoleh beberapa karekteristik
variabel prediktor yang berpengaruh sampel penelitian. Kepala rumah
terhadap variabel respon (3) tangga yang sudah memiliki asuransi

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 190
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

kesehatan di Sulawesi Tenggara 22,2%, serta tidak bekerja 6,5%.


sebesar 62,4%, sedangkan sisanya Selain itu, masih ada sekitar 3,7%
sekitar 37,6% belum memiliki kepala rumah tangga yang tidak
asuransi kesehatan. Berdasarkan bekerja dan tidak memiliki asuransi
tingkat pengeluarannya, paling banyak kesehatan.
rumah tangga di Sultra tingkat Terakhir menurut status
pengeluaran tinnggi sekitar 34,7%, perkawinannya, paling banyak
disusul kepala rumah berpengeluaran berstatus kawin sekitar 81,5%, disusul
rendah sekitar 21,1%, kemudian berstatus cerai sebesar 14,1%, serta
berpengeluaran rendah sebesar 19,6%, belum kawin 4,3%.
selanjutnya berpenghasilan menengah Selanjutnya berdasarkan hasil
sebesar 13,7%, serta paling kecil tabulasi silang antar variabel diperoleh
adalah kepala rumah tangga beberapa informasi seperti ditampilan
berpengeluaran sangat rendah sekitar pada tabel 2. Ditinjau dari
10,9%. Berdasarkan pendidikannya, pengeluaran, pada kepala rumah
diperoleh 49,5% kepala rumah tangga tangga yang berpengeluaran sangat
berpendidikan rendah, 39,9% rendah, masih terdapat 4,1% rumah
berpendidikan sedang, serta hanya tangga yang belum mempunyai
10,6% berpendidikan tinggi. asuransi. Demikian pula pada rumah
Berdasarkan kategori pekerjaannya, tangga dengan tingkat pengeluaran
paling banyak sebagai pekerja tinggi masih ada 12,4% yang belum
informal mencapai 60,2%, disusul memiliki asuransi kesehatan. Ditinjau
pekerja formal 29,5%, dan terakhir dari segi pendidikannya, kepala rumah
tidak bekerja sekitar 10,3%. Kemudian tangga yang berpendidikan rendah
berdasarkan tipe daerah tempat ternyata ada sekitar 30,0% yang belum
tinggal, ada sekitar 32,3% kepala memiliki asuransi kesehatan.
rumah tangga tinggal di perkotaan dan Sedangkan pada kepala rumah tangga
67,7% kepala rumah tangga tinggal di dengan pendidikan tinggi, lebih
perdesaan. Ada sekitar 24,9% kepala banyak yang belum memiliki asuransi
rumah tangga yang tinggal di desa dan dibanding yang memiliki asuransi.
belum berasuransi kesehata. Ditinjau dari tipe daerah tempat
Berdasarkan kategori pekerjaannya, tinggalnya, ada sekitar 12,7% kepala
maka rumah tangga yang memiliki rumah tangga yang tinggal di
asuransi kesehatan berasal dari pekerja perkotaan dan belum memiliki
informal 33,7%, pekerja formal asuransi.

Tabel 3. Karakteristik Responden


Variabel Prediktor Chi-square p-value Ket
Pengeluaran 1165,51 0,00 Signifikan
Kategori 14630,61 0,00 Tidak
Pendidikan 11327,47 0,00 Signifikan
Status Kawin 4046,01 0,00 Signifikan
Tipe Daerah 2731,66 0,00 Signifikan
Sumber: Data Sekunder, 2017

Berdasarkan hasil pengujian simultan kecenderungan kepemilikan asuransi


dengan menggunakan tes omnibus kesehatan kepala rumah tangga
diperoleh nilai statistik chi-square sebesar berhubungan erat atau dipengaruhi oleh
10.428,6 lebih kecil dari chi-square tabel tingkat pengeluaran, status bekerja,
atau nilai p-value 0,0 lebih kecil dari  pendidikan, tipe daerah tempat tinggal, dan
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa status perkawinan.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 191
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

