M
anuskrip-manuskrip di Nusantara tersebar di seluruh
pelosok negeri ini, yang ditulis tidak hanya menggunakan
bahasa asing seperti, Arab, Sansekerta, tetapi juga
181
Manuskripta, Vol. 2, No. 1, 2012
Jamaluddin
tahun 1894 sampai akhir penjajahannya 1942, tidak kurang dari 600-
an naskah yang dibawa ke Belanda.32 Menurut perkiraan yang dapat
192
dikumpulkan sekarang adalah sebagian dari jumlah naskah yang ada.
Jadi yang masih tersebar di masyarakat kuat dugaan lebih banyak dari
yang dikoleksi oleh museum tersebut.
Perkembangan agama Islam dan peradaban Islam sangat dipengaruhi
oleh perkembangan politik kerajaan Islam di pulau Lombok. Ketika
kerajaan-kerajaan Islam di Lombok menunjukkan kemajuannya,
maka Islam berkembang dengan pesatnya, dan peradaban Islam
demikian majunya. Sejak abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18,
merupakan masa kejayaan kerajaan Islam di Lombok, perkembangan
Islam dan kemajuan pradaban Islam demikian pesatnya. Pusat
perkembangannya berada di Kota-kota Muslim, yaitu di bagian Timur
(seluruh wilayah Selaparang), tengah (kerajaan Pejanggik), dan utara
(Bayan) dan sebagian kecil di barat daya. Pada awal abad ke-18, pusat
kota kerajaan Penjanggik dapat diduduki oleh pasukan sekutu, Karang
Asem Bali-Banjar Getas, yaitu setelah terjadi pertempuran yang sengit
antara Pejanggik dengan Sekutu. Kekalahan Pejanggik dan beberapa
kerajaan kecil lainnya di Lombok Tengah, telah mengakibatkan
surutnya perkembangan Islam dan pradaban Islam di Lombok
Tengah. Banyaknya tentara Pejanggik dan kerajaan-kerajaan kecil
di Lombok tengah yang gugur dalam melawan pasukan Bali-Banjar
Getas, memaksa Pejanggik untuk meninggalkan markas besarnya di
Lombok Tengah, ada yang menyeberangi laut ke Sumbawa dan ada
yang tetap bertahan di Lombok, yang kemudian mengkonsolidasikan
kekuatannya di Sakra.33 Sakra inilah yang kemudian tetap berusaha
untuk tetap eksis menjadi transformator tradisi intelektual muslim
kepada generasi Sasak dikemudian hari. Seiring dengan perpindahan
Pejanggik ke arah timur, di Lombok Tengah berdiri kerajaan Banjar
Getas. Kalaupun kerajaan ini lahir dari sebuah konspirasi politik
dengan raja Bali-Karang Asem namun dalam perkembangannya Banjar
Getas juga memiliki sumbangan yang tidak kecil bagi perkembangan
Islam di Lombok Tengah.34
Pada pertengahan abad ke-18, dengan runtuhnya Selaparang,
maka di bagian timur terjadi penyebaran dan pemerataan peradaban.
Sebelumnya berpusat di Selaparang, dengan hancurnya Selaparang
maka transformasi intelektual tidak lagi terjadi di pusat pemerintahan,
melainkan menyebar ke desa-desa, mereka membentuk perkampungan
satra tulis tertua berasal dari sekitar tahun 1600 M., baru kemudian
bahasa Aceh Batak, Minangkabau, Sunda, Bugis, Bali, Sasak (pen),
196
dan sebagainya. Di tengah bahasa-bahasa itu bahasa Jawa menduduki
tempat teristimewa, karena karya-karyanya berasal dari abad ke-9 dan
ke-10,48 dengan kata lain bahwa Jawa Kuno dipakai pada karya-karya
tertua.49
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa Lombok telah terlibat
dalam kontak hubungan dagang dan bahkan politik, yang secara
bersamaan dengan itu juga di tempat-tempat pusat daerah (Jawa-Bali,
dan lainnya) sudah berkembang tradisi tulis dan berbagai macam bahasa
dengan beberapa bukti yang dikemukakan di atas, karenanya kuat
dugaan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam waktu yang bersamaan
juga mengalami perkembangannya di Lombok.
Terkait dengan karya tulis belum ditemukan, selain yang ada pada
naskah-naskah yang berasal dari Lombok, baik itu yang tersimpan di
museum-museum, maupun yang masih ada di tangan-tangan para
kolektor. Namun beberapa sumber yang dapat dipergunakan untuk
melacak sejak kapan tradisi tulis itu dimulai, salah satunya adalah
informasi yang terdapat dalam Babat Nagarakertagama.50 Dalam
babad tersebut disebutkan nama Lombok dengan Lombok Mirah.
