Anda di halaman 1dari 32

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FITOSOM

EKSTRAK RESIN JERNANG (Daemonorops draco (Willd.)


Blume)

SALMAN ARIB ROZAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan


Ekstrak dan Fitosom Ekstrak Resin Jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2019

Salman Arib Rozan


NIM E24150005
ABSTRAK
SALMAN ARIB ROZAN. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fitosom Ekstrak
Resin Jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume). Dibimbing oleh RITA
KARTIKA SARI dan MOHAMAD RAFI.
Resin jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume) adalah salah satu hasil
hutan bukan kayu unggulan dan potensial dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan menentukan rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang (ERJ),
fitosom ekstrak (FE), serta analisis fitokimianya. Metode penelitian diawali dengan
pengekstrakan dengan pelarut etanol 100% (E100), 75% (E75), 50% (E50), dan 25%
(E25), serta air (A100), pembuatan fitosom dilakukan terhadap ERJ terpilih dengan
perbandingan ekstrak:lesitin kedelai 1:2 (F1), 1:1 (F2), dan 2:1 (F3), kemudian
dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan CUPRAC.
Pengujian fitokimia kualitatif dan FTIR dilakukan pada ERJ dan FE terbaik
berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ERJ-
E100 memiliki rendemen tertinggi (33.90%) dan aktivitas antioksidan tertinggi (DPPH
= 107.87±1.51; CUPRAC = 1181.79±0.64 µmol troloks/g). Nilai rendemen FE berkisar
antara 78.50% - 80.33%. Aktivitas antioksidan FE F2 dan F3 dengan metode DPPH
lebih tinggi dibanding ekstrak (277.40±0.10 dan 242.22±0.08 µmol troloks/g) dan
dengan metode CUPRAC seluruh formula FE memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih rendah dibanding ERJ. Terdeteksi senyawa fenolhidrokuinon, triterpenoid,
alkaloid, flavonoid, dan saponin pada E100 dan fitosom F2 ekstrak. Hasil FTIR
menunjukkan adanya ikatan antara gugus P=O lesitin dengan gugus OH pada ERJ.
Kata kunci: antioksidan, Daemonorops draco, ekstrak etanol, fitosom, resin jernang

ABSTRACT
SALMAN ARIB ROZAN. Antioxidant Activity of Extract and Phytosome Extract
from Jernang Resin (Daemonorops draco (Willd.) Blume). Supervised by RITA
KARTIKA SARI and MOHAMAD RAFI.
Jernang resin (Daemonorops draco (Willd.) Blume) is one of the leading non-
timber forest product that has potential to be developed in Indonesia. The aims of this
study were to determine the yield and antioxidant activity of jernang resin extracts
(ERJ), phytosomes of jernang resin extracts (FE), and phytochemical analysis. The
methods of this research were extraction of ERJ with 100% ethanol (E100), 75% (E75),
50% (E50), 25% (E25), and water (A100) as solvent, make phytosomes with selected
ERJ with ratio ERJ:soya lecithin 1:2(F1), 1:1(F2) and 2:1(F3), then test the antioxidant
activity with DPPH and CUPRAC methods. Qualitative phytochemical and FTIR test
were done only for the best ERJ and FE based on antioxidant activity test. The results
showed that the ERJ-E100 had the highest yield (33.90%) as well as the highest
antioxidant activity (DPPH = 107.87 ± 1.51; CUPRAC = 1181.79 ± 0.64 µmol trolox/g).
The yield of FE ranged from 78.50% to 80.33%. The antioxidant activity of FE by
DPPH method was higher than ERJ, but by CUPRAC, all phytosome formulas had
lower antioxidant activity than the extract. Phenolhydroquinone, triterpenoid, alkaloid,
flavonoid, and saponin compounds were detected in the ERJ and FE. Result of FTIR
showed P=O compound of lechitin with OH compound of ERJ.
Keywords: antioxidant, Daemonorops draco, ethanolic extract, jernang resin,
phytosome
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FITOSOM
EKSTRAK RESIN JERNANG (Daemonorops draco (Willd.)
Blume)

SALMAN ARIB ROZAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fitosom Ekstrak Resin Jernang
(Daemonorops draco (Willd.) Blume)
Nama : Salman Arib Rozan
NIM : E24150005

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi Dr Mohamad Rafi, SSi, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Deded Sarip Nawawi, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilaksanakan sejak bulan April 2019 dengan judul Aktivitas Antioksidan Ekstrak
dan Fitosom Ekstrak Resin Jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi dan
Bapak Dr Mohamad Rafi, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan kepada penulis. Selain itu, penulis berterima kasih kepada
Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Indonesia (RISTEKDIKTI)
atas dana hibah Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) SPK
4326/IT.3.1.1/PN/2019 yang telah membiayai penelitian ini. Ungkapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada Kak Maeda yang telah membimbing saya dengan
sabar. Terima kasih kepada laboran yaitu Pak Junawan (Laboratorium Kimia Hasil
Hutan), Mas Nio, Bu Nunuk (Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB), Bu
Nunung (Laboratorium Kimia IPB) yang telah banyak membantu dalam penelitian
ini. Ungkapan terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada keluarga
penulis, Bapak Ganjar Asmorotanto, dan Ibu Farida, adik Abiyan, adik Saniy, adik
Tsaqila dan pendamping saya Ruri Aruntika Sari atas dukungan moril serta doa
yang tiada henti. Disamping itu, terimakasih kepada teman-teman DHH
(Departemen Hasil Hutan) yang selalu memberikan semangat selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2019

Salman Arib Rozan


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan dan Alat 3
Prosedur Penelitian 4
Prosedur Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Rendemen Ekstrak Resin Jernang 7
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Resin Jernang 7
Aktivitas Antioksidan Fitosom Ekstrak Resin Jernang 8
Rendemen Fitosom Ekstrak Resin Jernang 9
Profil Fitokimia Kualitatif 10
Profil spektrum FTIR 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang hasil pengujian dengan
metode DPHH dan metode CUPRAC*) 8
2 Aktivitas antioksidan fitosom ekstrak resin jernang hasil pengujian
dengan metode DPHH dan metode CUPRAC*) 9
3 Hasil analisis fitokimia kualitatif E100 dan fitosom F2 10