Dengan terpenuhinya pengujian tangga yang pengeluaran perkapitanya


simultan maka dilanjutkan dengan tinggi cenderung lebih rendah dalam
pengujian parsial. Hasil pengujian parsial kepemilikan asuransi kesehatan 0,84 kali
per variabel ditampilkan pada tabel 3. dibandingkan kepala rumah tanga yang
Berdasarkan hasil pengolahan diketahui berpenghasilan sangat rendah.
baik dari nilai statistik chi-square maupun Kategori pekerjaan kepala rumah
p-value, keduanya memenuhi syarat untuk tangga berpengaruh signifikan terhadap
mengatakan bahwa masing-masing kepemilikan asuransi kesehatan. Kepala
variabel penelitian berpengaruh terhadap rumah tangga yang berstatus pekerja
kepemilikan asuransi kesehatan. informal cenderung tidak mempunyai
Berdasarkan penilaian kebaikan asuransi kesehatan. Sedangkan kepala
model, diperoleh beberapa infomasi. rumah tangga berstatus pekerja formal
Dengan uji goodness-of-fit, diperoleh nilai cenderung memiliki asuransi kesehatan.
statistik Hosmer-Lemeshow sebesar 0,00. Kepala rumah tangga berstatus pekerja
Hal ini menunjukan adanya konsistensi informal cenderung lebih rendah 0,58 kali
antara data yang diobservasi dengan data dalam kepemilikan asuransi kesehatan
hasil pemodelan pada tingkat kepercayaan dibandingkan kepala rumah tangga tidak
yang tinggi. Sedangkan berdasarkan nilai bekerja. Kepala rumah tangga berstatus
count R Square sebesar 63,7% dapat pekerja formal cenderung lebih tinggi 2,24
diartikan kesesuaian antar data status kali dalam kepemilikan asuransi kesehatan
miskin kepala rumah tangga hasil dibandingkan kepala rumah tangga pekerja
pemodelan dengan hasil observasi informal. Kepala rumah tangga berstatus
mencapai 63,7%. pekerja formal cenderung lebih tinggi 1,32
Tingkat pengeluaran kepala rumah kali dalam kepemilikan asuransi kesehatan
tangga berpengaruh terhadap kepemilikan dibandingkan kepala rumah tangga tidak
asuransi kesehatan. Kepala rumah tanga bekerja.
dengan pengeluaran menengah paling kecil Tingkat pendidikan kepala rumah
kecenderungannya untuk memiliki tangga berpengaruh signifikan terhadap
asuransi kesehatan. Sedangkan kepala kepemilikan asuransi kesehatan. Kepala
rumah tangga dengan tingkat pengeluaran rumah tangga yang berpendidikan
tinggi paling besar kecenderunngannya menengah cenderung tidak mempunyai
untuk memiliki asuransi. Berdasarkan tabel asuransi kesehatan. Sedangkan kepala
4, diketahui kepala rumah tangga dengan rumah tangga berpendidikan tinggi
pengeluaran rendah cenderung lebih cenderung memiliki asuransi kesehatan.
rendah 0,98 kali dalam kepemilikan Kepala rumah tangga dengan pendidikan
asuransi kesehatan dibandingkan kepala menengah cenderung lebih rendah dalam
rumah tangga berpenghasilan sangat kepemilikan asuransi kesehatan 0,91 kali
rendah. Kepala rumah tangga yang dibanding kepala ruta dengan pendidikan
pengeluaran perkapitanya menengah rendah. Kepala rumah tangga dengan
cenderung lebih rendah dalam hal pendidikan tinggi cenderung lebih tinggi
kepemilikan asuransi kesehatan 0,96 kali dalam kepemilikan asuransi kesehatan 3,41
dibanding kepala rumah tangga yang kali dibanding kepala ruta dengan
berpengeluaran rendah. Selanjutnya kepala pendidikan menengah. Demikian pula
rumah tangga yang pengeluaran kepala rumah tangga dengan pendidikan
perkapitanya tinggi cenderung lebih tinggi tinggi cenderung lebih tinggi dalam
dalam kepemilikan asuransi kesehatan 1,12 kepemilikan asuransi kesehatan 3,14 kali
kali dibandingkan kepala rumah tanga dibanding kepala ruta dengan pendidikan
yang berpenghasilan menengah, dengan rendah, dengan asumsi mengabaikan
asumsi mengabaikan pengaruh variabel pengaruh variabel lain dalam model.
lain dalam model. Namun kepala rumah