Untuk menguatkan pendapat tersebut, di Lombok juga ditemukan
sebuah manuskrif yang mengabadikan tentang kedatangan Majapahit
di Lombok, manuskrif tersebut menjelaskan tentang kedatangan
seorang satria yang bernama Lumendang Sari asal Waringin Sungsang
Majapahit, yang datang bersama-sama dengan Gajah Mada.51 Menurut
kalangan sejarawan kedatangan orang Majapahit pertama kali adalah
ekspedisi yang dipimpin oleh Mpu Nala sekitar tahun 1343 M, baru
kemudian kedatangan Majapahit sepuluh tahun kemudian, berarti
sekitar tahun 1353 M.52
Karena belum ditemukan bukti lain yang lebih tua dari manuskrif
di atas, maka standar kita untuk menetapkan tahun mulainya tradisi
tulis dalam masyarakat Sasak adalah tahun 1353 M. pada saat
manuskrif tersebut ditulis. Untuk aksara Arab ataupun Arab Melayu
mulai dikenal oleh masyarakat Sasak setelah terjadinya Islamisasi di
Lombok. Sedangkan untuk naskah-naskah Bahasa Bali dan aksara Bali
berkembang di kalangan suku Bali yang mendiami pulau Lombok di
bagian Barat, sejak terjadi penaklukan oleh penguasa Bali atas kerajaan
Islam di Lombok sekitar awal abad ke-18, atau boleh jadi lebih awal
Penutup
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa, sejak abad ke-16
sampai pertengahan abad ke-18, merupakan masa kejayaan kerajaan
Islam di Lombok. Pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam
sangat dipengaruhi oleh perkembangan politik kerajaan Islam di pulau
Lombok. Ketika kerajaan-kerajaan Islam di Lombok menunjukkan
kemajuannya, maka peradaban Islam berkembang dengan pesatnya.
Hubungan antara Lombok dengan daerah-daerah lain di Nusantara
atau daerah lainnya telah melahirkan naskah-naskah dengan beragam
bahasa dan aksara Di pusat-pusat kerajaan berkembang tradisi tulis
yang melahirkan karya-karya sastra dan penyalinan karya-karya dari
luar, seperti Arab, Melayu, dan Jawa ke dalam bahasa ataupun tulisan
Sasak. Di lingkungan istana dibangun mesjid-mesjid dengan gaya
arsitektur Islam pada waktu itu. Pusat perkembangannya berada di
kota-kota Muslim, yaitu di bagian timur seluruh wilayah Selaparang),
tengah (kerajaan Pejanggik), dan utara (Bayan) dan sebagian kecil di
barat daya.
Catatan Kaki
198 • Artikel ini pernah disampaikan pada acara “Simposium Internasional Pernaskahan
Nusantara ke-XIV” 11-13 September 2012 di UGM Yogyakarta.
1. Azyumardi Azra, Naskah dan Rekonstruksi Sejarah Sosial-Intelektual Nusantara,
Makalah disampaikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara VII dan
Munas Manasa III, Wisma Syahida Syarif Hidayatullah Jakarta, 26-28 Juli 2004, 2.
2. Tim Penyusun, Monogra Daerah Nusa Tenggara Barat (Jakarta: Depdikbud, 1977),
11. Lihat juga Jamaluddin, Islam Sasak: Sejarah Sosial Keagamaan di Lombok (Abad
XVI-XVIII) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), td, 154.
3. Tim Penyusun, Monogra , 12. Juga Jamaluddin, Islam Sasak, 154.
4. Pemberontakan yang dilakukan oleh para Demung, Rangga, dan Nyaka Brangbantun
terhadap pusat kerajaan diuraikan panjang lebar, mulai dari latar-belakang, proses
(peperangan) yang terjadi, sampai berakhirnya pemberontakan. Lihat, Lalu Wacana,
Babad Lombok (Jakarta: Proyek penerbitan buku bacaan dan sastra Indonesia dan
Daerah, Depdikbud, 1974), 70-96, bait 303-534.
5. Wacana, Babad Lombok, 99.
6. Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia
Dari Abad XIII sampai XVIII Masehi (Kudus: Penerbit Menara Kudus, 2000), 40.
7. Tjandrasasmita, Pertumbuhan, 41.
8. Tjandrasasmita, Petumbuhan, 42.
9. Gideon Sjoberg, e Pre-Industrial City (New York: e Free Press, 1965), 7-13.
10. Tjandrasasmita, Petumbuhan, 80.
11. Jamaluddin, Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935 (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, 2011), 60.