DAFTAR GAMBAR
1 Nilai rendemen ekstrak resin jernang. 7
2 Nilai rendemen fitosom ekstrak resin jernang dengan variasi
perbandingan Perbandingan ekstrak: lesitin kedelai. 9
3 Spektrum FTIR ekstrak jernang (A), fitosom ekstrak jernang (B), dan
lesitin kedelai (C) 11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kurva kalibrasi larutan troloks untuk pengukuran aktivitas antioksidan
metode DPPH (a) dan CUPRAC (b) 14
2 Hasil analisis ragam (ANOVA) rendemen ekstrak resin jernang dengan
variasi jenis pelarut 15
3 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) ekstrak resin jernang dengan variasi jenis
pelarut 15
4 Hasil analisis ragam (ANOVA) rendemen fitosom ekstrak resin jernang
dengan variasi nisbah ekstrak : lesitin kedelai 15
5 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak resin
jernang dengan metode DPPH 16
6 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang
dengan metode DPPH 16
7 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak resin
jernang dengan metode CUPRAC 16
8 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang
dengan metode CUPRAC 16
9 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan fitosom ekstrak
resin jernang dengan metode DPPH 17
10 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang
dengan metode DPPH 17
11 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan fitosom ekstrak
resin jernang dengan metode CUPRAC 17
12 Hasil Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin
jernang dengan metode CUPRAC 17
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Resin jernang adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan
dan potensial dikembangkan di Indonesia. Resin jernang merupakan salah satu
komoditas HHBK yang sangat mahal dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Menurut Kemenhut (2014), harga resin jernang di tingkat petani di pasaran lokal
berkisar antara Rp 400 000 - 800 000 per kg, sedangkan di pasaran luar negeri
seperti di Singapura, harganya sekitar US $ 300 per kg dengan tujuan negara ekspor
adalah China, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
Menurut Gafar (2010), resin jernang banyak dimanfaatkan di dunia industri sebagai
bahan baku vernis, pelitur, pewarna keramik, marmer, bahan baku pewarna
porselen, bahan baku lipstik, serta digunakan dalam proses penyamakan kulit.
Menurut Rochmayanto (2006), saat ini pemanfaatan jernang menurun. Hal ini
disebabkan sumber bahan baku masih mengandalkan dari tanaman yang tersedia
dihutan liar dan hingga saat ini masih sedikit upaya budidaya tanaman rotan jernang
karena sangat terbatasnya informasi mengenai khasiat maupun pemanfaatan dari
resin jernang tersebut (Siregar 2015). Oleh karena itu, pemanfaatan untuk keperluan
lain dari resin jernang perlu dilakukan untuk meningkatkan kelayakan usaha dan
nilai tambah hasil hutan. Salah satu pemanfaatan yang prospektif adalah resin
jernang dikembangkan sebagai sumber senyawa antioksidan alami.
Penggunaan senyawa antioksidan alami sebagai suplemen makanan maupun
senyawa aktif kosmetik saat ini telah mengalami perkembangan. Namun, produk-
produk tersebut di pasaran masih banyak menggunakan senyawa antioksidan
sintetis seperti Butil Hidroksil Anisol (BHA) dan Butil Hidroksil Toluen (BHT)
yang memiliki efek samping negatif. Ariyani et al. (2008) mengemukakan bahwa
BHA dan BHT bersifat karsinogenik. Untuk itu, eksplorasi sumber-sumber
antioksidan alami sebagai substitusi antioksidan sintetis perlu dilakukan.
Ekstrak resin jernang potensial dikembangkan sebagai sumber antioksidan
alami. Purwanti (2017) melaporkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat
resin jernang yang berasal dari jenis Daemonorops draco tergolong tinggi (IC50
27.61 µg/mL), akan tetapi dalam aplikasi pemanfaatannya, ekstrak hasil ekstraksi
dengan etanol lebih disarankan dibandingkan etil asetat. Hal ini dikarenakan etil
asetat dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah serta uap dan cairannya
dapat mengiritasi dibandingkan pelarut etanol (Sadegh dan Mahram 2008). Hal ini
diperkuat oleh BPOM (2017) yang menyatakan bahwa suplemen makanan dan
bahan aktif kosmetika yang berasal dari bahan alami ekstraksinya hanya boleh
menggunakan pelarut yang diijinkan tanpa batas residu yaitu etanol dan air. Namun,
berdasarkan penelusuran pustaka belum ditemukan penelitian pemanfaatan
senyawa aktif resin jernang yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol dan air.
Oleh karena itu, penelitian aktivitas antioksidan ekstrak hasil ekstraksi
menggunakan etanol pada berbagai konsentrasi perlu dilakukan.
Disisi lain, komponen fitokimia yang terkandung pada ekstrak resin jernang
D. draco dengan pelarut etanol cenderung bersifat polar atau larut dalam air. Namun,
fitokonstituen yang larut dalam air memiliki absorbansi yang rendah karena ukuran
molekulnya yang besar, sehingga tidak dapat terdifusi pasif atau karena kelarutan
2