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 192
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

Status perkawinan kepala rumah cenderung lebih tingngi dalam kepemilikan


tangga berpengaruh signifikan terhadap asuransi kesehatan 2,15 kali dibanding
kepemilikan asuransi kesehatan. Kepala kepala ruta dengan status belum kawin.
rumah tangga yang berstatus belum kawin Demikian halnya dengan rumah tangga
cenderung tidak mempunyai asuransi dengan status cerai cenderung lebih tinggi
kesehatan. Sedangkan kepala rumah dibandingkan kepala rumah tangga dengan
tangga berstatus cerai cenderung memiliki status kawin dan belum kawin.
asuransi kesehatan. Kepala rumah tangga
dengan status perkawinan menikah

Tabel 4. Hubungan Sumber Informasi dengan Tingkat Pengetahuan


Level Kategori Level Kategori Kedua odd ratio
Variabel
Pertama (exp(B))
Tingkat Pengeluaran Rendah Sangat Rendah 0,98
Sedang Rendah 0,96
Menengah Sedang 0,79
Tinggi Menengah 1,12
Tinggi Sangat Rendah 0,84
Kategori Pekerjaan Informal Tidak Bekerja 0,58
Formal Informal 2,24
Formal Tidak Bekerja 1,32
Pendidikan Menengah Rendah 0,91
Tinggi Menengah 3,41
Tinggi Rendah 3,14
Status Kawin Kawin Belum Kawin 2,15
Cerai Belum Kawin 1,23
Tipe Daerah Perdesaan Perkotaan 1,38
Sumber: Data Sekunder, 2017

Tipe wilayah tempat tinggal pemerintah. Di Sultra juga beberapa


responden juga berpengaruh berpengaruh kabupaten juga menerapkan Jamkesda
signifikan terhadap kepemilikan asuransi yaitu jaminan kesehatan pada fasilitas
kesehatan. Kepala rumah tangga yang tingkat I yang menggunakan APBD
tinggal di perdesaan cenderung lebih tinggi daerah. Sedangkan untuk peserta asuransi
dalam kepemilikan asuransi kesehatan 1,38 swasta di Sultra masih sangat terbatas.
kali dibanding kepala ruta yang tinggal di Hasil pengujian inferensial
perkotaan, dengan asumsi mengabaikan menunjukan status pekerjaan berhubungan
pengaruh variabel lain dalam model. positif terhadap kecenderungan
Hasil penelitian ini menunjukan kepemilikan asuransi kesehatan. Seseorang
bahwa lebih dari separuh kepala rumah yang bekerja di sektor formal,
tangga di Sultra telah memiliki asuransi dimungkinkan premi asuransinya
kesehatan. Asuransi kesehatan ini meliputi dibayarkan oleh pihak pemberi kerja tetap.
BPJS kesehatan PBI, BPJS Kesehatan non PNS, TNI, dan Polri adalah contoh
PBI, Jamkesda, Asuransi Swasta, atau lembaga yang mewajibkan aparaturnya
asuransi persahaan. Namun demikian untuk mengikuti asuransi kesehatan. Hal
masih banyak juga kepala rumah tangga inilah yang diduga menyebabkan lebih
yang belum memiliki asuransi kesehatan. tingginya kecenderungan kepemilikan
Hal ini tidak sejalan dengan Undang- asuransi pada pekerja formal. Lain halnya
undang SJSN yang mensyaratkan seluruh dengan pekerja informal, jika ingin
penduduk indonesia untuk memperoleh memiliki asuransi kesehatan, meraka harus
jaminan kesehatan. Tingginya kepala sukarela membayar premi asuransinya
rumah tangga di Sultra yang memiliki sendiri, sehingga sedikit sekali dari meraka
BPJS PBI berkaitan dengan program yang memiliki asuransi kesehatan.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 193
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