12. Wacana, Babad Lombok, 19.
13. Tim Penyusun, Monogra , 15.
14. Jamaluddin, Sejarah...,61.
15. Pada waktu penyerangan oleh kerajaan Bali-Karang Asem ke Selaparang, mereka
para tentara Bali mendirikan tenda di barat Kokok Belimbing, sementara pasukan
Selaparang di timurnya. Lihat Sulistiyati, Babad Selaparang (Jakarta: Depdikbud RI,
1993), 182.
16. Sulistiyati, Babad Selaparang, 183
17. Albert H. Hourani dan S.M. Stern (eds), e Islamic City (Oxford: Bruno Cassirer &
e University of Pennsylvania Press, 1970), 21-22. Juga, Azyumardi Azra, Renaisans
Islam Asia Tenggara (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet. ke-2, 33-34.
18. Tjandrasasmita, Pertumbuhan, 42.
19. Wacana, Babad Lombok, 20.
20. Ibid
21. Jamaluddin, Islam Sasak, 166.
22. Ibid.
23. Jamaluddin, Islam Sasak, 166.
24. Tentang hal ini jelasnya lihat, V.J. Herman, et al. Bunga Rampai Kutipan Naskah Lama
dan Aspek Pengetahuannya (Mataram: Depdikbud, Dirjen Kebudayaan Museum
NTB, 1990/1991), 8-9.
25. Jelasnya lihat, Lalu Gde Suparman, et al. Pengungkapan Nilai Budaya Naskah Kuno
Kotaragama (Mataram: Depdikbud, Dirjen Kebudayaan Museum NTB, 1995/1996).
Aslinya lontar Kotaragama, menggunakan hurup Jejawen (tulisan Sasak) dengan
bahasa jawa, angka tahun penulisan tidak ada.
26. Herman, et al. Bunga Rampai, 10.
42. Marwati Djonet Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 353.
200 43. Ibid., 293. Lihat juga Jamaluddin, Islam …, 59.
44. Jamaluddin, Islam …, 50-1.
45. P.J. Zoetmulder, Kalangwan, (Jakarta: Jambatan,1985), 8.
46. Louis-Charles Damais, Epigra dan Sejarah Nusantara, (Jakarta: Ecole Francaise
d’Extreme-Orien, 1995), 9.
47. Zoetmulder, Kalangwan, 3.
48. Di Jawa tradisi tulis-menulis bermula pada masa Sri Darmawangsa Teguh
Anantawikrama yang terkenal dengan upayanya mengjawawakan Biyasamata artinya
membahasajawakan ajaran-ajaran Baghawan Byasa. Darmawangsa memerintah kira-
kira Tahun 991-1017. Lihat Achdiati, Peradaban Manusia Zaman Peradaban Kuna,
(Jakarta: Gita Karya, tt), 10-2.
49. Zoetmulder, Kalangwan, 4.
50. Babad Nagarakertagama adalah sebuah babad yang ditulis oleh Mpu Prapanca, yang
menjelaskan hubungan Majapahit dengan semua wilayah yang ada di Nusantara.
Babad ini ditemukan di Lombok pada waktu penyerbuan Belanda terhadap kerajaan
Bali di Lombok pada tahun, 1894 M. Babad ini telah dibawa oleh pihak Belanda
ke Leiden dan atas permintaan pemerintah RI babad tersebut dikembalikan lagi ke
Indonesia. Naskah tersebut berbahasa Jawa Kuno, kemudian diterbitkan dalam huruf
Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul
kemudian upaya penerjemahan oleh Dr Kern tahun 1905-1914 yang dilengkapi
dengan komentar-komentarnya. Baru pada tahun 1919, Dr Krom menerbitkan
utuh isi lontar Nagarakertagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis.
Naskah Nagarakertagama ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof. Dr
Slametmulyana dan disertai dengan tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr .
Pigeud yang menerjemahkan naskah tersebut kedalam Bahasa Inggris. Tentang Babad
ini lebih jelasnya lihat, C.C. Berg, Gambaran Jawa Pada Masa Lalu dalam Historiogra
Indonesia: Sebuah Pengantar, Ed. Soedjatmoko, et.al. (Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 1995), 85-90.
51. Lengkapnya isi naskah tersebut dan sudah ditransliterasikan, lihat Team Penyusun
Monogra Daerah NTB, Monogra Daerah Nusa Tenggara Barat, (Proyek
pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1977),12.
52. Lalu Jelenga, Keris di Lombok, (Mataram, Yayasan Pusaka Selaparang), 16.
53. lihat, Ide Anak Agung Gde Agung, Bali Pada Abad XIX: Perjuangan Rakyat dan
Raja-Raja Menentang Kolonialisme Belanda 1808-1908, (Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 1989), 102-3.
__________________________
Jamaluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Email:
jamaluddin_spi@yahoo.com.