lemaknya yang buruk, sehingga sangat membatasi kemampuan ekstrak untuk


melewati membran biologis yang bersifat hidrofobik (Singh dan Narke 2015). Hal
tersebut mengakibatkan bioavailabilitas dari fitokonstituen buruk, sehingga
diperlukan pemodifikasian kepolaran ekstrak dengan merubah fitokonstituennya
menggunakan metode fitosom agar ekstrak dapat efektif diserap oleh tubuh.
Fitosom adalah teknologi untuk menggabungkan ekstrak tanaman terstandar
atau fitokonstituen yang larut dalam air ke dalam fosfolipid untuk menghasilkan
kompleks molekul yang kompatibel dengan lipid. Menurut Rahmi et al. (2013),
penerapan nanopartikel di kosmetik dianjurkan untuk dilakukan apabila
menggunakan bahan-bahan alam, untuk memperluas luas penampang kontak. Oleh
karena itu, penelitian ini ditujukan untuk membuat formula tabir surya berbahan
aktif alami yang efektif terserap oleh kulit sehingga memajukan teknologi kosmetik
tabir surya berbahan alami di Indonesia. Dalam pembuatan fitosom, digunakan
lesitin yang berasal dari kedelai. Gnananath et al. (2017) menyatakan bahwa lesitin
kedelai dipilih sebagai bahan tambahan dalam pembuatan fitosom karena lebih
tidak bersifat karsinogen dan lebih mudah mengalir dalam membran dibandingkan
dengan lesitin murni dan lesitin telur. Selain itu, menurut Mund et al. (2018) lesitin
kedelai juga dapat meningkatkan persepsi rasa dan bau sehingga lebih dianjurkan
apabila akan diterapkan pada formulasi sediaan topikal.
Pengukuran aktivitas antioksidan perlu memperhatikan sumber radikal
bebas dan substratnya. Hal ini dikarenakan antioksidan dapat melindungi lipid dari
kerusakan oleh radikal bebas, tetapi di waktu yang sama dapat mempercepat
kerusakan molekul sel lainnya. Untuk mengatasi masalah ini maka beberapa
metode pengukuran aktivitas antioksidan perlu dilakukan (Hassanbaglou et al.
2012). Metode uji aktivitas antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya pengujian antioksidan terhadap radikal bebas 2,2 diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) dan cupric ion reducing antioxidant capacity (CUPRAC).
Metode DPPH dapat mendeteksi aktivitas antioksidan pada senyawa yang bersifat
polar atau antiradikal yang terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol.
Namun, radikal DPPH hanya dapat dilarutkan pada media organik tidak pada media
yang anorganik, sehingga membatasi kemampuannya dalam penentuan peran
antioksidan hidrofilik (Utomo et al. 2013). Selain itu juga, metode DPPH kurang
sensitif untuk mengukur aktivitas antioksidan selain dari senyawa fenol (Apak et al.
2007). Metode CUPRAC dipilih karena dapat bekerja pada pH fisiologis, stabil,
bersifat selektif (memiliki nilai potensial reduksi yang rendah yaitu 0.17 V), serta
mudah mendeteksi antioksidan tipe tiol. Metode CUPRAC dapat mengukur sifat
hidrofilik dan lipofilik dari antioksidan (Apak et al. 2007).

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini diantaranya: (1)


Bagaimanakah rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak hasil ekstraksi resin
jernang dengan metode maserasi menggunakan etanol pada berbagai konsentrasi
serta air, (2) Bagaimanakah rendemen dan aktivitas antioksidan formula fitosom
yang dibuat dari ekstrak resin jernang teraktif bersifat antioksidan, dan (3)
Bagaimana profil fitokimia ekstrak dan fitosom ekstrak resin jernang yang memiliki
aktivitas antioksidan terbaik?
3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menentukan rendemen dan aktivitas


antioksidan ekstrak resin jernang hasil ekstraksi dengan pelarut etanol 100%
(E100), etanol 75% (E75), etanol 50% (E50), etanol 25% (E25), dan air (A100),
(2) Menentukan rendemen fitosom dan aktivitas antioksidan ekstrak dengan
formula perbandingan ekstrak dan lesitin kedelai 1:2(F1), 1:1(F2) dan 2:1(F3), dan
(3) Menentukan profil fitokimia ekstrak dan fitosom ekstrak dengan aktivitas
antioksidan terbaik.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai


potensi resin jernang sebagai sumber senyawa antioksidan alami sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah usaha budidaya rotan jernang. Selain itu, manfaat lain
dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi mengenai teknik ekstraksi yang
dapat mengekstrak senyawa antioksidan dari resin jernang yang diperkenankan
BPOM.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2019. Persiapan ekstrak


dan fitosom ekstrak resin jernang dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pengujian FTIR dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia,
FMIPA IPB, dan uji aktivitas antioksidan dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Bahan dan Alat

Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan adalah resin jernang D.
draco yang berasal dari Aceh. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut adalah
etanol dan akuades. Bahan kimia lain yang digunakan adalah DPPH, lesitin kedelai,
etanol (Merck, USA), akuades, diklorometan (Brataco, Indonesia), n-heksana
(Brataco, Indonesia), reagen Cu(II)-neokuproin (Cu(II)-(Nc)2), neokuproin etanolik,
bufer amonium asetat, larutan troloks, dan CuCl2·2H2O (Merck, USA). Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah mesin willey mill, mesin rotary screen ukuran
40-60 mesh, oven, timbangan, mesin rotary evaporator, vaccum oven, alat
ultrasonik (Branson 1510, USA) timbangan digital, sudip, corong, allumunium foil,
toples, oven, evaporator putar, cawan alumunium, tabung reaksi, labu ukur, cawan
petri, botol vial, mikropipet, vortex mixer, mortar porselen, spektrofotometer UV-
Vis, microplate 96 well plate, dan ELISA plate reader.
4

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan melalui enam tahapan: (1) Persiapan bahan baku, (2)
ekstraksi serbuk jernang dengan metode maserasi, (3) pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak, (4) pembuatan fitosom dari ekstrak terpilih, (5) pengujian
antioksidan fitosom ekstrak resin jernang, dan (6) pengujian fitokimia kualitatif dan
FTIR ekstrak dan fitosom ekstrak terpilih.

Persiapan bahan baku


Resin jernang D. draco diukur kadar airnya. Sebanyak 2-5g sampel serbuk
kering dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobotnya.
Cawan yang berisi contoh kemudian dikeringkan pada oven suhu 103±2 ºC selama
3 jam, setelah itu cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan
diulangi hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan :
𝑊1−𝑊2
Kadar air (KA) = x 100%
𝑊1

Keterangan: W1: Bobot sampel awal (g), W2: Bobot sampel setelah dikeringkan
(g)

Ekstraksi serbuk jernang dengan metode maserasi


Serbuk resin jernang D. draco sebanyak 10 g yang telah diketahui kadar
airnya diekstraksi dengan metode maserasi (direndam pada suhu kamar) masing-
masing menggunakan 100 mL E100, E75, E50, E100, dan A100 selama 24 jam
dalam suhu ruangan. Filtrat disaring dan ekstraksi berulang hingga diperoleh filtrat
tidak berwarna. Pada penelitian ini ekstraksi dilakukan sebanyak 14 kali. Filtrat
dipekatkan dengan alat vakum rotary evaporator dan dikeringkan di dalam oven 50
˚C. Ekstrak kering yang diperoleh ditimbang dan ditentukan rendemen hasil
ekstraksi.