Tingginya kepemilikan asuransi kesehatan pertimbangan variasi kebutuhan antara


pada kepala rumah tangga yang tidak kepala rumah tangga yang sudah kawin
bekerja diduga karena mereka dan belum kawin. Pada rumah tangga yang
mendapatkan bantuan program pemerintah. sudah kawin, tentu mempunyai kebutuhan
Bantun ini berupa premi asuransi yang yang beragam, yang harus mempersiapkan
dibayarkan oleh pemerintah. dana untuk situasi tertentu misalnya
Tingkat pengeluaran berhubungan sekolah anak dan biaya rumah sakit. Jenis
negatif dengan kecenderungan biaya ini belum menjadi prioritas bagi
kepemilikan asuransi kesehatan. Hal ini yang belum kawin sehingga kebutuhan
diduga karena sebagian besar kepemilikan untuk memiliki asuransi belum
asuransi kesehatan di Sultra berasal dari diutamakan. Lain halnya dengan tingginya
program pemerintah. Sehingga ada tingkat kepemilikan asuransi pada kepala
kecenderungan yang memiliki keterbatasan rumah tangga berstatus cerai. Pada
dalam hal pendapatan saja yang mendapat kelompok ini bisa saja termasuk penerima
bantuan dari pemerintah. Sama halnya bantuan iuran dari pemerintah atau
dengan yang memiliki pendapatan tinggi tertanggung jika suami atau istrinya
juga cenderung memiliki asuransi non PBI. sebelumnya bekerja di sektor formal.
Sedangkan kepala rumah tangga dengan Tipe daerah tempat tinggal juga
kemampuan ekonomi pertengahan belum sangat mempengaruhi tingkat kepemilikan
mampu memiliki asuransi kesehatan. Hal asuransi kesehatan. Tingginya
ini sejalan dengan penelitian Serlie Littik. kecenderungan kepemilikan asuransi
Tingkat pendidikan kepala rumah kesehatan kepala rumah tangga di
tangga berhubungan positif dengan tingkat perdesaan diduga berkaitan dengan tingkat
kepemilikan asuransi kesehatan. Dengan pengeluaran dan pekerjaan. Sebagian besar
pendidikan yang tinggi, maka kesadaran warga desa masih tergolong masyarakat
untuk memiliki proteksi terhadap ekonomi bawah sehingga mendapat
kesehatan juga semakin meningkat. Hasil bantuan iuran dari pemerintah. Sementara
ini sesuai dengan penelitian Vera di perkotaan kepemilikan asuransi
Hernandes (1999) yang menyatakan sebagian besar berhubungan dengan
tingkat pendidikan dan pendapat berperan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan
penting terhadap perilaku berasuransi. penelitian Serlie.
Dalam hal lain, dimungkinkan kepala Hasil akhir dari penelitian ini adalah
rumah tangga dengan pendidikan tinggi mendeteksi karakteristik kepala rumah
bekerja di sektor formal yang tangga yang memiliki kecenderungan
memungkinkan dirinya mendapatkan kepemilikan asuransi kesehatan. Kepala
asuransi kesehatan dari tempatnya bekerja. rumah tangga dengan karakteristik tinggal
Berbeda halnya dengan lebih tingginya di perkotaan, belum kawin, pendidikan
kecenderungan kepemilikan asuransi menengah, tidak bekerja, serta terkategori
kesehatan pada kepala rumah tangga berpendapatan menengah memiliki
berpendidikan rendah terhadap yang peluang memiliki asuransi kesehatan
berpendidikan tinggi. Hal ini paling rendah di banding kepala rumah
dimungkinkan kepala rumah tangga yang tangga dengan karakteristik lainnya.
berpendidikan rendah mendapat bantuan Sedangkan kepala rumah tangga dengan
asuransi kesehatan dari pemerintah. karakteristik tinggal di perdesaan, berstatus
Status perkawinan berhubungan erat cerai, pendidikan tinggi, bekerja di sektor
dengan tingkat kepemilikan asuransi formal, serta tingkat pengeluaran
kesehatan. Kepala rumah tangga yang perkapitanya tinggi berpeluang memiliki
berstatus kawin atau cerai memiliki asuransi kesehatan paling tinggi di banding
kecenderungan yang tinggi untuk memiliki kepala rumah tangga dengan karakteristik
asuransi kesehatan. Hal ini diduga karena lainnya.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 194
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.128

