Anda di halaman 1dari 5

Profil Desa Melemba

A. Kondisi Fisik
Desa Melemba merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan
Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini memiliki
luas wilayah 26,184 km2. Desa Melemba terdiri atas tiga dusun, yaitu Dusun Meliau,
Dusun Sungai Pelaik, dan Dusun Manggin. Akses untuk menuju desa ini hanya bisa
ditempuh dengan menggunakan transportasi air berupa speedboat. Waktu tempuh
untuk menuju Desa Melemba dengan menggunakan transportasi air tersebut, yaitu ± 2
– 3 jam pada saat musim hujan dan 3 – 7 jam pada saat musim kemarau.
Kondisi topografi di Desa Melemba datar dengan kemiringan 0 – 8%. Jenis tanah
di daerah ini adalah tanah aluvial. Desa Melemba memiliki iklim tropis dengan curah
hujan 3.750 – 4.250 mm/tahun. Adapun jenis tutupan lahan di wilayah ini terdiri atas
hutan/forest seluas 302 ha (32%) dan bukan hutan/non forest seluas 632 ha (68%). Hutan
di Desa Melemba berupa hutan lindung (5.984 ha), hutan produksi terbatas (515 ha),
dan hutan produksi (13.728 ha).

B. Kondisi Sosial
Desa Melemba memiliki jumlah penduduk 471 jiwa, jenis kelamin laki-laki
sebanyak 288 jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak 183 jiwa. Adapun mayoritas
suku di desa ini merupakan Suku Dayak Iban dengan jumlah 80% dan suku lainnya 20%.
Komposisi agama di Desa Melemba sebanyak 85% menganut Agama Protestan, 10%
menganut Agama Islam, dan 5% menganut Agama Katolik.
Tingkat pendidikan warga di Desa Melemba sudah cukup tinggi, hal ini terlihat
dari jumlah warga yang mengenyam pendidikan wajib belajar 12 tahun dari pemerintah
yang jumlahnya sudah cukup banyak, bahkan ada pula warga yang mengenyam tingkat
pendidikan sampai jenjang diploma/universitas. Berikut ini jumlah warga Desa
Melemba berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu SD (95 jiwa), SMP (117 jiwa), SMA (109
jiwa), D1 – S1 (8 jiwa). Adapun fasilitas umum di desa ini berupa gedung sekolah SD 2
unit, gedung kesehatan (postu) 2 unit, lapangan voli 1 unit, dan gedung serbaguna 1
unit. Desa Melemba memiliki pula beberapa organisasi yang ada di masyarakat, seperti
lembaga adat, PKK, BPD, Karang Taruna, Pengurus Stasi, LPHD, dan BUMDES.

C. Kondisi Ekonomi
Lapangan pekerjaan di Desa Melemba didominasi oleh lapangan pekerjaan di
bidang kelautan dan pertanian. Hal tersebut terlihat dari jumlah nelayan dan petani
yang merupakan jenis pekerjaan terbanyak yang dilakukan oleh warga di sana.
Komposisi lapangan pekerjaan dijelaskan berikut ini. Jumlah nelayan sebanyak 259 jiwa,
petani 184 jiwa, PNS 2 jiwa, pegawai swasta 3 jiwa, pedagang 5 jiwa, TNI 1 jiwa, dan
pelajar 120 jiwa.
Adapun jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga per tahun sebanyak
Rp20.733.900,- di mana pengeluaran rata-rata rumah tangga per bulan sebanyak
Rp1.727.825,-. Indeks kesejahteraan di Desa Melemba mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, hal ini terlihat dari data Indeks Kesejahteraan Desa berikut ini. Pada
tahun 2016 Desa Melemba memiliki status dengan kategori Sangat Tertinggal, pada
tahun 2019 statusnya naik menjadi Tertinggal, dan pada tahun 2020 statusnya menjadi
desa Berkembang.
D. Kegiatan FORCLIME-FC
Desa Melemba termasuk salah satu desa yang termasuk ke dalam program FORCLIME-
FC. Program ini pertama kali disosialisasikan di desa Melemba oleh dinas kehutanan
pada tahun 2011 Sebelum dilakukan kegiatan di Desa Melemba, Program ForClime FC
melakukan mekanisme Free, Prior, Informed, and Consent (FPIC). Kegiatan yang dipilih
dan dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah masyarakat desa dan pihak-
pihak terkait. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah:

a. Parcipatory Land Use Planning (PLUP)


Kegiatan Participatory Land Use Planning (PLUP) terdiri dari dua kegiatan, yaitu
pemetaan batas administrasi desa dan perencanaan tata guna lahan desa.
Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif yang melibatkan masyarakat desa.
Output dari kegiatan pemetaan batas administrasi desa adalah disahkannya
tata batas desa dalam bentuk surat keputusan atau peraturan bupati.
Pengesahan batas desa merupakan prasyarat untuk mendapatkan Alokasi Dana
Desa (ADD). Pemetaan batas administrasi Desa Bunut Hulu telah dilakukan
sejak tahun 2015 dan Peraturan Bupati Kapuas Hulu untuk penetapan batas
Desa Melemba telah keluar pada tahun 2020 dengan No. 80 Tahun 2020.
Sedangkan kegiatan tata guna lahan telah selesai dilakukan dengan output peta
tata guna lahan.

b. Patroli Hutan Berbasis Masyarakat


Kegiatan Patroli hutan di Melemba dimulai pada Tahun 2015 hingga saat ini.
Jumlah tim patroli yaitu sebanyak 3 tim yang masing-masing tim beranggotakan
sebanyak 5 orang sehingga seluruh anggota tim di desa Melemba sebanyak 15
orang. Dokumentasi temuan tim patroli hutan dapat dilihat pada gambar
berikut.