Penentuan rendemen
Filtrat hasil ekstraksi dengan masing-masing sebanyak 5 mL dituangkan ke
dalam cawan petri kemudian dioven pada suhu 103±2 °C hingga diperoleh berat
konstannya. Nilai rendemen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Berat kering tanur ekstrak (g)


Nilai rendemen (%) = Berat kering tanur serbuk (g)
X 100

Uji aktivitas antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan beberapa metode
uji. Metode uji tersebut diantaranya metode DPPH dan metode CUPRAC. Prinsip
metode DPPH adalah apabila larutan DPPH direaksikan dengan senyawa
antioksidan maka akan terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning
(Molyneux 2004). Metode CUPRAC menggunakan reagen Cu(II)-neokuproin
(Cu(II)-(Nc)2) digunakan sebagai agen pengoksidasi kromogenik karena reduksi
ion Cu(II) dapat diukur (Maryam et al. 2010).
5

a) Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH mengacu pada metode
yang digunakan Salazar et al. (2009). Sebanyak 120 µL larutan DPPH 125 µmol/L
dimassukkan ke dalam microplate 96 well yang di dalamnya terdapat 40 µL ekstrak
dan fitosom ekstrak sampel. Larutan diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 515 nm menggunakan elisa reader.
Sebagai kontrol negatif dicampurkan 120 µL larutan DPPH 125 µmol/L dengan 40
µL etanol. Kontrol positif yang digunakan adalah troloks. Sampel ekstrak dibuat
beberapa konsentrasi. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Aktivitas
antioksidan dinyatakan dalam µmol troloks/g serbuk kering. Nilai µmol troloks/g
yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi.

b) Metode CUPRAC
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode CUPRAC mengacu pada
metode yang digunakan Ozturk et al. (2011). Sebanyak 1 mL ekstrak dan fitosom
dilarutkan dalam etanol 96% ditambahkan 1 mL CuCl2·2H2O 0.01 M; 1 mL
neokuproin etanolik 0.0075 M, 1 mL bufer amonium asetat 1 M (pH 7), dan 0.1 mL
akuades. Larutan didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansnya pada 453.4
nm. Sebagai blanko digunakan campuran larutan tanpa ekstrak. Kurva kalibrasi
dibuat menggunakan larutan troloks dengan berbagai konsentrasi. Kapasitas
antioksidan dinyatakan dalam μmol troloks/g serbuk kering. Nilai µmol troloks/g
yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi.

Pembuatan fitosom ekstrak


Pembuatan fitosom dilakukan mengacu pada penelitian Singh dan Narke
(2015). Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak resin jernang yang memiliki
aktivitas antioksidan tertinggi. Rancangan percobaan dalam pembuatan fitosom
ekstrak ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan
nisbah ekstrak dan lesitin kedelai 1:2(F1), 1:1(F2) dan 2:1(F3). Ekstrak dan lesitin
kedelai dengan nisbah 1: 1 berarti 5 mg ekstrak dan 5 mg lesitin kedelai
dimasukkan ke dalam labu alas bulat 100 mL dan direfluks dengan 20 mL
diklorometana pada suhu 60 oC selama 2 jam. Campuran tersebut dipekatkan
menggunakan rotavator putar hingga volume 5-10 mL. N-heksana (20 mL)
ditambahkan dengan hati-hati dengan pengadukan terus menerus untuk
mendapatkan endapan yang disaring dan disimpan dalam desikator selama 12 jam.
Endapan kering dihancurkan dalam mortar hingga menjadi bubuk. Bubuk
ditempatkan di botol kaca dan disimpan di suhu kamar.

Uji aktivitas antioksidan fitosom ekstrak


Metode uji aktivitas antioksidan fitosom ekstrak sama dengan metode yang
digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang.

Analisis fitokimia kualitatif


Berdasarkan uji aktivitas antioksidan maka ekstrak dan fitosom terbaik akan
dianalisis profil fitokimianya. Ekstrak dan fitosom ekstrak tersebut dianalisis
fitokimianya dengan menggunakan analisis fitokimia kualitatif. Analisis fitokimia
6

kualitatif mengacu pada Harborne (1996). Kelompok senyawa yang dideteksi yaitu
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid.

Profil spektrum Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR)


Spektroskopi FTIR untuk mendeteksi dan menganalisis hasil spektrum.
Pengujian FTIR bertujuan untuk mengetahui ikatan kimia pada ekstrak dan fitosom
ekstrak resin jernang. Hasil pengukuran berupa spektrum frekuensi yang
selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut menggunakan tabel korelasi.

Prosedur Analisis Data

Rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang


Analisis ragam dilakukan untuk menguji pengaruh jenis pelarut terhadap
rendemen dan aktivitas antioksidan. Rancangan percobaan ekstraksi dengan variasi
jenis pelarut dengan 5 taraf perlakuan, yaitu jenis pelarut E100, E75, E50, E25, dan
A100. Dalam RAL, data percobaan didistribusikan melalui model persamaan
sebagai berikut :
Yij = µ + Ai + єij
Keterangan:
Yij : Pengamatan pada perlakuan jenis pelarut ke-i dan ulangan ke-j
µ : Nilai rataan umum
Ai : Pengaruh perlakuan jenis pelarut ke-i
єij : Pengaruh galat pada perlakuan jenis perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Rendemen dan aktivitas antioksidan fitosom ekstrak resin jernang
Analisis ragam dilakukan untuk menguji pengaruh formula fitosom
menggunakan nisbah ekstrak dan lesitin kedelai terhadap rendemen dan aktivitas
antioksidan. Rancangan percobaan pembuatan fitosom ekstrak dilakukan
menggunakan 3 taraf perlakuan, yaitu nisbah ekstrak dan lesitin kedelai dengan F1,
F2, dan F3. Dalam RAL, data percobaan didistribusikan melalui model persamaan
sebagai berikut :
Yij = µ + Ai + єij
Keterangan:
Yij : Pengamatan pada perlakuan perbandingan ekstrak dan lesitin kedelai
taraf ke-i dan ulangan ke-j
µ : Nilai rataan umum
Ai : Pengaruh perlakuan perbandingan ekstrak dan lesitin kedelai pada
taraf ke-i
єij : Pengaruh galat pada perlakuan perbandingan ekstrak dan lesitin kedelai
ke-i dan ulangan ke-j
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Ekstrak Resin Jernang