D. Kesimpulan dan Saran menengah, tidak bekerja, serta


Tingkat kepesertaan kepala rumah terkategori berpendapatan menengah
tangga dalam asuransi kesehatan memiliki peluang memiliki asuransi
mencapai 62,4%. Proporsi paling kesehatan paling rendah di banding
besar dari karakteristik kepala rumah kepala rumah tangga dengan
tangga yang memiliki jaminan karakteristik lainnya.
kesehatan adalah berpenghasilan Berdasarkan temuan karakteristik
tinggi (22,3%), berpendidikan rendah rumah tangga yang paling rentan tidak
(19,5%), berstatus pekerja infomal memiliki asuransi kesehatan, maka
(33,7%), tinggal di perdesaan (42,8%), diharapkan pemangku kebijakan
dan berstatus kawin (30,4%). Variabel melakukan pendekatan terhadap
tingkat pengeluaran, tingkat kelompok masyarakat tersebut.
pendidikan, status pekerjaan, status Pembukaan lapangan kerja pada sektor
perkawinan, dan tipe tempat tinggal formal serta peningkatan pendidikan
secara simultan dan parsial dapat memacu percepatan kepesertaan
berpengaruh signifikan terhadap masyarakat dalam kepemilikan
kepemilikan asuransi kesehatan. asuransi. Dengan demikian target
Masing-masing kategori variabel pemerintah untuk memberikan
memberikan peranan yang berbeda- jaminan kesehatan pada seluruh rakyat
beda terhadap kepesertaan jaminan Indonesia dapat diwujudkan tanpa
kesehatan. Kepala rumah tangga kecuali.
dengan karakteristik tinggal di
perkotaan, belum kawin, pendidikan

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2017. SUSENAS 2017: Putu Veyna Maharani. 2015. Analisis Faktor-faktor
Pedoman Pencacah Kor. Jakarta: BPS. yang mempengaruhi masyarakat di kota
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Kesejahteraan singaraja memiliki program asuransi
Rakyat Indonesia 2017. Jakarta: BPS. unitlink. Jurnal xxx Vol 5(1).
Hidayat, B., Hasbullah T., Hengjin D and Rainer S. Serlie Littik (2007), Faktor-faktor yang
2004. The Effect of Mandatory Health berhubungan dengan Kepemilikan Asuransi
Insurance on Equity in Access to Outpatient di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jurnal
Care in Indonesia. Health Policy and MKM, Vol 03 (02).
Planning, 19 (5): 332-335. Thabrany, H dan Pujianto. 2000. Asuransi
Hsia, J., et al. 2000. Is Insurance a More Important Kesehatan dan Akses Pelayanan Kesehatan.
Determinant of Health Care Access Than Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 50 (6).
Received Health? Evidence From Womens’s Vera-Hernandez, A,M. 1999. Duplicate Coverage
Health Initiative. Journal of Womens’s and Demand For Health Care: The Case of
Health and Gender-Based Medicine, Vol. 9 Catalonia. Health Economics.
(8). Wan Aisyah Baros. 2015. Faktor-Faktor Yang
Liu GG, Zhao Z, Cai R, Yamada T and Yamada T. Mempengaruhi Kepemilikan Jaminan
2002. Equity in Health Care Access To: Kesehatan Analisa Data Susenas 2013.
Assessing The Urban Health Insurance Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol
Reform in China. Soc Sci Med, Vol 5(10). 4 (1).
Mulyadi Nitisusastro. 2013. Asuransi dan Usaha Waters, H.R. 1999. Measuring The Impact of
Perasuransian di Indonesia. Yogyakarta: Health Insurance With Correction For
Alfabeta. Selection Bias-A Case Study of Ecuador.
Nur Iriawan, Sri Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Health Economics Vol 8.
Statistik dengan Mudah menggunakan
Minitab 14. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 195

Anda mungkin juga menyukai