Dampak dari kegiatan Patroli masyrakat ini adalah berkurangnya ancaman dan
gangguan terhadap kelestarian hutan dan hasil hutan berupa perambahan,
perburuan satwa liar yang dilindungi, pencurian kayu (illegal logging), kebakaran
hutan dan lahan.

Gambar 1. Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) (kiri atas), Burung


Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) (kiri bawah) dan
Orangutan (Pongo pygmaeus)
c. Persemaian, Penanaman dan Pemeliharaan dengan pola agroforestry
Kegiatan yang pertama kali dilakukan pada investasi ini adalah membangun
persemaian pada tahun 2015 yang melibatkan 69 anggota KMPH. Anggota
kelompok menyemai sebanyak 29.876 bibit karet dan 7.467 bibit tembesu yang
selanjutnya dilakukan penanaman pada tahun 2016. Kegiatan pemeliharaan
tanaman dilakukan pertama kali pada tahun 2017 dan pemeliharaan kedua
pada tahun 2018. Selanjutnya pada tahun 2018 dilakukan penanaman kembali
oleh 67 anggota KMPH, menanam sebanyak 38.400 bibit puri dan pada tahun
2019 juga dilakukan penanaman oleh 21 anggota KMPH dengan menanam
sebanyak 8.048 bibit kratom. Kratom sudah beberapa kali dipanen hingga tahun
ini, karena kratom merupakan tanaman yang cepat tumbuh. Bahkan pohon
kratom yang berumur 6 bulan sudah dapat dipanen daunnya.

Gambar 2. Pohon kratom yang ditanam pada tahun 2019 sudah setinggi sekitar
3 meter dan sudah beberapa kali dipanen daunya (kanan).
Penduduk mengeringkan daun kratom di pekarangan rumah untuk
selanjutnya akan digiling untuk dijadikan remahan (kanan)

d. Budidaya Ikan dengan Pola Silvofishery


Pembangunan silvofisheri pertama kali dilakukan pada tahun 2018 melibatkan 7
anggota KMPH dengan memelihara 7.000 gurami dan menanam 700 pohon
kratom. Selanjutnya pada tahun 2020, dilakukan investasi pembangunan
demplot silvofishery berbasis keramba apung yang dikelola oleh 10 anggota
KMPH untuk membudidayakan ikan. Ada beberapa anggota KMPH yang mengisi
keramba tersebut dengan ikan belida (Chitala lopis). Ikan tesebut dibudidaya
megingat status keberadaannya sudah mulai langka (Dilindungi). LPHD dan
KUPS Desa Melemba berinisisasi untuk melakukan budidaya jenis komoditi
tersebut.
Gambar 3. Budidaya ikan bellida (Chitala lopis) (kiri), di keramba apung yang
dianggarkan pembangunannya pada tahun 2020

e. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Secara Lestari


Investasi pemanfaatan HHBK yang utama pada desa ini adalah pemanfaatan
HHBK madu hutan. Pada tahun 2019 KMPH beranggotakan 14 orang mengelola
400 papan tikung yang dipasang di sekitar danau dan sungai. Selain itu, anggota
kelompok juga mendapatkan bantuan peralatan untuk pemanfaatan HHBK
madu hutan seperti jerigen penyimpanan madu, pelindung kepala dari sengatan
lebah, dll. Selanjutnya juga dilakukan pemanfaatan HHBK pewarna alami yang
dikelola oleh 16 anggota KMPH. Mereka merawat 350 tanaman pewarna alami
untuk diambil daunnya sebagai bahan baku untuk membuat pewarna alami.
Pewarna alami ini digunakan untuk mewarnai kain tenun ikat tradisional.

Gambar 4. Pemasangan tikung investasi tahun 2019 (kiri atas) selanjutnya pada
tahun 2020 investasi difokuskan untuk pengembangannya dengan
membeli perlengkapan untuk pemanenan (kanan atas). Hasil panen
madu tahun 2020 yang dimasukkan ke jerigen investasi 2020.
f. Kegiatan Pengelolaan Ekowisata
Pengelolaan ekowisata juga telah dilakukan oleh LPHD dan KUPS Desa
Melemba. Seperti pembuatan jalur Monitoring Keanekaragaman Hayati sebagai
objek wisata dalam melakukan Pengamatan satwa liar seperti orangutan,
kelempiau, dan jenis satwa liar lainnya. Selain itu, terdapat juga jenis burung-
burung yang mudah dijumpai di wilayah HD Melemba. Selain jalur monitoring,
Desa Melemba juga memiliki spot memancing yang sangat digemari oleh turis
mancanegara. Tentunya tetap dengan memperhatikan kelestarian ekosistem
tersebut dengan melepaskan kembali ikan yang sudah berhasi dipancing (catch
and release).

Gambar 5. Peta destinasi ekowisata di wilayah Hutan Desa Melemba

Anda mungkin juga menyukai