Nilai rendemen berkisar antara 23.52% hingga 33.90% (Gambar 1). Analisis
ragam menunjukkan variasi jenis pelarut memberikan pengaruh yang nyata
(α=0.05) terhadap rendemen ekstrak. Uji lanjut Duncan pada nilai rendemen ekstrak
jernang menunjukkan nilai rendemen ekstrak jernang terlarut E100, E75, dan E50
relatif sama dan ketiganya berbeda nyata dengan ekstrak jernang terlarut E25 dan
A100. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin nonpolar jenis pelarut
yang digunakan menunjukkan nilai rendemen ekstrak yang semakin besar. Hal ini
dikarenakan resin jernang lebih banyak mengandung senyawa yang semi polar
maupun nonpolar. Hal ini dipertegas oleh penelitian Hao et al. (2015) yang
melaporkan bahwa ekstraksi resin jernang menggunakan pelarut klorofom memiliki
rendemen sebesar 87.33% ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian ini yang
menggunakan pelarut etanol dan air. Begitupun dengan penelitian Purwanti (2017),
ekstrak resin jernang menggunakan pelarut etil asetat memiliki rendemen yang
lebih tinggi pula dari penelitian ini yaitu 73%. Pelarut etil asetat dan kloroform
merupakan pelarut semipolar dengan indeks polaritas berturut-turut sebesar 4.4 dan
4.1, sedangkan etanol dan air merupakan pelarut polar dengan indeks polaritas 5.2
dan 10.2 (Reichardt 2013). Hal ini menunjukkan bahwa komponen penyusun
utama resin jernang adalah komponen bersifat semipolar. Hal tersebut memperkuat
alasan rendemen yang dihasilkan dengan ekstraksi etanol lebih kecil daripada
ekstraksi menggunakan etil asetat atau kloroform.

35 33.90a 33.62a
32.43a
Rendemen (%)

30
25.55b
25 23.52b

20
E100 E75 E50 E25 A100
Jenis pelarut

Gambar 1 Nilai rendemen ekstrak resin jernang. Huruf yang berbeda pada angka
setiap histogram, menunjukkan nilai aktivitas rendemen yang berbeda
nyata (α=0.05)
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Resin Jernang

Aktivitas antioksidan dari pengujian dengan metode CUPRAC pada semua


ekstrak memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode DPPH (Tabel
1). Hal ini dapat disebabkan, metode CUPRAC memiliki sifat yang lebih selektif
dan pereaksinya lebih stabil dibandingkan dengan pereaksi kromogenik pada
pengukuran aktivitas antioksidan DPPH. Selain itu, metode CUPRAC dapat
mengukur secara simultan senyawa antioksidan yang bersifat hidrofilik dan
8

lipofilik (Apek et al. 2007). Disamping itu, menurut Irawati (2008) metode DPPH
memiliki linearitas kisaran absorbans dan konsentrasi yang sempit dibandingkan
dengan metode CUPRAC yang mampu bereaksi dengan molekul besar sehingga
memiliki linearitas kisaran absorbans dan konsentrasi yang luas.
Tabel 1 Aktivitas antioksidan ekstrak resin jernang hasil pengujian dengan metode
DPHH dan metode CUPRAC*)
Jenis Pelarut
Metode
E100 E75 E50 E25 A100
DPPH1,2 107.87±1.51a 82.87±1.33b 56.87±0.23c 54.40±0.20d 44.93±0.31e
CUPRAC1,2 1181.79±0.64A 1182.16±0.22A 1157.79±0.57B 1159.16±1.63B 1006.16±0.02C
Keterangan: *): dinyatakan dalam µmol troloks/g serbuk, 1): rerata 3 kali ulangan, 2):huruf yang
berbeda pada baris rata-rata menunjukkan nilai aktivitas antioksidan yang berbeda nyata (α=0.05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi jenis ekstrak berpengaruh


nyata (α=0.05) terhadap aktivitas antioksidan, baik pengujian menggunakan
metode DPPH maupun CUPRAC. Uji lanjut Duncan pada nilai aktivitas
antioksidan ekstrak menggunakan metode DPPH menunjukkan nilai aktivitas
antioksidan ekstrak berbeda nyata pada seluruh variasi jenis pelarut. Ekstrak dengan
aktivitas antioksidan tertinggi adalah berdasarkan metode DPPH adalah E100 dan
diikuti E75, E50, E25, dan ekstrak dengan aktivitas antioksidan terendah adalah
ekstrak A100. Uji lanjut Duncan aktivitas antioksidan berdasarkan metode
CUPRAC, aktivitas antioksidan ekstrak ekstrak E100 tidak berbeda nyata dengan
E75 dan keduanya memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari ekstrak
E50, E25, dan A100 (Tabel 1).
Aktivitas antioksidan resin jernang E100 dengan metode DPPH pada
penelitian ini memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas
oleoresin kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) (84.43 µmol troloks/g) yang
dikenal sebagai sumber antioksidan alami (Dudonné 2009). Begitupula pada
aktivitas antioksidan resin jernang E100 menggunakan metode CUPRAC memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas antioksidan oleoresin kayu
manis (107.70 µmol troloks/g) (Shan et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa resin
jernang potensial dikembangkan sebagai sumber antioksidan alami.

Aktivitas Antioksidan Fitosom Ekstrak Resin Jernang

Nilai aktivitas antioksidan fitosom dengan metode DPPH berkisar antara


124.49-277.40 µmol troloks/g dan dengan metode CUPRAC berkisar antara 430.41
hingga 857.04 µmol troloks/g (Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
variasi jenis pelarut berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap aktivitas antioksidan,
baik pengujian menggunakan metode DPPH maupun CUPRAC. Uji lanjut Duncan
pada nilai aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode DPPH dan CUPRAC
menunjukkan nilai aktivitas antioksidan formula fitosom F1 berbeda nyata dengan
formula F2 dan F3, sedangkan aktivitas antioksidan formula fitosom F2 dan F3
tidak berbeda nyata. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, nilai aktivitas
antioksidan semua formula fitosom ekstrak resin jernang dengan metode DPPH
lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak.
9

Tabel 2 Aktivitas antioksidan fitosom ekstrak resin jernang hasil pengujian


dengan metode DPHH dan metode CUPRAC*)
Jenis formula fitosom
Metode
F1 F2 F3
DPPH1,2 124.49±0.06a 277.40±0.10b 242.22±0.08b
CUPRAC1,2 430.41±0.08A 857.04±0.12B 840.16±0.10B
Keterangan: *): dinyatakan dalam µmol troloks/g, 1): rata-rata 3 kali ulangan, 2) huruf yang berbeda
pada baris menunjukkan nilai aktivitas antioksidan yang berbeda nyata (α=0.05)
Aktivitas fitosom F2 dan F3 lebih tinggi dibandingkan dengan F1 dan nilai
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak (Tabel 2). Peningkatan aktivitas
antioksidan disebabkan oleh bertambahnya gugus fenol yang terbentuk pada
fitosom. Menurut penelitian El-menshawe et al. (2018) ekstrak yang bersifat polar
dan lesitin kedelai membentuk kompleks fitosom melalui pembentukan formasi
ikatan hidrogen antara gugus OH dan gugus fenolik dari ekstrak polar dengan gugus
P=O dari lesitin kedelai (Tabel 2). Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan
menggunakan metode CUPRAC diketahui keseluruhan formula fitosom memiliki
nilai yang lebih rendah dibanding aktivitas antioksidan ekstrak, hal tersebut
disebabkan oleh prinsip pengukuran aktivitas antioksidan metode CUPRAC
didasarkan pada kemampuan bahan dalam mereduksi kompleks Cu2+ menjadi
kompleks Cu+ yang merupakan reaksi redoks. Reaksi antara gugus pada lesitin
kedelai dengan ekstrak jernang dapat mengganggu reaksi redoks pada pengujian
CUPRAC sehingga Cu2+ yang tereduksi berkurang dan nilai aktivitas antioksidanya
menurun (Haruni et al. 2019).

Rendemen Fitosom Ekstrak Resin Jernang

Hasil analisis ragam menunjukkan variasi perbandingan ekstrak dan lesitin


kedelai tidak memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) terhadap rendemen
fitosom ekstrak. Nilai rendemen berkisar antara 78.50% hingga 80.33% (Gambar
2). Rendemen hasil pembuatan fitosom ekstrak menunjukkan bahwa kelompok F1
tertinggi, sedangkan kelompok F2 terendah. Pembuatan fitosom menggunakan
metode presipitasi tidak larut dengan perbandingan ekstrak dan lesitin kedelai 1:2
menunjukan hasil rendemen yang mendekati, yaitu 84.34% (Singh dan Narke
2015).
90
85
Rendemen (%)

80.33A 78.67A
80 78.50A
75
70
65
60
F1 F2 F3
Jenis formula fitosom
Gambar 2 Nilai rendemen fitosom ekstrak resin jernang dengan variasi perbandingan
ekstrak: lesitin kedelai. Huruf yang berbeda pada angka setiap histogram,
menunjukkan nilai rendemen yang berbeda nyata (α=0.05)
10

Profil Fitokimia Kualitatif

Hasil analisis fitokimia secara kualititatif menunjukkan bahwa ekstrak


jernang E100 dan fitosom F2 sebagai ekstrak dan formula fitosom dengan aktivitas
antioksidan tertinggi dan terdeteksi mengandung senyawa fenolhidrokuinon,
triterpenoid, alkaloid, flavonoid dan saponin (Tabel 3). Senyawa flavonoid
merupakan senyawa yang mempengaruhi aktivitas antioksidan karena senyawa
drakorhodin adalah komponen jernang utama turunan senyawa flavonoid
antosianin yang mempunyai aktivitas antioksidan (Shi et al. 2009). Menurut
Firdiyani et al. (2015), umumnya senyawa polar akan tertarik oleh pelarut polar
(like dissolved like), akan tetapi beberapa senyawa non polar mucul pada uji
fitokimia kualitatif. Faktor yang mempengarui hal tersebut terjadi adalah adanya
momen dipol senyawa polar dan semi polar yang akan menginduksi molekul non
polar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di antara
keduanya. Gaya ini menyebabkan senyawa non polar dapat larut atau sedikit larut
dalam pelarut polar maupun non polar. Kandungan senyawa fitokimia dipengaruhi
berbagai faktor, yaitu spesies, varietas, kondisi pertumbuhan, variasi musim,
metode pengolahan, dan penyimpanan (Pyo et al. 2014).
Tabel 3 Hasil analisis fitokimia kualitatif E100 dan fitosom F2
Senyawa aktif Uji fitokimia
E100 Fitosom F2
Alkaloid (semi polar) + +
Fenolhidrokuinon (polar) + +
Flavonoid (polar) + +
Tanin (polar) - -
Saponin (non polar) + +
Steroid (non polar) - -
Triterpenoid (non polar) + +
Keterangan : - : tidak terdeteksi +: terdeteksi

Profil spektrum FTIR

Analisis profil spektrum FTIR dilakukan pada ekstrak terbaik (E100) dan
fitosom terbaik (F2) menurut hasil pengujian antioksidan. Spektrum inframerah
sampel ekstrak (A) dan fitosom F2 (B) memberikan pola serapan yang mirip dan
berbeda hanya pada nilai kuantitatif serapan spektrumnya (Gambar 3). Pola
spektrum FTIR ekstrak dan fitosom ekstrak terdeteksi memiliki beberapa gugus
fungsi yang sama yaitu OH (2400-3600 cm-1), C=O (1600-1780 cm-1), C-O (1000-
1300 cm-1), dan C=H (735-770 cm-1).
Gugus P=O (1067 cm-1) yang terdeteksi pada lesitin kedelai berikatan
dengan gugus OH pada ekstrak. Hasil reaksi tersebut ditunjukkan dengan adanya
pengurangan intensitas gugus OH pada ekstrak yang berkurang dari ±90% menjadi
±70% pada fitosom. Sesuai dengan penelitian El-menshawe et al. (2018) yang
menyatakan bahwa senyawa fenolik dan kolin dari lesitin (fosfatidilkolin) bereaksi
dan membentuk kompleks fitosofosfolipid melalui pembentukan formasi ikatan
hidrogen antara gugus OH dari gugus fenolik ekstrak polar dengan gugus P=O dari
lesitin kedelai.
11

Gambar 3 Spektrum FTIR ekstrak jernang (A), fitosom ekstrak jernang (B), dan
lesitin kedelai (C). Tanda adalah gugus-gugus yang bereaksi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rendemen ekstrak E100 (33.90%), E75 (33.62%) dan E50 (32.43%) seragam
dan lebih tinggi dari E25 (25.55%) dan A100 (23.52%). Berdasarkan uji DPPH
aktivitas antioksidan E100 (107.87 µmol troloks/g) tertinggi diikuti E75 (82.87
µmol troloks/g), E50 (56.87 µmol troloks/g), E25 (54.40 µmol troloks/g), dan yang
terendah adalah A100 (44.93 µmol troloks/g). Pada metode CUPRAC, aktivitas
antioksidan E100 (1181.79) dan E75 (1182.16) seragam dan lebih tinggi dari E50
(1157.79) dan E25 (1159.16) selanjutnya yang terendah adalah A100 (1006.16
µmol troloks/g). Nilai rendemen fitosom ekstrak resin jernang berkisar antara
78.50% hingga 80.33%. Aktivitas antioksidan F2 dan F3 lebih tinggi dibandingkan
dengan F1, baik pada metode DPPH maupun CUPRAC. Ekstrak jernang E100 dan
fitosom F2 terdeteksi mengandung senyawa fenolhidrokuinon, triterpenoid,
alkaloid, flavonoid dan saponin. Hasil FTIR menunjukkan adanya ikatan antara
gugus P=O pada lesitin dengan gugus OH pada ekstrak jernang.

Saran

Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan


dengan metode lain, dan dilihat bagaimana pengaruh fitosomnya. Isolasi dan
analisis komponen senyawa aktif ekstrak terbaik perlu dilakukan, sehingga dapat
diketahui profil jenis fenolik yang lebih spesifik dan pengaruhnya terhadap aktivitas
antioksidan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Apak R, Guclu K, Demirata B, Ozyurek M, Celik SE, Bektasoglu B, Berker KI,


Ozyurt D. 2007. Comparative evaluation of various total antioxidant
capacity assay applied to phenolic compounds with the CUPRAC assay.
Molecules. 12(1): 1496-1547.
Ariyani F, Amin I, Fardiaz D, Budiyanto S. 2008. Aplikasi ekstrak daun sirih (Piper
betle Linn) dalam menghambat oksidasi lemak jambal patin (Pangasius
hypophthalmus). JPBKP. 3(2): 157-169.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2017. Ketentuan Pokok
Pengawasan Suplemen Makanan. Jakarta (ID): Ditjen POM.
Dudonné S, Vitrac X, Coutière P, Woillez M, Mérillon JM. Comparative study of
antioxidant properties and total phenolic content of 30 plant extracts of
industrial interest using DPPH, ABTS, FRAP, SOD, and ORAC assays. J Agric
Food Chem. 57(1): 1768–1774.
El-Menshawe SF, Adel AA, Rabeh MA, Khalil NM. 2018. Nanosized soy
phytosome-based thermogel as topical anti-obesity formulation: an approach
for acceptable level of evidence of an effective novel herbal weight loss
product. Int J Nanomed. 13(1): 307-318.
Firdiyani F, Agustini TW, Ma’ruf WF. 2015. Ekstraksi senyawa bioaktif sebagai
antioksidan alami Spirulina platensis segar dengan pelarut yang berbeda.
JPHPI. 18(1): 28-37.
Gafar PA. 2010. Performance technology and quality production of Indonesia
jernang. J Res Indust. 4(3): 37-44.
Gnananath K, Nataraj KS, Rao BG. 2017. Phospholipid complex technique for
superior bioavailability of phytoconstituents. Adv Pharm Bull. 7(1): 35-42.
Hao Q, Saito Y, Matsuo Y, Li HZ, Takashi T. 2015. Three new flavans in dragon's
blood from Daemonorops draco. Nat Prod Res. 1(1): 1–7.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Edisi II. Padmawinata K, Sudiro I, penerjemah. Bandung (ID):
Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods: A
Guide to Modern Technique of Plant Analysis.
Haruni PS, Priani SE, Aryani R. 2019. Preparasi fitosom ekstrak etanol biji kopi
robusta (Coffea canephora pierre a. Froehner) menggunakan variasi
konsentrasi fosfatidilkolin. Prosiding Farmasi. 5(1): 25-27.
Hassanbaglou B, Hamid AA, Roheeyati AM, Saleh NM, Abdulamir AS, Khatib A,
Sabu MC. 2012. Antioxidant activity of different extracts from leaves of
Pereskia bleo (Cactaceae). J Medicin Plants Res. 6 (15): 2932-2937.
Irawati I. 2008. Perbandingan metode penentuan aktivitas antioksidan rimpang
temulawak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2014. HHBK, Potensi Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar Hutan. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan.
Maryam S, Baits M, Nadia A. 2010. Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) menggunakan moetode FRAP. J
Fitofarm Indon. 2(2): 115-118.
13

Molyneux P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl


(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J Sci Technol.
26(2): 211-21.
Mund AK, Guru AC, Singh RP, Pradhani KK, Pangi B, Pasayat MK. 2018.
Preparation and characterization of phytosome of norbixin. WJPPS. 8(1):
1045-1057.
Ozturk M, Ermin MD, Kivrak S, Mercan N, Turkoglu A, Ozler MA. 2011. In vitro
antioxidant. anticholinesterase and antimicrobial activity studies on three
Agaricus species with fatty acid compotitions and iron contents: a comparative
study on three most edible mushrooms. Food Chem Toxicol. 49(1): 1353-1360.
Purwanti S. 2017. Aktivitas antioksidan, antibakteri, dan antibiofilm resin jernang
(Daemonorops draco) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pyo YH, Jin YJ, Hwan JY. 2014. Comparison of the effect of blending and juicing
on phytochemical content and antioxidant capacity of typical korean kernel
fruit juice. PNF. 19(2): 108–114.
Rahmi D, Yunilawati R, Ratnawati E. 2013. Peningkatan stabilitas emulsi krim
nanopartikel untuk mempertahankan kelembaban kulit. J Kimia Kemasan.
45(1): 30-36.
Reichardt C. 2003. Solvents and Solvent Effects in Organic Chemistry, 3rd ed. New
Jersey (US): Wiley-VCH Publishers.
Rochmayanto. 2006. Pengembangan pola kearifan lokal menjadi industri rumah
tangga hasil bukan kayu. JSEP. 6(4): 1-19.
Sadegh SM, Mahram M. 2008. Environmental impact and toxicity of chemicals
used at the University College of Borås [thesis]. Borås (SE): University
College of Borås
Salazar AR, Perez LLA, Loppez AJ, Alanis GBA, Torres NW. 2009. Antimicrobial
and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico. Evid Complemen
Alterntat Medic.1(1): 1-6.
Shan B, Cai Y-Z, Brooks JD, Corke H. 2007. The in vitro antibacterial activity of
dietary spice and medicinal herb extracts. Int J Food Microb. 117(1): 112–119.
Shi J, Hu R, Lu Y, Sun C, Wu T. 2009. Single-step purification of dracorhodin from
dragon’s blood resin of Daemonorops draco using high-speed counter-current
chromatography combined with pH modulation. J Sep Sci. 32(1): 4040–4047.
Singh RP, Narke R. 2015. Preparation and evaluation of phytosome of lawsone.
Internat J Pharmaceut Sci Res. 6(12): 5217-5226.
Siregar KS. 2015. Analisis Kelayakan Usaha: Makalah Ekonomi Sumber Daya
Hutan. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Utomo AR, Retnowati R, Juswono UP. 2013. Pengaruh konsentrasi minyak
kenanga (Cananga odorata) terhadap aktivitasnya sebagai antiradikal bebas.
Kim Stud J. 1(2): 264-268.
14

Lampiran 1 Kurva kalibrasi larutan troloks untuk pengukuran aktivitas


antioksidan metode DPPH (a) dan CUPRAC (b)

0.45
0.4 y = 0.0008x + 0.0739
0.35 R² = 0.9927
0.3
Absorbansi

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi

(a)

0.9
0.8 y = 0.0019x + 0.0691
0.7 R² = 0.9956
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi

(b)
15

Lampiran 2 Hasil analisis ragam (ANOVA) rendemen ekstrak resin jernang


dengan variasi jenis pelarut
Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.
Antar Kelompok 287.42 4 71.86 41.09 0.000

Dalam Kelompok 17.49 10 1.75

Total 304.91 14

Lampiran 3 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) ekstrak resin jernang dengan variasi
jenis pelarut
α = 0.05
Jenis Pelarut N 1 2
A100 3 23.52
E25 3 25.55
E50 3 32.43
E75 3 33.62
E100 3 33.90
Sig. 0.090 0.223

Lampiran 4 Hasil analisis ragam (ANOVA) rendemen fitosom ekstrak resin


jernang dengan variasi nisbah ekstrak : lesitin kedelai
Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.
Antar Kelompok 5.06 2 2.53 0.035 0.966

Dalam Kelompok 438.50 6 73.08

Total 443.56 8
16

Lampiran 5 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak resin


jernang dengan metode DPPH
Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.
Antar Kelompok 7925.21 4 1981.30 2329.118 0.000

Dalam Kelompok 8.51 10 0.85

Total 7933.72 14

Lampiran 6 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin


jernang dengan metode DPPH
α = 0.05
Jenis Pelarut N 1 2 3 4 5
A100 3 44.93
E25 3 54.40
E50 3 56.87
E75 3 82.87
E100 3 107.87
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 7 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak resin


jernang dengan metode CUPRAC
Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.
Antar Kelompok 66259.41 4 16564.85 266.02 0.000

Dalam Kelompok 622.68 10 62.27

Total 66882.09 14

Lampiran 8 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin


jernang dengan metode CUPRAC
α = 0.05
Jenis Pelarut N 1 2 3
A100 3 1006.16
E50 3 1157.79
E25 3 1159.16
E100 3 1181.79
E75 3 1182.16
Sig. 1.000 0.835 0.955
17

Lampiran 9 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan fitosom ekstrak


resin jernang dengan metode DPPH
Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.
Antar Kelompok 38481.68 2 19240.84 49.47 0.000

Dalam Kelompok 2333.73 6 388.96

Total 40815.41 8

Lampiran 10 Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak resin


jernang dengan metode DPPH
α = 0.05
Formula Fitosom N 1 2
1:2 3 124.49
2:1 3 242.22
1:1 3 277.40
Sig. 1.000 0.072

Lampiran 11 Hasil analisis ragam (ANOVA) aktivitas antioksidan fitosom ekstrak


resin jernang dengan metode CUPRAC

Sumber keragaman Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F Sig.


Antar Kelompok 350188.72 2 175094.36 29.37 0.001

Dalam Kelompok 35775.84 6 5962.64

Total 385964.56 8

Lampiran 12 Hasil Hasil uji lanjutan (DUNCAN) aktivitas antioksidan ekstrak


resin jernang dengan metode CUPRAC

α = 0.05
Formula Fitosom N 1 2
1:2 3 124.49
2:1 3 242.22
1:1 3 277.40
Sig. 1.000 0.072
18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tulungagung pada 27 Agustus 1997. Penulis


merupakan anak pertama dari 4 bersaudara yang dilahirkan oleh pasangan Bapak
Ganjar Asmorotanto dan Ibu Farida. Sekolah Dasar selama 3 tahun di SD NU
Gresik dan 3 tahun lagi di MI Perwanida Blitar. Selanjutnya penulis melanjutkan
sekolah ke SMPN 1 Blitar hingga tahun 2012, dan pada tahun 2015 penulis lulus
dari SMAN 2 Blitar. Penulis melanjutkan studi sarjana di Departemen Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa program sarjana. penulis aktif mengikuti
kepanitiaan dalam beberapa acara dan pernah menjabat sebagai Ketua divisi
Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan IPB. Penulis juga
dipercaya menjadi koordinator Desa Cinta Wargi Kecamatan Tegalwaru Kabupaten
Karawang selama KKN-T IPB. Penulis pernah menjadi Ketua Divisi Desain dan
Branding pada kepanitiaan IPB Archery Open dengan skala nasional. Penulis
memiliki beberapa prestasi diantaranya Juara 1 desain poster pada IPB art contest
2017, Juara 2 desain poster pada IPB art contest 2018, Pemenang sayembara desain
logo Kampus Biodiversitas IPB, dan finalis lomba desain poster National
Veterinary Competition.

Anda mungkin juga menyukai